• Tidak ada hasil yang ditemukan

BULAN MARET 2017 KOTA YOGYAKARTA DEFLASI 0,06 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BULAN MARET 2017 KOTA YOGYAKARTA DEFLASI 0,06 PERSEN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

No. 17/04/34/Th.XIX, 3 April 2017

P

ERKEMBANGAN

I

NDEKS

H

ARGA

K

ONSUMEN

:

B

ULAN

MARET

2017

K

OTA

Y

OGYAKARTA

DEFLASI

0,06

P

ERSEN

A. PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN

Perkembangan harga berbagai komoditas pada bulan Maret 2017 secara umum menunjukkan adanya penurunan. Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan BPS pada Maret 2017, di Kota Yogyakarta terjadi deflasi 0,06 persen, atau terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 125,19 pada Februari 2017 menjadi 125,11 pada Maret 2017. Tingkat inflasi tahun kalender (Maret 2017 terhadap Desember 2016) sebesar 1,54 persen dan tingkat inflasi dari tahun ke tahun (Maret 2017 terhadap Maret 2016) sebesar 3,40 persen.

Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya indeks beberapa kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan 0,77 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,03 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,05  Kota Yogyakarta pada Bulan Maret 2017 mengalami deflasi sebesar 0,06 persen. Deflasi terjadi karena

adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya indeks beberapa kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan 0,77 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,03 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,05 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi, yaitu: kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,19 persen; kelompok perumahan, listrik, air, gas, dan bahan bakar 0,17 persen; kelompok sandang 0,17 persen; dan kelompok kesehatan 0,11 persen.

 Dari 82 kota yang dihitung angka inflasinya, 49 kota IHK mengalami deflasi dan 33 kota lainnya mengalami inflasi. Deflasi terbesar terjadi di Kota Tanjung Pandan sebesar 1,49 persen diikuti Kota Lhokseumawe sebesar 1,40 persen, sedangkan deflasi terendah terjadi di Kota Padang dan Purwokerto masing-masing sebesar 0,01 persen diikuti Kota Bandung sebesar 0,02 persen. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Merauke sebesar 1,24 persen, diikuti oleh Kota Ambon sebesar 1,13 persen dan Kota Jayapura sebesar 0,95 persen, sedangkan inflasi terkecil terjadi di Kota Banjarmasin dan Tembilahan masing-masing sebesar 0,01 persen.  Komoditas yang paling mempengaruhi terjadinya deflasi diantaranya adalah beras, cabai merah, cabai

rawit, besi beton, dan tarip pulsa ponsel, sedangkan komoditas yang mendorong terjadinya inflasi adalah bawang merah, tarip listrik, tukang bukan mandor, rokok kretek filter, dan bensin.

 Laju inflasi tahun kalender 2017 ( Maret 2017 terhadap Desember 2016) sebesar 1,54 persen, sedangkan laju inflasi year on year (Maret 2017 terhadap Maret 2016) sebesar 3,40 persen.

(2)

persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi, yaitu: kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,19 persen; kelompok perumahan, listrik, air, gas, dan bahan bakar 0,17 persen; kelompok sandang 0,17 persen; dan kelompok kesehatan 0,11 persen.

Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga sehingga memberikan andil terjadinya deflasi diantaranya: beras turun 1,81 persen dengan memberikan andil -0,06 persen; cabai merah turun 19,56 persen dengan memberikan andil -0,05 persen; cabai rawit dan besi beton turun 9,34 persen dan 8,33 persen dengan memberikan andil masing-masing -0,03 persen; tarip pulsa ponsel turun 1,13 persen dengan memberikan andil -0,02 persen; daging ayam ras, cabe hijau, semen, bayam, jeruk, bawang putih, kayu balokan dan wortel turun 1,57 persen; 23,40 persen; 2,09 persen; 6,01 persen; 1,71 persen; 1,57 persen; 1,47 persen; dan 5,36 persen; dengan masing-masing memberikan andil sebesar -0,01 persen.

