• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Ditulis sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Ditulis sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING TIPE LEARNING START WITH A QUESTIONS DENGAN BERMAIN JAWABAN TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA

KELAS X SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK

SKRIPSI

Ditulis sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Oleh:

FAHDRATUL WAHYU ILLAHI NIM. 14105015

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

FAHDRATUL WAHYU ILLAHI, NIM: 14 105 015, Judul Skripsi “Pengaruh Penggunaan Strategi Pembelajaran Active Learning tipe Learning Start with A Question dengan Bermain Jawaban Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Kota Solok”. Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

Penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang peneliti temukan di SMAN 3 Kota Solok yaitu rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa. Hal ini disebabkan oleh strategi yang digunakan guru cenderung masih menggunakan pembelajaran konvensional, kemudian masih banyak terdapat siswa yang tidak memperhatikan guru dalam mengajar, sering sibuk sendirian di belakang, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru jarang sekali dapat respon dari siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar matematika siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran active lerning tipe

learning start with a question dengan bermain jawaban dan untuk mengetahui apakah

terdapat pengaruh hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran active lerning tipe learning start with a question dengan bermain jawaban.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA SMAN 3 Kota Solok tahun ajaran 2019/2020. Pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil secara acak, kemudian terpilih kelas X IPA 4 sebagai kelas eksperimen dan X IPA 5 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa dan tes hasil belajar matematika siswa. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t.

Setelah melakukan pengamatan pada kelas eksperimen, persentase aktivitas belajar matematika siswa sebesar 68,82%, dengan kriteria keaktifan siswa tinggi. Jadi aktivitas belajar matematika siswa yang menggunakan strategi pembelajaran active

learning tipe learning start with a questions dengan bermain jawaban mampu

meningkatkan aktivitas elajar matematika siswa. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen adalah 78,15, sedangkan rata-rata yang diperoleh pada kelas kontrol adalah 66,48. Dengan menggunkan α = 0,05 diperoleh thitung (3,437) > ttabel (1,67), sehingga H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar matematika siswa kelas X IPA SMA Negeri 3 Kota Solok dengan menggunakan strategi active learning tipe

learning start with a question dengan bermain jawaban. Hasil belajar matematika

siswa yang menggunakan strategi pembelajaran active learning tipe learning start

with a questions dengan bermain jawaban lebih baik dari pada hasil belajar

matematika siswa dengan pembelajaran konvensional.

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran Active Learning tipe Learning Start with A

(6)

ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PERSETUJUAN PEMBIMBING ABSTRAK ... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 7 C. Batasan Masalah... 7 D. Rumusan Masalah ... 8 E. Tujuan Penelitian ... 8 F. Manfaat Penelitian ... 8 G. Definisi Operasional... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. LandasanTeori ... 10

1. Pembelajaran Matematika ... 10

2. Strategi Active Learning ... 13

3. Strategi Active Learning Tipe Learning starts with A Quetions ... 14

4. Bermain Jawaban ... 17

5. Strategi Active Learning Tipe Learning starts with A Questions dengan Bermain Jawaban ... 18

6. Aktivitas Belajar Matematika Siswa ... 21

7. Hasil Belajar Matematika Siswa ... 26

(7)

iii

B. Hubungan Strategi Active Learning Tipe Learning starts with A Ques-

tions dengan Bermain Jawaban dengan Hasil Belajar ... 29

C. Strategi Active Learning Tipe Learning starts with A Questions dengan Bermain Jawaban dengan Aktivitas Belajar ... 30

D. Kerangka Konseptual ... 31

E. Hipotesis Penelitian ... 32

F. Penelitian Relevan ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35

B. Rancangan Penelitian ... 35

C. Tempat danWaktuPenelitian ... 36

D. Populasi dan Sampel ... 36

E. Variabel Penelitian ... 42

F. Prosedur Penelitian... 42

G. Instrumen Penelitian... 46

H. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 59

B. Analisis Data ... 63

C. Pembahasan ... 66

D. Kendala dalam Penelitian dan Solusi ... 81

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 82 DAFTAR KEPUSTAKAAN

(8)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 flowchart ... 32

Gambar 4.1 Grafik Persentase Aktivitas Belajar Matematika Siswa ... 61

Gambar 4.2 Siswa Dibagi ke dalam Kelompok ... 69

Gambar 4.3 Kotak Bermain Jawaban... 70

Gambar 4.4 Siswa Menyampaikan Hasil Diskusi ... 71

Gambar 4.4 Jawaban Siswa no 3 Kelas Eksperimen ... 77

(9)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai Ujian Semester 1 Matematika Siswa ... 5

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 36

Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas X IPA ... 37

Tabel 3.3 Hasil Uji Normalitas Populasi ... 38

Tabel 3.4 Data Hasil Belajar Siswa Kelas Populasi ... 41

Tabel 3.5 Analisis Ragam bagi Data Hasil Belajar Siswa Kelas Populasi .... 41

Tabel 3.6 Hasil Analisis Uji ANOVA Kelas Populasi ... 42

Tabel 3.7 Perbedaan Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran pada Penelitian Kelas Eksperimen ... 44

Tabel 3.8 Kisi-kisi Lembar Observasi ... 47

Tabel 3.9 Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas ... 49

Tabel 3.10 Hasil Validasi Soal ... 50

Tabel 3.11 Kriteria Reabilitas Tes ... 51

Tabel 3.12 Hasil Daya Pembeda ... 52

Tabel 3.13 Kriteria Indeks Kesukaran Soal ... 53

Tabel 3.14 Hasil Kriteria Soal setelah Dilakukan Uji Coba ... 53

Tabel 3.15 Klasifikasi Soal Uji Coba ... 54

Tabel 3.16 Kriteria Tingkat Keberhasilan Aktivitas Belajar Siswa ... 55

Tabel 4.1 Aktivitas Siswa yang Diamati dalam Proses Pembelajaran ... 59

Tabel 4.2 Persentase Aktivitas Belajar Matematika ... 60

Tabel 4.3 Hasil Tes Hasil Belajar Matematika Siswa ... 62

Tabel 4.4 Uji Normalitas Kelas Sampel ... 63

Tabel 4.5 Hasil Homogenitas Kelas Sampel ... 63

(10)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Nilai Ujian Semester Matematika Siswa ... 81

Lampiran II Uji Normalitas Kelas Populasi ... 82

Lampiran III Uji Homogenitas Populasi ... 92

Lampiran IV Uji Kesamaan Rata-rata Populasi ... 94

Lampiran V Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 98

Lampiran VI Lembar Validasi RPP ... 119

Lampiran VII Kisi-kisi Lembar Soal Uji Coba ... 122

Lampiran VIII Soal Tes Hasil Belajar Matematika Siswa ... 123

Lampiran IX Lembar Validasi Soal Tes Uji Coba ... 126

Lampiran X Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 128

Lampiran XI Lembar Validasi Lembar Aktivitas Belajar ... 134

Lampiran XII Hasil Uji Coba Tes ... 136

Lampiran XIII Klasifikasi Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar... 139

Lampiran XIV Perhitungan Reliabelitas Soal Uji Coba Tes ... 140

Lampiran XV Perhitungan Indeks Pembeda soalUji Coba Tes ... 141

Lampiran XVI Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uji Coba Tes... 145

Lampiran XVII Nilai Tes Hasil Belajar Matematika SIswa ... 148

Lampiran XVIII Uji Normalitas hasil Belajar Kelas Sampel ... 150

Lampiran XIX Uji Homogenitas Kelas Sampel ... 155

Lampiran XX Uji Hipotesis Sampel ... 156

Lampiran XXI Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Matematika siswa 158 Lampiran XXII Surat Keterangan Penelitian dari Dinas Pendidikan ... 166

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Ada dua konsep utama dalam pendidikan, yaitu belajar dan pembelajaran. Belajar berkaitan dengan pembelajar dan pembelajaran berkaitan dengan belajar. Pembelajar sangat berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk menunjang kebijakan yang dicanangkan pemerintah dalam bidang pendidikan (Rahmawati, 2015: 83).

