• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSPEKTIF NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN YANG INOVATIF DAN KREATIF. Oleh : Rijal Assidiq Mulyana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSPEKTIF NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN YANG INOVATIF DAN KREATIF. Oleh : Rijal Assidiq Mulyana"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERSPEKTIF NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN YANG INOVATIF DAN KREATIF

Oleh : Rijal Assidiq Mulyana A. Pendahuluan

Kreatif dan inovatif adalah dua hal yang keduanya akan senantiasa terkait dengan kewirausahan. Kedua kemampuan ini sangat penting dalam kehidupan manusia. Oleh karenanya pasti kedua kemampuan ini dimiliki setiap. Sebagaimana disebutkan oleh Timpe (2000: 59) menjelaskan bahwa setiap individu kreatif dengan cara-cara dan derajat yang berbeda. Dengan demikian, setiap orang memiliki dasar kreativitas dan inovasi pada dirinya. Masalahnya adalah bagaimana cara potensi kreativitas dan inovasi tersebut dikembangkan dan diimplementasikan dalam kegiatan riil dan apakah kemampuan tersebut disadarinya atau tidak.

Satu contoh kasus proses kreativitas yang berjalan tanpa disadari yang sangat dekat dengan aktivitas keseharian kita sebagai guru adalah proses kreasi dan inovasi dalam aktivitas pembelajaran yang kita lakukan kepada peserta didik di kelas. Di setiap harinya kita melakukan proses kreatif dengan selalu melakukan perubahan, tambahan ataupun modifikasi dari gaya mengajar, teknik mengajar ataupun model pembelajaran ataupun hal lainnya. Jika ditelaah dari sisi seberapa cepatkah proses kreatif kita sebagai guru dapat diadopsi dan diimplementasikan. Dilihat dari sisi waktu maka, perubahan yang kita lakukan di tiap harinya adalah sangat cepat. Nah, seringkali proses perubahan ini yang kita pahami sebagai kreatifitas seringkali tidak disadari oleh guru.

Maka, dalam hal ini kreatif dan inovatif sebagai nilai-nilai dasar kewirausahaan mesti dipahami secara luas, kewirausahaan tidak berarti karakter atau nilai yang terkait dengan seorang pebisnis saja/wirausahaan. Namun segala hal yang baru kemudian orang lain mempersepsikannya sebagai hal yang baru dapat diadaptasi dan dilaksanakan. Maka, nilai-nilai tersebut adalah kewirausahaan dalam perspektif inovatif dan kreatif (Rogers, 1971: 11).

Contoh lain di lingkungan sekolah terkait dengan kewirausahaan ini misalnya dalam Keputusan Mendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Kompetensi Kepala Sekolah khususnya dimensi kompetensi kewirausahaan. Pada intinya menyebutkan bahwa tenaga kependidikan yang akan ditugaskan untuk bekerja mengelola satuan pendidikan dipersiapkan melalui pendidikan yang akan memuat kompetensi kewirausahaan bagi kepala sekolah. Pendidikan khusus yang bermuatan kewirausahaan bagi para calon/kepala sekolah diperlukan

(2)

2

agar nantinya mereka dapat lebih kreatif dan inovatif memanfaatkan sumber daya dan aset yang dimiliki dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan warga sekolah yang dipimpinnya. Sehingga tercipta tata kelola sekolah yang baik dan handal.

Makalah ini akan mengulas nilai-nilai dasar kewirausahaan yaitu kreatif dan inovatif, sebagai nilai yang akan senantiasa beririsan dalam kewirausahaan. Tentunya kewirausahaan yang coba kami bangun dalam perspektif umum yang dapat dipahami oleh setiap orang di setiap bidang keahliannya.

B. Kajian Pustaka

1. Pengertian dan Hakikat Kewirausahaan

Kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang melekat pada individu yang memiliki kemauan keras untuk mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan inovatif yang dimiliki ke dalam kegiatan yang bernilai. Jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh usahawan, melainkan juga pada setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif.

