• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Obat-obat Antidiare

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Obat-obat Antidiare"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

I.1

I.1 Latar Latar BelakangBelakang

Obat paling sering diberikan dengan cara oral. Walaupun beberapa obat Obat paling sering diberikan dengan cara oral. Walaupun beberapa obat yang digunakan secara oral dimaksudkan larut dalam mulut, sebagian besar obat yang yang digunakan secara oral dimaksudkan larut dalam mulut, sebagian besar obat yang digunakan secara

digunakan secara oral oral adalah ditelan. adalah ditelan. Dibandingkan dengan Dibandingkan dengan cara-cara cara-cara lainnya,lainnya, cara oral

cara oral dianggap paling alami, dianggap paling alami, tidak sulit, tidak sulit, menyenangkan dan aman menyenangkan dan aman dalam haldalam hal  pemberian

 pemberian obat. obat. Hal-hal Hal-hal yang yang tidak tidak menguntungkan menguntungkan pada pada pemberian secara pemberian secara oraloral termasuk respon obat yang lambat (bila dibandingkan dengan obatobat yang termasuk respon obat yang lambat (bila dibandingkan dengan obatobat yang diberika secara

diberika secara parenteral) kemungkinan parenteral) kemungkinan absorpsi obat absorpsi obat yang tidak yang tidak teratur, teratur, yangyang tergantung

tergantung pada pada faktor-faktor faktor-faktor seperti seperti perbaikan perbaikan yang yang mendasar, mendasar, jumlah jumlah atau atau jenisjenis makanan dalam saluran cerna, dan perusakan beberapa obat oleh reaksi dari lambung makanan dalam saluran cerna, dan perusakan beberapa obat oleh reaksi dari lambung atau oleh enzim-enzim dari saluran cerna

atau oleh enzim-enzim dari saluran cerna (Ansel, 1989).(Ansel, 1989).

Dengan memilih secara teliti rute pemberian obat dan rancangan secara Dengan memilih secara teliti rute pemberian obat dan rancangan secara tepat produk obat, maka bioavailabilitas obat aktif dapat diubah dari absorpsi tepat produk obat, maka bioavailabilitas obat aktif dapat diubah dari absorpsi yang sangat cepat dan lengkap menjadi lambat, kecepatan absorpsi yang yang sangat cepat dan lengkap menjadi lambat, kecepatan absorpsi yang diperlambat atau bahkan sampai tidak terjadi absorpsi sistemik berbagai proses diperlambat atau bahkan sampai tidak terjadi absorpsi sistemik berbagai proses fisiologik normal yang berkaitan dengan distribusi dan eliminasi biasanya tidak fisiologik normal yang berkaitan dengan distribusi dan eliminasi biasanya tidak dipengaruhi oleh formulasi obat. Absorpsi sistemik suatu obat dari tempat dipengaruhi oleh formulasi obat. Absorpsi sistemik suatu obat dari tempat ekstravaskular dipengaruhi oleh sifat-sifat anatomik dan fisiologik tempat ekstravaskular dipengaruhi oleh sifat-sifat anatomik dan fisiologik tempat absorpsi serta sifat-sifat fisiokimia atau produk obat. Biofarmasetika berusaha absorpsi serta sifat-sifat fisiokimia atau produk obat. Biofarmasetika berusaha mengendalikan variabel-variabel tersebut melalui rancangan suatu produk obat mengendalikan variabel-variabel tersebut melalui rancangan suatu produk obat dengan tujuan terapetik tertentu. Oleh karena faktor-faktor tersebut terlibat dengan tujuan terapetik tertentu. Oleh karena faktor-faktor tersebut terlibat didalam bioavailibilitas obat, khususnya pada absorpsi dalam saluran cerna, maka didalam bioavailibilitas obat, khususnya pada absorpsi dalam saluran cerna, maka kadar obat sesudah pemakaian enteral lebih bervariasi dibandingkan kadar obat kadar obat sesudah pemakaian enteral lebih bervariasi dibandingkan kadar obat setelah pemakaian parenteral.

setelah pemakaian parenteral.

