• Tidak ada hasil yang ditemukan

STATISTIK DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STATISTIK DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT 2017"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

http://papuabarat.bps.go.id

(2)

http://papuabarat.bps.go.id

(3)

STATISTIK DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT 2017

ISSN : 2089-1938

No. Publikasi : 91550.1704

Katalog BPS : 1101002.91

Ukuran Buku : 17.6 cm x 25 cm

Jumlah Halaman : xii + 49

Naskah :

Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Penyunting :

Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Gambar Kulit :

Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik

Diterbitkan Oleh :

©Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

Dicetak Oleh :

CV. Nasional Indah

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan,

dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk

tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik

http://papuabarat.bps.go.id

(4)

TIM PENYUSUN

STATISTIK DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT 2017

Anggota Tim Penyusun

Pengarah

: Drs. Endang Retno Subiyandani, MM

Editor

: Drs. Jerison Sumual, MM

Penulis

: Yeddi Aprian Syakh, SST

Pengolah Data

: Yeddi Aprian Syakh, SST

Desain Buku

:

Yeddi Aprian Syakh, SST

http://papuabarat.bps.go.id

(5)

http://papuabarat.bps.go.id

(6)

http://papuabarat.bps.go.id

(7)

http://papuabarat.bps.go.id

(8)

Catatan:

1. Berdasarkan Proyeksi DAU

2. Kondisi bulan Agustus (Sakernas) 2016

3. Angka inflasi Papua Barat per Bulan Desember menggunakan tahun dasar 2012=100 4. Termasuk ekspor dan impor antar provinsi

5. Jumlah penduduk miskin kondisi bulan September, olahan Susenas September 2015 dan 2016

Statistik Kunci

No. Uraian Satuan 2015 2016

1 Jumlah penduduk ribu orang 871,5 893,4

2 Jumlah penduduk 15 thn keatas yang bekerja ribu orang 380,2 402,4

3 Jumlah Angkatan kerja ribu orang 413,6 434,8

4 TPAK persen 68,68 70,05

5 TPT persen 8,08 7,46

6 Laju Inflasi tahunan persen 5,34 3,62

7 Ekspor (ribu dollar) Ribu dollar 2 741 794,41 2 249 750,50

8 Impor (ribu dollar) Ribu dollar 35 653,62 64 555,49

9 Pertumbuhan Ekonomi persen 4,10 4,52

10 PDRB ADHB (juta) rupiah 62 882 024,4 66 635 513,2

11 PDRB ADHK (juta) rupiah 52 347 420,7 54 711 282,2

12 PDRB per Kapita (juta) rupiah 72,15 74,59

13 Jumlah Penduduk miskin (ribu) - Sept orang 225,54 223,60

14 Persentase penduduk miskin—Sept persen 25,73 24,88

15 Angka partisipasi sekolah 7-12 tahun persen 96,74 96,85

16 Angka partisipasi sekolah 13-15 tahun persen 96,58 96,86

17 Angka partisipasi sekolah 16-18 tahun persen 79,99 80,28

18 IPM persen 61,73 62,21

http://papuabarat.bps.go.id

(9)

http://papuabarat.bps.go.id

(10)

Angka Kematian Bayi adalah probabilita bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun, dinyatakan dalam per seribu kelahiran.

Angka Kematian Balita adalah probabilita bayi meninggal sebelum mencapai usia lima tahun, dinyatakan dalam per seribu kelahiran.

Angka Harapan Hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur.

Angka Reproduksi Neto adalah rasio bayi wanita yang hidup sampai usia ibunya dikalikan dengan angka reproduksi bruto.

Angka Kelahiran Total adalah setiap wanita di Indonesia secara hipotesis akan melahirkan anak hingga masa berakhir reproduksinya (15 – 49) tahun.

Angka Melek Huruf Dewasa adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis, dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah perbandingan antara jumlah penduduk kelompok usia sekolah (7-12 th; 13-15 th; 16-18 th) yang bersekolah terhadap seluruh penduduk kelompok usia sekolah (7-12 th; 13-15 th; 16-18 th). Bersekolah adalah mereka yang perlu mengikuti pendidikan di jalur formal (SD/MI, SMP/MTs, SMA/ SMK/MA atau PT) maupun non formal (paket A, paket B atau paket C).

Penjelasan Teknis

Daerah administrasi adalah wilayah administrasi yang sudah memiliki dasar hukum yang sah menurut Departemen Dalam Negeri.

Desa pesisir/tepi laut adalah desa/kelurahan termasuk nagari atau lainnya yang memiliki wilayah yang berbatasan langsung dengan garis pantai/laut (atau merupakan desa pulau).

Desa bukan pesisir adalah desa/kelurahan termasuk nagari atau lainnya yang tidak berbatasan langsung dengan laut atau tidak mempunyai pesisir.

Kepadatan Penduduk adalah jumlah penduduk di suatu daerah dibagi dengan luas daratan daerah tersebut, biasanya dinyatakan sebagai penduduk per Km2.

Laju pertumbuhan penduduk adalah rata-rata tahunan laju perubahan jumlah penduduk di suatu daerah selama periode waktu tertentu.

Angkatan Kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja atau sementara tidak bekerja, dan yang sedang mencari pekerjaan.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja.

Tingkat Pengangguran Terbuka adalah

perbandingan antara jumlah pencari kerja dengan jumlah angkatan kerja.

http://papuabarat.bps.go.id

(11)

tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

Indeks Harga Konsumen adalah angka/indeks

yang menunjukkan perbandingan relatif antara

tingkat harga (konsumen/eceran) pada saat bulan survei dan harga tersebut pada bulan sebelumnya.

Inflasi adalah indikator yang dapat memberikan

informasi tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan

antara indeks harga yang diterima petani

dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah satu indikator penting untuk mengetahui

kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu

periode tertentu.

Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita

adalah Produk Domestik Regional Bruto dibagi

dengan penduduk pertengahan tahun.

PDRB Harga Berlaku adalah nilai tambah

barang dan jasa yang dihitung menggunakan

harga yang berlaku pada setiap tahun.

PDRB Harga Konstan adalah nilai tambah

barang dan jasa yang dihitung menggunakan

harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar.

 IPM adalah indeks komposit dari gabungan 4 (empat) indikator yaitu angka harapan hidup, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran per kapita.

Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih kepada pemakai akhir.

Angka Koefisien Gini adalah ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Angka koefisien Gini terletak antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nol mencerminkan kemerataan sempurna dan satu menggambarkan ketidakmerataan sempurna.

Garis kemiskinan adalah besarnya nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan dan nonmakanan yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk tetap berada pada kehidupan yang layak.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin

http://papuabarat.bps.go.id

(12)

Daftar Isi

Katalog Buku

I

ii

Tim Penyusun

iv

Kata Pengantar

vi

Statistik Kunci

viii

Penjelasan Teknis

ix

Daftar Isi

xii

1 Geografi dan Iklim

1

11 Industri Pengolahan

24

2 Pemerintahan

3

12 Konstruksi

26

3 Penduduk

6

13 Hotel dan Pariwisata

28

4 Ketenagakerjaan

10

14 Transportasi dan Komunikasi

30

5 Pendidikan

13

15 Perbankan dan Investasi

32

6 Kesehatan

16

16 Harga-Harga

33

7 Perumahan dan Lingkungan

17

17 Pengeluaran Penduduk

34

8 Pembangunan Manusia

18

18 Perdagangan

35

9 Pertanian

20

19 Pendapatan Regional

36

10 Pertambangan dan Energi

22

20 Perbandingan Regional

39

Lampiran Tabel

42

http://papuabarat.bps.go.id

(13)

http://papuabarat.bps.go.id

(14)

Papua Barat adalah provinsi termuda ketiga di Indonesia. Provinsi Papua Barat dimekarkan dari Provinsi Papua berdasarkan UU No. 45 Tahun 1999. Dan berdasarkan Inpres No. 1 tahun 2003 provinsi ini bernama Irian Jaya Barat. Kemudian sejak 6 Februari 2007 resmi bernama Provinsi Papua Barat.

Secara geografis letak Provinsi Papua Barat yang termasuk dalam wilayah Indonesia timur ini berada di daerah sekitar ekuator, yaitu tepatnya pada koordinat 0º,0” hingga 4º,0” Lintang Selatan dan

124º,00” hingga 132º’0” Bujur Timur. Batas-batas wilayah Provinsi Papua Barat adalah:

Utara: Samudera Pasifik

Selatan: Laut Banda dan Provinsi Maluku Barat: Laut Seram dan Provinsi Maluku Timur: Provinsi Papua

Pada awal pemekarannya, Provinsi Papua Barat hanya terdiri dari Kabupaten Fakfak, Sorong, Manokwari, dan Kota Sorong. Saat ini Papua Barat terbagi dalam 13 (tiga belas) wilayah administrasi yang terdiri dari 12 (dua belas) kabupaten dan 1 (satu) kota. Kabupaten/kota pada Provinsi Papua Barat, antara lain: Kabupaten Fakfak, Kaimana, Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Manokwari, Sorong Selatan, Sorong, Raja Ampat, Tambrauw, Maybrat, Manokwari Selatan, Pegunungan Arfak, dan Kota Sorong.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 tahun 2008 luas wilayah Provinsi Papua Barat adalah 99.671,63 Km2. Kabupaten dengan

wilayah terluas adalah Kabupaten Teluk Bintuni (20,91%) dan kabupaten dengan wilayah terkecil adalah Kota Sorong (0,66%).

