• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, MASA KERJA DAN JABATAN TERHADAP PEMAHAMAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH (STUDI PADA PEMERINTAH ACEH)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, MASA KERJA DAN JABATAN TERHADAP PEMAHAMAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH (STUDI PADA PEMERINTAH ACEH)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 - Volume 1, No.2, Februari 2013

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, MASA

KERJA DAN JABATAN TERHADAP PEMAHAMAN

LAPORAN KEUANGAN DAERAH

(STUDI PADA PEMERINTAH ACEH)

Cut Yunina Eriva1, Islahuddin2, Darwanis2 1)

Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2)

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala

Abstract: The purpose of this research is knowing influence, educational level, training,

working period, and official to the understanding of the local financial statement in Aceh. The research about 84 people consisting of 42 budget users ( SKPA ) and 42 PPK of department in Aceh government. The method used was logistic regression analysis. The result showed training impact on understanding of Aceh government financial statement while the rate of education, working time, and official has no influence against to understanding the government financial report Aceh. To research and researcher recommend to conduct research in a questionnaire items similar to fix this work by involving all respondents technically relating to the regional financial reporting.

Keywords: The level of education, training, working time, official and the understanding of the

local financial statement

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, pelatihan,

masa kerja dan jabatan terhadap pemahaman laporan keuangan daerah di Pemerintah Aceh. Populasi penelitian sebanyak 84 orang yang terdiri dari 42 Pengguna Anggaran (SKPA) dan 42 PPK dari badan, dinas dan kantor yang ada di Pemerintah Aceh. Metode analisis yang digunakan adalah regresi logisitik. Hasil penelitian ini menunjukkan pelatihan berpengaruh terhadap pemahaman laporan keuangan daerah Pemerintah Aceh, sedangkan tingkat pendidikan, masa kerja dan jabatan tidak mempunyai pengaruh terhadap pemahaman laporan keuangan daerah Pemerintah Aceh. Pada penelitian selanjutnya peneliti merekomendasikan untuk melakukan penelitian serupa dengan memperbaiki item-item didalam kuesioner ini dengan melibatkan seluruh responden yang pekerjaannya secara teknis berhubungan terhadap proses pelaporan keuangan daerah.

Kata Kunci: Tingkat pendidikan, pelatihan, masa kerja, jabatan dan pemahaman laporan

keuangan daerah

PENDAHULUAN

Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan urusan yang menjadi kewenangannya di daerah, berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

melimpahkan sebagian kewenangannya kepada Gubernur selaku wakil pemerintah pusat di daerah dan dilaksanakan berdasarkan azas dekonsentrasi dan tugas pembantuan, hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008 tentang tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, dimana penyelenggaraan dekonsentrasi dilakukan melalui pelimpahan sebagian urusan pemerintah yang menjadi

(2)

Volume 1, No.2, Februari 2013 - 2 kewenangan kementerian dan lembaga.

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No 59 Tahun 2007 disebutkan, bahwa untuk tujuan akuntabilitas atas pengelolaan dana-dana yang dikelola oleh provinsi atau kabupaten/ kota diwajibkan menyiapkan laporan keuangan daerah yang dipertanggungjawabkan oleh kepala daerah dalam hal ini adalah gubernur dan bupati/walikota yang meliputi neraca daerah, laporan perhitungan APBD, nota perhitungan APBD dan laporan arus kas.

Terkait dengan hal tersebut maka setiap pengelola keuangan harus memiliki pemahaman yang baik mengenai laporan keuangan sehingga laporan yang dipublikasikan dapat disajikan secara wajar terbebas dari salah saji yang material sehingga tidak menyesatkan pembaca dan pengguna laporan. Tanpa pemahaman laporan keuangan yang baik mengakibatkan laporan keuangan yang dipublikasikan terdapat kesalahan material dalam penyajian angka, tidak sesuai dengan pelaporan dan tidak tepat waktu dalam penyampaiannya sehingga berdampak buruk bagi pengguna laporan dan pihak penyaji laporan itu sendiri (Mahmudi 2010:9).

Zetra (2008) mengungkapkan bahwa pemahaman sebahagian pejabat penatausahaan keuangan SKPD terhadap mekanisme pengelolaan keuangan masih sangat kurang. Misalnya banyak bendahara penerimaan pada SKPD yang terlambat menyampaikan pertanggungjawaban yang disebabkan antara lain pengguna anggaran belum tanda tangan. Selain itu, pimpinan kegiatan atau pimpinan SKPD beranggapan bahwa urusan

pertanggungjawaban hanyalah tanggung jawab bendahara saja. Padahal dalam Permendagri No 13 Tahun 2006 yang diperbaharui Permendagri No 21 Tahun 2011 pembagian tugas tersebut sudah diatur dengan jelas.

