• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISU STRATEGIS, PROGRAM PRIORITAS DAN PROGRAM KERJA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISU STRATEGIS, PROGRAM PRIORITAS DAN PROGRAM KERJA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ISU STRATEGIS, PROGRAM PRIORITAS DAN PROGRAM

KERJA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL

PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI

DIREKTORAT JENDERAL

PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI

Disampaikan pada Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Jakarta, 6 Februari 2014

(2)

I

ISU-ISU STRATEGIS PERWILAYAHAN INDUSTRI

3

II

PROGRAM PENGEMBANGAN KIID

21

III

PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI

25

IV

PROGRAM DITJEN PPI TAHUN 2014

50

DAFTAR ISI

(3)

I. ISU-ISU STRATEGIS

PERWILAYAHAN INDUSTRI

(4)

Wilayah 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Jawa 27,74 26,86 26,14 25,90 25,49 25,15

Luar Jawa 12,52 13,02 12,94 12,73 12,79 12,62

Nasional 23,01 22,61 21,48 20,92 20,85 20,57

Share Sektor Industri Pengolahan Non Migas terhadap PDRB

Menurut Wilayah

Wilayah 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumatera 17,11 17,79 17,77 17,40 17,27 17,04 Kalimantan 6,73 7,46 7,13 6,70 7,00 6,90 Jawa 27,74 26,86 26,14 25,90 25,49 25,15 Bali 9,52 9,27 9,16 8,92 8,90 8,78 Nusa Tenggara 2,85 2,74 2,67 2,79 2,91 2,87 Sulawesi 10,16 9,84 9,84 9,65 9,49 9,37 Kep. Maluku 7,52 8,06 7,92 7,65 7,53 7,43 Papua 2,54 2,40 2,19 2,54 2,54 2,50 Nasional 23,01 22,61 21,48 20,92 20,85 20,57

Sumber : BPS, Diolah Ditjen PPI

Share sektor industri pengolahan non migas terhadap PDRB baik secara

nasional, di Jawa maupun luar Jawa terus mengalami penurunan, yang

menunjukkan gejala-gejala adanya deindustrialisasi ………….

(5)

024 025 025 024 024 022 022 022 023 023 021 021 021 021 020 021 022 023 024 025 026 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber : BPS, Diolah Ditjen PPI

Pangsa Sektor Industri Non Migas Atas Dasar Harga Berlaku di

Tingkat Nasional

Di tingkat nasional, share sektor industri pengolahan non migas terhadap PDB

terus mengalami penurunan sejak tahun 2008 ……….

(6)

Sumber : BPS, Diolah Ditjen PPI

Pangsa Sektor Industri Non Migas Atas Dasar Harga Berlaku

028 027 026 026 025 25,14729 12,51810 13,01996 12,94134 12,73288 12,78832 12,61651 023 023 021 021 021 021 010 012 014 016 018 020 022 024 026 028 030 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jawa Luar Jawa Nasional

Share sektor industri pengolahan non migas terhadap PDRB di luar Jawa

relatif tidak banyak mengalami peningkatan, yang menunjukkan bahwa

tantangan untuk pengembangan sektor industri ke luar Jawa sangat

besar………….

(7)

Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Non Migas

Wilayah 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumatera 18,36 19,10 19,94 20,19 20,42 21,20 Kalimantan 3,27 3,25 3,17 3,15 3,24 3,28 Jawa 75,37 74,48 73,65 73,41 73,05 71,95 Bali 0,54 0,57 0,56 0,54 0,55 0,56 Nusa Tenggara 0,18 0,19 0,19 0,18 0,18 0,21 Sulawesi 1,99 2,08 2,16 2,19 2,24 2,41 Kep. Maluku 0,08 0,10 0,10 0,10 0,10 0,12 Papua 0,21 0,23 0,23 0,23 0,23 0,27 Nasional 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Wilayah 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jawa 75,37 74,48 73,65 73,41 73,05 71,95 Luar Jawa 24,63 25,52 26,35 26,59 26,95 28,05 Nasional 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 101,00

Sumber : BPS, Diolah Ditjen PPI

Kontribusi Pulau Jawa dalam PDB sektor industri pengolahan non-migas masih

sangat dominan, namun demikian menunjukkan kecenderungan yang terus

menurun. Secara perlahan sektor industri pengolahan non migas mulai

bergeser ke luar Pulau Jawa………….

(8)

Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Non Migas

di Luar Pulau Jawa

Sumber : BPS, Diolah Ditjen PPI

Kontribusi luar Pulau Jawa dalam PDB sektor industri pengolahan non-migas

menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Secara perlahan sektor

industri pengolahan non migas mulai bergeser ke luar Pulau Jawa………….