Kewirausahaan (Suryana: 2003) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berfikir kreatif dan inovatif. Suryana mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda melalui :

1) Pengembangan teknologi baru. 2) Penemuan pengetahuan ilmiah baru

3) Perbaikan produk barang dan jasa yang ada

4) Penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan sumber daya lebih efisien

Menurut Kao dalam buku Modul Konsep Dasar Kewirausahaan yang diterbitkan Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 4) secara umum posisi wirausahawan adalah menempatkan dirinya terhadap risiko atas guncangan-guncangan dari perusahaan yang dibangunnya (venture).

(3)

3

Jiwa, sikap dan perilaku kewirausahaan memiliki lima ciri yakni: 1) penuh percaya diri, dengan indikator penuh keyakinan, optimis, disiplin, berkomitmen dan bertanggung jawab; 2) memiliki inisiatif, dengan indikator penuh energi, cekatan dalam bertindak dan aktif; 3) memiliki motif berprestasi dengan indikator berorientasi pada hasil dan berwawasan ke depan; 4) memiliki jiwa kepemimpinan dengan indikator berani tampil beda, dapat dipercaya dan tangguh dalam bertindak; dan 5) berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan.

Sedangkan Meredith (2002: 5-6), mengemukakan hal yang senada dengan pendapat tersebut diatas mengenai nilai hakiki penting dari wirausaha sebagai berikut:

1) Percaya diri (self confidence)

Merupakan paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan, yang bersifat internal, sangat relatif dan dinamis dan banyak ditentukan oleh kemampuannya untuk memulai, melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Kepercayaan diri akan mempengaruhi gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja, kegairahan berkarya. Kunci keberhasilan dalam bisnis adaalh untuk memahami diri sendiri. Oleh karena itu wirausaha yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri.

2) Berorientasi tugas dan hasil.

Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan kerja keras. Dalam kewirausahaan peluang hanya diperoleh apabila ada inisiatif. Perilaku inisiatif biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman bertahun-tahun dan pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, bergairah dan semangat berprestasi.

3) Keberanian mengambil risiko.

Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil. Pada situasi ini ada dua alternatif yang harus dipilih yaitu alternatif yang mengangung risiko dan alternatif yang konservatif . Pilihan terhadap risiko tergantung pada :

(4)

4 a. Daya tarik setiap alternatif. b. Kesediaan untuk rugi.

c. Kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal.

Selanjutnya kemampuan untuk mengambil risiko tergantung dari : a. Keyakinan pada diri sendiri.

b. Kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan.

c. Kemampuan untuk menilai situasi risiko secara realitis 4) Kepemimpinan

Seorang wirausaha harus memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Dan selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai.

5) Berorientasi ke masa depan

Wirausaha harus memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan, kuncinya adalah dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang ada sekarang.

6) Keorisinilan : Kreativitas dan Inovasi

Wirausaha yang inovatif adalah orang yang memiliki ciri-ciri :

a. Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun cara tersebut cukup baik.

b. Selalu menuangkan imajinasi dalaam pekerjaannya

c. Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan

Proses mendasar dari kewirausahaan adalah adanya tantangan dalam berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menghasilkan nilai tambah dari apa yang diusahakan. Ide kreatif dan inovatif wirausaha tidak sedikit yang diawali dengan proses imitasi dan duplikasi, kemudian berkembang menjadi proses pengembangan dan berujung pada proses penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan bermakna. Tahap penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan bermakna inilah yang disebut tahap kewirausahaan.

(5)

5

Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem kegiatan suatu lembaga yang bebas dari keterikatan lembaga lain. Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan dinamika kegiatan di sekolah akan datang dari kepala sekolah yang memiliki jiwa wirausaha. Kepala sekolah tersebut adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengambil risiko dan mempercepat pertumbuhan dan dinamika kegiatan di lembaganya. Sampai pada tataran tertentu keberhasilan seorang wirausaha tergantung pada kesediaan untuk bertanggung jawab atas pekerjaannya sendiri.

