• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

PEMBERIAN EKSTRAK TEH HIJAU MENURUNKAN

BERAT BADAN, LINGKAR PERUT, DAN

PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA WANITA

KELEBIHAN BERAT BADAN YANG MELAKUKAN

LATIHAN FISIK DENGAN POLA MAKAN BIASA

FENY ADRIANI

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

(2)

TESIS

PEMBERIAN EKSTRAK TEH HIJAU MENURUNKAN

BERAT BADAN, LINGKAR PERUT, DAN

PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA WANITA

KELEBIHAN BERAT BADAN YANG MELAKUKAN

LATIHAN FISIK DENGAN POLA MAKAN BIASA

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine

Program Pascasarjana Universitas Udayana

FENY ADRIANI NIM : 0790761025

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 15 Desember 2010

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK dr. Ketut Suwetra, MS, AIF, Sp.GK NIP : 194606191976021001 NIP : 194511281979031001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Direktur

Ilmu Kedokteran Biomedik Program Pascasarjana Kekhususan Anti-Aging Medicine Universitas Udayana Program Pascasarjana

Universitas Udayana

Prof. Dr.dr.Wimpie Pangkahila, Prof. Dr. Dr. A.A.Raka Sudewi,

Sp.And.FAACS Sp. S (K)

(4)

Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai Oleh Panitia Penguji pada

Program Pascasarjana Universitas Udayana Pada Tanggal 15 Desember 2010

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana Universitas Udayana, No : 1830/H14.4/HK/2010

Ketua : Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK

Anggota :

1. dr. Ketut Suwetra, MS, AIF, Sp.GK

2. Prof. Dr.dr.Wimpie Pangkahila, Sp.And.FAACS 3. Prof. Dr.dr.Alex Pangkahila, M.Sc.,Sp.And 4. Prof. dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya tesis yang berjudul “Pemberian Ekstrak Teh Hijau Menurunkan Berat Badan, Lingkar Perut, dan Persentase Lemak Tubuh Pada Wanita Kelebihan Berat Badan yang Melakukan Latihan Fisik dengan Pola Makan Biasa” dapat diselesaikan dalam rangka menyelesaikan pendidikan di Program Pascasarjana pada Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS selaku Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas Udayana, pembimbing Akademis dan selaku penguji yang telah banyak memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis. 2. Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK, selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

3. dr. Ketut Suwetra, MS, AIF, Sp.GK, selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

(6)

4. Prof. Dr. dr. J Alex Pangkahila, M.Sc.Sp.And, selaku penguji yang telah banyak memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

5. Prof. dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH,Ph.D, selaku penguji yang telah banyak memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

6. Drs. I. Ketut Tunas, Msi yang dengan tekun dan sabar memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk dalam analisis statistik.

7. Para dosen pengajar bagian Ilmu Biomedik FK Universitas Udayana, teman-teman sependidikan dan seluruh karyawan bagian Ilmu Biomedik, serta semua pihak yang telah membantu selama pendidikan, penelitian dan penulisan tesis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.

8. Sahabat-sahabat tercinta, dr. Myra Elen Sulistio (untuk waktu-waktu yang kita lalui bersama), dr. Bair Ginting Sp.BS, dr. Lilis, dr. Henti Widowati, dr.Juliani Suprapto, dr. Aurellia, serta sahabat-sahabat lainnya yang selalu mendukung, menolong, memberikan semangat kepada penulis sehingga penelitian ini bisa berjalan dengan lancar.

9. Bagian Laboratorium Pengujian Mutu Bahan Obat Alam dan Agroindustri, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Universitas Diponegoro, terimakasih sebesar-besarnya karena banyak membantu dalam pembuatan ekstrak green tea yang digunakan dalam penelitian penulis.

(7)

10. Sanggar Senam Melati, terima kasih banyak atas berkenannya dan kerjasamanya, yang telah digunakan sebagai tempat untuk melakukan penelitian, sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar.

11. dr. Djoko Handojo, Sp.B Onk dan dr. Norma Handojo, Sp.M, terima kasih untuk cinta dan kasih sayang yang diberikan selama ini. Bahagia bisa menjadi bagian dari keluarga kalian.

12. Keluarga tercinta, suami dr. Himawan Budityastomo, Sp.OG, puteri tercinta Sekar Kinasih, yang selalu mendukung dan menjadi semangat selama ini. 13. Orang tua dan Mertua, yang tidak pernah berhenti selalu mendukung dan

mendoakan penulis.

Penulis juga sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada mereka semua.

Denpasar, Desember 2010 Penulis,

(8)

PEMBERIAN EKSTRAK TEH HIJAU MENURUNKAN BERAT BADAN, LINGKAR PERUT, DAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA

WANITA KELEBIHAN BERAT BADAN YANG MELAKUKAN LATIHAN FISIK DENGAN POLA MAKAN BIASA

FENY ADRIANI ABSTRAK

Obesitas masih menunjukkan peningkatan dan menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, tidak terkecuali di negara Indonesia. Obesitas dapat meningkatkan risiko diabetes, hiperlipidemia, hipertensi, dan bahkan menyebabkan peningkatan risiko kematian. Obesitas telah menjadi epidemi global dan prevalensi kelebihan berat badan yang terus meningkat. Hal itu terjadi karena adanya perubahan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat dari sekelompok masyarakat, sehingga kelebihan energi disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh, terutama di dalam viseral dan subkutan. Penanganan penurunan berat badan sering dilakukan dengan diet, olahraga, atau kombinasi keduanya. Dibandingkan dengan diet, olahraga dianggap lebih aman serta memberikan manfaat kesehatan antara lain berupa peningkatan kebugaran. Selain olahraga, salah satu bahan pangan yang menguntungkan bagi kesehatan adalah teh (Camellia sinensis). Teh telah dipakai sebagai minuman sehari-hari sejak ribuan tahun yang lalu di Cina, dan sekarang teh merupakan minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi manusia setelah air. Berbagai jenis teh memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan, misalnya teh hijau (Green Tea). Teh hijau telah populer di dunia sebagai minuman dan tanaman obat sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak teh hijau terhadap penurunan berat badan, penurunan lingkar perut, dan penurunan persentase lemak tubuh yang dilihat dari hitungan berat badan, lingkar perut, dan

Body Mass Index (BMI)/ indeks massa tubuh (IMT) pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik dengan pola makan biasa.

Penelitian ini merupakan studi eksperimental klinis dengan rancangan pre-post test control group design, yang dilakukan di dua Sanggar Senam di Pekalongan pada bulan September 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita sehat usia 30-40 tahun yang kelebihan berat badan. Sebanyak 16 orang wanita yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok Kontrol (K) berupa OR + pola makan biasa + placebo dan kelompok Perlakuan (P) berupa OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari, masing-masing 8 orang.

Dengan uji t-independent didapatkan bahwa ada perbedaan bermakna penurunan berat badan, persentase lemak tubuh, dan lingkar perut antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Rerata penurunan berat badan pada kelompok kontrol sebesar 0,890,31 dan pada kelompok perlakuan adalah 4,300,65; rerata penurunan persentase lemak tubuh kelompok kontrol adalah 0,200,16 dan rerata penurunan kelompok perlakuan adalah 2,001,37; rerata

(9)

penurunan lingkar perut kelompok kontrol adalah 0,130,06 dan rerata penurunan pada kelompok perlakuan adalah 5,540,37.

Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan berat badan pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa sebesar 6,48%; penurunan lingkar perut sebesar 5,80%; dan penurunan persentase lemak tubuh sebesar 6,25%. Berdasarkan hasil penelitian ini, kepada wanita yang kelebihan berat badan disarankan untuk mengkonsumsi ekstrak teh hijau setiap hari yang disertai dengan olahraga dan pola makan seimbang untuk menurunkan dan mempertahankan berat badan, persentase lemak tubuh, dan lingkar perut.