Kabupaten Teluk Bintuni Terluas di Papua Barat

Berdasarkan Permendagri Nomor 6 Tahun 2008, diantara 11 Kab/kota di Papua Barat, Kabupaten Teluk Bintuni merupakan kabupaten dengan luas wilayah terluas yakni mencapai lebih dari seperlima luas wilayah Papua Barat.

1

.1

G a m b a r

Peta Wilayah Provinsi Papua Barat

Uraian Unit Data

Luas Wilayah / Total Area km2 99.671,63 Jumlah Kabupaten / Total

Regen-cy

Kab/

kota 13

Jumlah Pulau / Total Islands pulau 1.945

Titik Wilayah Tertinggi / Highest Natural Point meter

3.000 (Gunung Kwoko)

Danau Terbesar / Largest Lake km2 29 (Danau Anggi Giji)

Sungai Terpanjang / Longest

River km

374,08 (Sungai Kamundan)

Batas Utara / North Side - Samudera Pasifik

Batas Selatan / South Side - Laut Banda

Batas Barat / West Side - Laut Seram

Batas Timur / East Side - Provinsi Papua

Sumber: Statistik Indonesia 2017; Papua Barat Dalam Angka 2017

1.

T

a

b

e

l Fakta Geografi Papua Barat 2016 The Geography Facts of Papua Barat 2016 Sumber: Wikipedia

Provinsi Papua Barat merupakan provinsi kelima terluas di Indonesia, setelah Provinsi Papua, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat.

http://papuabarat.bps.go.id

(15)

Sepanjang tahun 2016, suhu udara rata-rata di Provinsi Papua Barat berkisar antara 26,80 ºC hingga 28,90 ºC. Suhu udara rata-rata terendah terjadi pada bulan Maret 2016 yakni mencapai 26,80 ºC, sedangkan suhu udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Februari 2016 yakni mencapai 28,90 ºC. Selama tahun 2016, hari tersejuk terjadi pada bulan Agustus dimana suhu udara mencapai 22,90 ºC, sedangkan hari terpanas terjadi pada bulan Mei dan Oktober dimana suhu udara mencapai hingga 32,10 ºC.

Sedangkan untuk barometer tekanan udara rata-rata di Provinsi Papua Barat sepanjangn tahun 2016 berkisar antara 1007,1 hingga 1010,5 mb. Tekanan udara terendah terjadi pada bulan Desember 2016, sedangkan tekanan udara tertinggi terjadi pada bulan Januari 2016. Selanjutnya, untuk barometer kecepatan angin rata-rata di Provinsi Papua Barat pada tahun 2016 berkisar antara 2,3 hingga 4,1 knot. Kecepatan angin rata-rata terkencang terjadi pada bulan Februari 2016, sementara kecepatan angin rata-rata terendah terjadi pada bulan Mei, Juni dan Desember 2016.

Kemudian untuk barometer curah hujan sepanjang tahun 2016 berkisar antara 94,0 hingga 417,5 mm3, dimana curah hujan terendah puncaknya

terjadi pada bulan Mei 2016, sedangkan curah hujan tertinggi puncakya terjadi pada bulan Januari 2016. Sementara untuk frekuensi hari hujan di tahun 2016, justru frekuensi terendah puncaknya terjadi pada bulan Agustus 2016 dan frekuensi tertinggi puncaknya terjadi pada bulan Maret 2016.

Fenomena Iklim Papua Barat

Sepanjang tahun 2016, bulan Januari adalah bulan dengan suhu udara terendah, dimana kondisi kelembaban udara, tekanan udara dan puncak curah hujan sedang berada di titik puncak tertingginya.

Uraian Ukuran 2015 2016

Rata-Rata Suhu Udara Celcius 27,6 27.8 Rata-Rata Kelembaban Udara % 82,3 84.1

Rata-Rata Tekanan Udara mb 1009,3 1009.0

Rata-Rata Kecepatan Angin m/s 17,3 3.0

Rata-Rata Penyinaran Matahari % 61,5 49,4

Jumlah Curah Hujan mm 2.849,0 3.067,6

Jumlah Hari Hujan Hari 218 253

Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2017

1.

T

a

b

e

l Fakta Iklim Papua Barat 2016 The Climate Facts of Papua Barat 2016

1

.2

G a m b a r

Perkembangan Suhu Udara di Provinsi Papua Barat

Jumlah curah hujan di Provinsi Papua Barat adalah yang tertinggi ketiga di Indonesia setelah Provinsi Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan.

http://papuabarat.bps.go.id

(16)

Provinsi Papua Barat menggelar pesta demokrasi untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur pertama kali pada tanggal 5 April 2004. Hasil pesta demokrasi tersebut membawa Brigjen Marinir Purn. Abraham O. Atururi dan Drs. Rahimin Katjong, M. Ed memimpin Provinsi Papua Barat sebagai gubernur dan wakil gubernur periode tahun 2006 hingga tahun 2011.

Di tahun 2011, Provinsi Papua Barat melaksanakan pemilukada gubernur dan wakil gubernur kedua. Pemilukada tersebut diikuti oleh empat pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, yakni Abraham O. Atururi dan Rahimin Katjong, George Celcius Auparay dan Hasan Ombaier, Wahidin Puarada dan Herman Orisoe, serta Dominggus Mandacan dan Origenes Nauw. Setelah melalui proses demokrasi yang panjang, akhirnya pasangan Abraham O. Atururi dan Rahimin Katjong keluar sebagai pemenang pemilukada dan terpilih kembali untuk kedua kalinya menjadi gubernur dan wakil gubernur Papua Barat untuk periode kepemimpinan tahun 2012-2016.

Di awal tahun 2015, wakil gubernur Drs. Rahimin Katjong, M. Ed meninggal dunia setelah dirawat di Rumah Sakit Sarjito Jogjakarta, dan kemudian posisi wakil gubernur Provinsi Papua Barat digantikan oleh mantan anggota DPR RI, Irene Manibuy yang terpilih untuk memegang jabatan wakil gubernur mendampingi gubernur Abraham O. Atururi hingga akhir periode kepemimpinan tahun 2016.

Pasangan Abraham O. Atururi - Irene Manibuy 2015-2016

Irene Manibuy terpilih untuk memegang jabatan Wakil Gubernur hingga akhir periode kepemimpinan pada tahun 2016, menggantikan Drs. Rahimin Katjong, M.Ed untuk mendampingi Brigjen Marinir Purn. Abraham O. Atururi. hingga akhir masa bakti tahun 2016.

2.1

G a m b a

r Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Barat Masa Bhakti 2012-2016

No. Perbandingan Otonomi Khusus Papua Otonomi Daerah Biasa 1 Pemerintahan (Eksekutif) Sama Sama

2 Badan Legislatif Tk Provinsi

Terdiri dari DPRP dan Majelis Rakyat Papua (MRP)

Hanya DPRD Tk. Provinsi dan tidak ada MRP

3 Badan Legislatif Tk Sama Sama 4 Badan Yudikatif

Terdiri dari Lembaga Adat dan Lembaga Peradilan biasa

Hanya terdapat Lem-baga Peradilan biasa

2.

T

a

b

e

l Perbandingan Otonomi Khusus Papua dengan Otonomi Daerah di Indonesia

Gubernur : Brigjen Marinir Purn. Abraham O. Atururi (kiri)

Mantan Wakil Gubernur : Drs. Rahimin Katjong, M.Ed (kanan, periode 2012-2015)

Gubernur : Brigjen Marinir Purn. Abraham O. Atururi (kiri) Wakil Gubernur : Irene Manibuy ( kanan)

Bahwa pada tahun 2011, Provinsi Papua Barat pernah melaksanakan Pilkada Ulang Calon Gubernur dan Wakil Gubernur dan menelan biaya sekitar 89 milyar rupiah.

http://papuabarat.bps.go.id

(17)

Provinsi Papua Barat memiliki pengaturan daerah sesuai dengan UU Otonomi Khusus (Otsus), yakni UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus. Hal ini berbeda dengan provinsi lainnya di Indonesia yang pengaturan wilayahnya berdasarkan UU Otonomi Daerah.