Gambar 1

Perkembangan Inflasi Kota Yogyakarta dan Nasional, Maret 2016 – Maret 2017

Sebaliknya komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga memberikan andil mendorong inflasi diantaranya bawang merah naik 10,55 persen dengan memberikan andil 0,06 persen; tarip listrik naik 0,80 persen dengan andil 0,04 persen; tukang bukan mandor naik 1,40 persen dengan memberikan andil 0,03 persen; rokok kretek filter, bensin, daging sapi, sabun cair/cuci piring, minyak goreng, dan pepaya naik 0,86 persen, 0,35 persen, 0,97 persen, 4,71 persen, 0,67 persen, dan 2,09 persen dengan masing-masing memberikan andil 0,01 persen.

Tabel 1

Sumbangan Inflasi Kelompok Pengeluaran terhadap Inflasi Kota Yogyakarta Bulan Maret 2017

Kelompok Pengeluaran Laju Inflasi

Persentase Sumbangan Inflasi [1] [2] [3] Umum -0,06 -0.06 1. Bahan makanan -0,77 -0.14

2. Makanan jadi, minuman, rokok dan Tembakau 0,19 0.03 3. Perumahan. Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0,17 0.04

4. Sandang 0,17 0.01 5. Kesehatan 0,11 0.01 0,02 -0,16 0,08 0,43 0,94 -0,04 -0,16 0,05 0,32 0,35 1,24 0,36 -0,06 0,19 -0,46 0,23 0,66 0,69 -0,02 0,22 0,14 0,47 0,42 0,97 0,23 -0,6 -0,4 -0,2 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4

Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16 16-Jul Agust-16 Sep-16 Okt-162 Nov-16 Des-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17

(3)

6. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga -0,03 0.00 7. Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -0,05 -0.01

Tabel 2

IHK dan Laju Inflasi Kota Yogyakarta Maret 2017 dan Tahun ke Tahun menurut Kelompok Pengeluaran

Gambar 2

Inflasi Kalender Kota Yogyakarta Tahun Kalender Bulan Maret 2017 menurut Kelompok Pengeluaran

-1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 Umum 1 2 3 4 5 6 7 1,54 0,05 1,19 1,61 1,61 1,40 -0,05 4,46

1 Bahan Makanan 5 Kesehatan

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau 6 Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar 7 Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

(4)

B. PERUBAHAN INDEKS HARGA DI KOTA YOGYAKARTA MENURUT KELOMPOK

PENGELUARAN

1.

Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan pada bulan ini mengalami deflasi sebesar 0,77 persen atau mengalami penurunan indeks dari 140,30 pada Februari 2017 menjadi 139,22 pada Maret 2017. Dari 11 sub kelompok pengeluaran yang ada, sembilan sub kelompok mengalami penurunan angka indeks, yakni sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya turun 1,51 persen; sub kelompok daging dan hasil-hasilnya turun 0,18 persen; sub kelompok ikan segar turun 1,86 persen; sub kelompok ikan diawetkan turun 0,64 persen; sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya turun 0,24 persen; sub kelompok sayur-sayuran turun 1,80 persen; sub kelompok kacang-kacangan turun 0,06 persen; sub kelompok buah-buahan turun 0,52 persen; dan sub kelompok bumbu-bumbuan turun 0,99 persen. Sedangkan dua sub kelompok lainnya mengalami kenaikan angka indeks, yaitu sub kelompok lemak dan minyak naik 0,36 persen dan sub kelompok bahan makanan lainnya naik 0,37.

Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga pada kelompok ini sehingga memberikan andil terjadinya deflasi, diantaranya Beras turun 1,81 persen dengan memberikan andil -0,06 persen; cabai merah turun 19,56 persen dengan memberikan andil -0,05 persen; cabai rawit turun 9,34 persen dengan memberikan andil -0,03; daging ayam ras, cabe hijau, bayam, jeruk, bawang putih dan wortel masing-masing turun 1,57 persen, 23,40 persen, 6,01 persen, 1,71 persen, 1,57 persen dan 5,36 persen, dengan masing-masing memberikan andil sebesar -0,01 persen.

Sebaliknya komoditas bahan makanan yang mengalami kenaikan harga sehingga memberikan andil menahan laju deflasi, diantaranya bawang merah naik 10,55 persen dengan memberikan andil 0,06 persen; daging sapi, minyak goreng dan pepaya masing-masing naik 0,97 persen, 0,67 persen dan 2,09 persen dengan masing-masing memberikan andil sebesar 0,01 persen.

2.

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Pada bulan ini kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,19 persen dengan angka indeks sebesar 126,73 lebih tinggi dibandingkan angka indeks pada bulan sebelumnya yaitu sebesar 126,49.