Kata kunci : wanita kelebihan berat badan, ekstrak teh hijau, latihan fisik, berat badan, lingkar perut, persentase lemak tubuh

(10)

THE GIVEN OF GREEN TEA EXTRACT TO REDUCE BODY WEIGHT, WAIST CIRCUMFERENCE, AND THE PERCENTAGE OF BODY FAT ON OVERWEIGHT WOMEN DOING EXERCISE

WITH MEAL PATTERN

FENY ADRIANI ABSTRACT

Obesity is still showing an increase and a health problem worldwide, not least in the country of Indonesia. Obesity can increase the risk of diabetes, hyperlipidemia, hypertension, and even lead to increased risk of death. Obesity has become a global epidemic and the prevalence of overweight continues to increase. It happened because of changes in lifestyle and unhealthy eating patterns of a particular community, so that the excess energy stored as fat in the body, especially in the visceral and subcutaneous. Weight loss is mostly done by implementing diet, exercise, or the combination of both. Compared to diet, exercise is regarded to be safer as well as giving benefit such as healthier fitness. Besides exercising, one beneficial food for health is tea (Camellia sinesis). The science development proves that green tea has a significant role to help weight loss (Nagao et.al 2005) because of the great number of polyphenols in its substance that is catechin. Tea has been used as a daily beverage for thousands of years ago in China, and now tea is a beverage second most widely consumed by humans after water. Various types of tea have many health benefits, such as green tea (Green Tea). Green tea has been popular in the world as a beverage and a medicinal plant for thousands of years ago. This research aims to investigate the effect of green tea extract toward weight loss, the reduction of waist circumference, the reduction of body fat percentage which are measured by the calculation of weight, waist circumference, and Body Mass Index (BMI) on the overweight women doing exercise with meal pattern.

This research is a clinical experimental study which applies pre-post group design, doing in the gymnastics studio in Pekalongan on September 2010. The population in this research is under 30-40 years old overweight women. 16 overweight women are divided in to two research group. The first group is control group (K) which is given exercise + meal pattern + placebo. The second group is treated group (P) which is given exercise + meal pattern + green tea extract 690 mg/hr, each group is 8 overweight women.

By using t-independent test is obtained that have significantly reduced body weight, percentage of body fat, and waist circumference on control group and treated group. The average weight loss of control group is 0,890,31 and the average of treated group is 4,300,65; the average body fat reduction of control group is 0,200,16 and the average of treated group is 2,001,37; the average waist circumference reduction of control group is 0,130,06 and the average of treated group is 5,540,37.

(11)

Based on the research result, it is found that the given treatment of green tea extract has successfully reduced 6,48% of body weight on overweight women doing exercise with meal pattern, reduced 5,80% of waist circumference, and reduced 6,25% percentage of body fat. From this research, to overweight women must to consume green tea extract each day with exercise and balance meal pattern for reduce and maintance body weight, percentage of body fat, and waist circumference.

Keywords: overweight women, green tea extract, exercise, body weight, waist circumference, body fat percentage

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

SAMPUL DALAM...ii

LEMBAR PENGESAHAN ...iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ...iv

UCAPAN TERIMA KASIH ...v

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ...x

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR TABEL ...xvi

DAFTAR GAMBAR ...xvii

DAFTAR SINGKATAN .………....……..xviii

DAFTAR LAMBANG ...xix

DAFTAR LAMPIRAN ...xx BAB I PENDAHULUAN ...1 1.1 Latar Belakang ...1 1.2 Rumusan Masalah ...4 1.3 Tujuan Penelitian ...5 1.3.1 Tujuan Umum ...5 1.3.2 Tujuan Khusus ...5

(13)

1.4 Manfaat Penelitian ...6

1.4.1 Manfaat Keilmuan ...6

1.4.2 Manfaat Praktis ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...7

2.1 Olahraga/ Exercise ...7

2.2 Tinjauan Teh Secara Umum ...9

2.2.1 Jenis-Jenis Teh ...10

2.2.2 Kandungan Kimia pada Teh ...10

2.3 Teh Hijau (Green Tea) ...11

2.3.1 Manfaat Teh Hijau ...……….11

2.3.2 Proses Pengelolaan Teh Hijau ………..13

2.3.3 Kandungan Zat dalam Teh Hijau …...………...14

2.4 Pengaruh Teh Hijau (Catechin) Terhadap Penurunan Berat Badan, Lingkar Perut, dan Persentase Lemak Tubuh ………...17

2.5 Penelitian Teh Hijau (Catechin) Dalam Proses Penurunan Berat Badan …...…20

2.6 Penelitian Teh Hijau (Catechin) Dalam Meningkatkan Oksidasi Lemak dan Menghambat Penimbunan Lemak ………...22

2.7 Tubuh Sehat Ideal ………... 23

2.8 Hubungan Kelebihan Berat Badan dengan Proses Penuaan ……….………...26

(14)

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...29

3.1 Kerangka Konsep ...29

3.2 Hipotesis Penelitian...30

BAB IV METODE PENELITIAN ...31

4.1 Desain Penelitian ……...31

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...32

4.3 Populasi dan Sampel ...32

4.4 Variabel Penelitian ...34

4.4.1Identifikasi Variabel ...34

4.4.2 Klasifikasi Variabel ...34

4.4.3 Definisi Operasional Penelitian...34

4.5 Alat dan Bahan ...35

4.6 Prosedur Penelitian ………..…...36

4.7 Analisis Data ..………...37

BAB V HASIL PENELITIAN ...39

5.1Uji Normalitas Data ………...…....39

5.2Uji Homogenitas ...40

5.3Uji Komparabilitas ...40

5.3.1 Berat Badan Sebelum Perlakuan ...40

5.3.2 Lemak Tubuh Sebelum Perlakuan ...41

(15)

5.4 Analisis Efek Perlakuan ….…………..………...43

5.4.1 Analisis Efek Perlakuan Terhadap Berat Badan …………...…43

5.4.2 Analisis Efek Perlakuan Terhadap Lemak Tubuh ……...…….44

5.4.3 Analisis Efek Perlakuan Terhadap Lingkar Perut …...…45

BAB VI PEMBAHASAN ...47

6.1 Subjek Penelitian ………47

6.2 Pengaruh Ekstrak Teh Hijau Terhadap Penurunan Berat Badan, Persentase Lemak Tubuh, dan Lingkar Perut ……..………...47

6.3 Beberapa Penelitian Tentang Teh Hijau dalam Proses Penurunan Berat Badan ………....51

6.4 Peranan Ekstrak Teh Hijau dalam Anti Aging Medicine ………...53

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ...54

7.1 Simpulan ……….…………...…....54

7.2 Saran ……….………....…...54

7.3 Kelemahan Penelitian ………...…55

DAFTAR PUSTAKA ……….………...56

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komponen Utama Catechin Pada Daun Teh Segar …...…..…...11

Tabel 2.2 Komposisi Senyawa Teh Hijau ………...…………...….……..15

Tabel 2.3 Komposisi Catechins Teh Hijau………...……..…....17

Tabel 2.4 Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan BMI ………...….24

Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Berat Badan, Persentase Lemak Tubuh, dan Lingkar Perut Sebelum dan Sesudah Perlakuan ………39

Tabel 5.2 Uji Homogenitas Data Berat Badan, Persentase Lemak Tubuh, dan Lingkar Perut antar Kelompok ...40

Tabel 5.3 Rerata Berat Badan antar Kelompok Sebelum Diberi Perlakuan …..40

Tabel 5.4 Rerata Lemak Tubuh antar Kelompok Sebelum Diberi Perlakuan ...41

Tabel 5.5 Rerata Lingkar Perut antar Kelompok Sebelum Diberi Perlakuan….42 Tabel 5.6 Rerata Berat Badan Sesudah Perlakuan antar Kelompok …………..43

Tabel 5.7 Rerata Penurunan Lemak Tubuh antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan ………..44

Tabel 5.8 Rerata Penurunan Lingkar Perut antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan ………..46

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daun Teh (Camellia Sinensis) ………...…….…………...9 Gambar 2.2 Proses Catechin Menurunkan Berat Badan ….……….21 Gambar 2.3 Bagan Hubungan Green Tea dengan Anti Aging ……….………….28 Gambar 3.1 Kerangka Konsep ...….………..29 Gambar 4.1 Desain Penelitian ………...31 Gambar 4.2 Alur Penelitian ………...36 Gambar 5.1 Grafik Berat Badan Sebelum dan Sesudah Perlakuan

antar Kelompok ……….…44 Gambar 5.2 Grafik Lemak Tubuh Sebelum dan Sesudah Perlakuan

antar Kelompok ……….…45 Gambar 5.3 Grafik Lingkar Perut Sebelum dan Sesudah Perlakuan

(18)

DAFTAR SINGKATAN

EC : Epicatechin

GC : Gallocatechin

ECG : Epicatechingallate

EGC : Epigallocatechin

EGCg : Epigallocatechin gallate

BMI : Body Mass Index

IMB : Indeks Massa Tubuh ATP : Adenosine triphospate

O2 : Oksigen

PUGS : Pedoman Umum Gizi Seimbang COMt : Cahechol-O-methyltranferase

OR : Olahraga

P : Kelompok Perlakuan K : Kelompok Kontrol PJK : Penyakit Jantung Koroner

(19)

DAFTAR LAMBANG

α : Alfa

β : Beta

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Uji Normalitas Data Berat Badan, Lemak Tubuh, dan

Lingkar Perut ………..…………...………...59 Lampiran 2. Beda Berat Badan pre, Lemak Tubuh pre, Lingkar Perut pre,

Selisih Berat Badan, Selisih Lemak Tubuh, dan Selisih

Lingkar Perut ………60 Lampiran 3. Inform Consent ………...………..62 Lampiran 4. Surat Keterangan Pembuatan Ekstrak Green Tea

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu bahan pangan dituntut tidak hanya mengandung zat-zat bergizi, tetapi juga mengandung bahan-bahan khasiat yang menguntungkan bagi kesehatan, yang dikenal dengan istilah pangan fungsional. Pangan fungsional adalah bahan pangan yang mengandung senyawa atau komponen yang berkhasiat bagi kesehatan. Senyawa atau komponen tersebut antara lain serat pangan, oligosakarida, gula alkohol, asam amino, peptida, protein, glikosida, alkohol, isoprenoida vitamin, kolin, mineral, bakteri asam laktat, asam lemak tidak jenuh, dan antioksidan (Goldberg, 1994).

