• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal KTI Kesling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proposal KTI Kesling"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT KELEMBABAN RUANGAN PERUMAHAN DENGAN KEJADIAN TB PARU DI DESA BUKATEJA KECAMATAN

BUKATEJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2010

Oleh : Azis Awaludin NIM : P17433108008

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SEMARANG

KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO 2010

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini pada waktunya, dengan judul “ HUBUNGAN TINGKAT KELEMBABAN RUANGAN PERUMAHAN DENGAN KEJADIAN TB PARU DI DESA BUKATEJA KECAMATAN BUKATEJA KEBUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2010 “. Maksud dan tujuan penyusunan proposal ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kelembaban di perumahan dengan kejadian TB paru sehingga diharapkan dapat menyusun sebuah kebijakan atau tindakan dalam rangka program pencagahan penyakit TB paru.

Dalam penyusunan proposal ini, tentunya penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan, oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih atas dorongan dan bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak, sehingga penyusunan proposal penelitian ini dapat terselesaikan.

Demikian pengantar dari penulis, semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat. Penulis juga mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan proposal ini. Dan penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan proposal ini.

(4)

Penulis DAFTAR ISI Kata Pengantar………. i Daftar Isi………... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….1 B. Perumusan masalah………..…….2 C. Tujuan……….……..2 D. Manfaat……….………2 E. Ruang Lingkup……….……….3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian perumahan……….……..… 4

B. Pengertian kelembaban………...……….………. 5

C. Pengertian TB paru………...…… 6

D. Etiologi TB paru………...……… 6

E. Tanda Dan Gejala TB paru………6

(5)

G. Epidemiologi Dan Penularan TB paru ………….………....…… 8

H. Stadium TB paru ……….………. 9

I. Penanganan TB paru ……….…...11

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian……….……..13

B. Pelaksanaan……….…….. 13

C. Variable penelitian……….…...…. 14

D. Definisi operasional……….……… 15

E. Populasi dan sampel……….…..17

F. Pengumpulan Data………....…… 17

G. Pengolahan dan penyajian data………. 21

(6)

BAB I PEDAHULUAN A. Latar belakang

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia yang sehat adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia, yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayaan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. (Depkes, 1999,h.5)

Perumahan yang tidak sehat akan mendukung perkembamhbiakan bibit penyakit dan mebahayakan manusia. Salah satunya adalah penyakit TB – paru yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun.

Menurut data dari Puskesmas 1 Bukateja,menujukan adanya kasus kejadian TB paru yang menjangkit di Desa Bukataja sebanyak 108 selama periode tahun 2009. Dari data tersebut penulis tertarik untuk meneliti adakah hubungan

(7)

antara kelembaban dengan kejadian TB paru di Desa Bukateja pada tahun 2009 yang penulis tuangkan dalam proposal karya tulis ilmiah berjudul “ Hubungan Tingkat Kelembaban Ruangan Perumahan dengan Kejadian TB Paru di Desa Bukateja Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga Tahun 2010”

B. Perumusan masalah

1) Bagaimana gambaran kelembaban ruangan perumahan kelompok kasus pada warga di Desa Bukateja kecamatan Bukateja kabupaten Purbalingga.

2) Berapa besar hubungan antara kelembaban ruangan perumahan dengan kejadian TB paru di Desa Bukateja kecamatan Bukateja kabupaten Purbalingga.

C. Tujuan penelitian

Mengetahui hubungan tingkat kelembaban di perumahan dengan kejadian TB paru di Desa Bukateja kecamatan Bukateja kabupaten Purbalingga.

D. Manfaat penelitian 1. Bagi masyarakat

Sebagai bahan informasi tentang hubungan tingkat kelembaban ruangan pemukiman dengan kejadian TB paru di Desa Bukateja kecamatan Bukateja kabupaten Purbalingga.

2. Bagi institusi kesehatan

(8)

3. Bagi penulis

Sebagai penambah pengetahuan dan ketrampilan penulis dalam penelitian.

