• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengatur Pola Makan Saat Berpuasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mengatur Pola Makan Saat Berpuasa"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Mengatur Pola Makan Saat

Berpuasa

UNAIR NEWS – Datangnya bulan suci Ramadan bukanlah alasan bagi tiap orang untuk mengurangi asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh. Kondisi tubuh perlu dijaga agar tetap fit selama berpuasa dengan memperhatikan pola gizi seimbang.

Setiap orang hendaknya mengatur pola makan sesuai kebutuhan gizi dalam tubuh. Pada tubuh dengan kondisi normal, takaran sayur dan buah-buahan dibutuhkan lebih banyak dari karbohidrat, lemak, dan protein. Secara rata-rata, orang Indonesia mengonsumsi sebanyak 2.000 kilo kalori (kkal) per hari.

Menurut Triska Susila Nindya, MPH, pengajar pada Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, tubuh tetap memerlukan asupan gizi yang sama baik pada saat berpuasa maupun tidak berpuasa.

Triska mengatakan, cara tepat untuk mengatur pola konsumsi adalah sesuai dengan proporsi sahur (800 kkal), berbuka puasa (800 kkal), dan mencicipi kudapan usai tarawih (400 kkal).

Sahur

Menjelang puasa, tubuh memerlukan makanan yang mengandung karbohidrat, vitamin dan mineral, lemak, dan protein. Masing-masing zat memiliki peranannya dalam tubuh. Karbohidrat dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber tenaga. Protein dibutuhkan oleh tubuh sebagai zat pembangun dan regenerasi sel-sel. Begitu pula dengan porsi sayuran dan buah-buahan.

“Dengan mengonsumsi makanan dengan unsur lengkap, kita tidak perlu khawatir mengalami kekurangan gizi saat berpuasa,” tutur Triska.

(2)

Porsi sayuran dan buah-buahan diutamakan lebih banyak ketika sahur. Selain mengandung vitamin dan mineral, buah dan sayur mengandung unsur karbohidrat kompleks sehingga rasa kenyang akan bertahan lebih lama.

Tetapi, apabila seseorang mengonsumsi lebih banyak lemak dan minuman manis, maka tubuh akan merasa cepat haus. Meminum kopi saat sahur juga sebaiknya dihindari karena bersifat deuretik sehingga akan menghasilkan eksresi air seni yang lebih banyak. Padahal, tubuh memerlukan cadangan cairan.

Setelah sahur, umumnya orang akan tidur sebentar sebelum memulai aktivitas rutin. Padahal, tidur akan memperlambat metabolisme tubuh. “Proses pencernaan makanan dan zat gizi tidak berjalan sempurna. Akibatnya, karbohidrat yang seharusnya dibakar dan menjadi sumber tenaga, akan tersimpan menjadi lemak. Begitu pula dengan zat lainnya. Beri dulu kesempatan tubuh paling tidak dua jam untuk mencerna makanan secara sempurna,” tutur Triska.

Nggak mau dong kamu merasa lemas saat berpuasa? Berbuka

Setelah sahur, tubuh tidak menerima asupan gizi sama sekali baik dari makanan maupun minuman. Dalam rentang waktu tersebut, tubuh tidak memproduksi enzim sama sekali. Pada saat berbuka, seseorang hendaknya membatalkan puasa dengan makanan ringan, seperti kurma, buah-buahan lainnya, maupun teh manis. Prinsipnya, makanan tersebut bisa meningkatkan glukosa darah dalam waktu cepat dan juga menstimulus enzim pencernaan.

“Ibaratnya saja mesin fotokopi yang baru dinyalakan tapi langsung digunakan untuk memfotokopi sebanyak 500 lembar. Sama seperti tubuh, itu akan memperberat kerja pencernaan karena enzim dihasilkan secara bertahap,” tutur Triska.

Pada saat berbuka, tubuh memerlukan makanan dengan unsur lengkap, seperti nasi (karbohidrat), tahu dan tempe atau ikan

(3)

(protein), dan sayur-sayuran (vitamin). Sama seperti sebelumnya, porsi sayuran harus lebih banyak dari karbohidrat. Asupan air

Secara umum, tubuh memerlukan 1,5 – 2 liter air per hari. Tinggal bagaimana mengatur asupan air pada saat berpuasa sesuai aktivitas yang dijalani. “Tubuh kita cenderung mengalami dehidrasi saat berpuasa karena tidak bisa minum. Kebutuhan cairan harus tetap terpenuhi, apalagi kalau kita beraktivitas di tempat yang terik dan banyak mengeluarkan keringat,” tutur Triska.

Bagaimana dengan anak kos? Biasanya, mereka cenderung sahur ataupun berbuka dengan nasi, mi instan, telor, dan makanan berlemak. Menanggapi hal itu, Triska mengatakan, anak kos harus bisa memilih makanan. Apabila kondisi tersebut diteruskan, maka tubuh akan kekurangan mikronutrien, terutama vitamin dan mineral.

