• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buerger's Disease Dan Raynaud's Phenomenon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buerger's Disease Dan Raynaud's Phenomenon"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN VASKULER : BUERGER DISEASE DAN RAYNAUD’S PHENOMENON

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler

Oleh :

Engelino Awom Ida Dwi Mariana Josefina Luturmas Maria Agnes Kabelen

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN-B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS PADALARANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul Asuhan Keperawatan dengan Buergers Disease dan Raynaud Phenomenon.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Askep Kardiovaskuler. Terwujudnya makalah ini tidak terlepas dari bimbingan dan arahan serta bantuan yang diberikan oleh beberapa pihak terutama Ibu Maria Yunita Indriarini, Ns. M.Kep.Sp.Kep.MB. selaku koordinator mata ajaran kardiovaskuler.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikkan dan kesempurnaan makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi profesi keperawatan.

Bandung, Mei 2014

Penulis

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Burger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah penyakit pembuluh darah artcri dan vena yang bersifat segmental pada anggota gcrak dan jarang pada alat-alat dalam, berupa peradangan, proliferasi dan non supurasiserta terjadi penyumbatan oleh trombus pada segmen yang terkena, terutama mengenai pembuluh darah kecil dan sedang Biasanya mengenai pria dewasa muda (terbanyak pada umur 20- 40 tahun), jarang di atas umur 50 tahun dan sangat jarang mengenai wanita. Hipersensitif terhadap protein tembakau banyak disebut sebagai penyebab, namun demikian faktor-faktor seperti : factor genetik, ras, hormon, iklim, trauma dan infeksi merupakan faktor predisposisi. Gejala yang klasik adalah tungkai terasa berat dan nyeri bila pcndcrita berjalan (klaudikasio intermiten) maupun pada waktu istirahat (rest pain).

Penyakit Buerger pertama kali dilaporkan oleh Felix von Winiwarterpada tahun 1879 di Austria. Tidak sampai 1908, bagaimanapun, bahwa penyakityang pertama diberi penjelasan patologis yang akurat, oleh Leo Buerger di Rumah Sakit Mount Sinai di New York City. Buerger menyebutnya "spontanpresenile gangren" setelah mempelajari amputasi pada 11 pasien. Tromboangitis obliterans merupakan penyakit oklusi kronis pembuluh darah arteri dan vena yang berukuran kecil dan sedang. Terutama mengenai pembuluh darah perifer ekstremitas inferior dan superior . Akibat iskemik ujung distal anggota gerak maka terjadi proses patologis seperti atrofi otot-otot skelet, osteoporosis dan nekrosis tulang, Iemak diabsorpsi diganti dengan jaringan ikat mengakibatkan jari-jari mengkerut, kulit atrofi dan kering pertumbuhan kuku lambat dan kuku jadi rusak, saraf mengalami fibrosis perineural dan perivaskuler. Selanjutnya dapat terjadi ulkus, gangren dan amputasi ruas jari-jari kaki atau tangan.

Fenomena Raynaud adalah salah satu diantara gangguan dari beberapa gangguan arteriospastik primer yang ditandai oleh vasospasme episodic pada arteriol dan arteri perifer kecil yang dipicu oleh hawa dingin dan stress. Keadaan ini terjadi secara bilateral dan biasanya mengenai tangan atau kadang – kadang kaki. (Kowalak, 2012:197).

Fenomena Raynaud sering terjadi pada kebanyakan wanita muda, berumur kurang dari 30 tahun yang hidup diudara dingin. Penyakit raynaud juga

(4)

ditandai oleh perubahan fisik dari warna kulit yang dicetuskan oleh ransangan dingin atau emosi. Ketika tangan atau kaki terangsang dingin atau terjadi Fase Pucat yang disebabkan vasokonstriksi. Vasokonstriksi ini terjadi karena spasme pada pembuluh darah. Akibat dari spasme pembuluh darah maka kaki atau tangan tidak dapat menerima aliran darah yang cukup dan bahkan tidak cukup untuk menjaga nutrisi yang cukup.

B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan umum

a. Diharapkan mahasiswa mendapatkan gambaran serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan Buerger’s Disease dan Penyakit Raynaud

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mengerti pengertian Buerger’s Disease dan Raynaud Phenomenon.

b. Mahasiswa mampu mengerti anatomi fisiologi sistem vaskuler pada jantung.

c. Mahasiswa mampu mengerti etiologi Buerger’s Disease Dan Raynaud Phenomenon.

d. Mahasiswa mampu mengerti patofisiologi dan patologi Buerger’s Disease Dan Raynaud Phenomenon.

e. Mahasiswa mampu mengerti manifestasi klinis pada klien Buerger’s Disease dan Raynaud

f. Mahasiswa mampu mengerti penatalaksanaan pada klien Buerger’s Disease Dan Penyakit Raynaud

g. Mahasiswa mampu melakukan proses keperawatan (pengkajian, diagnosa, intervensi dan evaluasi) pada klien dengan Buerger”s disease dan Penyakit Raynaud.

C. METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah : 1. Studi kepustakaan

(5)

Penulisan menggunakan beberapa literatur buku yang digunakan sebagai referensi.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab yaitu :

BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan

BAB II : Tinjauan teoritis meliputi pengertian Buerger Disease dan Penyakit Raynaud, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, patoflow,tanda dan gejala, penatalaksanaan medis, dan komplikasi. Konsep dasar keperawatan yang meliputi : pengkajian masalah keperawatan, diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan.

(6)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Buerger’s Disease 1. Konsep Dasar Medik

a. Pengertian

1) Buerger’s disease ( Tromboangiitis Obliterans) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berulangnya inflamasi pada arteri dan vena sedang dan kecil pada ekstremitas bawah dan atas (jarang), dan mengakibatkan pembentukan thrombus serta penyumbatan pembuluh darah (Brunner & Suddarth, 2002: 890).

2) Buerger’s disease adalah penyakit oklusi vaskular pada arteri perifer yang kecil dan sedang karena peradangan yang menyebabkan terbentuknya gumpalan. (Priscilla Lemone, 2004: 1008).