Seorang wirausaha ikhlas belajar banyak tentang diri sendiri jika bermaksud mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang diinginkan dalam kehidupannya. Kekuatan seorang wirausaha datang dari dirinya sendiri dan bukan dari tindakan orang lain. Meskipun risiko kegagalan selalu mengintip, wirausaha mengambil risiko dengan jalan menerima tanggung jawab atas tindakannya. Kegagalan diterima sebagai pengalaman yang terbaik dalam belajar. Beberapa wirausaha dapat mencapai tujuan yang diinginkan setelah mengalami rintangan dan kegagalan. Belajar dari pengalaman akan membantu wirausaha menyalurkan kegiatan untuk mencapai hasil yang lebih produktif dan positif, sehingga keberhasilan merupakan buah dari usaha yang tidak mengenal lelah.

2. Pengertian Kreativitas

Seorang wirausahawan harus memiliki ide-ide baru yang dihasilkan dari suatu kreativitas. Kreativitas inilah yang akan membawa wirausahawan untuk ber-inovasi terhadap usahanya. Naisbitt dan Aburdene dalam Reinventing the Corporation (Kemendiknas, 2010: 9) menyatakan begitu perlunya suatu basis endidikan yang dapat menciptakan kreativitas dalam suatu masyarakat informasi baru. Mereka menyebutnya dengan proses TLC (Teaching, Learning, and creativity) yaitu suatu proses pembelajaran bagaimana berpikir (learning how to think), pembelajaran bagaimana belajar (learning how to learn), dan pembelajaran bagaimana menciptakan sesuatu (learning how to create).

Menurut Dollinger (Kemendiknas, 2010: 9-10) Kreativitas adalah inisiatif terhadap suatu produk atau proses yang bermanfaat, benar, tepat, dan bernilai terhadap suatu tugas yang lebih bersifat heuristic daripada algorithmic. Heuristic adalah sesuatu yang merupakan pedoman, petunjuk, atau panduan yang tidak lengkap yang akan menuntun kita untuk mengerti, mempelajari, atau menemukan sesuatu yang baru. Heuristic bagaikan suatu map (peta buta) yang belum jelas dimana kita dan kemana kita akan berjalan. Heuristic menstimulasi seseorang untuk belajar lebih dalam untuk dirinya, seperti bagaimana menuju

(6)

6

kota B dari kota A dengan petunjuk map yang kurang jelas tersebut. Algorithm adalah suatu mekanikal set dari aturan-aturan, suatu perencanaan operasi yang telah diset sebelumnya untuk pemecahan suatu masalah, pengambilan keputusan, dan penyelesaian suatu konflik. Contohnya, melempar satu koin mata uang adalah suatu algorithm karena jumlah sisi dari koin dan indikator dari kepala atau ekor telah ditetapkan dengan jelas sehingga hasilnya dapat diperkirakan jika koin tersebut dilemparkan.

Sedangkan menurut Rockler (Kemendiknas, 2010: 10-11) kreativitas adalah seseorang yang dengan sadar mendapatkan suatu perspektif baru dan sebagai hasilnya membawa sesuatu yang baru. Kreativitas tersebut melalui suatu proses yang sangat penting dalam tindakan yang orisinil, yang berhubungan dengan produksi, menghasilkan sesuatu yang unik dari seseorang di satu pihak, dan material, kejadian, atau lingkungan dari kehidupannya dilain pihak

Kreativitas yang merupakan pangkal dari langkah inovatif mempunyai nilai penting dalam kehidupan individu dan organisasi. Semiawan (1997) menguraikan konsep Treffinger bahwa ada empat alasan penting mengapa seseorang perlu belajar menjadi lebih kreatif, yaitu: 1) belajar kreatif membantu seseorang menjadi lebih berhasil guna dalam melakukan pekerjaan; 2) belajar kreatif menciptakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang tidak mampu diramalkan yang timbul di masa kini dan di masa depan; 3) belajar kreatif menimbulkan akibat yang besar dalam kehidupan seseorang, dapat mempengaruhi, bahkan dapat mengubah karir pribadi serta menunjang kesehatan jiwa dan badan seseorang; 4) belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar. Secara lebih luas, belajar kreatif dapat menimbulkan ide, cara dan hasil yang baru, unik dan bermanfaat.