Pendidikan merupakan upaya penting yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mencerdaskan dan mengembangkan potensi suatu bangsa. Pendidikan juga menjadi tolak ukur suatu bangsa untuk dapat bersaing dalam dunia internasional. Melalui pendidikan suatu bangsa dapat menjadi bangsa yang tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai fondasi, pendidikan memberi bekal ilmu pengetahuan bagi siswa, mengembangkan potensi mereka, dan sarana transfer nilai.

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Rusmaitini, 2015).

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memjukan daya pikir manusia.pekembangan pesat tegnologi informasi dan

(12)

komunikasi dilandasi oleh perkembangan ilmu matematika. Untuk menguasai dan menciptakan tegnologi dimasa depan dimasa depan diperlukan penguasaanmatematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada siswa malai dari sekolah dasar, untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Mempelajari matematika itu penting karena dalam kehidupan sehari-hari diperlukan hitungan.

Pendidikan matematika penting diajarkan disekolah, akan tetapi terdapat kesadaran baik di negara-negara maupun di negara-negara berkembang bahwa pelajaran matematika disekolah belum melayani anak-anak dengan sepenuhnya. Oleh karena itu, kurikulum dan pendekatan mengajar di kelas perlu dikembangkan dan di optimalkan. Pembelajaran adalah terjemahan dari kata

intruction yang digunakan dalam pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini

berkembang dipengaruhi oleh psikologi kognitif holistik yang mengutamakan anak sebagai sumber kegiatan pembelajaran. Mengajar adalah bagian dari pembelajaran (Runtukahu, 2013: 15).

Proses pembelajaran saat ini masih cenderung menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran atau satu-satunya sumber belajar. Guru hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuan yang dimilikinya. Tentunya keadaan seperti itu berpengaruh pada hasil belajar siswa. Untuk itu perlu adanya perubahan dalam proses pembelajaran dimana dalam proses pembelajaran lebih diarahkan pada keaktifan siswa. Guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuan mereka serta guru bukan satu-satunya sebagai sumber belajar. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu memilih model

(13)

pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran agar diperoleh hasil belajar siswa yang baik.

Mata pelajaran matematika diberikan kepada anak sekolah dari mulai tingkat sekolah dasar sampai tinggkat perguruan tinggi. Oleh karna itu tugas membimbing, mendidik, dan mengarahkan agar siswa dapat menguasai matematika dengan baik adalah menjadi tanggung jawab guru. Seorang guru yang profesional harus dapat menjadi fasilitator, motivator, dan agen pembelajaran yang baik bagi setiap siswa. Keberhasilan seorang guru dalam mendidik dan membimbing siswa untuk dapat menguasai matematika salah satu tolak ukurnya adalah tercapainya tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditulis dalan rencana pembelajaran yang dirancang guru (Biyarti dkk, 2013).

Menurut Aliwanto (2017: 66) proses belajar mengajar di sekolah menempatkan siswa sebagai komponen yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan. Siswa adalah subyek sekaligus objek dalam proses belajar mengajar, sebab siswalah yang melakukan belajar dan siswa pula yang menjadi tujuan belajar. Melalui proses belajar diharapkan siswa mengalami perubahan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa menduduki posisi yang menetukan kelangsungan kegiatan pembelajaran serta pencapaian tujuan dari pembelajaran.

Belajar memerlukan aktivitas, seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (dalam Ayuwanti, 2016: 107) “pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri”. Senada dengan hal tersebut, Winkel (dalam Riyanto, 2009) mengatakan ”belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap”.

Menurut pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan belajar yang saling berinteraksi sehingga menimbulakan

(14)

perubahan dari perilaku belajarnya. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mempunyai peranan sangat penting, tanpa aktivitas belajar, pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, sehingga hasil yang diperoleh siswa juga tidak maksimal.

Rendahnya konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran disebabkan oleh kurangnya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa juga banyak melakukan kesalahan pada saat membuat rangkuman atau poin-poin penting yang diajarkan guru sehingga siswa belum siap menjawab pertanyaan dari guru. Akibatnya siswa tidak termotivasi untuk mengulang kembali materi pelajaran yang telah dipelajari.

Rendahnya hasil belajar siswa dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya karena kurangnya keaktifan dan rendahnya minat belajar siswa. Berdasarkan observasi peneliti selama PPL di SMA Negeri 3 Kota Solok pada tanggal 5 Februari sampai 15 April 2018, terlihat bahwa strategi yang digunakan guru cenderung masih menggunakan pembelajaran konvensional, yaitu cenderung menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran atau satu-satunya sumber belajar. Guru hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuan yang dimilikinya. Sebagian kecil siswa terlibat dalam proses pembelajaran dan banyak siswa yang kurang bersemangat dan tidak terlibat aktif selama proses pembelajaran matematika berlangsung. Beberapa siswa terlihat mengantuk saat guru menerangkan materi pelajaran, ketika diberi pertanyaan sebagian besar siswa tidak berani dan tidak mampu untuk menjawab. Keadaan seperti itu membuat siswa menjadi bosan dan aktivitas belajar menjadi rendah. Selain itu siswa sering lupa konsep-konsep pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru, sehingga siswa kurang berkonsentrasi dan kurang memahami pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Kondisi ini dapat membuat hasil belajar siswa tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh SMA Negeri 3 Kota

(15)

Solok yaitu 76. Berikut adalah rata-rata dan persentase ketuntasan belajar ujian semester 2 matematika siswa pada kelas X IPA SMA Negeri 3 Kota Solok:

Tabel 1. 1 Persentasi Nilai Ketuntasan Ujian Semester 1 Matematika Siswa Kelas X SMAN 3 Kota Solok

Kelas Jumlah

Siswa Rata-rata

Tuntas Tidak Tuntas

Jumlah % Jumlah % X IPA 1 36 69.00 14 38.89 22 61.11 X IPA 2 34 63.00 5 14.71 29 85.30 X IPA 3 35 65.00 8 22.86 27 77.14 X IPA 4 36 63.00 6 16.67 30 83.33 X IPA 5 36 66.00 5 13.90 31 86.11

Sumber: Guru Mata Pelajaran Matematika Wajib SMA Negri Kota Solok

Berdasarkan Tabel 1. Dapat dilihat bahwa ketuntasan siswa berada dibawah 25%. Kondisi ini membuktikan bahwa hasil belajar siswa masih rendah.