3) Burger’s disease adalah suatu penyakit tersendiri yang sering menyebabkan insufisiensi vascular, ditandai dengan peradangan akut dan kronis segmental yang menimbulkan trombosis di arteri ukuran kecil sampai sedang. (Vianay Kumar,2007:394).

Kesimpulan, Buerger’s Disease adalah suatu penyakit oklusi vaskular pada arteri perifer yang sedang dan kecil karena proses inflamasi yang berulang sehingga menyebabkan terbentuknya trombus di arteri yang akhirnya menyumbat pembuluh darah.

Gambar Oklusi Pembuluh darah yang menyebabkan kematian jaringan Sumber http://mediastore.com

(7)

b. Anatomi Fisiologi 1) Arteri

Pembuluh darah ada 3 macam yaitu Arteri, Vena dan Kapiler

Gambar Pembuluh Darah : Kapier, Vena dan (Arteri  berwarna merah) Sumber http://www.pembuluhdaraharteri.com

 Arteri atau pembuluh darah nadi merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah keseluruh tubuh dan alat tubuh. Arteri membawa darah yang kaya oksigen, kecuali arteri pulmonalis, berwarna cenderung merah. Pembuluh darah yang paling besar keluar dari ventrikel sinistra, disebut aorta. Diameternya besar, resistensi rendah dan reservoir tekanan, yaitu menghasilkan gaya pendorongan saat relaksasi jantung.

 Arteri mendapatkan suplai darah dari pembuluh darah khusus yang disebut vasa vasorum, dipersarafi oleh serabut saraf motorik yang disebut vasomotor.

 Arteri bersifat elastis dan dapat berkontraksi dan berdilatasi karena mempunyai sel otot polos yang dipengaruh susunan saraf autonom. Saraf Simpatis  vasokonstriksi, dan saraf Parasimpatis  vasodilatasi. .

 Didaerah perifer, cabang-cabang sistem arteria berpoliferasi dan terbagi lagi menjadi pembuluh darah kecil.

Aorta Arteri  Arteriol Metarteriol. (Kasron,S.Kep,Ns Buku ajar anatomi fisiologi Kardiovaskuler 2011 hal.65-67).

(8)

Gambar : Arteri-Arteriol-Metarteriol

Sumber http://fisiologipembuluhdarah.com.image.htmphm

Lapisan pembuluh darah arteri ada tiga : 1) Tunika Intima (lapisan dalam)

Merupakan lapisan yang sangat tipis, permukaannya halus dan berhubungan langsung dengan darah yang mengalir, terdiri dari lapisan endothelium yang terdiri atas sel-sel gepeng dengan sumbu memanjang dan jaringan fibrosa.

2) Tunika Media ( lapisan tengah)

Terdiri dari jaringan otot polos sifatnya sangat elastis dan berbentuk sirkuler, mempunyai sedikit jaringan fibrosa. Karena susunan otot tunika ini, arteri dapat berkontraksi dan berdilatasi, untuk mengakomodasi darah yang diejeksikan dari jantung (volume sekuncup) dan menjaga aliran darah agar teratur dan tetap.

3) Tunika adventisia (lapisan paling luar)

Terdiri dari jaringan ikat untuk memperkuat dinding arteri , jaringan fibrotik yang elastis dan mengandung serabut saraf kolagen.

(9)

Gambar otot-otot pada lapisan arteri Sumber http://biologycal.blogspot.com.image1

Batas antara tunika intima dan tunika media ditandai Lamina Elastica Interna (Elastica Interna), yang banyak terdapat pada arteri sedang. Diantara tunika media dan adventisia juga terdapat Lamina Elastica Eksterna ( Elastica Eksterna), terdapat pada semua arteri.

Gambar Lapisan Pembuluh Darah Arteri Sumber http://www.pembuluhdaraharteri.com

2) Arteriol

 Dinding pembuluh darah arteriol terutama terdiri dari otot polos dengan sedikit serabut elastis. Lapisan otot polos dinding arteriol yang besar dan banyak dipersarafi saraf simpatis dan peka terhadap rangsang kimia lokal dan hormon.

(10)

 Dinding otot arteriol ini sangat peka dan dapat berdilatasi atau berkontraksi. Bila berkontraksi, arteriol merupakan tempat resistensi utama aliran darah dalam cabang arteri. Saat berdilatasi penuh, arteriol hampir tidak memberikan resistensi terhadap aliran darah.  Diameter arteriol dapat disesuaikan untuk menentukan kebutuhan

distribusi darah ke berbagai organ dan menentukan tekanan darah arteri.

Gambar Perbedaan Arteri dan Arteriol Sumber http://pembuluhdarah.anatomi.com

Gambar : Faktor-faktor yang mempengaruhi diameter Arteriol Sumber http://fisilogipembuluhdarah.com.image.htmph

(11)

3) Metarteriol

 Pada persambungan antara arteriol dan kapiler terdapat sfingter prakapiler yang berada dibawah pengaturan fisiologis yang cukup rumit  Metarteriol.

Perbedaan Pembuluh Darah Arteri dan Vena :

Persarafan Sistem Vaskular :

Saraf simpatis memperasarafi semua arteri dan vena yang besar dan kecil, yang menyebabkan konstriksi semua pembuluh darah, kecuali arteriol yang menyuplai otot rangka, melalui persarafan tunika media.

Saraf parasimpatis menurunkan kecepatan denyut jantung melalui ikatan reseptor kolinergik.

Nitrit Oxide :

 Nitric Oxide yang juga dikenal sebagai nitrogen monoksida, merupakan molekul dengan rumus kimia (N1O1). Molekul ini merupakan zat perantara yang sangat penting dalam siklus kimia di dalam tubuh. Pada manusia, senyawa Nitric Oxide (N1O1) merupakan senyawa kimia yang

(12)

penting untuk tranportasi sinyal listrik didalam sel-sel, dan berfungsi dalam proses fisiologis dan patologis. Demikian pula, senyawa ini bisa menyebabkan pelebaran pembuluh darah atau dalam istilah kedokteran di sebut vasodilator yang kuat sehingga bisa menurunkan tekanan darah.

