• Tidak ada hasil yang ditemukan

pp 3.1PANDUAN TRIASE edit.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "pp 3.1PANDUAN TRIASE edit.doc"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

SURAT KEPUTUSAN

DIREKTUR

Nomor : 0141/SK/RSMH/I/2016

TENTANG

KEBIJAKAN PENERIMAAN PASIEN GAWAT DARURAT DI RS.MITRAHUSADA

DIREKTUR RS.MITRAHUSADA

Menimbang : a. bahwa pelayanan kesehatan RS.MitraHusada perlu mengantisipasi penanganan pasien gawat darurat sejak pasien masuk rumah sakit terutama di Unit Gawat Darurat.

b. bahwa untuk itu di rumah sakit perlu melakukan triage pada pasien agar pelayanan cepat dan tepat.

c. berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b di atas, maka perlu ditetapkan Kebijakan Pasien Triage dengan Surat Keputusan Direktur RS.MitraHusada.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431).

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063).

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072).

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis.

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.

6. Surat Keputusan Direktur Utama PT.MitraHusada Bersama Nomor: 01/SK/PT.MHB/1/2016 tentang Kebijakan

7. Surat Keputusan Direktur Utama PT.MitraHusada Bersama Nomor: 03/SK PT.MHB/1/2016 tentang Pengangkatan dr. Elvani sebagai Direktur RS.MitraHusada

8. Keputusan Direktur Utama PT.MitraHusada Bersama Nomor: 06/SK/PT.MHB/1/2016 tentang Penetapan Visi, Misi, Falsafah, Motto dan Tujuan RS.MitraHusada.

(3)

0144/SK/RSMH/I/2016 tentang Kebijakan Penerimaan Pasien Gawat Darurat di RS.MitraHusada.

MEMUTUSKAN TENTANG

KEBIJAKAN PENERIMAAN PASIEN GAWAT DARURAT DI RS.MITRAHUSADA

Menetapkan :

Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RS.MITRA HUSADA TENTANG KEBIJAKAN PASIEN TRIAGE DI RS.MITRAHUSADA.

Kedua : Kebijakan Pasien Triage Rumah Sakit MitraHusada sebagaimana terlampir dalam lampiran keputusan ini.

Ketiga : Memberlakukan Kebijakan Pasien Triage di lingkungan pelayanan kesehatan RS.MitraHusada agar dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat terutama di Unit Gawat Darurat.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan di dalam Surat Keputusan ini maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Pringsewu Pada Tanggal : 2016 Direktur RS.MitraHusada dr. ELVANI NIK.AA01.072008

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, panduan triase ini dapat diselesaikan dan dapat diterbitkan.

Panduan ini dibuat untuk menjadi panduan kerja bagi semua staf dalam memberikan asuhan pada pasien koma di RumahSakit Mitra Husada

Untuk meningkatkan mutu pelayanan diperlukan pengembangan kebijakan, pedoman, panduan dan prosedur.Untuk tujuan tersebut panduan ini akan kami evaluasi setidaknya setiap 3 tahun sekali. Masukan, kritik dan saran yang konstruktif untuk pengembangan panduan ini sangat kami harapkan dari para pembaca.

Pringsewu,

Direktur RS.Mitra Husada

dr. ELVANI

(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Surat Keputusan Direktur... ii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi...………. ... vi

BAB I DEFINISI ... 4

Pengertian Triase ... 4

Tujuan Triase... 4

BAB II RUANG LINGKUP ... 5

Sumber Daya ... 5

Bukan Sumber Daya ... 5

BAB III TATALAKSANA ... 6

Kriteria ESI (Emergency Severity Index)... 7

ESI 1 ... 7

ESI 2... 7

ESI 3 ... 7

ESI 4 ... 8

ESI 5 ... 8

Tindakan Sesuai Kriteria Emergency Severity Index ... 8

(6)

BAB I DEFINISI

Triase adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber daya yang ada.

Triase adalah suatu sistem untuk menyeleksi permasalahan pasien yang datang ke Unit Gawat Darurat (UGD) sesuai dengan skala prioritas kegawatdaruratannya.

Petugas triase adalah petugas yang bertanggungjawab melakukan triase pasien yang datang memerlukan pelayanan UGD.

Tujuan dari triase ini adalah :

1) Mengidentifikasi pasien yang memerlukan penanganan segera; 2) Menentukan area penanganan yang tepat;

3) Memperlancar alur pasien melalui Unit Gawat Darurat dan untuk menghindari penumpukan pasien;

4) Memperjelas penilaian dan penilaian ulang pasien yang datang dan yang masih menunggu di UGD;

(7)

BAB II RUANG LINGKUP

Triase dilakukan oleh seorang dokter, bila kondisi tidak memungkinkan triase

dilakukan oleh perawat UGD yang telah dilatih untuk menyeleksi pasien sesuai dengan prioritas kegawatdaruratannya. Dokter dan perawat harus terlatih dan menguasai sistem Triase ini sebelum bertugas di UGD.