Pada tahun 2012, terjadi pemekaran 2 (dua) kabupaten di Provinsi Papua Barat, sehingga sampai akhir tahun 2016, provinsi ini memiliki 13 wilayah administratif tingkat dua yang terdiri dari 12 kabupaten dan 1 kota. Kecamatan serta desa/kelurahan di Provinsi Papua Barat juga bertambah. Hingga akhir tahun 2016, terdapat 218 kecamatan, 95 kelurahan dan 1.744 desa.

Distribusi PNS di Provinsi Papua Barat bervariasi di setiap kabupaten/kota. Kabupaten Manokwari memiliki PNS yang terbanyak yaitu sebesar 12,04 persen. (atau sebesar 2.599 orang). Kabupaten Manokwari sebagai ibukota provinsi dan pusat pemerintahan membutuhkan SDM yang lebih banyak dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Sedangkan Kabupaten Tambrauw memiliki distribusi terkecil dalam ketersediaan PNS yaitu hanya 3,88 persen (atau sebanyak 857 orang).

Namun jika dilihat berdasarkan rasio pegawai terhadap jumlah penduduk, maka justru Kabupaten Tambrauw yang memiliki rasio terbesar di Provinsi Papua Barat, yakni sebesar 10,26 persen. Sementara kabupaten/kota yang memiliki rasio pegawai terhadap jumlah penduduk paling terkecil adalah Kota Sorong yakni hanya sebesar 1,46 persen yang berarti satu orang pegawai harus melayani 68-69 orang penduduk.

Kabupaten/Kota Ibukota Kecamatan Desa Urban Rural

Fakfak Fakfak 17 7 142

Kaimana Kaimana 7 2 84

Teluk Wondama Rasiei 13 1 76

Teluk Bintuni Bintuni 24 2 115

Manokwari Manokwari 9 9 165

Sorong Selatan Teminabuan 15 2 121

Sorong Aimas 30 26 226

Raja Ampat Waisai 24 4 117

Tambrauw Sausapor 29 0 216

Maybrat Kumurkek 24 1 259

Manokwari Selatan Ransiki 6 0 57

Pegunungan Arfak Anggi 10 0 166

Kota Sorong Sorong 10 41 0

Papua Barat Manokwari 218 95 1744

Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2017

Provinsi Papua Barat Memiliki 13 Wilayah Adminstrasi Tingkat Dua

Pada tahun 2012, terbentuk 2 kabupaten baru yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Manokwari, yaitu Kabupaten Manokwari Selatan dan Kabupaten Pegunungan Arfak.

2.

T a b e

l Pembagian Daerah Administrasi menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016

Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2017

2.2

G a m b a r Persentase PNS Kabupaten/Kota/Provinsi Tahun 2016

Bahwa menurut Menpan RB idealnya rasio pegawai terhadap penduduk adalah di atas 1,5 persen agar proses pemerintahan bisa berjalan dengan efektif.

http://papuabarat.bps.go.id

(18)

Hingga hari ini perempuan merupakan salah satu kelompok manusia yang berjumlah paling banyak, namun dalam percaturan politik di Indonesia pada umumnya, dan di Provinsi Papua Barat pada khususnya, terlihat jika keterlibatan perempuan di politik selama ini masih sangat minim jika dibanding dengan jumlah suara perempuan yang ada.

Di Provinsi Papua Barat, hasil pemilukada tahun 2011, hanya terdapat 3 orang anggota legislatif dari kalangan perempuan dengan jumlah keseluruhan anggota legislatif sebesar 56 orang. Jumlah yang hanya kurang lebih hanya sekitar 5 persen ini secara kuantitatif tidak mengalami perubahan sepanjang tahun 2014-2015, namun baru di tahun 2016 jumlah persentasenya meningkat menjadi 6 persen. Kenyataan ini menunjukkan masih kurangnya kesadaran pada masyarakat secara umum terutama para elit politik akan pentingnya peran dan keterlibatan perempuan di dldalam percaturan politik.

Namun bila dilihat menurut kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat, justru keterwakilan perempuan di percaturan politik terlihat cukup signifikan. Dari 11 kabupaten/kota yang melakukan pemilukada calon legislatif, hanya dua kabupaten yakni Kabupaten Maybrat dan Kabupaten Teluk Bintuni yang persentase nya hanya sebesar 5 persen, sementara kabupaten/ kota lainnya suda berada di atas 10 persen, namun dari seluruh kabupaten/kota yang ada di Provinsi Papua Barat, ternyata hanya satu kabupaten yakni Kabupaten Raja Ampat yang keterwakilan perempuannya sudah mencapai angka 30% bahkan lebih.

Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2017

Kesenjangan Gender di Dunia Politik UU Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota Legislatif, menyebutkan bahwa keterwakilan perempuan di dalam lembaga legislatif sebesar 30 persen. Pada Pemilukada Calon Legislatif 2014 lalu di Papua Barat, hanya Kabupaten Raja Ampat yang keterwakilan perempuannya mencapai 30 persen.

2.4

G a m b a

r Jumlah Anggota Perempuan di DPRD Menurut Kab/Kota di Papua Barat Tahun 2016

Sumber: Papua Barat Dalang Angka 2017

2.3

G a m b a

r Persentase Keterwakilan Perempuan di Lembaga legislatif Provinsi Papua Barat Tahun 2014-2016

Indeks Demokrasi Provinsi Papua Barat Tahun 2016 menempati peringkat kedua terendah di Indonesia setelah Provinsi Papua, dan dalam aspek hak-hak politik, Provinsi Papua Barat adalah yang paling terendah di Indonesia.

http://papuabarat.bps.go.id

(19)

Jumlah penduduk Provinsi Papua Barat memiliki kecenderungan untuk meningkat dari waktu ke waktu, disebabkan karena jumlah kelahiran yang lebih tinggi dari jumlah kematian. Pada tahun 2010, Sensus Penduduk (SP) mencatat penduduk Papua Barat mencapai 760.422 jiwa. Jumlah ini kian meningkat, hingga pada tahun 2016, penduduk Provinsi Papua Barat diproyeksikan mencapai lebih dari 893 ribu jiwa. Gambar 3.1 menunjukkan pola perkembangan jumlah penduduk Provinsi Papua Barat sejak tahun 2010 hingga 2016 yang meskipun mengalami pertumbuhan positif namun dari tahun ke tahun memperlihatkan trend pertumbuhan yang melambat.

Penduduk Papua Barat masih didominasi oleh laki-laki, meskipun perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan relatif seimbang. Berdasarkan proyeksi penduduk, pada tahun 2016 52,67 persen penduduk Provinsi Papua Barat adalah laki-laki (470,5 ribu jiwa), dan 47,33 persen adalah penduduk perempuan (422,8 ribu jiwa). Sementara itu, rasio jenis kelamin di Provinsi Papua Barat pada tahun 2016 adalah sebesar 111,30. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap 100 penduduk perempuan, terdapat penduduk laki-laki 111 hingga 112 penduduk laki-laki.

Kemudian jika melihat struktur umur penduduk menurut kelompok umur, terlihat bahwa Piramida Penduduk Provinsi Papua Barat tahun 2016 merupakan tipe piramida penduduk muda (expansive) yang menggambarkan bahwa jumlah penduduk usia muda di Provinsi Papua Barat adalah lebih banyak daripada jumlah penduduk usia tuanya, dengan cirri-cirri utama tingkat kelahiran yang masih tinggi.

Uraian 2015 2016

Jumlah Penduduk (ribu jiwa) 871,5 893,4 Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 2,55 2,51 Distribusi Penduduk (%) 0,34 0,35

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 9 9

Rasio Jenis Kelamin (%) 111,43 111,30 Jumlah Penduduk Menurut

Ke-lompok Umur (jiwa)

0-14 277,9 284,9

15-64 576,6 591,1

65+ 16,8 17,2

Rasio Ketergantungan 51,1 51,1

Jumlah Penduduk Papua Barat Terkecil Kedua di Indonesia

Berdasarkan hasil Proyeksi Penduduk SP2010, jumlah penduduk Provinsi Papua Barat tahun 2016 adalah sebesar 893,4 ribu jiwa. Jumlah ini merupakan jumlah penduduk provinsi terkecil kedua di Indonesia setelah Provinsi Kalimantan Utara.

3.

T

a

b

e

l Indikator Kependudukan Provinsi Papua Barat Tahun 2015-2016

3.1

G a m b a r

Jumlah Penduduk Provinsi Papua Barat Tahun 2010-2016

Sumber: Proyeksi Penduduk BPS Sumber: Proyeksi Penduduk BPS

Rekor kepadatan penduduk terkecil dipegang oleh Provinsi Papua Barat dan Provinsi Kalimantan Utara, dimana kepadatan penduduk di kedua propinsi ini hanya sebesar 9 jiwa per km persegi.

http://papuabarat.bps.go.id

(20)

Laju Pertumbuhan Penduduk Meningkat

Meskipun Provinsi Papua Barat memiliki jumlah penduduk terkecil kedua di Indonesia setelah Provinsi Kailmantan Utara, namun laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Papua Barat merupakan yang tertinggi kedua setelah Provinsi Kepulauan Riau.

