• Tidak ada hasil yang ditemukan

PPH 25

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PPH 25"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

A. Pengertian PPh Pasal 25 dan Pajak Final B. Jenis Pajak Final

C. Perhitungan Angsuran PPh 25 dan Pajak Final 1. Cara menghitung besarnya PPh pasal 25

Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut surat pemberitahuan pajak tahunan pajak penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan:

a. Pajak penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 dan pasal 23, serta pajak penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 b. Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 24

Dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak. Contoh 1:

Jumlah pajak penghasilan tuan Andreas yang terutang

dengan SPT Tahunan PPh 2009 Rp 30.000.000

Pada tahun 2009, telah dibayar dan dipotong atau dipungut: a. PPh Pasal 21 Rp 8.000.000

b. PPh Pasal 22 Rp 2.000.000 c. PPh Pasal 23 Rp 2.000.000 d. PPh Pasal 25 Rp 12.000.000

Rp 24.000.000 Kurang bayar (pasal 29) tahun 2009 Rp 6.000.000 Besarnya angsuran PPh pasal 25 tahun 2010 adalah:

PPh yang terutang yahun 2009 Rp 30.000.000

Pengurangan:

a. PPh Pasal 21 Rp 8.000.000 b. PPh Pasal 22 Rp 2.000.000 c. PPh Pasal 23 Rp 2.000.000

Rp 12.000.000 Dasar perhitungan PPh pasal 25 tahun 2010 Rp 18.000.000 Besanya Pph Pasal 25 per bulan:

Rp 18.000.000/12 = Rp 1.500.000

Jadi tuan Andreas harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan pada tahun 2010 mulai masa Maret sebesar Rp 1.500.000

2. Beberapa masalah/kasus untuk menghitung besarnya PPh pasal 25

a. Angsuran bulanan untuk bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh

Besarnya angsuran bulanan untuk bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT tahunan PPh adalah sebesar angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu.

(2)

Tuan Andreas menyampaikan SPT tahunan PPh 2009 pada bulan Maret 2010. Angsuran PPh pasal 25 pada bulan Desember 2009 adalah Rp 1.000.000.

Maka besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk bulan Januari dan Februari 2010 masing-masing adalah Rp 1.000.000

Jadi tuan Andreas harus membayar sendiri angsuran PPh Paslal 25 pada bulan Januari dan Februari 2010 masing-masing adalah Rp 1.000.000

b. Apabila dalam tahun berjalan, diterbitkan SKP untuk tahun pajak yang lalu

Apabila dakam tahun pajak berjalan diterbitkan Surat Keyeyapan Pajak untuk tahun pajak yang lalu maka angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan Surat Ketetapan Pajak tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan Surat Ketetapan pajak.

Contoh 3:

Berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak 2007 yang disampaikan Wajib pajak dalam bulan Maret 2008, perhitungan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar adalah sebesar Rp 1.250.000. Dalam bulan Juli 2008 diterbitkan SKP tahun pajak 2007 yang menghasilkan bearnya angsuran pajak setiap bulan sebesar Rp 2.000.000. Berdasarkan ketentuan yang berlaku maka bearnya angsuran pajak mulai bulan agustus 2008 adalah sebesar Rp 2.000.000. Penetapan besarnya angsuran pajak berdasarkan SKP tersebut bisa sama, lebih besar atau lebih kecil dari angsuran pajak sebelumnya berdasarkan SPT.

3. Hal-hal tertentu untuk penghitungan besarnya angsuran PPh pasal 25

Direktur Jenderal Pajak diberi wewenang untuk menyesuaikan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak dalanm tahun berjalan, apabila:

a. Wajib pajak berhak atas kompensasi kerugian b. Wajib pajak memperolah penghasilan tidak teratur

c. SPT Tahunan PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan

d. Wajib pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh e. Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh yang mengakibatkan angsuran

bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan. f. Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan wajib pajak. Contoh 4:

Penghasilan PT Jozz tahun 2009 adalah sebesar Rp 250.000.000. Sisa kerugian tahun 2007 yang masih dapat dikompensasikan sebesar Rp 50.000.000.

Pada tahun 2009 PPh yang dipotong atau dipungut pihak lain adalah sebesar rp 8.000.000 dan tidak ada pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri.

Perhitungan PPh pasa 25 tahun 2010:

Penghasilan yang dipakai sebagai dasar penghitungan angsuran PPh pasal 25 adalah sebesar Rp 250.000.000 – Rp 50.000.000 = Rp 200.000.000.

PPh terutang:

28% x Rp 200.000.000 = Rp 56.000.000 PPh dipotong atau dipungut = Rp 8.000.000

(3)

Besarnya angsuran pajak bulanan PT jozz tahun 2010 adalah 1/12 x Rp 48.000.000 = Rp 4.000.000.