025 026 026 027 027 029 024 025 026 027 028 029 030 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(9)

Pertumbuhan Sektor Industri Menurut Wilayah

No. Wilayah 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-Rata

1 Sumatera 4,10 7,04 4,73 4,92 5,80 6,08 6,38 4,58 3,40 5,50 4,96 5,06 5,23 2 Kalimantan -2,43 0,41 0,94 2,31 1,05 1,81 4,28 3,65 1,71 3,03 2,53 5,72 1,76 3 Jawa 3,14 3,47 4,45 4,58 6,11 5,72 6,41 5,84 0,92 4,19 5,63 4,51 4,59 4 Bali 5,19 5,00 4,77 3,71 5,11 12,45 8,46 7,09 5,41 6,07 3,13 6,04 6,04 5 Nusa Tenggara 5,28 5,63 6,13 6,01 6,47 3,12 8,73 7,14 7,93 3,49 3,19 4,04 5,74 6 Sulawesi 4,17 2,53 6,36 4,06 6,06 8,76 5,87 8,59 4,13 8,08 7,33 7,59 6,00 7 Maluku -1,72 2,66 1,76 4,38 3,76 4,58 6,23 -4,17 5,31 3,42 4,70 4,33 2,81 8 Papua 6,95 6,02 6,24 4,34 4,56 6,49 3,58 3,71 8,52 5,45 9,02 2,89 5,90 No. Wilayah 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 Jawa 3,14 3,47 4,45 4,58 6,11 5,72 6,41 5,84 0,92 4,99 6,63 6,41 6,20 2 Luar Jawa 2,91 5,37 4,25 4,39 5,03 5,78 6,07 4,84 8,14 5,58 6,83 6,39 6,31 Nasional 4,86 5,69 5,97 7,51 5,86 5,27 5,15 4,05 2,56 5,12 6,74 6,40 6,22

(10)

Pertumbuhan Sektor Industri Tahun 2001-2012

003 005 004 004 005 006 006 005 008 006 007 006 006 000 001 002 003 004 005 006 007 008 009 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jawa Luar Jawa Nasional

Pertumbuhan sektor industri pengolahan non migas di luar Pulau Jawa

cenderung sama bahkan lebih rendah dibandingkan dengan di Pulau Jawa,

sehingga penyebaran dan pemerataan industri relatif berjalan lambat dan

menghadapi tantangan yang berat…………

(11)

000 001 000 001 002 000 001 001 000 001 001 001 002 001 001 001 000 001 000 000 000 000 000 000 001 000 000 000 000 000 001 000 000 000 001 001 002 002 003 Aceh

Sumatera UtaraSumatera Barat Riau Kep. RiauJambi Sumatera SelatanBangka Belitung BengkuluLampung DKI Jakarta Jawa BaratBanten Jawa Tengah DI YogyakartaJawa Timur Bali Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan SelatanKalimantan Timur Sulawesi UtaraGorontalo Sulawesi tengah Sulawesi SelatanSulawesi Barat Sulawesi tenggara Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat

LQ

Rata-Rata LQ Sektor Industri Tahun 2008-2012

Menurut Provinsi

Sektor industri tidak merata di

setiap provinsi, hanya 4 provinsi

yang peranan sektor industrinya

kuat (nilai LQ lebih dari 1), yaitu

Provinsi Jawa Barat, Banten,

Kepulauan Riau dan Jawa

Timur…..………..………!

(12)

Sumber : BPS, 2013

KONTRIBUSI PENYUMBANG PDB MENURUT LOKASI (PERSEN)

Peranan Pulau Jawa dalam perekonomian nasional tiga tahun terakhir

cenderung mengalami peningkatan………!

(13)

NO.

WILAYAH

Nilai Investasi (Rp Miliar)

PMDN

PMA

Total

I SUMATERA

22.913,8

32.086,0

54.999,8

II JAWA

66.495,7

163.734,3

230.229,9

III BALI & NUSA TENGGARA

4.400,2

8.399,8

12.800,1

IV KALIMANTAN

28.713,6

26.208,7

54.922,3

V SULAWESI

3.624,2

14.157,6

17.781,8

VI MALUKU

1.114,9

3.035,6

4.150,6

VII PAPUA

888,2

22.813,8

23.702,0

JUMLAH

128.150,6

270.435,8

398.586,4

REALISASI INVESTASI TAHUN 2013 MENURUT WILAYAH

Sumber : BKPM, 2013 (Diolah DJ PPI)

Total investasi tahun 2013, lebih banyak didominasi oleh PMA yang

mencapai 67,84 persen dari total Rp 398,6 triliun ……….

(14)

SEBARAN INVESTASI TAHUN 2013 MENURUT WILAYAH

(PERSEN)

Sumber : BKPM, 2013 (Diolah DJ PPI)

13,79871

57,76161

3,21137

13,77927

4,46121

1,04132

5,94652

Sumatera Jawa

Bali Nusa Tenggara Kalimantan

Sulawesi Maluku Papua

Pada tahun 2013, Pulau Jawa masih menjadi wilayah

yang terbesar dalam menyerap investasi, disusul oleh

Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi ………

(15)

NO.

WILAYAH

Nilai Investasi (Rp Miliar)

PMDN

PMA

Total

I SUMATERA

9.149,57

16.428,60 25.578,17

II JAWA

26.552,02

74.233,83 100.785,85

III BALI & NUSA TENGGARA

1.757,04

2.994,20 4.751,24

IV KALIMANTAN

11.465,47

12.056,52 23.522,00

V SULAWESI

1.447,15

7.514,27 8.961,42

VI MALUKU

445,19

1.638,70 2.083,89

VII PAPUA

354,67

11.905,22 12.259,89

JUMLAH

51.171,10 126.771,35 177.942,45

REALISASI INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2013

MENURUT WILAYAH

Sumber : BKPM, 2013 (Diolah DJ PPI)

Investasi sektor industri tahun 2013, lebih banyak didominasi oleh PMA

yang mencapai 71,24 persen dari total Rp 177,9 triliun ……….