Hasil belajar siswa kelas X IPA di SMAN 3 Kota Solok masih rendah, ketika dilakukan wawancara dengan guru matematikanya, yaitu ibuk Yumna pada tanggal 30 Desember 2018, beliau mengatakan bahwa masih banyak terdapat siswa yang tidak memperhatikan guru dalam mengajar, sering sibuk sendirian di belakang, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru jarang sekali dapat respon dari siswa. Akan tetapi jika ada pelajaran kosong mereka tampak aktif untuk berbuat keributan.

Strategi pembelajaran merupakan suatu rencana yang dilakukan guru untuk membuat siswa lebih aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran yang efektif adalah strategi pembelajaran yang menekan keaktifan siswa dalam proses belajar. Strategi pembelajaran yang seperti itu disebut strategi pembelajaran aktif. Banyak strategi pembelajaran aktif yang dapat digunakan guru, antara lain adalah Pertanyaan Peserta Didik (Question Student Have),

(16)

Metode Belajar Mulai dengan Sebuah Pertanyaan (Laerning starts with

Question), Kekuatan Dua Orang atau Pikiran (The Power Of Two), dan Setiap

Peserta didik adalah Guru (Lavanda, 2014: 1)

Strategi Active Learning memungkinkan siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Tipe Strategi Active Learning yang penulis teliti adalah

Learning Starts With a Questions (LSQ) yang disandingkan dengan bermain

jawaban. LSQ merupakan suatu model pembelajaran aktif, dimana peserta didik belajar dimulai dari pertanyaan-pertanyaan peserta didik yang bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif (Ni Nyoman Parmithi, 2016). Agar siswa aktif dalam bertanya, maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang akan dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Dengan membaca maka siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga apabila dalam membaca atau membahas materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat dibahas serta dibenarkan bersama-sama. Siswa diberikan tugas membuat daftar pertanyaan dari materi yang mereka pelajari, sehingga dapat berapa persen siswa yang belajar dan yang tidak belajar.

LSQ memiliki kekurangan yaitu tidak semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, dimana ada beberapa siswa yang malu untuk bertanya dan menyampaikan pendapat (Elvin, 2013: 26). Kekurangan LSQ dapat ditutupi atau diatasi dengan menggunakan strategi pembelajaran lain. Penulis memilih strategi bermain jawaban, karena bermain jawaban merupakan salah satu strategi pembelajaran yang inovatif dan efektif untuk menciptakan keaktifan siswa karena strategi pembelajaran bermain jawaban merupakan sebuah permainan yang dapat melibatkan semua siswa dari awal sampai akhir (Zaini, dkk 2007:87). Melalui penerapan strategi pembelajaran bermain jawaban diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan keaktifan siswa sehingga pembelajaran tidak didominasi oleh guru dan terciptalah proses pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student centered.

(17)

Strategi Bermain Jawaban dalam proses pembelajaran, guru membuat sejumlah pertanyaan yang memerlukan jawaban yang ringkas dan ditulis pada sebuah kertas. Pertanyaan yang sudah terkumpul dimasukkan ke dalam kantong-kantong kertas di depan kelas, berdasarkan kategori jawaban yang dibuat siswa. Kemudian mereka dibentuk beberapa kelompok untuk mendiskusikan jawaban mereka dam mencari kira-kira di kantong mana jawaban tersebut berada. Strategi Bermain Jawaban ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir, dan mengungkapkan ide-ide ataupun gagasan kepada orang lain.

Berdasarkan uaraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Strategi Pembelajaran Active Learning Tipe Learning Start With a Questions dengan Bermain Jawaban terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa kelas X SMA Negeri 3 Kota Solok.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Siswa kurang memahami konsep dasar yang digunakan dalam mengerjakan latihan.

2. aktivitas belajar matematika siswa masih rendah.

3. Pembelajaran matematika masih didominasi oleh guru tanpa menggunakan media pembelajaran yang variatif.

4. Hasil belajar matematika siswa masih rendah. C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah strategi Active Learning tipe

Learning Starts With a Questions dengan bermain jawaban pada siswa kelas

X IPA SMA Negeri 3 Kota Solok.

(18)

3. Materi pokok dalam penelitian ini adalah Nilai Mutlak. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana aktivitas belajar matematika siswa kelas X IPA SMA Negeri 3 Kota Solok dengan menggunakan strategi pembelajaran Active Learning tipe

Learning Starts With a Questions dengan bermain jawaban.

2. Apakah terdapat pengaruh hasil belajar matematika siswa kelas X IPA SMA Negeri 3 Kota Solok dengan menggunakan strategi pembelajaran Active

Learning tipe Learning Starts With a Questions dengan bermain jawaban.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Bagaimana aktivitas belajar matematika siswa kelas X IPA SMA Negeri 3 Kota Solok dengan menggunakan strategi pembelajaran Active Learning tipe

Learning Starts With a Questions dengan bermain jawaban.

2. Apakah terdapat pengaruh hasil belajar matematika siswa kelas X IPA SMA Negeri 3 Kota Solok dengan menggunakan strategi pembelajaran Active

Learning tipe Learning Starts With a Questions dengan bermain jawaban.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Siswa, sebagai pengalaman baru dan diharapkan dapat memotivasi mereka agar lebih aktif dalam pembelajaran matemtika.

2. Guru, sebagai informasi dan masukan dalam melaksanakan proses pembelajran guna meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

3. Penulis, pengalaman dan bekal pengetahuan sebagai seorang calon guru. G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan istilah yang digunakan dalam proposal ini, maka peneliti memberikan penjelasan istilah sebagai berikut:

(19)

Strategi Pembelajaran Active Learning tipe Learning Starts With a Questions (LSQ) dengan Bermain Jawaban adalah rencana pembelajaran aktif dimana siswa belajar dimulai dari pertanyaan-pertanyaan peserta didik yang bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif kemudian bermain dengan mencari-cari jawaban dari soal yang telah disiapkan. Strategi ini siswa diarahkan untuk belajar secara mandiri dan aktif selama proses pembelajaran.

Aktivitas belajar adalah segala kegiatan belajar yang saling berinteraksi sehingga menimbulkan perubahan dari perilaku belajarnya, misalnya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu melakukan kegiatan jadi mampu melakukan kegiatan, dan lain sebagainya. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik.

Hasil belajar merupakan tingkah laku yang baru timbul, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan, keterampilan, menghargai perkembangan sifat-sifat sosial, ekonomi dan pengetahuan jasmani. Hasil belajar yang diperoleh di sekolah adalah hasil yang menunjukkan perubahan diri siswa setelah mengikuti program belajar dari sekolah. Hasil belajar yang dimaksud dapat berupa tes.

Pembelajaran konvensional merupakan model yang digunakan guru dalam pembelajaran sehari-hari dengan menggunakan model yang bersifat umum, bahkan tanpa menyesuaikan model yang tepat berdasarkan sifat dan karakteristik dari materi pembelajaran yang dipelajari. Pada pembelajaran konvensional suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif, siswa tidak diajarkan model belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir dan memotivasi diri.

(20)

10 BAB II

LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Matematika a. Proses Belajar Mengajar

Menurut Sudjana (2005) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Menurut James O. Wittaker dalam Soemanto (2003: 104) belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui pelatihan atau pengalaman. Dengan demikian, perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan tidak termasuk sebagai belajar. Haward L. Kingsley dalam Soemanto (2003: 104) mengatakan bahwa “belajar adalah proses dimana tingkah laku aitimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan”.