Hasil temuan BPK terhadap Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Aceh tahun 2009 menggambarkan beberapa kelemahan berupa pencatatan yang diselenggarakan oleh Kuasa BUD pada masing-masing SKPA masih belum tertib yaitu penutupan BKU belum dilakukan secara tepat waktu dan masih terdapat selisih antara BKU dengan rekening koran. Kelemahan lainnya adalah kurangnya personel yang berlatar belakang pendidikan akuntansi atau ekonomi sehingga kurangnya pemahaman mengenai tata cara rekonsiliasi bank dan belum dapat menyajikan laporan keuangan yang lengkap (BPK : 2010).

Penelitian ini merujuk kepada penelitian sebelumnya yang dilakukan Almanidar (2010) yang menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pemahaman aparatur dilingkup SKPD terhadap proses penyusunan laporan keuangan secara keseluruhan masih rendah.

Hasil penelitian yang dilakukan Arfan dan Faisal (2009) menunjukkan bahwa masa kerja, pendidikan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman aparatur pemerintah tentang prinsip-prinsip good governance di pemerintah Kota Banda Aceh, sedangkan jabatan tidak berpengaruh terhadap tingkat pemahaman aparatur pemerintah tentang prinsip-prinsip good governance di pemerintah Kota Banda Aceh. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan

(3)

3 - Volume 1, No.2, Februari 2013 terjadi ketidakkonsistenan dengan hasil penelitian Bappenas (2002) yang membuktikan bahwa jabatan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman aparatur pemerintah tentang prinsip-prinsip good governance.

KAJIAN KEPUSTAKAAN Pendidikan

Menurut Achmad (1982:4), “Pendidikan itu merupakan kegiatan proses belajar mengajar yang sistem pendidikannya senantiasa berbeda dan berubah-ubah, dari masyarakat yang satu kepada masyarakat yang lain”. Pendapat lain tentang pengertian pendidikan dikemukakan oleh Sahertian (2000:1) adalah usaha sadar yang sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pelatihan

Nitisemito (1996:86) menyatakan bahwa pemberian pelatihan ditujukan agar para karyawan dapat menguasai pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sehingga terwujudlah efisiensi dan efiktifitas dalam pelaksanaan tugasnya.

Menurut Hariandja (2007:169), pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang spesifik pada saat ini. Terdapat beberapa alasan mengapa pelatihan harus dilakukan atau menjadi bagian yang sangat penting dari kegiatan Manajemen Sumber Daya Manusia, diantaranya: pegawai yang belum memahami secara benar bagaimana melakukan pekerjaan, adanya perubahan lingkungan kerja dan tenaga kerja, meningkatnya daya saing dan penyesuaian

terhadap peraturan-peraturan yang ada.

Masa Kerja

Menurut Nitisemito (1996) senioritas atau sering disebut dengan istilah “Lenght of service” atau masa kerja adalah lamanya seorang karyawan menyumbangkan tenaganya pada perusahaan tertentu. Sejauh mana tenaga kerja dapat mencapai hasil yang memuaskan dalam bekerja tergantung dari kemampuan, kecakapan dan ketrampilan tertentu agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik.

Jabatan

Jabatan (occupation) ialah pekerjaan yang telah melembaga dalam suatu instansi, perusahaan atau telah membudaya dalam masyarakat. Jabatan juga mencakup tanggung jawab dan wewenang. Tanggung jawab (responsibility) ialah hal yang menjadi keharusan pemegang jabatan sedangkan wewenang (authority) ialah hak pemegang jabatan untuk menerima, menuntut kepatuhan, mengajukan pendapat, pengambilan keputusan akhir dan memerintahkan pelaksanaannya mengenai suatu hal tertentu (Tulus,1996:24)

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Menurut PP No. 71 Tahun 2010 Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk

(4)

Volume 1, No.2, Februari 2013 - 4 melaksanakan kegiatan operasional

pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

Mahmudi (2010:64) menyatakan banyak pihak yang menjadi pemangku kepentingan pemerintah daerah bukan orang yang berlatar belakang pendidikan akuntansi, padahal mereka berkepentingan terhadap laporan keuangan pemerintah. Untuk bisa memahami laporan keuangan secara lebih komprehensif, perlu diketahui proses pelaporan, logika akuntansi dan memahami elemen laporan keuangan yang terdiri dari: Neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas (LAK), Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Menyadari tidak semua pemangku kepentingan dan pembaca laporan keuangan dapat memahami dan menginterpretasikan laporan keuangan maka diperlukan analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu bagaimana cara memahami laporan keuangan, bagaimana menafsirkan angka-angka dalam laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi laporan keuangan, dan bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. yang merupakan alat untuk menghasilkan laporan keuangan. Salah satu teknik yang paling banyak digunakan untuk menganalisis laporan keuangan adalah analisis rasio keuangan. (Mahmudi 2010:9)

Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah

Secara garis besar tujuan penyajian laporan keuangan bagi pemerintah daerah adalah (Mahmudi, 2010:4-5):

1. Untuk memberikan informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial dan politik;

2. Untuk alat akuntabilitas publik;

3. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasi.

