• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN DISTRIBUSI IMPOR RAW SUGAR ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN DISTRIBUSI IMPOR RAW SUGAR ABSTRACT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN DISTRIBUSI IMPOR RAW SUGAR Marimin1, Yeni Herdiyeni2, dan Arief Maulana2

1Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB 2Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB

ABSTRACT

The main objective of this research is to develop a Decision Support System for raw cane sugar import distribution among the autorized companies in Indonesia. Distribution criteria considered were the manufacturing capacity of each company and the current utilization of the cane sugar processing machine. There were two models of computation used, namely analytical model derived from manufacturing capacity and optimization model through evolution program/algorithm.

Verification showed that the suitable parameters of the evolution program consisted of crossover was 0.9, mutation was 0.1, chromosome regeneration was 0.5, population size was 2500 and maximum iteration was 2500. The result of the evolution program was promissing. The result was 99.96% equal with that of the analytical model. The developed system can be used to distribute the raw cane sugar import quota to each authorized company.

Keywords : raw cane sugar, decision support system, import quota distribution, evolution program/algorithm

PENDAHULUAN Latar Belakang

Impor raw sugar menjadi salah satu solusi dari berbagai upaya pemerintah yang dilakukan secara sinergis dalam rangka mengatasi krisis gula dalam negeri. Berdasarkan tata niaga impor gula (Menperindag, 2002), Dirjen Perdagangan Luar Negeri – Deperindag harus menentukan kuantitas

raw sugar yang diimpor perusahaan gula paling lambat 10 hari setelah permohonan ijin impor diterima.

Pada tahun 2003, Center for Development of Safe Agroindustrial Process (CDSAP) merumus-kan kapasitas olah raw sugar selama musim giling (KORSMG). Dalam penelitian CDSAP, total raw sugar yang diimpor diperoleh dengan menjumlah nilai KORSMG seluruh pabrik gula (bottom-up). Tetapi dalam penelitian ini, raw sugar yang diolah pabrik gula ditentukan oleh total raw sugar yang diimpor (top-down). Total raw sugar yang diimpor diperoleh dari kebutuhan gula dikurangi impor gula putih.

Sistem penunjang keputusan diperlukan untuk membantu manajer dalam menentukan keputusan terhadap masalah tersebut. Sistem penunjang kepu-tusan mampu menggabungkan data dan model per-hitungan untuk menghasilkan berbagai alternatif solusi (Daihani, 2001).

Model perhitungan didasarkan pada kesa-maan peningkatan efektivitas pada semua pabrik gula. Oleh karena itu, perhitungan distribusi kuan-titas impor raw sugar dapat dilakukan dengan melakukan perbandingan nilai KORSMG

pabrik-pabrik gula. Dengan metode ini, pabrik-pabrik gula yang memiliki nilai KORSMG lebih kecil akan mem-peroleh raw sugar lebih sedikit, demikian pula se-baliknya.

Penggunaan model Evolution Program (EP) sebagai model perhitungan dapat menghasilkan alternatif solusi. Menurut Michalewics (1996), kromosom (sistem pengkodean dalam EP) tidak harus direprentasikan dengan bit-string (kumpulan karakter 0 dan 1) dan dapat menggunakan operator genetik yang sesuai dengan masalah.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan merancang dan mem-bangun sistem penunjang keputusan untuk pendis-tribusian kuantitas impor raw sugar, dengan 2 model perhitungan, yaitu perbandingan KORSMG dan

Evolution Program.

Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah menghasilkan alternatif solusi dalam menentukan distribusi kuanti-tas impor raw sugar, sehingga dapat meningkatkan efektifitas pengambil keputusan. Hasil yang optimal memberikan dampak yang baik terhadap ketersedia-an stok gula, kinerja pabrik gula, serta tidak mere-sahkan petani.

Ruang Lingkup Penelitian

Dalam kaitannya dengan keputusan dalam impor raw sugar, sistem hanya mencari jumlah raw sugar yang harus diimpor perusahaan gula, sistem

(2)

tidak menangani seleksi perusahaan gula, waktu pengapalan dan jenis raw sugar.

Aspek yang akan dikaji dititikberatkan pada metode perhitungan yang terdiri dari metode

per-bandingan KORSMG dan metode Evolution

Program. Hasil dari kedua model perhitungan ini akan dibandingkan untuk mengetahui kinerja model perhitungan.

