• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN ASPEK-ASPEK HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN PENGAWASAN DPRD PADA APBD KOTA SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN ASPEK-ASPEK HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN PENGAWASAN DPRD PADA APBD KOTA SURAKARTA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

KAJIAN ASPEK-ASPEK HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN PENGAWASAN DPRD PADA APBD KOTA SURAKARTA

JURNAL ILMIAH

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Hukum Pada

Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Oleh :

Nama : HANUNG ADHIPUTRA NIM : 12100010

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

(2)

2 ABSTRAKSI

Masalah yang sering muncul dalam melaksanakan otonomi daerah adalah prospek kemampuan pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan fungsinya sebagai penyelenggara pembangunan, penyelenggara pemerintah serta melayani masyarakat setempat, sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat yang harus dilayani. Oleh karena itu penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah senantiasa terus meningkat sehingga biaya yang dibutuhkan juga akan bertambah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji aspek-aspek hukum pelaksanaan pengawasan DPRD Terhadap APBD Kota Surakarta dan mengkaji faktor penghambat pelaksanaan pengawasan DPRD dan solusinya terhadap APBD Kota Surakarta.

Lokasi penelitian di DPRD Kota Surakarta. Jenis penelitian empiris dengan sifat penelitian deskriptif. Sumber data penelitian yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan studi kepustakaan.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan model interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa DRPD Kota Surakarta dalam pelaksanaan aspek hukum pengawasan dalam pelaksanaan APBD pada tahap preliminary control adalah dengan membentuk panitia anggaran serta membahas angaran tersebut ke dalam sidang-sidang komisi yang terdapat di DPRD Kota Surakarta. Tahap interim control adalah dengan membentuk peraturan daerah sebagai upaya untuk membuat payung hukum daerai penggunaan dana APBD sekaligus juga melakukan sidak ke berbagai wilayah atau lokasi dari pelaksanaan program penggunaan dana APBD yang dilaksanakan oleh SKPD Pemerintah Kota Surakarta yang bertujuan untuk mengawasi efektivitas pelaksanaan program pembangunan yang dilakukan. Tahap aspek hukum pengawasan post control adalah dengan melakukan evaluasi penerimaan dana APBD dengan belanja modal yang dikeluarkan, selain itu DPRD Kota Surakarta juga melakukan evaluasi terhadap program pembangunan dari hasil penggunaan dana APBD sehingga dapat memberikan rekomendasi terhadap SKPD terkait yang bisa teguran ataupun juga tetap mendukung pelaksanaan program yang dilakukan atas penggunaan dana APBD Kota Surakarta. Hambatan dalam pelaksanaan aspek hukum pengawasan DPRD Kota Surakarta terhadap penggunaan dana APBD kota Surakarta adalah faktor politik, faktor sumber daya manusia dan kesulitan dalam menemui pelaksana proyek, dimana intrik politik antar partai politik dapat membuat pengawasan yang dilakukan kurang maksimal, selain itu faktor sumber daya manusia adalah beberapa anggota Dewan yang baru pertama kali menjabat dapat membuat pengawasan yang dilakukan kurang maksimal karena kurangnya pengalaman dari anggota dewan tersebut. Selain itu faktor kesulitan menemui pelaksana proyek dapat membuat pengawasan DPRD kurang maksimal sehingga perlu adanya laporan berkala dari pelaksana program.

(3)

1 A. Latar Belakang Masalah

Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai konsekuensi dari desentralisasi merupakan manifestasi amanah konstitusi dan dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan rakyat serta efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pembangunan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemberian Otonomi Daerah sepenuhnya diserahkan kepada daerah yang bersangkutan untuk diatur oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam rangka mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, kecuali beberapa urusan yang masih ditangani oleh Pemerintah Pusat antara lain : urusan pertahanan dan keamanan, agama, hubungan luar negeri serta peradilan dan moneter.

Penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten/Kota di Indonesia bersifat otonom (locale rechtgemeenschappen) yang pembentukannya ditetapkan berdasarkan undang-undang. Pada daerah-daerah dan kota yang bersifat otonom tersebut diadakan badan-badan perwakilan rakyat daerah seperti Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (disingkat DPRD). Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangan Pemerintah Daerah (disingkat Pemda) akan bersendi atas dasar permusyawaratan

Pada era otonomi daerah saat ini, ada beban yang berat ditumpukan kepada pemerintahan daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Beban itu adalah upaya mempercepat pertumbuhan dan pembangunan daerah, mensejahterakan, menyerap dan menjalankan harapan masyarakat. DPRD adalah unsur pemerintahan daerah sebagai wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila, sehingga dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, DPRD berpegang kepada prinsip-prinsip otonomi daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Masalah yang sering muncul dalam melaksanakan otonomi daerah adalah prospek kemampuan pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan fungsinya sebagai penyelenggara pembangunan, penyelenggara pemerintah serta melayani masyarakat setempat, sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat yang harus dilayani. Oleh karena itu penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah senantiasa terus meningkat sehingga biaya yang dibutuhkan juga akan bertambah.

(4)

2

Untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab, diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, serta antara propinsi dan kabupaten/kota yang merupakan prasyarat dalam sistem pemerintah daerah.

Berdasarkan Pasal 1 UU No. 33 Tahun 2004 tersebut, maka Kepala Daerah (Bupati/Walikota) dituntut untuk dapat melaksanakan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala daerah dituntut untuk mampu memberikan akuntabilitas kepada publik di dalam tugas-tugasnya. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban kepada daerah. Sesuai dengan Pasal 320 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Pasal, yaitu menerangkan bahwa : Kepala daerah menyampaikan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD dengan dilampiri laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Penyelenggaraan transparansi penggunaan dana APBD diharapkan tumbuh melalui penggunaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) atas pelaksanaan pemerintahan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan faktor penting dan mendasar yang amat bersesuaian dengan kecenderungan global saat ini. Oleh karena itu, faktor yang mempengaruhi kemampuan DPRD menjalankan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan pemerintahan daerah harus ditingkatkan dan disempurnakan.

Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat dilihat dalam pengaturannya pada Pasal 149 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Pasal 365 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, menentukan bahwa DPRD memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Fungsi legislasi adalah legislasi daerah yang merupakan fungsi DPRD provinsi, kabupaten/kota untuk membentuk peraturan

(5)

3

daerah bersama Gubernur, Bupati/Walikota. Fungsi anggaran adalah fungsi DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota bersamasama dengan pemerintah daerah untuk menyusun dan menetapkan APBD yang didalamnya termasuk anggaran untuk pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota. Fungsi Pengawasan adalah Fungsi DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang, Peraturan Daerah dan keputusan Gubernur, Bupati/Walikota serta kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.

Disetiap tahapan pengelolaan keuangan daerah, aspek pengawasan menjadi strategis dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip penyelenggaraan yang bersih. Terjadinya korupsi pada penggunaan anggaran tidak dapat dilepaskan dari proses perencanaan penganggarannya yang secara sederhana merupakan proses penyusunan RAPBD, seringkali terjadi penyimpangan dalam proses perencanaan tersebut yang diwarnai praktek-praktek yang tidak baik, antara lain adanya proyek titipan, money politic sehingga dalam penyelenggaraan APBD nantinya juga sarat dengan berbagai penyimpangan.

Tujuan pelaksanaan fungsi pengawasan anggota DPRD terhadap kinerja eksekutif di daerah Kabupaten/Kota dalam rangka menjalankan desentralisasi pembangunan ekonomi daerah agar tumbuh dan berkembang lebih baik serta otonom. Desentralisasi menumbuhkan semangat daerah untuk membangun dan mengurangi beban Pemerintah Pusat, meningkatkan partisipasi serta dukungan masyarakat dalam pembangunan

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis merumuskan masalah yang dibahas dalam penelitian antara lain:

1. Apa sajakah aspek-aspek hukum pelaksanaan pengawasan DPRD Terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surakarta ?

2. Faktor-faktor apakah yang menghambat pelaksanaan pengawasan DPRD dan solusinya terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Kota Surakarta ?