(16)

SEBARAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2013

MENURUT WILAYAH (PERSEN)

Sumber : BKPM, 2013 (Diolah DJ PPI)

14,37440 56,63958 2,67010 13,21888 5,03613 1,17110 6,88981 Sumatera Jawa

Bali Nusa Tenggara Kalimantan

Sulawesi Maluku Papua

Pada tahun 2013, Pulau Jawa masih menjadi wilayah yang

terbesar dalam menyerap investasi sektor industri, disusul

oleh Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi ………

(17)

REALISASI EKSPOR TAHUN 2013 MENURUT WILAYAH

(US $ JUTA)

Sumber : BPS, 2013 (Diolah DJ PPI)

No. Wilayah 2012 2012 Jan-Okt 2013 2013/2012 Peran.(%) 2013 Perub.(%)

1 Jawa 69.641,90 58.189,40 56.998,50 2,05 46,27

2 Luar Jawa 83.400,50 68.826,50 66.185,80 3,84 53,73

Total 153.042,40 127.015,90 123.184,30 100,00

No. Wilayah 2012 2012 Jan-Okt 2013 2013/2012 Peran.(%) 2013 Perub.(%)

1 Sumatera 45.569,60 38.025,50 36.125,70 5,00 29,33 2 Sulawesi 3.896,90 3.052,60 2.894,40 5,18 2,35 3 Kalimantan 28.138,00 23.079,00 22.357,30 3,13 18,15 4 Bali 347,00 289,70 273,80 5,49 0,22 5 Nusa Tenggara 604,30 488,30 280,50 42,56 0,23 6 Maluku 659,80 519,40 691,50 -33,13 0,56 7 Jawa 69.641,90 58.189,40 56.998,50 2,05 46,27 8 Papua 4.184,90 3.372,00 3.562,60 -5,65 2,89 Total 153.042,40 127.015,90 123.184,30 3,02 100,00

Pada tahun 2013, Pulau Jawa masih menjadi penyumbang terbesar

dalam ekspor nasional ……….

(18)

EKSPOR TAHUN 2013 MENURUT WILAYAH (PERSEN)

Sumber : BKPM, 2013 (Diolah DJ PPI)

29,32655 2,34965 18,14947 ,22227 ,22771 ,56135 46,27091 2,89209 Sumatera Sulawesi Kalimantan Bali Nusa Tenggara Maluku Jawa Papua

(19)

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI (KEK) TAHUN 2011

19

Luas Lahan Kawasan Industri di

Beberapa Pulau Besar Indonesia pada Tahun 2013

Sumber : Hasil Survey 2013

No Kawasan Industri

Jumlah

Kawasan

Industri

Luas Lahan

Kawasan Industri

(Ha)

Persentase

Luas (%)

1 Jawa

55

22,795.90

75.89

2 Sumatera

16

4,493.45

14.96

3 Sulawesi

2

2,203.00

7.33

4 Kalimantan

1

546.00

1.82

Total

74

30,038.35

100.00

(20)

20

Sumber : Hasil Survey 2013

Persebaran Kawasan Industri Menurut Provinsi

No.

Wilayah

Jumlah Luas Area

(Ha)

Persentase Luas

(%)

1

DKI Jakarta

3

1,089.60

3.63

2

Banten

16

6,195.30

20.62

3

Jawa Barat

23

11,881.00

39.55

4

Jawa Tengah

6

1,445.00

4.81

5

Jawa Timur

7

2,185.00

7.27

6

Riau dan Kepulauan

11

2,666.40

8.88

7

Sumatera Utara

3

1,326.81

4.42

8

Sumatera Barat

1

200.00

0.67

9

Lampung

1

300.24

1.00

10 Sulawesi Selatan

1

703.00

2.34

11 Sulawesi Tengah

1

1,500.00

4.99

12 Kalimantan Timur

1

546.00

1.82

Total

74

30,038.35

100.00

Kawasan industri terkonsentrasi di Provinsi Jawa Barat, Banten dan Kepulauan

Riau …..………..………!

(21)

“... konsentrasi industri didorong ke luar jawa”

Jawa 72% Luar Jawa 28%

Penyebaran Industri 2013

Jawa 60% Luar Jawa 40%

Penyebaran Industri 2025

21

(22)

II. PROGRAM PENGEMBANGAN

KOMPETENSI INTI INDUSTRI

DAERAH (KIID)

(23)

Jenis Fasilitasi Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah oleh

Kementerian Perindustrian

1

Fasilitasi Kajian Pengembangan KIID Kabuputen/Kota

Fasilitasi Penetapan Roadmap Pengembangan KIID

dan IUP melalui Peraturan Menteri Perindustrian

3

Fasilitasi Implementasi Pengembangan KIID dan IUP

berupa pemberian bantuan, mesin/peralatan

pendampingan tenaga ahli dan pelatihan

2 23

289 Kab/Kota

25 Provinsi

83 Kab/Kota

Sampai Thn 2013 Difasilitasi oleh Ditjen PPI dan Ditjen Teknis Terkait

(24)

REKAPITULASI KAB/KOTA YANG TELAH DILAKUKAN KAJIAN KOMPETENSI INTI

DAERAH

“… kabupaten/kota yang telah difasilitasi dalam

pengembangan kompetensi inti industri daerah sampai

dg tahun 2013”