E. Ruang lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah pengaruh kelembaban di ruangan terhadap kejadian TB paru di Desa Bukateja kecamatan Bukateja kabupaten Purbalingga.

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian perumahan

Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga merupakan status lambang sosial (Azwar, 1996; Mukono, 2000). Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat.

Karena itu pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianya standar perumahan merupakan isu penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana yang terkait, seperti penyediaan air

(10)

bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan social.

Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan. Seperti yang dikemukakan WHO bahwa perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat.

Rumah sehat yang diajukan oleh Winslow:

1) Harus memenuhi kebutuhan fisiologis, yang antara lain: a. Suhu ruangan yang tergantung pada suhu udara

luar, pergerakan udara, kelembaban udara dan suhu benda-benda di sekitarnya

b. Harus cukup mendapat penerangan baik siang maupun malam

c. Harus cukup mendapatkan pertukaran hawa (ventilasi)

d. Harus cukup mempunyai isolasi suara 2) Memenuhi kebutuhan psikologis, antara lain:

a. Memenuhi rasa keindahan baik dari segi keadaaan rumah dan sekitarnya

b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup

c. Ada ruangan untuk berkumpu dengan keluarga d. Adanya ruangan untuk hidup bermasyarakat

3) Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan, seperti:

a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak mudah ambruk

b. Diusahakan agar tidak mudah terbakar

c. Sarana pencegahan terjadinya kecelakaan terutama untuk anak-anak

(11)

4) Harus dapat menghindarkan terjadinya penyakit, seperti: a. Adanya sumber air yang sehat, sukup kualitas dan

kuantitasnya

b. Harus ada tempat pembuangan kotoran, sampah dan air limbah yang baik

c. Harus dapat mencegah perkembangbiakan vektor penyakit seperti nyamuk, lalat, tikus dan sebagainya (Indan Entjang, 2000).

B. Pengertian kelembaban

Menurut www.indrariawan.wordpress.com/2007/03/2. kelembaban adalah presentasi jumlah air dalam udara.

C. Pengertian TB paru

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. (Robert koach)

Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan.

D. Etiologi

TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan

(12)

sensitive terhadap panas dan sinar UV. Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M. Avium.

E. Tanda Dan Gejala A. Tanda

1) Penurunan berat badan 2) Anoreksia

3) Dispneu

4) Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning. B. Gejala

a) Demam

Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk.

b) Batuk

Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.

(13)

Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.

d) Nyeri dada

Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis)

e) Malaise

Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.

F. Patofisiologi

Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang aneh di dalam paru-paru meliputi : penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag, pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang disebut dengan tuberkel. Banyaknya area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha otot pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh karena itu menurunkan kapasitas vital, berkurangnya luas total permukaan membrane respirasi yang menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru secara progresif, dan rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam paru-paru dapat mengurangi oksigenasi darah.

G. Epidemiologi Dan Penularan TBC

Dalam penularan infeksi Mycobacterium tuberculosis hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

(14)

a. Reservour, sumber dan penularan

Manusia adalah reservoar paling umum, sekret saluran pernafasan dari orang dengan lesi aktif terbuka memindahkan infeksi langsung melalui droplet.

b. Masa inkubasi

Yaitu sejak masuknya sampai timbulnya lesi primer umumnya memerlukan waktu empat sampai enam minggu, interfal antara infeksi primer dengan reinfeksi bisa beberapa tahun.

c. Masa dapat menular

Selama yang bersangkutan mengeluarkan bacil Turbekel terutama yang dibatukkan atau dibersinkan.

d. Immunitas

Anak dibawah tiga tahun paling rentan, karena sejak lahir sampai satu bulan bayi diberi vaksinasi BCG yang meningkatkan tubuh terhadap TBC.

H. Stadium TBC 1) Kelas 0

Tidak ada jangkitan tuberkulosis, tidak terinfeksi (tidak ada riwayat terpapar, reaksi terhadap tes kulit tuberkulin tidak bermakna).