 NO diproduksi di dalam sel-sel endotel.

 NO membantu membuat rileks jaringan otot halus dan membuatnya lebih elastis. Tingkat elastisitas inilah yang kemudian menentukan usia pembuluh darang seseorang. Semakin tinggi tingkat elastisitasnya, semakin muda dan semakin sehat pembuluh darahnya.

 Elastisitas yang tinggi akan meningkatkan peredaran darah ke organ-organ penting.

 Jika pembuluh darahnya menebal dan menyempit karena penumpukkan plak, maka produksi NO akan berkurang dengan significant.

Mekanisme NO terhadap pembuluh darah

Hormon pembawa pesan mengikat diri ke reseptor di pembuluh arteri. Karena pengikatan ini, NO dihasilkan. Molekul NO bergerak menuju ke otot halus dan mengaktifkan enzim GC (Kinase Guanilil) di sana. Enzim pekerja ini mengubah GTP (Guanosin Trifosfat), yaitu molekul pembawa tenaga menjadi cGMP (Siklik Guanosin Monofosfat). cGMP menyebabkan ion kalsium bergerak ke tempat penyimpanan di dalam sel. Akibat proses ini, sel-sel otot halus mengendur dan pembuluh darah melebar.

(13)

Gambar Mekanisme Nitrit Oxide terhadap vasodilatasi pembuluh darah Sumber www.googleimages.com

4) Insiden

Sering terjadi pada laki-laki dewasa muda ( usia 20- 40 tahun) yang merokok atau mengunyah tembakau. Kemungkinan terkait dengan riwayat Raynaud Disease ataupun orang yang mengalami autoimun yang dipicu oleh bahan yang ada di dalam rokok.

5) Etiologi

a. Penyebab penyakit burger tidak diketahui, namun dipercaya merupakan vaskulitis autoimun.

b. Merokok merupakan faktor penyebab yang utama.

c. Genetik, merupakan predisposisi tanpa penyebab mutasi gen secara langsung.

6) Patofisiologi

Mekanisme penyebaran penyakit Buerger sebenarnya belum jelas, tetapi beberapa penelitian telah mengindikasikan suatu implikasi fenomena imunologi yang mengawali tidak berfungsinya pembuluh darah dan wilayah sekitar trombus. Pasien dengan penyakit ini memperlihatkan hipersensitivitas pada injeksi intradermal ekstrak tembakau, mengalami

(14)

peningkatan sel yang sangat sensitive pada kolagen tipe I dan III, meningkatkan serum titer anti endotelial antibody sel , dan merusak endotel terikat vasorelaksasi pembuluh darah perifer.

Sel-sel inflamasi menyusup ke dinding arteri kecil dan sedang di kaki dan mungkin tangan. Proses inflamasi ini disertai dengan pembentukan trombus dan vasospasme segmen arteri yang mengganggu aliran darah. vena yang berdekatan dan saraf juga mungkin akan terpengaruh. Bila bertambah parah, pembuluh darah yang terkena membentuk jaringan parut dan fibrosis. Akhirnya, kulit menjadi tipis dan mengkilat dan kuku menebal dan cacat. Pada pemeriksaan, jari-jari yang terlibat dan atau ekstremitas tampak pucat, sianosis, atau kemerahan dan sejuk atau dingin saat disentuh. Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan terjadi perubahan patologis : (a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis, (b) tulang mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi tulang yang berkembang menjadi osteomielitis, (c) terjadi kontraktur dan atrofi, (d) kulit menjadi atrofi, (e) fibrosis perineural dan perivaskular, (f) ulserasi dan gangren yang dimulai dari ujung jari.

7) Patoflodiagram (terlampir). 8) Manifestasi klinis

a. Nyeri adalah gejala utama pada penyakit burger’s.

b. Kram pada kaki (terutama di telapak) atau tungkai dan tangan sehabis latihan (klaudikasi intermitten), yang dapat dihilangkan dengan cara istirahat.

c. Nyeri semakin parah akibat gangguan emosi, merokok atau kedinginan. d. Nyeri saat istirahat (rest pain).

e. Perasaan terbakar atau sensitif terhadap dingin. f. Sensasi berkurang.

g. Kulit menjadi tipis dan mengkilat.

h. Kuku menebal dan mengalami kecacatan.

i. Tangan dan kaki pucat, merah atau kebiru-biruan dan teraba dingin. j. Nadi perifer lemah atau hilang.

k. Ulserasi dan gangren pada jari tangan dan kaki sebagai akibat dari gangguan aliran darah.

(15)

9) Test Diagnostik

a. Pemeriksaan laboratorium

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang khusus untuk diagnosis buerger disease. Namun ada beberapa yang pemeriksaan harus dilakukan untuk menyingkirkan penyakit lainnya. Beberapa pemeriksaan yang digunakan untuk menilai adanya vaskulitis sistemik, seperti reaktan fase akut, biasanya negatif pada penyakit ini.

Pemeriksaan yang perlu untuk dilakukan antara lain:  Darah perifer lengkap dan LED.

 Pemeriksaan fungsi hati.

 Pemeriksaan fungsi ginjal dan urinalisa.  Glukosa darah puasa, porfil lipid.

 Pemeriksaan CRP, komplemen, faktor rheumatoid. .

 Pemeriksaan serologis: ANA, Anticentromere antibody, Sel-70 antibody, Antiphospholipid antibodi.

b. Pemeriksaan radiologi

 Dopler

Digunakan untuk mencari dan menentukan sejauh mana luasnya perkembangan penyakit.

 Angiografi atau Arteriografi dan MRI

Digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana luasnya perkembangan penyakit, tetapi ini jarang digunakan.

Pada arteriografi penemuan yang khas adalah oklusi non atherosklerotik segmental pada pembuluh darah kecil dan menengah (digital, palmar, plantar, tibial, peroneal, radial, dan ulnar) dengan pembentukan pembuluh darah collateral di area sekitar oklusi yang dinamakan cockskrew collateral.

