• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN KANJI WAKARAU OBOERU TSUKAU DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGUASAAN KANJI N4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN KANJI WAKARAU OBOERU TSUKAU DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGUASAAN KANJI N4"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN KANJI “WAKARAU OBOERU TSUKAU”

DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGUASAAN KANJI N4

Herniwati Noviyanti Aneros

Departemen Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154

E-mail: heruniwati2000@yahoo.co.jp

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model

pembelajaran “wakaru oboeru tsukau” dapat meningkatkan penguasaan kanji Japanese Language Proficiency (JLPT) pada mahasiswa tingkat 2 Departemen Pendidikan Bahasa Jepang (JPBJ) FPBS UPI. Penguasaan kanji mahasiswa JPBJ FPBS masih dibawah rata-rata kelulusan ujian Japanese Language Proficiency Test (JLPT) N3 yang merupakan standar kompetensi lulusan JPBJ. Oleh karena itu diperlukan adanya inovasi model pembelajaran yang mampu mengatasi permasalahan tersebut dengan menggunakan Model pembelajaran “wakaru oboeru tsukau”. Model ini terdiri dari tiga tahapan yakni, pertama “wakaru” (mengerti), kedua “oboeru” (hafal) dan ketiga “tsukau” (gunakan). Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan responden 30 mahasiswa. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan responden meningkat, dari nilai mean pre test 66,65 ke nilai mean post test mean = 88,46. Berdasarkan hasil angket diketahui bahwa responden lebih mudah memahami, mengingat dan menggunakan kanji yang sudah dipelajari dalam teks bahasa Jepang terutama pada saat mengerjakan soal JLPT.

Kata-kata kunci: model pembelajaran “wakaru oboeru tsukau”, penguasaan kanji

Abstract: This study aims to examine whether or not the teaching model of “wakaru oboeru tsukau” can improve the second-semester-students’ kanji proficiency for Japanese Language Proficiency Test (JLPT). The students’ proficiency of kanji is not satisfying for it is still below the standard of competency from JPBJ which is to pass the Japanese Language Proficiency Test (JLPT) N3. Therefore, in order to pass the standard, there should be innovation in the teaching model to overcome those problems which is to implement ‘Wakaru Oboeru Tsukau’ teaching model. This model consists of three stages, which are: the first stage “wakaru” (comprehension); second stage “oboeru” (memorizing); and the third stage “tsukau” (application). This study applies quasi-experiment methodology to 30 students. The result of the study implies that there is improvement in term of students’ proficiency that can be seen from the mean score of the pre- and post-test result from 66.65 to 88.46. Based on the questionnaire, the students respond that they are easier to understand, remember, and apply kanji which they had learned previously from the Japanese textbook, more specifically when they exercise on the Japanese Language Proficiency Test.

Keywords: wakaru oboeru tsukauteaching model, kanji proficiency penguasaan kanji

(2)

127

PENDAHULUAN

Pembelajaran bahasa Jepang sebagai bahasa asing di Indonesia telah berkembang begitu pesat. Pada pendidikan menengah dan pendidikan tinggi bahasa Jepang menduduki posisi kedua setelah negara China. Menurut hasil penelitian The Japan Foundation 2012 pembelajar bahasa Jepang tahun 2009 berjumlah 716.353 orang, namun pada tahun 2012 jumlah pembelajar bahasa Jepang mengalami kenaikan sebesar 21, 8 % yaitu, 872.406 orang (The Japan Foundation 2012: hlm. 4 ). Ini membuktikan minat orang Indonesia dalam mempelajari bahasa Jepang sangat tinggi. Keberhasilan pembelajaran bahasa Jepang tidak hanya diukur dari jumlah pembelajar yang banyak, tetapi yang lebih penting lagi adalah berapa besar lulusan mahasiswa bahasa Jepang di perguruan tinggi yang memiliki kompetensi dalam keterampilan berbahasa Jepang yang baik dan mampu terjun di masyarakat untuk mengamalkan ilmu yang telah dipelajarinya selama di bangku kuliah. Tidak mudah seorang mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa Jepang untuk memiliki sertifikat international kemampuan bahasa Jepang Japanese Language Proficiency Test Level N3 yang menjadi syarat standar kompetensi kelulusan bagi mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI. Hal ini sesuai dengan kebijakan Ditjen Pendidikan Tinggi tentang penetapan kualifikasi kompetensi lulusan yang diharapkan pada KKNI untuk diterapkan pada perguruan tinggi mulai dari tahun 2013. Tujuannya adalah untuk merefleksikan capaian pembelajaran (learning outcomes) yang diperoleh seseorang melalui jalur pendidikan

