• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPETENSI PUSTAKAWAN PERPUSTAKAAN KHUSUS (Studi Kasus Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Bogor) Vivit Wardah Rufaidah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMPETENSI PUSTAKAWAN PERPUSTAKAAN KHUSUS (Studi Kasus Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Bogor) Vivit Wardah Rufaidah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Perpustakaan khusus berkembang sejalan dengan perkembangan kebutuhan informasi perusahaan, organisasi atau instansi pe-merintah, serta lembaga masyarakat. Perpustakaan khusus berfungsi sebagai pusat informasi dalam suatu bidang ilmu atau teknologi khusus bagi pemustaka tertentu. Pustakawan di perpustakaan khusus selain harus menguasai teknis pengelolaan informasi, juga harus memahami subjek informasi yang dilayani, sumber-sumber informasi yang relevan, memiliki kompetensi profesional dan personal. Artikel ini mengungkapkan hasil evaluasi terhadap peran pustakawan di Pusat Perpustakaan dan Penyebar-an Teknologi Pertanian (PUSTAKA) sesuai SK Menpan No. 132 tahun 2002, dan mencoba menggali permasalahan yang berkaitan dengan fungsi mereka. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari 28 orang pustakawan, komposisi antara pustakawan ahli, pustaka-wan terampil dibanding tenaga administrasi (non profesional) adalah 1:2:9 yang berarti sudah mendekati komposisi ideal standar perpustakaan khusus dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas), yaitu 1:2:4. Data tahun 2008 tentang komposisi usia menunjukkan pustakawan PUSTAKA didominasi oleh kelompok umur 51-55 tahun (33,33%) dan 46-60 (29,17%), serta 56-60 (25%). Artinya PUSTAKA akan menghadapi kondisi rawan dalam tahun 2009-2010, karena sekitar 6 hingga 8 orang tenaga pustakawan (28%) akan segera menjalani pensiun. Rekrutmen atau pengembangan tenaga pustakawan dari tenaga administrasi perlu segera dilakukan sebagai suatu konsekuensi jika PUSTAKA hendak dipertahankan sebagai pembina perpustakaan dan pustakawan, apalagi sebagai satuan administrasi pangkal (satminkal) pustakawan lingkup Departemen Pertanian.

ABSTRACT

Competency of Librarians in a Special Library (Case Study on the Center for Agricultural Library and Technology Dissemination)

Special library developed in line with increasing information need of industry, social organization, government institutions and public institution. It function as information centre in a particular field of science or technology for particular users. Librarian in such kind library should not only be proficient in information technique and management, but also in such main field where they work, the appropriate and relevan information sources, and they must have professional and personal competencies. This article revealed results

KOMPETENSI PUSTAKAWAN PERPUSTAKAAN KHUSUS

(Studi Kasus Pusat Perpustakaan dan Penyebaran

Teknologi Pertanian Bogor)

Vivit Wardah Rufaidah

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122, telp. (0251) 8321746, faks.: (0251) 8326561, email: pustaka@pustaka-deptan.go.id.

of evaluation on librarian role who work in the Centre for Agricultural Library and Technology Dissemination (CALTD) in line with the national regulation for librarian and their credit point No.132/2002, and tried to elaborate their problem which related to their function. The results showed that librarian composition among the expert, skilled and no professional was 1:2:9, while according to National Standar must be 1:2:4. Data on librarians age showed that CALTD was dominated by group of 51-55 years of age (33,33%), 46-60 (29,17%) and 56-60 (25%). It meant that CALTD will face a trouble condition due to about 6 up to 8 librarians will soon retire in 2009-2010. Based on that reason, consequently a recruitment or librarian development must be soon performed, moreover CALTD has function as the main institute for librarian profession within the Ministry of Agriculture.

Keywords: special library, librarian competencies, librarian ideal composition

PENDAHULUAN

Perpustakaan berkembang pesat sejalan dengan per-kembangan kehidupan masyarakat, kebutuhan pengetahu-an, dan teknologi informasi. Perkembangan tersebut membawa dampak kepada pengelompokkan perpustakaan berdasarkan pola-pola kehidupan, kebutuhan informasi, pengetahuan, dan teknologi informasi (Surachman 2005). Istilah dalam bidang perpustakaan menjadi sangat luas namun cenderung mempunyai spesifikasi tertentu.

Dilihat dari perkembangan teknologi informasi, perpustakaan berkembang mulai dari perpustakaan tra-disional, elektronik, digital hingga perpustakaan virtual atau maya. Kemudian dilihat dari pola kehidupan masya-rakat, perpustakaan berkembang mulai dari perpustaka-an desa, perpustakaperpustaka-an masjid, perpustakaperpustaka-an pribadi, perpustakaan keliling, dan sebagainya.