“Sebaiknya, pilih makanan yang tidak terlalu banyak mengandung gorengan. Semakin banyak mengonsumsi gorengan, lemak akan semakin menumpuk dalam tubuh,” imbuh Triska.

Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan

Tumbuhkan Kemauan Menulis

Jurnal Ilmiah

UNAIR NEWS – Tahun 2016, sivitas akademika Fakultas Kedokteran U n i v e r s i t a s A i r l a n g g a ( F K U N A I R ) d i t a r g e t u n t u k m e m p u b l i k a s i k a n 6 9 a r t i k e l j u r n a l i l m i a h t i n g k a t

(4)

internasional. Dalam rangka mencapai target yang ditetapkan Rektor UNAIR, Wakil Dekan III FK mengadakan pelatihan menulis jurnal ilmiah. Pelatihan dilangsungkan pada Jumat (24/6) di Ruang Sidang A FK UNAIR diikuti oleh mahasiswa dan dosen.

Dalam sambutannya, Wakil Dekan III FK Prof. Dr. dr. Ni Made Mertaniasih, MS., SP.MK., mengatakan acara ini merupakan perwujudan keinginan pimpinan UNAIR untuk mendukung kebijakan UNAIR menuju perguruan tinggi kelas dunia. Ada dua pemateri yang dihadirkan dalam pelatihan tersebut yaitu Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes., selaku Ketua Pusat Pengembangan Jurnal dan Publikasi Ilmiah (PPJPI), dan Dr. Juniastuti., dr., M.Kes., selaku penanggung jawab publikasi jurnal di FK.

Dalam pemaparan materi, menurut Yanti, syarat untuk menghasilkan karya tulis ilmiah adalah kemauan menulis. “Syarat yang paling penting itu adalah adanya kemauan untuk menulis,” ungkap Yanti.

Sesi selanjutnya adalah penyampaian materi tentang penyerahan (submission) artikel jurnal Internasional. Menurut Juniastuti, salah satu kendala dalam penyerahan artikel jurnal adalah pengisian data pada menu register. “Pada proses ini kalian harus fokus karena butuh mengisi data satu per satu,” ujar Juni.

Pada penutupan acara pelatihan, Prof. Mertaniasih menyampaikan bahwa FK UNAIR ini menjadi rujukan beberapa rumah sakit dalam hal penulisan jurnal ilmiah. “Jadi, penulisan jurnal ilmiah ini juga wajib bagi orang-orang klinis di rumah sakit,” pangkasnya.

Penulis: Akhmad Janni Editor: Defrina Sukma S.

(5)

Pengajar Harus Total Menyesap

Falsafah Ki Hajar

UNAIR NEWS – Para pengajar, baik dosen maupun guru, mesti secara total menyesap falsafah Ki Hajar Dewantara. Jangan hanya fokus pada satu tahapan saja. Seperti diketahui, ada tiga ungkapan Bapak Pendidikan Indonesia tersebut yang begitu populer. Yakni, Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun

karsa, dan tut wuri handayani (di depan memberi contoh, di

tengah memberi semangat dan di belakang mendorong serta memberi kekuatan).

“Kalau mau benar-benar meniru Bapak Pendidikan kita, ketiganya harus dilakukan. Jangan hanya Tut Wuri Handayani, seperti yang tertera di badge dada sekolah dasar hingga menengah, ” ujar Prof Dr Drs Ahmad Syahrani Apt MS saat ditemui di laboratorium sintesis Fakultas Farmasi akhir pekan lalu (24/6).

Padahal, pelajar/mahasiswa tidak butuh hanya didorong. Tapi juga, diberi contoh yang baik. Termasuk, diberi semangat saat sedang belajar. Dengan demikian, mereka tidak merasa sendirian dan selalu diberi pengayoman. Belajar pun menjadi lebih giat dan terarah.

Terlebih, di era yang serba mudah seperti sekarang ini. Bila pengajar tidak sudi memberi contoh yang baik, pelajar akan mencari contoh di luar bangku sekolah/kuliah. Kalau sudah begini, bukan tidak mungkin yang dijadikan panutan malah tidak memenuhi syarat. Dan justru, menghancurkan aspek-aspek pendidikan bangsa yang sudah dibangun sejak lama.

S e l a i n t i g a u n g k a p a n i t u , K i H a j a r D e w a n t a r a j u g a mengaplikasikan konsep 3 Ng. Yakni ngerti (memahami), ngeroso (merasakan), dan ngelakoni (melakukan). Pelajar tidak hanya dituntut untuk mengerti atau paham pada teori. Namun juga, merasakan pelajaran melalui praktek. Bila sudah demikian,

(6)

mereka akan bisa menerapkan ilmunya dengan baik dan melakukan hal-hal benar dengan pemahaman tersebut.