 Echocardiography

Echocardiography untuk menyingkirkan kemungkinan adanya sumber emboli dari jantung.

(16)

c.

Pemeriksaan lain yang dapat dikerjakan adalah Allen’s test, untuk menilai aliran arteri radialis dan arteri ulnaris. Hasil abnormal menunjukan adanya sumbatan pada arteri distal dan menunjukan keterlibatan ekstremitas atas. Ini dapat digunakan untuk membedakan dari penyakit aterosklerosis.

10) Komplikasi a. Gangren

Gangren adalah kematian bagian jaringan tubuh. Gangren biasanya disebabkan oleh suplai darah tidak adekuat, tetapi kadang kala disebabkan oleh cedera langsung (gangren traumatik) atau infeksi (gas gangren – lihat di bawah). Suplai darah yang buruk dapat disebabkan oleh:

 Penekanan pada pembuluh darah (misalnya, turniket, balutan yang terlalu ketat, dan pembengkakan ekstremitas).

 Obstruksi di dalam pembuluh darah yang sehat (misalnya, emboli arteri, kerusakan jaringan akibat suhu rendah, jika kapiler menjadi tersumbat).

 Spasme dinding pembuluh darah (misalnya toksisitas ergot).

 Trombosis yang disebabkan oleh penyakit dinding pembuluh darah (misalnya, arteriosklerosis pada arteri, flebitis pada vena). Gangren kering terjadi jika aliran darah dari area yang terkena menjadi hitam dan emasiasi. Gangren lembap terjadi jika aliran vena tidak adekuat sehingga jaringan mengalami pembengkakan akibat cairan.

b. Ulkus

Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan Ulkus adalah ke-matian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer.

c. Kemerahan d. Sianosis

(17)

konsentrasi yang berlebihan hemoglobin tereduksi dalam darah yang lebih dari 50%.

11) Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan penyakit buerger pada dasarnya sama dengan penyakit vaskular perifer Arteroslerosis. Tujuan utamanya adalah memperbaiki sirkulasi pada ekstremitas, mencegah berkembangnya penyakit dan melindungi ekstremitas dari trauma dan infeksi.

Tidak ada obat-obatan yang spesifik untuk mengobati buerger’s disease. Calcium Channel Blocker seperti Diltiazem (Cardizem), verapamil (Isoptin), pentoxyfyline (Trental), yang menurunkan viskositas darah dan meningkatkan fleksibilitas sel-sel darah merah untuk meningkatkan aliran darah perifer, dan mengurangi beberapa gejala.

Vasodilatasi jarang diberikan karena obat ini menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang sehat, bahkan dapat mengalihkan darah dari pembuluh darah yang tersumbat parsial, yang menyebabkan situasi bertambah buruk.

Pendekatan bedah untuk tromboangitis obliterans termasuk simpatektomi atau arteri graft bypass. Simpatektomi memotong serabut saraf simpatik sistem yang terkena dampak, mengurangi vasocontriction dan kejang. Arteri graft bypass mungkin berguna ketika pembuluh yang lebih besar terkena penyakit.

Amputasi jari-jari yang terkena atau ekstremitas mungkin diperlukan jika berkembang menjadi gangrene. Hanya bagian dari jari-jari atau anggota badan (misalnya di bawah lutut) mungkin harus diamputasi, untuk memelihara jaringan sehat sebanyak mungkin.

12) Prognosa

Apabila sudah terjadi gangren pada jari kaki sebagai akibat penyakit arteri oklusif pada tungkai, amputasi jari kaki atau bahkan amputasi transmetatarsal tidak mencukupi. Biasanya diperlukan amputasi bawah lutut atau terkadang amputasi atas lutut. Indikasi amputasi adalah gangren yan memburuk, terutama bila basah, nyeri istirahat yang berat, atau sepsis berat.

(18)

13) Health Education

a. Berhenti merokok  gejala sering hilang seiring dengan penghentian merokok.

b. Perawatan kaki.

c. Mencegah ekstremitas yang terkena dari injury.

d. Segera mendatangi pelayana kesehatan apabila menunjukkan tanda dan gejala seperti yang telah disebutkan.

2. Konsep Dasar Keperawatan. a. Pengkajian

Anamnesa : keluhan nyeri, terjadi saat aktivitas dan istirahat, waktu dan durasi nyeri, keluhan mati rasa, kesemutan, gejala-gejala lain yang berhubungan, dan tindakan pengobatannya, riwayat coronary heart disease, penyakit pembuluh darah perifer, hiperlipidemia, hipertensi atau diabetes, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, riwayat merokok, kebiasaan diet dan kebiasaan aktivitas.

Pemeriksaan Fisik : tanda-tanda vital, kekuatan dan kesetaraan nadi perifer dari semua ekstremitas, capilarry refill time, warna kulit, temperature, perubahan warna kulit, lesi, gerakan dan sensasi ekstremitas.

b. Dignosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penghentian aliran darah arteri 2. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d penurunan suplai darah ke

jaringan sekunder karena adanya oklusi pembuluh darah perifer 3. Kerusakan inteigritas jaringan b.d adanya ukus dan gangrene pada

ektremitas sekunder akibat terhentinya aliran darah ke ektremitas 4. Intoleran aktivitas b.d adanya nyeri dan kram pada kaki

5. Kecemasan b.d rencana operatif untuk amputasi, ancaman, atau perubahan kesehatan.

(19)

B. Raynaud Phenomenon 1. Konsep Dasar Medik

a. Definisi

1) Penyakit dan Fenomena Raynaud dikarakteristikan dengan keadaan dari pembuluh darah arteri dan arteriol yang mengalami vasospasme secara intermittent, paling sering mengenai jari-jari tangan dan kadang-kadang jari kaki. Penyakit Raynaud dan Fenomena Raynaud berbeda dalam hal penyebab. Penyakit Raynaud digunakan jika tidak ditemukan penyebab yang pasti, sedangkan Fenomena Raynaud digunakan jika penyebabnya diketahui, sekunder dari penyakit yang lain, penyakit kolagen vaskular seperti skleroderma dan rheumatoid artrithis, penyakit obstruksi arteri atau terpapar terhadap dingin dan mesin dalam jangka waktu yang lama.