Menurut Maslow yang dikutip Dharma dan Akib (tanpa tahun: 9-10), dalam perwujudan diri manusia kreativitas dan inovasi merupakan manifestasi dari individu yang memiliki fungsi penuh. Di sini terlihat bahwa potensi kreativitas dan inovasi penting untuk mengembangkan prestasi kerja, termasuk prestasi kerja kepala sekolah bersama warga sekolah.

3. Kreativitas Seseorang

Secara umum kreativitas seseorang dapat diformulasikan sebagai berikut (Kemendiknas, 2010: 10) :

(7)

7

1) Kreativitas dimiliki oleh setiap orang (baik pada tingkat kemampuan yang kecil maupun besar).

2) Kreativitas memerlukan pencapaian dari suatu perspektif yang baru. Paling tidak baru untuk orang tersebut.

3) Perspektif yang baru ini dicapai dengan membawa bersama pengalaman yang tidak berhubungan sebelumnya.

4) Kreativitas mendambakan sesuatu yang lebih berkualitas.

5) Seseorang harus mendekati lingkungannya dengan cara yang holistic. 6) Orang yang kreatif harus berfantasi, bermain, dan berpikir.

7) Orang yang kretaif bersikap spontan, fleksibel, dan terbuka terhadap pengalaman. 8) Spontanitas dari manusia adalah sumber dari kreativitas.

Sedangkan atribut orang yang kreatif menurut Roe sebagaimana dikutip oleh Kemendiknas (2010: 11) adalah sebagai berikut:

1) Terbuka terhadap pengalaman.

2) Suka memperhatikan melihat sesuatu dengan cara yang tidak biasa. 3) Kesungguhan.

4) Menerima dan merekonsiliasi sesuatu yang bertentangan. 5) Toleransi terhadap sesuatu yang tidak jelas.

6) Independen dalam mengambil keputusan, berpikir dan bertindak. 7) Memerlukan dan mengasumsikan otonomi.

8) Percaya diri.

9) Tidak menjadi subjek dari standar dan kendali kelompok 10) Rela mengambil resiko yang diperhitungkan.

11) Gigih.

Raudsepp menambahkan lebih lanjut atribut orang kreatif sebagai berikut: 1) Sensitif terhadap permasalahan.

(8)

8

2) Lancar-kemampuan untuk men-generik ide-ide yang banyak. 3) Fleksibel.

4) Keaslian.

5) Responsif terhadap perasaan.

6) Terbuka terhadap penomena yang belum jelas. 7) Motivasi.

8) Bebas dari rasa takut gagal. 9) Berpikir dalam imajinasi. 10) Selektif.

4. Pengertian Inovasi

Menurut Kotler (Kemendiknas, 2010: 12) Inovasi adalah sesuatu yang berkenan dengan barang, jasa atau ide yang dirasakan baru oleh seseorang. Meskipun ide tersebut telah lama ada tetapi ini dapat dikatakan suatu inovasi bagi orang yang baru melihat atau merasakannya.

Sedangkan menurut Rogers (1983: 11) inovasi adalah gagasan, tindakan ataupun objek yang dianggap baru oleh seseorang atau pengguna lain. Selama berkenaan dengan perilaku manusia, tidak terlalu dipersoalkan apakah suatu ide itu tersebut secara obyektif baru (seandainya diukur sejak pertama kali digunakan atau ditemukan) atau tidak. Pandangan seseorang tentang kebaruan suatu ide menentukan reaksinya terhadap ide tersebut. Apabila ide tersebut dipandang baru oleh seseorang maka itu inovasi.

Kebaruan suatu inovasi mencakup tidak sekedar “baru mengetahui”. Seseorang mungkin telah cukup lama mengetahui (kenal) suatu inovasi tetapi belum menentukan sikap (berkenan atau tak berkenan) terhadapnya, atau belum mengadopsi atau menolaknya. Aspek “kebaruan” suatu inovasi bisa dinyatakan dalam batasan pengenalan, persuasi (penyikapan) atau keputusan untuk menggunakan.

Dalam skala unit misalnya, perusahaan dapat melakukan inovasi dalam dua bentuk: 1) Inovasi produk (barang, jasa, ide dan tempat).