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

Penggunaan raw sugar menguntungkan bagi pabrik gula, karena dapat meningkatkan kinerja dengan mengurangi idle capacity dan juga lebih murah jika diolah pada musim giling daripada meng-impor gula putih. Tetapi bagi petani merupakan hal yang meresahkan, karena takut tebu yang mereka tanam tidak dapat digunakan pabrik gula. Oleh karena itu, raw sugar yang diolah pabrik gula harus mendapatkan justifikasi semua pihak.

Perhitungan KORSMG pada CDSAP (2003), telah mempertimbangkan berbagai faktor kritis. Perhitungan KORSMG didasarkan pada kemampuan maksimal setiap pabrik gula dalam menghasilkan gula sesuai dengan desain rancangan awal pabrik.

Penggunaan sistem penunjang keputusan dalam pendistribusian kuantitas impor raw sugar

sangat diperlukan, karena dapat menghasilkan ber-bagai alternatif solusi dengan berber-bagai model per-hitungan. Sistem penunjang keputusan dapat mem-bantu pengguna dalam menggunakan data dan model perhitungan sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi.

Penggunaan Aplikasi

Sistem akan diaplikasikan dalam bentuk program dengan pengguna tunggal, pada Dirjen Perdagangan Luar Negeri – Deperindag.

Aplikasi digunakan setelah perusahaan gula mengajukan permohonan untuk menjadi impotir dengan menyertakan rekomendasi teknis dari Dirjen Bina Produksi – Deptan. Hasil model perhitungan dijadikan referensi pengambilan keputusan sebelum diterbitkan surat pengakuan Impotir Produsen Gula.

Tata Laksana

Proses pengembangan dan perancangan SPK umumnya mengacu tahapan pengembangan sistem (Marimin, 2004). Seperti terlihat pada Gambar 1, lima langkah pertama langkah pengembangan sistem, karena tahapan menggunakan sistem, dan memelihara sistem tidak termasuk dalam penelitian ini.

Gambar 1. Bagan pengembangan aplikasi sistem pe-nunjang keputusan

PERANCANGAN SISTEM Perencanaan

Dalam mendefinisikan persoalan, penulis banyak mendapatkan pengetahuan dari para pakar. Menurut Marimin (2002), pakar dapat berasal dari kelompok praktisi yang lebih didasarkan pada lama kerja dan kewewenangan di suatu posisi kegiatan teknik tertentu. Penulis memilih pakar dari CDSAP dan Deperindag. Pengetahuan yang diperoleh dari pakar di CDSAP mengenai produksi gula di pabrik gula dan perhitungan KORSMG. Sedangkan dari Deperindag mengenai tata niaga impor gula, ter-masuk di dalamnya prosedur impor raw sugar.

Analisis

Seperti terlihat pada Gambar 2, secara garis besar alur sistem dimulai dari input data, yaitu data perusahaan gula, data pabrik gula dan data kinerja pabrik gula. Kemudian digunakan model perhitung-an yperhitung-ang terdiri dari model perbperhitung-andingperhitung-an KORSMG dan model Evolution Program. Hasil dari kedua model perhitungan dibandingkan sebagai penunjang keputusan manajerial.

Perancangan

Perancangan Input Output

Kebutuhan input sistem terdiri dari input

untuk pengelompokan hasil dan input sebagai para-meter model perhitungan. Input untuk pengelom-pokan hasil, yaitu data perusahaan dan data pabrik gula. Input parameter perhitungan adalah data kinerja pabrik gula.

Menentukan domain persoalan

Mendefinisikan persoalan

Menentukan perangkat keras dan perangkat lunak

Membangun prototipe sistem

Menguji dan mengevaluasikan model

perlu dirancang ulang

(3)

Gambar 2. Alur sistem yang dikembangkan Keluaran atau output sistem adalah hasil per-hitungan masing-masing model, perbandingan hasil KORSMG dan hasil model Evolution Program.

Output ditampilkan dalam bentuk tabel data, grafik, dan laporan tercetak.