Dari piramida pada Gambar 3.2, terlihat bahwa penduduk pada kelompok umur 0-4 tahun memiliki batang yang paling lebar, baik pada penduduk laki-laki maupun perempuan.

Selain melalui instrument piramida penduduk, struktur penduduk juga digambarkan oleh umur median. Umur median membagi penduduk menjadi dua bagian dengan jumlah yang sama, sehingga dapat secara kasar menunjukkan tingkat pemusatan penduduk pada kelompok umur tertentu. Dari hasil proyeksi penduduk tahun 2016, diketahui umur median penduduk Provinsi Papua Barat adalah sebesar 20,88 tahun, tidak berbeda dengan tahun 2015 yang juga memiliki umur median yang sama. Nilai umur median ini secara tidak langsung menunjukkan penduduk Papua Barat tergolong kategori penduduk usia menengah, yakni jika umur median berada di antara 20 sampai 30 tahun.

Proyeksi penduduk menunjukkan bahwa hingga tahun 2016 Kabupaten Manokwari dan Kota Sorong masih memiliki jumlah penduduk terbesar di Provinsi Papua Barat. Kota Sorong diproyeksikan memiliki sekitar 232,8 ribu jiwa, sedangkan Kabupaten Manokwari diproyeksi memiliki 162,6 ribu jiwa. Jumlah penduduk kedua kabupaten/kota ini mencapai 44,26 persen dari total penduduk Provinsi Papua Barat. Dengan kata lain, hampir setengah penduduk Provinsi Papua Barat berdomisili di Kota Sorong dan Kabupaten Manokwari. Baik Kota Sorong maupun Kabupaten Manokwari keduanya merupakan wilayah sentra di Provinsi Papua Barat, di mana terdapat

Sumber: Proyeksi Penduduk BPS

3.2

G a m b a r

Piramida Penduduk Provinsi Papua Barat Tahun 2016

Sepanjang kurun waktu tahun 2010-2016, laju pertumbuhan penduduk Provinsi Papua Barat menempati posisi kedua tercepat di Indonesia setelah Provinsi Kepulauan Riau.

Sumber: Proyeksi Penduduk BPS

3.3

G a m b a r

Persentase Distribusi Sebaran Penduduk Provinsi Papua Barat Tahun 2016

http://papuabarat.bps.go.id

(21)

Penduduk Terbanyak Papua Barat di Kota Sorong

Berdasarkan hasil Proyeksi Penduduk SP2010, tahun 2016 Kota Sorong menjadi wilayah terpadat di Papua Barat dengan distribusi sebesar 26,06 persen atau lebih dari seperempat total penduduk Provinsi Papua Barat.

bandar udara serta pelabuhan besar yang menjadi pintu keluar masuk penumpang dan arus barang ke dan dari Provinsi Papua Barat. Tidak hanya itu, kedua kabupaten/kota ini juga menjadi jalur yang dilalui untuk menuju kabupaten/kota lain di Papua Barat.

Seluruh kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat memiliki laju pertumbuhan penduduk yang positif pada tahun 2016. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, pada tahun 2016 Kota Sorong memiliki laju pertumbuhan tertinggi di Provinsi Papua Barat, yakni sebesar 3,21 persen. Kabupaten/kota dengan laju pertumbuhan terbesar kedua selanjutnya adalah Kabupaten Manokwari Selatan, yakni sebesar 2,79 persen. Sementara dii sisi lain, di Provinsi Papua Barat masih ada kabupaten/kota dengan laju pertumbuhan yang hampir stagnan yaitu Kabupaten Tambrauw, yang hanya memiliki laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,62 persen. Dengan laju pertumbuhan penduduk ini, Kabupaten Tambrauw menjadi satu-satunya kabupaten dengan laju pertumbuhan penduduk di bawah 1 persen se-Provinsi Papua Barat pada tahun 2016.

Dari sisi kepadatan penduduk, Provinsi Papua Barat adalah provinsi yang memiliki kepadatan penduduk terkecil di Indonesia, yakni hanya tercatat sebesar 9 jiwa per km2 di tahun 2016. Kondisi ini tidak

berbeda dari kepadatan penduduk di tahun sebelumnya. Namun bila dilihat lebih dalam menurut kabupaten/kota, maka Kota Sorong memiliki kepadatan penduduk tertinggi dibandingkan seluruh kabupaten/kota se-Papua Barat yakni antara 354

Berdasarkan hasil SUPAS 2015, Provinsi Papua Barat tercatat memiliki angka migrasi keluar seumur hidup terkecil kedua dan migrasi keluar risen terkecil keempat di Indonesia.

3.2

T a b e

l Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016

Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (ribu jiwa) Laju Pertum-buhan (%) 2015 2016 (1) (2) (3) (4) 01. Fakfak 73,5 74,8 1,77 02. Kaimana 54,2 55,5 2,47 03. Teluk Wondama 29,8 30,5 2,35 04. Teluk Bintuni 59,2 60,4 2,03 05. Manokwari 158,3 162,6 2,69 06. Sorong Selatan 43,0 43,9 2,00 07. Sorong 80,7 82,8 2,59 08. Raja Ampat 45,9 46,6 1,50 09. Tambrauw 13,6 13,7 0,62 10. Maybrat 37,5 38,4 2,26 11. Manokwari Selatan 21,9 22,5 2,79 12. Pegunungan Arfak 28,3 28,9 2,22 71. Sorong 225,6 232,8 3,21 Papua Barat 871,5 893,3 2,51

Sumber: Proyeksi Penduduk BPS

Sumber: Luas: Permendagri No 6 Thn 2008 Penduduk: Proyeksi Penduduk BPS

Kepadatan Penduduk Provinsi Papua Barat Tahun 2016

3.4

G a m b a r

http://papuabarat.bps.go.id

21 / 63

(22)

hingga 355 jiwa per km2. Kepadatan penduduk yang

tinggi ini disebabkan oleh jumlah penduduk Kota Sorong yang banyak, tetapi memiliki luas wilayah yang relatif kecil, bahkan terkecil dari kabupaten/kota lainnya. Di sisi lain, Kabupaten Teluk Bintuni yang memiliki wilayah terluas di Provinsi Papua Barat justru memiliki kepadatan penduduk yang cukup kecil, yakni hanya sebesar 2 hingga 3 jiwa per km2. Sementara

kabupaten dengan kepadatan penduduk terkecil di Provinsi Papua Barat adalah Kabupaten Tambrauw yang hanya memiliki kepadatan penduduk antara 1 hingga 2 jiwa saja per Km2.

Berdasarkan Proyeksi Penduduk, pada tahun 2016 terdapat kurang lebih 197,2 ribu rumah tangga. Dari tabel 3.4, terlihat bahwa jumlah ruta di Provinsi Papua Barat terus mengalami peningkatan dari tahun 2010 yang hanya sebesar 168,9 ribu rumah tangga hingga menjadi 197,2 ribu rumah tangga dengan rata-rata laju pertumbuhan rumah tangga mencapai 2,61 persen setiap tahunnya. Selain itu, sejak tahun 2010 hingga tahun 2016 terlihat bahwa setiap rumah tangga di Provinsi Papua Barat hanya memiliki sekitar 4 hingga 5 orang anggota rumah tangga saja setiap tahunnya. Dan jumlah anggota keluarga ini merupakan jumlah paling ideal dari sebuah keuarga sebagaiana digalakkan oleh pemerintah melalui program Keluarga Berencana (KB).

Momen Bonus Demografi di Provinsi Papua Barat

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk Sensus Penduduk 2010 (SP2010), diperkirakan bahwa Provinsi Papua Barat akan mengalami momen Bonus Demografi pada tahun 2016.

Tahun Jumlah Ruta (Ribu Ruta) Rata-Rata Anggota Ruta Jumlah Penduduk (Ribu Jiwa) 2010 765,2 168,9 4,5 2011 785,9 173,5 4,5 2012 806,9 178,2 4,5 2013 828,2 182,9 4,5 2014 849,8 187,7 4,5 2015 871,5 192,4 4,5 2016 893,3 197,2 4,5

3.4

T a b e

l Jumlah Penduduk, Jumlah Ruta dan Rata-rata Jumlah Anggota Ruta Provinsi Papua Barat Tahun 2010 - 2016

Sumber: Proyeksi Penduduk, BPS

3.5

G a m b a r

Jumlah Rumah Tangga, di Provinsi Papua Barat Tahun 2013 - 2016 168.99 173.58 178.23 182.95 187.72 192.45 197.29 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Selama tujuh tahun berturut-turut (2010-2016), Provinsi Papua Barat berhasil menekan setiap rumah tangga di Provinsi Papua Barat berada dalam kondisi memiliki anggota rumah tangga yang ideal yakni sebesar 4 sampai 5 anggota rumahtangga sebagaimana yang diinginkan melalui Program KB

http://papuabarat.bps.go.id

(23)

Ketenagakerjaan merupakan salah satu isu penting yang menjadi perhatian pemerintah. Ketenagakerjaan memiliki kaitan yang erat dengan kemampuan penduduk memenuhi kebutuhan hidupnya yang secara tidak langsung berhubungan erat dengan kesejahteraan masyarakat.