I.2

I.2 Tujuan Tujuan PercobaaPercobaann

a.

a. Mahasiswa dapat mengetahui contoh-contoh obat anti diareMahasiswa dapat mengetahui contoh-contoh obat anti diare  b.

(2)

I.3 Hipotesis

Dari semua zat yang digunakan sebagai antidiare, loperamid merupakan senyawa yang paling efektif dan memiliki nilai motilitas yang kecil sehingga frekuensi defekasi berkurang.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan atau setengah cairan (setengah padat), dengan kandungan air pada tinja lebih  banyak dari biasanya, normalnya 100

 – 

200 ml/tinja. Buang air besar encer tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah. Pada diare, tinja mengandung lebih banyak air dibandingkan yang normal. Tetapi apabila mengeluarkan tinja normal secara  berulang tidak disebut diare (Tjay, et al, 2007).

Menurut teori klasik, diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus, hingga pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air  pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Diare viral dan diare akibat enterotoksin pada hakikatnya sembuh dengan sendirinya sesudah lebih kurang 5 hari, setelah sel-sel epitel mukosa yang rusak diganti oleh sel-sel baru. Hanya pada infeksi oleh bakteri invasif perlu diberikan suatu obat kemoterapeutik yang bersifat mempenetrasi baik ke dalam jaringan, seperti amoksisiklin dan tetrasiklin, sulfa usus dan furazolidon.

Beberapa klasifikasi diare antara lain adalah :

1. Klasifikasi berdasarkan pada jenis infeksi gastroenteritis (diare dan muntah), diklasifikasikan menurut dua golongan:

a. Diare infeksi spesifik: titis abdomen dan poratitus, disentri bani (Shigella)  b. Diare non spesifik

2. Klasifikasi lain diadakan berdasarkan organ yang terkena infeksi:

a. Diare infeksi enternal atau diare karena infeksi di usus (bakteri, virus, parasit).  b. Diare infeksi parenteral atau diare karena infeksi di luar usus (otitis, media, infeksi

saluran pernafasan, infeksi saluran urin, dan lainnya). 3. Klasifikasi diare berdasarkan lamanya diare:

a. Diare akut atau diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak, dan bisa  berlangsung terus selama beberapa hari. Diare ini10 disebabkan oleh karena infeksi usus sehingga dapat terjadi pada setiap umur dan bila menyerang umumnya disebut gastroenteritis infantile.

(4)

 b. Diare kronik merupakan diare yang berlangsung lebih dari dua minggu, sedangkan diare yang sifatnya menahun diantara diare akut dan diare kronik disebut diare sub akut (Tjay, et al, 2007).

Kelompok obat yang sering digunakan pada diare adalah :

1. Kemoterapeutika untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri penyebab diare. Seperti anti biotika, sulfonamida, kinolon, dan furazolidon.

2. Obstipansia untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan  beberapa cara, yakni:

a. Zat-zat penekan peristaltik sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus: candu dan alkaloidanya, derivat-derivat petidin (difenoksilat dan loperamida), dan antikolinergika (atropin, ekstrak belladonna).

 b. Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tanin) dan tannalbumin, garam-garam bismut, dan alumunium.

c. Adsorbensia,misalnya carbo adsorbens yang pada permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk disini adalah juga mucilagines, zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan lukanya dengan suatu lapisan pelindung, umpamanya kaolin, pektin, (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain dalam buah apel) dan garamgaram bismut, serta alumunium.

3. Spasmolitika, yakni zat-zat dapat melepaskan kejang-kejang otot yang sering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare, antara lain papaverin dan oksifenonium. Di  bawah ini akan dibicarakan obat-obat khusus untuk mengobati penyakit infeksi usus terpenting yang sering kali menyebabkan diare, yaitu obat kolera, disentri basiler, tifus, paratifus, dan campylobacteriosis. Begitu pula pengobatan beberapa infeksi  protozoa penting, yakni Giardia, Cryptosporidium, dan Cyclospora.

