• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TUGAS AKHIR. Meris Dwi Jayanti R

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN TUGAS AKHIR. Meris Dwi Jayanti R"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

IMPLEMENTASI

KERJA SEBAGAI

KESEHATAN

KARYAMITRA

PROGRAM DIPLOMA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

i

LAPORAN TUGAS AKHIR

IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN

SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN DERAJAT

KESEHATAN TENAGA KERJA DI PT

KARYAMITRA BUDISENTOSA

PANDAAN JAWA TIMUR

Meris Dwi Jayanti R.0009064

IPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2012

PELAYANAN KESEHATAN

ENINGKATAN DERAJAT

PT.

KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Tugas Akhir dengan judul : Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Kerja Sebagai Upaya Peningkatan Derajat Kesehatan Tenaga Kerja

di PT. Karyamitra Budisentosa Pandaan Jawa Timur Meris Dwi Jayanti, NIM : R.0009064, Tahun : 2012

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Hari …... Tanggal …...

Pembimbing I

Yeremia Rante Ada’, S.Sos., M.Kes

NIP.19790115 201012 2 002 ………. Pembimbing II Hardjanto, dr. MS, Sp.Ok ……….. Penguji Reni Wijayanti, dr., M.Sc NIP. 19720822 201012 2 001 ………. Surakarta, ……….………. Ketua Prodi

Tim Tugas Akhir D.III Hiperkes & KK

Cr. Siti Utari, Dra., M.Kes Sumardiyono, SKM., M.Kes NIP. 19540505 198503 2 001 NIP. 19650706 198803 1 002

(3)

commit to user

PENGESAHAN PERUSAHAAN

TugasAkhir dengan judul: Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Kerja Sebagai Upaya Peningkatan Derajat Kesehatan Tenaga Kerja

di PT. Karyamitra Budisentosa Pandaan JawaTimur

MerisDwiJayanti, NIM : R.0009064, Tahun : 2012

Telah disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing Perusahaan

PadaHari …... Tanggal ...20 ...

Pembimbing I Pembimbing II

Enny Fathonah Heny

Mengetahui :

HRD & General Affair

Safioddin HRD & GA Manager

(4)

commit to user

iv ABSTRAK

IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN

TENAGA KERJA DI PT. KARYAMITRA BUDISENTOSA PANDAAN JAWA TIMUR

Meris Dwi Jayanti*), Yeremia Rante Ada*), Hardjanto*)

Tujuan: Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui upaya – upaya yang dilakukanoleh PT. Karyamitra Budisentosa dalam meningkatkan derajat kesehatan melalui program pelayanan kesehatan kerja.

Metode: Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran tentang pelaksanaan program pelayanan kesehatan kerja. Pengambilan data mengenai pelayanan kesehatan kerja dilakukan melalui observasi langsung kelapangan, wawancara kepada karyawan sertastu dikepustakaan.

Hasil: Pelayanankesehatan yang diselenggarakan PT. Karyamitra Budisentosa meliputi program promotif yang meliputi penyuluhan umum mengenai pembinaan kesehatan, pelatihan P3K, pengadaan poster – poster kesehatan, safety talk, program preventif yang meliputi : medical check up, pengukuran factor bahaya, program kuratif meliputi : pembiayaan tenaga kerja berobat jalan maupun rawat inap, dan program rehabilitatif yang meliputi : pembiayaan tenaga kerja selama masa pemulihan setelah sakit. Data yang diperoleh kemudian dibahas dan dibandingkan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerjadan Transmigrasi RI No. PER-03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.

Simpulan: Perusahaan telah melaksanakan program pelayanan kesehatan kerja sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit akibat kerja maupun kecelakaan akibat kerja di seluruh wilayah perusahaan sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER-03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. Akan tetapi saran yang diberikan sebaiknya perlu disediakan kantin atau ruang makan yang dipantau sanitasinya agar kebutuhan gizi tenaga kerja dapat dipantau dengan baik dan memenuhi nilai indeks kalori yang dianjurkan, serta perlunya peningkatan kualitas tenaga medis dengan mengikutsertakan dokter dan seluruh tenaga paramedic untuk pelatihan Higene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Kata Kunci :PelayananKesehatanKerja.

*)

Program Studi D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puja serta puji syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang serta penyusunan laporan Tugas Akhir dengan judul : ”Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Sebagai Upaya Peningkatan Derajat Kesehatan Tenaga Kerja di PT. Karyamitra Budisentosa Pandaan

Jawa Timur “

Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Disamping itu kegiatan magang ini dilaksanankan untuk menambah wawasan guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme serta mencoba mengaplikasikan pengetahuan penulis dengan mengamati permasalahan dan hambatan yang ada mengenai ”Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Sebagai Upaya Peningkatan Derajat Kesehatan Tenaga Kerja di PT. Karyamitra Budisentosa Pandaan Jawa Timur “

Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dari lubuk hati yang paling dalam dan penuh kerendahan hati, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Yeremia Rante Ada’, S.Sos, M.Kes selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam menyusun laporan ini.

4. Bapak Hardjanto, dr. MS, Sp.Ok selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam menyusun laporan ini.

5. Ibu Reni Wijayanti, dr., M.Sc selaku penguji, terima kasih atas nasehat dan masukan serta kerjasamanya.

6. Seluruh staff Dosen Pengajar dan Asisten atas segala ilmu dan motivasinya kepada penulis selama menempuh perkuliahan.

7. Bapak Safioddin, selaku HRD dan GA Manager yang telah memberikan ijin Praktek Kerja Lapangan di PT. Karyamitra Budisentosa Pandaan, Pasuruan. 8. Ibu Enny Fathonah dan ibu Heny selaku pembimbing perusahaan yang telah

memberikan bimbingan dan masukan serta nasehat-nasehatnya selama Praktek Kerja Lapangan di PT. Karyamitra Budisentosa.

9. Ibu Nanik Juliarti, dr, dan Bapak I.C Hardjanto, dr, selaku dokter Perusahaan PT Karyamitra Budisentosa serta seluruh tim paramedis poliklinik PT Karyamitra Budisentosa (mbak Trie Tingting, mbak Khusnul, mbak Butet, mbak Titik, mbak Nur Faida, ibu Djamia) yang telah memberikan bantuan,

(6)

commit to user

vi

10. informasi, dukungan, motivasi, pertemanan, dan kasih sayangnya kepada penulis.

11. Seluruh staff dan karyawan PT. Karyamitra Budisentosa Pandaan yang telah memberikan bantuan, informasi, dukungan dan pertemanannya kepada penulis sehingga pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini berjalan dengan baik.

12. Keluargaku tercinta ibu, bapak dan kakak yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dukungan moril, materiil dan sepiritual kepada penulis.

13. Semua keluarga baru di kos kepler (Trie, mbak Atik, mbak Galuh, Dian, Umi Likha, mbak Olie) dan di pandaan (mbak Ella imut, mbak Nain, mbak Dewi, mbak Sita, mbak Isti, , si kembar mbak Ana – Ani) terimakasih atas kebersamaan, kasih sayang dan bimbingannya serta doanya kepada penulis selama melaksanakan magang serta penyelesaian laporan.

14. Sahabat – sahabat tercinta (emak Ajeng, bebeh Gilang, emak Sischa, tante Vitri, tante Tutik, tante Evi) terimakasih atas persahabatan, kebersamaan, rasa kekeluargaan, cinta dan kasih sayangnya selama ini, dan terimakasih juga atas doa, semangat dan supportnya.

15. Teman-teman seperjuangan, senasib dan sepenanggungan D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja angkatan 2009, terimakasih atas persahabatan dan kebersamaannya selama ini, semangat dan sukses untuk kita semua, pokoknya Hiperkes 2009 tetap Joss.

16. Kakak – kakak alumni yang banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini, terimakasih atas kerjasama dan dukungannya.