(9)

9

2) Inovasi manajemen (proses kerja, proses produksi, keuangan, pemasaran, dll). 5. Prinsip-prinsip Inovasi

Drucker sebagaimana dikutip oleh Kemendiknas (2010: 12) mengatakan bahwa dalam melakukan inovasi perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Sesuatu yang harus dilakukan. a. Menganalisis peluang.

b. Apa yang harus dilakukan untuk memuaskan peluang. c. Sederhana dan terarah.

d. Dimulai dari yang kecil. e. Kepemimpinan.

2) Sesuatu yang tidak harus dilakukan a. Mencoba untuk menjadi yang pandai

b. Mencoba ingin mengerjakan sesuatu yang banyak c. Mencoba inovasi untuk masa yang akan datang. 3) Kondisi

a. Memerlukan ilmu pengetahuan. b. Membangun keunggulannya sendiri.

c. Inovasi adalah efek dari ekonomi dan masyarakat. 6. Peluang Inovasi

Inovasi dapat bersumber dari adanya peluang-peluang sebagai berikut (Kemendiknas, 2010: 12):

1) Penelitian dan Pengembangan.

Inovasi dapat dihasilkan melalui suatu penelitian dan pengembangan (research and development). Perusahaan-perusahaan yang telah maju atau besar umumnya mempunyai satu divisi khususuntuk melakukan penelitian dan pengembangan bagi bagi produk-produk barunya. Penelitian dan pengembangan ini merupakan suatu inovasi yang sistematis dengan menggunakan metode-metode ilmiah.

(10)

10

Perusahaan ini berprinsip harus melakukan inovasi terus menerus bagi kelangsungan hidupnya.

2) Keberhasilan/kegagalan.

Keberhasilan/kegagalan baik dari perusahaanan sendiri maupun dari perusahaan lain dapat dijadikan sumber ide bagi suatu inovasi. Keberhasilan peluncuran suatu produk merupakan ide untuk melakukan inovasi bagi produk yang lainnya. Produk inovasi tersebut dapat sama tetapi dengan perbedaan spesifikasinya. Misalnya, munculnya kendaraan diesel Isuzu Panther merupakan sumber inovasi bagi Toyota Kijang untuk memproduksi kendaraan diesel Kijang baru dengan bahan bakar solar. Peluncuran suatu produk juga dapat menjadi sumber inovasi bagi produk suplemen lainnya. Misalnya, produk asesoris kendaraan merupakan suplemen bagi produk tersebut diluncurkan.

3) Penolakan pengguna.

4) Kebutuhan, keinginan, dan daya beli masyarakat.

Inovasi dapat bersumber dari memperhatikan kebutuhan, keinginan dan daya beli masyarakat. Misalnya, semua masyarakat mempunyai kebutuhan akan perumahan. Namun keinginan dari individu masyarakat tersebut berbeda-beda sesuai dengan selera dan keadaan ekonomi mereka. Selanjutnya permintaan akan perumahan akan dipengaruhi oleh daya beli masyarakat. Seorang yang butuh perumahan mungkin menginginkan rumah yang besar dengan harga yang lebih mahal. Namun karena kemampuan dayabelinya tidak memadai maka ia harus membeli rumah yang kecil yang terjangkau oleh daya belinya. Seorang pemimpin perusahaan dalam hal ini harus membuat perumahan dengan tipe-tipe yang sesuai dengan keinginan dan daya beli mereka.

5) Persaingan.

Persaingan adalah sumber inovasi yang sangat besar andilnya dalam peluncuran produk-produk baru. Dengan adanya persaingan perusahaan akan terdorong untuk melakukan inovasi. Sebagai contoh, persaingan dalam produk pasta gigi dari beberapa merek menyebabkan perusahaan meningkatkan penelitian dan pengembangan akan produknya untuk menciptkan produk-produk baru dengan spesifikasi dan keunggulannya masing-masing.

(11)

11 6) Perubahan demografi.

Perubahan demografi dapat merupakan sumber inovasi untuk menyesuaikan produk-produk yang ada atau membuat produksi yang sama sekali baru. Perubahan demografi meliputi; usia, seks, jumlah keluarga, siklus kehidupan keluarga, pendapatan, kedudukan, pendidikan, agama, ras, kebangsaan.