(Mc. Cance & Huether, Porth, 2002 dalam Buku Medical Surgical Nursing, 2004, hal 1009).

2) Fenomena Raynaud adalah gangguan vasospastis arteri kecil secara intermittent, dan paling sering mengenai jari tangan dan jari kaki. Ditandai dengan perubahan warna pada jari-jari tangan, jari kaki, telinga, dan hidung (Putih, biru dan merah). Bila gejala yang tampak ada hubungannya dengan penyakit autoimune seperti rheumatoid artritis, skleroderma dan SLE, disebut Fenomena Raynaud Sekunder ( Lewis, 2007, hal. 908).

3) Penyakit Raynaud adalah suatu bentuk vasokonstriksi arteriolar mayor intermiten yang berakibat dingin, nyeri, dan pucat pada ujung jari tangan, kaki, dan ujung hidung. ( Smeltzer, Suzanne, 2001, hal.896).

4) Fenomena Raynaud adalah suatu keadaan vasospasme dari pembuluh darah arteri dan arteriol dari ekstremitas atas dan bawah, bisanya unilateral (Donna, 2007, hal.815).

Kesimpulan Fenomena Raynaud adalah suatu keadaan vasospasme pembuluh darah arteri dan arteriol intermitten, yang paling sering menyerang jari-jari tangan dan kaki, kadang telinga dan hidung, disertai perubahan warna putih-biru-merah.

(20)

Gambar Vasospasme pada Fenomena Raynaud

Sumber http://medscorelifestyle.images.com

b. Insiden

Fenomena Raynaud biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun. Penyakit Raynaud biasanya diantara usia 17-50 tahun. Fenomena Raynaud dapat menyerang salah satu jenis kelamin, tetapi penyakit Raynaud lebih sering terjadi pada wanita usia muda (20-40 tahun), dan lebih banyak ditemukan di daerah dingin dan selama musim dingin.

c. Etiologi

Faktor genetik juga berperan dalam perkembangan Fenomena Raynaud, meskipun penyebab sebenarnya tidak diketahui.

Penelitian terbaru menunjukan bahwa gejala ini adalah akibat dari adanya defek pembentukan panas basal yang selanjutnya menurunkan kemampuan pembuluh darah untuk berdilatasi. Episode penyakit ini dapat dicetuskan oleh faktor emosi atau oleh sensitifitas (stimulasi saraf simpatis) yang luar biasa terhadap dingin.

Kadang pada mulanya penyebabnya tidak dapat didiagnosis, tetapi kemudian diketahui setelah sekitar 2 tahun.

(21)

Kemungkinan penyebabnya disebutkan antara lain : 1. Skleroderma.

Penyakit autoimun kronis yang bercirikan fibrosis (pengerasan), perubahan vascular dan auto antibody. Scleroderma muncul dalam kasus keluarga, tapi gen tidak diidentifikasi. Pengerasan atau penebalan kulit, mungkin ditemukan dari beberapa penyakit yang berbeda, dapat terjadi dalam bentuk terlokalisasi atau umum.

2. Artritis rematoid.

Penyakit autoimun sistemik yang menyebabkan peradangan pada sendi. Timbul akibat dari beberapa faktor mulai dari genetic sampai pada gaya hidup (merokok), selain itu akibat dari sel darah putih yang berpindah dari aliran darah yang berada di sekitar sendi.

3. Aterosklerosis.

Mengapuran dinding darah pembuluh arteri. Hal tersebut disebabkan karena adanya peradangan, seingga terjadi proses pembekuan darah berlebihan pada dinding pembuluh darah maupun penumpukan plak di dinding pembuluh darah akibat kadar kolesterol dan gula tinggi dalam darah.

4. Kelainan saraf.

5. Berkurangnya aktivitas tiroid. 6. Cedera.

7. Reaksi terhadap obat tertentu (Misalnya ergot, metisergid adalah derivat ergot yang memiliki efek stimulasi otot polos pembuluh darah oleh serotonin ).

Berapa penderita juga memiliki Sakit kepala migren, angina varian dan tekanan darah tinggi dalam paru- parunya (hipertensi pulmoner). Adanya hubungan dengan penyakit- penyakit tersebut memberi kesan bahwa penyebab kejangnya arteri kemungkinan adalah hal yang sama yang menyebabkan terjadinya penyakit tersebut.

d. Patofisiologi

Penyakit raynaud juga ditandai oleh perubahan fisik dari warna kulit yang dicetuskan oleh ransangan dingin atau emosi. Ketika tangan atau kaki terangsang dingin atau terjadi Fase Pucat yang disebabkan

(22)

vasokonstriksi. Vasokonstriksi ini terjadi karena spasme pada pembuluh darah. Akibat dari spasme pembuluh darah maka kaki atau tangan tidak dapat menerima aliran darah yang cukup dan bahkan tidak cukup untuk menjaga nutrisi yang cukup.

Pada kasus yang parah, maka pembuluh darah itu terus menerus menyempit selama bertahun-tahun, sehingga nutrisi sangat tidak tercukupi atau berkurang yang kemungkinan besar akan menyebabkan iskemik pada jaringan dan jari-jari tangan atau kaki dapat menyebabkan ganggren. Tapi pada kasus yang lebih jinak, hanya terjadi sumbatan sementara pada pembuluh darah pada sebagian jaringan. Pembuluh-pembuluh darah juga tidak dapat mengalir mengalir ke tangan atau kaki, begitupun nutrisinya juga sangat tidak mencukupi. Disini juga akan terjadi iskemik pada jaringan, tetapi iskmik tersebut hanya berlangsung beberapa menit dan akan terjadi Hyperemia Re-aktif. Setelah Hyperemia Re-aktif akan terjadi Fase Sianotik.