17. Semua teman-temanku dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini. Akhirnya kepada Allah SWT penulis mengharapkan ridho dan ampunan. semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkan. Amin.

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Surakarta, Juni 2012 Penulis,

(7)

commit to user

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x BAB I. PENDAHULUAN ... 1 A. LatarBelakangMasalah ... 1 B. RumusanMasalah ... 3 C. TujuanPenelitian ... 4 D. ManfaatPenelitian ... 4

BAB II. LANDASAN TEORI ... 6

A. TinjauanPustaka ... 6

B. KerangkaPemikiran ... 45

BAB III. METODE PENELITIAN ... 46

A. MetodePenelitian... 46 B. LokasiPenelitian ... 46 C. ObjekdanRuangLingkupPenelitian ... 46 D. Sumber Data ... 47 E. TeknikPengumpulan Data ... 47 F. Pelaksanaan ... 48 G. Analisis Data ... 48

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

A. HasilPenelitian ... 49

B. Pembahasan ... 71

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 101

A. Simpulan ... 101

B. Implikasi ... 106

C. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA. ... 109 LAMPIRAN

(8)

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

(10)

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Struktur Organisai PT. Karyamitra Budisentosa Lampiran 2. Kebijakan Mutu

Lampiran 3. Surat Pengantar Pemeriksaan Kesehatan dan Hasil Pemeriksaan Lampiran 4. Data Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Baru

Lampiran 5. Kartu Konsultasi Medis Lampiran 6. Surat Keterangan Dokter Lampiran 7. Surat Rujukan

Lampiran 8. Surat Permohonan Cuti Hamil & Melahirkan Lampiran 9. Data Tenaga Kerja Istirahat di poliklinik Lampiran 10. Daftar Penerima Extra Fooding

Lampiran 11. Alur Penanganan Gawat Darurat Lampiran 12. Berita Acara Kecelakaan Kerja Lampiran 13. Laporan Jenis Penyakit

Lampiran 14. Laporan Pemakaian Obat Tenaga Kerja

Lampiran 15. Laporan Pemakaian Obat Tiap Hari di Poloklinik Lampiran 16. Laporan Persediaan Obat &Exp.Date

Lampiran 17. Data Karyawan Berobat

Lampiran 18. Rincian Biaya Pengobatan (Laporan Uang Kas P3K) Lampiran 19. Surat Keterangan Magang

(11)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Semakin banyak industri sekarang ini yang seiring dengan pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), mengandung berbagai risiko bahaya bagi para tenaga kerja. Oleh karena itu tenaga kerja sebagai pelaku produksi, secara potensial terpapar dengan faktor – faktor yang membahayakan kesehatannya. Selain itu juga dipengaruhi oleh sifat dan jenis pekerjaan di perusahaan seperti penyelesaian pekerjaan tertentu dengan tenaga laser, serta penggunaan bahan – bahan kimia di perusahaan juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa penyakit umum, penyakit akibat kerja, atau kecelakaan akibat kerja (Syukri Sahab, 1997).

Di tempat industri tenaga kerja secara tidak langsung maupun secara langsung akan kontak dengan alat – alat produksi, yang secara potensial terpapar dengan faktor – faktor yang membahayakan kesehatannya. Praktek kesehatan kerja bertujuan agar tenaga kerja atau masyarakat tenaga kerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi – tingginya baik melalui fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha – usaha preventif maupun kuratif terhadap penyakit – penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor – faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit – penyakit umum lainnya (Suma’mur, 2009).

(12)

commit to user

John Ridley (2008) menyatakan bahwa kesehatan merupakan unsur penting agar dapat menikmati hidup yang berkualitas, baik dirumah maupun dalam pekerjaan. Kesehatan juga menjadi faktor penting dalam menjaga kelangsungan hidup sebuah organisasi. Beberapa situasi dan kondisi pekerjaan, baik tata letak tempat kerja atau material yang digunakan, menghadirkan risiko yang lebih tinggi dari pada normal, terhadap kesehatan. Dengan memahami karakteristik material-material yang digunakan dan kemungkinan reaksi tubuh terhadapnya, dapat diminimalkan risikonya bagi kesehatan.

Pentingnya kesehatan para tenaga kerja yang akan meningkatkan produktivitas kerja secara optimal, maka perlu diadakan upaya perlindungan tenaga kerja berupa penyelenggaraan pelayanan kesehatan di perusahaan (Suma'mur, 2009). Dimana pelayanan kesehatan kesehatan tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.03/MEN/1982 bertujuan untuk memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental, melindungi tenaga kerja terhadap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan, meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik tenaga kerja, pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita sakit (Pungky W, 2002).

PT. Karyamitra Budisentosa yang merupakan perusahaan bidang manufaktur khususnya dalam pembuatan sepatu wanita yang berorientasi ekspor, yang dalam proses produksinya terdapat faktor maupun potensi bahaya yang dapat menimbulkan penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja serta dapat

(13)

commit to user

mengancam kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap pelayanan kesehatan di tempat kerja. hal ini diwujudkan untuk melindungi tenaga kerja dari berbagai gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaannya atau dari lingkungan kerjanya serta kemampuan fisik tenaga kerja. Keberhasilan pelayanan kesehatan sangat tergantung dari dukungan dan peran serta pihak pemimpin, pelaksana (dokter dan paramedis), dan peran serta tenaga kerja sendiri yang harus mempunyai kesedaran tinggi untuk memeriksakan kesehatannya bila mengalami gangguan kesehatan, sehingga angka sakit atau hilangnya waktu kerja dapat diturunkan seminimal mungkin untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi – tingginya.

Berdasarkan uraian diatas, mengingat pentingnya kesehatan tenaga kerja maka penulis mencoba mengulas mengenai pelayanan kesehatan di PT. Karyamitra Budisentosa yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja secara optimal sehingga produktivitas yang dihasilkan dapat semaksimal mungkin, dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di perusahaan meningkat. Sehingga dengan berlatar belakang dari hal tersebut maka penulis mengambil judul laporan tugas akhir “Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Kerja Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Tenaga Kerja di PT Karyamitra Budisentosa”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : ”Bagaimana implementasi program pelayanan kesehatan

(14)

commit to user

kerja sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja yang diselenggarakan di PT. Karyamitra Budisentosa?”.

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui implementasi program pelayanan kesehatan kerja yang diselenggarakan oleh PT. Karyamitra Budisentosa.

2. Mengetahui bentuk pelayanan kesehatan kerja yang diberikan sebagai upaya memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja di PT. Karyamitra Budisentosa.

D.Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di PT. Karyamitra Budisentosa dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu :

1. Perusahaan

a. Sebagai bahan kajian untuk perusahaan tentang penerapan pelayanan kesehatan kerja di perusahaan.

b. Sebagai bahan evaluasi dan masukan untuk perusahaan dalam hal penerapan program pelayanan kesehatan tenaga kerja agar sehat dan selamat.

(15)

commit to user 2. Program D III Hiperkes dan KK

a. Sebagai sarana pemantapan keilmuan bagi mahasiswa untuk memahami dan mengenal tentang implementasi program pelayanan kesehatan kerja di perusahaan.

b. Sebagai sarana pengembangan keilmuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi mahasiswa melalui tambahan referensi kepustakaan yang bermanfaat khususnya tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja, guna meningkatkan kualitas mahasiswa dalam penerapan ilmu K3 di perusahaan.

3. Mahasiswa

a. Dapat menerapkan keilmuan K3 yang diperoleh dibangku kuliah khususnya mengenai pelayanan kesehatan kerja pada kondisi kerja yang sebenarnya.

b. Dapat membandingkan ilmu yang di dapatkan di bangku kuliah dengan penerapannya di perusahaan khususnya tentang pelayanan kesehatan kerja.

c. Sebagai sarana untuk memperdalam dan menambah pengetahuan dan wawasan yang berhubungan dengan program pelayanan kesehatan kerja.

