• Tidak ada hasil yang ditemukan

212 BERITA BI0L0G1 2 (9-10) Des FERMENTASI BAHAN ONCOM BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "212 BERITA BI0L0G1 2 (9-10) Des FERMENTASI BAHAN ONCOM BANDUNG"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

FERMENTASI BAHAN ONCOM BANDUNG

DUDI D. SASTRAATMADJA & SUSONO SAONO

Pusat Penelitian Botani LBN-LIPI, Bogor

PENDAHULUAN

Oncom teimasuk makanan yang harganya murah tetapi mengandung protein yang relatif tinggi. Di Jawa Barat makanan ini telah lama dikenal serta banyak dimakan. Pembuatannya dilakukan secaia tiadisional dengan menggunakan bahandasar bungkil kacang tanah dengan campuran onggok/ampas tapioka dan ampas tahu, atau bahan dasar ampas tahu dengan campuran onggok. Sampai saat ini belum banyak usaha yang dilakukan untuk mengetahui seluk beluk ilmiah produk ini, apalagi usaha terencana untuk meningkatkan mutu seita menyebarluaskan pemanfaatannya. Hal ini dapat disimpulkan dari terbatasnya pustaka yang ada (Dwidjoseputro et al. 1970, Van Veen et al. 1968, Steinkraus & Van Veen 1971, Muhilal et al. 1970; Slamet & Tarwotjo 1971; Saono et al. 1974).

Peningkatan mutu oncom perlu dilakukan da-lam rangka peningkatan konsumsi protein serta efisiensi penggunaan produk pertanian di Indonesia. Salah satu kemungkinan peningkatan mutu oncom adalah dengan menggunakan biak-biak unggul da-lam proses fermentasinya. Dada-lam tulisan ini dike-mukakan salah satu hasil dari serangkaian pene-litian yang mempelajari kemungkinan pemanfaatan biak murni jasad renik untuk peningkatan mutu oncom.

BAHAN DAN CARA KERJA

Jumlah biak yang diteliti meliputi 13 biak Neurospora, 15 biak Mucor, 9 biak Rhizopus dan 85 biak yang belum dikenal. Biak-biak tersebut dikucilkan dari berbagai stadia pembuatan kecap, tauco, tempe, tapai, ragi tapai dan oncom «iari berbagai tempat di Jawa Barat (Saono et al. 1974, 1976, 1977).

Cara pembuatan dan bahan campuran yang dipakai (bungkil kacang tanah, ampas tahu dan ampas tapioka/onggok) mengikuti cara dan bahan yang dipakai untuk membuat oncpm bandung bermutu baik, tetapi semuanya itu dikerjakan secara terkendali dalam laboratorium dengan meng-gunakan cawan-cawan Petri sebagai wadah. Pada

akhir pengeraman ditentukan tekstur produk yang terbentuk baik secara visual berdasarkan derajat penggimbalannya (Gandjar 1977) maupun dengan menggunakan penetrometer, kandungan nitrogen total dan nitrogen terlarutnya (Horwits 1975), kandungan gula pereduksinya (Bernfeld 1955), kandungan air dan pH nya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Biak Neurospora

Hanya 1 biak dari 13 biak Neurospora yang dicoba dapat menghasilkan produk setelah 24 jam pengeraman (Tabel 1). Selama itu telah terjadi perubahan sifat fisiko-kimia bahan dasar seperti berikut: tekstur berubah menjadi agak kompak dan empuk serta ditutupi oleh pertumbuhan ka-pang yang cukup lebat. Selain itu pH nya kat sedikit, kandungan gula pereduksinya mening-kat sekali, kandungan nitrogen terlarutnya sedikit meningkat, kandungan nitrogen totalnya menurun, sementara itu kandungan airnya tetap tidak beru-bah. Produk akhir berbau oncom.