Selain masalah kesehatan, masalah penampilan juga turut diperhatikan dalam dasawarsa terakhir ini khususnya oleh para wanita, yaitu masalah berat badan yang ideal. Secara umum, orang biasanya menilai tubuh sehat ideal, dilihat dari postur tubuh, sehingga wanita ingin memiliki tubuh ideal (Azwar, 2004). Seperti yang kita ketahui, bahwa insidensi kelebihan berat badan umumnya masih menunjukkan peningkatan dan menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, tidak terkecuali di negara Indonesia (Dullo, 2004). Obesitas dapat meningkatkan risiko diabetes, hiperlipidemia, hipertensi, dan bahkan menyebabkan peningkatan risiko kematian (Nagao, 2005). Obesitas telah menjadi epidemi global dan prevalensi kelebihan berat badan yang terus meningkat (Almajwal et.al, 2009). Hal itu terjadi

(22)

karena adanya perubahan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat dari sekelompok masyarakat (makan berlebih dan kurang aktivitas), sehingga kelebihan energi disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh, terutama di dalam viseral dan subkutan.

Penanganan penurunan berat badan sering dilakukan dengan diet, olahraga, atau kombinasi keduanya (Pestacello and Van Heest, 2000). Dibandingkan dengan diet, olahraga dianggap lebih aman serta memberikan manfaat kesehatan antara lain berupa peningkatan kebugaran (Manore and Thompson, 2000). Olahraga sebaiknya dilakukan secara teratur dengan memperhatikan komponen utama dari olahraga yaitu jenis olahraga, intensitas, durasi, frekuensi, dan progresivitas latihan, olahraga yang baik dan aman selalu berada dalam zona latihan. Zona latihan dihitung berdasarkan laju jantung dan usia. Olahraga yang dilakukan secara berlebihan, akan meningkatkan radikal bebas, sehingga dapat merusak sel tubuh (Mc Ardle,1996).

Selain olahraga, salah satu bahan pangan yang menguntungkan bagi kesehatan adalah teh (Camellia sinensis). Teh telah dipakai sebagai minuman sehari-hari sejak ribuan tahun yang lalu di Cina, dan sekarang teh merupakan minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi manusia setelah air (Weisburger, 1999). Berbagai jenis teh memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan, misalnya teh hijau (Green Tea). Teh hijau telah populer di dunia sebagai minuman dan tanaman obat sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Teh hijau sendiri berasal dari pohon yang sama dengan teh biasa (Camellia sinensis), namun tidak mengalami proses pemanasan atau fermentasi terlebih dahulu untuk mencegah oksidasi.

(23)

Perkembangan pengetahuan menunjukkan bahwa teh hijau memiliki peranan yang dapat membantu menurunkan berat badan (Nagao et.al 2005). Hal itu disebabkan teh hijau memiliki kandungan polifenol yang cukup besar, yaitu

catechin. Kandungan catechin pada teh hijau adalah 30-42% dari ekstrak padat teh hijau, konsentrasinya tergantung pada cara pengolahan daun teh, letak geografis, cara pengambilan ekstrak, dan jenis daun teh (Cabrera et.al, 2006). Sedangkan daun teh hijau kering memiliki kandungan 15-30% senyawa catechins yang terdiri dari 59,04% Epigallocatechin gallate (EGCG), 19,28%

Epigallocatechin (EGC), 13,69% Epicatechingallate (ECG), 6,39% Epicatechin

(EC), dan 1,60% Gallocatechin (GC) (Cabrera et.al, 2006).

EGCG merupakan catechin utama yang terkandung pada teh hijau dan merupakan bentuk yang paling aktif diantara semua jenis catechin, serta memiliki efek biologi yang paling besar dibandingkan dengan catechin yang lain. Rahasia utama teh hijau dapat menurunkan berat badan terletak pada tiga komponen atau bahan utamanya, yaitu Epigallocatechin gallate (EGCG), Caffeine, dan L-theanine (Beecher et.al, 1999). EGCG yaitu antioksidan yang dapat menstimulasi metabolism lemak tubuh (Ukra and Sharyn, 2008). EGCG ini akan memicu penurunan berat badan dengan cara meningkatkan oksidasi lemak tubuh(Nagao et.al, 2005). Caffein adalah stimulan yang dapat membantu dalam menurunkan berat badan. Namun penggunaan caffein dalam teh hijau yang terlalu banyak (300 mg/hr) maupun terlalu sedikit tidak akan memberikan pengaruh apa-apa terhadap penurunan berat badan (Lee and Nagao, 2009). Pengaruh catechin diduga akan lebih jelas bila asupan caffein rendah sampai sedang (Maron et.al 2003, Kovacs

(24)

et.al 2004, Diepvens et.al 2005). Sedangkan L-theanine adalah asam amino yang bekerja untuk menghilangkan efek berbahaya pada caffein (Lee and Nagao, 2009).

Catechin (EGCG), pada beberapa penelitian diketahui memiliki efek dapat menurunkan berat badan dan persentase lemak tubuh setelah dikonsumsi dalam jangka panjang sekitar 12 minggu (waktu 12 minggu dilakukan agar dapat diketahui secara pasti penurunan berat badan yang terjadi) mengkonsumsi teh hijau yang mengandung 400-900 mg catechin, baik dalam bentuk ekstrak teh hijau maupun dalam bentuk teh hijau celup (Hase et.al 2001, Tsuchida 2001, Nagao et.al 2001, Chantre et.al 2002, Kataoka et.al 2004, Nagao et.al 2005, Kajimoto et.al 2005). Selain menurunkan berat badan, teh hijau juga diyakini dapat memperkecil lingkar pinggang dan mengurangi persentase lemak dalam tubuh. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan tingkat efektifitas antara ekstrak teh hijau dan plasebo pada wanita kelebihan berat badan (IMT > 25 kg/m2) yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa, terhadap penurunan berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah ekstrak teh hijau dapat menurunkan berat badan pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa?

2. Apakah ekstrak teh hijau dapat menurunkan lingkar perut pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa?

(25)

3. Apakah ekstrak teh hijau dapat menurunkan persentase lemak tubuh pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak teh hijau terhadap penurunan berat badan, penurunan lingkar perut, dan penurunan persentase lemak tubuh yang dilihat dari hitungan berat badan, lingkar perut, dan Body Mass Index

(BMI)/ indeks massa tubuh (IMT) pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik dengan pola makan biasa.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui penurunan berat badan pada wanita kelebihan berat badan yang diberi ekstrak teh hijau yang dikombinasi exercise.

2. Untuk mengetahui penurunan lingkar perut pada wanita kelebihan berat badan yang diberi ekstrak teh hijau yang dikombinasi exercise.

3. Untuk mengetahui penurunan persentase lemak tubuh pada wanita kelebihan berat badan yang diberi ekstrak teh hijau yang dikombinasi

(26)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Keilmuan

Dapat menambah ilmu bahwa catechin yang terdapat pada teh hijau dapat menurunkan berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh.

1.4.2. Manfaat Praktis

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Olahraga

Olahraga merupakan alternatif untuk meningkatkan derajat kebugaran seseorang termasuk mengurangi lemak tubuh. Salah satu dampak latihan olahraga adalah perbaikan sistem fungsional paru jantung (cardiorespirasi system), meliputi hipertropi otot jantung, penurunan detak jantung istirahat, peningkatan stroke volume, peningkatan volume darah dan hemoglobin, menambah jumlah pembuluh kapiler, serta berfungsi dalam proses pembakaran energi (Fox, 1988).