yang ditempuhnya. Dengan adanya standar kompetensi lulusan mahasiswa bahasa Jepang harus mampu memiliki sertifikat Japanese Language Proficiency Test minimal Level N3 pada saat kan mengikuti ujian sidang. Hal ini menjadi permasalah baru yang dihadapi mahasiswa Departemen pendidikan bahasa Jepang FPBS UPI karena untuk lulus ujian Japanese Language Proficiency Test Level N3 tidaklah mudah dan ini menjadi masalah baru pula bagi pengajar karena harus memberikan pembelajaran yang lebih berkualitas agar mahasiswa mampu mengerjakan soal-soal ujian Japanese Language Proficiency Test Level N3. Seperti kita ketahui bahwa dalam pembelajaran bahasa Jepang bukan hanya huruf hiragana, huruf katakana yang harus dikuasai namun kanji pun memiliki peran yang sangat penting untuk menguasai empat keterampilan berbahasa yakni keterampilan membaca, menulis, mendengar dan berbicara. Menurut Takamizawa (2002, hlm. 82) mengatakan bahwa dalam mempelajari bahasa Jepang diperlukan waktu dan tenaga dalam mempelajari huruf-huruf hiragana, katakana dan kanji. Huruf hiragana dan katakana tidak terlalu banyak waktu yang digunakan untuk mempelajarinya karena jumlahnya tidak terlalu banyak yakni 46 buah. Tetapi berbeda dengan kanji yang berjumlah sekitar 2000 kanji yang biasa orang Jepang gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Orang Jepang mulai mempelajari bahasa Jepang sejak memasuki sekolah dasar, sementara orang asing hanya mempelajari dalam waktu yang terbatas. Yakni semenjak memasuki jenjang pendidikan tinggi. Departemen Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI memasukan mata

(3)

kuliah kanji dimulai dari semester I hingga semester III dengan jumlah kanji kurang lebih 400 buah. Setelah semester 4 mereka harus belajar sendiri diluar jam pelajaran kuliah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui observasi dan wawancara dengan mahasiswa semester IV tahun ajaran 2013/2014 bahwa mereka merasakan kesulitan dalam mempelajari dan menghapal kanji. Kesulitan yang mereka hadapi ketika membaca bacaan pada level yang lebih tinggi dikarenakan tidak bisa membaca dan memahami makna dari kanji yang ada dalam bacaan tersebut. Sehingga ketika mahasiswa mengikuti ujian international bahasa Jepang Japanese Language Proficiency Test mereka merasa kesulitan dalam menjawab soal-soal mojigoi (kosakata dan kanji) dan dokkai (membaca).

Dari hasil ujian International Japanese Language Proficiency Test dari tahun 2009 hingga 2011 diperoleh masih rendahnya kemampuan mahasiswa dalam kompetensi pemahaman kanji N4 dan N3 yakni: tahun 2009 (N4: 68,05%, N3:64,83%) , tahun 2010 (N4: 52,09%, N3: 24,12%), tahun 2011 (N4: 46,97%, N3: 24,70%) dan tahun 2012 (N4:46,60, N3: 24,60%) (Herniwati, 2012). Dengan hasil data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Departemen pendidikan bahasa Jepang masih rendah dalam penguasaan kanji level N4 dan N3 dengan alasan diantaranya kurangnya mahasiswa yang belajar secara mandiri diluar jam kuliah. Selain itu, kesulitan pemahaman kanji diakibatkan oleh tidak adanya mata kuliah kanji setelah semester III. Dengan demikian dapat diasumsikan bagaimana mahasiswa bisa lulus ujian international Japanese Language Proficiency Test jika kanji yang memiliki peranan besar dalam

memahami teks bacaan bahasa Jepang yang digunakan untuk membaca dan mengetahui artinya.