“Dalam perkuliahan zaman sekarang, mahasiswa tidak perlu lagi banyak menghapal untuk memahami sesuatu. Soalnya, semua informasi mengenai teori bisa didapatkan melalui gadget. Nah, kalau sudah demikian, mereka perlu diarahkan untuk memperbanyak praktek. Sehingga, dapat ngeroso dan ngelakoni dengan baik dan benar,” ujar Wakil Rektor I Unair periode 2010-2015 ini. (*)

Penulis: Rio F. Rachman

Diaspora Pergerakan Mahasiswa

dalam Globalisasi

KETIKA roda jaman mulai berganti, era keterbukaan yang semakin masif telah dirasakan bahwa saat inilah kita berada dalam era globalisasi. Ya, globalisasi dewasa ini tidak hanya mempengaruhi bentuk perekonomian, politik, keamanan, atau kebudayaan suatu negara. Dewasa ini globalisasi ternyata juga telah mempengaruhi bentuk pergerakan mahasiswa.

Selama ini mahasiswa menjadi salah satu aktor yang tidak bisa dilepaskan dalam setiap dinamika perkembangan jaman. Di beberapa negara, pergerakan yang dilakukan mahasiswa mampu menghasilkan suatu bentuk perubahan besar terhadap kondisi internal negara tersebut. Inilah yang setidaknya pernah terlihat di beberapa negara seperti Mesir dan juga Indonesia, yang menyoal bagaimana pergerakan mahasiswa berperan.

Di Mesir kita mengenal Ikhwanul Muslimim (IM) yang mampu menjadi pejuang kemerdekaan di negara itu. Anggota IM memang

(7)

tidak sepenuhnya dari kalangan mahasiswa (pelajar). Sekalipun demikian tidak mengurangi betapa pergerakan mahasiswa telah menjadi kekuatan tersendiri dari suatu masyarakat.

Hal serupa juga terjadi di Indonesia, beberapa pergerakan mahasiswa mampu mereformasi struktur pemerintahan seperti halnya peralihan orde lama ke orde baru dan orde baru menuju era reformasi. Sejatinya begitu besar kekuatan (power) yang dimiliki mahasiswa sebagai aktor yang dapat dinilai jauh dari kepentingan-kepentingan politis (political interests) di dalam setiap pergerakannya.

Berdasarkan pada fakta sejarah, pergerakan mahasiswa sangat identik dengan permasalahan high politic suatu negara. Mahasiswa menjadi pihak yang merasa sangat marah ketika pemerintah mengambil sikap/kebijakan yang tidak pro-rakyat. Terlihat jelas ketika tahun 1974 mahasiswa menjadi pihak yang lantang menolak kedatangan Perdana Menteri Jepang Tanaka Kakuei yang hendak melakukan kerjasama dengan pemerintah RI saat itu. Peristiwa yang kemudian dikenal dengan Malari (Malapetaka limabelas januari) itu didasari atas idealisme mahasiswa yang menolak kehadiran kembali bangsa asing untuk meletakkan kembali kaki dan tangan kotornya di bumi Pertiwi ini.

Idealisme seperti inilah yang dulu melatar belakangi setiap pergerakan mahasiswa. Hal serupa juga dilakukan mahasiswa beberapa waktu belakangan ini, ketika pemerintah mengambil kebijakan melepas sebagian pengelolaan Blok Mahakam dan memperpanjang kontrak Freeport, maka mahasiswa kembali turun bersuara.

Namun terdapat perbedaaan yang sangat nyata dari dua peristiwa tersebut. Perbedaannya adalah kekuatan (jumlah) mahasiswa dalam berhimpun. Mengapa? Sebab dalam globalisasi, konsep kesatuan aksi pergerakan mahasiswa tidak lagi terlihat. Seakan konsep itu bukanlah suatu hal yang harus dipertahankan, sehingga yang terjadi pergerakan mahasiswa mengalami

(8)

“diaspora”, bukan dalam hal wilayah namun dalam ide dan bentuk pergerakannya.

Diaspora pergerakan mahasiswa dalam globalisasi membawa ide dan bentuk pergerakan menjadi beragam (divers). Hal ini tidak seperti yang terjadi pada pengaruh globalisasi terhadap kebudayaan, dimana sebelumnya adalah hal yang beragam (divers) menjadi hal yang seragam (uniform). Sebaliknya globalisasi membawa ide dan bentuk pergerakan yang sebelumnya seragam

(uniform) menjadi sangat beragam. Inilah yang terjadi ketika

pergerakan mahasiswa telah dipengaruhi oleh faktor-faktor globalisasi. Kemudahan akses informasi dan transportasi menghasilkan sebuah fenomana unlimited interconection yang membuat pergerakan mahasiswa mampu “ber-diaspora”.