Perpustakaan khusus berkembang karena perkem-bangan kebutuhan perusahaan, organisasi atau instansi akan pemenuhan dan pengelolaan informasi guna men-dukung jalannya organisasi atau instansinya. Untuk itu peran tenaga perpustakaan atau pustakawan yang

(2)

merupakan ujung tombak dalam layanan informasi di perpustakaan sangat menentukan.

Dalam makalah ini, dibahas peran tenaga fungsional pustakawan (sesuai SK Menpan 132/KEP/M.PAN/12/ 2002) dalam mendukung berjalannya pemenuhan ke-butuhan dan pengelolaan informasi di organisasi induk-nya dan menggali permasalahan dikaitkan dengan fungsi pustakawan di perpustakaan khusus, yaitu di Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertani-an, Bogor.

Perpustakaan Khusus

Berdasarkan Ketetapan Badan Standarisasi Nasional (BSN) nomor 1637/BSN-1/HK.74/10/99, perpustakaan khusus adalah salah satu jenis perpustakaan yang di-bentuk oleh lembaga (pemerintah/swasta) atau persahaan atau asosiasi yang menangani atau mempunyai misi bidang tertentu dengan tujuan untuk memenuhi ke-butuhan bahan pustaka/informasi di lingkungannya dalam rangka mendukung pengembangan dan pening-katan lembaga maupun kemampuan sumber daya manusia.

Dalam perkembangannya, definisi lebih spesifik tercantum dalam UU Perpustakaan No. 43 Tahun 2007, Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang diper-untukkan secara terbatas bagi pemustaka di lingkungan lembaga pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga pen-didikan keagamaan, rumah ibadah, atau organisasi lain (Perpustakaan Nasional RI 2007). Surachman (2005) juga menyatakan bahwa perpustakaan khusus merupakan perpustakaan yang didirikan untuk mendukung visi dan misi lembaga-lembaga tertentu yang berfungsi sebagai pusat informasi terutama berhubungan dengan peneliti-an dpeneliti-an pengembpeneliti-angpeneliti-an. Biaspeneliti-anya perpustakapeneliti-an ini ber-ada di bawah bber-adan, institusi, lembaga ilmiah atau organisasi bisnis, industri, pemerintah, dan pendidikan, misalnya perguruan tinggi, perusahaan, departemen, asosiasi profesi, instansi pemerintah dan lain sebagainya.

Perpustakaan khusus biasanya juga mempunyai karakteristik khusus dilihat dari fungsi, subyek yang ditangani, koleksi yang dikelola, pengguna yang di-layani, dan kedudukannya. Beberapa hal yang mem-bedakan perpustakaan khusus dengan perpustakaan umum adalah:

-

koleksi buku yang terbatas pada disiplin ilmu ter-tentu saja.

-

keanggotaan terbatas tergantung kebijakan perpus-takaan atau kebijakan badan induk.

-

peran pustakawan melakukan penelitian untuk ang-gota.

-

titik berat koleksi bukan buku, melainkan pada majalah, pamflet, prosiding, laporan penelitan, dan abstrak. Umumnya informasi di perpustakaan khusus lebih mutakhir.

-

jasa perpustakaan lebih mengutamakan kebutuhan pengguna (user oriented).

Pustakawan di Perpustakaan Khusus

UU Perpustakaan No. 43 Tahun 2007 mendefinisikan Pustakawan sebagai seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Definisi tersebut bersifat umum karena tidak mengacu khusus untuk pustakawan di perpus-takaan khusus.

Murphy (1991) mendefinisikan pustakawan di per-pustakaan khusus lebih spesifik dengan menyatakan bahwa seorang pustakawan di perpustakaan khusus mempunyai kompetensi khusus. Kompetensi khusus tersebut bersifat unik dan saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), keahlian (skills), dan perilaku (attitudes). Kompetensi khusus dan unik tersebut ter-masuk di dalamnya penguasaan secara mendalam penge-tahuan berbagai informasi khusus sesuai subyek spesialisnya, berbagai informasi atau pengetahuan baik tercetak maupun elektronik yang dapat mempertemukan

user atau pengguna dengan informasi yang

dibutuh-kannya.