(16)

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A.Tinjauan Pustaka 1. KesehatanKerja a. Pengertian

Suma’mur (2009) menyatakan bahwa kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja atau masyarakat tenaga kerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi – tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial, dengan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan dan atau lingkunagn kerja, serta terhadap penyakit pada umumnya.

Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang mempunyai ruang lingkup tenaga kerja, yang bertujuan untuk mendapatkan derajat kesehatan bagi tenaga kerja seoptimal mungkin baik fisik, mental, maupun sosial dan produktif (Depnakertrans, 2007)

Darmanto Djojodibroto (1999) menyatakan bahwa kesehatan kerja adalah suatu usaha untuk menilai, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja dengan menempatkan prinsip preventif medic, emergency medical care, rehabilitasi dan kesehatan lingkungan (environmental medic) meningkatkan produktivitas dengan cara

(17)

commit to user

menerapkan prinsip-prinsip human behavior atau memberikan perhatian kepada kebutuhan sosial, ekonomi, administrasi, baik individual tenega kerja maupun kelompok mesyarakat tenaga kerja dan melakukan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu dokter, industrial hygienis, perawat, safety personal, dan lain-lain.

Kesehatan kerja meliputi segala upaya untuk mencegah penyakit akibat kerja dan penyakit lainnya pada tenaga kerja. Tujuannya adalah agar tenaga kerja di tempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan mentalnya sehingga setiap tenaga kerja berada dalam keadaan sehat dan sejahtera pada saat ia mulai bekerja sampai selesai masabaktinya. Kesehatan kerja dilaksanakan pada komunitas tenaga kerja melalui upayakesehatan kerja yang meliputi upaya pengobatan, upaya pencegahan penyakit umum maupun penyakit akibat kerja, pengobatan kepada tenaga kerja yang sakitserta rehabilitasi tenaga kerja yang cacat akibat kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi karena adanya sumber-sumber bahaya di lingkungan kerja. Sumber bahaya menurut Syukri Sahab (1997)berasal dari :

1) Bangunan, peralatan dan instalasi. 2) Bahan.

3) Proses. 4) Cara kerja.

(18)

commit to user

5) Lingkungan kerja yang terdiri atas faktor lingkungan fisik, kimia, biologi, faal kerja/ergonomi dan psikologi.

(Syukri Sahab, 1997). b. Tujuan

Tujuan utama kesehatan kerja adalah pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia, pemberantasan kelelahan kerja dan menambah semangat serta kenikmatan kerja, perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindari bahaya-bahaya pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan dan perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk industri (Suma’mur,2009).

Melalui upaya kesehatan kerja akan terwujud tenaga kerja yang sehat dan produktif sehingga mampu meningkatkan kesejahteraannya dan keluarganya serta masyarakat luas. Tenaga kerja tidak saja diharapkan sehat dan produktif selamamasa kerjanya tapi juga sesudah masa kerja berakhir, sehingga ia dapat menjalanimasapensiun dan hari tuanya tanpa diganggu oleh berbagai penyakit dan gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh tenaga kerjaan maupun lingkungan kerja pada waktu masih aktif bekerja (Syukri Shahab, 1997).

(19)

commit to user

Kesehatan kerja yang merupakan bagian yang spesifik dari segi kesehatan umumnya lebih memfokuskan lingkup kegiatannya pada peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya kesehatan. Tujuan kesehatan kerja menurut Suma’mur (2009), adalah : 1) Agar masyarakat bekerja (tenaga kerja perusahaan, pegawai negeri,

petani, pelayan, tenaga kerja bebas dan sebagainya) dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun sosial.

2) Agar efisiensi kerja dan produktivitas tenaga kerja meningkat sehingga akan meningkatkan pula produktivitas perusahaan.

c. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi kegiatan bersifat komprehensif berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

1) Promotif

Meningkatkan kegairahan kerja, mempertinggi efisiensi dan efektifitas kerja.

2) Preventif

Mencegah tenaga kerja mengalami gangguan kesehatan atau penyakit. Sebagai perlindungan tenaga kerja sebelum adanya proses gangguan kerja.

3) Kuratif

Menekan seminimal mungkin angka absen karena sakit, serta memperpendek lamanya sakit, dengan memperhatikan gangguan

(20)

commit to user

kesehatan atau gejala dini, mengobati penyakit dan mencegah penularan terhadap keluarga atau teman sekerja.

4) Rehabilitatif

Pengamanan bahaya oleh karena proses produksi yang mungkin berakibat pada tenaga kerja maupun masyarakat luas.

5) Penanganan bahaya oleh karena proses produksi yang mungkin berakibat bagi tenaga kerja ataupun masyarakat sekitar.

6) Penyesuaian antara tenaga kerja dengan pekerjaannya dan efisiensi kerja

(Depnakertrans, 2007)

Ruang lingkup kesehatan kerja menurut (Suma’mur, 2009) yaitu :

1) Mempelajari berbagai masalah kesehatan yang timbul karena pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja.

2) Mempelajari kemungkinan buruk akibat hubungan interaktif 3 komponen (beban kerja, kapasitas kerja dan lingkungan kerja) yang dipengaruhi kesehatan dan kinerja.

Adapun bentuk nyata kesehatan kerja adalah :

1) Identifikasi dan monitoring faktor bahaya di lingkungan kerja. 2) Pemeriksaan Kesehatan Awal, Berkala dan Khusus dan Biological

Monitoring.

3) Pelayanan Kesehatan kerja.

4) Penanganan, pencegahan dan penanggulangan gawat darurat dalam industri.

(21)

commit to user 5) Pengendalian lingkungan.

6) Konsultasi dan komunikasi. 7) Pelatihan-pelatihan.

2. Tempat Kerja

Dalam Undang – undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber – sumber bahaya. Yang termasuk tempat kerja ialah ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut (Depnakertrans, 2007)

Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi sesuatu usaha dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja dengan kemungkinan adanya bahaya kerja di tempat tersebut. Tempat kerja mencakup semua kegiatan usaha baik yang bersifat ekonomis maupun sosial, seperti :

a. Bengkel tempat kerja pelajaran praktek b. Tempat rekreasi

c. Rumah sakit d. Tempat ibadah e. Tempat berbelanja f. Pusat hiburan

(22)

commit to user

Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja sangat mengganggu operasi perusahaan apabila tidak mengambil langkah pengendalianyang memadai. Bagi tenaga kerja, kecelakaan dan sakit akibat kerja sangat merugikandan dapat menimbulkan penderitaan, tidak hanya bagi tenaga kerja itu sendiri tapi jugabagi keluarganya terutama jika kecelakaan atau penyakit akibat kerja tersebut sampai mengakibatkan cacat tetap atau kematian (Syukri Sahab, 1997).

Untuk mengendalikan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja, perlu diidentifikasi sumber bahaya yang ada di tempat kerja dan dievaluasi tingkat risikonya serta dilakukan pengendalian yang memadai. Bahaya dari lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja (Syukri Sahab, 1997).

Bahaya-bahaya tersebut berasal dari: a. Pekerjaan di lingkungan bising.

b. Pekerjaan dengan atau lingkungan kerja mengandung radiasi.

c. Pekerjaan dengan atau lingkungan kerja mengandung gelombang elektromagnetik.

d. Pekerjaan di lingkungan suhu tinggi. e. Pekerjaan di lingkungan suhu rendah.

f. Pekerjaan di lingkungan dengan tekanan tinggi atau pekerjaan di bawah air.