Sehingga sangat terlihat jelas perbedaan pergerakan pada saat ini, mahasiswa memiliki banyak alternatif gerakan yang dapat dipilih sesuai dengan passion, tidak lagi hanya soal aksi protes dan demonstrasi terhadap rezim.

Salah satunya melalui komunitas, sehingga beragam komunitas lahir dengan spesifikasi berbeda-beda. Ada yang didasari atas kesamaan hobi, tetapi juga yang berlatar belakang permasalahan sosial seperti komunitas anti-rokok, komunitas anti korupsi, dan komunitas lain yang bergerak di bidang social development. Beberapa telah mencerminkan adanya pergerakan yang inspiratif seperti pergerakan yang concern dalam social development. Tetapi banyak juga mahasiswa yang tergabung dalam pergerakan sangat tidak produktif yang mana hanya berlatar belakang hobi dan kesenangan pribadi semata.

Globalisasi membawa hal baru bagi pergerakan mahasiswa yaitu internasionalisasi. Berbagai komunitas mahasiswa telah mampu mengenalkan pergerakannya di dunia melalui forum-forum internasional. Sehingga inilah yang membuat diaspora pergerakan tidak melulu hanya pada satu tempat/negara, namun dapat menyebar luas di barbagai penjuru dunia.

(9)

Sayangnya, disisi lain globalisasi telah melunturkan semangat kesatuan aksi pergerakan mahasiswa. Mahasiswa tak lagi peka terhadap isu-isu high politic seperti pada masa reformasi. Sekalipun beragam pergerakan dirasa cukup mampu menyentuh isu-isu low politic seperti permasalahan pendidikan, kemiskinan, dan lingkunga, namun hal itu belumlah cukup. Pergerakan mahasiswa harus tetap mampu mempertahankan eksistensinya melalui konsep kesatuan aksi, bukan malah berdiaspora sehingga semakin mengecilkan hardpower mereka sebagai mahasiswa.

Hal ini terbukti dalam kasus Blok Mahakam, mahasiswa tidak mampu menjadi preasure group yang digdaya untuk pemerintah, tidak seperti era peristiwa Malari. Hal ini mencerminkan sebuah bentuk “gradasi” pergerakan yang membuat tidak ada satu warna yang dominan. Hingga menyebabkan melemahnya power gerakan mahasiswa secara umum.

Ketika globalisasi membawa inovasi dalam pergerakan mahasiswa, maka alangkah bijak bila hal itu tidak menghilangkan identitas dan peranan mahasiswa sebagai agent of change, moral force dan

iron stock bagi masa depan bangsa dan negara. Fenomena

“diaspora” pergerakan mahasiswa harus mendapat suatu bentuk pengawalan, yaitu kesatuan visi. Hal ini untuk tetap konsisten menjaga dan mengawal setiap kebijakan pemerintah sekalipun mereka telah berdiaspora. (*)

Editor : Bambang Bes

Himalingua Adakan Program

Perdana “Ngabuburit

(10)

Tipis-tipis”

UNAIR NEWS – Bulan Ramadan merupakan momen yang tepat untuk melakukan berbagai hal yang positif. Selain bulan penuh rahmat dan ampunan, datangnya Ramadan juga dapat dijadikan momen untuk mempererat silaturahmi. Begitulah yang dirasakan oleh Himpunan Mahasiswa Magister Ilmu Lungistik (Himalingua) FIB UNAIR. Dengan menggelar acara “Ngabuburit tipis-tipis”, himpunan yang baru saja dibentuk tersebut berupaya mengenalkan diri kepada hadirin yang diundang. Hadir dalam acara tersebut mahasiswa S2 Ilmu Linguistik dari lintas angkatan, alumni, dosen pengajar, dan Wakil Dekan I FIB UNAIR.

Dalam sambutannya, Wakil Dekan I FIB UNAIR, Puji Karyanto, S.S., M.Hum., menuturkan bahwa pihak fakultas menyambut baik dengan kegiatan yang baru pertama kali digelar pada Rabu, (22/6) tersebut, ia juga berharap bahwa terbentuknya Himalingua menjadi media untuk mewujudkan visi misi Magister Ilmu Linguistik.

“Hadirnya himpunan ini memang sebagai wadah untuk membawa prodi ini semakin baik ke depannya,” tegas Puji.

Senada dengan Wadek I, Dr. Ni Wayan Sartini, M.Hum., selaku Ketua Prodi Magister Ilmu Linguistik UNAIR menuturkan bahwa program perdana ini merupakan bukti langkah awal dari kinerja Himalingua yang baru sepekan dilantik.