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) merupakan salah satu perpus-takaan khusus yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan perpustakaan dan penyebarluasan infor-masi ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian lingkup Departemen Pertanian (Deptan). Fungsi PUSTAKA adalah: (1) merumuskan program perpustakaan dan penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian; (2) mengelola sumber daya perpustakaan dan pengem-bangan aplikasi teknologi informasi; (3) membina sumber daya perpustakaan di lingkungan Deptan; (4) pengelolaan dan pembinaan publikasi hasil penelitian

(3)

penyebaran informasi teknologi dan hasil-hasil peneliti-an pertpeneliti-anipeneliti-an melalui pengembpeneliti-angpeneliti-an jaringpeneliti-an informasi dan promosi inovasi pertanian; (6) mengelola sarana instrumentasi teknologi informasi dan bahan pustaka; dan (7) melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga pusat (SK Mentan No. 329/Kpts/OT. ...).

Sejalan dengan fungsi PUSTAKA, Bottazzo (2005) menyatakan bahwa peran pustakawan atau information

specialist di perpustakaan khusus yang telah

mengapli-kasikan teknologi informasi adalah (1) memahami dengan baik informasi yang dibutuhkan untuk organi-sasinya, (2) harus dapat memahami dan kemudian mengevaluasi sumber-sumber informasi yang dimiliki dan relevan dengan organisasinya serta sekaligus juga membina kerja sama informasi dengan sumber-sumber informasi tersebut, (3) pustakawan harus menjadi promotor yang menentukan dalam organisasi untuk pengadaan materi informasi perpustakaan, indeksing, berita dan aktivitas lain.

Bila dikaitkan dengan peran pustakawan tersebut, pustakawan di PUSTAKA diharapkan menjadi

informa-tion specialist di bidang pertanian sehingga keahlian

yang dibutuhkan pustakawan di PUSTAKA bukan hanya menguasai teknis pengelolaan informasi tetapi juga memahami dengan baik informasi teknologi pertanian dengan baik, dapat menguasai dan meng-evaluasi sumber-sumber informasi teknologi pertanian yang dibutuhkan oleh pengguna dan organisasi induk, dan menjadi penentu kebijakan organisasi karena fungsinya sebagai pemasok utama informasi.

Sidang tahunan Special Libraries Association (SLA) pada tahun 1996, menyatakan perpustakaan khusus memerlukan pustakawan yang memiliki kemam-puan atau kompetensi khusus. Kompetensi khusus tersebut yaitu kompetensi profesional dan kompetensi personal.

Kompetensi profesional menyangkut pengetahuan yang dimiliki pustakawan khusus dalam bidang sumber-daya informasi, akses informasi, teknologi, manajemen dan riset, serta kemampuan untuk menggunakan bidang pengetahuan sebagai basis dalam memberikan layanan perpustakaan dan informasi. Kompetensi personal adalah keterampilan atau keahlian, sikap dan nilai yang memungkinkan pustakawan bekerja secara efisien, menjadi komunikator yang baik, selalu mempunyai semangat untuk terus belajar sepanjang karirnya, dapat

mendemonstrasikan nilai tambah atas karyanya, dan selalu dapat bertahan dalam dunia kerja yang baru.

Dalam kompetensi profesional, pustakawan di per-pustakaan khusus diharapkan: (1) mempunyai penge-tahuan atas isi sumber daya informasi, termasuk kemam-puan mengevaluasi, (2) memiliki pengetahuan subjek khusus yang cocok dan diperlukan oleh organisasi induk atau pengguna jasa, (3) mengembangkan dan mengelola jasa informasi yang nyaman, mudah diakses dan murah (cost effective) sejalan dengan arahan stra-tegi organisasi, (4) menyediakan pedoman (Prosedur Operasional Standar/SOP) dan dukungan untuk peng-guna jasa dalam mengkaji kebutuhan informasi dan nilai tambah jasa informasi serta produk yang memenuhi kebutuhan, (5) menggunakan teknologi informasi yang sesuai untuk mengadakan, mengorganisasikan dan mendiseminasikan informasi, (6) menghasilkan produk informasi khusus untuk digunakan di dalam maupun di luar organisasi atau oleh pengguna perorangan, (7) mengevaluasi hasil penggunaan informasi dan melaku-kan kajian yang berhubungan dengan permasalahan manajemen informasi, (8) meningkatkan jasa informasi secara berkelanjutan untuk menjawab tantangan dan perkembangan, (9) merupakan anggota dan tim mana-jemen senior atau konsultan bagi organisasi tentang isu informasi.