2006

5 KK

2007

71 KK

2008

72 KK

2009

38 KK

2010

25 KK

289

Kab/Kota

URAIAN JUMLAH

Kab/Kota yang telah difasilitasi kajian KIID 289 Kab/kota

Kab/Kota yang telah ditetapkan roadmap

KIID melalui Permenperin 83 Kab/Kota

Provinsi yang telah diterbitkan roadmap

IUP melalui Permenperin 25 Provinsi

24

2012

11 KK

2013

67 KK

(25)

PULAU FASILTASI KAJIAN KIID PENETAPAN ROADMAP KII KAB/KOTA (PERMENPERIN)

PENETAPAN ROADMAP IUP(PERMENPERIN)

Sumatera 73 Kab/Kota 4 Kab/Kota 7 Provinsi

Kalimantan 36 Kab/Kota 7 Kab/Kota 2 Provinsi

Jawa dan Bali 82 Kab/Kota 24 Kab/Kota 4 Provinsi

Sulawesi 49 Kab/Kota 27 Kab/Kota 6 Provinsi

Nusa Tenggara 21 Kab/Kota 12 Kab/Kota 2 Provinsi

Maluku 15 Kab/Kota 7 Kab/Kota 2 Provinsi

Papua 13 Kab/Kota 2 Kab/Kota 2 Provinsi

JUMLAH 289 Kab/Kota 83 Kab/Kota 25 Provinsi

Rekapitulasi KIID yang telah Difasilitasi sd 2013

(26)

III. PROGRAM PENGEMBANGAN

KAWASAN INDUSTRI

(27)

Peran Kawasan Industri

Estimasi Nilai Ekspor US$ 52 miliar/tahun

(41% dari nilai total ekspor non migas

Tahun 2012)

Estimasi Nilai Investasi Rp 29, 9 Triliun utk

PMDN dan US$ 7,06 milliar utk PMA (60%

dari total investasi tahun 2012)

Estimasi Penerimaan Negara US$ 938 juta

(PBB, PPN, PPh)

(28)

Tantangan Pengembangan Kawasan Industri

Di Pulau Jawa

Keterbatasan lahan untuk

pembangunan dan

pengembanganan

Daya dukung yang terbatas (sumber daya air)

Masalah Lingkungan dan Sosial

Di Luar Pulau Jawa

Kemampuan tenaga kerja dan SDM industrial yang terlatih di daerah kurang baik

Belum semua Kabupaten/Kota telah

mempersiapkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) khususnya kawasan peruntukan industri Minat swasta untuk membangun kawasan industri masih kurang

Infrastruktur pendukung seperti jalan, rel kereta api, pelabuhan dan sebagainya dirasa kurang memadai

(29)

Prospek Investasi Kawasan Industri

Investasi sektor industri yang cenderung meningkat

3 tahun terakhir ini, sebagian besar masuk ke

kawasan industri.

Permintaan terhadap lahan kawasan industri yang

semakin meningkat, sementara pasokan cenderung

konstan.

Regulasi yang mewajibkan perusahaan industri

untuk berlokasi di kawasan industri.

(30)

Sumber : Collier International Indonesia, 2013

Catatan : Pada tahun 2012 peningkatan penjualan lahan kawasan industri yang berada di Luar Pulau Jawa, yaitu di Sumatera mencapai 244 Ha

Penurunan penjualan lahan pada tahun 2012 diakibatkan oleh terbatasnya pasokan lahan (khususnya di JABOTABEK, Karawang, Serang)

Perkembangan Penjualan Lahan Kawasan Industri

(31)

Sumber : Collier International Indonesia, 2013

Permintaan Lahan yang Cenderung Meningkat,

Sementara Pasokan Lahan Cenderung Konstan

(32)

Sumber : Collier International Indonesia, 2013

Harga Jual Lahan Kawasan Industri Cenderung Meningkat

(33)

Kawasan Industri di Indonesia (Jabotabek, Karawang

dan Purawakarta) relatif kurang memiliki daya saing

dibandingkan

dengan

negara-negara

pesaing

terutama ditinjau dari harga lahan kawasan industri.

Daya Saing Kawasan Industri

(34)

Perbandingan Tingkat Daya Saing Tahun 2010 dan 2013

Sumber : JETRO, 2012

Jakarta

Kondisi Tahun 2010

Kondisi Tahun 2013

(35)

Perbandingan Harga Lahan Kawasan Industri

di Beberapa Negara

No. Negara

Harga Lahan (US

$/m2)

Sewa Lahan (US

$/m2/Bulan)

1

Korea Selatan

267

0,19

2

Beijing

71-87

4,75-7,12

3

Shanghai

158

3,56

4

Guangzhou

95

2,37-6,33

5

Hong Kong

299

-

6

Taipei

1.350

1,98

7

Singapura

189,94-651,21

0,96-2,85

8

Bangkok

119

6,95

9

Bekasi/Karawang

191

19,1

10 Manila

52-102

2-6

Sumber : JETRO, 2012 35

(36)

Peran Pemerintah

Dibandingkan dengan negara-negara lain, peran

Pemerintah Indonesia dalam penyediaan lahan

kawasan industri sangat minim.

Hal ini berbeda dengan peran pemerintah pusat

dalam pengembangan kawasan industri di beberapa

negara Asia.