Dimana fase ini terjadi mobilitas bahan-bahan metabolic abnormal yang mampu memperberat atau menambah rasa sakit, dimana rasa sakit tadi semakin lama akan terus bertambah sakit. Setelah Fase Sianotik terjadi Fase Rubor. Fase ini terjadi akibat dilatasi pembuluh darah pada tangan atau kaki dan mungkin juga diakibatkan Hyperemia Re-aktif yang mampu menimbulkan warna merah yang sangat pada tangan atau kaki. Kadang-kadang juga mampu menimbulkan perasaan baal atau kesukaran dalam pergerakan motorik halus dan suatu sensasi dingin.

e. Patoflow (terlampir). f. Manifestasi klinik

Khas Fenomena Raynaud mempunyai perubahan warna triase, tetapi kadang-kadang mungkin hanya ada pucat atau cyanosis bagian akral. Perubahan warna cenderung bilateral dan simetris pada penyakit Raynaud, sedangkan Fenomena Raynaud asimetris atau unilateral dan biasanya hanya mengenai satu atau dua jari (selalu berhubungan dengan penyakit sistemik yang mendasarinya).

(23)

1. Pucat  akibat vasokonstriksi mendadak, sehingga mengalami penurunan perfusi.

2. Cyanosis (kebiru-kebiruan)  akibat darah yang memasuki kapiler sangat sedikit.

3. Rubor (merah)  sebagai respon hiperemi yang terjadi ketika dilakukan perbaikan perfusi dan vasodilatasi.

Gambar Trifase Khas Perubahan Warna pada Fenomena Raynaud 1. Putih (pucat), 2. Biru (cyanosis), 3. Merah (Rubor).

Sumber http://saptobudinugroho.blogspot.com/2010/11.html

4. Perubahan sensori pun dapat terjadi selama serangan seperti rasa baal, kesemutan, rasa tertusuk jarum, rasa terbakar dan kekakuan. Perubahan warna pucat dan cyanosis, klien bisa mengalami nyeri atau parestesi bagian yang terlihat. Pada rubor sering disertai disestesi terbakar.

5. Fenomena Raynaud yang berlangsung lama ( terutama jika disertai dengan skleroderma), perubahan kulit jari tangan atau kaki bersifat menetap, kulit tampak licin, mengkilat dan kencang. Di ujung jari tangan atau kaki bisa timbul luka terbuka yang terasa nyeri.

g. Test Diagnostik

1. Tes Allen : dapat menunjukan hambatan nadi radial atau ulnar proksimal padda perggelangan tangan selama serangan.

(24)

2. Nadi Perifer : evaluasi Doppler biasanya normal tetapi dapat menurun atau tidak ada selama serangan

3. Termogram : mengukur dan menandai area perubahan suhu pada jaringan yang menunjukan kehilangan sirkulasi

4. Pletimografi digital : perfusi abnormal, kontur nadi dan tekanan selama serangan.

5. Arteriografi perifer : dapat dilakukan untuk menunjukan arteri perifer kecil/menentukan penyakit arterivaskuler.

h. Komplikasi

1. Bila serangan dan penurunan oksigenasi terjadi berulang-ulang, ujung-ujung jari dapat menebal dan kuku menjadi rapuh.

2. Atropi otot dan kulit

3. Ulserasi dan Gangren ( Pada kasus berat dan jarang terjadi).

i. Penatalaksanaan Medis

1. Pemberian Calsium Channel Bloker sebagai pengobatan dasar, seperti nifedipin, diltiazem, nikardipin untuk merilekskan otot polos arteriol dengan menghalangi masuknya Kalsium ke dalam sel, sehingga menurunkan atau mengurangi frekuensi serangan vasospasme dan menimbulkan vasodilatasi.

Efek samping nya meliputi takikardi, sakit kepala, muka memerah, pusing, dan edema perifer.

Nifedipine merupakan obat yang paling sering diberikan untuk klien dengan Fenomena Raynaud.

2. Pemberian α-Adrenergic Bloker seperti praazosin (Minipress), fenoksibenzamin atau reserpin juga mengurangi frekuensi dan keparahan dari serangan.

3. Nitrogliserin Transdermal atau nitral oral yang long-acting membantu beberapa klien dengan mengurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk tangan kembali normal setelah terjadinya serangan.

(Tiernery et al, 2001 dalam Buku Medical Curgical Nursing karangan Lemon and Buerke, 2004, hal.1009).

(25)

4. Tindakan Lumbar Simpatektomi yaitu memotong serabut saraf simpatis penyebab vasokonstriksi pembuluh darah untuk mencegah ulkus iskemik dengan meningkatkan vasodilatasi. Metode ini efektif untuk gejala pada ekstremitas bawah. Untuk ekstremitas atas, sebuah prosedur yang sama “simpatik ganglionectomy” yang dapat meringankan gejala. ( Donna, 2010, hal.816).

j. Health Education

1. Menghindari factor pemicu seperti hawa dingin.

2. Memakai pakaian hangat untuk perlindungan dari dingin.

3. Menggunakan sarung tangan agar jari-jari tangan tetap hangat pada cuaca dingin, dan ketika membersihkan lemari es atau freezer untuk mengurangi vasokontriksi.

4. Bila telah terjadi fase pucat, segera benamkan atau rendam tangan pada air hangat, agar terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah yang vasokonstriksi.

5. Menjaga keadaan rumah dalam suhu yang hangat dan nyaman. 6. Hati-hati pada saat menggunakan pisau, menghindari terjadinya

cedera pada jari-jari tangan.

7. Menganjurkan kepada klien untuk berhenti merokok.

8. Menghindari pemakaian dekongestan serta kafein guna mengurangi vasokonstriksi.

9. Terapi biofeedback dan management stress, latihan, teknik relaksasi, terapi pijat, melakukan hobbi, aromaterapi dan konselling (jika gejalanya diperburuk oleh stress).