Dari pendapat beberapa para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan proses dasar bagi perkembangan manusia, dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan perstasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar itu bukan sekedar pengalaman, melainkan sebagai suatu proses. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integrative dengan menggunakan berbai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:

(21)

1) Faktor internal (faktor-faktor dari dalam siswa sendiri), meliputi dua aspek, yaitu: aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni faktor-faktor nonsosial misalnya udara, suhu, dan cuaca, serta faktor–faktor sosial misalnya guru, keluarga dan teman sebaya. Semua faktor-faktor yang mempengaruhi belajar di atas harus bisa kita atur sedemikian rupa. Sehingga, dapat membantu (mengungkapkan) proses atau perubahan belajar secara maksimal.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaranmateri-materi pelajaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Strategi dan metode yang digunakan dalam pembelajaran harus sesuai dengan karakter siswa, agar siswa dapat belajar dengan baik.

b. Hakikat Pembelajaran Matematika

Menurut Muhammad Yose Rizal (2010: 5) pembelajaran adalah upaya menciptakan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa. Pembelajaran juga merupakan proses interaksi antara pendidikan pembelajaran untuk mendapatkan pengalaman belajar.

Menurut James, dalam Suherman (2003: 16) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya serta dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

Pembelajaran matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan karena pembelajaran matematika merupakan salah

(22)

satu sarana yang dapat digunakan untuk membentuk siswa agar mampu berfikir ilmiah.Kegunaan matematika sangat besar, baik sebagai ilmu pengetahuan, sebagai alat, maupun sebagai pembentuk sikap yang diharapkan, matematika memegang peranan penting dalam pendidikan masyarakat baik sebagai objek langsung (fakta, keterampilan, konsep, prinsipil) maupun objek tak langsung (bersikap kritis logis dan tekun, maupun memecahkan masalah).

Menurut Suherman (2003) karakteristik matematika yaitu: 1) Pembelajaran matematika adalah bertahap (berjenjang). 2) Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral.

3) Pembelajaran matematika menekankan pola berfikir deduktif. 4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.

Pembelajaran matematika menggambarkan bahwa siswa dibantu untuk mengkonstruksikan sendiri pemahamannya mengenai konsep-konsep matematika sehingga tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai secara maksimal.Untuk pembelajaran matematika, strategi yang digunakan haruslah memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk berpikir dan berpartisipasi aktif dalam belajar.

Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

Berdasarkan teori di atas, pada saat belajar matematika siswa akan menemukan berbagai fakta, keterampilan, konsep, dan aturan tertentu. Untuk dapat berinteraksi dengan keadaan tersebut siswa harus mempunyai

(23)

kemampuan menyelidiki, memecahkan masalah, belajar mandiri, dan tahu bagaimana belajar yang tepat. Hal ini menuntut siswa untuk belajar secara aktif. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses mendapatkan ilmu dimana siswa nantinya mampu mengkonstruksi pemikirannya dengan mendefinisikan suatu konsep ke dalam bahasa mereka sendiri, sehingga tidak hanya proses hafalan yang di kedepankan tapi lebih kepada proses pemahaman.

2. Strategi Active Learning

Menurut Hamid (2011:48), Pembelajaran aktif merupakan segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan para siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri, baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun antar siswa dengan guru. Pembelajaran aktif juga merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat efektif untuk bisa memberikan suasana pembelajaran yang interaktif, menarik dan menyenangkan, sehingga para siswa mampu menyerap ilmu pengetahuan baru, serta menggunakannya untuk kepentingan diri sendiri maupun lingkungannya.

Jika siswa mampu melakukan sesuatu informasi yang diperoleh, maka mereka juga akan dapat memperoleh umpan balik. Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan John Holt dalam Silberman (2009:26), yang menyatakan bahwa pembelajaran semakin baik jika siswa diminta untuk melakukan hal sebagai berikut:

a. Mengungkapkan kembali informasi dengan kata-kata mereka sendiri. b. Memberikan contoh.

c. Mengenalinya dalam berbagai bentuk dan situasi.

d. Melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain. e. Menggunakannya dengan beragam cara.

f. Memprediksikan sejumlah konsekuensinya. g. Menyebutkan lawan dan kebalikannya.

Proses belajar sesungguhnya bukan hanya kegiatan menghafal dan mengerjakan tugas yang diperintahkan guru, tetapi juga menyangkut pemahaman materi secara menyuluruh. Untuk mengingat apa yang telah

(24)

dipelajari, kadang siswa merasa kesulitan dan cenderung melupakan materi yang dipelajarinya, maka seharusnya siswa lebih aktif di kelas dan jika ada hal yang tidak dimengerti, sebaliknya siswa tidak takut mengungkapkannya. Belajar aktif juga merupakan salah satu cara untuk meningat informasi yang baru kemudian menyimpannya di dalam otak, karena banyak faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan Silberman (2009: 123).

Actif Learning menunjukkan bahwa belajar lebih bermakna dan

bermanfaat apabila siswa menggunakan alat indra, mulai dari telinga, mata sekaligus berpikir mengolah informasi dan ditambah dengan mengerjakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan juga bagi orang lain. Sehubungan dengan hal ini, maka strategi pembelajaran yang penulis coba terapkan adalah actif learning tipe Learning Starts With a Questions dan Bermain Jawaban

3. Strategi Active Learning Tipe Learning Starts With a Questions

Menurut Siberman (2009:157) proses mempelajari hal baru akan lebih efektif jika pembelajaran dalam kondisi aktif, bukannya reseptif. Salah satu cara menciptakan kondisi pembelajaran aktif Tipe Learning Starts With a

Questions adalah dengan menstimulir siswa untuk menyelidiki atau

mempelajari sendiri materi pembelajarannya, tanpa penjelasan terlebih dahulu dari guru. Strategi sederhana ini menstimulasi pengajuan pertanyaan, yang mana merupakan kunci belajar.

Langkah-langkah penerapan strategi Active Learning Tipe Learning

Starts With a Questions yang dikemukakan oleh Zaini (2008:44) yaitu:

a. Guru memilih satu topik atau BAB tertentu dari buku paket, kemudian dibagikan kepada siswa. Usahakan membuat informasi yang masih umum atau tidak detail, sehingga member peluang untuk ditafsirkan berbeda-beda.

b. Guru meminta siswa untuk mempelajari bacaan secara individu atau bisa juga perkelompok.

c. Guru meminta siswa untuk mempelajari tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahami. Anjurkan mereka untuk memberi tanda

(25)

sebanyak mungkin. Jika waktu memungkinkan pasangan belajar dengan pasangan yang lain, kemudian meminta mereka untuk membahas poin-poin yang tidak diketahui yang sebelumnya sudah diberi tanda.

d. Di dalam pasangan kelompol kecil minta siswa untuk menuliskan pertanyaan tentang materi yang telah merela baca.

e. Kumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang telah ditulis oleh siswa. f. Guru menyampaikan materi pelajaran degan menjawab

pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Strategi Active Learning Tipe Learning Starts With a Questions dapat dimodifikasi atau diintegrasikan sesuai dengan kebutuhan penyusunan terhadap karakteristik materi pelajaran ataupun disesuaikan dengan kondisi sekolah. Selain untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam bertanya dan mencapai tujuan pembelajaran, dalam pembelajaran ini diharapkan juga interaksi antar siswa denga siswa yang lain lebih meningkat dan berani mengemukakan pendapat.