Tujuan pelaporan keuangan dalam kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah untuk menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik dengan:

(a) menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran; (b) menyediakan informasi mengenai

kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan;

(c) menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;

(d) menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;

(5)

5 - Volume 1, No.2, Februari 2013 keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;

(f) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

Siklus Akuntansi

Akuntansi adalah suatu sistem, yaitu suatu kesatuan yang terdiri dari atas subsistem-subsistem atau kesatuan lebih kecil yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan tertentu. Suatu sistem mengolah input (masukan) menjadi output (keluaran). Input sistem akuntansi adalah bukti-bukti transaksi dalam bentuk dokumen atau formulir. Outputnya adalah laporan keuangan. Dalam proses akuntansi, terdapat beberapa catatan yang dibuat, yaitu jurnal, buku besar (BB) dan buku pembantu (BP) (Halim, 2007:52).

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah memiliki contoh input berupa bukti memorial, surat tanda setoran, dan surat perintah pencairan dana. Proses Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dilakukan dengan menggunakan catatan seperti buku jurnal umum, buku jurnal penerimaan kas, buku jurnal pengeluaran kas, buku besar dan buku besar pembantu. Output Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berupa laporan keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan

catatan atas laporan keuangan (Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 232).

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah harus terus dan berupaya memperbaiki kualitas laporan keuangannya. Laporan keuangan yang disajikan pemerintah daerah dinilai berkualitas apabila relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.

Relevan artinya informasi dalam laporan keuangan yang disajikan memberikan manfaat bagi para pengguna untuk pengambilan keputusan. Andal (Reliability) artinya informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat diandalkan, tidak menyesatkan dan mengandung unsur manipulasi. Dapat dibandingkan (comparability) artinya laporan keuangan dapat digunakan sebagai pembanding kinerja masa lalu atau pembanding kinerja organisasi lain yang sejenis. Dapat dipahami (understandability). artinya laporan keuangan harus memberikan informasi yang jelas, sederhana dan mudah dipahami oleh pihak-pihak pengguna laporan keuangan. (Mahmudi, 2010-11):

Kerangka Pemikiran

Hubungan Tingkat Pendidikan dan

Pemahaman Laporan Keuangan Daerah

Reformasi akuntansi dipemerintahan daerah dimulai dengan terbitnya Kepmendagri 29 tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah. Munculnya Kepmendagri 29

(6)

Volume 1, No.2, Februari 2013 - 6 tahun 2002 tersebut, pemerintah daerah mulai

disibukkan dengan upaya untuk menerapkan akuntansi sebagaimana yang diarahkan dalam kepmendagri tersebut.

Menurut Sukirman (2009), secara hitungan kasar kebutuhan tenaga akuntansi di pemerintah daerah seluruh Indonesia adalah sekitar 25.000 orang. Kenyataannya, tenaga yang berlatar belakang akuntansi masih sangat minim. Sangat penting untuk menempatkan SDM yang potensial dan bertanggungjawab, serta menempatkan SDM dengan kompetensi yang memadai baik secara teknis maupun administrasi dalam bidang pengelolaan keuangan daerah.

Menurut Nazier (2009), menghadapi berbagai kualitas laporan keuangan, tenaga akuntan yang handal sangat dibutuhkan pada sektor publik baik sebagai pelaksana kebijakan maupun sebagai penentu kebijakan. Sayangnya hasil penelitian BPK menunjukkan adanya masalah SDM Pemerintah Pusat dan Daerah. Hasil kuesioner oleh BPK menunjukkan bahwa mayoritas yaitu sebesar 76,77% unit pengelola keuangan Negara diisi oleh pegawai yang tidak memiliki latar belakang akuntansi.

Nazier (2009), juga mengungkapkan bahwa kelemahan pemahaman akan akuntansi sektor publik diperparah dengan rendahnya dorongan untuk belajar lebih jauh dan kesalahan penempatan staf dengan latar belakang pendidikan yang tidak sesuai.

Hasil penelitian Arfan dan Faisal (2009) menunjukkan adanya pengaruh pendidikan terhadap tingkat pemahaman aparatur pemerintah tentang prinsip-prinsip good

governance. Hal ini bermakna bahwa jika pendidikan aparatur pemerintah semakin tinggi maka nilai variabel tingkat pemahaman aparatur pemerintah terhadap prinsip-prinsip good governance akan meningkat pula.