Jumlah penduduk usia kerja di Provinsi Papua Barat dapat dikatakan cukup banyak. Hal ini tercermin dari struktur penduduk Provinsi Papua Barat yang tergolong dalam struktur penduduk usia menengah, terlebih hasil Sensus Penduduk 2010 memproyeksikan bahwa momen Bonus Demografi di Provinsi Papua Barat terjadi pada tahun 2016, artinya penduduk usia produktif (yakni penduduk usia 15-64 tahun) di Provinsi Papua Barat sedang berada dalam kondisi maksimum.

Penduduk usia kerja merupakan penduduk dengan usia 15 tahun ke atas. Umumnya, penduduk dengan usia pada rentang tersebut memiliki kemampuan untuk bekerja dan menghasilkan pendapatan sehingga seringkali disebut sebagai penduduk usia produktif. Pada Agustus 2016, tercatat kurang lebih 620,7 ribu penduduk Provinsi Papua Barat (69,48 persen) merupakan penduduk usia kerja. Jumlah ini meningkat dari kondisi pada tahun sebelumnya, yang hanya sebanyak 69,10 persen.

Penduduk usia kerja dapat dibedakan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Pada Bulan Agustus 2016, tercatat sebanyak 70,05 persen penduduk usia kerja merupakan angkatan kerja. Sementara sisanya yakni sebanyak 29,95 persen lainnya bukan merupakan angkatan kerja, antara lain

Usia Kerja (≥15 tahun) PENDUDUK

Bukan Usia Kerja

Angkatan Kerja

Pengangguran

Bukan Angkatan Kerja

Sekolah Mengurus rumah Tangga Lainnya Bekerja Sedang Bekerja Mencari Pekerjaan Mempersiapkan Usaha

Putus asa: Merasa Tidak Mungkin Mendapatkan

Pekerjaan

Sudah Mempunyai Pekerjaan Tetapi Belum Mulai Bekerja

Sementara Tidak Bekerja

Pengangguran Kritis (< 15 Jam)

Setengah Pengangguran (< 15 Jam)

Jam Kerja Normal (≥ 35 Jam) Setengah Pengangguran

(15-34 Jam)

Peningkatan Angkatan Kerja Perlu Dipersiapkan

Peningkatan angkatan kerja seiring dengan pertumbuhan penduduk terutama usia muda perlu dipersiapkan karena lapangan kerja yang tercipta harus seimbang dengan kecepatan pertumbuhan angkatan kerja supaya angka pengangguran dapat ditekan.

Batas Usia Kerja di Beberapa Negara berbeda-beda.

Batas Bawah Usia Kerja: Mesir → 6 tahun Brazil → 10 tahun Venezuela → 10 dan 15 tahun Canada dan Indonesia → 15 tahun Swedia dan USA → 16 tahun

Batas Atas Usia Kerja:

Mesir, Malaysia dan Mexico → 65 tahun

Denmark, Swedia, Norwegia, dan Finlandia → 74 tahun

Skema Ketenagakerjaan

4.1

G a m b a r

http://papuabarat.bps.go.id

23 / 63

(24)

Lebih Dari Sepertiga Penduduk Bekerja Merupakan Tamatan SLTP

Sekitar 35 persen penduduk bekerja di Provinsi Papua Barat memiliki pendidikan tamat SLTP. Dan sekitar 25 persen penduduk yang bekerja merupakan tamatan perguruan tinggi.

penduduk yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga maupun lainnya.

Angkatan kerja di Provinsi Papua Barat terlihat masih didominasi oleh angkatan kerja laki-laki, yakni hingga 63,10 persen dari total 413,6 ribu angkatan kerja yang ada. Kondisi ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat pada bulan Agustus 2016, menunjukkan bahwa belum seluruh angkatan kerja memiliki status bekerja. Dari angkatan kerja yang ada, hanya 92,53 persen yang berstatus bekerja, atau sekitar 402,3 ribu penduduk. Di sisi lain, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Papua Barat tahun 2016 mencapai 7,46 persen. Nilai ini mengalami penurunan dari TPT tahun 2015 yang mencapai 8,08 persen.

Bila dilihat dari sisi pendidikan, sebesar 35 persen penduduk bekerja memiliki pendidikan tamat SLTP, lebih dari sepertiga dari jumlah penduduk bekerja yang ada. Selanjutnya, pekerja di Provinsi Papua Barat juga didominasi oleh lulusan perguruan tinggi yang mencakup diploma 1, diploma 3 dan strata 1, yakni lebih dari 25 persen dari jumlah penduduk yang bekerja yang ada.

Selain penduduk bekerja, isu ketenagakerjaan lain yang penting diperhatikan adalah isu pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka merupakan golongan angkatan kerja yang pada suatu referensi waktu tertentu tidak memiliki pekerjaan, sudah memiliki pekerjaan tetapi belum memulai bekerja, dan sedang mencari pekerjaan. Dengan kondisi tidak memiliki pekerjaan, hal ini secara tidak langsung akan berdampak pada kemampuan

4.2

G a m b a r

Persentase Penduduk Bekerja menurut Pendidikan Provinsi Papua Barat Tahun 2016

Sumber: Sakernas Agustus 2016

Uraian Satuan 2015 2016

1. Penduduk Usia Kerja orang 602 248 620 748 2. Angkatan kerja orang 413 635 434 817 2.1 Bekerja orang 380 226 402 360 2.2 Pengangguran orang 33 409 32 457 - Pernah Bekerja orang 11 623 13 199 - Tdk Pernah Bekerja orang 21 786 19 258 3. Bukan Angkatan kerja orang 188 613 185 931 3.1 Sekolah orang 73 078 61 916 3.2 Mengurus Ruta orang 95 075 109 514 3.3 Lainnya orang 20 460 14 501 Persentase Bekerja thd

Angkatan Kerja (%) persen 91,92 92,53 Persentase Angkatan Kerja

thd Penduduk usia kerja (%) persen 68,68 70,05 Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) persen 8,08 7,46 Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK) persen 68,68 70,05

4.

T a b e l Indikator Ketenagakerjaan

Provinsi Papua Barat Tahun 2015-2016

Sumber: Sakernas Agustus 2016

http://papuabarat.bps.go.id

(25)

seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Fakta unik ditemui pada angkatan kerja dengan pendidikan tamatan SLTP. Meskipun penduduk bekerja banyak berasal dari kelompok angkatan kerja dengan pendidikan tamatan SLTP, namun tingkat pengangguran terbuka juga didominasi oleh kelompok angkatan kerja dengan pendidikan yang sama. Persentase pengangguran terbuka dengan pendidikan tamatan SLTP di Provinsi Papua Barat mencapai 14,61 persen pada bulan Agustus 2016. Tidak hanya itu, pengangguran terbuka juga didominasi oleh angkatan kerja lulusan SLTA, yang mencapai angka 8,76 persen. Hal ini patut menjadi perhatian karena pengangguran terbuka di Provinsi Papua Barat didominasi oleh angkatan-angkatan kerja yang justru telah mengenyam tingkat pendidikan menengah ke atas.

Bila sektor perekonomian dibedakan menjadi lima sektor, sebagian besar penduduk masih bekerja di sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan. Sejak tahun 2007, persentase penduduk yang bekerja pada sektor ini selalu menjadi yang terbesar diantara sektor lainnya. Meskipun demikian, persentase pekerja pada sektor tersebut cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Adapun pada Agustus 2016, tercatat sebesar 36,95 persen penduduk bekerja pada sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan, menurun dari kondisi tahun 2015 yang mencapai 42,11 persen. Kemudian sebesar 26,04 persen penduduk bekerja pada sektor Jasa Kemasyarakatan.

Sumber: Sakernas Agustus 2016 TPT Meningkat

Pada Agustus 2015, hingga 8,08 persen angkatan kerja masuk pada golongan pengangguran terbuka, meningkat dari tingkat pengangguran terbuka pada tahun sebelumnya yang sebesar 5,02 persen.

Kode 1 : Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan

Kode 2 : Industri Pengolahan

Kode 3 : Perdagangan Besar, Ecerean, Rumah Makan, dan Hotel Kode 4 : Jasa Kemasyarakatan

Kode 5 : Lainnya.