Setelah 48 jam pengeraman biak yang mampu membentuk oncom bertambah menjadi 7 -biak (Tabel II). Walaupun aktivitas fermentasinya ber-beda-beda untuk setiap biak yang dicoba, namun apabila dibandingkan dengan biak yang dieramkan selama 24 jam, pengaruhnya terhadap bahan dasar cukup nyata: teksturnya berubah menjadi lebih kompak dan empuk serta ditutupi oleh pertum-buhan kapang yang lebih lebat; pH nya sedikit naik, kandungan gula pereduksinya sangat mening-kat, kandungan nitrogen terlarutnya meningmening-kat, kandungan airnya sedikit meningkat dan kandung-an nitrogen totalnya sedikit menurun. Produk akhir berbau oncom.

Biak Mucor

Seluruhnya ada 15 biak Mucor yang telah dicoba. Dari jumlah tersebut hanya 13 biak yang mampu menghasilkan produk setelah 24 jam

(2)

pe-ngeraman (Tabel I). Pengaruh biak-biak ini pada bahan dasar adalah sebagai berikut: teksturnya berubah menjadi agak kompak dan empuk ditutupi oleh pertumbuhan kapang yang lebat, pH nya sedikit menurun, kandungan nitrogen totalnya menurun, tetapi kandungan air, kandungan gula pereduksi dan kandungan nitrogen terlarutnya sedikit tneningkat. Produk akhir berbau tempe kedelai.

Dengan perpanjangan waktu pengeraman men-jadi 48 jam, jumlah biak yang mampu membentuk produk bertambah, dari 13 menjadi 15 biak (Tabel II). Akibatnya teksturnya berubah menjadi lebih kompak dan empuk dan ditutupi oleh pertumbuh-an kappertumbuh-ang ypertumbuh-ang lebih lebat, pH dpertumbuh-an kpertumbuh-andungpertumbuh-an airnya sedikit menurun, kandungan gula pereduksi-nya sangat meningkat, kandungan nitrogen total-nya sangat menurun dan kandungan nitrogen ter-larutnya sedikit naik. Produk akhir berbau tempe kedelai.

Kalau dibandingkan dengan produk yang diha-silkan setelah 24 jam pengeraman, produk yang terbentuk setelah 48 jam pengeraman mempunyai tekstur yang lebih baik, kandungan gula pereduksi, kandungan nitrogen total dan kandungan nitrogen terlarutnya lebih tinggi, sedangkan pH dan kan-dungan airnya lebih rendah.

Biak Rhizopus

Jumlah biak Rhizopus yang dicoba adalah 9 biak. Pada pengeraman 24 jam, tiga biak di antara-nya sanggup membentuk produk (Tabel I). Peru-bahan yang terjadi dalam Peru-bahan dasar bervariasi, tergantung pada biak yang digunakan. Tetapi pada umumnya teksturnya berubah menjadi agak kom-pak dan empuk, ditutupi pertumbuhan kapang yang cukup lebat; pH nya sedikit menurun, kan-dungan airnya sedikit meningkat, kankan-dungan gula pereduksinya sangat meningkat, kandungan nitro-gen totalnya menurun sekali dan kandungan ni-trogen terlarutnya sangat meningkat. Produk akhir berbau tempe kedelai.

Perpanjangan waktu pengeraman dari 24 men-jadi 48 jam menyebabkan meningkatnya jumlah biak yang mampu membentuk produk, dari 3 menjadi 9 biak (Tabel II). Teksturnya berubah menjadi lebih kompak dan empuk, ditutupi per-tumbuhan kapang yang lebat, pH nya menurun, kandungan airnya sedikit naik, kandungan gula

pereduksinya meningkat sekali, kandungan nitrogen totalnya sangat menurun, sedang kandungan ni-trogen terlarutnya meningkat. Produk akhir berbau tempe kedelai.

Kalau dibandingkan dengan produk yang diha-silkan selama 24 jam pengeraman, produk yang terbentuk setelah 48 jam pengeraman pada umum-nya mempuumum-nyai tekstur yang lebih baik, pH yang lebih rendah, kandungan air yang sedikit lebih tinggi, sedangkan kandungan nitrogen terlarut, kandungan nitrogen total dan kandungan gula pereduksinya lebih tinggi.