Dengan permasalahan diatas, pengajar sebagai pendidik, bertanggung jawab dalam meningkatkan penguasaan dan pemahaman kanji bagi mahasiswa. Diperlukan adanya cross check metode pembelajaran yang sudah ada, untuk menemukan inovasi-inovasi model pembelajaran kanji yang dibutuhkan oleh pembelajar. Pembelajaran kanji membuat banyak mahasiswa enggan dan merasa kesulitan dalam mengingatnya dikarenakan jumlah coretan kanji yang banyak sehingga dalam penulisan kanji pun mengalami kesulitan baik memahami artinya dan menghapalnya. Permasalahan ini merupakan hal yang sulit diatasi bagi pembelajar bahasa Jepang di seluruh dunia. Oomori dan Suzuki (2013: 45) adalah staf pengajar bahasa Jepang The Japan Foundation yang telah 20 tahun berkecimpung dalam mengajar kanji kepada orang asing yang telah menemukan model pembelajaran kanjiwakaru oboeru tsukau”. Model pembelajaran ini terdiri dari tiga tahapan yakni pertama “wakaru” (memahami), kedua “oboeru” (hapal), dan ketiga “tsukau” (gunakan). Dalam pembelajaran kanji pertama kali yang harus dipelajari adalah mengerti atau paham pada kanji yang dipelajarinya, misalnya kanji “ 月 ” (tsuki). Pengajar harus mengajarkan asal usul kanji “ 月 ” (tsuki), cara menulisnya, cara baca onyomi dan kunyomi kepada mahasiswa sampai mengerti “wakaru”. Pada tahap kedua adalah “oboeru” (hapal), karena dengan hanya mengerti “wakaru” akan mudah lupa, sehingga pada tahap “oboeru” (hapal) menggunakan latihan menulis dan membaca dalam bentuk kalimat.

(4)

129 Tahap ketiga adalah “tsukau” setelah mengerti dan hapal kanji tersebut dilanjutkan dengan mengerjakan soal-soal kanji baik menulis kanji, mamabaca kanji dalam bacaan, dan mengetik kanji di komputer. Dari uraian diatas untuk meningkatkan penguasaan kanji N4 mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa Jepang, maka diperlukan penelitian eksperimen penggunaan model pembelajaran “wakaru oboeru tsukau” pada mahasiswa tingkat 2 sebagai upaya pemecahan masalah.

Cara pengajaran kanji di sekolah maupun lembaga-lembaga pendidikan diawali dengan cara menulis kanji sesuai urutan penulisannya, cara baca, kosa kata yang berhubungan dengan kanji dasar, memberikan daftar kosa kata dan kanji, dan melaksanakan pop test. Hal yang terpenting bagi pembelajar adalah penambahan cara memahami kanji lebih awal. Cara pengajaran dari berbagai macam sudut pandang yang dilakukan oleh pengajar akan memperluas variasi metode pengajarannya (Kida, et al.,2011:39). Adapun model pembelajaran ”Wakaru Oboeru Tsukau” memiliki tahapan pengajaran huruf kanji sebagai berikut (Abe & Nakamura, 2012; Oomori & Suzuki, 2013).

1. Tahapan wakaru adalah tahapan ketika pembelajar yang tidak tahu apa-apa

sehingga dapat merasakan dan berkata ”Ya, saya tahu”. Pada kegiatan pelatihan pengajar bahasa Jepang, tahapan ini disebut donnyu (apresepsi) yang merupakan tahapan yang paling penting pada awal pembelajaran kanji. Pada tahapan ini diperlukan tahapan-tahapan agar pembelajar dapat mengetahui arti dan bentuk huruf kanji, cara menulis, okurigana, onyomi dan kunyomi. 2. Tahapan oboeru adalah tahapan

mengingat huruf kanji setelah pembelajar mengetahui arti, bentuk, cara menulis dan lain-lain. Sedangkan pada kegiatan pelatihan pengajar bahasa Jepang tahapan ini disebut renshuu (latihan).