Kompetensi personal yang dituntut bagi pustaka-wan di perpustakaan khusus dijabarkan Murphy (1991) sebagai berikut: (1) pustakawan dapat melakukan layan-an prima, (2) selalu mencari tlayan-antlayan-anglayan-an dlayan-an melihat peluang tidak terbatas di dalam perpustakaan tapi juga di luar perpustakaan, (3) dapat membaca permasalahan dengan wawasan yang luas, (4) selalu mencari mitra kerja atau kerja sama dengan pihak lain, (5) menciptakan lingkungan yang saling menghargai dan mempercayai, (6) memiliki keterampilan berkomunikasi, (7) dapat bekerja sama baik dengan pustakawan dan pihak lain dalam satu tim, (8) menyiapkan kepemimpinan, (9) membuat perencanaan, dan skala prioritas dalam pekerjaan, (10) secara terus menerus meningkatkan dan memperbaiki layanan informasi untuk merespon perubahan kebutuhan informasi, (11) komitmen atau setia pada pembelajaran seumur hidup dan perencanaan karir pribadi, (12) memiliki keterampilan bisnis dan menciptakan peluang baru, (13) mengakui nilai profesional kerja sama dan kesetiakawanan, dan (14) bersifat fleksibel atau luwes dan bersikap positif.

(4)

Kondisi Pustakawan Badan Litbang Pertanian Data terakhir dari Sekretariat TPJP (Tim Penilai Jabatan Pustakawan) Departemen Pertanian tahun 2008, ber-dasarkan SK Menpan No.132/KEP/M.PAN/12 tahun 2002 (Badan Kepegawaian Negara 2006), pejabat fung-sional pustakawan di lingkup Badan Litbang Pertanian Deptan sebanyak 82 orang, 24 orang diantaranya berada di PUSTAKA atau 29,27% dari keseluruhan pejabat fungsional pustakawan (Gambar 1). Dari jumlah tersebut, 62,5% (15 orang) adalah pustakawan wanita dan 9 orang lainnya (37,5%) adalah pustakawan pria.

Banyaknya jumlah pustakawan di PUSTAKA dikarenakan peran penting PUSTAKA dalam kegiatan penyediaan dan penyebaran informasi hasil-hasil penelitian dan pengkajian bidang pertanian di lingkup Departemen Pertanian. Dengan tersebarnya instansi lingkup Deptan di seluruh Indonesia, tugas pustakawan bertambah berat karena kegiatan harus didukung oleh aplikasi teknologi informasi untuk mempercepat dan mempermudah penyajian dan pelayanan informasi pada pengguna (peneliti, penyuluh, pembuat kebijakan) dan pengguna lainnya.

Tidak seperti pustakawan di instansi lingkup Badan Litbang Pertanian lainnya, fungsi pustakawan di PUSTAKA lebih berat bila dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsi PUSTAKA sebagai pembina sumber daya perpustakaan di lingkungan Deptan. Dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 354/Kpts/OT.210/ 6/2001, disebutkan bahwa PUSTAKA mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan perpustakaan dan penyebar-an informasi ilmu pengetahupenyebar-an dpenyebar-an teknologi pertpenyebar-anipenyebar-an. Pelaksanaan tugas tersebut mencakup fungsi-fungsi: (1)

pengelolaan perpustakaan, (2) pembinaan perpustaka-an, (3) penyebaran informasi teknologi dan hasil-hasil penelitian pertanian, (4) pengelolaan jaringan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian, dan (5) pelak-sanaan urusan tata usaha dan rumah tangga pusat. Oleh sebab itu pustakawan mempunyai fungsi yang luas yaitu selain pengelolaan perpustakaan juga penyebaran teknologi pertanian atau diseminasi.

Komposisi Pustakawan PUSTAKA

Dari data terakhir tahun 2008, sumber daya manusia di PUSTAKA terdiri atas pejabat struktural, pejabat fung-sional dan tenaga administrasi seperti dilihat pada Tabel 1. Dibandingkan dengan jumlah sumber daya struktural dan tenaga administrasi, pustakawan di PUSTAKA sebanyak 22,64% dari keseluruhan pegawai PUSTAKA. Komposisi jabatan fungsional pustakawan di PUSTAKA didominasi oleh pustakawan penyelia se-banyak 13 orang (54,16%), pustakawan pelaksana lan-jutan 4 orang (16,67%), pustakawan madya 3 orang (12,50%), pustakawan muda 2 orang (8,33%), dan masing-masing 1 untuk pustakawan pertama dan pustakawan utama (4,17%) (Tabel 2).