(23)

commit to user g. Pekerjaan dengan ketinggian.

h. Pekerjaan menggunakan atau di lingkungan dengan penerangan tinggi. i. Pekerjaan menggunakan atau di lingkungan dengan getaran tinggi. j. Pekerjaan menggunakan atau di lingkungan debu.

k. Pekerjaan menggunakan bahan baku antara lain logam berat (Pb, Hg, Mn, Cd, Ni, Cn, Zn,Al).

l. Pekerjaan menggunakan gas atau lingkungan yang mengandung gas, fume.

m. Pekerjaan di lingkungan kadar oksigen rendah. n. Pekerjaan menggunakan solvent (pelarut organik).

o. Pekerjaan menggunakan bahan berbahaya dan beracun (B3). 3. GangguanKesehatan

Suma’mur (2009) menyatakan bahwa agar seorang tenaga kerja ada dalam keserasian sebaik – baiknya yang berarti dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerja setinggi – tingginya maka perlu ada keseimbangan yang menguntungkan dari faktor – faktor, yaitu:

a. Beban kerja

Suma’mur (2009) menyatakan bahwa tenaga kerja memiliki kesamaan yang berlaku umum yaitu mereka memiliki keterbatasan hanya mampu untuk memikul beban sampai suatu tingkat tertentu. Prinsip ini yang mendasari maksud penempatan seorang tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan yang tepat pula. Atau dengan lebih tegas pemilihan tenaga kerja tersehat untuk pekerjaan yang tersehat pula. Derajat tepat suatu

(24)

commit to user

penempatan meliputi kecocokan pengalaman, pengetahuan, keahlian, keterampilan, motivasi, sikap kerja dan lain-lain sebagainya.

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban kerja bisa berupa beban fisik, mental, atau sosial baik ringan, sedang atau berat tergantung jenis pekerjaan. Menurut Syukri Sahab (1997), beban kerja dapat menyebabkan kelelahan. Kelelahan yang terjadi bisa kelelahan fisik maupun kelelahan mental yang berlebihan, maka beban kerja pada seorang tenaga kerja disesuaikan dengan kemampuannya.

b. Beban Tambahan Akibat Lingkungan Kerja

Suatu pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi yang menyebabkan beban tambahan pada jasmani dan rohani tenaga kerja. Beban ini akan menambah beban kerja yang dapat langsung dari pekerjaan yang sebenarnya. Faktor – faktor penyebab beban tambahan ada lima menurut Suma’mur (2009) yaitu:

1) Faktor fisik, yaitu penerangan, suhu udara, kelembaban, getaran, radiasi, tekanan udara.

2) Faktor kimia, yaitu gas, uap, debu kabut, fume, asap, awan, cairan dan benda padat.

3) Faktor fisiologis, yaitu konstruksi mesin, sikap dan cara kerja. 4) Faktor biologi, yaitu virus, bakteri, jamur.

5) Faktor mental psikologis, yaitu suasana kerja, hubungan antar tenaga kerja, hubungan antara tenaga kerja dengan atasan.

(25)

commit to user c. Kapasitas kerja

Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang tenaga kerja dalam melakukanpekerjaannya. Kemampuan kerja sangat tergantung pada ketrampilan, keserasian, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran-ukuran tubuh (Suma’mur, 2009).

4. PenyakitAkibatKerja (PAK)

Dalam melaksanakan tugasnya di perusahaan, seseorang atau sekelompok tenaga kerja berisiko mendapat kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja atau yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Darmanto Djojodibroto, 1999).

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 02/MEN/1981 (Pungky W, 2002), yang dimaksud dengan penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan olehpekerjaan atau lingkungan kerja. sedangkan dalam Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul Akibat Hubungan Kerja pada pasal 1 dan 2 disebutkan bahwa penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada saat masalah dalam hubungan kerja ataupun setelah hubungan kerja berakhir.

Dalam Perturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja bahwa penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja (occupational disease)

(26)

commit to user

ditetapkan berdasarkan karakteristik penyebab dan proses terjadinya lambat (kronis). Bila proses terjadinya cepat atau mendadak (akut) disebut kecelakaan (Tarwaka, 2008)

Bennett dan Rumondang Silalahi (1995) menyatakan bahwa faktor – faktor penyebab beberapa penyakit akibat kerja adalah :

a. Golongan fisik : bunyi dan getaran, suhu ruang kerja, radiasi sinar radioaktif, tekanan udara, penerangan, dll.

b. Golongan kimia : debu, uap, gas, dan cairan beracun. c. Golongan Biologis : tumbuhan dan hewan.

d. Golongan Fisiologis : konstruksi mesin atau peralatan, sikap kerja, dan cara kerja.

e. Golongan Psikologis : proses kerja, hubungan kerja dan sarana kerja yang kurang memadai.

Suma’mur (2009) juga menyatakan bahwa dalam ruang atau di tempat kerja biasanya terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab penyakit akibat kerja sebagai berikut :

a. Faktor Fisik

1) Suara, yang bisa menyebabkan pekak atau tuli.

2) Radiasi sinar – sinarrontgen atau sinar-sinar radioaktif, yang menyebabkan antara lain penyakit susunan darah dan kelainan – kelainan kulit. Radiasi sinar inframerah bisa mengakibatkan katarak kepada lensa mata sedangkan sinar ultraviolet menjadi sebab conjunctivitisphotoelectrica.

(27)

commit to user

3) Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heatstroke, heatcramps atau hyperpyrexia sedangkan suhu-suhu yang rendah antara lain menimbulkan frostbite.

4) Tekanan yang tinggi menyebabkan caissondisease.

5) Penerangan lampu yang kurang baik misalnya menyebabkan kelainan kepada indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.

b. Faktor Kimiawi

1) Debu yang menyebabkan pneumoconiosis, diantaranya : silicosis, asbestosis dan lain-lain.

2) Uap yang diantaranya menyebabkan metal fume fever, dermatitis dan keracunan.

3) Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lain-lain.

4) Larutan, yang misalnya menyebabkan dermatitis.

5) Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insecticida), racun jamur dan lain-lain yang menimbulkan keracunan.

c. Faktor biologis, misalnya oleh bibit penyakit anthraxatau brucellapada tenaga kerja-tenaga kerja penyamak kulit.

d. Golongan fisiologis / ergonomis yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan konstruksi mesin, sikap badan tidak benar melakukan pekerjaan dan lain-lain yang kesemuanya menyebabkan kelelahan fisik dan gangguan kesehatan.

(28)

commit to user

e. Golongan mental psikologis, hal ini terlihat misalnya pada hubungan kerja atau industrial yang tidak baik, dengan akibat timbulnya misalnya depresi atau penyakit psikosomatis.

Diagnosis PAK adalah landasan terpenting bagi manajemen penyakit tersebut, yaitu meliputi tindakan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Diagnosis PAK juga merupakan penentu bagi dimiliki atau tidak dimilikinya hak atas manfaat jaminan penyakit akibat kerja yang tercakup dalam program jaminan kecelakaan kerja. Sebagaimana berlaku bagi semua penyakit pada umumnya, hanya dokter yang berkompeten membuat diagnosa penyakit akibat kerja (Suma’mur, 2009).

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. KEP 333/MEN/1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja, bahwa diagnosis penyakit akibat kerja ditegakkan melalui serangkaian pemeriksaan klinis dan pemeriksaan kondisi pekerjaan serta lingkungannya untuk membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara penyakit dan pekerjaannya.

Syukri Sahab (1997) menyatakan bahwa kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi karena adanya sumber-sumber bahaya di lingkungan kerja. Sumber-sumber bahaya ini biasanya berasal dari :

a. Bangunan, peralatan dan instalasi

Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.

