• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP KET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP KET"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN PENDAHULUAN KEHAMILAN EKTOPIK KEHAMILAN EKTOPIK  A. Definisi  A. Definisi

Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa  Yunani,

 Yunani, topos topos yang yang berarti berarti tempat. tempat. Jadi Jadi istilah istilah ektopik ektopik dapat dapat diartikan diartikan “berada “berada didi luarluar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.

kehamilan ektopik terganggu.

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik, sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba, jarang terjadi implantasi ektopik, sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba, jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005)

divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005)

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan ektopik (lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)

Kesehatan Maternal dan Neonatal)

Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim.

rudimenter rahim.

(Obstetri Patologi. 1984. FK UNPAD) (Obstetri Patologi. 1984. FK UNPAD)

Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium kavum uteri. (kapita

endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)selekta kedokteran,2001)

Dari kedua difinisi diatas dapat disimpulkan kehamilan ektopik adalah kehamilan Dari kedua difinisi diatas dapat disimpulkan kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri.

(2)

B. Etiologi

Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi   dalam bukunya menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu:

1. Faktor mekanis

Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke dalam kavum uteri, antara lain:

 Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.

  Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan lumen

 Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan hipoplasi. Namun ini jarang terjadi

 Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi

  Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada adneksia

 Penggunaan IUD 2. Faktor Fungsional

 Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri yang abnormal

 Refluks menstruasi

 Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron

(3)

4. Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.

C. Klasifikasi

Sarwono Prawirohardjo  dan Cuningham   masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain:

1.Tuba Fallopii a. Pars-interstisialis b. Isthmus c. Ampula d. Infundibulum e. Fimbrae 2.Uterus a. Kanalis servikalis b. Divertikulum c. Kornu d. Tanduk rudimenter 3.Ovarium 4.Intraligamenter 5.Abdominal a. Primer b. Sekunder

(4)

D. Patofisiologi

 Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara intercolumnar. Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujungatau sisi jonjot, endosalping yang relative sedikitmendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian di reabsorbsi.

Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat tersebut.

Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.

Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami hipertropi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda kehamilan seperti tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometriumpun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometriummenjadi hipertropik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat pada implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan akan terkompromi.

Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah : a. Hasil konsepsi mati dini dan direabsorbsi

b. Abortus kedalam lumen tuba c. Ruptur dinding tuba

(5)

E. Manifestasi klinis

Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.

Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.

Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek.

Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok. Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin.

 Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.

(6)

F. Tanda dan gejala  Tanda :

1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau perdarahan vaginal.

2. Menstruasi abnormal.

3.  Abdomen dan pelvis yang lunak.

4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium uterus.

5. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi. 6. Kolaps dan kelelahan

7. pucat

8. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)

9. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.

10. Gangguan kencing. Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangangan peritoneum oleh darah di dalam rongga perut.

Gejala lain yang mungkin timbul pada kemilan ektopik 1. Pembesaran uterus

Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena pengaruh hormon-hormon kehamilan tapi pada umumnya sedikit lebih kecil dibandingkan dengan uterus pada kehamilan intrauterin yang sama umurnya.

2. Nyeri pada toucher

 Terutama kalau cervix digerakkan atau pada perabaan cavumdouglasi (nyeri digoyang)

(7)

3.  Tumor dalam rongga panggul

Dalam rongga panggul teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan kumpulan darah di tuba dan sekitarnya.

4. Perubahan darah

Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang terganggu, karena perdarahan yang banyak ke dalam rongga perut.

Gejala:

1. Nyeri: Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik. Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar. 2. Perdarahan: Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose

dan dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit, perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan pikiran kita ke abortus biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus

3.  Amenorhea: Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki berkas perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak menyadari bahwa mereka hamil

G. Penatalaksanaan

Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam tindakan demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.

1. Kondisi ibu pada saat itu.

2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya. 3. Lokasi kehamilan ektropik.

4. Kondisi anatomis organ pelvis.

5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.

(8)

Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan salpingektomi pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektropik di pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya di tangani dengan menggunakan kemoterapi untung menghindari tindakan pembedahan.

Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan melalui:

1.Obat-obatan 

Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).

2.Operasi 

Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.

Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan :

a. Laparotomi  : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan ( salfingo-ovarektomi  ) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.

b. Laparoskop   : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.

Operasi Laparoskopik : Salfingostomi 

Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar β-hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexate kedalam kantung gestasi dengan harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.