Selanjutnya hasil penelitian Almanidar (2010) di Pemkab Pidie menunjukkan bahwa tenaga yang berlatar belakang ilmu akuntansi hanya 1 orang dari 23 SKPD, dimana hal tersebut menjadi salah satu faktor tidak selesainya laporan keuangan SKPD. Akibatnya proses penyusunan laporan keuangan menjadi terhambat karena kurangnya pemahaman aparatur yang terlibat dalam pengelolaan dan penatausahaan keuangan terhadap proses penyusunan laporan keuangan.

Dari pendapat di atas bisa diartikan bahwa tingkat pendidikan sangat mempengaruhi aparatur terhadap pemahaman laporan keuangan daerah.

Hubungan Masa Kerja dengan Pemahaman Laporan Keuangan Daerah

Nitisemito (1996) menyatakan bahwa masa kerja merupakan hasil penyerapan dari berbagai aktivitas manusia, sehingga mampu menumbuhkan keterampilan yang muncul secara otomatis dalam tindakan yang dilakukan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan. Masa kerja seseorang berkaitan dengan pengalaman kerjanya.

Purnamasari (2005) menyimpulkan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya; 1). Mendeteksi kesalahan, 2). Memahami

(7)

7 - Volume 1, No.2, Februari 2013 kesalahan dan 3). Mencari penyebab timbulnya kesalahan.

Hasil penelitian Almanidar (2010) di Pemkab Pidie bahwa masa kerja jabatan PA dan PPK masih rendah. Masa kerja jabatan PPK menggambarkan masa kerja jabatan yang sesungguhnya sebagai PPK, sehingga masa kerja tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman mereka atas penyusunan laporan keuangan. Di Pemkab Pidie terjadi turnover posisi pejabat cukup tinggi dimana jumlah pejabat (PA dan PPK) yang mempunyai masa kerja jabatan dibawah 1 tahun sebanyak 27 orang dari total 47 orang pejabat (58% pejabat). Pejabat yang sudah mendapatkan pelatihan (diklat) yang cukup mengenai pelaporan keuangan dipindahkan kebagian lain yang tidak berhubungan dengan diklat yang diikuti tersebut dan kemudian ditempatkan orang baru yang tentu saja masih mentah pemahamannya akan proses penyusunan Laporan Keuangan sehingga harus dimulai dari awal lagi. Keadaan tersebut yang menjadi salah satu penyebab kurangnya pemahaman pejabat terutama PPK terhadap proses penyusunan laporan keuangan.

Dari hasil penelitian tersebut di atas membuktikan bahwa masa kerja berpengaruh terhadap tingkat pemahaman aparatur tentang laporan keuangan daerah.

Hubungan Pelatihan dengan Pemahaman Laporan Keuangan Daerah

Akuntansi dan pelaporan merupakan komponen yang tidak dapat dihindarkan pada pengelolaan keuangan. Bidang ini memerlukan prosedur yang tertata dengan baik dan pegawai

yang terlatih untuk melakukan pencatatan data-data keuangan. (Word Bank, 2007).

Merupakan suatu hambatan besar dalam meraih kinerja yang baik jika pegawai tidak memiliki kualifikasi/keterampilan yang memadai dan belum memahami secara benar pekerjaannya. Untuk mengatasi hambatan tersebut perlu diadakannya pelatihan.

Penelitian Almanidar (2010) di Pemkab Pidie menunjukkan hasil bahwa pendidikan dan pelatihan (diklat) yang diikuti kurang berpengaruh terhadap pemahaman aparatur atas proses penyusunan laporan keuangan. Umumnya hal tersebut terjadi karena diklat yang diikuti kurang menyentuh substansi serta waktu diklat yang terlalu singkat.

Penelitian Nasaruddin (2008) menunjukkan bahwa pelatihan berdampak kepada informasi yang dihasilkan oleh SDM akuntansi yaitu menyajikan informasi akuntansi yang berkualitas sejalan dengan tujuan perusahaan.

Hubungan Jabatan dengan Pemahaman Laporan Keuangan Daerah

Jabatan (occupation) ialah pekerjaan yang telah melembaga dalam suatu instansi, perusahaan atau telah membudaya dalam masyarakat. Jabatan juga mencakup tanggung jawab dan wewenang. Tanggung jawab (responsibility) ialah hal yang menjadi keharusan pemegang jabatan sedangkan wewenang (authority) ialah hak pemegang jabatan untuk menerima, menuntut kepatuhan dalam hal tertentu, mengambil keputusan akhir dan memerintahkan pelaksanaannya, serta

(8)

Volume 1, No.2, Februari 2013 - 8 mengajukan pendapat mengenai sesuatu hal

tertentu. (Tulus, 1996:24)

Pejabat PA dan PPK mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk menyiapkan, menyusun laporan keuangan daerah dimana untuk menghasilkan laporan tersebut diperlukan proses dan tahapan yang harus dilalui menurut sistem akuntansi pemerintah daerah. Untuk itu mereka harus memiliki kompetensi, keahlian dan kemampuan yang memadai dalam melaksanakan pekerjaannya.

Kompetensi jabatan SDM aparatur (PNS) adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki seorang PNS berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku, yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya (Mustopadidjaja, 2002).

Dengan adanya kompetensi akan menciptakan aparatur yang memiliki semangat untuk selalu bertindak efisien, rasional, transparan, akuntabel dan profesional.

Hasil penelitian Almanidar di Pemkab Pidie (2010) diperoleh data dari 23 SKPD hanya 7 SKPD yang mampu menyelesaikan Laporan Keuangan. Alasan tidak menyusun laporan keuangan dikarenakan mereka masih belum mengerti dalam proses penyusunan laporan keuangan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa PA dan PPK harus mempersiapkan diri untuk mempunyai kompetensi, keahlian dan kemampuan berdasarkan tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Tanpa adanya kualifikasi dan persyaratan tersebut, mustahil PA dan PPK

dapat melakukan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

H1: Tingkat Pendidikan mempunyai pengaruh terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Aceh. H2: Pelatihan mempunyai pengaruh terhadap

Pemahaman Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Aceh.

H3: Masa Kerja mempunyai pengaruh terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Aceh.

H4: Jabatan mempunyai pengaruh terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Aceh.

METODE PENELITIAN Populasi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian sensus yaitu dengan populasi yang berasal dari seluruh entitas yang menjadi subjek penelitian. Total responden adalah 84 orang terdiri dari 42 Pengguna Anggaran (SKPA) dan 42 PPK dari badan, dinas dan kantor yang ada di Pemerintah Aceh.

Operasionalisasi Variabel

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel independen yaitu pendidikan (X1), Masa Kerja

(X2), Pelatihan (X3) dan Jabatan (X4) dan

variabel dependen yaitu Pemahaman Laporan Keuangan Daerah (Y). Berikut ini dijelaskan

(9)

9 - Volume 1, No.2, Februari 2013 definisi menurut masing-masing variabel yaitu:

a. Pendidikan (X1) adalah usaha sadar

untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan-latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Indikator atau elemen data dan alat ukur yang digunakan dalam pendidikan, peneliti ambil dari penelitian sebelumnya (Almanidar, 2010). Skala yang digunakan menggunakan skala interval (interval scale)

b. Masa Kerja (X2) adalah lamanya

seorang karyawan menyumbangkan tenaganya pada perusahaan tertentu. Indikator atau elemen data dan alat ukur yang digunakan dalam masa kerja, peneliti ambil dari penelitian sebelumnya (Almanidar, 2010). Skala yang digunakan menggunakan skala interval (interval scale)

c. Pelatihan (X3) . Pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang spesifik. Indikator atau elemen data dan alat ukur yang digunakan dalam pelatihan, peneliti ambil dari pendapat yang dikemukakan Tulus (1996). Skala yang digunakan menggunakan skala interval (interval scale)

d. Jabatan (X4) adalah kedudukan yang

menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang karyawan dalam rangka susunan satuan organisasi. Indikator atau elemen data dan alat

ukur yang digunakan dalam jabatan, peneliti ambil dari pendapat yang dikemukakan Notoatmodjo (2003). Skala yang digunakan menggunakan skala interval (interval scale)

e. Pemahaman Laporan Keuangan (Y) Untuk bisa memahami laporan keuangan secara lebih komprehensif, perlu diketahui proses pelaporan, logika akuntansi dan memahami elemen laporan keuangan yang terdiri dari: Neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas (LAK), Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Sedangkan untuk memahami dan menginterpretasikan Laporan Keuangan perlu analisis laporan keuangan.. Indikator atau elemen data dan alat ukur yang digunakan dalam pemahaman laporan keuangan, peneliti ambil dari pendapat yang dikemukakan Mahmudi (2010). Skala menggunakan Dummy.

Metode Analisis

Suatu penelitian yang dapat dipercaya sangat ditentukan oleh alat pengukuran yang digunakan untuk variabel yang diteliti. Oleh karena itu untuk mengukur handal atau tidaknya kuesioner digunakan analisis reliabilitas dan validitas.

1. Uji Reliabilitas

Reliabilitas mengandung pengertian bahwa suatu instrumen yang dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Salah satu teknik yang digunakan untuk

(10)

Volume 1, No.2, Februari 2013 - 10 mengukur konsistensi ini yaitu melalui

Cronbach’s Alpha (α) yang dapat menafsirkan korelasi antara skala yang dibuat dengan skala variabel yang ada. Instrument dalam penelitian ini dikatakan reliable apabila memiliki koefisien keandalan atau alpha lebih besar dari 0,5. 2. Uji validitas dilakukan dengan

mengkorelasikan masing-masing item untuk setiap variable dengan menggunakan pearson product-moment coefficient melalui program SPSS.

Persamaan model empiris yang digunakan untuk meneliti pengaruh X1,X2,X3 dan X4

terhadap Y dengan menggunakan analisis regresi logistik.

Y = β0 + β1 X1 + β2 X2+ β3 X3+ β4 X4

Keterangan:

Y = 1; Paham Laporan Keuangan Daerah = 0;Tidak Paham Laporan Keuangan Daerah X1 = Pendidikan X2 = Pelatihan X3 = Masa Kerja X4 = Jabatan β1, β2, β3, β4 = koefisien X1, X2, X3, X4 e = error HASIL PEMBAHASAN Hasil Pengujian Hipotesis

Penelitian ini menggunakan variabel dependen bersifat dikotomi (paham terhadap laporan keuangan daerah dan tidak paham terhadap laporan keuangan daerah), maka pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik. Tahapan dalam pengujian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pengujian Validitas

Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan secara statistik, yaitu dengan menggunakan Uji Pearson product-moment coefficient of correlation dengan bantuan SPSS 16.0. Berdasarkan output komputer setelah dilakukan pengujian validitas terdapat 3 item pernyataan yang tidak valid dari seluruh seluruh item pernyataan yaitu sebanyak 21. Besarnya nilai koefesien korelasi yaitu 0,266.

Pengujian Reliabilitas

Uji reliabilitas memperlihatkan tingkat pendidikan memiliki cronbach alpha 0,565, pelatihan dengan cronbach alpha 0,879, masa kerja dengan cronbach alpha 0,676 dan jabatan dengan cronbach alpha 0,607. Secara keseluruhan tingkat kehandalan telah memenuhi persyaratan.

Model Regresi Logistik yang Terbentuk Hasil persamaan regresi logistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = -1.743 + 0.102 X1 + 0.282 X2 – 0.195 X3

-0.157 X4 + e

Hasil uji koefisien regresi logistik menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan menunjukkan koefisien regresi β1

sebesar 0,102 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,530 lebih besar dari 0,05 artinya variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh pada pemahaman laporan keuangan daerah. Variabel pelatihan menunjukkan koefisien regresi β2 sebesar 0,282 dengan tingkat

(11)

11 - Volume 1, No.2, Februari 2013 signifikansi sebesar 0,034 lebih kecil dari 0,05, ini artinya variabel pelatihan berpengaruh pada pemahaman laporan keuangan daerah. Variabel masa kerja menunjukkan koefisien regresi β3

sebesar -0,195 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,326 lebih besar dari 0,05 artinya variabel masa kerja tidak berpengaruh pada pemahaman laporan keuangan daerah. Kemudian variabel jabatan menunjukkan koefisien regresi β4 sebesar -0,157 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,506 lebih besar dari 0,05, artinya variabel jabatan tidak berpengaruh pada pemahaman laporan keuangan daerah.

Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Daerah

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman laporan keuangan daerah. Kenyataan di lapangan memperlihatkan bahwa tidak semua aparatur yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi paham dan bisa menyelesaikan permasalahan dalam laporan keuangan daerah. Ilmu yang dimiliki tidak diterapkan dalam teknis pelaksanaan laporan keuangan, karena biasanya aparatur yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan menduduki jabatan yang tinggi pula sehingga tanggungjawab pekerjaannya hanya pada pengesahan hasil, namun tidak terlibat langsung dalam penyelesaian laporan keuangan daerah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sally & Derajat (2004: 287), yang menyatakan bahwa pendidikan yang diikuti oleh aparat birokrasi

lebih bertujuan tuntutan persyaratan yang harus dipenuhi oleh PNS untuk naik ke jenjang eselon tertentu dan bukan dasar tuntutan pengembangan pengetahuan dan keterampilan seorang aparat.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nasaruddin (2008) yang menyebutkan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap penyajian informasi akuntansi. Hasil penelitian ini juga tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Almanidar (2010) yang menyebutkan bahwa minimnya tenaga kerja yang berlatar belakang akuntansi merupakan faktor tidak selesainya laporan keuangan SKPD. Akibatnya proses penyusunan laporan keuangan menjadi terhambat karena kurangnya pemahaman aparatur yang terlibat dalam pengelolaan dan penatausahaan keuangan terhadap proses penyusunan laporan keuangan.

Pengaruh Pelatihan terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Daerah

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pelatihan berpengaruh terhadap pemahaman laporan keuangan daerah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak pelatihan yang diikuti tenaga kerja sesuai dengan bidang pekerjaanya maka akan semakin terampil dan berkualitas tenaga kerja tersebut.

Manfaat dilakukannya pelatihan agar dapat mencetak tenaga kerja yang terampil, berkualitas dan berkompeten dalam bidang pekerjaannya.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasaruddin

(12)

Volume 1, No.2, Februari 2013 - 12 (2008) yang menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan positif antara pelatihan dengan kualitas penyajian informasi akuntansi.

Namun penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian Almanidar (2010) di Pemkab Pidie, yang menunjukkan hasil bahwa diklat yang diikuti kurang berpengaruh terhadap pemahaman aparatur atas proses penyusunan laporan keuangan. Umumnya hal tersebut terjadi karena diklat yang diikuti kurang menyentuh substansi serta waktu diklat yang terlalu singkat.

Pengaruh Masa Kerja terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Daerah

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan pemahaman laporan keuangan. Hal tersebut merupakan gambaran bahwa tidak selamanya aparatur yang telah lama bekerja lebih menguasai laporan keuangan daerah. Ini disebabkan oleh tingkat kejenuhan aparatur tersebut. Bahkan aparatur yang baru bekerja pada suatu bidang bisa lebih menguasai dan memahami laporan keuangan disebabkan beberapa faktor pendukung seperti pendidikan terakhir yang dimiliki dan pengalaman kerja pada bidang yang sama sebelumnya.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Arfan dan Faisal (2009) yang menyebutkan bahwa masa kerja memiliki pengaruh terhadap Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah Tentang Prinsip-prisnsip Good Governance. Selanjutnya dalam penelitian Almanidar (2010) di Pemkab Pidie menjelaskan bahwa masa kerja jabatan

PA dan PPK masih rendah. Di Pemkab Pidie terjadi turnover posisi pejabat cukup tinggi dimana jumlah pejabat (PA dan PPK) yang mempunyai masa kerja jabatan dibawah 1 tahun sebanyak 27 orang dari total 47 orang pejabat (58% pejabat).

Pengaruh Jabatan terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Daerah

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa jabatan tidak berpengaruh terhadap pemahaman laporan keuangan daerah. Hasil tersebut menjelaskan bahwa tidak selamanya jabatan yang tinggi dapat diikuti oleh pemahaman terhadap bidang pekerjaannya. Hal ini disebabkan karena aparatur yang memiliki jabatan yang tinggi biasanya telah menjadi atasan, sehingga tanggungjawabnya hanya mengesahkan hasil yang diterima oleh bawahannya. Hal tersebut menyebabkan atasan tidak terlalu memahami pekerjaan bawahan yang seharusnya juga merupakan tanggungjawabnya.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh penelitian Arfan dan Faisal (2009). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa jabatan tidak berpengaruh terhadap tingkat pemahaman aparatur pemerintah tentang prinsip-prinsip good governance. Namun penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian Almanidar (2010), di Pemkab Pidie diperoleh data dari 23 SKPD hanya 7 SKPD yang mampu menyelesaikan Laporan Keuangan. Alasan tidak menyusun laporan keuangan dikarenakan mereka masih

(13)

13 - Volume 1, No.2, Februari 2013 belum mengerti dalam proses penyusunan laporan keuangan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Tingkat Pendidikan, masa kerja dan jabatan tidak berpengaruh terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Aceh. Sedangkan pelatihan mempunyai pengaruh terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Aceh.

Saran

Saran-saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah bagi SKPA pada Pemerintah Aceh diberikannya pelatihan dan pendidikan bagi aparatur yang terlibat dalam pengelolaan keuangan daerah agar lebih memahami proses akuntansi dan pembukuan, yang merupakan dasar dalam melaksanakan pelaporan keuangan yang baik sebagai bagian dalam pengelolaan keuangan daerah. Selain itu mensyaratkan apartur Pemerintah Aceh yang terlibat dalam pengelolaan keuangan daerah telah mengikuti sertifikasi Akuntansi Pemerintahan.

Peneliti selanjutnya disarankan memperbaiki item-item pernyataan didalam kuesioner ini terutama item pernyataan pemahaman terhadap laporan keuangan daerah lebih secara teknis. Memperbanyak responden penelitian dengan melibatkan seluruh pegawai yang secara teknis terlibat dalam proses pengelolaan laporan keuangan daerah. Melakukan penelitian serupa dengan menambah variabel lain pada saat penerapan Standar Akuntansi Pemerintah No. 71 Tahun 2010 telah

diberlakukan di pemerintahan.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Almanidar, E., 2010. Pemahaman Aparatur Terhadap Proses Penyusunan Laporan Keuangan Entitas Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie. Tesis. Banda Aceh: Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. Achmad, N., 1982. Pendidikan dan Masyarakat.

Yogyakarta: CV. Bina Usaha.

Arfan & Faisal, 2009. Pengaruh Masa Kerja, Jabatan dan Jenjang Pendidikan Terhadap Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah Tentang Prinsip-prinsip Good Governance di Pemerintah Kota Banda Aceh. Jurnal Telaah

& Riset Akuntansi. Vol.2:1-14.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2010. Laporan Hasil Pemeriksaan atas

Laporan Keuangan Pemerintah Aceh Tahun 2009 di Banda Aceh Nomor: 12.A/LHP/XVIII.BAC/06/ 2010 tanggal 18 Juni 2010.

Bappenas. 2002. Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah Terhadap Prinsip-prinsip Tata pemerintah Yang Baik. Tim Kajian Sekretariat

Pengembangan Public Good Governance-Bappenas.

Halim, A., 2002. Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi

Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat.

Hariandja, T. E. M., 2007. Manajemen Sumber Daya

Manusia.Jakarta: PT Grasindo.

Mahmudi. 2010. Analisis Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah. Panduan bagi Eksekutif, DPRD dan Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan Ekonomi, Sosial dan Politik. Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Mustopadidjaja. 2002. Paradigma-paradigma Pembangunan. Lembaga Administrasi Negara.

Nasaruddin, F., 2008. Pengaruh Pendidikan, Pelatihan dan Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Penyajian Informasi Akuntansi pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk. Jurnal

Ichsan Gorontalo Vol.3:1411-1420.

Nazier, D. M., 2009. Kesiapan SDM Pemerintah Menuju Tata Kelola Keuangan Negara yang Akuntabel dan Transparan. Seminar Nasional, tanggal 22 Juli 2009 yang diselenggarakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.

Nitisemito, A. S., 1996. Manajemen Personalia:

Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Gholia Indonesia.

Peraturan Pemerintah. 2011. Standar Akuntansi

Pemerintahan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010. Permendagri 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

(14)

Volume 1, No.2, Februari 2013 - 14 Permendagri 29 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah.

Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Permendagri No.21 Tahun 2011 tentang Perubahan

Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Purnamasari, D. I., 2005. Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Hubungan Partisipasi dengan Efektifitas Sistem Informasi. Jurnal Riset

Akuntansi Keuangan.Vol 5:32- 41.

Sally, R. Marisa & Widhyharto S.D. 2004.

Pengembangan Pegawai untuk Birokrasi Yang Good Governance Dalam Ambar Teguh Sulistiyani (Ed.), Memahami Good

Governance Dalam Perspektif Sumber Daya Manusia Yogyakarta: Gava Media.

Sukirman, D., 2009. Terbatasnya Kompetensi SDM Salah Satu Penyebab Buruknya Pengelolaan Keuangan Daerah. Warta Pengawasan Vol.

XVI No.1.

Tulus, Moh. Agus. 1996. Manajemen Sumber Daya

Manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

World Bank. 2007. Pengelolaan Keuangan Publik di

Aceh, mengukur Kinerja Pemerintah Daerah di Aceh. www.worldbank.or.id.

Zetra, A., 2009. Strategi Pengembangan Kapasitas

SDM Pemerintah Daerah Dalam Mewujudkan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah.

www.bpk.go.id/web/files/2009/07/270609-aidinil-zetra.pdf.

Referensi

Dokumen terkait

Formula optimum yang sudah diprediksikan oleh Simplex Lattice Design diuji kebenarannya dengan cara membuat kembali lipstik menggunakan metode yang sama dengan saat

Praktik Kerja Industri (Prakerin) dilaksanakan pada dunia usaha atau Dunia Industri (DU/DI) sesuai dengan kriteria yang ditetapkan sekolah. Peserta didik yang

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan dengan judul ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Tradisi Larangan Akad Nikah Antara Hari Raya Idul Fitri Sampai Hari Raya Idul

mengetahui kelembaban relatif, efektifitas dan massa air yang menguap yang akan dilakukan dari temperatur 10 0 C dengan kecepatan angin rendah (2,93 m/s), kemudian

Metode yang akan digunakan adalah ARIMA, jaringan syaraf tiruan feedforward dengan pelatihan backpropagation, dan gabungan dari ARIMA dan JST... Silviani E Rumagit

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dari penelitian yang penulis ambil adalah apakah Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham

Perubahan penggunaan lahan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ana Pratami pada 1997 untuk penulisan Skripsi yang berjudul “Perubahan Penggunaan Tanah Sawah

- To have an effect of action , untuk mengajak target publik atau para mahasiswa dalam setiap program kampanye yang diadakan oleh Gerakan Anti Korupsi (GAK)