LOPERAMIDA (IMODIUM)

Loperamida merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi 2-3 kali lebih kuat tetapi tanpa khasiat terhadap SSP, sehingga tidak mengakibatkan ketergantungan. Zat ini dapat menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan se-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan

(5)

resorpsi normal kembali. Mulai kerjanya lebih cepat, juga bertahan lebih lama. Efek sampingnya sama tetapi praktis tidak timbul. Dosis : pada diare akut dan kronis:  permulaan 2 tablet dari 2 mg, lalu setiap 2 jam 1 tablet sampai maksimal 8 tablet

seharinya. Anak-anak sampai 8 tahun: 2-3 dd 0,1 mg setiap kg bobot badan, anak-anak 8-12 tahun; pertama kali 2 mg, maksimal 8-12 mg sehari. Tidak boleh diberikan  pada anak-anak di bawah usia 2 tahun, karena fungsi hatinya belum berkembang

(6)

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

A. Alat

- Spuit

- Timbangan hewan coba B. Bahan

- Tikus - Gom arab/Carboksi Metil Celator (CMC) - Air teh pekat - Karbon aktif

- Diapet - Eter

- Loperamid - NaCl

III.2 Cara Kerja

1. Disediakan hewan coba tikus

2. Diberikan NaCl fisiologi 1 ml, air teh pekat, diapet, loperamid 3. Dibiarkan selama 45 menit

4. Diberikan karbon aktif yang sudah dilarutkan dalam gom arab/ Carboksi Metil Celator (CMC)

5. Dibiarkan 20 menit

6. Dimatikan hewa coba memakai eter  7. Dibuka ususnya

8. Dibandingkan pergerakan karbon aktif dalam usus antara bahan aktif dengan  panjang usus

(7)

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Data Pengamatan

Senyawa Pergerakan Rata-rata

Air teh pekat Kel.2 59,4 % Kel.6 45 % 52,2 %

Diapet Kel.3 78,7 % Kel.7 17,34 % 47,67 %

Loperamid Kel.4 45,34 % Kel.8 48,8 % 47,07 %

 NaCl Kel.1 86,17 % Kel.5 68,02 % 77,095 %

IV.2 Perhitungan

Pergerakan karbo adsorben Loperamid (1ml) di dalam usus tikus :

a = panjang karbo adsorben didalam usus = 90,5 cm

 b = panjang usus = 115 cm

% pergerakan (motilitas usus) = 

 



   

IV.3 Pembahasan

Pada praktikum kali ini yaitu mengenai obat-obat antidiare yang bertujuan untuk mengetahui cara kerja dari obat antidiare. Zat-zat yang digunakan yaitu air teh  pekat, diapet, loperamid dan larutan NaCl fisiologis. Zat yang dipakai kelompok kami yaitu diapet. Zat diberikan secara oral pada tikus. Diapet merupakan obat antidiare yang berasal dari alam. Diapet dapat mengurangi frekuensi buang air besar, memadatkan tinja, menyerap racun pada penderita diare dan mengatasi rasa mulas.

Data persentase pergerakan motilitas usus dari air teh pekat, diapet, loperamid dan larutan NaCl masing-masing sebesar 52,2 %, 47,67 %, 47,07 % dan 77,095 %. Dari data tersebut, loperamid yang memiliki persentase pergerakan motilitas usus yang paling kecil. Diapet memiliki persentase pergerakan usus tidak beda jauh dari loperamid. Berdasarkan teori, semakin kecil nilai presentase pergerakan motilitas usus

(8)

maka semakin efektif obat anti diare tersebut bekerja. Itu berarti obat tersebut dapat menurunkan kontraksi atau motilitas usus yang bisa menurunkan frekuensi defekasi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil percobaan sesuai dengan teori. Loperamid paling efektif digunakan sebagai obat antimotilitas pada diare karena loperamid ini adalah golongan opioid yang dapat menstimulasi aktivasi reseptor µ pada neuron mienterikus dan menyebabkan hiperpolarisasi dengan meningkatkan konduktansi kaliumnya serta meningkatkan absorbsi air, natrium dan klorida. Sehingga menghambat asetilkolin dari pleksus mienterikus dan menurunkan motilitas usus. Loperamid menghambat motilitas atau perilstaltik usus dengan mempengaruhi langsung otot sirkular dan longitudinal dinding usus. Secara in vitro dan pada hewan percobaan, loperamid memperlambat motilitas saluran cerna dan mempengaruhi pergerakan air dan elektrolit di usus besar. Mulai kerjanya lebih cepat, juga bertahan lebih lama.