10. Menjalani kebiasaan hidup yang meningkatkan kesehatan pembuluh darah seperti mengurangi makanan berlemak, meningkatkan tingkat aktivitas, olahraga secara teratur dan menjaga berat badan normal.

k. Prognosis

Prognosisnya bervariasi, beberapa mengalami perbaikan lambat, memburuk dengan cepat sedangkan yang lain memperlihatkan perubahan, tergantung dari kelainan yang mendasarinya. Meskipun

(26)

jarang dijumpai gangren atau ulserasi, namun penyakit kronis ini menyebabkan atrofi otot dan kulit.

l. Perbedaan Buerger’s Disease dan Raynaud’s Phenomenon Topik Pembahasan Raynaud’s Phenomenon Buerger’s Disease

Etiologi  Tidak diketahui.  Kemungkinan genetik sebagai pencetusnya.  Merokok sebagai penyebab utama.  Kemungkinan respon autoimun. Insiden/ Perjalanan Penyakit

 Onset diantara usia 20-40 tahun.

 Wanita muda lebih sering terkena.

 Progresnya memburuk dari waktu ke waktu.

 Terjadi pada pria, usia dibawah 40 tahun.  Umumnya terjadi pada

orang Asia dan turunan Eropa.

 Peningkatan keparahan dan serangan dari waktu ke waktu.

Faktor pencetus  Stres emosional.  Terpapar suhu dingin.

 Merokok.

Hasil pengkajian

 Biasanya menyerang jari-jari tangan, terkadang jari kaki.  Nyeri semakin

bertambah parah dan berkepanjangan.

 Perubahan warna “putih-biru-merah” dan suhu kulit.

 Nyeri.

 Mati rasa atau sensasi berkurang.

 Kulit dingin, pucat, atau cyanosis.

 Mengkilat, kulit menjadi tipis dan putih, malformasi kuku pada ekstremitas yang terkena.

 Pulse atau denyutan perifer sulit dirasakan

(27)

bahkan tidak ada.  Vaskular mengecil,

kemerahan dan nyeri tekan.

 Ulserasi dan gangren pada tahap lanjut.

Penatalaksanaan  Menghindari faktor pencetus : terpapar dingin.  Berhenti merokok.  Manajemen stress.  Pemberian therapi Calsium Channel Blocker dan Alpha Adrenergik Blocker.

 Berhenti merokok (terpenting).

 Olahraga teratur.  Melindungi ekstremitas

dari cedera dingin.  Mengajarkan

manajemen stress.

2. Konsep Dasar Keperawatan a. Pengkajian

Anamnesa : keluhan nyeri, terjadi saat aktivitas dan istirahat, waktu dan durasi nyeri, keluhan mati rasa, kesemutan, gejala-gejala lain yang berhubungan, dan tindakan pengobatannya, riwayat coronary heart disease, penyakit pembuluh darah perifer, hiperlipidemia, hipertensi atau diabetes, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, riwayat merokok, kebiasaan diet dan kebiasaan aktivitas.

Pemeriksaan Fisik : tanda-tanda vital, kekuatan dan kesetaraan nadi perifer dari semua ekstremitas, capilarry refill time, warna kulit, temperature, perubahan warna kulit, lesi, gerakan dan sensasi ekstremitas.

(28)

b. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer b.d gangguan aliran darah ke perifer.

2. Nyeri b.d vasospasme, gangguan aliran darah yang menyebabkan iskemik jaringan.

3. Kerusakan Integritas Kulit b.d ulkus, potensial gangren pada ekstremitas akibat terehentinya aliran darah ke ekstremitas.

4. Intoleran Aktivitas b.d nyeri, kram pada ekstremitas akibat gangguan perfusi ke jaringan perifer.

(29)

Nursing Care Plan

No Diagnosa keperawatan Perencanaan

Tujuan Intervensi Raisonal

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d gangguan aliran darah ke perifer.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan klien menunjukan perbaikan perfusi dengan criteria hasil: adanya nadi perifer, warna kulit dan suhu normal, peningkatan perilaku yang meningkatkan perfusi jaringan.

1. Kaji sensasi bagian yang sakit, contoh tajam atau dangkal, panas atau dingin.

2. Observasi warna kulit bagian yang sakit.

3. Observasi tanda-tanda kecukupan perfusi jaringan.

4. Catat penurunan nadi ; perubahan trafik kulit (tak berwarna, mengkilat atau tegang).

5. Jaga suhu hangat dan hindari suhu dingin.

6. HE : mengurangi merokok.

7. HE :cara menghindari gangguan emosi, menatalaksakan stres.

1. Sensasi sering mneurun selama serangan atau kronis pada penyakit tahap lanjut.

2. Warna kulit khas terjadi pada saat sianosis, kulit dingin. Selama perubahan warna, bagian yang sakit menjadi dingin kemudian berdenyut dan sensasi kesemutan.

3. Untuk mengetahui tanda-tanda dini dari gangguan perfusi.

4. Perubahan ini menunjukkan kemajuan atau proses kronis.

5. Kehangatan memperbaiki aliran arteri dengan mecegah efek vasokonstriksi akibat dingin.

6. Nikotin menyebabkan vasospasme, yang menghambat sirkulasi perifer.

7. Stres emosional menyebabkan vasokonstriksi perifer dengan menstimulasi sistem saraf simpatis

(30)

8. Dorong pasien melakukan latihan jalan atau latihan ekstremitas bertahap.

9. Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi : vasodilator, contoh siklandelat (cyclospamol) dan

Calsium Chanell Blocker, contoh veramil (calan).

8. Untuk melancarkan sirkulasi.

9. Meskipun kerja sampngan/mekanisme bervariasi, cenderung mengakibatkan penurunan vasokontriksi, relaksasi vasospasme dan aliran darah/tekanan nadi menyempit.

Obat ini digunakan terutama pada orang dengan penyakit berat bila terjadi tanda kerusakan jaringan 2. Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai oksigen ke jaringan, iskemia jaringan sekunder akibat sumbatan arteri.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang dengan criteria hasil pasien menyatakan nyeri dada hilang atau terkontrol , pasien tidak tampak meringis, mendemonstrasikan teknik relaksasi.

1. Kaji keluhan nyeri dan karakteristik nyeri, durasi dan penyebarannya.

2. Observasi karakteristik nyeri melalui respon verbal dan hemodinamik (menangis, kesakitan, meringis, tidak bisa istirahat, irama pernapasan,

1. Nyeri merupakan perasaan subyektif yang dialami dan digambarkan sendiri oleh pasien dan harus dibandingkan dengan gejala penyakit lain sehingga didapatkan data yang akurat. Perubahan berat atau lamanya dapat mengidentifikasikan kemajuan proses penyakit atau terjadinya komplikasi.