Biak yang tidak dikenal

Sejumlah 85 biak yang belum diketahui apakah termasuk Mucor atau Rhizopus telah dicoba. Dari jumlah tersebut hanya 27 biak yang sanggup mem-bentuk oncom dalam waktu pengeraman 24 jam (Tabel I). Pengaruh biak pada bahan dasar juga bervariasi, tetapi pada umumnya mengubah teks-turnya menjadi kompak dan empuk serta ditutupi oleh pertumbuhan kapang yang lebat. Perubahan ini menghasilkan kenaikan dalam pH, kandungan air, kandungan gula pereduksi dan kandungan ni-trogen terlarutnya, sedang kandungan nini-trogen totalnya sedikit menurun. Produk akhir berbau tempe kedelai.

Bila pengeraman diperpanjang dari 24 menjadi 48 jam, biak yang sanggup membentuk oncom bertambah menjadi 57 (Tabel II). Teksturnya berubah menjadi sangat kompak dan empuk serta ditutupi oleh pertumbuhan kapang yang sangat lebat. Sedangkan pH, kandungan air, kandungan nitrogen total dan kandungan nitrogen terlarutnya sedikit meningkat, dan kandungan gula pereduksi-nya meningkat sekali. Produk akhir berbau tempe kedelai.

Bila pengeraman diperpanjang dari 24 menjadi 48 jam, biak yang sanggup membentuk oncom bertambah menjadi 57 (Tabel II). Teksturnya ber-ubah menjadi sangat kompak dan empuk serta ditutupi oleh pertumbuhan kapang yang sangat lebat. Sedangkan pH, kandungan air, kandungan nitrogen total dan kandungan nitrogen terlarutnya sedikit meningkat, dan kandungan gula pereduksi-nya meningkat sekali. Produk akhir berbau tempe kedelai.

Kalau dibandingkan dengan produk yang diha-silkan pada 24 jam pengeraman, produk yang

(3)

ter-Tabel I. Sifat-sifat fisiko-kimia oncom atau produk semacam oncom yang dibuat dengan biak-biak murni kapang

(waktu pengeraman 24 jam)

Neurospora spp. Kontrol Mucor spp. Rata-rata Kontrol Rata-rata Rhizopus spp. Rata-rata Kontrol Rata-rata Biak tak di-kenal Rata-rata Kontrol Rata-rata Jumhh • Jumlah biak Diuji 13 15 9 85 122 Positif 1 13 3 27 44 Tekstur Penggim-balan (++) 0 ( + + ) -(++) (++) 0 0 0 (++)-(+++) (++) 0 0 0 (+++)-(+++) (+++) 0 0 0 Keem-pukan (mm/det) (a) 3.37 3.55-6.42 4.88 3.40-5.62 4.53 2.97-6.68 4.96 Kandung-an air (%) 67.90 67.90 66.70-76.00 70.95 66.50-75.90 70.83 68.10-69.40 68.57 66.50-67.80 67.15 54.40-76.00 66.48 63.10-70.00 65.08 Kandung-an gula pere-duksi (mg/g) (b) 42.00 20.00 10.38-55.50 25.51 6.00-27.50 15.92 40.00-58.00 50.00 16.00-27.50 21.75 6.00-34.20 17.34 3.00-9.80 7.54 pH 6.80 6.60 5.10-6.15 5.53 5.65-5.90 5.80 5.35-5.95 5.63 5.90-6.00 5.95 5.15-6.50 5.99 5.10-6.50 5.99 Nitrogen (%) Total 1.25 1.44 1.15-2.74 1.87 1.96-2.24 2.07 1.23-1.90 1.67 2.24-2.46 2.35 1.57-2.58 2.06 1.74-2.58 2.09 Ter-larut 0.23 0.19 0.04-0.43 0.15 0.00-0.09 0.05 0.10-0.18 0.13 0.00-0.00 0.00 0.01-0.27 0.10 0.01-0.14 0.06

Catatan : (a) = Keempukan produk diukur dengan penetrometer dengan berat beban 103 gram, (b) = dinyatakan dalam glukosa.