Perancangan Basis Data

Tabel-tabel dirancang agar tidak memiliki

field yang bernilai banyak dan ambigu, sehingga me-menuhi bentuk normal pertama (1NF). Semua field

dalam tabel punya ketergantungan pada primary key, sehingga memenuhi bentuk normal kedua (2NF). Karena tidak terdapat hubungan many-to-many

dalam tabel, maka bentuk normal ketiga (3NF) tidak diperlukan. Primary key pada perusahaan gula, dan pabrik gula merupakan bilangan auto-increment, sehingga saat memasukkan data baru, basis data secara otomatis menciptakan id baru.

Perancangan Proses

Seperti yang terlihat pada Gambar 3, alur proses sistem dimulai pada saat pengguna melaku-kan login, kemudian memasukkan data perusahaan

gula, data pabrik gula dan kinerja pabrik gula, melakukan analisa perhitungan dengan model

per-bandingan KORSMG atau model Evolution

Program, lalu mencetak hasil analisa tersebut.

Gambar 3. Flowchart sistem

Perancangan Antarmuka

Perangkat antarmuka untuk input yaitu

keyboard dan mouse, sedangkan untuk output adalah

monitor dan printer.

Ada beberapa gaya dialog yang digunakan dalam sistem, seperti dialog perintah terdapat pada

form Login yang memaksa pengguna untuk mema-sukkan login untuk dapat mengakses sistem. Dialog tanya-jawab dilakukan untuk mengkonfirmasi suatu aksi, misalnya ketika ingin menghapus data. Dialog menu merupakan navigasi form utama untuk mem-buka form lainnya. Dialag masukan-keluaran adalah yang paling banyak digunakan baik untuk pendataan maupun analisa model perhitungan.

Implementasi

Sistem diimplementasikan pada komputer dengan spesifikasi perangkat keras sebagai berikut,

Model Perhitungan Rekomendasi teknis perusahaan gula Perbandingan KORSMG Evolution Program Perhitungan KORSPH Perhitungan KORSMG Perbandingan KORSMG Inisialisasi Parameter Bangkitkan Populasi Awal Iterasi Hasil Hasil  pc, pm, pp, popSize, maxGen target

 Data perusahaan gula  Data pabrik gula  Data kinerja pabrik gula

Membandingkan Hasil Model Perbandingan KORSMG dan

Evolution Program Basis data Input data perusahaan gula Input data pabrik gula dan kinerja pabrik gula mulai Analisa model perhitungan Laporan tercetak Cetak hasil analisa

selesai Apakah perusahaan gula

dan pabrik gula terseleksi ? tidak

ya

(4)

prosesor AMD Duron 600 MHz, RAM 192 MB, dan

harddisk 30 GB.

Perangkat lunak yang digunakan yaitu Windows XP sebagai sistem operasi, Visual Basic 6.0 sebagai antar muka dan bahasa pemrograman, MS Access 2000 untuk basis data serta HelpSribble 5.5.2 untuk membuat bantuan sistem.

Pengujian

Pengujian mencakup validitas input, verifi-kasi hasil perhitungan, dan percobaan-percobaan dalam pengujian Evolution Program. Validitas input

dilakukan untuk memastikan pengguna tidak memasukkan input yang tidak diinginkan, seperti

input numerik atau pemilihan perusahaan gula. Pengujian terhadap hasil perhitungan untuk memas-tikan bahwa hasil sesuai dengan operasi-operasi perhitungan yang ada. Terhadap model Evolution Program dilakukan beberapa percobaan untuk menganalisa pengaruh dari perubahan suatu para-meter terhadap hasil, kekonvergenan, dan waktu komputasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur SPK

Aplikasi sistem penunjang keputusan terdiri dari 3 subsistem, yaitu subsistem data, subsistem model dan subsistem dialog. Subsistem yang satu dapat berkomunikasi dengan subsistem lainnya me-lalui pusat pengolahan yang terintegrasi dalam satu paket pemrograman. Konfigurasi sistem penunjang keputusan yang dikembangkan dapat dilihat pada Gambar 4.

Model Perbandingan KORSMG

Input model adalah total raw sugar yang ingin diimpor, kemudian model akan melakukan perhitungan untuk mencari distribusi impor raw sugar tersebut. Output yang dihasilkan adalah nilai KORSPH, KORSMG, dan hasil akhir perhitungan model.