Apabila dilihat dari komposisi jabatan fungsional pustakawan, maka pustakawan terampil di PUSTAKA sebanyak 17 orang atau 70,83% dan pustakawan ahli sebanyak 7 orang (29,16%). Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa dari 70,83% pustakawan terampil paling banyak didominasi oleh pustakawan penyelia (76,47%), selan-jutnya pustakawan pelaksana lanjutan (23,53%) (Gambar 2). Sedangkan untuk tingkat pustakawan ahli, pustakawan madya merupakan jabatan pustakawan terbanyak (42,86%), setelah itu pustakawan muda (28,56%), disusul berturut-turut oleh pustakawan

per-Tabel 1. Sebaran sumber daya manusia PUSTAKA tahun 2008. Jabatan Jumlah Persentase

(%) Pejabat struktural 1 4 13,21 Pejabat fungsional Pustakawan 2 4 22,64 Arsiparis 1 0,94 Pranata komputer 1 0,94 Administrasi 6 5 61,32 Jumlah 105 100,00 3 1 1 1 8 5 5 2 2 1 2 4 2 1 2 BB Padi

PuslitbangtanPuslitbanghortiPuslitbangbunPuslitbangnak

BbalitvetBBSDLPPSEKPBBPMPPUST AKA BB Biogen BB Pengkajian 3 0 2 0 1 0 0

(5)

tama dan pustakawan utama masing-masing 14,29% (Gambar 3).

Komposisi ideal antara pustakawan ahli (profesio-nal), pustakawan terampil (semi profesio(profesio-nal), dan ad-ministrasi (non profesional) untuk perpustakaan khusus dalam Standar Perpustakaan Khusus adalah 1 : 2 : 4 (Perpustakaan Nasional 2002) . Saat ini komposisi pustakawan terampil dan pustakawan ahli di PUSTAKA adalah 7 : 17 : 65 atau 1 : 2 : 9 berarti PUSTAKA sudah mendekati kondisi ideal untuk pustakawan profesional

dan semi profesional tetapi untuk tenaga administrasi jumlahnya melebihi standar yang ditetapkan.

Banyaknya jumlah pegawai administrasi tidak terlepas dari program PUSTAKA yang kegiatannya tidak hanya menangani perpustakaan tetapi juga kegiatan diseminasi teknologi pertanian, ditambah lagi adanya sebagian pegawai yang merupakan calon pustakawan yang masih menunggu pengangkatan jabatan fungsional.

Komposisi Kelompok Usia Pustakawan PUSTAKA Komposisi usia pustakawan PUSTAKA menunjukkan bahwa usia termuda pustakawan di PUSTAKA adalah 34 tahun dan tertua adalah 64 tahun. Menurut kelompok usia, pustakawan PUSTAKA didominasi oleh kelompok usia 51-55 tahun sebanyak 8 orang (33,33%), disusul oleh kelompok usia 46-50 tahun sebanyak 7 orang (29,17%), kelompok usia 56-60 tahun sebanyak 6 orang (25,0%), kelompok usia produktif (30-40 tahun ) masing-masing hanya 4,17%, sedangkan kelompok usia >60 tahun hanya ada 1 orang (Tabel 3).

Kondisi ini perlu mendapat perhatian dari pembuat kebijakan, mengingat beberapa pejabat fungsional pustakawan dalam tahun 2009-2010 akan memasuki usia pensiun. Data terakhir menunjukkan bahwa pada 2 tahun terakhir pengangkatan pegawai PUSTAKA hanya berjumlah 7 orang, dan hanya satu orang dari jurusan

Tabel 2. Komposisi pustakawan pada Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian tahun 2008.

Pustakawan Jumlah Persentase (%) Pustakawan terampil 0 0 Pustakawan penyelia 1 3 54,56 Pustakawan pelaksana lanjutan 4 16,67 Pustakawan pelaksana 0 0 Pustakawan ahli 0 0 Pustakawan pertama 1 4,67 Pustakawan muda 2 8,33 Pustakawan madya 3 12,50 Pustakawan utama 1 4,67 Jumlah Pustakawan 2 4 100,00 Sumber: TPJP Departemen Pertanian 2008.

Pertama Muda Madya Utama 28,56 42,86 14,29 14,29 5 0 4 0 3 0 2 0 1 0 0 Persentase (%)

Gambar 3. Komposisi pustakawan ahli pada Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian.

100 8 0 6 0 4 0 2 0 0 23,53 76,47 Penyelia Pelaksana Lanjutan Persentase (%)

Gambar 2. Komposisi pustakawan terampil pada Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian.