►►Keterangan Lapangan Usaha Utama:

4.4

G a m b a

r Persentase Penduduk Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama di Provinsi Papua Barat Tahun 2016

4.3

G a m b a r

Persentase Angkatan Kerja menurut Pendidikan Provinsi Papua Barat Tahun 2016

Sumber: Sakernas Agustus, 2016

http://papuabarat.bps.go.id

(26)

Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting untuk diperhatikan. Negara bahkan mengamanatkan dalam konstitusi UUD 1945 dan ditegaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 49 ayat (1) agar minimal 20 persen dari APBN dialokasikan untuk mendukung kegiatan pada sektor pendidikan dan minimal 20 persen dari APBD. Besarnya perhatian pemerintah dan tingginya harapan rakyat agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang cerdas dan berpendidikan terlihat dari dasar hukum tersebut.

Pendidikan wajib di Indonesia, termasuk Provinsi Papua Barat, dimulai dari jenjang sekolah setingkat SD hingga setingkat SMA. Hingga tahun 2016, tercatat Provinsi Papua Barat memiliki 976 unit sekolah setingkat SD, 300 unit sekolah setingkat SLTP, dan 172 unit sekolah setingkat SLTA/SMK.

Rasio jumlah murid terhadap sekolah menggambarkan rata-rata murid yang harus ditampung setiap sekolah pada suatu daerah. Pada tahun 2016, Provinsi Papua Barat memiliki rasio sekolah-murid jenjang setingkat SD sebesar 132,29. Nilai ini menunjukkan bahwa secara rata-rata sebuah SD di Provinsi Papua Barat harus menampung sekitar 132 sampai 133 murid pada tahun tersebut. Sementara itu, rasio murid-sekolah pada jenjang SLTP dan SLTA secara berturut-turut adalah 150,47 dan 217,58.

Rasio jumlah murid terhadap guru menggambarkan rata-rata beban guru dalam mengajar sejumlah murid. Pada tahun 2016, Provinsi Papua Barat memiliki rasio murid-guru jenjang setingkat SD sebesar 17,19. Hal ini dapat diartikan bahwa secara rata-rata, seorang guru pada

Uraian 2015 2016 Jumlah Sekolah - SD 1 016 976 - SLTP 271 300 - SLTA 160 172 Jumlah Murid - SD 131 977 129 209 - SLTP 43 655 45 140 - SLTA 34 708 37 424 Jumlah Guru - SD 7 485 7 514 - SLTP 3 598 3 578 - SLTA 3 357 3 327

Rasio Murid Guru SD 17,63 17,19 Rasio Murid Guru SLTP 12,13 12,61 Rasio Murid Guru SLTA 10,34 11,25 Rasio Murid Seklah SD 129,89 132,29 Rasio Murid SekolahSLTP 161,09 150,47 Rasio Murid Sekolah SLTA 216,92 217,58

Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2017

Rata-Rata Satu Guru SD Mengajar 17 hingga 18 Murid

Rasio guru murid SD sebesar 17,19 menunjukkan rata-rata beban seorang guru SD di Provinsi Papua Barat harus mengajar sebanyak 17 hingga 18 orang murid.

5.

T

a

b

e

l Indikator Sekolah, Murid, Guru SD, SLTP, dan SLTA/SMK Provinsi Papua Barat Tahun 2016

Total alokasi dana BOS Papua Barat bulan Maret 2015 adalah sebesar 36 miliar rupiah. (Katadata.co.id)

http://papuabarat.bps.go.id

(27)

jenjang sekolah SD di Provinsi Papua Barat mengajar kurang lebih 17 hingga 18 siswa. Sementara itu, rasio murid-guru pada jenjang SLTP dan SLTA secara berturut-turut adalah 12,61 dan 11,25.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) digunakan untuk mengetahui seberapa besar penduduk pada kelompok usia tertentu berpartisipasi dalam menempuh pendidikan di sekolah pada suatu periode. Pada tahun 2016, APS usia 7-12 tahun di Provinsi Papua Barat mencapai 96,85 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 96,85 persen penduduk usia 7-12 tahun yang sedang bersekolah pada tahun 2016, sedangkan 3,15 persen penduduk yang lain tidak bersekolah. Sementara itu, APS usia 13-15 sebesar 96,86 persen, Selanjutnya, APS usia 16-18 tahun dan 19-24 tahun berturut-turut sebesar 80,28 dan 31,45 persen. Terlihat penurunan APS terjadi seiring bertambahnya usia penduduk. Hal ini menunjukkan adanya indikasi bahwa semakin tinggi kelompok usia, ada kecenderungan penduduk untuk berhenti sekolah.

Nilai APK pada suatu jenjang sekolah menunjukkan tingkat partisipasi penduduk bersekolah pada jenjang tersebut. Pada kondisi Maret 2016, APK SD mencapai 111,49 persen, hal ini menunjukkan ada murid SD yang saat ini bersekolah tetapi berusia diluar batas kelompok umur 7-12 tahun, baik itu kurang dari 7 tahun atau diatas 12 tahun.

Sementara itu, nilai APM suatu jenjang sekolah menunjukkan tingkat partisipasi penduduk dengan usia yang sesuai untuk bersekolah pada jenjang tersebut.

Belum Seluruh Desa/Kelurahan Memiliki Fasilitas Sekolah Dasar

Dari sekitar 1.531 desa/kelurahan di Papua Barat, jumlah sekolah SD yang telah berdiri hanya sebanyak 976 unit sekolah. Hal ini dapat diartikan bahwa tidak semua desa/ kelurahan memiliki SD.

Dapat Membaca dan Menulis diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis kata-kata/ kalimat sederhana dalam huruf latin (alfabet 1-z), arab (hijaiyah) atau huruf lainnya (contoh huruf jawa, kanji, dll.) Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2017

5.1

G a m b a r

Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kelompok Umur Provinsi Papua Barat Tahun 2016

96.85 96.86 80.28 31.45 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 7-12 Tahun 13-15 Tahun 16-18 Tahun 19-24 Tahun 111.49 93.06 92.44 68.58 89.59 62.62 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 APK APM SLTA/MA SLTP/MTs

5.2

G a m b a r

APK dan APM menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Papua Barat Tahun 2016 (%)

Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2017

http://papuabarat.bps.go.id

(28)

Pada tahun 2016, APM SD sebesar 93,06 persen. Sementara itu, APM SMP sebesar 68,58 persen, Selanjutnya, APM SMA sebesar 62,62 persen. Nilai APM yang cenderung menurun seiring peningkatan jenjang sekolah yang dienyam penduduk pada kelompok umur yang sesuai menunjukkan bahwa adanya intensi masyarakat untuk tidak mengenyam pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Pada tahun 2016, lebih dari sepertiga penduduk Provinsi Papua Barat usia 10 tahun ke atas memiliki ijazah/ STTB tertinggi berupa ijazah setingkat SLTA. Meskipun demikian, penduduk usia 10 tahun ke atas yang tidak memiliki ijazah/STTB juga cukup besar, yakni mencapai 22,23 persen. Sementara itu, penduduk yang mengantongi ijazah/STTB tertinggi berupa ijazah setingkat SD juga cukup tinggi, yakni mencapai 20,47 persen. Hal ini dapat dijadikan indikasi bahwa masih banyak penduduk yang belum mengenyam pendidikan yang cukup tinggi di Provinsi Papua Barat.

Jika dilihat dari rata-rata lama sekolah, terlihat bahwa setiap tahunnya rata-rata lama sekolah di Provinsi Papua Barat terus mengalami peningkatan yang positif, dari hany selama 6,77 tahun pada tahun 2010 hingga menjadi 7,06 tahun di tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk di Provinsi Papua Barat sudah menyelesaikan pendidikan dasarnya di jenjang pendidikan SD dan saat ini sedang mengenyam jenjang pendidikan SLTP kelas 1. Semakin Tinggi Kelompok Usia Sekolah APS

Semakin Menurun

Angka Partisipasi Sekolah (APS) berangsur menurun searah dengan semakin tinggi kelompok umur sekolah.