2. Masing-masing pasien mempunyai respon yang berbeda terhadap nyeri, perubahan respon verbal dan hemodinamik dapat mendeteksi adanya perubahan kenyamanan.

(31)

tekanan darah dan perubahan heart rate).

3. Rendam area yang sakit pada air hangat.

4. Ciptakan lingkungan yang nyaman, kurangi aktivitas, batasi pengunjung.

5. Ajarkan terhnik relaksasi dengan menarik napas panjang.

6. Pertahankan oksigenasi, misalnya dengan BC 2-4 lpm.

7. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat

narkotik.

3. Metode ini menghangatkan

vasodilatasi,menghentikan vasospasme.

4. Membantu mengurangi rangsangan dari luar yang dapat menambah ketenangan sehingga pasien dapat beristirahat dengan tenang dan daya kerja jantung tidak terlalu keras.

5. Membantu mengurangi rasa nyeri yang

dialami pasien secara psikologis dimana dapat mengalihkan perhatian pasien sehingga tidak terfokus pada nyeri yang dialami.

6. Meningkatkan oksigenasi terhadap jaringan yang kekurangan suplay oksigen.

7. Obat jenis narkotik dapat menyebabkan depresi pernapasan dan hipotensi.

(32)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Buerger’s disease atau Tromboangiitis Obliterans merupakan keadaan dimana arteri serta vena ukuran sedang dan kecil mengalami inflamasi berulang (rekuren) terutama pada bagian ekstremitas bawah yang dapat mengakibatkan pembentukan trombus dan penyumbatan pembuluh darah. Dimana penyebab nya belum diketahui, namun dipercayai merupakan suatu vaskulitis autoimun, serta banyak bukti bahwa merokok merupakan faktor penyebab atau memperberat. Dengan tanda-tanda nyeri, sensitif terhadap dingin, kram, parasthesia, denyut nadi melemah, dan bila berlanjut dapat terjadi ulkus dan gangren. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu dengan menghindari pemaparan dingin, berhenti merokok, dan simpatektomy. Raynaud merupakan suatu bentuk vasokonstriksi arteriolar mayor intermiten yang berakibat dingin, nyeri, dan pucat pada ujung jari tangan, kaki dan ujung hidung. Penyebabnya belum diketahui, meskipun kebanyakan pasien dengan penyakit ini memilki kelainan imunologis. Episode penyakit ini dapat dicetuskan oleh faktor emosi atau oleh sensitifitas yang luar biasa terhadap dingin. Penyakit ini lebih banyak ditemukan didaerah dingin dan selama musim dingin. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu menghindari faktor pencetus dingin, berhenti merokok, simpatekstomy dan membenamkan tangan dalam air hangat saat terjadi serangan.

B. Saran

1. Bagi institusi Stikes St. Borromeus

Buku-buku diperpustakaan khususnya untuk sistem kardiovaskuler lebih diperbanyak lagi dengan edisi yang terbaru.

2. Bagi mahasiswa Stikes St. Borromeus

Pengetahuan dan wawasan yang luas mengenai penyakit ini diharapkan dapat meningkat dengan mengikuti seminar, membaca buku-buku dan semua tentang penyakit ini.

(33)

3. Bagi masyarakat

Dengan adanya makalah ini di harapkan masyarakat selalu menjaga pola hidup sehat.

4. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan memilki pengetahuan dan wawasan yang luas tentang penyakit ini.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Ignatavicius, Donna D. 2010. Medical Surgical Nursing:Patient Centered Collaborative Care. USA:Saunders Elsevier

Lemone, Priscilia and Karen Burke. 2004. Medical Surgical Nursing : Critical Thinking in Client Care. New Jersey : Pearson Education Prerice Hall

Lewis, Sharon. 2007. Medical Surgical Nursing : Assestment and Management of Clinical Problems. China : Mosby Elsevier

Price, Sylvia A. 2005. Patofiosiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC

Smeltzer, suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Gambar

Gambar Oklusi Pembuluh darah yang menyebabkan kematian jaringan  Sumber http://mediastore.com
Gambar Pembuluh Darah : Kapier, Vena dan (Arteri  berwarna merah)  Sumber http://www.pembuluhdaraharteri.com
Gambar : Arteri-Arteriol-Metarteriol
Gambar otot-otot pada lapisan arteri  Sumber http://biologycal.blogspot.com.image1
+5

Referensi

Dokumen terkait

Ancak, Weisgerber'e göre, gerçi Humboldt dili etkin bir güç olarak, insan tarihinde yaratıcı güçlerden biri olarak görmüştür, ama onun asıl ilgisi, ulusların dünya

Refleksi adalah upaya untuk mengkaji hal yang telah terjadi yang berhasil ataupun Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan Refleksi Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan

Berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, Kepala Desa dan Perangkat Desa Lainnya diberikan penghasilan tetap setiap bulannya dan/atau

9ila klien tidak haid( insersi dapat dilakukan setiap saat( asal saa diyakini tidak  teradi kehamilan( angan melakukan hu!ungan se3ual atau gunakan metode kontrasepsi

Penerapan teori comfort Kolcaba dapat dijadikan acuan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di ruang bedah anak, terutama pasien yang mengalami nyeri ringan dan

Sedangkan atribut yang harus dipertahankan oleh layanan IndiHome Triple Play Kota Bandung karena sudah memenuhi harapan pelanggan dan memiliki kinerja yang baik yaitu hasil

Teh sebagai produk minuman yang tingkat popularitasnya hampir sama dengan kopi dan merupakan salah satu komoditas perkebunan yang diandalkan untuk ekspor, diharapkan agar

Tabel diatas menunjukkan bahwa persyaratan memiliki bobot yang terbesar sebagai kriteria lokasi perairan yang dapat ditetapkan sebagai pembuangan limbah dari kapal di