Setiap strategi pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan strategi pembelajaran LSQ. Adapun kelebihan dari strategi Active Learning Tipe Learning Starts With a Questions menurut Suryo dan Munoto (2013: 431) adalah sebagai berikut:

a. Siswa menjadi siap memulai pelajaran, karena siswa belajar terlebih dahulu sehimgga memiliki sedikit gambaran dan menjadi lebih pahamsetelah mendapat tambahan penjelasan dari guru.

b. Siswa menjadi aktif bertanya. c. Materi dapat diingat lebih lama.

d. Kecerdasan siswa dapat diasah pada saat siswa belajar untuk mengajukan pertanyaan.

e. Mendorong tumbuhnya keberanian mengemukakan pendapat secara terbuka dan memperluas wawasan melalui bertukar pendapat secara berkelompok.

f. Siswa belajar memecahkan masalah sendiri secara berkelompok dan bekerjasama antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. g. Dapat mengetahui mana siswa yang belajar dan yang tidak belajar.

(26)

Menurut Ni Nyoman dan Alexius (2014: 14) strategi active learning tipe

learning starts with a questions memiliki kelebihan, yaitu:

a. Merangsang aktivitas peserta didik dalam bentuk ide, gagasan dalam pemecahan masalah.

b. Membiasakan peserta didik untuk bertukar pikiran atau diskusi.

c. Memberikan keterampilan kepada peserta didik untuk menyajikan pendapat, mempertahankan, menghargai dan menerima pendapat orang lain.

d. Cara berpikir peserta didik menjadi lebih luas dalam menyelesaikan suatu masalah.

e. Memutuskan hasil pemikiran bersama dan bertanggung jawab bersama-sama pula.

Disamping memiliki kelebihan, strategi pembelajaran LSQ juga memiliki kelemahan atau kurangan, seperti yang dikemukakan oleh Elvin Rangga Firmansyah (2013: 26):

a. Ada beberapa siswa yang malu untuk bertanya, sehingga siswa tidak aktif dalam pembelajaran dan guru tidak mengetahui kesulitan yang dialami oleh siswa.

b. Tidak semua siswa membaca materi pelajaran di rumah sehingga siswa sulit untuk memahami konsep materi pembelajaran.

Dari kelebihan dan kekurangan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kelebihan strategi pembelajaran active learning tipe learning starts with a

questions adalah mampu melatih siswa aktif dalam pembelajaran seperti aktif

dalam bertanya dan berpendapat. Selain itu active learning tipe learning starts

with a questions juga dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dan

kerjasama dengan teman kelompoknya. Sedangkan kekurangan active

learning tipe learning starts with a questions adalah tidak semua siswa

terlibat aktif dalam pembelajaran dan tidak semua siswa membaca membaca materi pembelajaran dirumah. Untuk mengatasi kekurangan ini, maka peneliti mengkombinasikan strategi pembelajaran active learning tipe learning starts

with a questions ini dengan strategi pembelajaran bermain jawaban, dimana

bermain jawaban merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat melibatkan semua siswa dari awal sampai akhir proses pembelajaran.

(27)

4. Bermain Jawaban

Menurut Zaini (2008:84), Bermain Jawaban adalah sebuah permainan yang dapat melibatkan semua siswa dari awal sampai akhir. Dalam permainan ini siswa ditantang untuk mencari jawaban yang benar dan sekaligus bergantung pada faktor keberuntungan. Permainan ini dapat digunakan untuk pre-test maupun post-test, di samping tentenunya untuk mengajarkan materi yangbaru. Dalam permainan ini guru mengajar dengan menggunakan jawaban-jawaban yang ditemukan oleh siswa.

Aryati (2017:173) mengatakan model pembelajaran Bermain Jawaban merupakan medel pembelajaran yang menantang siswa untuk mencari jawaban-jawaban dari soal-soal yang telah disiapkan dengan cara yang menyenangkan. Menurut Eko Prasetyo dalam Aryati (2017:174), model pembelajaran bermain jawaban memiliki keunggulan, yaitu melibatkan semua siswa dalam sebuah permainan sehingga siswa menjadi lebih aktif dan tidak merasa bosan. Selain itu pembelajaran bermain jawaban juga dapat menumbuhkan kebersamaan dan kekompakan antar sesama siswa untuk menyelesaikan masalah yang diberikan karena ditantang untuk mencari jawaban yang benar.

Zaini (2008: 85-86) mengungkapkan prosedur Active Learning tipe Bermain Jawaban sebagai berikut:

a. Guru membuat sejumlah pertanyaan yang memerlukan jawaban ringkas, dan masing-masing ditulis pada selembar kertas.

b. Guru menulis sejumlah kemungkinan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan nomor 1 di atas. Jumlah jawaban harus lebih banyak dari jumlah pertanyaan. c. Kelompokkan jawaban-jawaban yang dibuat pada langkah ke-2 sesuai

dengan kategori tertentu.

d. Masukkan jawaban-jawaban tadi kedalam kantong-kantong kertas. Setiap kantong ditulisi nama kategori sesuai dengan kategori jawaban.

e. Tempelkan kantong-kantong kertas tadi pada selembar kertas karton atau pada selembar papan.

(28)

Selanjutnya langkah-langkah permainan adalah sebagai berikut:

a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Besar kelompok disesuaikan dengan jumlah siswa. Usahakan jumlah siswa dalam tiap kelompok tidak lebih dari 5 orang.

b. Berikan pertanyaan-pertanyaan pada setiap kelompok. Jumlah pertanyaan untuk setiap kelompok adalah sama.

c. Mintalah masing-masing kelompok untuk mendiskusikan jawaban dan mencari kira-kira di kantong mana jawaban itu berada.

d. Mulai permainan dengan meminta salah satu kelompok untuk membacakan satu pertanyaan, kemudian salah satu anggota kelompok mengambil jawaban dari kantong yang ada di depan kelas. Setelah selesai menjawab satu pertanyaan, kesempatan diberikan kepada kelompok yang lain.

e. Langkah poin d diulang untuk kelompok yang lain sampai pertanyaan habis, atau waktu tidak memungkinkan.

f. Guru memeberi klarifikasi jawaban atau menambahkan penjelasan yang bersumber pada materi yang ada dalam permainan tadi.

Jadi, dalam penerapan strategi bermain jawaban siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil dan masing-masing kelompok diberikan pertanyaan yang jumlah pertanyaannya harus sama dengan semua kelompok, kemudian mereka mendiskusikan jawaban dan memperkirakan di kotak mana jawaban tersebut berada.

5. Strategi Active Learning Tipe Learning Starts With a Questions dengan Bermain Jawaban

Peneliti menggabungkan dua buah strategi pembelajaran yaitu active

learning tipe learning start with a question dan strategi pembelajaran bermain

jawaban. Berikut adalah langkah-langkah strategi pembelajaran active learning

tipe learning start with a question dengan bermain jawaban:

a) Guru memasuki kelas dan membuka pembelajaran

b) Memotivasi siswa dan memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan akan dipelajari.