Dari tiga sub kelompok pengeluaran pada kelompok ini, dua sub kelompok mengalami kenaikan yaitu sub kelompok makanan jadi dan sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol masing-masing mengalami inflasi 0,15 persen dan 0,51 persen, sedangkan sub kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami deflasi sebesar 0,04 persen.

Komoditas yang mengalami penurunan harga sehingga dapat memicu terjadinya deflasi adalah gula pasir, minuman ringan dan wafer turun 0,62 persen, 0,29 persen, dan 0,10 persen, sedangkan komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga dapat menahan terjadinya deflasi diantaranya adalah rokok kretek filter naik 0,86 persen dengan memberikan andil 0,01 persen; makanan ringan/snack, rokok kretek, siomay, sate, dan kue basah naik 1,10 persen, 0,56 persen, 1,79 persen, 0,49 persen, dan 1,05 persen.

3. Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

Pada bulan ini kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 0,17 persen, dengan angka indeksnya mencapai 125,60, lebih tinggi dibanding angka indeks pada bulan sebelumnya yaitu sebesar 125,39. Dari empat sub kelompok pengeluaran yang ada, tiga sub kelompok mengalami kenaikan angka indeks yaitu sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air naik 0,43 persen; sub kelompok perlengkapan rumahtangga naik 0,07 dan sub kelompok penyelenggaraan

(5)

rumahtangga naik 0,24 persen, sedangkan sub kelompok biaya tempat tinggal mengalami penurunan sebesar 0,03 persen.

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga memberikan andil menghambat terjadinya deflasi diantaranya tarip listrik naik 0,80 persen dengan memberikan andil sebesar 0,04 persen; tukang bukan mandor naik 1,40 persen dengan memberikan andil 0,03 persen; dan sabun cair/cuci piring naik 4,71 persen dengan memberikan andil 0,01 persen. Komoditas yang mengalami penurunan harga pada kelompok ini adalah besi beton turun 8,33 persen dengan memberikan andil -0,03 persen; semen dan kayu balok masing-masing turun 2,09 persen dan 1,47 persen dengan andil masing-masing sebesar -0,01 persen.

4.

Sandang

Kelompok sandang pada Bulan Maret 2017 mengalami inflasi sebesar 0,17 persen dengan angka indeks sebesar 118,43, lebih tinggi dari angka indeks bulan lalu yang tercatat sebesar 118,23. Dari empat sub kelompok pengeluaran yang ada, seluruh sub kelompok mengalami kenaikan angka indeks, yaitu sub kelompok sandang laki-laki naik 0,17 persen; sub kelompok sandang wanita naik 0,28 persen; sub kelompok sandang anak-anak naik 0,07 persen; dan sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya naik 0,15 persen.

Beberapa jenis barang dan jasa yang mengalami kenaikan harga pada kelompok pengeluaran ini, diantaranya pembalut wanita, celana pendek, emas perhiasan, kemeja panjang katun, dan sepatu wanita naik 0,93 persen, 1,95 persen, 0,15 persen, 0,84 persen, dan 0,53 persen. Sebaliknya komoditas yang mengalami penurunan harga, sehingga memberikan andil memicu laju deflasi pada kelompok pengeluaran ini, diantaranya adalah pampers, seragam sekolah anak, gaun/terusan, seragam sekolah wanita dan kaos dalam/singlet turun 1,00 persen, 0,44 persen, 0,10 persen, 0,21 persen, dan 0,05 persen.

5.

Kesehatan

Kelompok kesehatan pada Bulan Maret 2017 ini mengalami inflasi sebesar 0,11 persen. Angka indeks kelompok ini tercacat 121,22 lebih tinggi dibanding angka indeks bulan sebelumnya yang mencapai 121,09. Dari empat sub kelompok pengeluaran yang ada pada kelompok ini, dua sub kelompok mengalami kenaikan yaitu sub kelompok obat-obatan naik 0,04 persen dan sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetik naik 0,30 persen, sedangkan dua sub kelompok lainnya yaitu sub kelompok jasa kesehatan dan sub kelompok jasa perawatan jasmani angka indeksnya relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya.