(6)

4 C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :

1. Mengkaji aspek-aspek hukum pelaksanaan pengawasan DPRD Terhadap APBD Kota Surakarta.

2. Mengkaji faktor penghambat pelaksanaan pengawasan DPRD dan solusinya terhadap APBD Kota Surakarta.

D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penulisan hukum ini adalah penelitian jenis penelitian empiris.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif mengenai aspek-aspek hukum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam melakukan fungsi pengawasan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah dan kegiatan yang dilakukan. Untuk memperoleh informasi dan data yang berkaitan dengan obyek penelitian, peneliti berusaha memperoleh sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Sumber Data Primer, yaitu data diperoleh dari kalangan legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surakarta)

b. Sumber Data Sekunder, yaitu data diperoleh dari bahan kepustakaan yang meliputi dokumen, laporan, hasil penelitian terdahulu, peraturan perundang-undangan, dan buku-buku ilmiah yang ada hubungannya dengan topik pada penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pertemuan dan perbincangan dengan pihak yang terkait dengan penelitian ini. Hal ini dimaksudkan untuk mengumpulkan dan memperoleh data-data yang jelas, terperinci serta mendetail mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan cara terpimpin menggunakan metode wawancara dengan menggunakan catatan pokok kepada Anggota

(7)

5

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Legislatif) Kota Surakarta dengan cara purposive sampling.

b. Studi Kepustakaan, yaitu suatu bentuk pengumpulan data lewat membaca buku literatur, hasil penelitian terdahulu dan dokumen yang berhubungan dengan obyek penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif (Interactive Model of Analysis) yaitu suatu model analisis yang terdiri dari 3 komponen yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan

E. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Aspek-aspek Hukum Pelaksanaan Pengawasan DPRD terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surakarta

DPRD Kota Surakarta dalam melaksanakan fungsi pengawasan, ada beberapa langkah utama pengawasan oleh DPRD, sebelum melaksanakan fungsi tugas pengawasan perlu menentukan rangkaian kerangka kerja, sistem, prosedur dan mekanisme yang diperlukan untuk mencapai kinerja terbaik, pada dasarnya seluruh rangkaian itu harus dipahami dan disepakati oleh alat kelengkapan DPRD yang mendapatkan tugas untuk melaksanakan pengawasan, selain itu sosialisasi dan kesepakatan juga perlu dibangun bersama-sama dengan lembaga pelaksana kebijakan pemerintahan dan pembangunan yang akan jadi sasaran kegiatan pengawasan.

Fungsi DPRD dalam bidang pengawasan merupakan tindak lanjut dari fungsi-fungsi yang diperankan DPRD sebelumnya yaitu fungsi legislasi dan fungsi anggaran, karena obyek-obyek yang diawasi DPRD kebanyakan merupakan kebijakan-kebijakan maupun program-program hasil dari fungsi legislasi maupun anggaran, oleh karena itu fungsi pengawasan merupakan sebuah kesatuan yang tak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi lainnya. Hal tersebut sesuai dengan Perda DPRD Kota Surakarta No 01/2014 tentang Tata Tertib DPRD Kota Surakarta pada Pasal 2 bahwa DPRD mempunyai fungsi untuk a) pembentukan Perda, b) Anggaran dan c) Pengawasan.

(8)

6

Pengawasan yang dilakukan oleh DPRD Kota Surakarta dalam penyelenggaraan dana APBD menjadi hal yang vital, hal ini karena pengelolaan keuangan daerah menjadi instrumen yang sangat penting dalam penyelenggaran otonomi daerah, utamanya dalam rangka melihat kinerja pengelolaanya dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan rakyat sebagai roh dari otonomi melalui kinerja penyusunan APBD dari pemerintah dalam satu tahun periode. Fungsi kontrol DPRD bertujuan agar kepentingan-kepentingan kemasyarakatan yang belum terpenuhi secara utuh dapat segera diselesaikan.

a. Pengawasan DPRD terhadap APBD pada tahap Preliminery Control

Preliminary control merupakan pengawasan awal anggota DPRD pada saat pembahasan kebijakan sesuai dengan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surakarta Nomor 01/2014 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surakarta. Dalam pengawasan pendahuluan ini anggota DPRD sangat diharapkan perannya dalam meneliti setiap usulan khususnya kebijakan mengenai anggaran dari penggunaan dana perimbangan daerah. Diharapkan DPRD Kota Surakarta lebih responsif terutama menyangkut konsistensi pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Dalam penelitian ini, proses pengawasan akan difokuskan pada pengawasan yang dilakukan oleh DPRD Kota Surakarta. Dalam melaksanakan tugas pengawasan terhadap pelaksanaan Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah. DPRD Kota Surakarta memiliki bagian khusus yang disebut panitia anggaran. Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surakarta dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mampu memberikan gambaran yang jelas terutama tuntutan besarnya pembiayaan atas berbagai target sasaran yang hendak dicapai. Dengan demikian alokasi dana yang digunakan untuk berbagai program dan kegiatan dapat memberikan manfaat yang benar-benar dapat rasakan masyarakat sebagai wujud pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan yang berorientasi kepada kepentingan publik.

(9)

7

Pembentukan peaturan daerah merupakan salah satu fungsi pengawasan yang dilakukan oleh DPRD Kota Surakarta dalam penggunaan dana APBD adalah melalui pembentukan Perda. Hal ini sesuai pada Pasal 36 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 bahwa ruang lingkup pengawasan DPRD meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di daerah.

Pada tahap preliminary control, Pengawasan anggota DPRD Kota Surakarta juga dilakukan pada saat pembahasan anggaran. Dalam pengawasan pendahuluan ini anggota DPRD Kota Surakarta berperan untuk mengawasi setiap usulan anggaran khususnya dari penyedia layanan publik, baik dari sisi harga layanan, output maupun outcomes dari setiap jenis layanan. Pengawasan anggota DPRD Kota Surakarta melakukan pengawasan sejak tahap perencanaan. yang dibuat oleh pihak eksekutif, dengan tujuan agar alokasi anggaran untuk pelayanan publik juga bisa diketahui apakah pemerintah Kota Surakarta akan memberikan pelayanan publik kepada masyarakat secara memadai atau tidak.

Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa pengawasan yang dilakukan oleh DPRD Kota Surakarta pada tahap Preliminery Control adalah dengan membentuk panitia anggaran yang disesuaikan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah melalui sidang-sidang komisi, selain itu juga membuat perda-perda yang digunakan untuk mengawal pelaksanaan penggunaan anggaran serta juga melakukan pembahasan terhadap anggaran yang akan dan telah dikeluarkan.

b. Pengawasan DPRD terhadap APBD pada tahap Interim Control

Pengawasan interim control merupakan pengawasan DPRD Kota Surakarta terhadap pelaksanaan penggunaan APBD Kota Surakarta. Memonitor pekerjaan yang berlangsung guna memastikan bahwa sasaran-sasaran telah dicapai. Pengawasan juga bisa diarahkan terhadap pelaksanaan kebijakan pada masa berjalannya pelaksanaan kegiatan. Pengawasan ini akan melihat pelaksanaan pengawasan DPRD Kota Surakarta terhadap aparatur

(10)

8

pelaksana dari instansi pemerintah kota yang terkait dalam pelaksanaan APBD.

Fungsi pengawasan DPRD Kota Surakarta pada tahap Interim Control bertujuan untuk memastikan pelaksanaan dana perimbangan daerah berjalan sesuai standar yang ditetapkan dan memenuhi harapan masyarakat selama dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Pengawasan juga bisa diarahkan terhadap pelaksanaan kebijakan pada masa perjalannya program. Pengawasan ini akan melihat pelaksanaan pengawasan DPRD Kota Surakarta terhadap aparatur pelaksana dari instansi pemerintah daerah yang terkait dalam pelaksanaan program yang telah disepakati dalam memanfaatkan penggunaan dana APBD.

Berkaitan dengan pengawasan interim ini, salah satu aspek yang menjadi penilaian DPRD Kota Surakarta ketika melakukan pengawasan dengan pendekatan interim control terhadap penggunaan dan perimbangan daerah adalah dengan menilai apakah program yang dilakukan oleh aparatur Pemerintah Kota Surakarta berjalan sesuai dengan peruntukkannya. Fungsi pengawasan interim control merupakan tindak lanjut dari fungsi sebelumnya yaitu preliminary control dalam aspek ini pengawasan yang dilakukan oleh DPRD Kota Surakarta bertujuan untuk mengetahui apakah kebijakan-kebijakan yang telah dihasilkan dari pembangunan daerah dengan menggunakan dana APBD Kota Surakarta.

Peraturan daerah merupakan kebijakan sekaligus sebagai produk hukum yang tertinggi di tingkat daerah yang dikeluarkan atas inisiatif DPRD maupun eksekutif merupakan cerminan arah penyelenggaraan pemerintahan daerah maka sudah sepantasnya setelah merumuskan dan mengesahkan suatu peraturan daerah, maka DPRD harus melaksanakan fungsi pengawasannya atas implementasi peraturan daerah tersebut, apakah sudah sesuai dengan aturan yang telah disepakati bersama dan apakah sesuai dengan aspirasi masyarakat banyak sehingga pengawan terhadap pelaksanaan APBD dapat berjalan dengan baik.

Selain itu maka sebagai sebagai alat kelengkapan teknis DPRD yang membidangi perekonomian dan keuangan, maka dalam pelaksanaan

(11)

9

pengawasan terhadap penggunaan dana APBD menyatakan bahwa sebenarnya dari segi kebijakan tidak terdapat masalah terhadap ketentuan-ketentuan yang telah disepakati dan diatur dalam Perda, hanya saja dalam implementasinya di lapangan, aparatur yang menjalankan secara teknis dari Perda tersebut dinilai sangat memaksakan dalam menjalankan tugasnya, misalnya dalam kasus DKP dalam proyek pekerjaan, mulai dari penataan taman, pengecatan monumen maupun jalan setapak.

Bentuk pengawasan lain dalam tahap interim control adalah dengan melakukan sidak. Hal tersebut menunjukkan bahwa sidak merupakan bagian dari pengawasan DPRD Kota Surakarta terhadap pelaksanaan pengunaan dana APBD agar dana yang dikeluarkan sesuai dengan proyek yang dilaksanakan.

c. Pengawasan DPRD terhadap dana APBD pada tahap Post Control

Post Control merupakan tahap pengawasan yang dilakukan oleh DPRD Kota Surakarta untuk memastikan layanan publik berjalan sesuai harapan, juga diperuntukkan atas evaluasi terhadap target yang direncanakan. Pengawasan diharapkan akan menghasilkan rekomendasi mempertahankan, memperbaiki atau meningkatkan kualitas layanan. Pengawasan yang dilakukan oleh DPRD Kota Surakarta terhadap dana APBD diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi mempertahankan, memperbaiki program yang dilakukan oleh SKPD Pemerintah Kota Surakarta agar proyek berjalan sesuai dengan hasil ketetapan antara Pemerintah Kota Surakarta dengan DPRD Kota Surakarta.

Penilaian atas selesainya sebuah kegiatan yang sudah direncanakan dalam program kerja Pemerintah Kota Surakarta dalam hal ini melihat pengawasan hasil yang dicapai pada program pemerintah yang menggunakan dana perimbangan daerah Dari hasil penelitian diketahui bahwa DPRD Kota Surakarta melakukan evaluasi sebagaimana yang diharapkan dalam pendekatan post control.

Aspek hukum pengawasan DPRD Kota Surakarta pada tahap post control juga dengan melakukan evaluasi terhadap program yang telah dilaksanakan oleh aparatur pelaksana dalam hal ini adalah SKPD

(12)

10

Pemerintah Kota Surakarta. Salah satu kasus yang mendapatkan perhatian serius dari DPRD Kota Surakarta untuk dievaluasi adalah kasus mangkraknya bantuan mesin digital printing.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada aspek hukum pengawasan DPRD Kota Surakarta pada tahap post control adalah dengan meminta klarifikasi dari pihak-pihak yang tidak melaksanakan penggunaan dana APBD sesuai dengan program yang telah ditetapkan dengan baik dan juga memberikan rekomendasi terhadap aparatur SKPD terkait terhadap pelaksanaan program yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan.

2. Faktor Penghambat Aspek-Aspek Hukum Pelaksanaan Pengawasan DPRD dan Solusinya terhadap Penggunaan Dana APBD Kota Surakarta

Pelaksanaan fungsi pengawasan bukanlah hal yang mudah, karena pada dasarnya pengawasan melibatkan 2 (dua) pihak yang mengawasi dan yang diawasi. Pengawasan DPRD Kota Surakarta terhadap penggunaan dana APBD di Kota Surakarta. Dalam pelaksanaannya pengalami beberapa kendala secara umum diantaranya adalah:

a. Faktor Politik, Belum maksimalnya fungsi pengawasan karena dipengaruhi oleh faktor politik menjadi lebih rumit ketika anggota dewan masuk dalam jebakan politik kekuasaan riil, terlebih lagi dengan intrik politik antara partai politik yang ada membuat aspek hukum pengawasan terjebak dalam konflik kepentingan kedua kubu tersebut, sehingga fungsi pengawasan yang dilakukan oleh DPRD mempunyai bobot politik kebijakan lebih besar dibandingkan dengan bobot administrasi, sehingga anggota Dewan dapat menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat untuk mengatasi penggunaan dana perimbangan daerah dengan baik.

Solusi yang perlu diupayakan adalah perlunya pemahaman atau pengertian dari masing-masing anggota Dewan bahwa pada dasarnya mereka berjuang demi dan untuk kepentingan rakyat bukan untuk kepentingan partai sehingga dengan timbulnya kesadaran diri dari anggota DPRD Kota Surakarta diharapkan anggota Dewan dapat bekerja dengan lebih maksimal

(13)

11

dan bersikap profesional serta tidak mementingkan kepentingan partai melainkan berpihak pada kepentingan rakyat.

b. Faktor Sumber Daya Manusia, Sumber daya yang terbatas dari anggota DPRD untuk menjalankan fungsi pengawasan, yang dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman yang kurang tentang fungsi pengawasan dari anggota DPRD. Ini disebabkan karena anggota DPRD dipilih dan diangkat dari partai-partai pemenang pemilu yang mempunyai latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang berbeda sebelum menjadi anggota DPRD. Solusi yang diupayakan adalah perlunya pelatihan bagi anggota Dewan, karena terdapatnya anggota dewan di DPRD Kota Surakarta yang baru petama kali menjabat sebagai anggota dewan sehingga pengalaman yang dimiliki perlu ditingkatkan melalui pelatihan sehingga kualitasnya semakin meningkat dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap penggunaan dana perimbangan daerah.

c. Kesulitan dalam menemui pelaksana program. Kesulitan dalam menemui pelaksana program dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan, karena proses penyelesaiannya akan berlarut-larut, hal ini dikarenakan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh DPRD Kota Surakarta menjadi terlalu lama menunggu keterangan dari pimpinan proyek maupun pelaksana proyek akibat sulitnya DPRD untuk menemui pimpinan proyek serta pelaksana proyek tersebut.

Solusi yang diupayakan adalah perlunya DPRD meminta pelaksana program untuk membuat laporan pelaksanaan secara kontinyu dalam setiap bulan atau triwulan sehingga pelaksanaan pengawasan secara tidak langsung dapat dilakukan oleh DPRD Kota Surakarta.

F. Kesimpulan

1. DRPD Kota Surakarta dalam pelaksanaan aspek hukum pengawasan dalam pelaksanaan APBD pada tahap preliminary control adalah dengan membentuk panitia anggaran serta membahas angaran tersebut ke dalam sidang-sidang komisi yang terdapat di DPRD Kota Surakarta. Tahap interim control adalah dengan membentuk peraturan daerah sebagai upaya untuk membuat payung

(14)

12

hukum daerah penggunaan dana APBD sekaligus juga melakukan sidak ke berbagai wilayah atau lokasi dari pelaksanaan program penggunaan dana APBD yang dilaksanakan oleh SKPD Pemerintah Kota Surakarta yang bertujuan untuk mengawasi efektivitas pelaksanaan program pembangunan yang dilakukan. Tahap aspek hukum pengawasan post control adalah dengan melakukan evaluasi penerimaan dana APBD dengan belanja modal yang dikeluarkan, selain itu DPRD Kota Surakarta juga melakukan evaluasi terhadap program pembangunan dari hasil penggunaan dana APBD sehingga dapat memberikan rekomendasi terhadap SKPD terkait yang bisa teguran ataupun juga tetap mendukung pelaksanaan program yang dilakukan atas penggunaan dana APBD Kota Surakarta.