“Dengan adanya Himalingua ini, saya harap bisa semakin bermanfaat, dapat kerja sama, kompak, dan bisa menjadi penghubung bagi lintas generasi,” jelasnya.

Ketua Himalingua, Dewa Made Yoga Arta, mengungkapkan bahwa kegiatan “Ngabuburit tipis-tipis” tersebut sengaja diadakan sebagai langkah awal dari kinerjanya selama satu tahun ke depan, ia juga berharap bahwa hadirnya Himalingua ini bisa membuat perubahan yang baik untuk Magister Ilmu Linguistik FIB UNAIR.

(11)

“Ini adalah program yang pertama, semoga bisa membangun prodi ini ke depannya lebih baik,” jelasnya.

Di penghujung acara yang diadakan di ruang Chairil Anwar FIB UNAIR tersebut, juga diadakan tausiyah, pembagian takjil, hingga buka bersama. (*)

Penulis : Nuri Hermawan Editor : Dilan Salsabila

Pemberian Penghargaan untuk

Pebisnis Syariah UNAIR

UNAIR NEWS – Guna memberikan apresiasi terhadap mahasiswa yang telah berhasil menjalankan projek bisnis sebagai luaran matakuliah Kewirausahaan, Departemen Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Airlangga memberikan penghargaan. Acara pemberian penghargaan tersebut berlangsung pada Kamis (9/6), bertempat di Aula Fadjar Notonegoro, FEB UNAIR.

Acara ini dihadiri oleh Dekan FEB UNAIR, Prof. Dr. Dian Agustia, S.E., M.Si., AK, Wakil Dekan I FEB UNAIR Dr. Rudi Purwono, SE., M.S.E., dan Ketua Pusat Pembinaan Karir dan Kewirausahaan (PPKK) UNAIR Dr. drg. Elly Munadziroh, M.S.

Dalam sambutannya, Prof Dian memberikan apresiasi kepada mahasiswa serta dosen yang ikut serta pada mata kuliah Kewirausahaan ini.

“Keberhasilan menjalankan projek wirausaha ini persembahan yang luar biasa dari mahasiswa Ekonomi Islam,” sambut Dian Agustina selaku Dekan FEB.

(12)

Acara bertajuk Victory Of Entrepreneur Sharia memberikan penghargaan kepada 15 kategori yang diperebutkan oleh 39 kelompok wirausaha. Kategari yang diperebutkan yaitu Best Skyrocketing Event Project yang dimenangkan oleh tim “Qur’anesia”, Best Start Up Business Project dimenangkan oleh tim “Tutory Delivery”, Best Innovative Local Product Development Project dimenangkan oleh tim “Bagong”, Best Idea Project dimenangkan oleh tim “Ekis Creative”, Best Provocative Idea Project dimenangkan oleh tim “Buwuh Dulinan”.

Best Niche Strategy Pure Business dimenangkan tim “Tawwa Peduli”, Best Omset Pure Business dimenangkan tim “Emira Boutique”, Best Innovative Idea Business Commercial Project dimenangkan tim “Beauty-preneur Organizer”, Best Niche Strategy Project dimenangkan tim “1001 SKS”, Best Rising Awarness Socio Project dimenangkan tim “Do Project”, Best Value Added Creator Event Project dimenangkan tim “Stick Creative”, dan Best Rising Awarness Event Project dimenangkan tim “Kromosom 21”.

Achsania Hendratmi, SE., M.Si, selaku dosen mata kuliah Kewirausahaan memberikan apresiasi tinggi terhadap projek yang berhasil diselenggarakan oleh mahasiswa. Tahun lalu, kelas Kewirausahaan Ekonomi Islam berhasil mencapai omzet 365 juta untuk keseluruhan bisnis yang dilakukan. Ada peningkatan drastis dari target awal yang ditentukan. Pasalnya, dari target yang ditentukan dengan omzet sebesar 800 juta, keseluruhan tim dapat menjacapai omzet 1,1 miliar rupiah.

“Tahun ini luar biasa, karena lebih dari ekspektasi kita sebagai dosen dan mentor mereka. Omzet yang ditargetkan sebesar 800 juta, ternyata dapat tercapai, bahkan lebih yaitu sebesar 1.097.129 atau 1,1 miliar rupiah,” ungkap Achsania Hendratmi.

Projek wirausaha tahun ini mengambil tiga tema besar yaitu Socio Preneur, Pure Business, Event Preneur. Achsania menambahkan bahwa yang paling penting dari matakuliah

(13)

Kewirausahaan adalah impact dan value yang didapat selama proses berbisnis sekitar 3-4 bulan.

“Pemberian penghargaan ini merupakan tahun kedua. Entrepreneur Regocnition Day ini untuk mengapresiasi kerja keras mahasiswa dalam menjalankan tugas kewirausahaan dan bisnis Islam, serta kemampuan dalam mencapai target,” ujar Nurhayati Dwi Kiranasari selaku ketua panitia.