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada kelompok ini, diantaranya pasta gigi, parfum, deodorant, shampo, dan sabun mandi naik 0,64 persen, 0,41 persen, 1,21 persen 0,19 persen dan 0,15 persen, sedangkan komoditas yang dapat menambah laju deflasi pada kelompok ini adalah vitamin dan hand body lotion turun 0,10 persen dan 0,08 persen.

6.

Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga

Kelompok pendidikan rekreasi dan olahraga pada Bulan Maret 2017 mengalami deflasi sebesar 0,03 persen dengan angka indeks sebesar 109,59 lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 109,62.

Dari lima sub kelompok pengeluaran pada kelompok ini, satu sub kelompok mengalami kenaikan angka indeksnya yaitu sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan naik 0,03 persen;

(6)

sebaliknya sub kelompok rekreasi mengalami penurun indeks sebesar 0,23 persen, sedangkan tiga sub kelompok lainnya yaitu sub kelompok pendidikan; sub kelompok kursus-kursus/pelatihan; dan sub kelompok olahraga angka indeksnya relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Komoditas yang mengalami kenaikan harga pada bulan Maret 2017 pada kelompok pengeluaran ini, yaitu adalah printer naik 1,82 persen, sedang komoditas yang dapat menambah laju deflasi pada kelompok pengeluaran ini adalah televisi berwarna turun 1,53 persen.

7.

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada Bulan Maret 2017 mengalami deflasi sebesar 0,05 persen. Angka Indeks Harga Konsumen kelompok ini tercatat sebesar 121,17 lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 122,22.

Pada kelompok ini, dua sub kelompok mengalami kenaikan angka indeks yaitu sub kelompok transpor naik 0,12 persen dan sub kelompok sarana dan penunjang transpor naik 0,13 persen, sedangkan satu sub kelompok lainnya yaitu sub kelompok jasa keuangan angka indeksnya relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya, sebaliknya sub kelompok komunikasi dan pengiriman mengalami penurunan indeks sebesar 0,60 persen.

Komoditas yang mengalami kenaikan harga pada kelompok ini, sehingga memberikan andil menahan terjadinya deflasi diantaranya bensin naik 0,35 persen dengan memberikan andil 0,01 persen; bahan pelumas/oli, perbaikan ringan kendaraan, ban dalam motor, rantai + gear motor, dan ban luar motor naik 0,52 persen, 0,51 persen, 2,49 persen 1,82 persen dan 0,54 persen. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga pada kelompok pengeluaran ini adalah tarip pulsa ponsel turun 1,13 persen dengan memberikan andil sebesar -0,02 persen.

Tabel 3

Indeks Harga Konsumen Kota Yogyakarta bulan Febuari dan Maret 2017, Perubahannya serta Sumbangan Inflasi (2012=100)

KODE KELOMPOK / SUB KELOMPOK

IHK Inflasi Maret 2017 (%) ANDIL INFLASI Februari 2017 Maret 2017 [1] [2] [3] [4] [5] [6] 00000 UMUM 125.19 125.11 -0.06 -0,06 10000 BAHAN MAKANAN 140.30 139.22 -0.77 -0,14 10100 Padi-padian,umbi2-an &hasilnya 120.93 119.10 -1.51 -0,06 10200 Dagingdanhasil-hasilnya 140.83 140.57 -0.18 0,00 10300 Ikan Segar 148.81 146.04 -1.86 -0,02 10400 IkanDiawetkan 162.19 161.15 -0.64 0,00 10500 Telur,susu,danhasil-hasilnya 127.17 126.87 -0.24 -0,01 10600 Sayur-sayuran 156.36 153.54 -1.80 -0,03 10700 Kacang-kacan Gan 130.07 129.99 -0.06 0,00 10800 Buah-buahan 145.20 144.45 -0.52 -0,01 10900 Bumbu-bumbuan 216.76 214.61 -0.99 -0,02 11000 Lemakdanminyak 129.12 129.59 0.36 0,01 11100 Bahanmakananlainnya 139.73 140.25 0.37 0,00

20000 MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 126.49 126.73 0.19 0,03

20100 Makananjadi 126.17 126.36 0.15 0,02

20200 Minuman yang tdkberalkohol 123.17 123.12 -0.04 0,00

20300 Tembakaudanminumanberalkohol 130.70 131.37 0.51 0,02

30000 PERUMAHAN 125.39 125.60 0.17 0,04

30100 Biayatempattinggal 118.12 118.09 -0.03 0,00

30200 Bh,bakar,penerangan dan air 143.02 143.64 0.43 0,04

30300 PerlengkapanRumahtangga 110.99 111.07 0.07 0,00

(7)