Dengan input total raw sugar sebesar 300.000 ton, dapat dilihat bahwa yang dapat mengolah raw sugar paling sedikit adalah pabrik gula Soedhono sebesar 2.000 ton, dan yang paling banyak adalah pabrik gula Bunga Mayang sebesar 14.517 ton. Pengimpor raw sugar yang paling sedikit adalah PT. PN XIV sebesar 12.187 ton, dan pengimpor yang paling banyak adalah PT. RNI sebesar 83.517 ton.

Gambar 4. Konfigurasi sistem penunjang keputusan yang dikembangkan

Model Evolution Program

Input model terdiri dari parameter Evolution Program dan total raw sugar yang ingin diimpor (totRS). Parameter-parameter Evolution Program

terdiri dari ukuran populasi (popSize), maksimum generasi (maxGen), peluang crossover (pc), peluang mutasi (pm). Sedangkan output model berupa pilihan

solusi berdasarkan peningkatan nilai fitness, terdiri dari pilihan ketiga, pilihan kedua, dan hasil terbaik.

Total Ruang Pencarian

Batasan yang harus diperhatikan dalam men-cari total ruang penmen-carian adalah bahwa jumlah raw sugar yang diolah sama dengan total raw sugar yang diimpor. Jika ada m pabrik gula, raw sugar sebanyak

n ton, maka total ruang pencariannya dapat dihitung menggunakan fungsi rekursif berikut :

function space (m, n) as double if m = 1 then

space = 1 elseif n = 1 then

space = m else

space = space (m-1, n) + space (m , n–1)

end if end function

Pengguna

Subsistem Manajemen Dialog

Pusat Pengolahan Sistem

Subsistem Manajemen Basis

Data Data Perusahaan Gula

Subsistem Manajemen Basis Model Model Perbandingan KORSMG Model Evolution Program

Data Pabrik Gula Data Kinerja Pabrik

(5)

Berdasarkan data tahun 2003, bahwa ada 45 pabrik gula yang terseleksi dengan total raw sugar

sebesar 300.000 ton, maka total ruang pencarian yang didapat, yaitu 3,72E+186.

Penentuan Nilai Peluang Crossover (pc) dan Peluang Mutasi (pm)

Nilai peluang crossover dan peluang mutasi adalah dari 0,1 sampai 0,9 mencakup semua kom-binasi. Parameter yang bernilai tetap, yaitu peluang pelestarian sebesar 0,1, ukuran populasi sebesar 500 kromosom dan maksimum generasi sebesar 500 iterasi.

Pada kasus dengan peluang crossover 0,9 dan peluang mutasi 0,1 mendapatkan hasil yang paling optimal yaitu 0,99604. Sedangkan kasus dengan pe-luang crossover 0,5 dan peluang mutasi 0,1 memiliki kekonvergenan terbaik yaitu 0,00691.

Untuk mengetahui kecenderungan yang ter-jadi, maka dicari rata-rata optimasi dan kekonver-genan berdasarkan tiap nilai peluang crossover dan peluang mutasi. Gambar 5 menunjukkan rata-rata optimasi berdasarkan peluang crossover dan peluang mutasi, sedangkan Gambar 6 menunjukkan rata-rata kekonvergenan berdasarkan peluang crossover dan peluang mutasi. 0,982 0,984 0,986 0,988 0,99 0,992 0,994 0,996 0,998 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 nilai peluang n il a i o p ti m is a s i

Berdasarkan peluang crossover Berdasarkan peluang mutasi

Gambar 5. Rata-rata optimasi berdasarkan peluang

crossover dan mutasi

Penentuan Peluang Pelestarian (pp)

Nilai peluang pelestarian dibuat bervariasi dari 0,1 sampai 0,9, sedangkan parameter yang bernilai tetap, yaitu peluang crossover sebesar 0,9, peluang mutasi sebesar 0,1 (diambil dari percobaan sebelumnya), ukuran populasi 500 kromosom dan maksimum generasi 500 iterasi.

Berdasarkan Gambar 7, diketahui bahwa pada kasus dengan peluang pelestarian sebesar 0,5 terjadi optimasi terbaik yaitu 0,99765, sedangkan kasus dengan peluang pelestarian sebesar 0,4 terjadi kekonvergenan terbaik, yaitu 0,00021.