(6)

perpustakaan (D3). Seharusnya formasi pegawai untuk pustakawan ahli dan terampil setiap tahun tersedia sekurang-kurangnya rata-rata 2,5% dari total pustaka-wan. Ini didasarkan pada fakta bahwa rata-rata pustakawan yang pensiun setiap tahun adalah 2,5%. Apabila jumlah tenaga perpustakaan sekarang 24 orang maka setiap tahun minimal terdapat 1 orang tenaga perpustakaan baru sebagai calon pustakawan.

Apabila rekrutmen didasarkan kepada pengelom-pokan pangkat dan jabatan pustakawan, yaitu diasumsi-kan bahwa kenaidiasumsi-kan pangkat dan jabatan tersebut adalah rata-rata 4 tahun maka setiap empat tahun pemerintah harus menyediakan formasi sekurang-kurangnya sebanyak 10%. Ini akan menjamin kelancaran pekerjaan di perpustakaan, karena setiap jenjang akan terisi sesuai dengan komposisi yang tepat.

Sebenarnya dari jumlah tenaga administrasi 65 orang (61,32%), banyak yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi tenaga pustakawan karena dari jumlah tersebut tingkat pendidikan cukup memadai yaitu 7 orang berpendidikan S2, 20 orang berpendidikan S1, 13 orang berpendidikan sarjana muda, dan 29 orang SLTA (Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian 2008). Namun bayangan bahwa jabatan fungsional pustakawan akan mempersulit mereka (akibat kemampuan serta pengetahuan tentang kepustakawan-an kurkepustakawan-ang terbina dkepustakawan-an tunjkepustakawan-angkepustakawan-an jabatkepustakawan-annya ykepustakawan-ang tidak atraktif dibandingkan dengan tunjangan jabatan fungsional lainnya) menyebabkan kurangnya motivasi mereka untuk menjadi pustakawan.

Komposisi Pendidikan Pustakawan PUSTAKA Dilihat dari segi pendidikan, pustakawan di PUSTAKA sebagian besar berpendidikan D2 sebanyak 8 orang (33,33%), disusul oleh S1 (29,17%), S2 (16,67%), sarjana muda (12,5%) dan SLTA 2 orang (8,33%) (Gambar 4).

Apabila dikaitkan dengan bidang ilmu, sebagian besar pustakawan (62,50%) berlatar belakang pen-didikan perpustakaan, sedangkan bidang ilmu komunikasi, pertanian adalah 8,33% dan sisanya masing-masing 4,17% adalah bidang ilmu biologi, hukum, pendidikan, sosial, dan pertanian (Tabel 4, Gambar 5).

Selain pendidikan, keterampilan pustakawan PUSTAKA masih relatif rendah dibandingkan kebutuhan akan penguasaan teknologi informasi. Apabila dikaitkan dengan penggunaan teknologi informasi di PUSTAKA, sumber daya pustakawan PUSTAKA selain mayoritas berusia lanjut atau memasuki masa pensiun juga ditambah kurangnya keterampilan dalam penguasaan teknologi informasi.

Gambar 4. Komposisi pustakawan PUSTAKA berdasarkan pen-S2 S1 SM/D3 D2 SMA 4 7 3 2 0 1 0 0 Persentase (%) 2 8 Tabel 3. Komposisi pustakawan PUSTAKA menurut kelompok umur

tahun 2007.

Usia Jumlah Persentase

(tahun) (orang) (%) 30-35 1 4,17 36-40 1 4,17 41-45 0 0 46-50 7 29,17 51-55 8 33,33 56-60 6 25,00 > 60 1 4,17 2 4 100,00

Sumber: Sekretariat TPJP Departemen Pertanian 2008.

Tabel 4. Latar belakang pendidikan pustakawan PUSTAKA. Bidang ilmu Jumlah Persentase

(orang) (%) Biologi 1 4,17 Hukum 1 4,17 Komunikasi 2 8,33 Pendidikan 1 4,17 Penyuluhan 1 4,17 Perpustakaan 1 3 62,50 Pertanian 2 8,33 Sosial 1 4,17 Jumlah 2 4 100,00

(7)

Berdasarkan bidang ilmu yang dimiliki pustakawan, sebagian besar pustakawan berlatar belakang pendidikan perpustakaan. Oleh sebab itu kemampuan pustakawan dalam penguasaan teknologi informasi perlu ditingkatkan. Dalam beberapa tahun terakhir pengembangan SDM pustakawan cukup mendapat perhatian yaitu dengan mengirimkan pustakawan ke berbagai pelatihan dan seminar perpustakaan baik yang dilaksanakan di PUSTAKA maupun di luar PUSTAKA.