7) Perubahan selera

Konsumen dapat diasumsikan mudah tertarik dengan sesuatu yang baru atau berbeda dari apa yang biasa dilihatnya sehri-hari. Konsumen mempunyai keinginan untuk tampil beda dengan yang lainnya sesuai dengan seleranya masing-masing. Perubahan harus cermat memperhatikan selera para konsumen dan perubahannya untuk segera melakukan inovasi bagi produknya.

8) Pengembangan IPTEK.

Munculnya ilmu pengetahuan dan teknologi baru untuk memudahkan memproduksi suatu barang atau jasa dapat merupakan sumber inovasi. Contoh dengan adanya komputer maka produksi dalam industri percetakan dan grafika mengalami revolusi. Percetakan dapat menampilkan gambar seperti poto dengan lebih mudah dan cepat. Revolusi ini mengakibatkan perubahan dalm perwajahan kemasan (packaging) suatu barang.

Sumber inovasi menurut Drucker adalah sebagai berikut: 1) Tidak diperkirakan (the unexpected).

a. Sukses yang tidak diperkirakan. b. .Kegagalan yang tidak diperkirakan 2) Ketidaksesuaian (incongruities). 3) Proses kebutuhan (process need).

4) Struktur pasar dan industri (industry and market struktures). 5) Demografi (demographics).

(12)

12 7. Pokok-Pokok Difusi Inovasi

Menurut Rogers (1983: 10) ada empat pokok difusi inovasi yaitu: 1) Inovasi itu sendiri.

Seperti telah dijelaskan pada halaman sebelumnya inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang atau satuan pengguna lain.

2) Dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu.

Menurut Rogers (1983: 17) difusi adalah tipe khusus komunikasi, yakni iformasi yang dipertukarkan adalah ide-ide baru. Inti proses difusi adalah pertukaran informasi. Yakni seseorang menginformasikan suatu ide baru kepada orang lain. Pada dasarnya bentuk proses itu meliputi unsur-unsur (1) suatu inovasi, (2) seseorang atau unit adopsi yang punya pengetahuan atau pengalaman dalam penggunaan informasi itu, (3) orang lain yang belum mengetahui inovasi itu, (4) saluran komunikasi yang menghubungkan kedua orang tersebut. Misalnya saluran media, namun hasil penelitian menunjukkan saluran antar pribadi lebih efektif dalam mempengaruhi seseorang untuk mengadopsi ide baru.

3) Dalam selang waktu.

Dimensi waktu masuk ke dalam bahasan difusi berkenaan dengan:

a. Proses keputusan inovasi dimana seseorang menjalani proses mulai dari kenal inovasi sampai pengadopsiannya ataupun penolakannya.

b. Keinovatifan seseorang atau unit adopsi yakni relatif lebih awal /akhir suatu inovasi diadopsi-dibandingkan dengan anggota sistem sosial atau unt adopsi lainnya.

c. Kecepatan adopsi suatu inovasi dalam suatu sistem sosial yang biasanya diukur dengan jumlah anggota sistem yang engadopsi inovasi dalam jangka waktu tertentu.

4) Dikalangan anggota sistem sosial.

Sistem sosial didefinisikan sebagai seperangkat unit-unit yang bersitaut dan terikat dalam kerjasama pemecahan masalah untuk mencapai tujuan bersama anggota

(13)

13

atau unit anggota sistem sosial bisa perseorangan, kelompok informal, organisasi atau subsistem. Bisa jadi anggota tersebut adalah petani, pergurua tinggi ataupun konsumen.

8. Proses Adopsi Dari Inovasi

Pengguna (customer) yang mengadopsi suatu inovasi dari produk akan melalui proses sebagai berikut (Kemendiknas, 2010: 17) :

1) Awarness.

Pada tahap ini calon pengguna baru menaruh perhatian terhadap inovasi tetapi masih memiliki sedikit informasi terhadap produk inovatif. Tugas perusahaan/provider/inventor adalah menyebar luaskan informasi dari produk inovatif pada segmen atau sasaran pasar (target market) yang telah direncanakan.