Secara umum aktivitas yang terdapat dalam kegiatan olahraga terdiri dari kombinasi 2 jenis aktivitas, yaitu aktivitas yang bersifat aerobik dan anaerobik. Kegiatan/jenis olahraga yang bersifat ketahanan seperti jogging, marathon,

triathlon, dan bersepeda jarak jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen aktivitas aerobik yang dominan, sedangkan kegiatan olahraga yang membutuhkan tenaga besar dalam waktu singkat seperti angkat berat, push-up, sprint, atau juga loncat jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen aktivitas anaerobik yang dominan (Irawan, 2007).

Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi, sehingga akan bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen agar

(28)

proses pembakaran sumber energi dapat berjalan dengan sempurna. Aktivitas ini biasanya merupakan aktivitas olahraga dengan intensitas rendah-sedang yang dapat dilakukan secara kontinyu dalam waktu yang cukup lama seperti jalan kaki, bersepeda atau juga jogging (Irawan, 2007).

Pada kegiatan olahraga dengan aktivitas aerobik yang dominan, metabolisme energi akan berjalan melalui pembakaran simpanan karbohidrat, lemak, dan sebagian kecil (±5%) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk menghasilkan ATP (adenosine triphospate). Proses metabolisme ketiga sumber energi ini akan berjalan dengan kehadiran oksigen (O2) yang diperoleh melalui proses pernafasan.

Denyut nadi pada orang dewasa normal adalah 60-90 per menit. Pada orang yang sering terlatih atau olahraga fisik (olahraga intensitas sedang), denyut nadinya dapat mencapai 50-60 per menit karena terlatih. Jika frekuensi lebih dari normal disebut tachicardi dan jika frekuensi kurang dari normal disebut

bradicardi. Pada orang yang memiliki sirkulasi darah baik, maka kecepatan denyut nadi pada saat istirahat lebih rendah serta memiliki kesegaran jasmani yang baik. Hal ini terjadi karena otot jantung sudah kuat sehingga penggunaannya lebih efisien dan melalui dengan sedikit pompa jantung sudah dapat memenuhi kebutuhan sirkulasi darah. (Kamiso, 1991).

Dilain pihak, aktifitas fisik yang teratur membantu meningkatkan efisiensi jantung secara keseluruhan. Salah satu petunjuk ke arah itu adalah denyut jantung yang lebih lambat (biasanya kurang dari 60 per menit) dari seseorang yang terlatih dengan baik, dibandingkan dengan seseorang yang tidak terlatih

(29)

(yang denyut jantungnya rata-rata 70-90 per menit). Dengan demikian perbedaan denyut jantung yang terlatih dengan yang tidak terlatih sebanyak 10 denyut per menit, akan mengakibatkan pengurangan denyut jantung yang berarti juga pengurangan kerja jantung (CK.Gian, 1993).

2.2 Tinjauan Teh Secara Umum

Setelah air, teh adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia dengan konsumsi per kapita 120 ml/hari. Dari 76-78% teh yang dihasilkan dan dikonsumsi di seluruh dunia adalah teh hitam 20%, teh hijau 22%, dan sisanya 2% adalah teh Oolong (Lipton Institute of Tea). Teh telah lama dikenal sebagai minuman yang bercitarasa khas dan berkhasiat bagi kesehatan. Budaya minum teh telah dimulai sejak tahun 2737 SM di Cina (Syah, 2006). Sedangkan di Indonesia, teh dikenal sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda yang bernama Dr. Andreas Cleyer membawanya ke Indonesia (Syah, 2006).

(30)

Semua teh berasal dari satu jenis pohon, yaitu Camellia sinensis (Syah, 2006). Tanaman teh umumnya tumbuh di daerah pegunungan yang beriklim sejuk, pada ketinggian lebih dari 200-2300 meter di bawah permukaan laut (mdpl). Tanaman ini berakar tunggang dengan banyak cabang, setinggi 4-8 meter. Bunga teh berwarna putih, dengan serbuk sari berwarna kuning.

2.2.1 Jenis-Jenis Teh

Berdasarkan proses fermentasinya, teh dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu teh hitam, teh merah, teh hijau, dan teh putih. Teh yang benar-benar baik, umumnya berasal dari pucuk daun atau daun teh muda yang belum mekar. Teh hitam dihasilkan melalui proses fermentasi sempurna, teh merah melalui proses semi fermentasi, sedangkan teh hijau diperoleh tanpa proses fermentasi, demikian juga dengan teh putih (Marie dkk, 2005). Teh hijau diproses dengan cara khusus. Setelah dipetik, daun teh akan mengalami pengasapan. Proses ini akan mengeringkan daun teh, namun tidak sampai mengubah warna daun. Kondisi inilah yang menyebabkan air seduhan daun teh tetap terlihat berwarna hijau muda. Proses ini kemudian terbukti dapat mempertahankan berbagai kandungan nutrisi, antara lain zat antioksidan polyphenols pada daun teh, yang lebih besar dibandingkan teh hitam maupun teh merah.

2.2.2 Kandungan Kimia Pada Teh

Teh mengandung komponen volatile sebanyak 404 macam dalam teh hitam dan sekitar 230 macam dalam teh hijau. Komponen volatile tersebut

(31)

berperan dalam memberikan cita rasa yang khas pada teh. Komponen aktif yang terkandung dalam teh, baik yang volatile maupun yang nonvolatile yaitu:

Polyphenols, Methylxanthines, Asam amino, Peptida, Komponen organik lain,

Tannic acids, Vitamin C, Vitamin E, Vitamin K, ß-carotene, Kalium, Magnesium, Mangan, Fluor, Zinc, Selenium, Copper, Iron, Kalsium, Caffein (Pambudi, 2009).

Teh kaya akan sumber polifenol, khususnya flavonoid. Flavonoid adalah

phenol yang berasal dari sintesis dalam zat yang berjumlah (0,5%-1,5%) dan jenis lain (lebih dari 4000 yang teridentifikasi) yang secara luas didistribusikan diantara tanaman tersebut (McKay et.al, 2002 dan Venables et.al, 2008). Flavonoid yang paling utama dalam teh hijau adalah catechin, yaitu:

Tabel 2.1

Komponen Utama Catechin Pada Daun Teh Segar Komponen Kadar Catechin (% bk)

Epigallocatechin galat (EGCG) 7-13

Epichatechin galat (ECG) 3-6

Epigallochatechin (EGC) 3-6

Epicatechin (EC) 1-3

Gallocatecin (GC) 1-3

Total 16-30

Sumber: Bokuchava dan Skobelava, 1969; Lunder, 1989; Graham, 1992; Price dan Spitzer, 1993

2.3 Teh Hijau (Green Tea) 2.3.1 Manfaat Teh Hijau

Teh hijau banyak disarankan untuk dikonsumsi karena manfaatnya berlipat. Pengobatan tradisional China menganjurkan minum teh hijau untuk mencegah berbagai penyakit atau tubuh terhindar dari permasalahan (Brannon, 2007). Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian terbaru pada manusia yang menyatakan bahwa teh hijau mungkin ikut menyumbang pencegahan dan

(32)

mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan bentuk-bentuk kanker, kesehatan oral, dan fungsi psikologis seperti hipertensi, berat badan, antibakteri, dan lain-lain (Cabrera et.al, 2006). Sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas Tohoku Jepang pada tahun 2006 dan dicantumkan di Journal of the American Medical Association menyimpulkan bahwa teh hijau dapat mengurangi angka kematian akibat penyakit kardiovaskular.

Beberapa manfaat teh hijau adalah sebagai berikut: sebagai antikanker, antimikroba dan antibakteri, menurunkan kolesterol dalam darah sehingga terhindar dari aterosklerosis, meningkatkan kekebalan tubuh (Murase dkk, 2009 dan Triarsari, 2010). Selain itu, teh hijau juga berfungsi sebagai antidiabetes, mencegah pengembangan bakteri Helicobacter pylori penyebab gastritis, mendukung pertumbuhan mikroflora di usus dan mengatasi diare, melindungi fungsi ginjal dengan menekan efek peracunan uremik, mencegah gigi berlubang dan penyakit gusi, menghilangkan bau mulut (deodorisasi) atau nafas tak sedap, mencegah osteoporosis, mencegah oksidasi, memperlambat proses terjadinya katarak, mempunyai sifat “chemoprevention” (mencegah kerusakan sel melalui proses kimiawi), menghambat kerusakan paru-paru akibat tembakau, memberi perlindungan terhadap pankreatitis akut, menjaga esofagus tetap sehat, melindungi lapisan lambung, melindungi daya ingat, melindungi kulit dari serangan radikal bebas dan kerusakan akibat sinar ultraviolet. Teh hijau berperan dalam kecantikan (menghambat proses penuaan, langsing dengan minum teh hijau, sebagai deodoran dan antialergi, serta sebagai bahan campuran kosmetik). (Brannon, 2007)

(33)

2.3.2 Proses Pengolahan Teh Hijau

Berbeda dengan teh hitam, teh hijau nyaris tak mengalami fermentasi. Fermentasi di sini adalah proses oksidasi senyawa polyphenol di daun teh, oleh enzim polyphenol oksidase dibantu oleh oksigen dari udara. Berikut adalah proses pengolahan teh hijau: (Syah, 2006)

1. Proses Pelayuan

Setelah pucuk dipanen dari kebun, daun teh ditebar dan diaduk-aduk untuk mengurangi kandungan air. Setelah itu, daun teh dilayukan melalui silinder panas sekitar 5 menit (sistem panning) atau dilewatkan beberapa saat pada uap panas bertekanan tinggi (sistem steaming). Proses pelayuan ini bertujuan untuk mematikan aktivitas enzim sehingga akan menghambat terjadinya proses fermentasi dan menurunkan kadar air menjadi sekitar 60%-70%. 2. Proses Pendinginan

Bertujuan untuk mendinginkan daun setelah melalui proses pelayuan. 3. Proses Penggilingan Daun

Bertujuan untuk memecah sel-sel daun, sehingga teh yang dihasilkan akan mempunyai rasa yang lebih sepet.