Kegiatan ini berlangsung sejak siang hari dan ditutup dengan berbuka puasa bersama. Selain itu, ada kuliah tamu dengan pembicara Andri Firmansyah, alumni FEB sekaligus pemenang Wirausaha Muda Mandiri 2012. (*)

Penulis : Akhmad Janni

Editor : Binti Q. Masruroh

Rangkuman Berita UNAIR di

Media Hari Ini (23/6)

Mainkan Gadget di Kegelapan

Saat ini, gadget menjadi prioritas utama. Bahkan, pemakaian

gadget oleh penggunanya sering mengabaikan beragam situasi

yang berdampak buruk bagi kesehatan. Misalnya adalah soal pencahayaan gadget ketika ditempat gelap. Menurut dr, Randi Montana SpM, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga sekaligus spesialis mata di RSUD dr Soetomo, yang berbahaya saat membuka gadget di tempat gelap adalah tereksposnya blue

violet light yang timbul dari cahaya pada gadget. Dampaknya

bisa mempercepat age-related macular degeneration (AMD) atau degenerasi makula. Mekanismenya, blue violet light pada gadget akan masuk dan merusak retina. Hal ini beresiko pada AMD dan

(14)

resiko katarak. Pada mereka yang rutin menggunakan gadget, terutama di tempat gelap, risiko terkena katarak maju lebih cepat. Dampak yang bisa cepat dirasakan adalah mata kering dan mata lelah. Sedangkan mereka yang mengalami mata lelah akan merasakan gejala tidak nyaman saat melihat dan terasa perih. Selain itu, hal tersebut juga bisa berdampak pusing. Menurut dr Randy, penggunaan gadget memang tidak bisa dihindari. Meski demikian, sudah layaknya pemakaiannya mampu dibatasi.

Jawa Pos, 23 Juni 2016 halaman 36

Air Kelapa untuk Lapisan Pelindung Otak

Lima mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (FST UNAIR) berhasil membuat durameter atau lapisan pelindung otak, dan sumsum tulang belakang yang berbahan dasar air kelapa. Durameter yang dibuat bersifat biocompatible (dapat diterima tubuh), sehingga aman untuk digunakan. Kelima mahasiswa tersebut adalah Inas Fatimah, Fadila Nashiri, Karina Dwi Saraswai, Andini Isfandiary, dan Fathania. Ide membuat lapisan pelindung otak itu didasari pada banyaknya kasus gegar otak. Di Indonesia, kasus gegar otak menempati urutan keenam dengan presentase penderita mencapai 0,4 persen dari total penduduk. Durameter ciptaan mahasiswa teknobiomedik dibawah bimbingan Dr, drg, Prihartini Widiyanti Mkes, ini terbuat dari selulosa bakteri dengan menggunakan bakteri Acetobacter

xylinum yang difermentasi dengan media air kelapa. Selulosa

bakteri merupakan polimer alami yang bersifat biodegradable (limbah yang dapat terurai oleh makhluk hidup) yang memiliki kekuatan mekanis yang tinggi.

Jawa Pos, 23 Juni 2016 halaman 28

Penulis : Afifah Nurrosyidah Editor : Dilan Salsabila

(15)

Kapolres Jember Inisiasi

Program Ramadan Sebulan Penuh

UNAIR NEWS – Alumnus S2 Kajian Ilmu Kepolisian UNAIR AKBP M. Sabilul Alif SH SIK MSi tak pernah miskin inovasi. Dalam Ramadan kali ini, misalnya. Kapolres Jember tersebut menginisiasi sejumlah program yang langsung menyentuh masyarakat. Selain kegiatan bagi-bagi takjil dan makan sahur gratis sebulan penuh di beberapa lokasi Kabupaten Jember, mantan Kasatlantas Polrestabes Surabaya ini mencetuskan gagasan menarik lain.

Secara umum, program Polres Jember yang dimaksud antara lain,

Jember Taat (Jember Tertib, Aman dan Terkendali), Hidangan Kurma (Himbauan dan peringatan di kala menjelang berbuka

puasa), Sajadah dan Tasbih (Selalu menjaga aset di saat ibadah dan tertib aturan saat berangkat ibadah), Opor Sahur (Operasi dan patroli polisi saat sahur) dan program Silaturahmi (Sinergitas dalam rangka cipta situasi rasa aman dan humanis menjelang idul fitri).

“Kami melaksanakan semua itu sebagai bentuk jaminan bahwa lapar dan dahaga tidak akan menyurutkan semangat untuk memberikan pelayanan terbaik pada masyarakat. Bahkan, kami justru makin bersemangat,” ujar dia saat diwawancara Selasa pagi (23/6).