(37)

Pengembangan Kawasan Industri di Luar Negeri

1) Kawasan industri merupakan alat pemerataan,

2) Pemerintah beranggapan bahwa investasi di

kawasan industri sama dengan investasi fasilitas

umum, dan

3) Swasta lebih berorientasi profit dan tidak mungkin

dibebani tugas-tugas pemerataan dan penyediaan

fasilitas umum

(38)

Negara

Pemerintah

Swasta

Malaysia, 285 KI

78 % (Pusat dan Lokal)

22 %

Jepang

85 %

15 %

Korea Selatan, 300 KI

70 % (Pusat dan Lokal)

30 %

Taiwan

90 %

10 %

Singapura

85 %

15 %

Thailand, 27 KI

48 %

52 % (kerjasama

Pemerintah dan Swasta)

Pilipina, 20 KI

30 % (Pusat dan Lokal)

70 %

Indonesia

6 %

94 %

Sumber : ULI (1975) dan Dirdjojuwono (2004)

Catatan : Persentase menyatakan kontribusi dalam bentuk penanaman modal

Peran Pemerintah dan Swasta dalam Pengembangan Kawasan

Industri di Beberapa Negara Asia

(39)

Apa yang harus dilakukan ?

Kemenperin terus mendorong pengembangan

kawasan-kawasan industri yang baru.

Kementerian Perindustrian harus melakukan

intervensi dengan cara menambah pasokan lahan

kawasan industri melalui program fasilitasi

pembangunan kawasan industri.

Bentuk intervensi pemerintah dengan cara

melakukan pembangunan kawasan industri.

(40)

1. Meningkatkan

peranan

pemerintah

dalam

mengembangkan kawasan industri.

2. Membangun kawasan industri yang terintegrasi

dengan sektor lain termasuk perumahan dan rumah

sakit untuk buruh.

3. Membangun kawasan industri yang fokus pada

komoditi tertentu.

4. Membangun kemampuan SDM dan Pusat Inovasi.

Upaya Peningkatan Daya Saing Kawasan Industri

(41)

Arah Pengembangan Kawasan Industri

Kawasan Industri di Pulau Jawa

41

Pengembangan kawasan-kawasan industri yang sudah ada, dan

mendorong pembangunan kawasan industri yang baru diarahkan pada

industri-industri berbasis teknologi tinggi

Kawasan industri yang saat ini menampung perusahaan yang beraneka

ragam diarahkan untuk fokus pada pengembangan jenis industri tertentu.

Kawasan industri di Jawa Barat : fokus pada industri permesinan dan

teknologi tinggi.

Kawasan industri di Banten : fokus pada industri kimia dan besi baja

Kawasan industri di Jawa timur : fokus pada pengembangan industri

petrokimia dan industri penunjang migas.

Kawasan industri di Jawa Tengah : fokus pada pengembangan industri

padat karya seperti tekstil dan sepatu.

(42)

Arah Pengembangan Kawasan Industri

Kawasan Industri di Luar Pulau Jawa

Pengembangan kawasan industri baru yang

diarahkan pada industri berbasis sumberdaya

alam dan pengolahan mineral serta

memanfaatkan lokasi geografi yang strategis.

Mensinergikan pengembangan kawasan

industri dengan program MP3EI untuk

membangun pusat-pusat pertumbuhan

ekonomi.

(43)

1. Mengarah pada pengembangan kota baru

2. Infrastruktur

sudah

terintegrasi

dengan

sistem logistik

3. Berorientasi pada pelayanan jasa

4. Pendidikan kekhususan industri

5. Didirikan pusat inovasi

6. Memperhatikan lingkungan, dan

7. Didukung oleh sistem logistik yang efisien

dan efektif

Pengembangan Kawasan Industri Generasi Ketiga

(44)

Karakter Kawasan Industri Modern Generasi III

(45)

Jabodetabek (termasuk Subang, Karawang, Purwakarta): Industri Permesinan dan Alat

Transportasi Majalengka: Industri Tekstil

Semarang : Industri Tekstil

Kulon Progo: Industri Besi Baja

Gresik: Industri Petrokimia

Lamongan: Industri Perkapalan

Bandung: Industri Telematika Boyolali: Industri Tekstil

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI

DI KORIDOR EKONOMI JAWA

(46)

Sei Mangkei : Industri Turunan CPO Dumai: Industri Turunan CPO

Bangka: Industri Timah

Cilegon: Industri Besi Baja Muara Enim: Gasifikasi Batu Bara

Tanggamus: Industri Maritim

Bojonegara: Industri Kimia Kuala Tanjung: Industri Alumina

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI

DI KORIDOR EKONOMI SUMATERA

(47)

Maloy: Industri Turunan CPO Mempawah dan Tayan : Industri Smelter/

Chemical Grade Alumina

Batu Licin: Industri Besi Baja

Kariangau: Industri Turunan CPO Landak: Industri Berbasis

Agro

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI

DI KORIDOR EKONOMI KALIMANTAN

Ketapang: Industri Berbasis Agro

Puruk Cahu: Industri Berbasis Batubara

(48)

Gowa: Agroindustri Palu: Agroindustri

Bitung : Logistik

Soroako: Industri Ferronikel

Takalar: Industri Minyak dan Gas

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI

DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI

Morowali: Industri Ferronikel

48

Bantaeng : Ferronikel

(49)

Halmahera Timur (Buli) : Industri Ferronikel

Tangguh: Industri Petrokimia Halmahera Tengah (Wade

Bay) : Industri Ferronikel

Sorong : Industri Petrokimia

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI

DI KORIDOR EKONOMI PAPUA DAN KEP. MALUKU

(50)

50

No Daerah Output Industri Champion Tahun

1 Sei Mangkei (Sumatera Utara) Masterplan Kelapa Sawit 2011

Studi Kelayakan Ekonomi

dan Finansial Kelapa Sawit 2011

RENSTRA Kelapa Sawit 2011

2 Cilamaya, Karawang (Jawa Barat) RENSTRA Otomotif 2011

3 Kendal (Jawa Tengah) RENSTRA Tekstil 2011

4 Jombang (Jawa Timur) Masterplan Alas Kaki 2011

Studi Kelayakan Alas Kaki 2012

5 Gowa (Sulawesi Selatan) RENSTRA Kakao 2011

6 Palu (Sulawesi Tengah) RENSTRA Rotan 2011

7 Bitung (Sulawesi Utara) RENSTRA Warehouse 2011

DED Warehouse 2012

8 Batu Licin (Kalimantan Selatan) RENSTRA Besi Baja 2012

9 Kariangau (Kalimantan Timur) RENSTRA Minyak dan Gas 2012

(51)

51

No Daerah Output Industri Champion Tahun

10 Tanjung Api-Api (Sumatera

Selatan) RENSTRA Gasifikasi Batubara 2012

11 Sei Bamban (Sumatera Utara) Masterplan Karet 2012

12 Tanjung Buton (Riau) Masterplan Oleokimia 2012

13 Bangka (Babel) Masterplan Timah 2012

14 Gresik (Jawa Timur) Masterplan Petrokimia 2012

15 Lamongan (Jawa Timur) Strategic Business Plan

dan Studi Kelayakan Perkapalan 2012

16 Kulonprogo (DIY) Masterplan Besi Baja 2012

RENSTRA Besi Baja 2013

17 Majalengka (Jawa Barat) Masterplan Tekstil 2012

18 Boyolali (Jawa Tengah) Masterplan dan DED Tekstil 2012

19 Halmahera Timur (Maluku

Utara) Masterplan Ferronikel 2012

20 Tangguh (Papua) Masterplan Minyak dan Gas 2012

21 Jeneponto (Sulawesi Selatan) Masterplan Garam 2012

(52)

52

No Daerah Output Industri Champion Tahun

22 Kuala Tanjung (Sumatera

Utara) MasterPlan, RENSTRA Industri Alumina 2013

23 Tanggamus (Lampung) MasterPlan, RENSTRA Industri Maritim 2013

24 Muara Enim (Sumatera

Selatan) MasterPlan, RENSTRA Industri Karet 2013

25 Landak (Kalimtan Barat) MasterPlan, RENSTRA Industri Karet 2013

26 Tayan (Kalimantan Barat) MasterPlan, RENSTRA Industri Alumina 2013

27 Subang (Jawa Barat) MasterPlan, RENSTRA Industri Teknologi

TInggi 2013

28 Tuban (Jawa Timur) MasterPlan, RENSTRA Industri Kimia 2013

29 Demak (Jawa Tengah) MasterPlan, RENSTRA Industri Alumina 2013

30 Bintuni (Papua Barat) MasterPlan, RENSTRA Industri Migas 2013

31 Takalar (Sulawesi Selatan) MasterPlan, RENSTRA Industri Ferronikel 2013

32 Halmahera Timur (Maluku

Utara) MasterPlan, RENSTRA Industri Ferronikel 2013

(53)

IV. PROGRAM DITJEN PPI

TAHUN 2014

(54)

54

Pagu Ditjen PPI bersumber dari Rupiah Murni sebesar Rp. 93,927,564,000,- mengalami penurunan 19.48 persen dibandingkan tahun 2013 dengan rincian alokasi belanja sebagai berikut:

PAGU INDIKATIF DITJEN TAHUN ANGGARAN 2014

No. Unit TA 2013 Pagu Anggaran (Rp) TA 2014

1

Direktorat PFI Wilayah I 26.473.465.000 21.710.470.000

2

Direktorat PFI Wilayah II 24.240.836.000 21.292.040.000

3

Direktorat PFI Wilayah III 31.553.239.000 22.510.680.000

4

Sekretariat Ditjen PPI 34.383.774.000 28.414.374.000

Total

116.651.314.000

93.927.564.000

(55)

55

RENCANA KERJA DITJEN PPI TAHUN 2014

Program pengembangan perwilayahan industri bertujuan

untuk memfasilitasi percepatan pembangunan industri di

daerah yang berlandaskan keunggulan komparatif yang

dimiliki daerah melalui:

1. Pengembangan KIID yaitu industri unggulan provinsi dan

kompetensi inti industri kabupaten/kota;

2. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan industri berupa

kawasan industri;

3. Fasilitasi infrastruktur industri di daerah berupa

operasionalisasi Pusat Inovasi dan Pusat Pengembangan

Industri;

4. Meningkatkan koordinasi antara pemerintah, dunia usaha

dan akademisi dalam pengembangan sektor industri di

daerah.

(56)

56

(57)

57

(58)

58

Rencana Kegiatan Dit. PFI Wilayah I

No. Output/Kegiatan Vol Pagu (Rp) I Forum Kegiatan/Koordinasi/Monev/Pembinaan Pengembangan

Fasilitasi Industri Wilayah I

2 Forum 808.650.000

1 Koordinasi Pengembangan Perwilayahan Industri di Sumatera dan Kalimantan

337.190.000

2 Layanan Manajemen Kinerja 471.460.000

II Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri di Wilayah I 5 Kawasan 10.651.820.000

1 Operasional Pusat Inovasi KEK Sei Mangke dalam Rangka

Pengembangan Inovasi Industri Berbasis Kelapa Sawit dan Turunannya

3.950.000.000

2 Fasilitasi pengembangan pusat-pusat pertumbuhan industri berupa Kawasan Industri di Koridor Sumatera (Prov. Bengkulu dan Prov. Jambi)

1.800.000.000

3 Fasilitasi pengembangan pusat-pusat pertumbuhan industri berupa Kawasan Industri di Koridor Kalimantan (Prov. Kalteng, Kalbar dan Kaltra)

1.800.000.000

4 Penyediaan sarana prasarana Pusat Inovasi Kawasan Industri Sei Mangkei

2.000.000.000

5 Sekretariat Tim Nasional Kawasan Industri 1.101.820.000

III Fasilitasi/rekomendasi pengembangan kompetensi inti industri daerah di Wilayah I

23 Daerah 9.750.000.000

1 Kajian Pengembangan KIID di Koridor Sumatera (Prov. Aceh, Sumut, Sumbar, Babel, dan Lampung)

2.430.880.000

2 Kajian Pengembangan KIID di Koridor Kalimantan (Prov. Kaltim, Kalteng dan Kalsel)

1.322.595.000

3 Fasilitasi Koordinasi Penetapan KIID Kab/Kota 1.157.500.000

4 Fasilitasi Implementasi Industri Unggulan Provinsi (Prov. Sumbar dan Aceh)

3.534.671.000

5 Fasilitasi Penembangan Industri di daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik di Kab. Seruyan, Sanggau, Pakpak Barat dan

Pasaman Barat

1.304.354.000

(59)

59

Rencana Kegiatan Dit. PFI Wilayah II

No. Output/Kegiatan Vol Pagu (Rp)

I Forum Kegiatan/Koordinasi/Monev/Pembinaan Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah II

2 Forum 719.240.000

1 Koordinasi pengembangan wilayah industri di Jawa dan Bali 377.200.000

2 Layanan manajemen kinerja 342.040.000

II Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri di Wilayah II 8 Kawasan 4.372.800.000

1 Fasilitasi Pusat Pertumbuhan Industri di Cilacap dan Sukabumi 1.472.800.000

2 Penyusunan Master Plan Kawasan Industri di Malang 600.000.000

3 Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri di Jawa Timur (Pasuruan) 600.000.000

4 Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri di Bekasi, Karawang dan

Purwakarta

1.200.000.000

5 Penyusunan Rencana Pendirian Akademi Komunitas Pendukung Kawasan

Industri di Kawarang

500.000.000

III Fasilitasi/rekomendasi pengembangan kompetensi inti industri daerah di Wilayah II

57 Daerah 16.700.000.000

1 Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah di Jawa 2.500.000.000

2 Fasilitasi Implementasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah (KIID) di Cilacap

2.500.000.000

3 Penyusunan dan Penetapan peta panduan pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah di wilayah Jawa Bali melalui Peraturan Menteri Perindustrian

1.500.000.000

4 Fasilitasi Implementasi pengembangan Industri Unggulan Provinsi (Prov. DIY dan Jawa Timur)

3.500.000.000

5 Implementasi Peta Panduan Pengembangan KIID di Daerah Tertinggal dan Perbatasan di Kab. Lebak, Garut dan Situbondo

1.700.000.000

6 Fasilitasi Implementasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah di Kota Cimahi, Kab, Bandung, Kota Tasikmalaya, Kab. Tasikmalaya

2.000.000.000

7 Fasilitasi Implementasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah di Kab. Sukabumi, Kab. Bogor dan Kab. Sumedang

1.500.000.000

8 Fasilitasi Implementasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah di Kota Serang, Mojokerto dan Kab. Wonosobo

1.500.000.000

(60)

60

Rencana Kegiatan Dit. PFI Wilayah III

No. Output/Kegiatan Vol Pagu (Rp)

I Forum Kegiatan/Koordinasi/Monev/Pembinaan Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah III

2 Forum 1.125.000.000

1 Layanan Manajemen Kinerja dan Operasional 750.000.000

2 Fasilitasi Kawasan Industri di Wilayah Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua

375.000.000

II Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri di Wilayah III 4 Kawasan 8.160.000.000

1 Operasional PIRNAS PALU 3.660.000.000

2 Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (Teluk Bintuni)

750.000.000

3 Pengembangan Kawasan Industri Nikel di Morowali, Sulawesi Tengah 1.500.000.000

4 Pengembangan Kawasan Industri Nikel di Bantaeng, Sulawesi Selatan 1.500.000.000

5 Perencanaan Pembangunan Pusat Inovasi Logistik dalam Pengembangan KEK Bitung

750.000.000

III Fasilitasi/rekomendasi pengembangan kompetensi inti industri daerah di Wilayah III

18 Daerah 9.025.680.000

1 Kajian dan Penetapan KIID di Wilayah III 2.050.680.000

2 Kerjasama Pembangunan Desain Rotan antara PIRNas, Perguruan Tinggi dan Industri dalam Rangka Penguatan Industri Rotan Nasional

1.340.000.000

3 Fasilitasi Implementasi Pengembangan Industri Rotan di Mamuju, Sulawesi Barat

1.600.000.000

4 Fasilitasi Implementasi Pengembangan Industri Rumput Laut di Tual, Prov. Maluku

1.335.000.000

5 Implementasi Kompetensi Inti Industri Daerah di Koridor Sulawesi (Kota Bitung dan Kota Makassar

1.800.000.000

6 Fasilitasi Implementasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah (KIID)di Koridor Maluku (Kab. Maluku Tengah)

900.000.000

IV Fasilitasi/Rekomendasi Pengembangan Industri Daerah Teringgal, Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik di Wilayah III

6 Daerah 4.200.000.000

1 Fasilitasi/Rekomendasi Pengembangan Industri Daerah Teringgal, Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik di Wilayah III

4.200.000.000

(61)

61

Rencana Kegiatan Set.Dit. PPI

No. Output/Kegiatan Vol Pagu (Rp)

I Dokumen perencanaan dan penganggaran 3 Dokumen 4.425.000.000

1 Koordinasi Penyusunan Program Ditjen PPI Tahun 2014 (Sinergi, Koordinasi dan Pertemuan Teknis RKAKL)

1.000.000.000

2 Rapat koordinasi pengembangan industri daerah dengan Pemerintah Prov/Kab/Kota

3.000.000.000

Penyusunan Renstra, Renkin dan Tapkin Ditjen PPI Tahun 2014 425.000.000

II Laporan monitoring dan evaluasi serta updating data

pengembangan sektor perwilayahan industri

2 Laporan 1.025.000.000

1 Monitoring dan Evaluasi Fasilitasi Pengembangan KI, IUP dan KIID 700.000.000

2 Koordinasi Penyusunan Laporan Kinerja Ditjen PPI (Lakip, PP39, Laporan Tahunan dan Rapat Kerja DPR)

325.000.000

III Rekomendasi peningkatan iklim usaha dan kerjasama pengembangan perwilayahan industri

8 Rekomendasi 4.503.420.000

1 Peningkatan Kerjasama Promosi dan Investasi Kawasan Industri 500.000.000

2 Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Kawasan Industri Nasional

500.000.000

3 Harmonisasi RPP Perwilayahan Industri dan Kawasan Industri 500.000.000

4 Fasilitasi Penetapan Objek Vital untuk Kawasan Industri 250.000.000

5 Analisis Potensi Industri dalam Rangka Pengembangan Kawasan Industri Nasional

500.000.000

6 Koordinasi Pengembangan Perwilayahan Industri 900.000.000

7 Koordinasi Perumusan Kebijakan Pengembangan Industri melalui Policy Advisory Unit

853.420.000

(62)

62

Rencana Kegiatan Set.Dit. PPI

No. Output/Kegiatan Vol Pagu (Rp)

IV Laporan keuangan dan BMN 5 Laporan 1.000.000.000

1 Pengembangan Manajemen Keuangan Ditjen PPI 200.000.000

2 Penatausahaan, pembukuan dan verifikasi pelaksanaan anggaran Ditjen PPI

225.000.000

3 Implementasi SAK dan Simak BMN Ditjen PPI 250.000.000

4 Bimbingan Teknis Laporan Keuangan 175.000.000

5 Pemutakhiran Data Penggajian Ditjen PPI 150.000.000

V Pelaksanaan pembinaan aparatur 94 Orang 2.115.000.000

1 Pembinaan dan Peningkatan Kemampuan SDM 873.600.000

2 Penataan Manajemen Kepegawaian 490.500.000

3 Penyediaan Sarana Publikasi dan Informasi Ditjen PPI 429.500.000

4 Kajian Restrukturisasi Organisasi Ditjen PPI 321.400.000

VI Layanan perkantoran 12 Bulan 14.815.954.000

1 Gaji 11.883.900.000

2 Operasional: 2.932.054.000

- Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran 1.235.540.000

- Penyelenggaraan Peningkatan Manajemen Kinerja Perkantoran 1.696.514.000

VII Kendaraan bermotor 280.000.000

1 Pengadaan Kendaraan Bermotor Ditjen PPI 280.000.000

VIII Perangkat pengolah data dan komunikasi 250.000.000

1 Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Ditjen PPI 250.000.000

Referensi

Dokumen terkait

1 Memeriksa apakah kita sudah membangun boundaries yang benar dalam hidup kita sesuai dengan firman Tuhan 2 Membangun boundaries/batas yang jelas dan benar dengan memahami

di dalam pengamatan atau penimbangan. Pertanyaannya adalah apakah alat tes pada pascates sudah pernah digunakan sebelum pelaksanaan eksperimen? Jika sudah, maka ada

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj.IP) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan Tahun 2017 merupakan wujud akuntabilitas pencapaian kinerja

dicapai di dalam suatu keberagaman adalah agar bisa saling memahami, mengerti dan saling menghargai terhadap perbedaan, dan juga mempererat hubungan sosial antar

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis cacat dan faktor- faktor penyebab cacat pada produk Ep Yst Pro dan mengurangi jumlah cacat pada

Hal menarik dari metode probabilistik adalah representasi yang eksplisit dari ketidakpastian dalam kajian stabilitas lereng.Nilai faktor keamanan disain lereng

Hal tersebut bisa dijadikan suatu kelemahan yang tidak disadari oleh kompetitor, untuk mengungguli kompetitor dalam persaingan pemasaran melaui website,

alternatif pencarian informasi bagi mahasiswa selain perpustakaan karena internet sebagai pusat informasi bebas hambatan, 2) Faktor pendukung dalam pemanfaatan internet adalah