4. Proses Pengeringan

Proses pengeringan pertama akan menurunkan kadar air menjadi 30%-35%, dan akan memperpekat cairan sel. Proses ini dilakukan pada suhu sekitar 110°-135°C selama sekitar 30 menit. Proses pengeringan kedua akan memperbaiki bentuk gulungan daun, suhu yang dipergunakan berkisar antara

(34)

70°-95°C dengan waktu sekitar 60-90 menit. Produk teh hijau yang dihasilkan mempunyai kadar air 4%-6%.

5. Proses Sortir

Bertujuan untuk mendapat teh hijau dengan berbagai kualitas mutu, antara lain: peko (daun pucuk), jikeng (daun bawah/tua), bubuk/kempring (remukan daun), dan tulang daun.

2.3.3 Kandungan Zat dalam Teh Hijau

Beberapa zat yang terkandung di dalam teh hijau, yaitu: (Syah, 2006) 1. Fluoride

Fluoride tergolong sebagai mineral yang dapat mencegah pertumbuhan karies pada gigi, mencegah radang gusi, dan gigi berlubang.

2. Mangan

Kandungan mangan dapat membantu penguraian gula menjadi energi, sehingga membantu menjaga kestabilan kadar gula dalam darah.

3. Caffein

Kadar caffein yang terkandung dalam teh hijau berbeda dengan caffein yang terkandung dalam kopi. Pada teh hijau hanya terkandung caffein sebanyak 3%-5%. Caffein berpengaruh positif pada aktivitas mental dan dapat memperbaiki proses pencernaan makanan dalam lambung.

(35)

4. Teh hijau juga mengandung vitamin C dosis tinggi dan vitamin lainnya dalam jumlah sedikit.

Kandungan vitamin dalam teh dapat dikatakan kecil karena selama proses pembuatannya, teh telah mengalami oksidasi, sehingga menghilangkan vitamin C. Demikian pula halnya dengan vitamin E yang banyak hilang selama proses pengolahan, penyimpanan, dan pembuatan minuman teh. Akan tetapi, vitamin K terdapat dalam jumlah yang cukup banyak (300-500 IU/g) sehingga bisa menyumbang kebutuhan tubuh akan zat gizi tersebut.

Komposisi senyawa teh hijau dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2

Komposisi Senyawa Teh Hijau Senyawa Teh Hijau % weight of

extract solids Catechins 30-42 Flavonols 5-10 Other Flavonoids 2-4 Theogallin 2-3 Other Depsides 1 Ascorbic Acid 1-2 Gallic Acid 0.5 Quinic Acid 2

Other Organic Acid 4-5

Theanine 4-6

Other Amino Acids 4-6

Methylxanthines 7-9

Carbohydrates 10-15

Minerals 6-8

Volatiles 0.02

Teh hijau juga mengandung polifenol utama dalam daun teh, yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, yaitu catechin yang mampu mengurangi risiko penyakit jantung, membunuh sel tumor, dan menghambat pertumbuhan sel kanker

(36)

paru-paru, kanker usus, terutama sel kanker kulit (Brannon, 2007). Catechin juga dapat membantu kelancaran proses pencernaan makanan melalui stimulasi peristalsis dan produksi cairan pencernaan, serta memperlancar metabolisme tubuh yang dapat membantu dalam proses penurunan berat badan.

Kandungan catechin pada teh hijau tergantung pada bagaimana daun diproses sebelum pengeringan (sebuah tingkat tertentu dari fermentasi dan pemanasan daun teh selama proses pembuatan yang menghasilkan polimerasi dari monopolifenolik seperti catechin). Selain itu, lokasi geografis (tanah, iklim, cara pertanian, pemupukan), jenis teh hijau (teh bungkus, teh celup, tanpa caffein), dan persiapan infusi (jumlah produk yang digunakan, waktu, temperatur) juga dapat mempengaruhi kandungan catechin pada teh hijau (Cabrera et.al, 2006).

Pada daun teh hijau kering memiliki kandungan 15-30% senyawa

catechins yang terdiri dari 59,04% Epigallocatechin gallate (EGCG), 19,28%

Epigallocatechin (EGC), 13,69% Epicatechingallate (ECG), 6,39% Epicatechin

(EC) dan 1,60% Gallocatechin (GC) (Beecher et.al, 1999). Diantara keempat komponen tersebut, EGCG merupakan komponen yang paling potensial dan secara kimia memiliki aktivitas biokimia yang paling kuat. Kemampuan senyawa

catechin sebagai antioksidan telah banyak dibuktikan dengan kekuatan 100 kali lebih tinggi daripada vitamin C dan 25 kali lebih efektif daripada vitamin E (Syah, 2006). EGCG merupakan cathecin yang terdapat sekitar 10%-50% pada daun teh. Kebanyakan manfaat positif dari daun teh umumnya berasal dari EGCG yang terkandung di dalamnya. Berikut adalah komposisi catechins pada teh hijau dapat dilihat pada Tabel 2.3.

(37)

Tabel 2.3

Komposisi Catechins Teh Hijau

Catechins Absolut (%) Relatif (%)

(+) Gallocatechins (+GC) 1,4 1,6

(-) Epigallocatechins (EGC) 17,57 19,3

(-) Epicatechins (EG) 5,81 6,4

(-) Epigallocatechins Gallate (EGCG) 53,90 59,1 (-) Epicatechins Gallate (EGC) 12,51 13,7

TOTAL 91,23 100

Sumber: Hara, 2001

2.4 Pengaruh Teh Hijau (Catechin) Terhadap Penurunan Berat Badan, Lingkar Perut, dan Persentase Lemak Tubuh

Meningkatkan proses metabolisme merupakan cara mengontrol berat badan yang paling utama. Tetapi, kecepatan tubuh membakar kalori tergantung pada beberapa faktor tertentu. Beberapa orang mewarisi proses metabolisme yang cepat. Laki-laki cenderung membakar lebih banyak kalori daripada perempuan, bahkan saat beristirahat. Pada sebagian besar orang, proses metabolisme melambat secara perlahan-lahan setelah berusia 40 tahun. Walaupun tidak bisa mengontrol faktor usia, jenis kelamin, atau faktor genetik, masih ada beberapa cara untuk meningkatkan proses metabolime, salah satunya dengan mengkonsumsi ekstrak teh hijau (Humas KPDE Media Indonesia, 7 Februari 2009).