Pada air teh pekat, dapat digunakan sebagai antidiare sebab di dalam terkandung senyawa tannin yang berfungsi sebagai adstringensia yaitu senyawa dengan protein dalam larutan netral atau asam lemah akan membentuk endapan yang tak larut, terasa kesat, dan jika diberikan pada mukosa akan bekerja menciutkan dan mengkerutkan usus sehingga kontraksi peristaltik usus berkurang. NaCl fisiologis menghasilkan persentase pergerakan motilitas usus yang paling besar berarti efektifitas dari NaCl fisiologis sebagai antidiare paling rendah, hal ini disebabkan karena NaCl hanya sebagai zat yang dapat menjaga isotonisitas dan mengganti cairan tubuh yang hilang.

(9)

BAB V

KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai  berikut :

1. Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan atau setengah cairan (setengah padat), dengan kandungan air pada tinja lebih  banyak dari biasanya, normalnya 100

 – 

200 ml/tinja.

2. Antidiare adalah obat-obatan yang digunakan untuk menanggulangi atau mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau kuman, virus, cacing atau keracunan makanan.

3. Semakin kecil nilai presentase pergerakan motilitas usus maka semakin efektif obat anti diare tersebut bekerja. Itu berarti obat tersebut dapat menurunkan kontraksi atau motilitas usus yang bisa menurunkan frekuensi defekasi.

4. Data persentase pergerakan motilitas usus dari air teh pekat, diapet, loperamid dan larutan NaCl masing-masing sebesar 52,2 %, 47,67 %, 47,07 % dan 77,095 %.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C.2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.Edisi Keempat. Jakarta : University of Indonesia Press

Ganiswara, S.G. (1995). Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. Universitas Indonesia. Jakarta

Mien R, dkk. 2014. Penuntun Praktikum Farmakologi I.Bogor: Universitas Pakuan

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja.2007.Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam, Cetakan Pertama. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Referensi

Dokumen terkait

Jika Anda menderita penyakit hemorroid, ada baiknya jika Anda tidak terburu-buru dalam memilih obat yang mana untuk Anda konsumsi sehingga Anda bisa memilih obat yang tepat..

Kriteria rasionalitas pengobatan pneumonia pada pasien balita rawat inap meliputi tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, dan tepat rute

Dari data yang didapatkan tentang perbandingan rute pemberian obat terhadap e%ekti&tasnya, menun'ukkan bah(a onset rute pemberian melalui intravena adalah yang paling cepat,

Program Farmakomatic diran- cang untuk mengolah data konsen- trasi obat yang diperoleh dari sampel darah menjadi parameter farma- kokinetik secara otomatis pada rute pemberian

- Dengan membandingkan berbagai rute pemberian obat (oral dan intraperitoneal), sehingga dapat diperoleh onset of action, intensitas, dan duration of action dari suatu

Tepat dosis merupakan pemilihan dosis dan frekuensi pemberian obat secara tepat pada pasien anemia yang menjalani pengobatan di Poli Umum RS X Kota Kediri menunjukkan

Perlu adanya standarisasi kelengkapan pengisian rekam medis pasien, terkait usia, berat badan, obat yang digunakan, dosis obat yang diberikan, rute pemberian

Berdasarkan dari profil penggunaan obat penyakit dispepsia untuk penggunaan obat dispesia yang paling banyak adalah golongan PPI yaitu omeprazole berjumlah 60 39,22%, rute pemberian