0 = tidak ada pertumbuhan kapang, tekstur belum terbentuk (lepas). (+) = pertumbuhan kapang sedikit, tekstur belum terbentuk (lepas). (++) = „ „ cukup, „ agak kompak dan empuk. (+++) = „ „ lebat, „ kompak dan empuk.

(4)

Tabel II. Sifat-sifat fisiko-kimia oncom atau produk semacam oncom yang dibuat dengan biak-biak murni kapang

(waktu pengeraman 48 jam)

J e n i s Neurospora spp. Rata-rata Kontrol Rata-rata Mucor spp. Rata-rata Kontrol Rata-rata Rhizopus spp. Rata-rata Kontrol Rata-rata

Biak tak di-kenal Rata-rata Kontrol Rata-rata J u m l a h Jumlah biak Diuji 13 15 9 85 122 Positif 7 15 9 67 98 Tekstur Penggim-balan (+++)-(+++) (+++) 0 0 0 (+++)-(+++*) (+++) 0 0 0 (+++)•-(++++) (+++) 0 0 0 (+++)-(++++) (++++) 0 0 0 Keem-pukan (mm/det) (a) 5.07-6.99 5.88 2 . 0 9 -4.91 3.39 1.93-6.54 5.03 2 . 1 4 -7.60 4.08 Kandung-an air (%) 68.70-72.90 69.70 67.60-69.40 68.50 6 4 . 2 0 -72.60 69.78 67.30-75.90 70.37 65.50-79.00 70.96 6 7 . 9 0 -68.80 68.35 52.30-70.20 66.13 5 8 . 9 0 -71.00 67.36 Gula pere-duksi (mg/g) (b) 20.00-122.50 58.36 20.00-23.00 21.50 13.50-65.50 39.18 12.00-30.30 18.85 47.00-110.50 73.06 30.34-39.00 34.67 6.00-122.00 31.62 3.00-55.00 17.44 pH 5 . 7 5 -7.13 6.76 5.90-6.68 6.29 4 . 5 7 -7.03 5.51 5 . 6 5 -6.43 5.98 4 . 1 5 -6.70 5.65 5 . 9 3 -6.43 6.18 4 . 5 5 -7.00 5.94 5 . 0 5 -6.60 5.80 Nitrogen (%) Total 1.29-2.25 1.65 1.44-1.93 1.69 1.51-2.32 1.87 1.96-2.41 2.12 1.23-2.44 1.73 2 . 3 0 -2.41 2.36 1.40-3.36 2.11 1.74-2.63 1.99 Ter-larut 0 . 1 8 -0.52 0.39 0 . 1 9 -0.27 0.23 0 . 0 6 -0.22 0.13 0 . 0 0 -0.11 0.05 0 . 1 1 -0.32 0.20 0 . 0 0 -0.03 0.02 0 . 0 1 -0.42 0.14 0.00-0.28 0.06

(5)

bentuk setelah 48 jam pengeraman mempunyai tekstui yang lebih baik, sedangkan kandungan gula pereduksi, pH, kandungan nitrogen total dan ni-trogen terlarutnya lebih tinggi dan kandungan airnya sedikit lebih. rendah.

KESIMPULAN ' ' :

Dari hasil tersebut di atas terlihat bahwa pada pengeraman biak-biak Mucor yang 24 jam paling aktif (Tabel I), sedangkan pada pengeraman 48 jam keaktifan Mucor dan Rhizopus seimbang (Tabel II). Selain itu terlihat juga bahwa akibat pertumbuhan kapang selama 24 jam tekstur bahan dasar yang semula lepas berubah menjadi kompak dan empuk, pH, kandungan air, kandungan gula perduksi, kandungan nitrogen total dan nitrogen terlarutnya meningkat atau menurun tergantung pada biak yang digunakan. Kalau waktu pengeraman diper-panjang menjadi 48 jam, tekstur produk yang terbentuk menjadi lebih baik dan sifat-sifat kimia dari bahan dasar membaik atau memburuk ter-gantung pada biak yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

BERNFELD, P. 1955. Amylases a and 0. In COLLOWICK, S.P. & N.C. KAPLAN (Eds). Methods in enzymology I : 149 — 150. Acad. Press Inc., New York.