2) Interest.

Pada tahap ini calon pengguna terdorong untuk mencari informasi lebih lanjut mengenai produk inovatif. Tugas perusahaan adalah mempermudah para calon pengguna untuk memperoleh informasi yang disebarluaskan.

3) Evaluation.

Calon pengguna mempertimbangkan apakah akan memakai produk inovatif tersebut atau tidak. Dalam tahap uji coba ini perusahaan harus menjaga jangan sampai produk yang diujicoba oleh mereka ternyata tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. 4) Adoption.

Jika tahap ujicoba berhasil maka calon pengguna akan memutuskan untuk menggunakan produk inovatif dengan penuh dan secara teratur. Tugas perusahaan dalam tahapan ini adalah menjaga kepercayaan dari para pengguna degan tetap menjaga mutu produk dan pelayanan. Dilain pihak perusahaan harus tetap mengembangkan produk yang ada untuk memperoleh inovasi produk yang baru. 9. Strategi Memperkenalkan Inovasi

Banyak cara yang dapat dipilih dalam mensosialisasikan konsep kreativitas dan inovasi, dari cara yang radikal sampai pada cara halus dan tersamar. Pada prinsipnya, apapun strategi yang diterapkan memiliki tujuan yang sama agar perubahan dan pembaruan terjadi dalam

(14)

14

organisasi. West (2000) mengemukakan empat strategi memperkenalkan inovasi, yakni strategi pengaruh minoritas, strategi partisapatif, strategi eklektik dan strategi pemaksaan kekuasaan (Depdiknas, 2002). Tiga strategi yang erat kaitannya dengan pengembangan kreativitas dan inovasi dalam konteks pendidikan diuraikan berikut ini.

Strategi Partisipatif, ini cocok dikembangkan apabila kebutuhan akan inovasi dirasakan oleh personil kelembagaan dan tersedia cukup waktu dan sumber daya untuk menggalakkan partisipasi khususnya bagi kelompok yang dianggap tidak terlibat langsung dalam proses inovasi. Sebagai ilustrasi pada konteks persekolahan, strategi partisipasi melibatkan tiga unsur, yakni 1) kepala sekolah, guru dan warga sekolah, 2) mensosialisasikan informasi kepada mereka, dan 3) melibatkan kepala sekolah, guru dan warga sekolah termasuk komite sekolah, orang tua siswa, pengusaha, penguasa dan masyarakat selaku pemangku kepentingan dalam pembuatan keputusan. Strategi partisipasi dapat diterapkan apabila basis untuk tim sudah ada di sekolah tersebut.

Strategi Ekletik, menurut Daft (1992) merupakan gabungan dari beberapa metode dalam mengimplementasikan inovasi. Pendekatan ini melibatkan tujuh teknik mengubah implementasi, yakni 1) diagnosis kebutuhan akan perubahan; 2) memenuhi ide-ide yang sesuai kebutuhan; 3) mendapatkan dukungan manajemen puncak; 4) merancang perubahan untuk implementasi bertahap; 5) mengembangkan rencana untuk mengatasi resistansi terhadap perubahan; 6) membentuk tim perubahan; dan 7) merangkul dan membina personil yang kaya ide.

Strategi Pemaksaan Kekuasaan, ini lazim digunakan untuk perubahan paradigma yang radikal dan tidak mungkin dilakukan dengan cara lain. Pemaksaan kekuasaan dilakukan jika kelompok organisasi memiliki kemampuan berpikir yang timpang antara kelompok pimpinan dengan kelompok yang dikenai inovasi. Di samping itu, pemaksaan kekuasaan diterapkan apabila tidak ada waktu yang cukup untuk menjalankan konsultasi, komunikasi atau partisipasi dalam menerapkan inovasi. Perlu diingat bahwa strategi pemaksaan hanya efektif digunakan oleh aktor yang memiliki kekuasaan dan pengaruh cukup besar dalam organisasi untuk mendesak implementasi inovasi. Konsekuensi penggunaan strategi pemaksaan kekuasaan adalah adanya kecenderungan memunculkan sikap permusuhan yang cukup besar di antara anggota organisasi. Pemaksaan kekuasaan merupakan satu-satunya cara untuk mewujudkan perubahan yang tidak popular. Contoh, perampingan kelembagaan akan sangat mungkin menimbulkan resistansi besar-besaran, bahkan proses konsultasi, komunikasi dan

(15)

15

partisipasi tidak akan efektif. Program perubahan kultur juga seringkali menuntut pemaksaan kekuasaan untuk mengatasi resistansi terhadap perubahan dalam diri orang yang sudah begitu lama menggeluti “kultur lama.”