Selain itu sejak tahun 2006 telah dilaksanakan pengembangan Perpustakaan Model yaitu sistem pengelolaan perpustakaan semidigital yang dirancang berdasarkan pendekatan manajemen dan organisasi berorientasi pengguna dengan mensinergikan pengembangan sumber daya manusia, infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, sistem informasi, dan sistem layanan (Maksum dan Darmawiredja 2007). Pengembangan infrastruktur teknologi informasi dalam Perpustakaan Model lebih memacu pustakawan PUSTAKA selaku pembina perpustakaan di lingkup Departemen Pertanian untuk terus meningkatkan kinerja, keterampilan dan kompetensi yang dimiliki.

PEMBAHASAN

Dengan sumber daya pustakawan yang ada, yaitu sebanyak 24 orang, PUSTAKA sebagai perpustakaan khusus menghadapi tantangan yang sangat berat yaitu: (1) tantangan untuk mendukung program organisasi induknya dalam hal ini Badan Penelitian dan Pengem-bangan Pertanian dalam penyediaan informasi teknologi pertanian dan (2) tantangan dengan membanjirnya informasi dan hadirnya teknologi informasi yang sangat pesat sehingga dibutuhkan strategi dalam penyediaan informasi teknologi pertanian yang tepat, cepat dan mudah bagi penggunanya.

Sebagai tenaga perpustakaan di perpustakaan khusus seperti PUSTAKA, pustakawan diharapkan menjadi information specialist di bidangnya. Apabila melihat kondisi pustakawan PUSTAKA seperti yang telah dibahas di atas, harapan bisa diwujudkan apabila memperhatikan beberapa hal berikut ini:

-

Dengan mayoritas pustakawan berusia mendekati pensiun, rekrutmen pegawai untuk posisi pustaka-wan sangat diperlukan saat ini, tetapi bila itu tidak dimungkinkan, diantara tenaga nonprofesional (administrasi) PUSTAKA yang berjumlah 65 orang berpotensi untuk dapat dikembangkan.

-

Jumlah pejabat fungsional pustakawan di PUSTAKA ditinjau dari standar yang ditentukan oleh Perpus-takaan Nasional dan Badan Standardisasi Nasional sebetulnya cukup memadai, tetapi itu tidak akan mencukupi apabila tidak diiringi oleh peningkatan keterampilan pustakawan dalam penguasaan tekno-logi informasi dan pelatihan yang mendukung organisasi induknya.

-

Sudah seharusnya pustakawan di perpustakaan khusus menguasai bidang keahlian khusus sesuai dengan kebutuhan instansi induknya oleh sebab itu keterampilan penguasaan teknis perpustakaan harus diiringi oleh kemampuan mempelajari bidang keahli-an khusus (pertkeahli-anikeahli-an) sehingga pustakawkeahli-an dapat (1) memahami dengan baik informasi teknologi sesuai dengan kepentingan organisasi induknya, (2) pus-takawan dapat menguasai dan mengevaluasi sumber-sumber informasi bidang tertentu yang relevan dan dibutuhkan oleh pengguna serta organisasi induk, dan (3) pustakawan diharapkan berperan juga menjadi penentu kebijakan organisasi karena perpustakaan sebagai pemasok utama informasi

-

Perlu pemberian motivasi yang kuat baik yang berupa pengakuan dan kesempatan berkembang dan menge-nal dunia kepustakawanan yang lebih luas, maupun perhatian yang berupa insentif bersifat materi atau non materi, sehingga para pustakawan lebih ber-gairah untuk berkarya dan meningkatkan profesi-onalismenya.

PENUTUP

Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang diper-untukkan secara terbatas bagi pemustaka di lingkungan lembaga pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga pendidikan keagamaan, rumah ibadah, atau organisasi lain. PUSTAKA sebagai salah satu perpustakaan khusus

Gambar 5. Latar belakang pendidikan pustakawan PUSTAKA. Pertanian (8,33%) Sosial (4,17%) Biologi (4,17%) Hukum (4,17%) Komunikasi (8,33%) Penyuluhan (4,17%) Pendidikan (4,17%)

(8)

berperan penting dalam kegiatan penyediaan dan pe-nyebaran informasi hasil-hasil penelitian dan pengkajian serta informasi ilmiah kepada peneliti, penyuluh, para pembuat kebijakan dan pengguna lainnya.