40000 SANDANG 118.23 118.43 0.17 0,01 40100 Sandanglaki-laki 125.13 125.34 0.17 0,00 40200 Sandangwanita 116.12 116.45 0.28 0,00 40300 Sandanganak-anak 122.14 122.23 0.07 0,00 40400 Barangpribadidanlainnya 109.57 109.73 0.15 0,00 50000 KESEHATAN 121.09 121.22 0.11 0,01 50100 Jasakesehatan 119.48 119.48 0.00 0,00 50200 Obat-obatan 113.39 113.43 0.04 0,00 50300 JasaPerawatanJasmani 115.85 115.85 0.00 0,00 50400 Perawatanjasmani&kosmetika 129.29 129.68 0.30 0,01 60000 PENDIDIKAN,REKREASI,OLAH RAGA 109.62 109.59 -0.03 0,00 60100 JasaPendidikan 108.12 108.12 0.00 0,00 60200 Kursus-kursus/Pelatihan 130.24 130.24 0.00 0,00 60300 Perlengkapan/peralatanpendidikan 101.35 101.38 0.03 0,00 60400 Rekreasi 113.45 113.19 -0.23 0,00 60500 Olahraga 117.39 117.39 0.00 0,00

70000 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 121.22 121.17 -0.05 -0,01

70100 Transpor 124.18 124.34 0.12 0,01

70200 Komunikasidanpengiriman 108.24 107.61 -0.60 -0,02

70300 Sarana&penunjang transport 134.87 135.05 0.13 0,00

70400 JasaKeuangan 121.84 121.84 0.00 0,00

C. INFLASI MENURUT KOMPONEN MARET 2017

Komponen inti pada bulan Maret 2017 mengalami inflasi 0,02 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 118,45 pada Februari 2017 menjadi 118,47 pada Maret 2017. Komponen yang harganya diatur pemerintah mengalami inflasi 0,35 persen, sedangkan komponen yang bergejolak mengalami deflasi 0,85 persen.

Inflasi komponen inti dan komponen bergejolak dari tahun ke tahun (Maret 2016 - Maret 2017) masing-masing 3,14 persen dan 1,97 persen, sementara komponen yang harganya diatur pemerintah mengalami inflasi sebesar 5,60 persen. (lihat tabel 4).

Tabel 4

Tingkat Inflasi Maret 2017, Inflasi Tahun Kalender 2017, dan Inflasi Tahun ke Tahun Menurut Kelompok Komponen

Komponen

IHK IHK IHK Inflasi Andil Laju Inflasi Laju Inflasi Maret Desember Maret Maret Inflasi Tahun

Kalender Tahun ke 2016 2016 2017 2017 (%) 2017 Tahun [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] Umum 121,00 123.21 125.11 -0,06 -0.06 1.54 3.40 I Inti 115,17 117.16 118.47 0.02 0.01 1.12 3.14 II Diatur Pemerintah 131,91 133.32 139,29 0.35 0.07 4.48 5.60 III Bergejolak 136,01 139.44 139,42 -0.85 -0.14 -0.02 1.97

Kelompok komponen inti memberikan andil inflasi pada Bulan Maret 2017 sebesar 0,01 persen, sedangkan kelompok komponen yang diatur oleh pemerintah dan komponen yang bergejolak masing-masing memberikan sumbangan sebesar 0,07 persen dan -0,14 persen.

(8)

D. PERBANDINGAN INFLASI KOTA YOGYAKARTA DENGAN KOTA LAIN DI INDONESIA

Pada bulan Maret 2017 dari 82 kota yang dihitung angka inflasinya, 49 kota IHK mengalami inflasi dan 33 kota IHK lainnya mengalami deflasi, Kota Tanjung Pandan dan Kota Lhokseumawe mengalami deflasi terbesar yaitu mencapai 1,49 persen dan 1,40 persen diikuti oleh Kota Bima dan Kota Kupang yang masing-masing 0,91 persen dan 0,87 persen, sedangkan deflasi terendah terjadi di Kota Padang dan Purwokerto yang masing-masing mencapai 0,01 persen. Kota Merauke dan Kota Ambon mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 1,24 persen dan 1,13 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Banjarmasin dan Kota Tembilahan yang masing-masing sebesar 0,01 persen.