(9)

Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:

1. Ukuran kantung kehamilan

2. Keadaan umum baik ( “hemodynamically stabil”  )

3.  Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik

Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :

1. Masa tuba 2. Usia kehamilan 3.  Janin mati 4. Kadar β-hCG

Kontraindikasi pemberian Methrotexate :

1. Laktasi

2. Status Imunodefisiensi 3.  Alkoholisme

4. Penyakit ginjal dan hepar 5. Diskrasia darah

6. Penyakit paru aktif 7. Ulkus peptikum

Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG setiap minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan “second look operation”.

H. Komplikasi

Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.

(10)

Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.

I. Pencegahan

Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.

 J. Prognosis

Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus.  Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi.Sjahid dan

Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus.

Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0 –  14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50% (1,2,7).

K. Diagnosa banding

Diagnosa bandingnya adalah : Infeksi pelvic

Kista folikel  Abortus biasa

Radang panggul  Torsi kiSta ovarium

(11)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

 A. Pengkajian

1. Anamnesis dan gejala klinis  Riwayat terlambat haid

 Gejala dan tanda kehamilan muda

 Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan   Terdapat aminore

  Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen, terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah

 Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.

2. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi

 Mulut : bibir pucat

 Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris   Abdomen : terdapat pembesaran abdomen.

 Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam  Ekstremitas : dingin

b. Palpasi

  Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.

 Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol. c.  Auskultasi

  Abdomen : bising usus (+), DJJ (-) d. Perkusi

(12)

Pemeriksaan fisik umum:

 Pasien tampak anemis dan sakit

 Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.  Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.

 Daerah ujung (ekstremitas) dingin

  Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya tanda -tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.

 Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok

 Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri saat perabaan.

Pemeriksaan khusus:

 Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks  Kavum douglas menonjol dan nyeri  Mungkin tersa tumor di samping uterus

 Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.

 Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang, sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:

a. Laboratorium

 Hematokrit: Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.

 Sel darah putih: Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis. Leoukosite 15.000/mm3. Laju endap darah meningkat.

(13)

 · Tes kehamilan: Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan β-hCG positif. Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2 kali lipat setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningkatan titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal. Kadar hormon yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik. b. Pemeriksaan Penunjang/Khusus

 Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.

 Pemeriksaan ultrosonografi  (USG).  Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.

USG :

  Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri   Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri   Adanya massa komplek di rongga panggul

Laparoskopi  ─ peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah diganti oleh USG

Laparotomi ─ Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu dengan gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif).

Kuldosintesis  ─ Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi.  Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan

intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan lain. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.

(14)

B. Diagnosa Keperawatan

Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:

1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.

2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.

3. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial. 4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau

tidak mengenal sumber-sumber informasi. C. Intervensi keperawatan

1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.

Kriteria hasil: ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan yang di buktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, serta frekuensi berat jenis urine adekuat.

No Rencana Inervensi Rasional

1 Lakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga.

Pasien dan keluarga lebih kooperatif

2 Memberikan penjelasan mengenai kondisi pasien saat ini

pasien mengerti tentang keadaan dirinya dan lebih kooperatif terhadap tindakan. 3 Observasi TTV dan observasi tanda

akut abdoment.

parameter deteksi dini adanya komplikasiyang terjadi.

4 Pantau input dan output cairan Untuk mengetahui kesaimbangan cairan dalam tubuh

5 Pemeriksa kadar Hb mengetahui kadar Hb klien sehubungan dengan perdarahan.

6 Lakukan kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lebih

(15)

lanjut.

2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.

Kriteria hasil: menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya: Tanda-tanda vital stabil, membrane mukosa warna merah muda, pengisian kapilerbaik, haluaran urine adekuat, wajah tidak pucat dan mental seperti biasa.

No Tindakan intervensi Rasional

1 Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.

Memberikan informasi tentang derajat/adekuat perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.

2 Catat keluhan rasa dingin,

pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi.

 Vasokonstriksi menurunkan sirkulasi perifer. Kenyamanan pasien/ kebutuhan rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan.

3 Kolaborasi dengan tim medis yang lain, awasi pemeriksaan lab:

misalnya: HB/HT

Mengidentifikasi defisiensi dan kebuutuhan pengobatan atau terhadap terapi.

3. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial. Kriteria hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang kesakitan.

(16)

No Rencana Intervensi Rasional Mandiri:

1 Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus hemoragi ataunyeri tekan abdomen.

Membantu dalam mendiagnosis dan

menentukan tindakan yang akan dilakukan. Ketidak nyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan dan molahidatiosa karena kontraksi uterus yang mungkin diperberat oleh infuse oksitosin. Rupture kehamilan ektropik

mengakibatkan nyeri hebat, karena hemoragi tersembunyi saat tuba falopi rupture ke dalam abdomen.

2 Kaji steres psikologi

ibu/pasangan dan respons emosional terhadap kejadian.