(29)

commit to user b. Bahan

Bahaya dari bahan meliputi berbagai risiko sesuai dengan sifat bahan, antara lain:

1) Mudah terbakar, 2) Mudah meledak, 3) Menimbulkan alergi,

4) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, 5) Menyebabkan kanker,

6) Mengakibatkan kelainan pada janin, 7) Bersifat racun,

8) Radioaktif. c. Proses

Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang digunakan. Proses yang digunakan di industri ada yang sederhana tetapi ada proses yang rumit. Hal ini dapat mengakibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

d. Cara kerja

Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan tenaga kerja itu sendiri dan orang lain di sekitarnya. Cara yang demikian antara lain :

1) Cara kerja mengangkat dan mengangkut, apabila dilakukan dengan cara yang salah dapat mengakibatkan cidera dan yang paling sering adalah cidera pada tulang punggung.

(30)

commit to user

2) Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan api serta tumpahan bahan berbahaya.

3) Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara yang salah.

e. Lingkungan kerja

Bahaya dari lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktivitas dan efisiensi kerja adalah bahaya yang bersifat fisik, kimia, biologis, gangguan jiwa dan gangguan yang bersifat faal.

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.1 tahun 1981 (Pungky W, 2002), kewajiban pengusaha dalam menghadapi penyakit akibat kerja adalah:

1) Pengurus wajib dengan segera melakukan tindakan-tindakan preventif agar penyakit akibat kerja yang sama tidak terulang kembali diderita oleh tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya.

2) Apabila terdapat keraguan terhadap hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh dokter perusahaan, pengurus dapat meminta bantuan Depnakertrans untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. 3) Pengurus wajib menyediakan secara cuma – cuma semua alat

perlindungan diri yang diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja. Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.1 tahun 1981 (Pungky W, 2002), kewajiban dan hak tenaga kerja dalam menghadapi penyakitakibat kerja antara lain:

(31)

commit to user

a. Tenaga kerja harus memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan bila diperiksa oleh dokter atau pengawas keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Tenaga kerja harus memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan untuk pencegahan penyakit akibat kerja.

c. Tenaga kerja harus memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat untuk pencegahan penyakit akibat kerja.

d. Tenaga kerja berhak meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat – syarat pencegahan penyakit akibat kerja.

e. Tenaga kerja berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan pada pekerjaan yang diragukan keadaan pencegahannya terhadap penyakit akibat kerja.

5. Kecelakan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diinginkan, datangnya dengan tiba – tiba dan sudah terduga yang bisa menyebabkan kerugian pada manusia, perusahaan, masyarakat, maupun lingkungan. Kecelakaan diakibatkan antara kontak dengan sumber energi (kimia, mekanik, elektrikal, dan lain – lain) yang melebihi ambang batas tubuh (Suma’mur, 2009)

Kecelakaan kerja selain menimbulkan kerugian secara ekonomi juga menimbulkan kerugian non ekonomi yang sulit dinilai. Kerugian ekonomi antara lain kerusakan mesin dan bahan, hari kerja yang hilang, produksi yang hilang, dan biaya kecelakaan. Kerugian non ekonomis sulit dinilai,

(32)

commit to user

seperti halnya penderita korban kecelakaan yang anggota tubuhnya hilang atau anggota keluarganya yang meninggal akibat kecelakaan. Oleh karena itu manajemen berkewajiban agar selalu meningkatkan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang dipimpinnya(Syukri Sahab, 1997). Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan manusia yang tidak aman (unsafe act) dan keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition). Karena penyebab utama kecelakaan adalah dari faktor manusia misalnya konsentrasi berkurang, kurang disiplin, kerja sambil bergurau dan coba – coba ambil cara pendek atau mudahnya, serta sifat tergesa – gesa, oleh karena itu sumber daya manusia dalam hal ini memegang peranan penting dalam penciptaan keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga kerja yang mau membiasakan dirinya dalam keadaan yang aman akan sangat membantu dalam memperkecil angka kecelakaan kerja (Suma’mur, 2009)

Suma’mur (1996) menyatakan bahwa setiap kecelakaan atau penyakit akibat kerja yang terjadi merupakan serangkaian proses sebab akibat. Dengan cara memutuskan mata rantai tersebut, peristiwa kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha pencegahan jauh lebih kecil dibandingkan dengan biaya – biaya kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

Penyebab dasar kecelakaan adalah : a. Faktor pekerjaan

(33)

commit to user 2) Rekayasa yang kurang memadai 3) Pengadaan kurang memadai

4) Peralatan dan perkakas kurang memadai 5) Standar kerja kurang memadai

6) Keausan dan salah pakai serta perlakuan yang keliru b. Faktor individu

1) Pengetahuan kurang 2) Keterampilan kurang 3) Stres dan tegang 4) Motivasi kurang

Kerugian – kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan akibat kerja, adalah : a. Kerusakan

b. Kekacauan organisasi c. Keluhan dan kesedihan d. Kelainan dan cacat e. Kematian

(Suma’mur, 1993)

Tenaga kerja yang mengalami risiko ini berhak mendapat jaminan dari perusahaan. Kecelakaan kerja berakibat cidera dan kehilangan hari kerja dilaporkan ke Depnaker dan Jamsostek. Lapor ke Jamsostek guna membayar santunan yang menjadi hak tenaga kerja sebagai akibat kecelakaan, misal diantaranya yaitu biaya perawatan, santunan cacat, kematian dan sebagainya. Sedangkan laporan ke Depnaker ada 2

(34)

commit to user

manfaatnya ialah untuk mengawasi dan memastikan bahwa tenaga kerja yang telah memperoleh haknya dan mengumpulkan data untuk dianalisis guna kebijakan untuk mencegah kecelakaan kerja (Syukri Sahab, 1997). 6. Upaya Pencegahan

Gangguan-gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai faktor dalam pekerjaan bisa dihindari, asal saja tenaga kerja dan pimpinan perusahaan ada kemauan baik untuk mencegahnya. Tentu perundang-undangan tidak akan ada faedahnya, apabila pimpinan perusahaan tidak melaksanakan ketetapan – ketetapan perundang – undangan itu, juga apabila para tenaga kerja tidak mengambil peranan penting dalam menghindarkan gangguan-gangguan kesehatan tersebut (Suma’mur, 2009).

Pengurus perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman penyakit akibat kerja terhadap pekerjaannya (Darmanto Djojodibroto, 1999). Adapun kewaspadaan tersebut berupa :

a. Melaksanakan pencegahan timbulnya penyakit.

b. Melaksanakan deteksi dini gangguan, yaitu deteksi gangguan mekanisme homeostatik dan kompensasi pada saat dimana perubahan-perubahan biokimia, morfologis, dan fungsional masih dapat pulih.

c. Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program Jamsostek.

Cara pencegahan PAK agak berlainan dari pada diagnosa penyakit umum. Adapun langkah yang perlu diambil untuk menegakkan suatu diagnosa PAK, antara lain :

(35)

commit to user b. Pemeriksaan klinis

c. Pemeriksaan laboratorium d. Pemeriksaan rontgen

e. Pemeriksaan tempat kerja dan ruangan

f. Hubungan antara bekerja dan tidak bekerja dengan gejala penyakit. Bennet dan Rumondang Silalahi (1995) menyatakan bahwa langkah-langkah kearah pencegahan penyakit akibat kerja terdiri dari kesadaran manajemen untuk mencegah penyakit akibat kerja dan mengatur tata cara pencegahan. Manajemen harus sadar bahwa peningkatan produktivitas kerja sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan prestasi kerja. Kedua hal tersebut tidak terlepas dari tenaga kerja yang sehat, selamat dan sejahtera. Jadi peningkatan kesejahteraan dan keselamatan kerja harus didukung oleh lingkungan yang sehat. Sedangkan tata cara pencegahan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Substitusi

Bahan – bahan berbahaya atau terbukti dapat menyebabkan penyakit secara cepat atau lambat harus ditukar dengan yang lebih aman

b. Isolasi

Mengisolasi proses yang bising atau pencampuran bahan atau larutan yang menimbulkan gas berbahaya.

c. Ventilasi penyedotan

Kipas penghisap atau exhaust fan pada tempat – tempat tertentu dipasang agar gas yang berbahaya terhisap keluar dan ditukar denga udara bersih.