0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 nilai peluang n il a i k e k o n v e rg e n a n

Berdasarkan peluang crossover Berdasarkan peluang mutasi

Gambar 6. Rata-rata kekonvergenan berdasarkan peluang crossover dan mutasi

0,986 0,988 0,99 0,992 0,994 0,996 0,998 1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 peluang pelestarian n il a i o p ti m is a s i 0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012 n ila i k e k o n v e rg e n a n

Nilai optimisasi Nilai kekonvergenan

Gambar 7. Nilai optimasi dan kekonvergenan ber-dasarkan peluang pelestarian

Penentuan Ukuran Populasi (popSize)

Ukuran populasi yang digunakan adalah 500 sampai 2.500 kromosom dengan selang 500 kromosom. Parameter-parameter yang bernilai tetap, yaitu peluang crossover sebesar 0,9, peluang mutasi 0,1, peluang pelestarian 0,5 (diambil dari percobaan-percobaan sebelumnya) dan maksimum generasi sebesar 500 iterasi. 0,9974 0,9975 0,9976 0,9977 0,9978 0,9979 0,998 0,9981 0,9982 500 1000 1500 2000 2500 ukuran populasi N il a i o p ti m is a s i 0 0,0001 0,0002 0,0003 0,0004 0,0005 0,0006 0,0007 0,0008 N ila i k e k o n v e rg e n a n

Nilai optimisasi Nilai kekonvergenan

Gambar 8. Nilai optimasi dan kekonvergenan ber-dasarkan ukuran populasi

(6)

Dari Gambar 8, diketahui bahwa kasus dengan ukuran populasi sebesar 2.500, menghasil-kan optimasi terbaik yaitu 0,99813. Kasus dengan ukuran populasi sebesar 500 kromosom menghasil-kan kekonvergenan terbaik yaitu 0,00023.

Penentuan Maksimum Generasi (maxGen)

Nilai maksimum generasi yang digunakan adalah 500 sampai 2500 iterasi dengan selang 500 iterasi. Sedangkan parameter yang bernilai tetap diambil dari percobaan-percobaan sebelumnya, yaitu peluang crossover sebesar 0,9, peluang mutasi 0,1, peluang pelestarian 0,5 dan ukuran populasi sebesar 2.500 kromosom. 0,997 0,9975 0,998 0,9985 0,999 0,9995 1 500 1000 1500 2000 2500 Maksim um generasi N il a i o p ti m is a s i 0 0,0001 0,0002 0,0003 0,0004 0,0005 0,0006 N il a i k e k o n v e rg e n a n

Nilai optimisasi Nilai kekonvergenan

Gambar 9. Nilai optimasi dan kekonvergenan ber-dasarkan maksimum generasi

Pengamatan Fitness

Pengamatan terhadap dilakukan terhadap nilai

fitness terburuk, fitness rata-rata dan fitness terbaik sepanjang maksimum generasi. Nilai parameter-parameter ditetapkan berdasarkan hasil percobaan-percobaan sebelumnya, yaitu peluang crossover (pc)

0,9, peluang mutasi (pm) 0,1, peluang pelestarian (pp)

0,5, ukuran populasi (popSize) 2.500 kromosom dan maksimum generasi (maxGen) 2.500 iterasi.

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 1 257 513 769 1025 1281 1537 1793 2049 2305 generasi n il a i fi tn e s s fitness terbaik fitness rata-rata fitness terburuk

Gambar 10. Grafik pengamatan nilai fitness sepan-jang generasi

Grafik hasil pengamatan nilai fitness dapat dilihat pada Gambar 10. Dari grafik tersebut, terlihat bahwa nilai fitness terbaik stabil karena kromosom terbaik selalu dipertahankan dengan pelestarian kromosom. Secara keseluruhan, terlihat semakin konvergen walaupun kecepatan kekonvergenan di pertengahan iterasi lebih besar dari kecepatan kekonvergenan di awal dan akhir iterasi. Waktu komputasi pengamatan nilai fitness ini adalah 2 jam 49 menit 39 detik.

Pada saat inisialisasi (generasi ke-0), nilai

fitness menunjukkan kekonvergenan yang cukup baik sebesar 0,05104. Tetapi setelah melewati proses iterasi (generasi ke-1), kekonvergenan membesar (semakin tidak konvergen) menjadi 0,45346. Hal ini terjadi karena operator genetik telah merubah kromosom yang bagus secara acak, tetapi seleksi dan pelestarian memper-tahankan kromosom-kromosom terbaik.