Sumberdaya di UGD adalah perawat/ petugas penunjang/ alat medis/ alat penunjang yang dibutuhkan oleh dokter dalam melakukan life saving serta untuk menentukan penegakan diagnosa, apakah pasien perlu tindakan/pengobatan segera, observasi, dirawat, dirujuk, ataupun dapat dipulangkan. Kriteria yang termasuk sumber daya dan bukan sumber daya adalah:

SUMBER DAYA BUKAN SUMBER DAYA

Laboratorium (darah, urine) Pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit EKG, pemeriksaan x ray, CT scan, USG pemeriksaan penunjang

Pemasangan infuse untuk rehidrasi atau resusitasi

Pemasangan infuse untuk akses intravena sebelum rawat inap.

Pemberian obat melalui Intra Vena, Intra Muskuler atau nebulizer

Pemberian obat per oral, imunisasi tetanus, pengulangan resep

Penanganan prosedur sederhana = 1 sumber daya (repair luka, pemasangan foley catheter)

Perawatan luka sederhana (ganti verband, control luka)

Penanganan prosedur komplek = 2 sumber daya (sedasi sedang dalam, intubasi endotracheal)

(8)

BAB III TATA LAKSANA

Semua pasien yang datang ke UGD harus dinilai oleh petugas triase dan mendapatkan penanganan gawat darurat yang sesuai dengan tingkat kegawatdaruratan pasien, sesuai dengan kriteria Emergency Severity Index:

 ESI Level 1 Resusitasi: Memerlukan intervensi segera untuk menyelamatkan nyawa atau pasien tidak responsif – prioritas tertinggi. Kondisi yang termasuk dalam kriteria ESI Level 1, misalnya:

a. Henti jantung b. Henti napas

c. Distress pernapasan yang berat dengan tipe pernapasan agonal atau gasping. d. SpO2 < 90

e. Trauma berat dengan penurunan kesadaran

f. Overdosis dengan jumlah pernapasan < 6 kali per menit g. Bradikardi atau takikardi berat dengan tanda-tanda hipoperfusi h. Hipotensi dengan tanda-tanda hipoperfusi

i. Pasien trauma yang membtuhkan resusitasi cairan kristaloid dan kolloid segera j. Nyeri dada, pucat, berkeringat dingin, tekanan darah <70/palpasi

k. Shock anapilaktik l. Anak / bayi kejang

m. Pasien penurunan kesadaran karena intoksikasi alkohol n. Hipoglikemi dengan perubahan status mental

o. Perdarahan di kepala dengan pupil anisokor

p. Trauma jatuh dari ketinggian yang tidak berespon terhadap rangsangan

 ESI Level 2 Gawat Darurat:

Saat dokter atau perawat menentukan bahwa pasien bukan termasuk dalam kriteria ESI Level 1, maka dokter / perawat mengarahkan ke ESI Level 2. Beberapa hal bisa membantu untuk menentukan apakah pasien termasuk dalam kriteria ESI Level 2, yaitu:

a. Apakah pasien dalam kondisi resiko tinggi?

b. Apakah ada gangguan kesadaran akut berupa kebingungan/ letargi/ disorientasi? c. Apakah pasien mengeluh nyeri hebat skala ≥ 6 atau distress?

Kondisi yang termasuk dalam kategori resiko tinggi, misalnya:

a. Nyeri dada, curiga sindrom koroner akut tetapi tidak memerlukan penanganan life saving segera dengan kondisi stabil.

b. Luka tertusuk jarum pada petugas kesehatan.

c. Tanda-tanda stroke namun tidak termasuk dalam kriteria ESI Level 1. d. Tanda-tanda kehamilan ektopik dengan hemodinamik stabil.

e. Pasien kemoterapi disertai dengan immunocompromised dan demam.

f. Pasien percobaan bunuh diri yang tidak termasuk dalam kriteria ESI Level 1. Beberapa contoh kondisi pasien yang bingung, letargi atau disorientasi adalah:

a) Kejadian baru kebingungan pada pasien lanjut usia (> 65 tahun) b) Anak / bayi yang ibunya melaporkan anaknya tidur sepanjang waktu.

(9)

Penilaian skala nyeri juga harus dilakukan oleh petugas triase untuk menentukan level ESI. Ketika pasien melaporkan nyeri peringkat 6/10 atau lebih besar, perawat

triase dapat menentukan pasien sebagai ESI level 2. Nyeri hebat adalah salah satu alasan paling umum untuk mengunjungi UGD. Misalnya seorang pasien dengan pergelangan kaki terkilir datang ke UGD dengan level nyeri 8/10. Rasa nyeri pada pasien ini dapat diatasi dengan intervensi perawatan sederhana: kursi roda, elevasi dan aplikasi es. Pasien ini aman untuk menunggu dan tidak perlu ditempatkan pada ESI level 2 berdasarkan pada rasa sakit.