3. Tahapan tsukau adalah tahapan penggunaan huruf kanji secara praktek pada kehidupan nyata setelah memahami kanji tersebut. Pada tahapan ini pembelajar akan membaca atau menulis sesuatu yang menggunakan kanji.

Menurut Abe dan Nakamura (2012:13) menyatakan bahwa model pembelajaran “Wakaru Oboeru Tsukaeru” dalam proses pembelajaran bahasa Jepang harus dipelajari adalah goi to moji (kosakata dan huruf), pola kalimat dan pengetahuan kebahasaan lainnya yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Adapun alur pembelajarannya adalah sebagai berikut.

(5)

Gambar 1.

Alur pembelajaran dengan Model Pembelajaran “Wakaru Oboeru Tsukaeru

Dasar dari alur pengajaran kanji yaitu mempelajari kanji dengan wakaru, berlatih dengan oboeru dan

mengaplikasikan secara nyata dengan tsukau. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya sebagai berikut.

Tabel 1. Tahap I “ Wakaru”

Jenis Kegiatan

Alur Perkuliahan Proses Kegiatan Pembelajaran Wakaru 漢字入門 Pengenalan awal huruf kanji

音読みと訓読みがあることを 教える

Mengajarkan bahwa ada cara baca kun dan on dalam Kanji

送り仮名を教える Mengajarkan tulisan kanji dalam huruf kana

書きを教える Mengajar menulis

単漢字を教える Mengajarkan karakter kanji tunggal

絵で教える Mengajarkan dengan gambar

漢字パズルを教える Mengajar Kanji Puzzle

漢字ストーリーで教える Mengajar dengan cerita kanji

部品でつなげて教える Mengajar dengan menghubungkan bagian

音符で教える Mengajar dengan catatan

学習者別対応法 Metode sesuai dengan pembelajar 訓読みを中心に教える Mengajar dengan menitikberatkan

pada kunyomi Dounyuu

Apersepsi

Wakaru

Memahami bentuk materi ajar dan maknanya

Kihon Renshu Latihan Utama

Oboeru

1. Latihan menulis dan mengucapkan 2. Latihan mengucapkan dan menulis

dengan memahami maknanya

Tsukaeru

Dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari Ooyou Renshuu

(6)

131

Tabel 2. Tahap 2 “Oboeru”

Jenis Kegiatan

Alur Perkuliahan Proses Kegiatan Pembelajaran Oboeru 単漢字を覚える Menghapal karakter kanji tunggal

単漢字カルタ Kartu kanji tunggal

記憶力クイズ Kemampuan mengingat dengan

Quiz

なくなったカードは Kartu yang hilang

神経裏弱 Shinkeiurajaku (permainan kartu)

グループを探し Mencari kelompok

仲間外れ Bagian yang tidak sama

ペア探しのバリエーション Variasi mencari pasangan

同音の漢字 Kanji dari homophone

対義語 Kata yang berlawanan

相方作成 Membuat pasangan kanji

漢字に反応する Respon terhadap kanji

正しく動く Berfungsi dengan benar

速く読む Membaca cepat

正しく読む Membaca benar

電子辞書を使って Menggunakan kamus elektronik

監事を再生する Bermain auditor

漢字パズル Puzzle kanji

カタカナ探し Mencari katakana

虫食いカード Mushigui kaado

部首から思い出す Mengingat dari bushu

似ている漢字 Kanji yang mirip

漢字を整理する Menata kanji

字・熟語・文 Karakter, frase, kalimat

辞書作り Pembuatan kamus

書く Menulis

筆順を覚える Menghapal urutan penulisan

聞き取り Mendengarkan

漢字で遊ぶ Bermain kanji

漢字ビンゴウ Kanji Bingo

(7)

Tabel 3. Tahap 3 “Tsukau”

Jenis Kegiatan

Alur Perkuliahan Proses Kegiatan Pembelajaran

Tsukau 読む Membaca

お知らせを読む Membaca pengumuman

音読する Membacakan dengan suara

書く Menulis 描写する Menggambarkan パソコンで打つ Mengetik di komputer 聞く Mendengar 時間割を並べる Menyusun jadwal 話す Berbicara 注文する Memesan

(Oomori & Suzuki, 2013: 49)

METODE

Metode Penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode eksperimen kuasi. Metode deskriptif dipergunakan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual (Sutedi, 2009:58). Fenomena yang terjadi saat ini adalah kondisi pembelajar bahasa Jepang UPI semester IV yang sudah mempelajari dan mengetahui 260 huruf kanji akan tetapi masih rendah dalam tahapan oboeru dan tsukau.