Penggunaan Pelestarian Kromosom

Pada percobaan tanpa operator pelestarian kromosom diperoleh hasil optimisasi terbaik yaitu 0,972 dan kekonvergenan terbaik yaitu 0,019 (peluang crossover sebesar 0,4, peluang mutasi sebesar 0,4, maksimum generasi 500 iterasi dan ukuran populasi 500 kromosom). Nilai kemiripan dengan metode perbandingan KORSMG pada hasil

raw sugar yang diolah pabrik gula sebesar 95,75 % dan nilai kemiripan untuk raw sugar yang diimpor perusahaan gula sebesar 87,11 %.

Hal ini menunjukkan bahwa dengan meng-ganti beberapa kromosom akhir generasi dengan kromosom-kromosom terbaik awal generasi, mem-buat nilai fitness menjadi lebih stabil dan semakin konvergen ke arah target iterasi.

Waktu komputasi

Waktu proses seleksi ditentukan oleh ukuran populasi (popSize) dan maksimum generasi (maxGen). Waktu crossover, mutasi dan pelestarian juga ditentukan oleh peluangnya. Dengan nilai peluang yang sama (0,1 sampai 0,9), maka waktu

crossover, mutasi dan pelestarian dapat dibanding-kan untuk mengetahui operator yang paling mem-pengaruhi peningkatan waktu komputasi. Parameter yang bernilai tetap, yaitu ukuran populasi sebesar 500 kromosom dan maksimum generasi 500 iterasi.

Pada Gambar 9, diketahui bahwa optimasi dan kekonvergenan terbaik terjadi pada kasus dengan maksimum generasi sebesar 2.500. Dengan nilai optimasi sebesar 0,99978 dan kekonvergenan sebesar 0,00004.

(7)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 Nilai peluang W a k tu k o m p u ta s i (d e ti k ) Waktu crossover Waktu mutasi Waktu pelestarian

Gambar 11. Waktu crossover, mutasi dan pelestari-an kromosom

Hasil Model Evolution Program

Input parameter (peluang crossover 0,9, peluang mutasi 0,1, peluang pelestarian 0,5, ukuran populasi 500 kromosom dan maksimum generasi 500 iterasi), serta kuantitas raw sugar yang harus diimpor sebesar 300.000 ton. Maka diperoleh pabrik gula yang mengolah raw sugar paling sedikit adalah Soedhono yaitu 1.979 ton, sedangkan pabrik Bunga Mayang mengolah raw sugar terbanyak yaitu 14.579 ton. Perusahaan gula PT. Perkebunan Nusantara XIV dapat mengimpor raw sugar paling sedikit yaitu 12.125 ton, sedangkan PT. Rajawali Nusantara Indonesia mengimpor raw sugar terbanyak yaitu 83.452 ton.

Analisa Perbandingan Hasil

Metode yang digunakan dalam perbandingan hasil kedua model perhitungan ini adalah standar deviasi dari selisih kedua metode. Dalam hal ini diasumsikan bahwa metode perbandingan KORSMG sebagai metode yang ideal dan dapat dijadikan patokan dalam menentukan maksimum standar deviasi.

Pada Gambar 12, diketahui bahwa grafik kuantitas raw sugar yang diolah pabrik gula terlihat bertumpuk, dengan standar deviasi selisih yang sangat kecil, yaitu 19. Maksimum standar deviasi yang dapat terjadi adalah 43.054,09, sehingga kemiripan kedua metode dalam raw sugar yang diolah pabrik gula adalah 99,96 %.

Berdasarkan Gambar 13, yang menunjukkan grafik kuantitas raw sugar yang diimpor perusahaan gula juga terlihat bertumpuk, dengan standar deviasi selisih sangat kecil, yaitu 31,70. Dengan maksimum standar deviasi yang dapat dicapai adalah 85.259,31, berarti kemiripan kedua metode untuk hasil raw sugar yang diimpor perusahaan gula adalah 99,96 %. 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 id pabrik gula k u a n ti ta s r a w s u g a r

Metode Perbandingan KORSMG Metode Evolution Program

Gambar 12. Hasil raw sugar yang diolah pabrik gula dari kedua metode

0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000 1 2 3 4 5 6 7 8 id perusahaan gula ra w s u g a r

Metode Perbandingan KORSMG Metode Evolution Program

Gambar 13. Hasil raw sugar yang diimpor perusa-haan gula dari kedua metode

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Kedua model perhitungan dapat berjalan dengan baik, dengan nilai kemiripan hasil raw sugar

yang diolah pabrik gula dan raw sugar yang diimpor perusahaan gula sebesar 99,96 %. Sehingga kedua model tersebut dapat digunakan pada sistem penunjang keputusan distribusi impor raw sugar.