2) Kelas 1

Terpapar tuberkulosis, tidak ada bukti terinfeksi (riwayat pemaparan, reaksi tes tuberkulosis tidak bermakna)

(15)

Ada infeksi tuberkulosis, tidak timbul penyakit (reaksi tes kulit tuberkulin bermakna, pemeriksa bakteri negatif, tidak bukti klinik maupun radiografik).

Status kemoterapi (pencegahan) : • Tidak ada

• Dalam pengobatan kemoterapi

• Komplit (seri pengobatan dalam memakai resep dokter) • Tidak komplit

4) Kelas 3

Tuberkuosis saat ini sedang sakit (Mycobacterium tuberkulosis ada dalam biakan, selain itu reaksi kulit tuberkulin bermakna dan atau bukti radiografik tentang adanya penyakit). Lokasi penyakit : paru, pleura, limfatik, tulang dan/atau sendi, kemih kelamin, diseminata (milier), menigeal, peritoneal dan lain-lain.

Status bakteriologis : a. Positif dengan :

• Mikroskop saja • Biakan saja

• Mikroskop dan biakan b. Negatif dengan :

• Tidak dikerjakan Status kemoterapi :

Dalam pengobatan kemoterapi sejak kemoterapi diakhiri, tidak lengkap reaksi tes kulit tuberkulin :

(16)

b. Tidak bermakna 5) Kelas 4

Tuberkulosis saat ini tidak sedang menderita penyakit (ada riwayat mendapat pengobatan pencegahan tuberkulosis atau adanya temuan radiografik yang stabil pada orang yang reaksi tes kulit tuberkulinya bermakna, pemeriksaan bakteriologis, bila dilakukan negatif. Tidak ada bukti klinik tentang adanya penyakit pada saat ini).

Status kemoterapi :

a. Tidak mendapat kemoterapi b. Dalam pengobatan kemoterapi c. Komplit

d. Tidak komplit 6) Kelas 5

Orang dicurigai mendapatkan tuberkulosis (diagnosis ditunda) Kasus kemoterapi :

a. Tidak ada kemoterapi

Sedang dalam pengobatan kemoterapi. I. Penanganan

a) Promotif

1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC.

2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara penularan, cara pencegahan, faktor resiko.

3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat. b) Preventif

1. Vaksinasi BCG

2. Menggunakan isoniazid (INH)

(17)

4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui secara dini.

c) Kuratif

Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu yang lama. Obat-obat dapat juga digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi. Penderita tuberkulosis dengan gejala klinis harus mendapat minuman dua obat untuk mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat. Kombinasi obat-obat pilihan adalah isoniazid (hidrazid asam isonikkotinat = INH) dengan etambutol (EMB) atau rifamsipin (RIF). Dosis lazim INH untuk orang dewasa biasanya 5-10 mg/kg atau sekitar 300 mg/hari, EMB, 25 mg/kg selama 60 hari, kemudian 15 mg/kg, RIF 600 mg sekali sehari. Efek samping etambutol adalah Neuritis retrobulbar disertai penurunan ketajaman penglihatan. Uji ketajaman penglihatan dianjurkan setiap bulan agar keadaan tersebut dapat diketahui. Efek samping INH yang berat jarang terjadi. Komplikasi yang paling berat adalah hepatitis. Resiko hepatitis sangat rendah pada penderita dibawah usia 20 tahun dan mencapai puncaknya pada usia 60 tahun keatas. Disfungsi hati, seperti terbukti dengan peningkatan aktivitas serum aminotransferase, ditemukan pada 10-20% yang mendapat INH. Waktu minimal terapi kombinasi 18 bulan sesudah konversi biakan sputum menjadi negatif. Sesudah itu masuk harus dianjurkan terapi dengan INH saja selama satu tahun.

(18)

Baru-baru ini CDC dan American Thoracis Societty (ATS) mengeluarkan pernyataan mengenai rekomendasi kemoterapi jangka pendek bagi penderita tuberkulosis dengan riwayat tuberkulosis paru pengobatan 6 atau 9 bulan berkaitan dengan resimen yang terdiri dari INH dan RIF (tanpa atau dengan obat-obat lainnya), dan hanya diberikan pada pasien tuberkulosis paru tanpa komplikasi, misalnya : pasien tanpa penyakit lain seperti diabetes, silikosis atau kanker didiagnosis TBC setelah batuk darah, padahal mengalami batu dan mengeluarkan keringat malam sekitar 3 minggu

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah análisis observasioal dengan pendekatan case control.