Contoh 5:

Pada tahun 2009, Elvira memperoleh penghasilan teratur sebesar Rp 52.000.000. Sedangkan penghasilan tidak teratur Elvira tahun 2009 adalah sebesar Rp 18.000.000. Penghasilan yang dipakai sebagai dasar penghitungan Pajak Penghasilan pasal 25 pada tahun 2010 Elvira adalah hanya dari penghasilan teratur saja sebesar Rp 52.000.000. Contoh 6:

PT Yess yang bergerak di bidang konveksi dalam tahun 2009 membayar angsuran bulanan sebesar Rp 18.000.000. Pada bulan Juli 2009 pabrik milik PT Yess terbakar. Oleh karena itu, berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak, mulai bulan Agustus 2006 dapat disesuaikan menjadi lebih kecil daripada Rp 18.000.000.

Contoh 7:

PT Galau yang bergerak dibidang konveksi tahun 2009 membayar angsuran bulanan sebesar Rp 27.000.000. Pada bulan Mei 2009 PT Galau mengalami peningkatan penjualan yang sangat besar dan diperkirakan penghasilan kena pajaknya akan lebih besar dibanding tahun sebelumnya. Oleh karena itu, berdasarkan Keputusan Drjen Pajak mulai bulan Agustus 2006 dapat disesuaikan menjadi lebih besar daripada Rp 27.000.000.

4. Angsuran PPh pasal 25 bagi WP baru, Bank BUMN, BUMD, dan WP tertentu lainnya

Sesuai pasal 25 ayat 7 UU PPh, penghitungan PPh Pasal 25 bagi WP baru, BUMN, BUMD dan WP tertentu lainnya ditetapkan oleh menteri keuangan.

a. Angsuran PPh Pasal25 bagi WP Baru

1) Wajib pajak baru adalah wajib pajak orang pribadi dan badan yang baru pertama kali memperoleh penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas dalam tahun pajak berjalan

2) Besarnya angsuran PPh pasal 25 setiap bulan untuk WP baru dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas penghasilan neto sebulan yang disetahunkan dibagi 12 (dua belas)

3) Dalam hal WP baru menyelenggarakan pembukuan dan dari pembukuannya dapat dihitung besarnya penghasilan neto setiap bulan, penghasilan neti fiskal dihitung berdasarkan pembukuannya.

4) Dalam hal WP baru hanya menyelenggarakan pencatatan dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto atau menyelenggarakan pembukuan tetapi dari pembukuannya tidak dapat dihitung besarnya penghasilan neto setiap bulan, penghasilan neto fiskal dihitung berdasarkan norma penghitungan penghasilan neto atas peredaran atau penerimaan bruto.

5) Untuk wajib pajak orang pribadi baru, jumlah penghasilan neto fiskal yang disetahunkan dikurangi terlebih dahulu dengan PTKP.

(4)

PT Diamond, perusahaan yang baru berdiri terdaftar sebagai wajib pajak pada awal bulan jumi 2009. Selama bulan juni penjualan PT Diamond sebesar Rp 100.000.000 dan biaya-biaya yang terjadi adalah sebesar Rp 60.000.000.

Penghitungan PPh Pasal 25 untuk masa Juni 2009 adalah sebagai berikut: Penjualan Rp 100.000.000

Biaya Rp 60.000.000

Penghasilan neto sebulan Rp 40.000.000 Penghasilan neto disetahunkan:

(12 x Rp 40.000.000) Rp 480.000.000 PPh terutang:

(28% x Rp 480.000.000) Rp 134.500.000 PPh Pasal 25 masa Juni:

Rp 134.400.000/12 = Rp 11.200.000

Untuk bulan berikutnya sampai dengan penyampaian SPT Tahunan dihitung lagi PPh pasal 25 tiap bulan seperti pada perhitungan diatas.

Contoh 9:

Rahmadani mulai usaha bengkel 3 Februari 2009, penerimaan bruto bulan Februari 2009 Rp 40.000.000. Presentase norma penghitungan misalnya untuk usaha bengkel motor 22,5%. Rahmadani kawin dan mempunyai dua anak.

Penghitungan PPh Pasal 25: Penghasilan neto bulan februari

22,5% x Rp 40.000.000 Rp 9.000.000 Penghasilan neto setahun

12 x Rp 9.000.000 Rp 108.000.000

PTKP (K/2) Rp 18.480.000

Penghasilan kena pajak Rp 89.520.000

PPh Terutang:

5% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000 15% x Rp 39.520.000 = Rp 5.928.000 PPh Pasal 25 bulan Februari:

Rp 10.928.000/12 = Rp 910.666

b. Besarnya angsura PPh pasal 25 setiap bulan bagi WP bank atau sewa guna usaha dengan hak opsi (financial lease) adalah sebesar jumlah pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba rugi fiskal menurut laporan keuangan triwulan treakhir yang disetahunkan dikurangi pajak penghasilan pasal 24 yang dibayar atau terutang diluar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi 12 (dua belas).