Sedangkan metode eksperimen kuasi digunakan untuk memperoleh penjelasan mengenai hubungan sebab akibat munculnya gejala yang ada dalam penelitian tersebut. Dan design yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimental Design. Menurut Arikunto (2006:85) peneliti akan mengadakan pengamatan langsung terhadap satu kelompok subjek dengan dua kondisi yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding,

sehingga setiap subjek merupakan kelas kontrol atas dirinya sendiri.

Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat 2 semester IV Departemen Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI. Adapaun sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester IV kelas A, B dan C sebanyak 31 orang yang memiliki kemampuan kanji kategori rendah.

Disain penelitian ini menggunakan metode penelitian one group pre-test post-test. Dapat digambarkan sebagai berikut :

O1 – X1 – X2 – X3 – X4 – X5 – X6 – O2 Sesuai dengan desain penelitian pada penelitian ini dilakukan delapan kali pertemuan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran mata kuliah kanji dengan waktu pembelajaran setiap pertemuannya selama 90 menit. Jumlah kanji yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran “wakaru oboeru tsukau” adalah 58. Pertemuan pertama dilakukan pre-test dan menjelaskan perkuliahan dengan menggunakan model pembelajaran ini. Kemudian melakukan treatment pertama sampai enam. Adapun jumlah

(8)

133 kanji pada setiap pertemuan sebagai berikut. Treatment 1 : 世 代 貸 界 回 民 意 度 注 Treatment 2 : 品 洗 者 引 死 使 送 用 Treatment 3 : 頭 別 特 集 不 以 堂 Treatment 4 : 歌 写 真 台 映 画 洋 服 夜 去 重 軽 Treatment 5 : 発 建 進 起 勉 試 験 説 漢 悪 紙 Treatment 6 : 始 終 産 業 員 銀 仕 事 料 菜 味

Dan diakhiri dengan mengadakan post-test dan mengisi angket yang berisi tentang pendapat responden

mengenai model pembelajaran yang dilakukan.

Pada penelitian ini setiap pertemuan selalu ada model pembelajaran “wakaru oboeru tsukau”. Tahapan “wakaru” pengajar menanyakan kanji-kanji yang mana yang sudah diketahui oleh responden, lalu menanyakan onyomi dan kunyomi-nya. Pada tahapan “oboeru” pengajar mengajarkan kanji-kanji yang belum responden ketahui dengan menjelaskannya menggunakan kanji story, ilustrasi, asosiasi yang disesuaikan dengan bentuk atau bushu kanji tersebut. Tahapan “tsukau” responden membaca brosur, famplet, jadwal dan mengerjakan soal JLPT.

Setiap pertemuan yang mengimplementasikan model pembelajaran ini membutuhkan waktu 90 menit (1 jam) dengan pembagian waktu sebagai berikut.

Fukushu 5 menit Model Pembelajaran “Wakaru” 10 menit Model Pembelajaran “Oboeru” 40 menit Model Pembelajaran “Tsukau” 30 menit Penutup 5 menit

1. Fukushu (Mengulang materi sebelumnya)

Pada setiap pertemuan dilakukan fukushu bertujuan agar responden dapat mengingat arti, cara baca on dan kun dari huruf kanji yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. 2. Model Pembelajaran “Wakaru”

Cara mengetahui huruf kanji dengan menggunakan model pembelajaran “Wakaru” adalah dengan menggunakan Power Point yang berisikan cara baca on dan kun huruf kanji, gambar ilustrasi, kanji story dan menjelaskan dari hen, buhin dan tsukurinya.