DWIDJOSEPUTRO, D. 1961. Studies on Monilia sitophila from Indonesia. Bull. Torrey bot. Club 88 : 404 - 414.

GANDJAR, I. 1977. Fermentasi biji Mucuna pru-riens D.C. dan pengaruhnya terhadap kualitas protein. Disertasi, ITB.

HORWITS, W. (Ed). 1975. Official methods of •analysis of theAOAC. AOAC, Washington D.C.

MUHILAL, KARJADI, D. & PRAWIRANEGARA, D.D. 1970. A study of aflatoxin contents of peanuts and peanut products. Gizi Indonesia II (3)-: 162 - 166.

SAONO, S. & BASUKI, T. 1978. The amylolytic, lipolytic and proteolytic activities of yeasts and mycelial molds from ragi and some Indonesian traditional foods. Ann. bogor. 6 : 207 - 219. SAONO, S. GANDJAR, I. BASUKI, T. &

KARSO-NO, H. 1974. Mycotlora of "ragi" and some other traditional fermented foods of Indonesia. Ann. bogor. 5 : 187 - 204.

SAONO, S., BROTONEGORO, S., JUTONO, BA-SUKI, T., ABDULKADIR, S. & BADJRE, I.G.P. 1976. Microbiological studies of tempe, kecap and taoco. I. The microbial content and its amylolytic, proteolytic and lipolytic activities. Prog. Rep. Subproject III. b, 1 January - 31 December 1975.

SAONO, S.. BROTONEGORO, S., JUTONO, BA-SUKI, T., ABDULKADIR, S. & BADJRE, I.G.P. 1977. Ibid. II. The anylolytic, lipolytic and proteolytic activities of the isolates. Ibid., 1 January - 31 December. 1976

SLAMET, D.S. & TARWOTJO. 1971. Kadar zat gizi dalam oncom. Penelitian Gizi dan Makanan 1:49 - 5 2 .

STEINKRAUS. K.H. & VAN VEEN, A.G. 1971. Biochemical, nutritional and organoleptic chang-es accuring during production of traditional fermented foods. In FREITAS, Y.M. & FER-NANDES, F. (Eds). Global Impacts of ApUied Microbiology 1969 : 444 - 450.

VAN VEEN, A.C., GRAHAM, D.C.W. & STEIK-RAUS, K.H. 1968. Fermented peanut press cake. Cereal Sci. Today 13 : 96 - 98.

Gambar

Tabel I. Sifat-sifat fisiko-kimia oncom atau produk semacam oncom yang dibuat dengan biak-biak murni kapang
Tabel II. Sifat-sifat fisiko-kimia oncom atau produk semacam oncom yang dibuat dengan biak-biak murni kapang

Referensi

Dokumen terkait

Pemusik ibadah sebagai wakil umat, istilah ini dipakai oleh Prier dalam bukunya ‘Roda Musik Liturgi’ untuk menjelaskan bahwa pemusik/organis tidak hanya memberi

IWAN SETIAWAN. Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis Komoditas Unggulan Daerah. Dibimbing oleh DWI PUTRO TEJO BASKORO dan MUHAMMAD

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ada perbedaan pemberian oral hygiene dengan menggunakan Chlorhexidine 0,2% dan NaCl 0,9% terhadap kolonisasi bakteri

Beberapa ketentuan dalam Qanun Kota Lhokseumawe Nomor 05 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan (Lembaran Daerah Kota Lhokseumawe Tahun 2011 Nomor 5),

Jadi, keterampilan menggunakan variasi adalah kegiatan guru dalam proses interaksi belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan sehingga motivasi belajar peserta

Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk menjawab permasalahan di atas adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran scientific (scientific approach)

Dengan ini menyatakan tanggung jawab sepenuhnya atas pergunakan dana hibah yang diterima untuk kegiatan peningkatan sarana dan prasarana kesekretariatan sebagaimana

• Laba bersih Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) pada Q1 2021 yaitu sebesar Rp 18,4 miliar, turun -32,4% YoY.. Walaupun begitu, laba sebelum pajak Perseroan tumbuh 2067% yaitu Rp