(19)

B. Pelaksanaan 1. Waktu

Waktu penelitian dibagi menjadi 3 tahap yaitu:

a. Tahap persiapan mulai bulan Mei 2010 sampai bulan juni 2010, yang meliputi kegiatan:

1) Pengajuan judul penelitian. 2) Observasi lokasi.

3) Penyusuan proposal penelitian. 4) Seminar proposal.

5) Perbaikan proposal penelitian. b. Tahap pelaksanaan pada bulan juni 2010.

c. Tahap penyelesaian dilaksanakan pada bulan juni 2010, yang meliputi kegiatan:

1) Pengolahan data. 2) Penyusunaan KTI. 3) Seminar KTI. 4) Perbaikan KTI 5) Pengumpulan KTI.

(20)

2. Lokasi

Kegiatan penelitian ini berlokasi perumahan di Desa Bukateja kecamatan Bukateja kabupaten Purbalingga.

C. Variabel penelitian 1. Jenis penelitian

1) Variabel bebas (independent).

Adalah variabel utama yang mempengaruhi atau diduga mempengaruhi variabel terkait. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat kelembaban di perumahan Desa Bukateja kecamatan Bukateja kabupaten Purbalingga. 2) Variabel terikat (dependent).

Adalah variabel yang mempengaruhi variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian TB paru di Desa Bukateja kecamatan Bukateja kabupaten Purbalingga.

3) Variabel pengganggu (confounding)

Adalah variabel diluar variabel utama yang dimungkinkan dapat mempengaruhi veriabel terkait. Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, imunisasi.

(21)

Variabel bebas Kelembaban di perumahan Variabel pengganggu  Umur  Jenis kelamin  imunisasi Variabel terikat Kejadian TB paru

(22)

Gb. Hubungan antara variebel terikat dengan variable bebas.

D. Definisi operasioanal.

1. Kelembaban adalah kadar air dalam udara.

2. Perumahan adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga merupakan status lambang social.

3. Kepadatan penduduk adalah Jumlah rata – rata penduduk per satu unit luas tanah.

4. Fasilitas kesehatan adalah semua perangkat kesehatan yang ada meliputi sarana kesehatan, tenaga kesehatan serta alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menanggulangi penyakit TB paru.

5. Petugas adalah orang yang berkaitan dengan pelaksanaan penanggulangan penyakit TB paru, mulai dari pembuat kegiatan, penanganan penderita TB paru dan pelaksanaan kegiatan di lapangan.

6. Faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan yang bisa mempengaruhi timbulnya penyakit TB paru, diantaranya kondisi sanitasi serta kebiasaan manusia yang berpengaruh terhadap kasus TB paru.

(23)

7. Survei lapangan adalah kegiatan pengamatan terhadap objek penelitian untuk mendapatkan keterangan dan data – data yang dibutuhkan dalam penelitian.

8. Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pencarian penderita atau penderi TB paru yang kemudian di hubungkan dengan faktor – faktor yang diperkirakan menjadi sumber atau penyebab penularan TB paru.

9. Kejadian TB paru adalah suatu kondisi dimana didaerah tersebut terjadi kasus penyakit TB paru, dihitung dari banyaknya penderita TB paru atau tidak, baik baru maupun lama.

10. Masa inkubasi adalah sejak masuknya sampai timbulnya lesi primer umumnya memerlukan waktu empat sampai enam minggu, interfal antara infeksi primer dengan reinfeksi bisa beberapa tahun.

11. Tuberculosis adalah penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis.

E. Populasi dan sampel

1. Populasi dalam penelitian ini adalah :

a. Kasus : semua penderita TB paru di Desa Bukateja kecamatan Bukateja kabupaten Purbalingga.

b. Kontrol : semua warga yang sehat dan tidak terkena TB paru di Desa Bukateja yang rumahnya berdekatan dengan rumah penderita.