2. Hambatan dalam pelaksanaan aspek hukum pengawasan DPRD Kota Surakarta terhadap penggunaan dana APBD kota Surakarta adalah faktor politik, faktor sumber daya manusia dan kesulitan dalam menemui pelaksana proyek, dimana intrik politik antar partai politik dapat membuat pengawasan yang dilakukan kurang maksimal, selain itu faktor sumber daya manusia adalah beberapa anggota Dewan yang baru pertama kali menjabat dapat membuat pengawasan yang dilakukan kurang maksimal karena kurangnya pengalaman dari anggota dewan tersebut. Selain itu faktor kesulitan menemui pelaksana proyek dapat membuat pengawasan DPRD kurang maksimal sehingga perlu adanya laporan berkala dari pelaksana program.

G. Daftar Pustaka

Ahmad Helmy Fuady, 2002, Memahami Anggaran Publik, Yogyakarta : Dea Press

Bagir Manan, 2004, Hukum Positif Indonesia: Satu Kajian Teoritik, Yogyakarta : FH UII Press, Yogyakarta

Curristine, Teresa, Lonti, Zsuzsanna and Joumard, Isabelle, 2007, Improving Public Sector Efficiency: Challenges and Opportunities, OECD Journal on Budgeting, Vol 7, No. 1

Hadari Nawawi, 1995, Pengawasan Melekat di Lingkungan Aparatur Pemerintah. Jakarta : Erlangga

(15)

13

Hanif Nurcholish, 2005, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Jakarta: P.T. Gramedia Widiasarana Indonesia

HB. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Press.

Hilman Hadikusumo, 1995, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Putra Pelajar.

Ibrahim Lubis, 1987. Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Masyarakat. Jakarta : Ghalia Indonesia

Lexi J. Maleong, 2001, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mardiasmo, 2002, Otonomi Daerah dan Menejemen Keuangan Daerah, Yogyakarta : Andi.

Maurer, Andreas, 2008, The European Parliament after Lisbon: Policy-making and Control, Paper presented to the Federal Trust Workshop ‘The European Parliament in an enlarged European Union: Beyond the Lisbon treaty’, 25 April 2008, London (Deliverable No. 19).

Moi, Danieal Arap, 2000, Parliament and the Budgetary Process, Including from a Gender Perspective, Regional Seminar for English-Speaking African Parliaments 22-24 May 2000, Nairobi (Kenya)

Muchsan, 2000, Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah dan Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia, Yogyakarta : Liberty.

Norbert Eschborn, 2004, Akuntabilitas Publik dan Fungsi Pengawasan DPRD, Jakarta : Sekertariat Nasional EDEKSI Jakarta Indonesia.

Siswanto Sunarno, 2005, Hukum Pemerintahan Daerah, Jakarta : Sinar Grafika

Sujamto. 1994. Aspek-aspek Pengawasan di Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika.

Victor M. Situmorang, 1994. Aspek Hukum Pengawasan Melakat, Jakarta, Rineka Cipta

Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Referensi

Dokumen terkait

Seperti pada daerah kardia, kelenjar pilorus disusun oleh sel-sel kuboidal yang berfungsi menghasil- kan mukus untuk melindungi mukosa usus dari asam lambung serta

Pengumpulan data selama penelitian menghasilkan dua data yaitu data training dan data testing dengan atribut diantaranya biaya SPP, jarak sekolah yang diukur dari

Selain itu untuk membahas permasalahan-permasalahan yang akan dihadapi, maka metode serta alat analisis yang digunakan haruslah berhubungan dan menjadi dasar evaluasi

Bagaimana sistem pendistribusian obat ketika bencana erupsi gunung

Menjadi Program Studi yang terkemuka, pelopor pembaharuan pemikiran dalam konsep pelayanan kesehatan, pengembangan keilmuan di bidang kedokteran, serta dapat menghasilkan dokter

Pengguna hanya perlu menggerakan smartphone -nya yang kemudian sistem akan membandingkan data yang diterima dengan data yang sudah tersimpan di database menggunakan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh penambahan karbon dari material limbah berupa arang tempurung kelapa dan arang limbah kayu terhadap waktu pembakaran

Seiring dengan perkembangan kinerja BUMDes “Mitra Usaha Makmur” desa Susukan dari mulai awal berdirinya BUMDes yang hanya dikelola oleh 6 tenaga kerja yang berposisi sebagai