Rahasia utama teh hijau dapat menurunkan berat badan terletak pada tiga komponen/bahan utamanya, yaitu epigallocatechin gallate (EGCG) Caffein, dan

L-theanine. EGCG yaitu antioksidan yang dapat menstimulasi metabolisme tubuh kita. Kita dapat membakar lemak hanya dengan duduk dan minum teh. Jadi, dengan minum teh dapat meningkatkan gelombang otak neurotransmitter dan

(38)

metabolisme tubuh yang dapat meningkatkan energi dan menurunkan nafsu atau selera makan. EGCG dapat meningkatkan konsumsi oksigen dan oksidasi lemak yang pada akhirnya dapat membantu menurunkan berat badan (Murase dkk, 2009). Caffein adalah stimulan yang dapat membantu dalam menurunkan berat badan. Namun, caffein memiliki efek samping dalam kesehatan, yaitu dapat meningkatkan gula darah dan insulin. Teh memang mengandung caffein, tetapi kadar kandungannya relatif lebih kecil dibandingkan dengan kopi. Rahasia yang ketiga adalah L-theanine, yaitu asam amino yang bekerja untuk menghilangkan efek berbahaya pada caffein. L-theanine juga dapat mempengaruhi neurotransmitter pada otak yang dapat mempengaruhi tingkat dopamin and serotonin yang mengirim sinyal rasa aman pada otak kita. Semakin banyak kita minum teh, semakin kuat otak kita meyakinkan bahwa kita tidak lapar. Teh tidak hanya dapat menurunkan berat badan, tetapi juga dapat mengurangi nafsu atau selera makan untuk tetap dalam kondisi diet. (Cabrera et.al, 2006)

Epigallocatechin gallate (EGCG) adalah senyawa kimia yang biasa disebut catechin yang termasuk dalam senyawa polifenol. EGCG ini adalah senyawa oksidan yang dapat mencegah atau merendahkan oksidasi dalam tubuh. Antioksidan ini juga dapat mencegah dari radikal bebas yang dapat menimbulkan berbagai penyakit, seperti jantung koroner, kanker, dll (Ukra and Sharyn, 2008). EGCG dapat membersihkan arteri dan vena yang dapat menyebabkan semakin bertambahnya masukan O2 dalam darah sehingga akan memberikan lebih banyak energi. Dengan ketersediaan energi akan membakar lebih banyak lemak dan menurunkan berat badan. (Ukra and Sharyn, 2008)

(39)

Caffein adalah salah satu senyawa kimia yang terdapat di lebih dari 60 jenis tanaman, diantaranya, teh, coklat, kopi, dan lain-lain. Makan caffein sama dengan mengkonsumsi daun karena caffein sangat pahit. Terlalu banyak caffein

dapat merugikan kesehatan tubuh. Namun, caffein tidak selalu berpengaruh buruk, karena caffein dapat juga menurunkan berat badan dengan cara membakar lemak dalam tubuh. Sebuah studi yang dikeluarkan oleh American Journal of Clinical Nutrition, 1999, bahwa dengan mengkonsumsi caffein dapat menjaga keseimbangan energi dan meningkatkan thermogenesis dalam treatment kelebihan berat badan. Selain itu, dengan mengkonsumsi teh hijau juga dapat meningkatkan pembakaran kalori dan memacu penurunan berat badan tanpa meningkatkan detak jantung (Gilbert, 2006). Namun penggunaan caffein dalam teh hijau yang terlalu banyak maupun terlalu sedikit tidak akan memberikan pengaruh apa-apa terhadap penurunan berat badan. Standar penggunaan caffein yang dapat digunakan untuk mengurangi berat badan adalah 150 mg (Lipton Institute of Tea).

L-theanine hanya terdapat pada jamur dan teh jenis Camellia sinensis. L-theanine adalah asam amino yang berasal dari 1-2% daun teh kering. Caffein yang terkandung di dalamnya hanya 0.5%. L-theanine dapat meningkatkan gelombang otak alpha, dimana terdapat 4 macam gelombang dalam otak kita, yaitu alpha, beta, delta, dan tetha. Gelombang otak alpha adalah saraf elektrik yang menghubungkan antara mental dan mood yang dominan yaitu memberikan rasa nyaman dan relax akibat konsumsi caffein yang dapat menimbulkan gelombang otak beta yang dapat menimbulkan stres dan lelah. (Ukra and Sharyn, 2008)

(40)

2.5 Penelitian Teh Hijau (Catechin) Dalam Proses Penurunan Berat Badan Penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi teh hijau akan bermanfaat dalam distribusi berat badan dan kadar lemak tubuh (Ukra and Sharyn, 2008 dan Lee, 2009). Teh hijau dapat membantu mempercepat proses metabolisme untuk mengurangi lemak tubuh yang berakibat pada menurunnya berat badan dengan bantuan polyphenol yang termasuk dalam senyawa antioksidan. Senyawa dari teh hijau yaitu kombinasi caffein dan

catechin, substansi tersebut bisa mempercepat metabolisme selama 2 jam.

Catechins ini akan memicu penurunan berat badan dengan cara membakar kalori dan mengurangi lemak tubuh. Studi riset membuktikan bahwa setelah minum teh hijau dua (2) kali sehari, dapat membakar 50 kalori ekstra per hari. (Paramitha, 2007)

Sedangkan berdasarkan Department of Food Science and Human Nutrition of Iowa State University (ISU) di Ames Iowa, Amerika Serikat, kandungan EGCG yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan berat badan adalah 316 mg/hari. Berdasarkan Rick Hursel dan Margriet S di dalam The American Journal of Clinical Nutrition, kandungan EGCG yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan berat badan adalah 270 mg/hari dan jumlah caffein yang dibutuhkan adalah 150 mg/hari. Sedangkan berdasarkan Tomonori Nagao et all dalam Journal American Society for Clinical Nutrition dan berdasarkan Monique N.Gilbert dalam Nutrition Science News, kandungan EGCG yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan berat badan adalah 690 mg/hari. Studi tersebut dalam 12 minggu/ 3 bulan

(41)

menunjukkan bahwa catechin (EGCG) pada teh hijau dapat mengurangi berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh tanpa mengurangi atau mengganti pola makan dan aktivitas fisiknya. Dengan 690 mg/hari catechin

selama 12 minggu, dapat mengurangi total berat badan ±3 kg, mengurangi lingkar pinggang hingga ±3,3 cm, serta mengurangi persentase lemak tubuh ±1,5 kg (Gilbert, 2006). Dari beberapa penelitian tersebut, dosis EGCG yang lebih rendah memiliki keefektifan yang sama dengan dosis EGCG yang lebih tinggi dalam penurunan berat badan. Namun, dosis EGCG yang lebih rendah membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses penurunan berat badan tersebut.

Sumber: Murase dkk, 2009

Gambar 2.2 Proses Catechin Menurunkan Berat Badan

Cathecin dengan

Gallocatechin Moiety/

Residu Galloyl

Meningkatkan AMPK alpha, Fosforilasi ACC, dan kinerja AMPK alpha

Meningkatkan oksidasi lemak dan Menghambat

penimbunan lemak

Menurunkan berat badan Meningkatkan kebutuhan Oksigen

(42)

2.6 Penelitian Teh Hijau (Catechin) Dalam Meningkatkan Oksidasi Lemak dan Menghambat Penimbunan Lemak

Catechin dalam teh hijau dapat mendorong berbagai tindakan biologis, termasuk anti-kanker, anti-obesitas, efek anti-diabetes, dan aplikasi klinis lainnya. Berdasarkan penelitian Murase T, dkk di dalam Journal Biochem Parmachol

(2009), memperjelas adanya mekanisme molekuler dengan menguji pengaruh katekin pada AMP-protein kinase teraktivasi (AMPK) pada sel kultur tikus. Dalam Hepa 1-6, L6 dan sel 3T3-L1, epigallocatechin gallate (EGCG) menyebabkan peningkatan AMPKalpha, karboksilase asetil-KoA (ACC) fosforilasi, dan aktivitas AMPKalpha. Analisis kekhususan molekul catechin

alami mengungkapkan bahwa catechin dengan bagian gallocatechin, bertindak sebagai residu galloyl sebagai aktivator AMPK. Selain itu, fosforilasi LKB1 yang merupakan protein penekan tumor dan AMPK kinase, meningkat sebesar perlakuan katekin. EGCG sebagai penyebab fosforilasi AMPKalpha LKB1 dan ditindas oleh perlakuan katalase, menunjukkan bahwa Reactive Oxygen Species

(ROS) terlibat dalam EGCG aktivasi yang diinduksi dari jalur LKB1/AMPK. EGCG oral (200 mg/kg berat badan) untuk mencit BALB/c yang diinduksi peningkatan aktivitas AMPKalpha dalam hati bersamaan dengan peningkatan yang signifikan dalam AMPKalpha dan fosforilasi ACC. Penggunaan EGCG juga meningkatkan konsumsi oksigen dan oksidasi lemak, sebagaimana ditentukan oleh kalorimetri langsung. Temuan ini menunjukkan bahwa efek berganda dari catechin, termasuk anti-obesitas dan efek anti-kanker yang

(43)

dimediasi setidaknya sebagian oleh aktivasi LKB1/AMPK di berbagai jaringan, dan bahwa efek ini berbeda-beda sesuai dengan struktur katekin yang digunakan.