(36)

commit to user d. Ventilasi umum

Tempat – tempat bekerja bagi tenaga kerja seperti tempat pengemasan atau dapur produksi harus dilengkapi dengan ventilasi umum untuk memudahkan peredaran udara.

e. Alat pelindung

Alat – alat yang melindungi tubuh atau sebagian dari tubuh wajib dipakai oleh tenaga kerja, misalnua topi pengaman, masker, respirator (alat bantu pernafasan), kacamata, sarung tangan, pakaian kerja, sepatu dan sebagainya

f. Pemeriksaan kesehatan pra karya

Setiap tenaga kerja harus terlebih dahulu melalui pemeriksaan kesehatan umum dan khusus untuk menginderakan kelemahan masing – masing. g. Pemeriksaan kesehatan berkala

Pemeriksaan ini perlu pengindera sedini mungkin apakah faktor – faktor penyebab penyakit sudah menimbulkan gangguan dan kelainan.

h. Pemeriksaan kesehatan khusus

Tenaga kerja yang menunjukkan gejala yang dicurigai ada kaitannya dengan lingkungan kerjanya harus dikirim ke poliklinik spesialis untuk menjalani pemeriksaan khusus. Langkah seperti ini sangat membantu tenaga kerja itu sendiri ataupun manajemen.

i. Penerangan prakarya.

Sebelum tenaga kerja bekerja, terlebih dahulu harus menjalani induksi atau perkenalan pada lingkungan pekerjaan dan semua peraturan tentang

(37)

commit to user

keselamatan dan kesehatan kerja. langkah seperti ini biasanya menimbulkan rasa berhati –hati dan meningkatkan kewaspadaan.

j. Pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja

Pendidikan ini dijalankan oleh setiap mandor (foreman), penyedia anggota Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ahlinya. Kemudian mereka mendidik tenaga kerja dalam praktek manufaktur yang baik dan kesehatan kerja.

Pemeriksaan kesehatan kerja ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 02/MEN/1980 (Depnakertrans, 2007) tentang pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja yang meliputi :

1) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja

Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ditujukan agar tenaga kerja yang diterima untuk melakukan pekerjaan, antara lain:

a) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ditujukan agar tenaga kerja yang diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya dan cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dan tenaga kerja lainnya dapat terjamin.

b) Semua perusahaan sebagaimana tersebut dalam Undang-undang No. 1 tahun 1970, harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelun kerja.

(38)

commit to user

c) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja meliputi pemeriksaan kesehatan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bila mungkin) dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu. d) Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu perlu dilakukan pemeriksaan yang

sesuai dengan kebutuhan guna mencegah bahaya yang diperkirakan timbul.

e) Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman pemeriksaan kesehatan sebelum kerja yang menjamin penempatan tenaga kerja sesuai dengan kesehatan dan pekerjaan yang akan dilakukannya dan pedoman tersebut mendapatkan persetujuan terlebih dahulu oleh direktur.

f) Pedoman pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dibina dan dikembangkan mengikuti kemampuan perusahaan dan kemajuan kedokteran dalam keselamatan kerja.

g) Jika 3 (tiga) bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter, tidak ada keraguan-raguan maka perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja.

2) Pemeriksaan kesehatan berkala

Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter. a) Pemeriksaan kesehatan berkala dimaksudkan untuk mempertahankan

derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan

(39)

commit to user

sedini mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan.

b) Semua perusahaan harus melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 tahun sekali, kecuali ditentukan lain oleh Direktur Jenderal Pembinaan dan Perlindungan Tenaga Kerja.

c) Pemeriksaan Kesehatan Berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaranjasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.

d) Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman pemeriksaan kesehatan berkala sesuai dengan kebutuhan menurut jenis-jenis tenaga kerjaan yang ada.

e) Pedoman pemeriksaan kesehatan dikembangkan mengikuti kemampuan perusahaan dan kemajuan kedokteran dan keselamatan kerja.

f) Dalam hal ditemukan kelainan atau gangguan kesehatan pada tenaga kerja pada pemeriksaan berkala, pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan tersebut dan sebab-sebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan kesehatan kerja.

g) Agar pemeriksaan kesehatan berkala mencapai sasaran yang luas, maka pelayanan kesehatan di luar perusahaan dapat dimanfaatkan oleh pengurus menurut keperluan.

(40)

commit to user

h) Dalam melaksanakan kewajiban pemeriksaan kesehatan berkala, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja dapat menunjuk satu atau beberapa Badan sebagai penyelenggara yang akan membantu perusahaan yang tidak mampu melakukan sendiri pemeriksaan kesehatan berkala.

3) Pemeriksaan kesehatan khusus

Pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu, meliputi:

a) Pemeriksaan kesehatan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan – golongan tenaga kerja tertentu.

b) Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan pula terhadap:

(1) Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan lebih dari 2 (dua) minggu.

(2) Tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.

(3) Tenaga kerja yang terdapat dugaan – dugaan tertentu mengenai gangguan-gangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan.

c) Pemeriksan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat keluhan – keluhan diantara tenaga kerja, atau atas pengamatan Pegawai

(41)

commit to user

Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja, atau atas penilaian Pusat Bina Hiperkes dan Balai – balainya atau atas pendapat umum masyarakat.

d) Pemeriksaan kesehatan terhadap kelalaian/gangguan yang disebabkan akibat pekerjaan dan ditemukan pada pemeriksaan khusus ini berlaku ketentuan asuransi sosial tenaga kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam pengendalian penyakit akibat kerja menurut (Depnakertrans RI, 2007) adalah :

a. Memberikan penerangan, bimbingan dan penyuluhan kepada tenaga kerja pada waktu mulai masuk bekerja maupun secara periodik mengenai:

1) Cara-cara bekerja yang benar dalam mengutamakan kesehatan dan keselamatan kerja.

2) Selalu menjaga kebersihan diri sendiri dengan cara memakai pakaian kerja yang bersih pada waktu bekerja, mencuci tangan, muka maupun mulut sebelum makan, minum ataupun merokok. Sehabis bekerja harus mandi memakai sabun khusus pelarut logam dan menggunakan pakaian kerja dengan pakaiannya sendiri yang bersih.

3) Menyediakan sarana-sarana dan peralatan yang berkaitan dengan pengendalian penyakit akibat kerja (PAK) seperti:

(42)

commit to user b) Tempat mandi,

c) Tempat mencuci tangan, muka, mulut, yang dekat ruang kerja. d) Tempat mencuci pakaian kerja,

e) Alat pelindung diri (APD),

f) Memasang papan-papan peringatan,

g) Jika perlu, memberikan sanksi bagi yang melanggar ketentuan. h) Menyediakan makan siang yang cukup nilai gizinya.

7. Pelayanan Kesehatan Kerja

Pelayanan kesehatan kerjameupakan upaya yang diselenggarakan oleh organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, dan mencegah dan menyembuhkan penyakit, memulihkan kesehatan tenaga kerja.

Pengurus perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman penyakit akibat kerja terhadap tenaga kerjaannya (Darmanto Djojodibroto, 1999). Adapun kewaspadaan tersebut berupa :

a. Melaksanakan pencegahan timbulnya penyakit.

b. Melaksanakan deteksi dini gangguan, yaitu deteksi gangguan mekanisme homeostatic dan kompensasi pada saat dimana perubahan – perubahan biokimia, morfologis, dan fungsional masih dapat pulih.

c. Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program Jamsostek.

Pemeriksaan kesehatan para tenaga kerja sering mengungkapkan adanya bahaya kesehatan di tempat kerja, sehingga memerlukan evakuasi dan perawatan lingkungan lebih lanjut. Pemeriksaan seperti itu mempunyai arti epidemiologis yang penting dalam evakuasi tersebut (Joko Suyono, 1993).