Pustakawan di perpustakaan khusus seperti PUS-TAKA sudah seharusnya menjadi ujung tombak sejalan dengan peran penting tersebut. Oleh sebab itu pening-katan sumber daya manusia pustakawan di perpustaka-an khusus sperpustaka-angat diperlukperpustaka-an untuk mendukung orgperpustaka-ani- organi-sasi induk bukan hanya peningkatan penguasaan teknis perpustakaan, tetapi juga pengetahuan tentang kemaju-an dunia profesinya dkemaju-an juga penguasakemaju-an bidkemaju-ang ilmu yang dilayani dalam hal ini pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Kepegawaian Negara. 2006. Jabatan Fungsional Pus-takawan dan Angka Kreditnya. Kep.Menpan No.132/ KEP/M.PAN/12/2002 dan Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan Kepe-gawaian Negara No.23 Tahun 2003 dan No.21 Tahun 2003. Badan Kepegawaian Negara, Jakarta. 186 hlm. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2009. http:/ /www.litbang.deptan.go.id/peneliti/. [17 oktober 2008] Bottazzo, V. 2005. Intranet: A medium of internal com-munication and training Information Services and Use.

http://delivery.acm.org/10.1145/1240000/1239261/

isu449.pdf.=15151515 &CFTOKEN=6184618-85 KB.

Maksum dan M.R. Darmawiredja. 2007. Perpustakaan Model UK/UPT Departemen Pertanian: Suatu Pendekatan Manajemen dan Organisasi. Jurnal Perpustakaan Pertanian 16(2): 35-43.

Murphy, M. 1991. “Preface” In Special Libraries Association.

Future Competencies of the Information Professional.

Washington, DC: SLA, (SLA Occasional Paper Series, Number One), v-vi. http://www.sla.org/content/SLA/ professional/meaning/competency.cfm. [17 oktober 2008].

Permana, M. 2003. Faktor-faktor penghambat pustakawan Departemen Pertanian dalam memperoleh angka kredit. Jurnal Perpustakaan Pertanian 12 (1):20-25. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 2002. Standar

Perpustakaan Khusus. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jakarta. 17 hlm.

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 2007. Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Bab I pasal 1.

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran teknologi Pertanian. 2006. Laporan Tahunan 2006. Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA), Bogor. 58 hlm.

Special Library Association.1996. Competencies for special librarians of the 21st century. Submitted to the Board of Directors by the Special Committee on Competencies for Special Librarians. http ://www.s1a.or~/professiona1/ competencv.htm1#top. [10 agustus 2008]

Surachman, A. 2005 Pengelolaan Perpustakaan Khusus. http:/ /arifs.staff.ugm.ac.id/mypaper/Manpersus.doc. [21 oktober 2008].

Tim Penilai Jabatan Pustakawan Deptan. 2008. Daftar Pustakawan Departemen Pertanian. PUSTAKA Bogor (Tidak dipublikasikan)

Gambar

Tabel 1. Sebaran sumber daya manusia PUSTAKA tahun 2008.
Gambar 3. Komposisi pustakawan ahli pada Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian.
Gambar 4. Komposisi pustakawan PUSTAKA berdasarkan pen-
Gambar 5. Latar belakang pendidikan pustakawan PUSTAKA.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis diketahui dalam konsep analisis SWOT berpengaruh terhadap kepuasan nasabah, oleh karena itu pihak Bank Aceh syariah Cabang S.Parman Medan lebih

Tabel 13 Gambaran Skor Minimum, Maksimum, Mean , dan Standar Deviasi Persepsi Subjek……… 49. Tabel 14 Pengkategorisasian Persepsi Mahasiswa USU terhadap Pola Individual Self

Penderita gagal ginjal yang mempengaruhi kadar kalium biasanya terjadi. hiperkalemia yaitu masalah pada gagal ginjal lanjut dan dalam keadaan

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi I khususnya yang berkaitan tentang manajemen

Diketahuinya konsep pengelolaan sumber daya perikanan laut berbasis masyarakat di Kabupaten Lumajang yang sesuai dengan kondisi wilayah pcststrnya.. Sebagai bahan

yang tepat dan berdampak kepada Indeks Pembangunan Manusia (lPM) di Kabupaten Karimun pada periode 2008 s/ d 2011, penetiti.. mencoba merumuskan permasalahan apa yang

Keberadaan variabel ini sebagai variabel yang dijelaskan dalam fokus atau topik penelitian (Prasetyo,2005:68).Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepuasan khalayak

b) Komplikasi tidak berhubungan dengan kehamilan dan persalinan seperti kecelakaan. Kelompok kontrol adalah ibu bersalin ibu RSUD Kota Yogyakarta, RSUD Sleman, RSUD