Sedangkan berdasarkan penelitian Moon HS, dkk di dalam Journal Obesity (2007), paparan EGCG selama periode awal adipogenesis (7 hari) sudah cukup untuk mencegah akumulasi lipid. Selama periode ini, EGCG dapat menurunkan protein penanda adipocyte reseptor proliferator, mengaktifkan receptor gamma2 (PPARgamma2) dan LXR-alpha. Selanjutnya, EGCG signifikan diinduksi dari generasi Reactive Oxygen Species (ROS), yang menyebabkan aktivasi AMPK, dan efek-efek ini telah dieliminasi oleh pengobatan N-acetylcysteine (NAC). EGCG juga meningkatkan fosforilasi tirosin reseptor INS dan INS-1 dengan peningkatan waktu inkubasi, menunjukkan bahwa EGCG tidak berpengaruh pada lipolisis. Penelitian Moon HS dkk juga menunjukkan bahwa EGCG dapat menurunkan viabilitas sel dan menghambat diferensiasi sel 3T3-L1 dengan cara bergantung pada lamanya pengobatan. Selain itu, menunjukkan bahwa adanya adipocyte dibedakan oleh EGCG yang diperkirakan berhubungan dengan penurunan aktivitas GPDH yang disertai dengan adanya aktivitas

PPARgamma2-induced transcriptional yang kuat. Lebih lanjut lagi, adanya pembedaan adipocyte oleh EGCG melibatkan generasi dari ROS dan pengaktifan AMPK.

2.7 Tubuh Sehat Ideal

Postur tubuh ideal dinilai dari pengukuran antropometri untuk menilai apakah komponen tubuh tersebut sesuai dengan standar normal atau ideal.

(44)

Pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah rasio antara berat badan (kg) dan tinggi badan (m) kuadrat, yang disebut Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai berikut: (PUGS, 2003; Foster, 2003; dan Azwar, 2004)

BB (kg) IMT = ---

TB x TB (m)

Index Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) adalah suatu alat bantu untuk mengetahui status gizi seseorang. Index Massa Tubuh tersedia dalam kriteria Asia Pasifik dan WHO. Terdapat perbedaan kategori dalam kriteria Asia Pasifik dan WHO. Kriteria Asia Pasifik diperuntukkan untuk orang-orang yang berdomisili di daerah Asia, karena Index Massa Tubuhnya lebih kecil sekitar 2-3 kg/m2 dibanding orang Afrika, orang Eropa, orang Amerika, ataupun orang Australia. Adapun klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan kriteria Asia Pasific dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4

Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan BMI Kategori BMI (kg/m2) Kekurangan berat badan < 18,5

Normal 18,5 - < 23

Kelebihan berat badan 23 - < 25 Obesitas Kelas I 25 - < 30

Obesitas Kelas II ≥ 30

Contoh: wanita dengan TB = 161 cm, BB = 58 kg 58

IMT = --- = 22,37 (normal) 1,61 x 1,61

(45)

IMT normal pada wanita antara 18,5-23. Seorang wanita dikatakan kurus bila IMT nya < 18 dan kegemukan/ kelebihan berat badan apabila IMT nya > 23. Bila IMT > 25, orang tersebut menderita obesitas (Kriteria IMT Asia Pasific). Kelebihan berat badan merupakan faktor risiko untuk berbagai penyakit kronis, seperti Diabetes Melitus, hipertensi, hiperkolesterol, dan kelainan metabolisme lain yang memerlukan pemeriksaan lanjut baik klinis atau laboratorium (Foster, 2003 dan Azwar, 2004). Pengobatan akan berdampak penting pada pemanfaatan sumber daya medis, biaya perawatan kesehatan, dan kualitas hidup pasien karena kelebihan berat badan ini dapat meningkatkan kematian dini (Foster, 2003 dan Strychar, 2006). Untuk mengetahui berat badan ideal dapat menggunakan rumus Brocca sebagai berikut (Azwar, 2004):

BB ideal = (TB – 100) – 10% (TB – 100)

Batas ambang yang diperbolehkan adalah + 10%. Bila > 10% sudah kegemukan/obesitas ringan dan bila diatas 20% sudah terjadi obesitas berat. Contoh: wanita dengan TB = 161 cm, BB = 58 kg

BB ideal = (161 – 100) – 10% (161 – 100) = 61 – 6,1 = 54,9 (55 kg)

Jadi, BB 58 kg masih dalam batas normal karena < 10%.

Sedangkan lingkar pinggang berfungsi sebagai klinis proxy untuk

computed tomography dan resonansi magnetik pencitraan penilaian intraabdominal jaringan adiposa. Batas distribusi lemak tubuh didefinisikan sebagai lingkar pinggang 35 inci (90 cm) atau lebih untuk wanita dan 40 inci (102 cm) atau lebih pada pria. Seseorang dengan lingkar pinggang di atas batas tersebut

(46)

juga dapat menimbulkan faktor negatif, seperti risiko yang disebabkan oleh BMI sendiri yang sudah sangat signifikan. Pengukuran lingkar pinggang terbaik adalah di sekitar perut di tingkat krista iliaka (Foster, 2003).

2.8 Hubungan Kelebihan Berat Badan dengan Proses Penuaan

Faktor yang mempengaruhi proses penuaan dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikolisasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun, dan gen. Sedangkan faktor eksternal berupa gaya hidup yang tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres, dan kemiskinan. Berbagai faktor tersebut yang menyebabkan proses penuaan, sehingga menjadi orang tua, pesakitan, dan akhirnya meninggal. Namun, proses penuaan dapat dicegah, diperlambat, atau dihambat, sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan. (Pangkahila, 2007)

Kelebihan berat badan terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat, diet tidak sehat, konsumsi berlebihan lemak, stres fisik dan emosional, dan lain-lain. Hal inilah yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya kerusakan tubuh. Kerusakan tidak terbatas pada organ, melainkan juga terjadi di tingkat sel. Beban tubuh yang berlebihan akibat kelebihan berat badan, dapat membuat kerusakan sel lebih cepat. Sistem pemeliharaan dan perbaikan tubuh tidak mampu melakukan kompensasi terhadap pengaruh penggunaan dan kerusakan berlebihan, sehingga hal tersebut dapat mempercepat terjadinya proses penuaan. (Pangkahila, 2007)

(47)

2.9 Hubungan Teh Hijau (Green Tea) dengan Anti Aging

Teh hijau mengandung zat aktif berupa antioksidan alami. Kandungan antioksidan di dalam teh hijau adalah catechin. Catechin ini dapat membantu kelancaran proses pencernaan makanan melalui stimulasi peristalsis dan produksi cairan pencernaan, serta memperlancar metabolisme tubuh yang dapat membantu dalam proses penurunan berat badan. Selain dapat membantu dalam proses penurunan berat badan, teh hijau juga berperan dalam hal kecantikan, yaitu menghambat proses penuaan dengan antiokasidan yang terkandung di dalamnya (Brannon, 2007).

Teh hijau yang mengandung antioksidan alami, bekerja menangkap radikal bebas yang ada dalam kulit. Molekul antioksidan berfungsi sebagai sumber hidrogen labil yang akan berikatan dengan radikal bebas. Dalam proses tersebut, antioksidan mengikat energi yang akan digunakan untuk pembentukan radikal bebas baru sehingga reaksi oksidasi berhenti. Antioksidan “mengorbankan dirinya” untuk teroksidasi oleh radikal bebas sehingga melindungi protein atau asam amino penyusun kolagen dan elastin. Oleh karena itu, antioksidan yang terkandung di dalam teh hijau dapat menghambat proses penuaan.

(48)

Gambar 2.3 Bagan Hubungan Green Tea Dengan Anti Aging Catechin dalam Teh Hijau Antioksidan Menangkal radikal bebas Memperlancar proses pencernaan makanan dan metabolisme tubuh Menghambat proses penuaan Menurunkan berat badan

(49)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Teh hijau disinyalir dapat membantu proses penurunan berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh. Kandungan teh hijau yang berkhasiat dalam proses penurunan berat badan adalah catechin. Catechin ini merupakan salah satu antioksidan yang dapat menstimulasi metabolisme tubuh. Catechin

bekerja dengan cara menginhibisi Cahechol-O-methyltranferase (COMt) yang dapat meningkatkan konsentrasi norepinephrine. Peningkatan konsentrasi

norepinephrine tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan thermogenesis dan oksidasi lemak yang pada akhirnya dapat menurunkan berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

29 Faktor Internal: - Jenis Kelamin - Usia - Genetik - Hormon - Psikologis Faktor Eksternal:  Makanan  Cuaca/Iklim  Penyakit

 Bahan Kimia & Obat-obatan

- Berat Badan

- Lingkar Perut

- Persentase Lemak Tubuh

(50)

3.2 Hipotesis Penelitian

1. Pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan berat badan pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa.

2. Pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan lingkar perut pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa.

3. Pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan persentase lemak tubuh pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa.

(51)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi eksperimental klinis dengan pre-post test control group design. Kelompok penelitian dibagi menjadi kelompok Perlakuan (P) dan kelompok Kontrol (K). Kelompok perlakuan (P) diberikan ekstrak teh hijau yang terstandarisasi mengandung catecins 30%, sedangkan kelompok kontrol (K) diberikan plasebo.