Pada beberapa pasien, nyeri dapat dinilai dengan klinis pengamatan: a. Ekspresi wajah tertekan, meringis, menangis

b. Berkeringat c. Postur tubuh

d. Perubahan tanda-tanda vital : hipertensi, takikardi dan peningkatan laju pernapasan

Sebagai contoh, pasien dengan nyeri perut yang mengeluarkan keringat, takikardi, dan memiliki tekanan darah tinggi atau pasien dengan nyeri pinggang yang parah, muntah, pucat kulit, dan riwayat kolik ginjal merupakan contoh pasien yang memenuhi kriteria ESI Level 2.

 ESI Level 3 Darurat: Memerlukan lebih dari 2 sumberdaya UGD sesuai dengan

Emergency Severity Index.

 ESI Level 4 Kurang Darurat: Memerlukan 1 sumberdaya UGD sesuai dengan

Emergency Severity Index.

 ESI Level 5 Tidak Gawat Darurat: Tidak memerlukan sumber daya UGD sesuai dengan Emergency Severity Index – prioritas terendah untuk diperiksa.

Penilaian awal di area triase: proses penilaian pasien bersifat individual berdasarkan kebutuhan dan usia pasien, meliputi:

a. Tanda vital termasuk suhu dan pengkajian nyeri.

b. Status mental/neurologis bila terindikasi dari keluhan utama pasien.

c. Berat badan dalam kilogram dan panjang / tinggi badan atau lingkar lengan atas dalam sentimeter untuk semua pasien.

(10)

Tindakan yang dilakukan pada pasien, sesuai dengan kriteria Emergency Severity Index:

a. Level 1: pasien dengan kondisi yang mengancam nyawa langsung diarahkan ke ruang resusitasi, ditempatkan pada bed pasien dan ditangani segera.

b. Level 2: Pasien dengan kondisi beresiko mengancam organ, penurunan kesadaran dan nyeri berat (VAS lebih dari 6) harus segera ditangani. Penempatan pasien dapat dilakukan di ruang resusitasi atau ruang observasi / tindakan berdasarkan kondisi pasien.pasien ditempatkan di ruang resusitasi/ observasi/ tindakan didampingi perawat UGD, dilakukan tindakan sesuai kebutuhan dan harus dinilai ulang keadaannya minimal setiap 2 jam.

c. Level 3: Pasien ditempatkan di ruang observasi, dilakukan tindakan sesuai kebutuhannya dan harus dinilai ulang keadaannya minimal setiap 4 jam sebelum bed tersedia.

d. Level 4 Kurang Darurat: Pasien ditempatkan di ruang observasi, dan harus dinilai ulang keadaannya minimal setiap 8 jam sebelum bed tersedia.

e. Level 5 Tidak Gawat Darurat: Pasien ditempatkan di ruang tunggu, dan harus dinilai ulang keadaannya minimal setiap 8 jam sebelum bed tersedia. Apabila pasien datang dalam jam poliklinik, pasien dapat diarahkan ke poliklinik yang sesuai.

BAB IV DOKUMENTASI

Hasil penilaian triase harus dituliskan dalam form Pengkajian Unit Gawat Darurat (Yanmed/ /PUGD/14/Rev.0) dan disimpan dalam rekam medis pasien.

(11)

TRIASE DI RS. MITRA HUSADA No. Dokumen SPO/YANMED/ …. / 2016 No. Revisi 00 Halaman 1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit 06 Januari 2016 Ditetapkan, Direktur RS.MitraHusada dr. Elvani NIK.AA01.07.2008

PENGERTIAN Proses pemilahan Pasien dengan cepat, tanpa pemeriksaan fisik pasien.

(12)

pasien :

4. Perawat Triase memindahkan pasien triase atau sesuai dengan kondisi pasien.

5. Perawat atau dokter yang menangani memberikan informasi ke pasien atau keluarga pasien tentang kondisi pasien dan tindakan-tindakan yang selanjutnya perlu dilakukan

6. Pemeriksaan pasien tersebut tidak di dokumentasi.

Referensi

Dokumen terkait

D Kandou Manado belum melakukan penanganan pasien gawat darurat sesuai dengan standar prosedur yang ada, di mana terkadang pasien sudah berada dalam ruangan IGD lebih

Serta penanganan pasien gawat darurat jantung di IGD Rumah Sakit UNS Surakarta dalam kategori cukup karena semua tindakan sudah sesuai dengan Panduan Praktik

Bila ditemukan salah satu gejala di atas, segera hubungi atau bawa pasien ke Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas penanganan

Bahwa sesuai butir a diatas perlu menetapkan Keputusan Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II tentang Panduan Pelayanan Pasien Gawat Darurat.. Mengingat

 Jika pasien datang maka harus terlebih dahulu dianamnesis sesuai yang ada d status, tapi jika pasien ibu hamil datang dalam keadaan gawat, maka yang terlebih dahulu dilakukan

8) Gelang identitas dipasang pada pasien Instalasi gawat darurat (Gadar), rawat inap, hemodialisa, Endoskopi, Kateterisasi Jantung, Kamar operasi. Pemasangan gelang pasien di

6.7.7 Jenis, jumlah, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat keadaan darurat telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau standar dan dinilai oleh petugas yang

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS REJAI TENTANG PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT; Kesatu : Bahwa petugas Puskesmas harus bisa mengidentifikasi kasus- kasus