C. Kesimpulan

Kreatifitas dan inovasi akan senantiasa menjadi nilai yang senantiasa beririsan bagi seorang yang memiliki karakter kewirausahaan. Oleh karenanya Kewirausahaan mesti dipahami sebagai kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari dan memanfaatkan peluang menuju sukses. Inti kewirausahaan adalah kemampuan seseorang menciptakan ide, tindakan ataupun objek yang pihak lain mempersepsikannya sebagai sesuatu yang baru, unik, berbeda atau bermakna (bernilai) melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang, ruang dan uang. Dari seberapa cepatkah suatu inovasi mampu diadopsi setidaknya ada 4 hal yang mesti dipertimbangkan seorang wirausaha/inovator yaitu: (1) inovasi itu sendiri (2) yang mampu dikomunikasikan melalu saluran-saluran tertentu (3) adanya selang waktu yang dibutuhkan (4) dikalanan atau anggota sisitem sosial tertentu.

(16)

16

DAFTAR PUSTAKA

Daft, Richard L. 1992. Organization Theory and Design, Singapore: West Publishing Company.

Depdiknas. 2002. Memiliki dan Melaksanakan Kreativitas, Inovasi dan Jiwa Kewirausahaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama: Jakarta.

Dharma, Surya dan Akib, Haedar. Kewirausahaan Sekolah Berbasis Kreativitas dan Inovasi. Tidak dipublikasikan.

Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Konsep Dasar Kewirausahaan, Jakarta.

Meredith, Geoffrey G. 2002. Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Jakarta : PPM

Rogers, Everett M. 1983. Diffusion Of Innovations, United States Of America: Collier Macmillan Publishing.

Semiawan, Conny. 1997. Perspektif pendidikan Anak Berbakat, Jakarta: PT. Gramedia widisarana Indonesia.

Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.

Timpe, Dale A. 2000. Creativity, alih bahasa Sofyan Cikmat, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

West, Michael A. 2000. Mengembangkan Kreativitas Dalam Organisasi, terjemahan, Kanisius: Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya nasabah selalu ingin memperoleh perhatian dari perusahaan dalam arti dipenuhi keinginan dan kebutuhannya secara cepat dan tepat, oleh karena

Satu kelompok petani usaha konvensional dengan tidak mendapatkan tambahan teknologi (P1), dan satu kelompok petani mendapatkan tambahan teknologi berupa usaha

Untuk mengimplementasikan sistem informasi tersebut agar dapat memberikan nilai tambah bagi sekolah dasar negeri melong mandiri 5, maka perlu dibuat perencanaan

Tujuan penulis melakukan penelitian pada Pabrik Roti Syahfira adalah untuk mengetahui apakah penerapan akuntansi persediaan pada perusahaan sudah sesuai dengan

Sekiranya pelanggan gagal dihubungi ketika penghantaran/menolak untuk menerima barangan/tiada wakil untuk menerima barangan di premis, pihak BGST Resources Sdn Bhd berhak

Terbukti dengan menggunakan metode demonstrasi walaupun dalam pelaksaanaanya para siswa baru melihat atau memperhatikan cara berwawancara yang dilakukan oleh peneliti atau guru

Pemenang wajib melunasi seluruh harga lelang dalam jangka waktu 2 (Dua) hari setelah lelang dilaksanakan Pada Hari Senin dan Selasa 12 dan 13 Juni 2017 , apabila dalam jangka

Markah penuh 15 markah Panduan pemarkahan bagi Soalan 4. ii) Jawapan hendaklah dalam ayat-ayat lengkap. Markah bahasa tidak boleh lebih daripada markah isi. viii)