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Contohnya, guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran hari ini adalah melalui strategi pembelajaran yaitu active learning tipe learning start with a question dengan

(29)

bermain jawaban, siswa dapat memiliki sifat responsive, kreatif serta kerjasama yang baik dan komunikatif, siswa dapat mendeskripsikan, menyajikan serta menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan nilai mutlak. d) Menjelaskan strategi yang akan digunakan, yaitu strategi pembelajaran active

learning tipe learning start with a question dengan bermain jawaban.

e) Guru memilih satu topik atau BAB tertentu dari buku paket, kemudian dibagikan kepada siswa. Usahakan membuat informasi yang masih umum atau tidak detail, sehingga memberi peluang untuk ditafsirkan berbeda-beda. Contoh topik yang dipilih adalah persamaan dan pertidaksamaan nilai mutlak. Sebelum memulai pelajaran hari ini, guru sudah meminta siswa untuk membaca atau belajar sendiri dirumah.

f) Guru meminta siswa untuk memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahami. Contohnya siswa memberi tanda atau mencatat tentang bagaimana cara penyelesain menentukan himpunan penyelesaian pada persamaan dan pertidaksamaan nilai mutlak.

g) Guru minta siswa untuk menanyakan materi mana yang tidak dipahaminya. Contoh pertanyaan yang diajukan oleh siswa adalah bagaimana cara penyelesain menentukan himpunan penyelesaian pada persamaan dan pertidaksamaan nilai mutlak.

h) Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan apa yang ditanya oleh siswa.

i) menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk kegiatan bermain jawaban, seperti kotak bermain jawaban, lembar soal dan kartu jawaban.

j) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. Misalkan, kelompok A , B dan C terdiri dari 5 orang, kemudian kelompok D dan E terdiri dari 6 orang siswa.

k) Berikan pertanyaan-pertanyaan pada setiap kelompok. Jumlah pertanyaan untuk setiap kelompok adalah sama. Contoh pertanyaan pada saat bermain jawaban:

(30)

(1) Tentukan nilai X yang memenuhi persamaan |2x – 4| = |x – 1| !

(2) Tentukan interval nilai X yang memenuhi pertidaksamaan|2x – 9|< 4x – 3! l) Mintalah masing-masing kelompok untuk mendiskusikan jawaban dan

mencari kira-kira di kantong mana jawaban itu berada. Misalnya, untuk pertanyaan no 1 adalah pertanyaan tentang persamaan nilai mutlak, maka siswa akan mencari jawabannya pada kotak persamaan bermain jawaban. Untuk soal no 2 adalah pertanyaan tentang pertidaksamaan nilai mutlak, maka jawabannya terdapat pada kotak pertidaksamaan nilai mutlak.

m) Mulai permainan dengan meminta salah satu kelompok untuk membacakan satu pertanyaan, kemudian salah satu anggota kelompok mengambil jawaban dari kantong yang ada di depan kelas. Setelah selesai menjawab satu pertanyaan, kesempatan diberikan kepada kelompok yang lain. Contohnya, siswa yang terpilih pertama adalah kelompok B, maka salah satu anggota kelompok B membacakan soal no 1, dan meminta salah satu teman kelompoknya untuk mengambil jawaban pada kotak bermain jawaban, kemudian temannya yang lain diminta untuk menjelaskan jawaban yang telah mereka buat, jika ada tambahan dari teman kelompoknya, maka dipersilahkan untuk menambahkan jawabannya. Setelah selesai, kelompok B memilih kelompok D untuk menjawab soal no 2.

n) Langkah poin k diulang untuk kelompok yang lain sampai pertanyaan habis, atau waktu tidak memungkinkan.

o) Guru memeberi klarifikasi jawaban atau menambahkan penjelasan yang bersumber pada materi yang ada dalam permainan tadi.

p) Guru meminta siswa untuk menyimpulkan pembelajaran. Pada tahap ini terjadi aktivitas belajar siswa menyampaikan pendapat (oral activities).

q) Guru memberikan tugas dan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya, serta meminta siswa untuk membaca atau mempelajari materi untuk pertemuan selanjutnya.

(31)

Penggunaan Strategi active learning tipe learning start with a question dengan bermain jawaban memutuhkan waktu yang cukup lama, jadi usahakan untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Siapkan terlebih dahulu hal-hal yang dibutuhkan dalam “bermain jawaban” sebelum memulai pembelajaran.

6. Aktivitas Belajar

Berbuat untuk merubah tingkah laku malalui perbuatan adalah prinsip belajar, ada atau tidaknya belajar dicerminkan dari ada atau tidaknya aktivitas. Tanpa ada aktivitas, belajar tidak mungkin terjadi. Sehingga dalam interaksi pembelajaran aktivitas merupakan prinsip yang penting.

Menurut Ayuwanti (2016: 107) Belajar memerlukan aktivitas, seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (2001) “pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri”. Senada dengan hal tersebut, Winkel (dalam Riyanto, 2009) mengatakan ”belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuanpemahaman, keterampilan, dan nilai sikap”.

Penggunaan metode, pendekatan dan strategi pembelajaran dapat menyebabkan aktivitas belajar siswa berbeda-beda. Ketidaksamaan aktivitas belajar siswa melahirkan kadar aktivitas belajar yang bergerak dari aktivitas belajar yang rendah sampai aktivitas belajar yang tinggi.

Keberhasilan pendidikan tidak hanya tergantung pada pendidik yang selalu dituntut dapat mengajar secara profesional saja, melainkan peran aktif siswa di dalam proses belajar juga sangat menentukan keberhasilan proses pendidikan. Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar, merupakan bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dan maksimal diperlukan aktivitas

(32)

yang baik dalam belajar. Aktivitas belajar yang baik dalam belajar merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh siswa dalam mencapai hasil belajar.

Perubahan aktivitas belajar yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan pembelajaran tersebut. Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.

Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya.

Hamalik dalam Aminoto (2014:18) menyatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Banyak sekali jenis-jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa, tidak hanya mendengar dan mencatat. Menurut Hamalik dalam Tugiyo Aminoto (2014:18) indikator menyatakan aktivitas belajar antara lain sebagai berikut :

a. Kegiatan visual: membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati dan bermain.

b. Kegiatan lisan: mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, member saran, wawancara dan berdiskusi.

(33)

c. Kegiatan mendengar: mendengarkan penyajian materi, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan musik dan mendengarkan siaran radio.

d. Kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, membuat sketsa atau rangkuman,mengerjakan soal dan mengisi angket.

e. Kegiatan menggambar: menggambar, membuat pola, grafik, diagram dan peta.

f. Kegiatan metrik: melakukan percobaan, membuat permainan.

g. Kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan dan mempuat keputusan. h. Kegiatan emosional.

Semua kegiatan-kegiatan tersebut dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan kondisi saat proses pembelajaran berlangsung seperti materi pembelajaran, ruang kelas dan sebagainya demi tercapainya tujuan pembelajaran yang direncanakan. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dan maksimal diperlukan aktivitas yang baik dalam belajar. Aktivitas belajar yang baik dalam belajar merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh siswa dalam mencapai hasil belajar.