(43)

commit to user

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 (Depnakertrans RI, 2007) tentang pelayanan kesehatan kerja. Pelayanan kesehatan kerja adalah suatu usaha kesehatan yang dilaksanakan dengan tujuan:

a. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental, terutama pekerjaan dengan tenaga kerja.

b. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja.

c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik tenaga kerja.

d. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita sakit.

Sedangkan tugas pokok pelayanan kesehatan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982, meliputi:

1) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus.

2) Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja.

3) Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja. 4) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitasi air.

5) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja. 6) Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit

(44)

commit to user 7) Pertolongan pertama pada kecelakaan.

8) Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas pertolongan pertama pada kecelakaan.

9) Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja.

10) Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

11) Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai kelainan tertentu dalam kesehatannya.

12) Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus.

Suma’mur (2009) menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan kerjatergantung pada jumlah tenaga kerja.

Hubungan antara pekerjaan dan kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan ataupenyakit pada pekerjaan telah lama diketahui. Penyakit akibat kerja sering dianggap sebagai “the silent killer”, tidak saja merugikan tenaga kerja yang tanpa sadar telah mengidap penyakit akibat kerja atau lingkungan kerja, melainkan juga mengakibatkan kerugian sosial dan ekonomi serta menurunkan produktivitas kerja (Syukri Sahab, 1997).

Pelayanan kesehatan kerja diperusahaan dikenal juga sebagai pelayanan kesehatan kerja, diselenggarakan untuk melindungi tenaga kerja dari kemungkinan mengalami gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

(45)

commit to user

pekerjaan dan lingkungan kerja serta sekaligus mengupayakan peningkatan kemampuan fisik tenaga kerja, meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, memulihkan kesehatan perorangan dan keluarga. Program pelayanan kesehatan kerja yang dianjurkan adalah program pelayanan kesehatan yang terdiri dari pelayanan promotif, pelayanan preventif, pelayanan kuratif dan pelayanan rehabilitatif (Depkes, 2003)

a. PelayananPromotif

Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sehat dengan tujuan meningkatkan kegairahan kerja, mempertinggi efisiensi dan efektifitas kerja, kegiatannya meliputi :

1) Penyuluhan

2) Pelatihan / training

3) Pendidikan / pembinaan kesehatan b. PelayananPreventif

Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja sebagai perlindungan tenaga kerja sebelum adanya proses gangguan kerja, kegiatannya meliputi: 1) Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sebelum kerja, berkala, dan

khusus

2) Kesehatan lingkungan kerja

3) Perlindungan dari bahaya kebakaran

4) Penyerasian tenaga kerja, mesin, dan alat-alat kerja

5) Pengendalian bahaya lingkungan kerja agar berada dalam keadaan aman

(46)

commit to user c. PeayananKuratif

Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sudah memperhatikan gangguan kesehatan atau gejala dini, mengobati penyakit dan mencegah penularan terhadap keluarga atau teman sekerja, kegiatannya meliputi :

1) Pengobatan terhadap penyakit umum

2) Pengobatan terhadap penyakit yang disebabkan oleh kecelakaan akibat kerja.

d. PelayananRehabilitatif

Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang terkena penyakit atau atau kecelakaan yang telah menimbulakan cacat sehingga menyebabkan ketidakmampuan bekerja secara permanen, kegiatannya meliputi :

1) Pemulihan kesehatan dengan terapi / rehabilitasi medik

2) Latihan, penyuluhan, dan pendidikan tenaga kerja untuk dapat menggunakan kembali kemampuannya yang masih ada secara maksimal.

3) Penempatan kembali tenaga kerja cacat secara selektif sesuai dengan kemampuannya.

Adanya dokter perusahaan sangat bermanfaat untuk kesehatan tenaga kerja perusahaan. Dokter dalam perusahaan membantu pengusaha dalam seleksi tenaga kerja untuk tenaga kerjaan tertentu, meninggikan keadaan kesehatan tenaga kerja, penempatan yang tepat dari seorang tenaga kerja sesuai dengan

(47)

commit to user

kesehatan jasmani dan rohaninya, P3K, pengobatan dan perawatan terhadap penyakit-penyakit mendadak, meninggikan kesehatan lingkungan di tempat kerja dan masyarakat pada umumnya (Suma’mur, 2009).

Dokter perusahaan berbeda dengan dokter praktek umum yang hanya memeriksa orang sakit dan mengobatinya. Selain itu dokter perusahaan harus mengadakan pencegahan penyakit umum, penyakit – penyakit akibat kerja dan kecelakaan, harus menjalankan kedokteran konstruktif, juga harus menjalankan usaha-usaha preventif untuk masyarakat tertutup antara lain dengan imunisasi. Untuk itu, dokter perusahaan harus mengetahui proses produksi dan unit-unit operasinya dalam perusahaan, jenis pekerjaan dan bahan-bahan yang digunakandalam perusahaan (Suma’mur, 2009).

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Tenaga kerja dalam Penyelenggraan Keselamatan kerja disebutkan bahwa yang dimaksud dokter adalah dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan telah memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. PER 01/MEN/1976 dan syarat lain yang dibenarkan oleh Direktur Jendral pembinaan hubungan perburuhan dan perlindungan tenaga kerja.

Fungsi seorang dokter perusahaan dalam rangka menuju sasaran yaitu kesehatan dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya adalah sebagai berikut :

(48)

commit to user

a. Melindungi para tenaga kerja terhadap suatu bahaya pada kesehatan dan efek buruk pada efisiensi dan produktivitas kerja yang mungkin timbul dari pekerjaan atau kondisi-kondisi tempat kerja di lingkungan kerja b. Membantu kearah penyesuaian fisik dan mental para tenaga kerja,

khususnya penyesuaian pekerjaan kepada para tenaga kerja dan penempatan mereka yang cocok pada pekerjaannya, sehingga para tenaga kerja sehat dan produktif.

c. Membantu tercapainya dan terpeliharanya derajat kesehatan fisik dan mental serta efisiensi dan produktivitas para tenaga kerja setinggi-tingginya.

(Suma’mur, 2009).

Adapun ruang lingkup kegiatan seorang dokter perusahaan meliputi:

a. Penyelenggaraan usaha-usaha kuratif yang menjamin keadaan penyakit-penyakit umum dalam tingkat serendah mungkin dan menjamin persyaratan kesehatan dan efisiensi kerja yang maksimal.

b. Pencegahan yang ditujukan pada penyakit – penyakit umum melalui berbagai usaha seperti imunisasi dan vaksinasi, pendidikan kesehatan dan lain-lain.

c. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala dan khusus dan bila perlu pemeriksaan-pemeriksaan biologis dan radiologis.

d. Pemberian nasehat kepada pimpinan perusahaan dan tenaga kerja yang menjamin efisiensi dan produktivitas setinggi-tingginya.

(49)

commit to user

e. Pengamatan penyesuaian para tenaga kerja, khususnya mereka yang cacat sesuai dengan kemampuan fisik, ikut serta dalam rehabilitasi serta memberikan nasehat-nasehat yang diperlukan agar tenaga kerja yang cacat tetap sehat dan produktif secara maksimal.

f. Pemberian pandangan dan ikut serta dalam penyelenggaraan analisis jabatan dengan tinjauan-tinjauan pada keadaan higiene, fisiologis dan psikologis yang memungkinkan tenaga kerja sehat dan produktif dalam pekerjaannya.

g. Pengenalan semua faktor dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi kesehatan dan efisiensi kerja serta pemberian nasehat tentang hal itu pada pimpinan perusahaan.

h. Ikut serta dengan bagian atau badan lain dalam perusahaan dalam pencegahan kecelakaan, penyakit akibat kerja serta gangguan efisiensi dan produktivitas kerja, serta pengawasan APD dan penggunaannya, dan memberikan nasehat kepada pimpinan perusahaan dan tenaga kerja tentang hal itu.

i. Pemberian nasehat kepada tenaga kerja secara perorangan atas permintaan mereka mengenai suatu penyakit atau gangguan kesehatan dan efisiensi kerja yang mungkin terjadi atau bertambah buruk dalam mengerjakan pekerjaan.

j. Latihan P3K kepada para tenaga kerja, pengawasan dan pemeliharaan alat – alat P3K dengan kerjasama dengan bagian lain di perusahaan.