5.4

G a m b a r

Rata-Rata Lama Sekolah

Provinsi Papua Barat Tahun 2010-2016 (tahun)

5.3

G a m b a

r Penduduk Usia 10 Tahun ke atas menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Papua Barat 20156(%)

Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2017

Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Papua Barat adalah yang terendah kelima di Indonesia setelah provinsi Papua, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, dan Nusa tenggara

22.23

20.47

15.42 32.24

9.64

tdk punya ijazah SD/MI SLTP/MTS SLTA/MA PT 6.77 6.82 6.87 6.91 6.96 7.01 7.06 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, 2010-2016

http://papuabarat.bps.go.id

(29)

Kesehatan merupakan salah satu aspek yang diperhatikan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Penyebaran sarana kesehatan di Provinsi Papua Barat dapat dilihat dari ada tidaknya fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau masyarakat pada areanya. Hingga tahun 2016, belum semua kabupaten/ kota memiliki rumah sakit di daerahnya. Empat kabupaten yang belum memiliki rumah sakit tersebut antara lain; Kabupaten Tambrauw, Kabupaten Maybrat, Kabupaten Manokwari Selatan, dan Kabupaten Pegunungan Arfak. Keempat kabupaten tersebut memang kabupaten-kabupaten termuda di Provinsi Papua Barat yang terbentuk dari hasil pemekaran. Sementara itu, bila dilihat dari ketersediaan fasilitas kesehatan lain, seperti Puskesmas, telah terbentuk di setiap daerah.

Imunisasi merupakan salah satu produk kesehatan yang harus diberikan pada balita. Umumnya, balita masih sensitif terhadap kondisi lingkungannya, termasuk penyakit yang disebabkan virus maupun kuman. Pada kondisi Bulan Maret 2016, tercatat belum semua balita mendapatkan imunisasi, seperti imunisasi BCG, Campak dan Polio. Hal ini patut menjadi perhatian, mengingat pentingnya peranan imunisasi dalam membantu balita melawan penyakit yang menyerang. Sosialisasi mengenai esensi imunisasi kepada orang tua, juga keterjangkauan sarana pra sarana untuk mendapatkan imunisasi perlu ditingkatkan sehingga manfaat imunisasi dapat dirasakan oleh seluruh anak-anak di Provinsi Papua Barat.

Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2017

Belum Seluruh Kabupaten di Papua Barat Memiliki Rumah Sakit

Hingga tahun 2016, terdapat 4 (empat) kabupaten yang belum memiliki Rumah Sakit.

6.1

T

a

b

e

l Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kabupaten/ KotaProvinsi Papua Barat Tahun 2016

Kabupaten/Kota Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit Puskesmas

(1) (2) (3) 01. Fakfak 1 10 02. Kaimana 1 8 03. Teluk Wondama 1 6 04. Teluk Bintuni 1 20 05. Manokwari 3 13 06. Sorong Selatan 1 15 07. Sorong 2 17 08. Raja Ampat 1 19 09. Tambrauw 0 10 10. Maybrat 0 14 11. Manokwari Selatan 0 4 12. Pegunungan Arfak 0 9 71. Sorong 5 6 Papua Barat 16 151

Sumber: Kementerian Kesehatan, 2015

6.

T

a

b

e

l Persentase Balita Pernah Mendapat Imunisasi Provinsi Papua Barat Tahun 2016

Kabupaten/Kota Jenis Imunisasi BCG Campak Polio 1 2 3+ (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Fakfak 95,32 81,04 29,21 8,51 60,58 02. Kaimana n.a. 78,71 6,70 15,55 77,94 03. Teluk Wondama 81,11 66,40 28,72 16,10 43,46 04. Teluk Bintuni 96,34 85,21 10,57 5,82 69,95 05. Manokwari n.a. 83,14 11,16 9,02 70,52 06. Sorong Selatan 97,06 80,70 18,48 4,41 65,02 07. Sorong 95,13 72,45 14,66 2,95 76,75 08. Raja Ampat 91,02 68,36 21,47 18,46 37,98 09. Tambrauw 84,44 80,02 17,59 21,31 47,52 10. Maybrat n.a. 93,71 13,39 5,36 64,84 11. Manokwari Selatan 79,48 65,80 16,18 5,23 72,77 12. Pegunungan Arfak 74,28 40,51 20,41 29,40 23,51 71. Sorong 97,58 87,28 8,42 12,01 76,04 Papua Barat 94,81 79,74 14,30 10,22 67,75

Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2017

http://papuabarat.bps.go.id

(30)

2016 Uraian Kepemilikan Rumah (%) Milik Sendiri 72,50 Kontrak/ Sewa 13,28 Bebas Sewa 9,75 Lainnya 4,47

Jenis Dinding Terluas (%)

Tembok 60,64

Kayu 37,00

Bambu 0,13

Lainnya 2,09

Jenis Atap Terluas (%)

Beton 0,84 Genteng 0,34 Kayu Sirap 3,10 Seng 93,29 Ijuk/Rumbia 1,64 Lainnya 0,03 Sumber Penerangan (%) Listrik PLN 74,87 Listrik Non PLN 11,52 Bukan Listrik 13,61

Hingga tahun 2016, lebih dari 72 persen rumah yang ditempati masyarakat sudah berstatus milik sendiri. Sementara itu, masih terdapat 13,28 persen masyarakat yang menempati rumah yang dikontrak/ disewa.

Sebagian besar rumah tangga di Provinsi Papua Barat tinggal di rumah dengan atap dari seng. Pada tahun 2016, tercatat 93,29 persen rumah tangga memiliki tempat tinggal dengan atap seng. Dari sisi dinding dan lantai, sebagian besar rumah tangga tinggal di tempat yang memiliki dinding tembok (60,64 persen) dan kayu (37,00 persen).

Adapun sumber air minum utama yang dimiliki sebagian besar rumah tangga adalah Air Isi Ulang (36,18 persen). Sementara itu, 15,64 persen rumah tangga menggunakan air dari sumur terlindung untuk dikonsumsi sebagai air minum utama, dan terdapat 7,67 persen rumah tangga masih memanfaatkan air hujan sebagai air minum utama.

Selain air minum, sistem pembuangan tinja juga merupakan indikator perumahan sehat. Pada tahun 2016, hingga 88,10 persen rumah tangga di Provinsi Papua Barat memiliki jenis kloset berbentuk leher angsa.

Sebagian besar rumah tangga di Provinsi Papua Barat juga sudah memiliki sumber penerangan dari listrik. Hingga tahun 2016, kurang lebih 86,39 persen rumah tangga memiliki sumber penerangan listrik, terdiri dari 74,87 persen Listrik PLN dan 11,52 persen menggunakan listrik NonPLN, sementara sisanya sebesar 13,61 persen masih belum memiliki akses listrik sebagai sumber penerangan.

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat Tahun 2016 Sebagian Besar Rumah Berdinding Tembok

Berdasarkan hasil Riskesdas Kemenkes 2010, persentase rumah sehat di Papua Barat hanya sekitar 33,8 persen, atau sekitar sepertiga dari seluruh rumah yang ada di Papua Barat.

7.

T a b e

l Indikator Perumahan Provinsi Papua Barat Tahun 2016

7.

G a m b a r

Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum Provinsi Papua Barat Tahun 2016

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat Tahun 2016 36.18 7.31 3.5 15.64 3.84 14.33 7.67 11.53

air isi ulang ledeng meteran sumur/pompa sumur terlindung

http://papuabarat.bps.go.id

(31)

IPM adalah indeks komposit yang terbentuk atas empat komponen indikator, yaitu angka harapan hidup, harapan dan rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran per kapita. Indikator angka harapan hidup merefleksikan dimensi hidup sehat dan umur panjang. Indikator harapan dan rata- rata lama sekolah merepresentasikan output dari dimensi pendidikan. Indikator pengeluaran per kapita digunakan untuk menjelaskan dimensi hidup layak.

IPM Provinsi Papua Barat memiliki kecenderungan untuk meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini mengindikasikan adanya perbaikan kualitas SDM di Papua Barat, baik dari sisi kesehatan, pendidikan, maupun hidup layak. Pada tahun 2016, IPM Papua Barat tercatat sebesar 62,21.

Peningkatan IPM pada tahun 2016 dipicu oleh kenaikan seluruh komponen penyusun indeks ini. Tercatat Harapan Lama Sekolah mengalami peningkatan, dari 12,06 tahun menjadi 12,26 di tahun 2016. Nilai ini menunjukkan bahwa secara rata-rata ada peningkatan harapan penduduk untuk dapat mengenyam pendidikan sampai kelas 3 SMA. Sementara itu, nilai Rata-Rata Lama Sekolah Papua Barat menunjukkan nilai 7,06 tahun. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan bahwa secara rata-rata penduduk menyelesaikan pendidikan hingga Kelas 1 SMP dan tidak melanjutkan pendidikannya lagi.

Angka Harapan Hidup Papua Barat tahun 2016 mencapai 65,30 tahun. Nilai ini meningkat dari tahun sebelumnya, yakni 65,19 tahun. Di sisi lain, pengeluaran per kapita mencapai Rp 7.175 ribu/ orang/ tahun, meningkat dari kondisi pada tahun 2015

Uraian 2016

IPM 62,21

Angka Harapan Hidup (th) 65,30

Harapan Lama Sekolah (th) 12,26

Rata-rata Lama Sekolah (th) 7,06

Pengeluaran per Kapita Riil Disesuaikan

(PPP) (ribu Rp) 7.175

Peringkat IPM 33

FORMULASI PENGHITUNGAN IPM

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, 2016

IPM Papua Barat Meningkat

IPM Provinsi Papua Barat memiliki kecenderungan untuk meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2016, IPM Papua Barat tercatat sebesar 62,21.