Kondisi siswa yang siap menerima pelajaran dari guru, akan berusaha merespon atas pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Untuk dapat memberi jawaban yang benar tentunya siswa harus mempunyai pengetahuan dengan cara membaca dan mempelajari materi yang akan diajarkan oleh guru. Dalam mempelajari materi tentunya siswa harus mempunyai buku pelajaran dapat berupa buku paket dari sekolah maupun buku diktat lain yang masih relevan digunakan sebagai acuan untuk belajar.

Proses belajar mengajar di sekolah menempatkan siswa sebagai komponen yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan. Siswa adalah subyek sekaligus objek dalam proses belajar mengajar, sebab siswalah yang melakukan belajar dan siswa pula yang menjadi tujuan belajar. Melalui proses belajar diharapkan siswa mengalami perubahan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

(34)

Perbedaan individu dapat menyebabkan perbedaan tingkah laku siswa dalam berinteraksi di sekolah serta aktivitas belajar dikalangan siswa. Banyak faktor yang menjadi penyebab dari masalah ini, salah satunya adalah pengaruh dalam lingkungan keluarga. Selain taraf intelegensi, faktor lain yang turut menyebabkan perbedaan individu pada tiap-tiap siswa adalah keadaan rumah, lingkungan sekitar rumah, pendidikan, kesehatan siswa, makanan, usia, keadaan sosial ekonomi orang tua dan lainnya

Menurut Aliwanto (2017: 65) perubahan aktivitas belajar yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan pembelajaran tersebut. Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.

Gagne (dalam Aliwanto, 2017: 65) mengatakan bahwa perubahan perilaku yang merupakan hasil dari aktivitas belajar dapat berbentuk:

a. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan.

b. Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol. c. Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan

pengelolaan keseluruhan aktivitasnya.

d. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan.

e. Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.

Jadi perubahan prilaku yang merupakan hasil dari aktivitas belajar terdapat bentuk informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap

(35)

dan kecakapan motorik. Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.

Kondisi siswa yang siap menerima pelajaran dari guru, akan berusaha merespon atas pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Untuk dapat memberi jawaban yang benar tentunya siswa harus mempunyai pengetahuan dengan cara membaca dan mempelajari materi yang akan diajarkan oleh guru. Dalam mempelajari materi tentunya siswa harus mempunyai buku pelajaran dapat berupa buku paket dari sekolah maupun buku diktat lain yang masih relevan digunakan sebagai acuan untuk belajar.

Dalam pembelajaran, aktivitas yang diharpkan adalah aktivitas siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sardiman (2001: 97), yang aktif dan mendominasi aktivitas pembelajaran adalah siswa. Peranan guru adalah menyediakan kondisi kelas yang kondusif untuk mendukung aktivitas tersebut.

Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2001: 99) membagi aktivitas siswa menjadi delapan, yaitu:

a. Visual activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain.

b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara.

c. Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik dan pidato.

d. Writing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. e. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model

mereparasi, bermain, berkebun dan beternak.

f. Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, bersemangat, bergairah, tenang dan gugup.

g. Mental Activities, seperti memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

Jadi banyak aktivitas dan yang dapat dilakukan selama proses pembelajaran agar pembelajaran lebih aktif dan dinamis. Dalam hal ini guru berperan penting dalam menciptakan suasana kelas yang dapat memancing

(36)

aktivitas siswa. Berdasarkan indikator yang sudah dijelaskan, dalam penelitian ini aktivitas siswa yang diamati adalah:

1) Visual activities, yang akan diamati adalah:

a) Siswa membaca materi yang telah diberikan guru.

b) Siswa memperhatikan temannya dalam mempresentasikan yang ditampilkan.

2) Oral activities, yang akan diamati adalah: a) Siswa dalam bertanya.

b) Siswa menyampaikan pendapat dan memberi saran.

3) Listening activies, yang akan diamati adalah siswa dalam berdiskusi. 4) Emotional activities, yang akan diamati adalah suasana hati siswa.

5) Mental Activities, yang diamati adalah Siswa bersemangat dan berani tampil mempresentasikan hasil diskusi

Aktivitas siswa yang diamati sudah sesuai dengan strategi pembelajaran yang akan digunakan, yaitu strategi Active Learning Tipe Learning Starts

With a Questions dengan Bermain Jawaban. Strategi pembelajaran Active Learning Tipe Learning Starts With a Questions dengan Bermain Jawaban

mengharapkan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran, seperti siswa membaca, bertanya, berpendapat, memberi saran, berdiskusi, presentasi, bermain, memecahkan soal, menganalisa soal dan mengambil keputusan. 7. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Menurut Kunandar dalam Ayuwanti (2016:107) hasil belajar adalah kemampuan belajar siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar.

Menurut Suprijono (2015:5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar yang menjadi objek penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan

(37)

baru yang diperoleh siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran tentang mata pelajaran tertentu.

Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam memahami suatu pelajaran. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Arikunto (2009: 11) yang menyatakan bahwa “Tujuan dari penelitian hasil belajar adalah untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan”. Hasil belajar biasanya diberikan dalam bentuk nilai.

Hasil belajar adalah hasil-hasil pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar yang dimaksud dapat berupa tes, ulangan harian, atau evaluasi akhir. Gredler mengatakan bahwa hasil belajar merupakan respon (tingkah laku) yang baru. Sedangkan menurut Ref, hasil belajar adalah perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam situasi tertentu berkat pengalamannya yang berulang-ulang.

Hamalik (2004:21) mengatakan bahwa hasil belajar adalah tingkah laku yang baru timbul, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan, keterampilan, menghargai perkembangan sifat-sifat sosial, ekonomi dan pengetahuan jasmani. Hasil belajar yang diperoleh di sekolah adalah hasil yang menunjukkan perubahan diri siswa setelah mengikuti program belajar dari sekolah”.

Selanjutnya, Benyamin Bloom sebagaiman dikutip oleh Hamalik (2005:120) mengklarifikasi hasil belajar yang secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan kemampuan berfkir yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sinteis dan evaluasi. b. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari tiga aspek, yaitu penerimaan, merespon, dan menghargai.

(38)

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

Berdasarkan pengertian hasil belajar yang dikemukan oleh Benyamin Bloom, hasil belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah hasil belajar ranah afektif yang merupan kemampuan siswa dalam menerima, merspon dan mengahargai.

Berdasarkan uraian dan beberapa teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar matematika adalah pola-pola perubahan tingkah laku seseorang yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor setelah menempuh kegiatan belajar mengajar matematika yang tingkat kualitasnya sangat ditentukan oleh faktor yang ada dalam diri siswa dan lingkungan social.

8. Pembelajaran Konvensional

Menurut Kunandar (2007:328) pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lebih berpusat pada guru, yang dalam pelaksanaannya kurang memperhatikan keseluruhan situasi belajar. Ciri-ciri pembelajaran konvensional menurut Nasution (2000: 209) adalah:

a. Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik

b. Kegiatan intruksional kebanyakan berbentuk ceramah c. Pengalaman belajar kebanyakan berbentuk ceramah d. Partisipasi murid kebanyakan pasif

e. Kecepatan belajar ditentukan oleh kecepatan guru mengajar f. Penguasaan tidak menyeluruh

g. Keberhasilan siswa dinilai secara subjektif

Jadi dapat dikatakan bahwa pembelajaran konvensional lebih menitik beratkan pada keaktifan guru. Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran biasa yang dilaksanakan dengan metode ekspositori dan sesuai dengan ciri-ciri pembelajaran konvensional di atas.