Di wilayah Sumatera Deflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pandan dan Lhokseumawe mencapai 1,49 persen dan 1,40 persen diikuti oleh Kota Batam dan Kota Sibolga masing-masing sebesar 0,83 persen dan 0,70 persen, sebaliknya Kota Bungo dan Kota Pekan Baru mengalami inflasi tertinggi yaitu mencapai 0,71 persen dan 0,38 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Tembilahan yaitu mencapai 0,01 persen.

Di pulau Jawa dan Madura, Kota Probolinggo dan Banyuwangi mengalami deflasi terbesar yaitu masing-masing mencapai 0,29 persen dan 0,20 persen, diikuti oleh Kota Sumenep dan Jember yang masing-masing mencapai 0,15 persen, sedangkan Kota Purwokerto dan Bandung mengalami inflasi terkecil yang masing-masing mencapai 0,01 persen dan 0,02 persen, sebaliknya Kota Cilegon dan Serang mengalami inflasi tertinggi yang masing-masing mencapai 0,50 persen dan 0,29 persen, sedangkan Kota Tasikmalaya mengalami inflasi terendah yaitu mencapai 0,03 persen diikuti oleh Kota Depok dan DKI Jakarta masing-masing mencapai 0,05 persen..

Untuk wilayah Sulawesi, Deflasi terbesar terjadi di Kota Pare-Pare dan Kota Mamuju yang masing-masing mencapai 0,45 persen dan 0,29 persen, sedangkan deflasi terkecil terjadi di Kota Bulukumba dan Makasar masing-masing sebesar 0,16 persen. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Palu dan Manado masing-masing mencapai 0,25 persen dan 0,23 persen, sedangkan Kota Bau-Bau dan Gorontalo mengalami inflasi terendah yaitu masing-masing mencapai 0,02 persen dan 0,04 persen. Untuk wilayah Kalimantan, Kota Pontianak dan Singkawang mengalami deflasi terbesar yang masing-masing mencapai 0,26 persen dan 0,13 persen, sedangkan Kota Balikpapan mengalami deflasi terkecil yaitu mencapai 0,03 persen. Kota Sampit mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,92 persen, sedangkan Kota Banjarmasin mengalami inflasi terendah yaitu mencapai 0,01 persen.

Kota-kota lain di luar wilayah Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan deflasi terbesar terjadi di Kota Bima sebesar 0,91 persen, diikuti Kota Kupang sebesar 0,87 persen, sedangkan deflasi terkecil terjadi di Kota Singaraja dan Maumere masing-masing sebesar 0,20 persen dan 0,23 persen. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Merauke sebesar 1,24 persen, sedangkan Kota Denpasar dan Manokwari mengalami inflasi terendah yang masing-masing mencapai 0,02 persen dan 0,05 persen.

0,36 0,37 0,32 0,37

-0,06

0,02

0,35

-0,85

Umum Inti Diatur Pemerintah Bergejolak

Gambar 3

Inflasi Februari dan Maret 2017 menurut Kelompok Komponen

(9)

Tabel 5

Perbandingan Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Maret 2017 di 82 kota

No Kota IHK Inflasi No Kota IHK Inflasi

[1] [2] [3] [4] [1] [2] [3] [4]