8.1

T

a

b

e

l Indikator Pembangunan Manusia Provinsi Papua Barat Tahun 2016

Provinsi Papua Barat adalah propinsi dengan indeks prmbangunan manusia terendah kedua di Indonesia setelah Provinsi Papua.

http://papuabarat.bps.go.id

(32)

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, 2016

yang sebesar Rp 7.064 ribu/ orang/ tahun

Garis kemiskinan pada Provinsi Papua Barat pada tahun 2016 mencapai Rp 474.967,-. Garis Kemiskinan ini mengalami peningkatan dari kondisi pada tahun sebelumnya yang hanya Rp 441.569,-. Secara sederhana, Garis Kemiskinan dapat diartikan sebagai nilai pengeluaran minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan maupun non makanan setiap individu per bulan. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.

Berdasarkan kondisi Garis Kemiskinan pada tahun 2016 tersebut, tercatat jumlah penduduk miskin di Papua Barat mengalami penurunan pada tahun 2016. Tercatat sebanyak 225,80 ribu orang termasuk dalam kategori penduduk miskin, di mana pada tahun sebelumnya penduduk miskin mencapai 225,36 ribu orang. Penurunan jumlah penduduk miskin merupakan suatu hal yang positif dan dapat diartikan sebagai adanya peningkatan kesejahteraan pada masyarakat Provinsi Papua Barat di tahun 2016.

Namun jika dilihat berdasarkan indeks kedalaman kemiskinan yang mengalami penngkatan dari 6,24 persen pada tahun 2015 menjadi 7,21persen pada tahun 2016 dan juga indeks keparahan kemiskinan yang mengalami peningkatan dari 2,33 persen pada tahun 2015 menjadi 2,82 pada tahun 2016, jelas penurunan kemiskinan di Provinsi Papua Barat hanya semu belaka karena faktanya ketimpangan pendapatan di masyarakat justru menjadi semakin lebar.

Jumlah Penduduk Miskin Menurun Pada Tahun 2016

Tercatat sebanyak 223,60 ribu orang termasuk dalam kategori penduduk miskin, di mana pada tahun sebelumnya penduduk miskin mencapai 225,54 ribu orang.

.

8.1

G a m b a r

IPM menurut Kabupaten/Kota dan Provinsi Papua Barat Tahun 2016

8.2

G a m b a r

Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Papua Barat, Tahun 2010-2016 (%)

Sumber: Susenas, Maret 2010-2016

Provinsi Papua Barat adalah propinsi termiskin kedua di Indonesia setelah Provinsi Papua, dengan persentase penduduk msiskin sebesar 25,43 persen.

http://papuabarat.bps.go.id

(33)

Pertanian merupakan sektor yang memiliki kontribusi yang cukup besar, meskipun tidak lagi dominan terhadap perekonomian Provinsi Papua Barat pada tahun 2016. Tercatat kontribusi yang diberikan sektor pertanian terhadap perekonomian Papua Barat pada tahun 2016 mencapai 10,94 persen, atau merupakan sektor yang memberi kontribusi terbesar keempat. Nilai kontribusi ini sebenarnya mengalami peningkatan dari tahun 2015, sebesar 10,87 persen.

Sektor pertanian masih berperan sangat penting dalam perekonomian Provinsi Papua Barat. Sektor ini cukup kompleks, mencakup subsektor Pertanian, Peternakan, Perburuan, dan Jasa Pertanian; Kehutanan dan Penebangan Kayu; serta Perikanan.

Subsektor Perikanan merupakan subsektor penyumbang tertinggi dalam pembentukan PDRB Sektor Pertanian pada tahun 2016. Kontribusi yang diberikan oleh subsektor perikanan bahkan lebih dari separuh nilai tambah sektor 2016, atau nilainya mencapai Rp 2.954 ribu.

Subsektor Pertanian, Peternakan, Perburuan, dan Jasa Pertanian memberi kontribusi terbesar kedua terhadap pembentukan PDRB Sektor Pertanian. Bila ditelisik lebih dalam, hampir sepertiga nilai tambah subsektor ini ditunjang oleh Perkebunan Tahunan Provinsi Papua Barat. Selain itu, Peternakan juga menjadi pendongkrak bagi subsektor Pertanian, Peternakan, Perburuan, dan Jasa Pertanian di tahun 2016, dengan menyumbang nilai tambah hingga 26,79 persen.

Share PDRB Pertanian Kembali Meningkat

Sejak tahun 2010, besaran kontribusi sektor pertanian Provinsi Papua Barat menunjukkan kecenderungan untuk menurun. Meskipun demikian, pada tahun 2014 kontribusi sektor ini mengalami peningkatan dan kembali meningkat

9.1

G a m b a r

Perkembangan Share PDRB Sektor Pertanian Papua Barat Tahun 2011-2016 (%)

9.2

G a m b a r

Share Subsektor Pertanian Provinsi Papua Barat Tahun 2016 (%)

Sumber: PDRB Provinsi Papua Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2016

Sumber: PDRB Provinsi Papua Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2016

http://papuabarat.bps.go.id

(34)

Dari sisi ketenagakerjaan, kurang lebih 36,95 persen penduduk 15 tahun ke atas tercatat bekerja pada sektor pertanian perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan pada tahun 2016. Nilai ini menurun dari kondisi pada tahun sebelumnya yang mencapai 42,11 persen. Meskipun terjadi penurunan, share ini masih tergolong sangat besar dan menunjukkan betapa banyaknya penduduk yang menggantungkan penghasilannya dari sektor ini. Oleh karena itu, ada baiknya pemerintah lebih memperhatikan kebijakan-kebijakan yang perlu dilakukan untuk memperkuat sektor pertanian di Provinsi Papua Barat.

Meskipun banyak pekerja yang berpenghasilan utama dari sektor pertanian, kontribusi sektor pertanian hanya mencapai kurang lebih 10,94 persen terhadap perekonomian Provinsi Papua Barat di tahun 2016. Hal ini mengindikasi adanya produktivitas yang relatif rendah di sektor ini. Untuk itu, peningkatan sarana pelatihan maupun bimbingan pada pekerja sektor pertanian perlu dilakukan untuk menggenjot produksi pertanian. Tidak hanya itu, penggunaan teknologi juga perlu diperhatikan. Adanya teknologi yang mumpuni akan membantu pelaksanaan proses produksi diselesaikan lebih cepat.

Produktivitas Pekerja Pertanian Masih Rendah

Meskipun pekerja pada sektor pertanian merupakan yang terbanyak di Provinsi Papua Barat, tetapi tidak serta merta menyebabkan nilai tambah yang dihasilkan sektor Pertanian menjadi yang terbesar .

Sumber: PDRB Provinsi Papua Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2016

9.3

G a m b a

r Share SubSubsektor dalam Subsektor Pertanian, Peter-nakan, Perburuan dan Jasa Pertanian

Provinsi Papua Barat Tahun 2016 (%)

Sampai tahun 2015, Provinsi Papua Barat merupakan salah satu provinsi dengan produktivitas padi terendah ke-11 di Indonesia, dengan nilai produktivitas sebesar 42,12 kwintal/ha

Sumber: PDRB Provinsi Papua Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2016

9.4

G a m b a

r Distribusi Tengaa Kerja Menurut Lapangan USaha Provinsi Papua Barat Tahun 2016 (%)

http://papuabarat.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah penelitian dilakukan pada perusahaan go public Sektor Industri Dasar, Sektor Aneka Industri, dan Sektor Barang Konsumsi

Fanatisme para babes dalam mendukung Manchester United ditunjukkan dari aspek-aspek fanatisme yang disampaikan Goddard (2001:7) pertama, yaitu tentang kegiatan dan

Dari perencanaan ini dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:  Unit pengolahan yang diperlukan untuk mengolah air banjir di Surabaya menjadi air minum adalah unit

Dari tabel di atas PT TITAN SARANA NIAGA komputer client memiliki software yang umum digunakan dalam setiap perusahaan..

(i) Membaca, menyebut dan menulis sebarang nombor hingga tujuh digit dalam perpuluhan juta yang melibatkan situasi harian.. (ii) Membaca, menyebut dan menulis sebarang

Cing nyieun kalimah pananya make kecap

Sesuai dengan penelitian yaitu mengenai hubungan antara resolusi konflik dan kesiapan menikah pada emerging adult, maka karakteristik subjek yang akan digunakan pada penelitian ini

Norma sosial (social norms) merupakan pedoman yang menjadi arah bagi perilaku dan tindakan seseorang atau masyarakat agar sesuai dengan aturan-aturan yang telah