(50)

commit to user

k. Pemberian nasehat tentang fasilitas-fasilitas yang dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja seperti dapur, kantin, rumah-rumah, perusahaan dan bila perlu tentang pemberian makanan kepada para tenaga kerja.

l. Penyelenggaraan perbaikan gizi para tenaga kerja melalui pendidikan serta pembinaan nasehat tentang gizi kepada pimpinan perusahaan atau tenaga kerja.

m. Ikut serta dan pemberian pandangan dalam kegiatan-kegiatan keluarga berencana, rekreasi, higene mental dan lain-lain.

n. Pengumpulan dan penilaian secara periodik statistik-statistik tentang kesehatan perusahaan.

o. Penelitian-penelitian dalam higene perusahaan dan kesehatan kerja atau bekerja sama dalam riset dengan badan-badan lain.

(Suma’mur, 2009),

Yang dimaksud tenaga paramedis dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 01/MEN/1979 tentang kewajiban latihan hiperkes dan keselamatan kerja bagi tenaga paramedis perusahaan adalah tenaga paramedik yang ditunjuk atau ditugaskan untuk melaksanakan atau membantu penyelenggaraan tugas-tugas higiene perusahaan, kesehatan dan keselamtan kerja di perusahaan atas petunjuk dan bimbingan perusahaan (Pungky. W, 2002).

Dalam penanganan kecelakaan, dokter perusahaan, tenaga paramedis, dan safety seharusnya membicarakan dengan pimpinan untuk merencanakan

(51)

commit to user

tentang penanganan keadaan darurat pada suatu kecelakaan kerja yang serius yang dapat berupa kerusakan seperti peledakan, kebakaran, dan kejadian lainnya. Adapun prosedur penanganan kecelakaan meliputi :

a. seleksi, pelatihan dan penempatan perawat untuk membantu pengawasan dan pengadaan personil lainnya.

b. Pengangkutan korban

c. Pemindahan korban yang luka berat ke rumah sakit

d. Koordinasi kegiatan dengan departemen safety, penjaga, bagian pemadam kebakaran dan kelompok atau tim lain yang bersangkutan. e. Rumah sakit rujukan.

Bentuk pelayanan lain yang dapat menunjang seorang tenaga kerja untuk memberikan pengobatan agar tetap dalam keadaan sehat yaitu dengan adanya rumah sakit rujukan, karena tidak semua kecelakaan ataupun sakit dapat ditangani dengan adanya P3K dan poliklinik.

Darmanto Djojodibroto (1999) menyatakan bahwa suatu pelayanan kesehatan diperusahaan dapat dikatakan baik apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Tersedia (availabele)

Perusahaan harus menyediakan pelayanan kesehatan untuk pegawainya dengan cara mempunyai poliklinik atau rumah sakit, bila tidak menyerahkannya pada poihak ketiga.

b. Wajar (propriate)

(52)

commit to user c. Berkesinambungan (continue)

Pelayanan kesehatan yang memerlukan kelanjutan harus diberikan berkesinambungan. Pemeriksaan kesehatan berkala harus dilakukan secara periodic sehingga keadaan kesehatan pegawai bisa dipantau secara terus menerus.

d. Dapat diterima (acceptable)

Suatu perusahaan besar dengan laba besar tentu saja tidak layak bila memberikan fasilitas kesehatan yang minimal.

e. Dapat dicapai (accessible)

Pelayanan kesehatan yang diupayakan harus mudah dicapai. f. Terjangkau (affordable)

Perusahaan bisa memilih pelayanan kesehatan yang sesuai standar dan harganya terjangkau oleh perusahaan.

Perusahaan melakukan upaya kesehatan kerja agar kesejahteraan tenaga kerjanya terjamin. Kesejahteraan tenaga kerja yang baik akan membuahkan tenaga kerja kerja yang produktif, dengan demikina perusahaan akan bertambah maju.

8. Poliklinik

Poliklinik perusahaan dapat menjadi salah satu sub sistem dari manajemen K3 di perusahaan sehingga dua aspek yaitu pelayanan kesehatan tenaga kerja dan pengelolaan lingkungan kerja dapat dilakukan bersama. Berbeda dengan sistem pelayanan kesehatan tenaga kerja khususnya segi kuratifnya. Sesuai undang-undang yang berlaku Peraturan Menteri Tenaga

(53)

commit to user

Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja, poliklinik perusahaan sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan kerja harus di bawah tanggung jawab seorang dokter yang telah memenuhi persyaratan yang antara lain telah mengikuti pelatihan Hiperkes bagi dokter perusahaan. Demikian juga paramedik di poliklinik perusahaan diwajibkan mengikuti pelatihan Hiperkes bagi paramedik perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar poliklinik perusahaan dapat melakukan pencegahan dan pengobatan penyakit umum dan penyakit akibat kerja (Depnakertrans RI, 2007).y

9. Laporan Medis

Dalam upaya pelayanan kesehatan kerja digarapkan dapat menjadikan tenaga kerja yang sehat dan produktif dengan upaya – upaya secara promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif. Upaya pelayanan kesehatan akan tampak keberhasilannya bila dilihat dari laporan yang dilakukan rutin setiap satu bulan sekali. Untuk itu dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan pasal 2 poin 1 disebutkan bahwa tugas pokok pelayanan kesehatan adalah memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus.

Upaya pencegahan kecelakaan agar efektif, harus didasari pengetahuan penyebabnya secara lengkap dan tepat. Pengumpulan dan pencatatan data kecelakaan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang lengkap guna upaya pencegahan kecelakaan.

Gambar

Tabel 1. Daftar Isi Kotak P3K ........................................................................
Gambar 1. Kerangka Pemikiran  .....................................................................
Table 1. Daftar isi kotak P3K

Referensi

Dokumen terkait

1) Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi yang diberikan.. baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya maupun

Marzoeki Mahdi Bogor yaitu: Launching (1) Layanan Hotline 24 Jam (D’Patens 24) dan (2) Perintis Apel (Integrasi Aset dengan Pelayanan Kesehatan).Dalam kegiatan di

berdasarkan standar atau rasio tenaga dokter umum terhadap karakteristik demografis penduduk, karakteristik geografis - administratif, jumlah sarana pelayanan kesehatan, dan jumlah

untuk pasien sesuai dengan resep yang dilakukan oleh dokter. Penjaminan dan pelayanan ambulan, kegiatan yang dilakukan dalam rangka memenuhi pelayanan kesehatan pasien

Menurut Anwar dkk (1989), pekerja pengolah makanan dan pekerja penyaji makanan harus memakai alat pelindung diri sebagai berikut :.. 1) Celemek : tenaga pengolah dan penyaji

dokter dan tenaga kesehatan lain di Puskesmas maupun tempat pelayanan kesehatan lain diwajibkan untuk mendokumentasikan segala hal yang berkaitan dengan kesehatan

P : Tanggal 24 Maret 2021 Jam Tindakan Paraf 09.30 WITA • Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa kodisi ibu saat ini dalam keadaan normal usia kehamilan ibu 38 minggu 5

Perencanaan yang dibuat yaitu beritahu ibu hasil pemeriksaan, informasi yang diberikan merupakan hak ibu yaitu hak ibu untuk mendapatkan penjelasan oleh tenaga kesehatan yang memberikan