1 MEULABOH 127,95 -0,06 42 KEDIRI 124,41 -0,13

2 BANDA ACEH 120,32 -0,15 43 MALANG 128,38 -0,09

3 LHOKSEUMAWE 122,53 -1,40 44 PROBOLINGGO 124,30 -0,29

4 SIBOLGA 130,58 -0,70 45 MADIUN 125,38 -0,06

5 PEMATANG SIANTAR 133,03 0,17 46 SURABAYA 128,10 -0,06

6 MEDAN 132,33 -0,20 47 TANGERANG 135,09 -0,03

7 PADANG SIDEMPUAN 126,08 -0,43 48 CILEGON 133,43 0,50

8 PADANG 134,04 -0,01 49 SERANG 135,12 0,29

9 BUKIT TINGGI 126,31 0,25 50 SINGARAJA 138,32 -0,20

10 TEMBILAHAN 131,26 0,01 51 DENPASAR 125,35 0,02

11 PEKAN BARU 129,53 0,38 52 MATARAM 125,89 -0,62

12 DUMAI 130,85 -0,19 53 BIMA 129,21 -0,91

13 BUNGO 126,23 0,71 54 MAUMERE 122,01 -0,23

14 JAMBI 126,13 0,31 55 KUPANG 129,19 -0,87

15 PALEMBANG 125,61 -0,10 56 PONTIANAK 137,38 -0,26

16 LUBUK LINGGAU 125,14 -0,07 57 SINGKAWANG 127,83 -0,13

17 BENGKULU 136,96 0,23 58 SAMPIT 129,67 0,92

18 BANDARLAMPUNG 129,05 -0,06 59 PALANGKARAYA 125,23 0,39

19 METRO 135,01 -0,30 60 TANJUNG 129,13 0,21

20 TANJUNG PANDAN 134,11 -1,49 61 BANJARMASIN 127,74 0,01

21 PANGKAL PINANG 134,70 0,38 62 BALIKPAPAN 132,61 -0,03

22 BATAM 126,86 -0,83 63 SAMARINDA 130,68 0,28

23 TANJUNG PINANG 127,16 -0,64 64 TARAKAN 138,14 0,40

24 DKI JAKARTA 128,00 0,05 65 MANADO 128,79 0,23

25 BOGOR 128,32 0,09 66 PALU 129,46 0,25

26 SUKABUMI 126,87 0,23 67 BULUKUMBA 132,34 -0,16

27 BANDUNG 126,35 -0,02 68 WATAMPONE 122,81 -0,21

28 CIREBON 122,55 -0,12 69 MAKASAR 128,69 -0,16

29 BEKASI 124,55 0,23 70 PARE - PARE 122,84 -0,45

30 DEPOK 126,19 0,05 71 PALOPO 125,56 -0,25

31 TASIKMALAYA 125,73 0,03 72 KENDARI 123,06 -0,24

32 CILACAP 130,59 -0,11 73 BAU - BAU 129,29 0,02

33 PURWOKERTO 125,22 -0,01 74 GORONTALO 123,79 0,04 34 KUDUS 134,15 -0,05 75 MAMUJU 127,24 -0,29 35 SURAKARTA 124,24 -0,15 76 AMBON 126,67 1,13 36 SEMARANG 126,35 -0,14 77 TUAL 142,83 0,78 37 TEGAL 123,94 -0,11 78 TERNATE 130,72 -0,31 38 YOGYAKARTA 125,11 -0,06 79 MANOKWARI 121,82 0,05 39 JEMBER 124,43 -0,15 80 SORONG 128,59 0,38 40 BANYUWANGI 123,49 -0,20 81 MERAUKE 135,67 1,24 41 SUMENEP 124,44 -0,15 82 JAYAPURA 129,03 0,95 NASIONAL

(10)

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi :

Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, 55183 Telp.0274-4342234 (Hunting) Fax. 0274-4342230 Email : bps3400@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Composite yang dilakukan pada Adobe After Effect merupakan penggabungan semua bahan grafis yang sudah dianimasikan satu persatu dengan background dan pemberian transisi

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan media pembelajaran Fisika berupa permainan Gasik pada pokok materi Cahaya untuk siswa SMP kelas VIII dengan kriteria

Dengan adanya beragam metode ta’zir yang diterapkan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan penerapan metode ta’zir

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model yang dikembangkan dapat digunakan untuk menggolongkan mangga Gedong gincu berdasarkan rasio kandungan gula asam dengan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dijabarkan bahwa ruang lingkup permasalahan penelitian ini terletak pada bidang kajian Sumber

( pada bagian ini auditor perlu mengukapkan tindak lanjut dari hasil temuan sebelumnya , termasuk tindak lanjut dari audit yang dilaporkan dalam laporan ini

KU-Kesalahan Utama, KP-Kesalahan Pindaan, KA-Kesalahan Alternatif Catatan Keputusan T-Tertuduh, K-Kesalahan 15 MA-83D-2661- 10/2020 Pendakwa Raya. ( Polis Diraja Malaysia

H0: Hubungan daya tarik pesan moral iklan Traveloka dengan minat pelanggan yang tidak signifikan.. H1: Hubungan daya tarik pesan moral iklan Traveloka dengan minat