 Ansietas terhadap situasi darurat dapat memperberat ketidak nyamanan karena syndrome ketegangan, ketakutan, dan nyeri.. 3 Berikan lingkungan yang tenang

dan aktivitas untuk menurunkan rasa nyeri. Instruksikan klien untuk menggunakan metode relaksasi, misalnya: napas dalam,  visualisasi distraksi, dan jelaskan

prosedur.

Dapat membantu dalam menurunkan tingkat asietas dan karenanya mereduksi

ketidaknyamanan.

Kolaborasi:

4 Berikannarkotik atau sedative berikut obat-obat praoperatif bila prosedur pembedahan diindikasikan.

Meningkatkan kenyamanan, menurunkan komplikasi pembedahan

5 Siapkan untuk prosedur bedah bila terdapat indikasi

 Tingkatkan terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri.

(17)

4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.

 Tujuan: ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam istilah sederhana, mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.

No Rencana Intervensi Rasional

1 Menjelaskan tindakan dan rasional yang ditentukan untuk kondisi hemoragia.

Memberikan informasi, menjelaskan kesalahan konsep pikiran ibu mengenai prosedur yang akan dilakukan, dan menurunkan sters yang berhubungan dengan prosedur yang diberikan. 2 Berikan kesempatan bagi ibu

untuk mengaji\ukan pertanyaan dan mengungkapkan kesalah konsep

Memberikan klisifikasi dari konsep yang salah, identifikasi masala-masalah dan kesempatan untuk memulai mengembangkan ketrampilan penyesuaian (koping)

3 Diskusikan kemungkinan implikasi jangka ependek pada ibu/janin dari kedaan

pendarahan.

Memberikan informasi tentang kemungkinan komplikasi dan meningkatkan harapan realita dan kerja sama dengan aturan tindakan.

4 Tinjau ulang implikasi jangka panjang terhadap situasi yang memerlukan evaluasi dan tindakan tambahan.

Ibu dengan kehamilan ektropik dapat

memahami kesulitan mempertahankan setelah pengangkatan tuba/ovarium yang sakit.

D. Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan, mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi.

 Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat, dan bukan atas petunjuk data petugas kesehatan lain.

 Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama seperti dokter atau petugas kesehatan lain

(18)

E. Evaluasi keperawatan

Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.

(19)

DAFTAR PUSTAKA 

Prawirohardjo S, Hanifa W. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam: Ilmu Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2005 Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I. Media

 Aesculapius FKUI

Bagian obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. 1984. Obstetri Patologi . Bandung : FK UNPAD

Sarwono. 1999.Ilmu Kebidanan . Jakarta : YBP-SP

Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal . Jakarta : YBP-SP

 Anthonius Budi. M, Kehamilan Ektopik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,  Jakarta, 2001.

 Arif M. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2001. Hal. 267-271.

Dr. I. M. S. Murah Manoe, SpOG, dkk, Pedoman Diagnosa Dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 1999. Hal. 104-105. Prof. dr. Hanifa W, dkk., IlmuKebidanan, Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, Jakarta, 1992, Hal. 323-334.

Prof. dr. Hanifa W. DSOG, dkk, Ilmu Kandungan,Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, Hal 250-255.

Prof. Dr. Rustam. M, MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.226-235.

Referensi

Dokumen terkait

Morula turun ke uterus Melemasnya kontriksi tuba uterina Kontraksi peristaltik tuba uterina + gerakan silia Massa padat Trofobla s Rongga berisi cairan Massa sel

kehamilan ektopik , dengan jenis kehamilan ektopik adalah kehamilan tuba falopii, yang sebagian besar (80 %) dialami oleh wanita pada usia 35 tahun ke atas serta dilaporkan

Kejadian infeksi klamidia trakomatis di serviks pada pasien dengan kehamilan ektopik terganggu adalah 36%.Kejadian infeksi klamidia trakomatis di tuba pada pasien dengan

Tindakan kepada pasien dengan KET harus dipercepat supaya tidak terjadi beberapa kemungkinan jika janin berada diluar cavum uterus atau mayoritas berada dituba falopi,

dengan kehamilan ektopik terganggu adalah ruptur tuba, perdarahan,.

Dengan menggunakan pemeriksaan PCR yang diambil dari sediaan serviks dan tuba diharapkan angka kejadian infeksi Klamidia trakomatis pada kehamilan ektopik terganggu

1) 4tadi 4tadium &a pe um &a perluas rluasan atau m an atau metast etastasis ke asis ke uterus uterus dan ata dan atau tuba. 4ta 4tadium /  tum dium /  tumor men

Resiko terjadinya kehamilan ektopik ini meningkat dengan adanya beberapa factor, termasuk riwayat infertilitas, riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, operasi pada tuba, infeksi