Contoh 10:

PT Bank Dana Sejahtera dalam laporan triwulan April s.d Juni 2009 menunjukkan penghasilan neto Rp 250.000.000.

Perhitungan PPh pasal 25 untuk masa Juli, Agustus, September 2009 adalah sebagai berikut:

(5)

Penghasilan neto disetahunkan

4 x Rp 250.000.000 Rp 1.000.000.000 PPh Terutang:

28% x Rp 1.000.000.000 = Rp 280.000.000 PPh Pasal 25 masa Juli, Agustus, September 2009:

Rp 280.000.000/12 = Rp 23.333.333

Untuk triwulan berikutnya dihitung kembali PPh pasal 25 tiap-tiap triwulan seperti pada perhitungan di atas.

c. Besarnya angsuran PPh pasal 25 untuk wajib pajak BUMN dan BUMD dengan nama dan dalam bentuk apa pun, kecuali wajib pajak bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi adalah sebesar pajak penghasilan yang dihitung berdasarka penerapan tarif umum atas laba rugi fiskal menurut rencana kerja dan anggaran pendapatan (RKAP) tahun pajak yang bersangkutan yang telah disahkan Rapat umum Pemegang Saham (RUPS) dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan PPh pasal 22 dan pasal 23 serta PPh pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri tahun pajak yang lalu dibagi 12 (dua belas).

Dalam hal Rencana Kerja dan anggaran Pendapatan (RKAP) sebagaimana dimaksud pada ayat 1 belum disahkan, maka besarnya angsuran PPh pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum bulan pengesahan adalah sama dengan angsuran PPh pasal 25 bulan terakhir tahun pajak sebelumnya.

Contoh 11:

Menurut RKAP tahun 2010 yang sudah disahkan PT Merdeka (sebuah BUMD yang dimiliki pemerintah kota Surabaya) diperkirakan mempunyai penghasilan neto sebesar Rp 1.000.000.000. Kredit pajak (PPh pasal 22, pasal 23, dan pasal 245 yang dapat dikreditkan) tahun 2009 berjumlah Rp 40.000.000.

Perhitungan PPh pasal 25 untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut:\

Penghasilan neto Rp 1.000.000.000

PPh terutang

28% x Rp 1.000.000.000 Rp 280.000.000 Kredit pajak (PPh pasal 22, 23, dan 24) Rp 40.000.000 PPh yang dibayar sendiri Rp 240.000.000

PPh Pasal 25:

Rp 240.000.000/12 = Rp 20.000.000

d. Besarnya angsuran PPh pasal 25 untuk wajib pajak masuk badan dan wajib pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan berkala, adalah sebesar pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba rugi fiskal menurut laporan keuangan berkala terakhir yang disetahunkan di kurangi dengan pemotongan dan pemungutan PPh pasal 22 dan pasal 23 serta PPh pasal 24 yang telah dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi 12 (dua belas).

(6)

e. Besarnya angsuran pajak penghasilan pasal 25 untuk wajib pajak orang pribadi pengusahan tertentu, ditetapkan sebesar 0,75% dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari masing-masing tenpat usaha.

Referensi

Dokumen terkait

PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA.

Mengapa dalam penyusunan laporan keuangan, Badan Layanan Umum diwajibkan untuk menyusun dua laporan keuangan sekaligus dengan  berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan

Bertolak dari hal-hal tersebut maka dilakukan kajian mengenai koefisien kecernaan fraksi serat bungkil kelapa sawit yang dihidrolisis dengan enzim asal cairan rumen domba sebagai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan volume gas yang dihasilkan pada masing-masing perlakuan dimana, kotoran sapi menghasilkan volume gas yang paling besar

Apabila otorisasi sukses dilakukan, maka pengguna dapat berinteraksi dengan aplikasi yang diatur dengan akses terbatas, misalnya untuk client / pelanggan dalam

Perbedaan pada penelitian ini yaitu perbedaan model dengan menggunakan kecerdasan sebagai variabel bebas dan memposisikan kesempatan sebagai variabel moderasi serta

[r]

pertanyaan-pertanyaan diatas. Beberapa kesimpulan yang bisa diambil sebegei berikut.  Pengukuran suhu bisa sama atau berbeda tergantung pada orang yang mengukur apakah badan