3. Model Pembelajaran “Oboeru” Cara mengingat huruf kanji dengan menggunakan model pembelajaran “Oboeru” adalah dengan menggunakan Kiokuryoku Kuizu (Kuis kemampuan menghapal diluar kepala), Gurupu Sagashi (mencari huruf kanji yang sama), Nakamahazure (mencari huruf kanji yang berbeda), Bushu kara Omoidasu (kombinasi kanji), menyebutkan cara baca on dan kun, Hitsujun wo Oboeru (menulis kanji). 4. Model Pembelajaran “Tsukau”

Cara menggunakan huruf kanji dengan menggunakan model pembelajaran “Tsukau” adalah dengan membaca pemahaman dari famplet,

(9)

wacana, bousha suru (melengkapi huruf kanji).

5. Kesimpulan (Penutup)

Mereviu kembali huruf-huruf kanji yang sudah dipelajari pada pertemuan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil kegiatan penelitian ini dapat diukur keberhasilan penggunaan model pembelajaran “wakaru oboeru tsukau” untuk meningkatkan penguasaan kanji N4. Kemampuan

responden dalam mengetahui menghapal dan menggunakan kanji N4 diukur dari nilai pre-test dan post-test. Nilai rata-rata pre-test adalah 66,65 dan nilai rata-rata post-test adalah 88,46. Selain itu untuk mengetahui peningkatan penguasaan kanji selama berlangsungnya treatment maka diadakan mid-test. Nilai rata-rata mid-test adalah 82,26 Apabila digambarkan dalam grafik batangan sebagai berikut.

Grafik 1. Nilai Rata-Rata Mid-test

Dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan kemampuan penguasaan kanji responden mengalami peningkatan dalam mengetahui, mengingat dan menggunakan 58 kanji dengan menggunakan model pembelajaran “wakaru oboeru tsukau”. Dengan kata lain pembelajaran kanji menengah dengan menggunakan model pembelajaran ini lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan penguasaan kanji N4 sehingga responden dapat menjawab dengan cepat dan tepat soal-soal tes JLPT.

Hasil ini diperkuat dengan hasil angket bahwa secara keseluruhan cara

belajar kanji responden mengalami perbaikan. Selain itu secara keseluruhan responden juga berpendapat bahwa model pembelajaran ini bagus karena mudah untuk memahami dan mengingat kanji N4 dengan adanya penjelasan kanji tersebut menggunakan kanji story, ilustrasi, gambar dan asosiasi.

Berdasarkan angket diketahui bahwa secara keseluruhan responden menyukai mata kuliah kanji tetapi mengalami kesulitan pada onyomi kunyomi dan setengahnya mengalami kesulitan cara menghapal dan mengaplikasikannya. Meskipun

(10)

135 responden mengalami kesulitan-kesulitan tersebut tetapi kemampuan penguasaan kanji N4 responden mengalami peningkatan dengan penggunaan model pembelajaran “wakaru oboeru tsukau”. Hal ini

diketahui dari nilai pre-test dan post-test responden. Peningkatan penguasaan kanji N4 responden dan dapat dilihat dari grafik batang sebagai berikut.

Grafik 2.

Nilai Pre-test dan Post-test Dari hasil penelitian ini diketahui pula

bahwa kemampuan penguasaan kanji N4 setiap responden mengalami kenaikan. Hal ini dapat dilihat selisih antara nilai pre-test dan post-test. Rata-rata kenaikan nilai dari pre-test ke post-test adalah 21,82. Sedangkan responden yang nilai pre-test ke post-test mengalami kenaikan tinggi, berkisar 31-40 ada lima orang. Sedangkan yang kenaikannya sedikit berkisar 0-10 hanya dua orang.