Sesuai dengan pembelajaran yang ditemukan di sekolah, guru memberikan informasi atau materi kepada siswa secara untuh. Minim sekali tanya jawab antara guru dan siswa dan hampir tidak ada tanya jawab atau diskusi antar siswa. Komunikasi yang dibangun oleh guru hanya komunikasi

(39)

satu arah, mengakibatkan siswa hanya menunggu materi yang diberikan oleh guru. Evalusi yang diberikan adalah latihan diakhir pembelajaran dan juga berbentuk tugas rumah.

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang dilakukan secara klasikal dan didominasi oleh guru dengan metode ceramah atau ekspositori dan pemberian tugas secara individu.

B. Hubungan Active Learning Tipe Learning Starts With a Questions dengan Bermain Jawaban dengan Hasil Belajar

Menurut Ngalim Purwanto (Suparman dkk, 2015:90) hasil belajar adalah hasil-hasil pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar yang dimaksud tes, ulangan harian, atau evaluasi akhir. Sedangkan LSQ merupakan strategi pembelajaran aktif dalam bertanya, dimana agar siswa aktif dalam bertanya maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang akan dipelajari yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Dengan membaca maka siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajarinya, sehingga apabila dalam membaca atau membahas materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama di dalam kelas.

Jika hasil belajar merupakan hasil yang ingin diperoleh dalam pembelajaran, maka LSQ dengan bermain jawaban adalah strategi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh guru untuk menyampaikn materi pembelajaran, yang bertujuan untuk mempermudah siswa menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya materi pembelajaran dapat dikuasai siswa diakhir kegiatan belajar.

Strategi atau taktik dalam menyampaikan pelajaran sangat diperlukan, untuk memudahkan siswa memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Jika siswa mudah memahami materi pelajaran, maka hasil belajarpun akan

(40)

meningkat. Oleh karena itu LSQ dapat memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. LSQ berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, dimana strategi pembelajaran ini mengaktifkan siswa dengan bahan bacaan yang diberikan oleh guru dan membuat daftar pertanyaan yang sesuai. C. Hubungan Active Learning Tipe Learning Starts With a Questions dengan

Bermain Jawaban dengan Aktivitas Belajar

Belajar memerlukan aktivitas, seperti yang dikemukakan oleh Hamalik dalam Ayuwanti (2016:107) “pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri”. Senada dengan hal tersebut, Wingkel dalam Ayuwanti (2016: 107) mengatakan belajar adalah suatu aktivitas mental atau spikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Berdasarkan pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahawa aktivitas belajar adalah segala kegiatan belajar yang saling berinteraksi sehingga menimbulkan perubahan dari perilaku belajar. Aktivitas belajar dalam kegiatan pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, tanpa aktivitas belajar tidak mungkin pembelajaran akan berlangsung dengan baik.

Strategi active learning tipe learning starts with a questions dengan bermain jawaban adalah strategi yang menuntut siswa untuk bertanya, meyampaikan pendapat, bekerja sama dengan siswa lain dalam belajar dan menyelesaikan soal, sehingga siswa siswa terlatih dan siap dalam proses pembelajaran. Menurut Suryo dan Munoto (2013:431) kelebihan dari LSQ adalah siswa menjadi siap untuk memulai pembelajaran, aktif dalam bertanya dan materi yang siswa ingat lebih lama, sedangkan kelebihan bermain jawaban yaitu melibatkan semua siswa dalam permainan sehingga siswa menjadi lebih aktif dan tidak merasa bosan selama prosespembelajaran, sehingga LSQ dengan bermain jawaban cocok digunakan untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Jika aktivitas belajar merupakan kegitan dalam proses

(41)

pembelajaran maka strategi active learning tipe learning starts with a questions dengan bermain adalah strategi yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas belar siswa.

D. Kerangka Konseptual

Rendahnya hasil belajar matematika siswa menjadi suatu masalah serius pada proses kegiatan pembelajaran. Hasil belajar siswa menjadi acuan untuk menilai prestasi yang diraih oleh siswa. Baik buruknya prestasi belajar siswa dapat diketahui dari hasil belajar siswa. Prestasi belajar siswa ditentukan oleh kinerja guru dalam proses pembelajaran, dalam hal ini guru megang peranan penting terhadap keberhasilan suatu pembelajaran. Pemanfaatan strategi dan metode pembelajaran sangat mendukung dari keberhasilan proses kegiatan pembelajaran.

Strategi pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran matematika dangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, guru diharapkan mampu menciptakan kondisi pembelajaran matematika yang dapat memotivasi dan mengaktifkan siswa dalam belajar matematika. Dengan adanya motivasi akan meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan.

Strategi Active Learnig tipe Starts With a Questions dengan Bermain Jawaban merupakan alternative untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, dengan strategi ini siswa dapat belajar aktif, menjelaskan pada teman, bertanya pada guru, berdiskusi dengan siswa lain, menanggapi pertanyaan dan berargumentasi. Penerapan strategi Active Learnig tipe Starts With a Questions dengan Bermain Jawaban dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Lebih jelasnya keterkaitan antara strategi

Active Learnig tipe Starts With a Questions dengan Bermain Jawaban terhadap

Gambar

Tabel 1. 1 Persentasi Nilai Ketuntasan Ujian Semester 1 Matematika Siswa  Kelas X SMAN 3 Kota Solok
Gambar 2.1 Flowchart     E.  Hipotesis
Tabel  3.5  Analisis  Ragam  Bagi  Data  Hasil  Belajar  Siswa  Kelas   Populasi  Sumber  Keragaman  Jumlah  kuadrat  Derajat bebas  Kuadrat tengah         Nilai tengah  kolom  JKK  k – 1            Galat  JKG  N – k            Total  JKT  N – 1
Table  3.7  Perbedaan  Prosedur  Pelaksanaan  Pembelajaran  pada  Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gaya pengasuhan digambarkan dalam tiga dimensi disiplin besar (Baumrind, 1967) yaitu authoritarian (berpusat pada orangtua), permissive (berpusat pada anak) dan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan Tugas Akhir dengan judul “Perancangan dan

Tujuan dari perancangan ini adalah untuk memberikan informasi mengenai gaya berbusana Bohemian dan agar masyarakat mengetahui bahwa busana Bohemian merupakan busana

Hal ini dapat terlihat dari 20 orang siswa yang mengikuti tes kemampuan komunikasi matematis di kelas kontrol 8 orang siswa sudah mampu dalam menggunakan

Kapasitas serap ipteks tersebut dapat ditingkatkan melalui, antara lain: (i) penelitian dan pengembangan ipteks secara kolaboratif antara perguruan tinggi dan

Jenis informasi dan pengetahuan yang harus dipelajari oleh siswa tidak berpijak dari kebutuhan siswa, baik itu dari segi pengembangan bakat maupun dari minat

Yaitu kemampuan siswa dalam memecahkan soal. Aktivitas siswa dalam memecahkan soal yang diberikan guru merupakan aktivitas yang penting ditekankan karena dalam

Berdasarkan hasil analisis angket respon siswa terhadap kemudahan pembelajaran menggunakan modul penemuan terbimbing, diperoleh bahwa : 1 Siswa sangat setuju bahwa modul