(24)

Menurut Suharsini Arikunto ( 1998, h.120) bahwa jika subjek lebih dari 100, maka dapat diambil 25% dari populasi, pengambilan sampel dengan cara simple random sampling dengan jumlah sebanyak 30 orang sebagai kelompok kasus dan 30 orang sebagai kelompok control, sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah 60 orang. Pada penelitian ini kelompok control diambil pada rumah yang bertempat tinggal berdekatan dengan penderita TB paru. F. Pengumpulan data 1) Jenis data a. Data umum 1. Geografi 2. Demogrfi b. Data khusus

1. Karakteristik penderita TB paru dan kelompok kontrolnya ( umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status imunisasi, tingkat ekonomi ).

2. Kelembaban 2) Sumber data

(25)

1. Wawancara dengan responden.

2. Pengamatan secara langsung pada tingkat kelembaban.

3. Pengamatan kelompok kasus kontrol. b. Data sekunder

1. Data dari Puskesmas Bukateja.

2. Kantor Desa Bukateja kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga.

3) Pengumpulan data

a. Observasi dengan menggunakan check list. b. Wawancara dengan menggunakan kuisioner. c. Pengukuran terhadap kelembaban ruangan rumah. G. Pengolahan dan penyajian data

1. Pengolahan data

a. Editing yaitu suatu proses penyelesaian semua data yang berhasil dikumpulkan berdasarkan kebutuhan yang berguna untuk mencegah terjadinya kekeliruan data.

b. Coding : Pengelompokan data dan pemberian kode tertentu terhadap data yang dikumpulkan untuk mempermudah proses selanjutnya.

(26)

c. Tabulating : Suatu kegiatan memasukan data yang telah diseleksi untuk disajikan dan bentuk table untuk keperluan analisi.

2. Penyajian data

Penyajian datanya dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Data geografois disajikan dalam bentuk narasi.

b. Data demografis disajiakan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

c. Data kelembaban disajikan dalam bentuk tabel. 3. Analisis data

1. Uji chi-square

Untuk mengetahui bagaimana keadaan kelembaban ruangan rumah kelompok kasus maupun kelompok control. Rumus : untuk tabel 2 X 2

X² = ΣΣ ({Oij _ Eij} – 0,5)² Eij

Eij = ri – ci N

(27)

Keterangan : X² : Nilai X²

Oij : Nilai observasi Eij : Nilai harapan ri : Jumlah baris i ci : Jumlah kolom j N : Grand total

2. Uji Odds Ratio

Untuk mengetahui besarnya angka resiko dengan yang mungkin ditimbulkan.

OR = A x D B x C

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, EGC, Jakarta. www.indrariawan.wordpress.com/2007/03/2. didownload tgl 10 may 2010 pukul 19:29 WIB.

Smeltzer and Bare, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

Depkes republik. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkolosis. Edisi 2, cetakan pertama.

(29)

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran awal pada pekerja yang menjahit kain menunjukkan bahwa posisi tubuh pekerja yang menjahit sudah cukup tegak hanya saja kepalanya cukup menunduk yang

• Menurut efek Fisher, ketika tingkat inflasi naik, tingkat bunga nominal naik dalam jumlah yang sama. • Tingkat bunga riil tetap sama

menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang berjudul “Desain Balok Terkekang Lateral pada Komponen Struktur Lentur dengan Penampang Ekonomis Menggunakan Visual

keempat, peneliti melakukan proses pengambilan data-data yang dapat diartikan sebagai suatu teknik pengumpulan data-data yang bersifat menyatukan dari berbagai

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Werdhi Mendala berlokasi di Desa Singapadu Gianyar, di kenal dengan sebutan Koperasi Singapadu yang bergerak dibidang simpan pinjam dan pelayanan umum seperti

Penerapan pembelajaran Student Centered Learning (SCL) melalui model pembelajaran kooperatif Tipe STAD) dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah