• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTENSITAS MELAKUKAN BODYBUILDING DI PUSAT KEBUGARAN DAN CITRA RAGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTENSITAS MELAKUKAN BODYBUILDING DI PUSAT KEBUGARAN DAN CITRA RAGA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

INTENSITAS MELAKUKAN BODYBUILDING DI PUSAT

KEBUGARAN DAN CITRA RAGA

Disusun Oleh:

EKA WAHYUNI SUHERMAN SONNY ANDRIANTO

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2007

(2)

PENGANTAR

1. Latar Belakang Masalah

Bersih, sehat, modis, dan bugar adalah hak setiap orang. Dengan tidak memandang jenis kelamin, baik perempuan maupun lelaki pasti menginginkan keempat hal tersebut. Walaupun biasanya yang lebih telaten melakukan perawatan agar bisa menjadi bersih, sehat, modis, dan bugar adalah kaum perempuan. Akan tetapi, hal tersebut tampaknya tidak berlaku lagi saat ini karena para lelaki sudah mulai menyesuaikan diri, baik dalam menjaga kebersihan tubuh, mengenakan pakaian bagus, maupun selalu berusaha memperbaiki penampilan mereka.

Soal memperbaiki penampilan inilah yang tampaknya membuat kaum pria menjadi mempertinggi intensitas berolahraga. Apalagi, saat ini tidak sedikit yang mengartikan tubuh yang ideal sebagai kondisi perut langsing berbentuk 6 kotak atau diistilahkan dengan sebutan six pack dan lengan berotot. Berbagai cara dilakukan para pria untuk membuat tubuh lebih berisi, berotot, dan tetap ramping. Salah satunya dengan sering mengunjungi pusat-pusat kebugaran (fitness center) untuk melakukan olah badan (bodybuilding).

(3)

Fenomena di atas terungkap saat Tilka (Otot Pria Bikin Masalah, SINAR HARAPAN, 12 Maret 2007), seorang professor psikologi setelah menguji 285 mahasiswa di Universitas Ohio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan dari mereka terpicu untuk memelihara otot karena dorongan media, teman, dan keluarga mereka. Mereka mulai mempercayai anggapan pria menarik adalah pria dengan otot yang sempurna. Sehingga mereka banyak meluangkan waktu mengunjungi pusat kebugaran untuk mendapatkan tubuh yang sempurna.

Pria-pria kelas atas di Jakarta ternyata juga semakin peduli dengan kesehatan dan penampilan tubuh dengan rajin berolahraga. Karena itu, semakin banyak dari mereka yang rutin ke fitness center atau tempat-tempat pembentukan tubuh agar badan mereka kencang dan fit selalu (Pasar Metroseksual, REPUBLIKA, 15 Desember 2004).

Sebagai olahragawan dan binaragawan, Rai (37) berpendapat bahwa melakukan pembentukan tubuh dengan tehnik binaraga dapat membantu mempertahankan kondisi fisik dalam waktu yang lebih lama (Rai.,dkk 2007). Dalam olahraga ini, lebih ditekankan pada menjaga kondisi tubuh dan penampilan yang baik sesuai harapan masing-masing orang.

(4)

Adi (22), seorang mahasiswa salah satu Universitas di Yogyakarta yang menjadi salah satu anggota klub kebugaran di Yogyakarta. Setiap hari, dari pukul 17.00-20.00 sudah menjadi rutinitasnya untuk melakukan fitness di Fitness Center yang sudah menjadi langganannya. Mulai dari sit-up, angkat barbel, dan semua alat fitness ia manfaatkan, terutama yang berpengaruh pada pembentukan otot perut. Sebab, dia mengaku ingin sekali memiliki perut yang oke atau six pack seperti David Beckham,pemain bola idolanya.

Penulis juga melakukan wawancara dengan Mirza (34) yang berprofesi sebagai trainer (pelatih) di salah satu pusat kebugaran (fitness center) di Yogyakarta. Mirza menyatakan bahwa dalam 2 tahun terakhir ini, konsumen yang datang ke pusat kebugaran tersebut yang kebanyakan dari kaum adam ini banyak yang memilih program latihan pembentukan/bodybuilding.

Berdasarkan penelitian di luar negeri, media massa, wawancara dan observasi penulis baik dengan anggota klub kebugaran maupun pelatih (trainer) di pusat kebugaran mengungkapkan fakta bahwa kenyataannya para pria pun mulai memperhatikan penampilan terutama bentuk tubuh yang ideal. Dengan melakukan bodybuilding di pusat kebugaran untuk membentuk lengan berotot dan perut sixpack.

(5)

Bentuk tubuh ideal dan penampilan menawan di hadapan lawan jenis adalah idaman setiap pria, sehingga untuk mencapai semua itu, mereka rela bermandikan keringat setiap hari di pusat-pusat kebugaran untuk membenahi ukuran dan bentuk tubuh mereka yang kurang ideal. Gambaran seseorang mengenai kondisi fisiknya ini lebih bersifat subjektif, karena tiap-tiap individu memiliki gambaran ideal seperti apa yang diinginkannya termasuk bentuk tubuh ideal seperti apa yang mereka miliki. Jika dia merasa dirinya bahwa keadaan fisiknya tidak sama dengan konsep idealnya, maka dia akan merasa dirinya memiliki kekurangan secara fisik. Ketidaksesuaian antara tubuh yang dipersepsi oleh individu dengan bentuk tubuh idealnya akan memunculkan ketidakpuasan terhadap tubuhnya. Hal ini terkait dengan citra raga (body image) yaitu bagaimana seseorang memandang dan menilai tubuhnya sendiri. Tingkat citra raga digambarkan oleh seberapa jauh individu merasa puas terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan (Jersild, 1979). Kesenjangan yang terlalu jauh antara tubuh yang dipersepsi individu dengan tubuh ideal akan menyebabkan penilaian negatif terhadap tubuhnya. Seringkali keadaan yang demikian membuat seseorang tidak dapat menerima keadaan fisiknya seperti apa adanya sehingga citra raganya menjadi negatif.

(6)

Menjamurnya pusat kebugaran (fitness center) bisa menjadi pilihan bagi para pria untuk melakukan olah badan (bodybuilding) demi mendapatkan tubuh ideal seperti yang mereka inginkan. Tubuh ideal pria selain sixpack juga digambarkan dengan bentuk bahu yang tegap dan dada bidang serta agak membusung (Kontes “Kecantikan” Pria, Ajang Pamer Otot, Suara Pembaruan Daily, 28 Januari 2007).

Pusat Kebugaran (Fitness Centre) merupakan suatu sarana yang cocok untuk masyarakat modern dimana olahraga kebugaran dapat dilakukan kapan saja di antara aktivitas lainnya. Olahraga kebugaran di Fitness Centre mempunyai unsur rekreasional dan fasilitas yang dirancang sedemikian rupa agar dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan anggotanya. Fasilitas yang tersedia di sebuah Pusat Kebugaran minimal memiliki ruang resepsionis, ruang olahraga (ruang cardio trainning dan ruang weight training), dan ruang ganti.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di salah satu Pusat Kebugaran (fitness center) ternyata para anggota yang tidak memiliki masalah dengan tubuhnya nampak lebih rajin dan bersemangat mengikuti latihan bodybuilding. Mereka lebih teratur mengikuti latihan dibandingkan dengan anggota-anggota lain yang memiliki masalah dengan bentuk tubuhnya. Bagi anggota yang

(7)

memiliki masalah dengan tubuhnya nampak kurang disiplin dalam mengikuti latihan, kadang datang dan kadang tidak. Keadaan tersebut dapat dilihat pada kartu tiap-tiap anggota dan buku harian latihan. Kartu tersebut berisi absent-absen, data-data, dan ukuran tubuh para anggota dari waktu ke waktu juga buku harian yang mencatat tanggal, jenis latihan, sets, ulangan (reps), dan berat beban untuk setiap kali latihan. Permasalahan yang muncul yaitu justru kebanyakan dari anggota yang memiliki bentuk tubuh yang sudah ideal lebih sering melakukan latihan program bodybuilding dengan intensitas yang tinggi dibandingkan dengan anggota yang memiliki bentuk tubuh yang kurang ideal. Mereka menyatakan alasan bahwa mereka merasa masih bisa mendapatkan bentuk tubuh yang lebih baik dari sebelumnya sesuai dengan harapan masing-masing. Mereka beranggapan bahwa dengan melakukan bodybuilding dengan intensitas yang tinggi akan memperbaiki bentuk tubuh yang sesuai harapan sehingga menghasilkan citra raga yang positif. Mereka meyakini melakukan bodybuilding dengan intensitas tinggi sebagai usaha untuk memaksimalkan hasil dalam mendapatkan bentuk tubuh ideal dengan perut sixpack dan lengan berotot.

Berangkat dari anggapan tersebut, maka perlu diteliti apakah ada hubungan antara intensitas melakukan bodybuilding di pusat kebugaran dan citra raga?

(8)

2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas melakukan bodybuilding di Pusat Kebugaran dengan citra raga.

3. Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis dari penelitian dengan judul “Intensitas melakukan bodybuilding di Pusat Kebugaran dan citra raga” ini dapat memberikan wawasan mengenai perilaku yang membuat orang mau berolahraga, khususnya melakukan bodybuilding di pusat kebugaran, yang dikaitkan dengan citra raga. Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini dapat membuka wawasan masyarakat khususnya kaum pria agar lebih memahami tujuan, manfaat, dan tehnik latihan-latihan pada bodybuilding.

Sedangkan untuk manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk mengukur hubungan antara intensitas melakukan bodybuilding di Pusat Kebugaran dengan citra raga. Selain itu, untuk mengetahui alasan-alasan lain yang membuat pria tertarik melakukan bodybuilding di Pusat Kebugaran.

(9)

a. Intensitas melakukan Bodybuilding

Intensitas melakukan bodybuilding yaitu adalah kekuatan, ketahanan, keaktifan, dan pemahaman seseorang atau individu dalam melakukan bodybuilding.

Menurut sintesa dari teori Fox (1987), dari situs (www.mckinley.uiuc.edu), teori Folkins & Sime (1981), dan dari situs (http//:en.wikipedia.org/wikipedia/bodybuilding), intensitas melakukan bodybuilding memiliki 3 aspek, diantaranya: 1). Latihan, 2). Nutrisi, serta 3). Pemulihan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas melakukan bodybuilding berdasarkan penelitian yang dilakukan Young (2005) diantaranya sebagai berikut: a. faktor individu (individual factor), b. faktor lingkungan (environmental factor), c. faktor program latihan (program factor), d. faktor pemahaman dan penggunaan (understanding and applying factor).

b. Citra raga

Citra raga adalah gambaran individu mengenai penampilan fisik dan perasaan yang menyertainya, baik terhadap bagian-bagian tubuhnya maupun mengenai keseluruhan tubuh, berdasarkan penilaian sendiri. Selanjutnya, citra raga dapat mendatangkan perasaan senang dan tidak senang.

(10)

Menurut Banfield (2002), citra raga dibagi ke dalam 3 aspek diantaranya yaitu: a. Aspek kognisi dan afeksi (Cognitions and Affect Regarding Body), b. Aspek perilaku mementingkan tubuh dan perilaku diet (Body Importance and Dieting Behavior) , dan c. Aspek citra raga yang dipersepsi (Perceptual Body Image).

Faktor-faktor yang mempengaruhi citra raga berdasarkan sintesa dari teori Taleporas dan Mc Cabe (Banfeld, 2006) dan Slade (Banfeld, 2002) diantaranya, yaitu: a. faktor sejarah (historical factor), b. faktor budaya (cultural factor), c. faktor social (social factor) d. individu (individual factor), dan e. faktor biologis (biological factor).

5. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan yang positif antara intensitas melakukan bodybuilding di pusat kebugaran dengan citra raga. Semakin tinggi intensitas melakukan bodybuilding maka semakin positif citra raga. Sebaliknya, semakin rendah intensitas melakukan bodybuilding, maka semakin negatif citra raga.

(11)

METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian

Subjek yang menjadi sasaran penelitian memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Jenis kelamin laki-laki. 2. Usia 18-30 tahun.

3. Anggota/member di pusat kebugaran/fitness center. 4. Lokasi Yogyakarta.

B. Alat Ukur

Angket citra raga berjumlah 30 aitem yang terdiri dari 15

aitem favorable dan 15aitem unfavorable.

Tabel 1

Blue Print Item Citra Raga

Faktor Favorable Unfavorable Jumlah Kognisi & afeksi 1,7,13,19,25 4,10,16,22,28 10

Perilaku mementingkan tubuh dan perilaku

berdiet

2,8,14,20,26 5,11,17,23,29 10

Citra raga yang dipersepsi

3,9,15,21,27 6,12,18,24,30 10

Jumlah 15 15 30

Angket intensitas melakukan bodybuilding berjumlah 30 aitem yang terdiri dari 15 aitem favorable dan 15 aitem unfavorable.

(12)

Tabel 3

Blue Print Item Intensitas melakukan Bodybuilding Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Latihan 1,7,13,19,25 4,10,16,22,28 10 Pemulihan 2,8,14,20,26 5,11,17,23,29 10 Nutrisi 3,9,15,21,27 6,12,18,24,30 10

Jumlah 15 15 30

C. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan korelasi product moment dari Karl Pearson untuk mengungkap hubungan antara intensitas melakukan bodybuilding di pusat kebugaran dengan citra raga. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 12,0 for windows.

(13)

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan data dokumentasi sampel, maka dapat diketahui jumlah sampel berdasarkan usia. Gambaran umum mengenai subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6

Deskripsi Subjek Penelitian

Faktor Kategori Jumlah

Usia 18-19 20-21 22-23 24-25 26-27 5 16 13 4 2 40 Tinggi badan 163-165 166-168 169-170 172-174 175-177 178-180 2 6 13 8 8 3 40 Berat badan 52-60 61-69 70-78 17 17 5 40

Gambaran singkat mengenai data penelitian secara umum yang berisikan fungsi-fungsi statistik dasar dari masing-masing variabel dapat dilihat secara lengkap pada tabel 7.

Tabel 7

Deskripsi Data Penelitian

(14)

Xmax Xmin Mean SD Xmax Xmin Mean SD Citra raga 92 23 57,5 11,5 83 50 69,78 8,607 Intensitas melakukan Bodybuilding 96 24 60 12 96 63 76,57 8,638 Mean = 2 max min X X ? SD = 6 min max X X ? Tabel 9

Kategorisasi citra raga

Kategori Skor Jumlah Prosentase

Sangat Tinggi X > 78,2 6 15%

Tinggi 64,4< X = 78,2 23 57,5%

Sedang 50,6 < X = 64,4 10 25%

Rendah 36,8 = X = 50,6 1 2,5%

Sangat rendah X< 36,8 0 0%

Melihat tabel 9 dapat diketahui bahwa subjek yang termasuk kategori sangat tinggi sebanyak 6 subjek (15%), kategori tinggi sebanyak 23 subjek (57,5 %), kategori sedang sebanyak 10 subjek (25 %), kategori rendah sebanyak 1 subjek (2,5%) dan tidak ada subjek dalam kategori sangat rendah. Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa citra raga pada pria berada pada kategori tinggi sebanyak 57,5 %, karena jumlah subjek yang berada pada rentang

(15)

skor 64,4-78,2 paling banyak, jika dibandingkan dengan jumlah subjek pada rentang

Tabel 11

Kategorisasi intensitas melakukan bodybuilding

Kategori Skor Jumlah Prosentase

Sangat Tinggi X > 81,6 12 30%

Tinggi 67,2 < X = 81,6 21 52,5%

Sedang 52,8 < X = 67,2 7 17,5%

Rendah 38,4 = X = 52,8 0 0%

Sangat rendah X< 38,4 0 0%

Melihat tabel 11 dapat diketahui bahwa subjek yang termasuk kategori sangat tinggi sebanyak 12 subjek (30 %), kategori tinggi sebanyak 21 subjek (52,5 %), kategori sedang sebanyak 7 subjek (17,5 %), dan tidak ada subjek dalam kategori rendah maupun kategori sangat rendah. Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa intensitas melakukan bodybuilding pada pria berada pada kategori tinggi sebanyak 52,5 %, karena jumlah subjek yang berada pada rentang skor 67,2-81,6 paling banyak, jika dibandingkan dengan jumlah subjek pada rentang skor lain.

(16)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian, maka hipotesis yang telah diajukan, yaitu ada hubungan positif antara intensitas melakukan bodybuilding di pusat kebugaran dan citra raga diterima. Hasil analisis korelasi dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,811 dengan p= 0,00 (p<0,01), dengan hasil tersebut dapat diartikan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara intensitas melakukan bodybuilding di pusat kebugaran dan citra raga. Hal ini berarti semakin tinggi intensitas melakukan bodybuilding di pusat kebugaran maka semakin positif citra raga. Sebaliknya semakin rendah intensitas melakukan bodybuilding di pusat kebugaran maka semakin negatif citra raga.

Diterimanya hipotesis dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa intensitas melakukan bodybuilding mempunyai peranan dalam menciptakan citra raga. Bodybuilding akan membantu membentuk badan yang ideal seperti yang diharafkan subjek sehingga terbentuklah citra raga yang positif. Pria yang melakukan bodybuilding dengan intensitas yang tinggi akan mempunyai citra raga yang positif. Sebaliknya, pria yang melakukan bodybuilding

(17)

dengan intensitas yang rendah akan mempunyai citra raga yang negatif.

Citra raga (body image) yaitu gambaran jasmani atau citra mental seseorang mengenai tubuhnya sendiri (Kartono dan Gulo, 2000). Gambaran terhadap tubuh, menurut Slade, untuk menyatakan suatu penampilan tubuh yang mencakup ukuran, keadaan atau kondisi, dan bentuk tubuh (Gardner, 1996). Citra raga yang dipengaruhi oleh intensitas melakukan bodybuilding di pusat kebugaran akan mengakibatkan dua hal yaitu dengan intensitas melakukan bodybuilding yang tinggi maka terbentuklah citra raga yang positif dan dengan intensitas melakukan bodybuilding yang rendah maka terbentuklah citra raga negatif.

Hasil uji linearitas hubungan variabel intensitas melakukan bodybuilding dengan citra raga diperoleh hasil F = 84,646 dengan p= 0,000 (p< 0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel intensitas melakukan bodybuilding dengan citra raga bersifat linier atau mengikuti garis lurus. Adanya hubungan positif antara intensitas melakukan bodybuilding dengan citra raga mengungkapkan bahwa intensitas melakukan bodybuilding merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap citra raga pada pria di pusat kebugaran. Bodybuilding merupakan olahraga yang difokuskan pada pembentukan tubuh. Ketiga aspek dalam

(18)

bodybuilding yaitu: latihan, nutrisi, dan pemulihan yang dilakukan dengan teratur dan berkesinambungan akan tercapailah tubuh ideal seperti harapan masing-masing orang. Jika seseorang memiliki intensitas yang tinggi dalam melakukan bodybuilding maka dia akan memiliki citra raga yang positif. Sebaliknya, intensitas melakukan bodybuilding yang rendah akan menjadikan seseorang memiliki citra raga yang negatif..

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel citra raga subjek penelitian mayoritas berada pada tingkat tinggi yaitu 57,5 %, sementara pada variabel intensitas melakukan bodybuilding mayoritas berada pada tingkat tinggi juga yaitu sebesar 52,5 %. Subjek yang mengisi kuisioner berada pada tingkatan usia antara 18-27 tahun. Menurut Monks.,dkk (1988), usia di bawah 40 tahun masih senang mencoba dan melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencari dan mempertahankan eksistensi diri. Sehingga para subjek rata-rata mempunyai intensitas melakukan bodybuilding yang tinggi. Sesuai pendapat Hurlock (1993), bahwa kekuatan dan penampilan fisik menjadi prioritas utama individu dengan usia di bawah 40 tahun. Hal ini yang mengakibatkan banyak subjek memiliki citra raga tinggi karena usia mereka masih berada di bawah 40 tahun. Sesuai dengan karakteristik subjek yang mempunyai rentang usia antara 18-30 tahun.

(19)

Intensitas melakukan bodybuilding berada pada tingkat tinggi dengan prosentase sebesar 52,5%. Hasil yang didapatkan dari data penelitian setelah menyebarkan kuisioner sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan sebelumnya oleh peneliti di Pusat Kebugaran. Tingginya intensitas melakukan bodybuilding pada subjek terlihat pada buku presensi untuk mencatat kedatangan per hari dan lembaran buku harian yang mencatat jenis latihan, beban, sets, dan reps untuk setiap kali latihan. Dan hasil observasi menunjukkan bahwa ternyata kebanyakan dari subjek yang melakukan bodybuilding dengan intensitas yang tinggi dilihat dari seringnya kedatangan para subjek per harinya di buku presensi dan aktivitas para subjek yang tercatat di dalam lembaran buku harian.

Kontribusi intensitas melakukan bodybuilding di pusat kebugaran sebesar 65,8 % ini berarti intensitas melakukan bodybuilding memberikan kontribusi sumbangan efektif sebesar 65,8 % terhadap citra raga. Sisanya sebesar 34,2 % adalah faktor lain yang mempengaruhi citra raga namun tidak diperhatikan dalam penelitian ini. Faktor-faktor lain tersebut dalam Banfield (2006) yaitu, faktor sejarah (historical factor), faktor budaya (cultural factor), faktor sosial (social factor), dan faktor biologis (biologcal factor). Intensitas melakukan bodybuilding berasal dari salah faktor yang mempengaruhi citra raga yaitu faktor individu. Seseorang akan berusaha memperbaiki keadaan raganya jika keadaan

(20)

raganya tidak sesuai dengan raga ideal seperti harapannya. Sesuai dengan teori kebutuhan Maslow ( Hill, dkk., 1994), setiap kebutuhan membutuhkan suatu pemenuhan, sehingga diperlukan suatu motivasi dan usaha untuk mewujudkan kebutuhan tersebut. Keinginan individu untuk mengubah citra raganya yang tadinya negatif menjadi positif memerlukan motivasi yang kuat dalam melakukan intensitas melakukukan bodybuilding yang tinggi sehingga citra raganya menjadi positif. Motivasi inilah yang merupakan faktor dari individu yang bisa menjadi faktor penyebab berhasil atau tidaknya seseorang melakukan bodybuilding dengan intensitas tinggi sehingga citra raga positif pun terwujud.

Peneliti melakukan analisis tambahan untuk sumbangan efektif ketiga aspek intensitas melakukan bodybuilding yaitu latihan, pemulihan, dan nutrisi terhadap citra raga. Berdasarkan hasil analisis regresi, ternyata aspek latihan merupakan yang paling berpengaruh besar sumbangannya terhadap citra raga, dengan prosentase sebesar 61,7%. Sedangkan aspek pemulihan hanya sebesar 4,3% berpengaruh dalam intensitas melakukan bodybuilding terhadap citra raga.

Pengisian skala penelitian dilakukan di masing-masing tempat subjek penelitian. Peneliti memberikan kuisioner atau angket per subjek dengan menunggu sampai subjek selesai mengerjakan

(21)

pernyataan-pernyataan. Hal ini mengakibatkan subjek merasa lebih nyaman berada pada lingkungannya sehingga mempengaruhi hasil penelitian yang menunjukkan tingkat intensitas melakukan bodybuilding subjek termasuk dalam kategori tinggi. Hasil yang diperoleh mungkin tidak sama apabila skala penelitian diberikan pada situasi dan kondisi yang lain.

Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yaitu pada waktu melakukan penelitian di lapangan, peneliti memiliki waktu yang sedikit sehingga subjek yang terkumpul untuk penelitian pun hanya berjumlah 40 orang. Selain itu subjek dalam penelitian ini hanya difokuskan pada jenis kelamin pria, sehingga tidak bisa membedakan citra raga antara pria dan wanita. Penelitian intensitas melakukan bodybuilding dan citra raga ini, menggunakan metode kuantitatif sehingga analisis hasil data penelitian kurang mendalam.

Kelemahan lainnya yaitu terkait dengan tingginya skor korelasi antara intensitas melakukan bodybuilding dengan citra raga diperoleh hasil dengan F=0,811 dan r=0,000 (r<0,001) yang artinya kedua variabel memiliki mempunyai hubungan positif yang sangat signifikan. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini tidak mungkin terjadi untuk penelitian ilmu sosial.

(22)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa ada hubungan positif antara intensitas melakukan bodybuilding di pusat kebugaran dengan citra raga. Korelasi Product Moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r=0,811 dengan p= 0,000 (p<0,001), yang artinya ada

(23)

hubungan yang sangat signifikan antara intensitas melakukan bodybuilding di Pusat Kebugaran dengan citra raga. Semakin tinggi intensitas melakukan bodybuilding di Pusat Kebugaran, maka semakin positif citra raga. Sebaliknya, semakin rendah intensitas melakukan bodybuilding di Pusat Kebugaran, maka semakin negatif citra raga. Hasilnya, hipotesis diterima.

Ada hubungan yang positif antara intensitas melakukan bodybuilding di Pusat Kebugaran dengan citra raga. Sumbangan efektif variable intensitas melakukan bodybuilding terhadap citra raga adalah sebesar 65,8%. Artinya, intensitas melakukan bodybuilding berpengaruh terhadap citra raga sebesar 65,8%.

Beberapa kelemahan dalam penelitian ini yaitu peneliti hanya memiliki waktu yang singkat dalam menyebarkan angket dan subjek penelitian hanya dari jenis kelamin pria saja.

SARAN 1. Subjek Penelitian

Untuk subjek penelitian yaitu para pria yang menjadi anggota di Pusat Kebugaran atau Fitness Centre, peneliti memberikan masukan supaya para subjek merubah cara pandang

(24)

mereka terhadap tubuh. Dan dalam melakukan bodybuilding di pusat kebugaran tidak hanya termotivasi untuk membentuk tubuh yang ideal semata, tetapi lebih memperhatikan kebugaran dan kesehatan tubuh. Selain itu, para subjek diharafkan lebih memperhatikan latihan karena faktor latihan yang paling berpengaruh besar dalam menciptakan citra raga positif dari hasil penelitian ini.

2. Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian dengan topic yang sama terutama bodybuilding, agar melihat variable lain selain citra raga yang akan dihubungkan dengan variabel bodybuilding. Atau juga bisa melakukan penelitian dengan membedakan berdasarkan jenis kelamin karena penelitian ini hanya mengambil subjek berjenis kelamin pria.

Selain itu, peneliti selanjutnya bisa mencoba menggunakan metode penelitian eksperimen untuk meneliti hubungan antara intensitas melakukan bodybuilding dengan citra raga ini.

IDENTITAS PENULIS

(25)

No. Mahasiswa: 03320201

Alamat rumah: Jl. Cilembang No.44 B, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Referensi

Dokumen terkait

Proyek Operasi don Perawatan Fasilitas IKlP Padang.. Po.ubanBunnn Manwarakat

•• Setiap set data hendaknya diberi catatan Setiap set data hendaknya diberi catatan Setiap set data hendaknya diberi catatan Setiap set data hendaknya diberi catatan atau

Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Mediasi vide pasal 130 HIR juncto pasal 82 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang

1. Bacalah daftff pertanyaan yang kami buat kemudian memberikan jawaban yang sesuai dengan apa yang serta tingkat kepentingan dari para pelanggan dalam memperoleh

Evaluasi Administrasi hanya dilakukan pada hal-hal yang tidak dinilai pada penilaian kualifikasi, unsur-unsur yang dievatuasi Meliputi : febngka-pan persyaratan Vani

yang dilakukan laki-laki terhadap perempuan dalam rumah tangga pun kembali dibahas. Penindasan tidak hanya bersifat fisik, dalam tema

Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menyiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Membuat lembar observasi untuk guru dan siswa. Membuat

penuh dan harus di sisakan tempat kosong ( head space ) di atas wadah (max 10% dari kapasitas wadah) agar pada saat proses sterilisasi masih ada tempat untuk