Hasil angket yang dihimpun dari responden menunjukkan bahwa seluruh responden menyukai pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran “wakaru oboeru tsukau”. Terutama ketika mengimplementasikan tahapan “wakaru oboeru tsukau” sangat terbantu oleh gambar, kanji story,

ilustrasi, asosiasi dan menghubungkan bushu. Ketika responden diberikan soal-soal JLPT, langsung ingat bentuk, makna, onyomi, kunyomi dari kanji tersebut sehingga mudah untuk menjawab soal-soal tersebut.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa (1) Pembelajaran kanji dengan menggunakan model pembelajaran “wakaru oboeru tsukau” sangat efektif untuk meningkatkan penguasan kanji N4 dalam mengerjakan soal-soal JLTP; (2) Penerapan model pembelajaran “wakaru oboeru tsukau” membuat responden mudah untuk mengingat dalam waktu yang singkat dan mengaplikasikannya ketika membaca pemahaman (dokkai) dan menjawab

(11)

soal-soal JLPT; (3) Dosen yang menerapkan model pembelajaran ini harus kreatif untuk membuat kanji story disesuaikan dengan kondisi atau budaya di Indonesia, game untuk menghafal kanji dan memilih bacaan agar mahasiswa lebih berperan aktif di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung; (4) Dari hasil angket yang dirangkum, seluruh responden menyukai model pembelajaran seperti ini dan mudah mengingat onyomi kunyomi makna kanji N4 dalam mengerjakan soal bacaan dan JLPT; (5) Kelemahan dari pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ini adalah tidak semua kanji dapat diimajinasikan pada gambar yang dapat dipahami oleh orang Indonesia; (6) Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah agar dapat menggunakan model pembelajaran ini untuk meningkatkan penguasaan kanji N3 dan menambahkan cara menulis kanji.

DAFTAR PUSTAKA

Abe, Y. & Nakamura, M. (2012) Shokyu o Oshieru Nihongo Kyoujuhou Shirizu 9. Japan: Japan Foundation

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi keempat. Jakarta: Rineka Cipta.

Herniwati.(2012). Evaluasi Kompetensi Bahasa Jepang melalui Hasil Ujian International Japanese

Language Proficiency Test(JLPT) Pada Mahasiswa Departemen Pendidikan bahasa Jepang FPBS UPI. Proceedings International Seminar Comparative In Competency Based Curriculum Between Indonesia and Malaysia.

Kida, M.,et al. (2011). Kokusai Kouryuu Kikin Nihongo Kyoujuhou Shiriizu 3 Moji Goi wo Oshieru. Tokyo: Kabushiki Gaisha Hitsuji Shobou.

Oomori, M. & Suzuki, E. (2013). Nihongo Kyoushi no Nanatsu Dougu Shiriizu 2 Kanji Jugyou no Tsukurikata hen. Tokyo: Aruku Kabushiki Gaisha.

Sutedi, D. (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.

Takamizawa, H. (2002) Hajimete no Nihongo Kyouiku-2 (Nihongo Kyoujuhou

Nyuumon), Japan:Arukuoran The Japan Foundation (2012). Survey

Report on Japanese-Language Education Abroad 2012. Japan: The Japan Foundation

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa semester IV Departemen Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun akademik 2013/2014 yang telah menjadi sumber data dalam penelitian ini.

Gambar

Tabel 1. Tahap I “ Wakaru”
Tabel 2. Tahap 2 “Oboeru”
Tabel 3. Tahap 3 “Tsukau”

Referensi

Dokumen terkait

Lalu dilarutkan dalam gelas piala 250 mL dengan 10 mL aquades dingin.. Lalu ditambahkan 90 mL aquades panas dan

Pelayanan perizinan pendaftaran pestisida pada tahun 2017 ditargetkan sebanyak 1.800 surat permohonan, sampai dengan bulan April 2017 sudah diterima permohonan pendaftaran

Mengetahui cara penghitungan daya gesek pada poros engkol engine 1TR-FE. Mengetahui terjadinya kerusakan komponen

ICHSANURI Yogyakarta, 19 Pebruari 2013 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota se-DIY, diolah Bagian Kependudukan Biro Tata Pemerintahan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA DI SEKOLAH DASAR.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Preparation of components and most products should be done in at least a grade D environment in order to give low risk of microbial and particulate contamination, suitable for

Dari sekian banyak tips cara meninggikan badan adalah dengan mengkonsumsi makanan alami yang memiliki kandungan terbaik untuk tubuh dalam proses tumbuh kembang di usia yang sudah

Judul neraca berisi: Nama perusahaan (pemilik neraca), kata Laporan.. Bagian kedua adalah batang tubuh neraca, berisi muatan informasi yang perlu disajikan. Batang tubuh