Gambar 4.1. Desain Penelitian

O1 : Pengamatan kelompok kontrol pada waktu 0 minggu (awal pengamatan) O2 : Pengamatan kelompok kontrol setelah 8 minggu (OR + pola makan biasa

+ placebo)

O3 : Pengamatan kelompok perlakuan pada waktu 0 minggu (awal pengamatan) O4 : Pengamatan kelompok perlakuan setelah 8 minggu (OR + pola makan

biasa + ekstrak the hijau)

Po : Kelompok kontrol (OR + pola makan biasa + plasebo)

Pi : Kelompok perlakuan (OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau yang mengandung Epigallocathecin gallate (EGCG) sebanyak 690 mg/hari)

Populasi O1 O3 Sampel Random Alokasi O2 O4 Po Pi 31

(52)

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sanggar Senam Pekalongan pada bulan September 2010. Alasan dipilihnya lokasi sanggar senam karena populasi di sanggar senam bersifat homogen, yaitu memiliki pola hidup terkontrol dan gemar berolahraga. Olahraga ini dilakukan 3x/minggu selama 8 minggu. Tiap pertemuan dilakukan selama 1 jam, dimana 1 jam olahraga senam dapat membakar ±300 kalori.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah sekelompok subjek atau data dengan karakteristik tertentu (Sastroasmoro, 2008). Populasi penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu populasi target dan populasi terjangkau.

1. Populasi target dalam penelitian ini adalah wanita sehat usia 30-40 tahun. 2. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah wanita kelebihan berat badan.

Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus pocock (2006).

Adapun besar sampel tiap kelompok minimal adalah: n = 2 x f (.) (µ1- µ2)2 = 2 x (3,45)2 x 10,5 (70-64)2 = 6,94 + 10% = 7,63

(53)

Keterangan:

 = Standar deviasi kelompok kontrol

µ1 = Rerata/mean berat badan kelompok kontrol yang diberi placebo µ2 = Rerata/mean berat badan kelompok perlakuan yang diberi teh hijau

Berdasarkan rumus di atas didapatkan sampel sebesar 7,63 wanita usia 30-40 tahun. Untuk mengantisipasi eksklusi subjek penelitian ditingkatkan menjadi 8 sampel untuk masing-masing kelompok, yaitu:

Kelompok Kontrol (K) : 8 sampel Kelompok Perlakuan (P) : 8 sampel

Subjek tersebut harus memenuhi kriteria pemilihan sebagai berikut: a. Kriteria inklusi

- Wanita kelebihan berat badan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) > 25 kg/m2. Hal tersebut dipilih karena semakin tinggi IMT-nya, akan semakin tinggi tingkat elastisitas tubuhnya.

- Usia dewasa 30-40 tahun. Dipilih usia 30-40 tahun karena pada umur tersebut memiliki hormon yang kurang lebih sama, sehingga pengguna ekstrak teh hijau dapat bekerja dengan seimbang.

b. Kriteria eksklusi

- Wanita penderita DM tipe 2, hiper/hipo thyroid & Penyakit Jantung Koroner (PJK).

(54)

4.4 Variabel Penelitian 4.4.1 Identifikasi Variabel

Variabel penelitian yang akan diukur adalah proses penurunan berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh pada wanita dewasa usia 30-40 tahun.

4.4.2 Klasifikasi Variabel

1. Variabel bebas : ekstrak teh hijau yang mengandung EGCG 390 mg/hari 2. Variabel tergantung : penurunan berat badan, lingkar perut, dan persentase

lemak tubuh

3. Variabel kendali : wanita kelebihan berat badan, latihan fisik/ exercise

pola makan biasa

4.4.3 Definisi Operasional Penelitian

Adapun definisi operasional penelitian adalah sebagai berikut:

1. Ekstrak teh hijau adalah ekstrak yang terbuat dari teh hijau yang mengandung

Epigallocathecin gallate (EGCG) 30%, dalam sediaan serbuk yang dikemas dalam bentuk kapsul. Ekstrak dibuat di Lab Pusat Pengembangan Tanaman Herbal, Fakultas Teknik Kimia, Universitas Diponegoro Semarang.

2. Berat badan, diukur dengan timbangan berat badan standar yang ditera dengan ketepatan 10-2 kg. Sedangkan tinggi badan diukur dengan stapedometer dengan ketepatan 10-1 cm.

(55)

3. Lingkar perut diukur setinggi pusat, bidang horisontal. Untuk mengetahui lingkar perut, diukur dengan meteran flexibel dengan ketepatan 10-1 cm. 4. Persentase lemak tubuh, ditentukan dengan pengukuran ketebalan lemak

subkutan (skinfold), menggunakan jangka skinfold dengan ketepatan 10-1 cm. 5. Pola makan biasa adalah pola makan yang tidak diatur dan sesuai dengan pola

makan sehari-hari.

4.5 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Stapedometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan. 2. Alat timbang Tanita model TBF 100 untuk mengukur berat badan.

3. Pengukuran menggunakan rumus Body Mass Index (BMI) atau IMT untuk mengetahui persentase lemak tubuh.

4. Alat ukur sentimeter untuk mengukur lingkar pinggang. Lingkar pinggang diukur ketika subjek berdiri, yang diukur setinggi pusat, bidang horisontal. 5. Persentase lemak tubuh diukur dengan rumus triceps supra iliaca. Rumus

untuk mengukur persentasi lemak tubuh untuk wanita (Lean et.al, 1996).

Body Fat = 0.439 . waist (cm) + 0.221 . age (y) – 9,4

Bahan yang digunakan adalah ekstrak teh hijau yang mengandung 30%

Cathecins untuk kelompok perlakuan (P), serta placebo untuk kelompok kontrol (K).

(56)

4.6 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada wanita kelebihan berat badan, usia 30-40 tahun yang dibagi dalam dua kelompok penelitian (Gambar 4.2).

Gambar 4.2. Alur Penelitian

Pada kelompok pertama merupakan kelompok perlakuan (P) diberi ekstrak teh hijau yang mengandung catechins 30% dalam bentuk kapsul 3x/hari (pagi, siang, dan malam), pola makan biasa, dan melakukan exercise. Sedangkan pada kelompok kedua merupakan kelompok kontrol (K) diberi placebo yang diberikan 3x/hari (pagi, siang, dan malam), pola makan biasa, dan melakukan

exercise. Pada kedua kelompok ini dilakukan dalam 3 (tiga) tahapan waktu, yaitu

Wanita Overweight

(IMT 23-25 kg/m2),

exercise, pola makan biasa

PreTest

(pengukuran awal 0 bulan)

- Berat Badan

- Lingkar Perut

- Persentase Lemak Tubuh

Teh Hijau

PostTest

(pengukuran setelah 8 minggu)

- Berat Badan

- Lingkar Perut

- Persentase Lemak Tubuh

PreTest

(pengukuran awal 0 bulan)

- Berat Badan

- Lingkar Perut

- Persentase Lemak Tubuh

Placebo

PostTest

(pengukuran setelah 8 minggu)

- Berat Badan

- Lingkar Perut

- Persentase Lemak Tubuh

Kelompok Perlakuan

Kelompok Kontrol

Gambar

Gambar 2.1 Daun Teh (Camellia Sinensis)
Gambar 2.2 Proses Catechin Menurunkan Berat Badan Cathecin dengan
Gambar 2.3 Bagan Hubungan Green Tea Dengan Anti Aging Catechin dalam Teh Hijau Antioksidan Menangkal radikal bebas Memperlancar proses pencernaan makanan dan metabolisme tubuh Menghambat proses penuaan Menurunkan berat badan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
+6

Referensi

Dokumen terkait

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena penyebaran HIV/AIDS di kalangan waria risiko tinggi di kota bandung dan faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi

Karakteristik stomata daun pada beberapa jenis pohon penghijauan di Kampus Universitas Hasanuddin Makassar diperoleh, letak stomata permukaan atas dan bawah

Rekam Medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan

Akan ada perulangan sejumlah permutasi dan sebanyak jumlah kata atau shingle yang ada didalam dokumen lalu akan dilakukan perhitungan dari hashval dimana dengan

Berdasarkan grafik prosentase Tipe kesalahan FAR pada Gambar 6 terlihat bahwa semakin kecil nilai ambang maka prosentase kesalahan FAR yang terjadi akan semakin besar, karena

445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sebagai  berikut: “ Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan  pada bagian luar badan (epidermis, rambut,

Pelaksanaan pendidikan siaga bencana yang dilakukan di SD 2 Parangtritis dan SD 2 Umbulharjo telah dilaksanakan melalui beberapa media dan cara. Pendidikan siaga bencana dapat