Selama ini, Polres Jember memang berupaya memangkas jarak antara Polisi dan Masyarakat. Maka itu, program pelayanan yang diterapkan sifatnya aplikatif. Semua masyarakat diajak untuk berperan aktif memberi masukan dan menjadi mitra Polri. Di waktu yang sama, Polisi berusaha sekuat tenaga berbaur dengan warga.

(16)

Tatkala baru didapuk menjadi orang nomor satu di Polres Jember, Sabilul langsung melakukan terobosan yang dilandasi spirit “Semanggi”. Yakni, Siap Semangat Siang Malam Sampai Pagi. Dia mencanangkan program bertajuk Jember Suwar-Suwir. Yang merupakan singkatan dari Suasana Warga Aman, Religius, Bersahabat, Berwawasan Intelektual, dan Kreatif.

Pelaksanaannya secara rinci dilakukan melalui Nawa Karyatama (9 Program Kerja Utama). Yakni melalui program Prol Tape (Polisi Patroli Tiap Pagi dan Sore), Pos Khidmat (Polisi Ceramah Kamtibmas Selesai Sholat Jumat), Pos Wedang Cor (Polisi Warga dan Candon (Cangkrukan) Dan Koordinasi), dan Pos Sagita (Polisi Setiap Saat Sinergi dan Kemitraan dengan Masyarakat).

Selain itu, Pos Papuma (Polisi Peduli Pemuda, Pelajar dan M a h a s i s w a , P o s J a g u n g ( P o l i s i P e d u l l P e k e r j a d a n Pengangguran), Pos Perwira (Polisi Peduli Pariwisata dan Dunia Kreatif), Pos Purna (Polisi Peduli Perempuan dan Anak), serta Jempol (Jember Police Online).

Dari nama-nama tersebut, sudah terkesan kedekatannya dengan Jember. Karena memang, Polres Jember selalu ingin mengangkat aspek kearifan lokal. “Polres Jember juga selalu bergandengan tangan dengan TNI, Pemda, Tokoh Masyarakat, dan eksponen lainnya,” ungkap mantan Kapolres Bondowoso ini. (*)

Penulis: Rio F. Rachman

(17)

Meningkatkan

Kualitas

Silaturahmi

UNAIR NEWS – Buka bersama keluarga besar Ikatan Alumni Universitas Airlangga (IKA-UA) sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, kali ini kembali dilaksanakan. Lokasinya juga masih sama, yaitu di kediaman Ketua I Pimpinan Pusat Ikatan Alumni (PP-IKA) UNAIR di Jl. Ketintang Baru Surabaya, pada Minggu 19 Juni 2016 kemarin.

Hadir pada acara yang penuh silaturahmi dan kekeluargaan ini antara lain Rektor UNAIR Prof. Dr. H. Moh Nasih, SE., MT., Ak., Wakil Rektor I Prof. Joko Santoso, dr., Sp.PD-KGH., PhD., FINASIM., Wakil Rektor II Dr. Muhammad Madyan, SE., M.Si., Wakil Rektor III Prof. Moch Amin Alamsyah, Ir., M.Si., Ph.D., beberapa Dekan, Direktur di UNAIR, dosen dan Guru Besar, alumni dari berbagai fakultas di Universitas Airlangga, bahkan perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).

Dalam prakata sambutannya, Ketua I PP-IKA UNAIR Drs. Ec. Hariyanto Basyuni menyampaikan rasa haru dan terima kasihnya atas keperdulian dan kehadiran para alumni pada silaturahim ini. Dengan adanya kegiatan semacam ini, apalagi dilaksanakan pada Ramadhan, bulan yang penuh berkah, diharapkan akan menambah rasa kesatuan dan kekompakan diantara para alumni UNAIR.

Sementara itu alumni FEB UNAIR yang juga staf pengajar di FEB, Ustadz H. Suherman Rosyidi didaulat memberikan “kultum” menjelang dilangsungkannya buka bersama. Ia menyampaikan tausyiahnya mengenai hikmah ramadhan dan bagaimana sebagai muslim dalam menjalaninya.

Bahkan sambil menunggu waktu berbuka, ia juga membuka sesi tanya-jawab. Tentu saja kesempatan ini langsung disambar oleh Dr. Tjuk K. Sukiadi, dosen FEB untuk mengawali bertanya

(18)

seputar kepemimpinan dalam Islam. Kemudian seorang alumni lainnya juga bertanya mengenai salat witir di bulan Ramadhan ini seharusnya “ditempatkan” dimana; apakah selesai salat Tarawih atau jika seseorang selesai salat Tahajut.

”Yang pasti salat witir itu adalah salat untuk mengakhiri salat-salat malam. Tetapi tentang salat tarawih, baik yang rakaat delapan, rakaat sebelas, dan rakaat 20, itu semuanya benar,” kata Suherman Rosyidi.

Selesai kultum dilanjutkan menyantap taljil untuk membuka puasa dan dilanjutkan salat Magrib berjamaah. Selesai santap buka puasa bersama, juga dilanjutkan dengan salat tarawih. Pada jeda salat tarawih inilah Rektor UNAIR juga menyampaikan “kultum”.

Dalam kuliah tujuh menit tersebut Prof. Moh Nasih menyampaikan rasa terima kasih kepada pengurus IKA-UA yang terus meningkatkan kualitas kinerja silaturahminya. Diharapkan dengan adanya kegiatan demikian ini maka rasa kebersamaan diantara para alumni UNAIR akan terjalin semakin baik dan memberikan kontribusi positif terhadap almamater tercinta. (*) Penulis : Yitno Ramli

Editor : Bambang Bes

LP4M Gandeng BKSPAIS Adakan

Pelatihan Konseling Bagi

Pengurus Panti Asuhan

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga tidak henti-hentinya melakukan pengabdian kepada masyarakat. Salah satunya adalah

(19)

dengan mengadakan pelatihan kepada para pengasuh panti asuhan di Surabaya. “Pelatihan Manajemen dan Teknik Konseling Bagi Pengasuh Panti Asuhan Kota Surabaya” yang diadakan atas kerjasama antara Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNAIR dengan Badan Kerjasama Panti Asuhan Islam Surabaya (BKSPAIS) yang diadakan di Ruang Kahuripan 300, Sabtu (4/6).

Pelatihan yang diadakan oleh LP4M dan BKSPAIS tersebut diikuti oleh lebih dari 80 panti asuhan Islam yang ada di kota Surabaya. Dalam kegiatan pelatihan tersebut, dibagi menjadi 2 Sesi materi. Materi pertama mengenai Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) diisi oleh Dr. Sri Hidanah, M.S., Ir., dan materi kedua mengenai Teknik Konseling yang dibawakan oleh Atika Dian Ariana, S.Psi. Setiap Sesi materi juga diiringi oleh tanya jawab antara peserta pelatihan yang merupakan para pengasuh panti asuhan se-Surabaya kepada para pemateri.

“Kami berharap pelatihan yang kami adakan bersama dengan LP4M UNAIR ini mampu memberikan pengarahan kepada para pengasuh panti asuhan untuk bagaimana mengatur atau me-manage sumber daya manusia yang dimiliki masing-masing panti asuhan agar menjadi lebih baik lagi,” ujar Gunawan selaku perwakilan BKSPAIS.

Antusias para peserta yang merupakan para pengasuh dari panti asuhan juga terlihat jelas. Banyak pertanyaan yang diajukan selama sesi tanya jawab pada masing-masing materi. Salah satu peserta menjelaskan keikutsertaannya menghadiri pelatihan tersebut selain untuk menambah ilmu mengenai cara manajemen dan konseling dalam panti asuhan, ia juga memiliki tujuan lain.

“Saya berharap ada suatu jalinan kerjasama antara pihak UNAIR dengan pihak panti-panti se-surabaya, kalau sekarang kita sudah menjalin kerjasama dengan dosen melalui pelatihan. Kami berharap kedepannya akan ada kerjasama dengan para mahasiswanya, baik dalam bentuk bimbingan belajar, bisa dalam

(20)

bentuk pengabdian masyarakat yang lainnya,” tutur Emira, salah satu peserta dari Yayasan Peduli Umat Al- Uswah. (*)

Penulis : Alifian Sukma Editor : Nuri Hermawan

Referensi

Dokumen terkait

MenurutTjiptono (2012, hal.146) “kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi terhadap kinerja

pada tahun 2009 membuat software dengan 4 tes yang berbeda diberikan untuk kelompok pasien cacat mental, untuk memperkirakan IQ Wechsler dari skor yang diperoleh di

P1- Islam mempunyai prinsip yang sesuai dengan semua bangsa, tempat dan waktu.. P2- Islam dapat diterima dan diamalkan oleh

Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa persentase perokok tertinggi terdapat pada kelompok laki-laki dengan tingkat pengetahuan yang rendah mengenai bahaya rokok,

Perkembangan teknologi di era globalisasi seperti sekarang ini sudah sangat berkembang dengan pesat dan sangat canggih, perkembangan teknologi sangat

Sebuah nilai koefisien aktivitas yang tinggi berhubungan dengan kelarutan yang rendah, seperti di air, dan mencerminkan bahwa secara keseluruhan molekul parasetamol sangat

Median adalah nilai tengah dari kelompok data yang telah diurutkan (kecil ke besar).. Susun data menurut urutan

Data yang digunakan adalah data sekunder jumlah uang beredar (dalam arti sempit) dan inflasi Indonesia, yang diambil dari indicator ekonomi yang diterbitkan oleh BPS dan