2. Nilai optimasi dan kekonvergenan terbaik diperoleh dengan kombinasi parameter, yaitu peluang crossover sebesar 0,9, peluang mutasi sebesar 0,1, peluang pelestarian sebesar 0,5, ukuran populasi sebesar 2.500 kromosom dan maksimum generasi sebesar 2.500 iterasi. 3. Nilai optimasi terbaik yang dihasilkan adalah

0,99978, dan nilai kekonvergenan terbaik adalah 0,00004.

4. Penggunaan operator pelestarian kromosom membuat nilai fitness menjadi lebih stabil

(8)

sepanjang generasi, sehingga memberikan nilai optimasi dan kekonvergenan yang jauh lebih baik dibandingkan tanpa menggunakan operator pelestarian kromosom.

5. Waktu komputasi lebih dipengaruhi oleh operator mutasi daripada operator crossover. Pelestarian kromosom tidak terlalu mempe-ngaruhi waktu komputasi.

Saran

1. Penggunaan operator genetik yang lain dapat dicoba sebagai bahan perbandingan hasil. 2. Melengkapi sistem dengan parameter yang

belum dikaji misalnya waktu giling masing-masing lokasi pabrik gula, jenis raw sugar, serta mekanisme seleksi perusahaan gula dan pabrik gula.

3. Melengkapi dengan data pabrik-pabrik gula yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

[CDSAP] Center for Development of Safe Agroindustrial Process. 2003. Identifikasi dan Verifikasi Aspek Teknis Penggunaan Raw Sugar (Plantation White Sugar) sebagai Bahan Baku Industri Gula. Laporan Akhir. IPB, Bogor.

Daihani. 2001. Komputerisasi Pengambilan Keputusan. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Marimin. 2002. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial. IPB Press, Bogor.

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambi-lan Keputusan Kriteria Majemuk. Grassindo, Jakarta.

[Menperindag]. 2002. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.643 /MPP/Kep/9/2002 tentang Tata Niaga Impor Gula. Departemen Perindustrian dan Perda-gangan RI.

Gambar

Gambar 1. Bagan pengembangan aplikasi sistem pe- pe-nunjang keputusan
Gambar 3. Flowchart sistem   Perancangan Antarmuka
Gambar 4.  Konfigurasi  sistem  penunjang  keputusan  yang dikembangkan
Gambar 8. Nilai  optimasi  dan  kekonvergenan  ber- ber-dasarkan ukuran populasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

AGV pada pemeraman 1 hari dan 14 hari Hasil pengujian CBR yang dilakukan pada setiap variasi kadar campuran, nilai CBR maksimum seluruh pengujian adalah 8,95% yang

Masyarakat Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal memandang masalah perkawinan sebagai sesuatu peristiwa yang sangat penting, karena perkawinan merupakan

Jika kejadian A dan B tidak saling bebas, kejadian B dipengaruhi oleh kejadian A atau kejadian B dengan syarat A, maka dinamakan kejadian bersyarat. Dari dalam kantong tersebut

Peluang terjadinya nilai variabel random X yang meliputi semua nilai ditentukan melalui distribusi peluang. Distribusi peluang suatu variabel random X adalah himpunan nilai peluang

Variabel independen disini adalah atribut pelayanan sebanyak 25 (dua puluh lima) variabel dengan memakai aspek lima dimensi Servqual kemudian dijabarkan pada setiap atribut –

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan ibu terhadap penanganan diare di Kelurahan

Power (kuasa) uji adalah peluang menolak hipotesis nol ( H ) ketika nilai 0 parameter yang sebenarnya terletak pada alternative hypotesis (H 1 ), sedangkan size

dengan kategori sangat tidak sejahtera terjadi kategori Sangat Tidak Sejahtera (kode =0) , maka para pekerja berstatus migran risen memiliki peluang sebesar (1/0,868) atau 1,152