• Tidak ada hasil yang ditemukan

MIMBAR SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MIMBAR SEKOLAH DASAR"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN: 2355-5343

~ Berkala terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober ~

Ketua Umum Julia, M.Pd Wakil Ketua Indra Safari, M.Pd

Ketua Dewan Editor Diah Gusrayani, M.Pd

Dewan Editor Dr. Tatang Muhtar, M.Si Dr. Ayi Suherman, M.Pd Dr. Prana Dwija Iswara, M.Pd

Dr. Nurdinah Hanifah, M.Pd Atep Sujana, M.Pd

Maulana, M.Pd Ani Nur Aeni, M.Pd

Bendahara

Aah Ahmad Syahid, M.Pd Karmah Setiawati, S.Pd

Publikasi Online Dr. Prana Dwija Iswara, M.Pd

Berkala Mimbar Sekolah Dasar diterbitkan oleh Program Studi PGSD, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang. Pelindung: Dr. Herman Subarjah, M.Si (Direktur). Pembina: Dr. Nurdinah Hanifah, M.Pd (Wakil Direktur). Penanggung Jawab: Drs. Dadan Djuanda, M.Pd & Dr. Tatang Muhtar, M.Si (Ketua Prodi PGSD Kelas dan PGSD Penjas). Berkala Mimbar Sekolah Dasar terbit pertama kali pada tahun 2014.

Alamat Redaksi:

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang, Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang 45322 Jawa Barat. Telp & Fax (0261) 201244. Email: mimbar.sd@upi.edu.

Alamat Publikasi:

http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar

(2)

Halaman 133 – 246

DAFTAR ISI 1. Pengaruh Penggunaan Metode

Discovery Berbasis Media Realita Terhadap Hasil Belajar Matakuliah Konsep Dasar IPA 1…… hal. 133-142 ~ Idam Ragil Widianto Atmojo

2. Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Experiental Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial…… hal. 143-154

~ Jenny Indrastoeti, SP, & Hasan Mahfud 3. Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah

Dasar Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Prasekolah (TK dan Non TK) …… hal. 155-169

~ Ipah Saripah & Lia Mulyani

4. Pengaruh Model Pembelajaran Transdisciplinary Terhadap Karakter Siswa Pada Sekolah Dasar Internasional Berbasis International Baccalaureate …… hal. 170-177

~ Cucun Sunaengsih

5. Penerapan Media Monosa (Monopoli Bahasa) Berbasis Kemandirian Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar …… hal. 178-192

~ Sri Suciati, Ika Septiana, dan Mei Fita Asri Untari

6. Pengaruh Bahasa Pertama Terhadap Bahasa Kedua Dalam Karangan Siswa Kelas V SD …… hal. 193-201

~ Hastuti

7. Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Sejarah Lokal Lampung Untuk Sekolah Dasar …… hal. 202-214

~ Yulia Siska

8. Menjadi Guru SD Yang Memiliki Kompetensi Personal-Religius Melalui

Program One Day One Juz (ODOJ)…… hal. 215-225

~ Ani Nur Aeni

9. Persepsi Guru Mengenai Sex Education di Sekolah Dasar Kelas VI …… hal. 226-237

~ Regina Lichteria Panjaitan, Dadan Djuanda, dan Nurdinah Hanifah

10.Pengaruh Pendekatan Open-Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Sekolah Dasar Kelas V …… hal. 238-246

~ Egi Agustian, Atep Sujana, dan Yedi Kurniadi

Redaksi berkala Mimbar Sekolah Dasar menerima tulisan hasil penelitian, hasil ide/gagasan, atau resensi buku baru, yang merupakan kajian-kajian baik dalam tataran praktek maupun teori pendidikan, dan khusus berkaitan dengan ke-SD-an.

(3)

[202]

ANALISIS KEBUTUHAN BAHAN AJAR SEJARAH LOKAL

LAMPUNG UNTUK SEKOLAH DASAR

Yulia Siska

STKIP-PGRI Bandar Lampung

Jl. Khairil Anwar 79, Kec. Tanjungkarang Pusat, Kota Bandar Lampung Email: yuliasiska1985@gmail.com

ABSTRACT ABSTRAK

The aims of the research are: a). to describe the necessary analysis hand’s book of Lampung local history for elementary school level, and b). to describe the formulation of local Lampung history hand’s book that have as a base culture. The methodology of the research that used was Research and development that used to get result the hand book model that develop is the hands book oh historical subject, especially the local history for elementary school level that have as a base Lampung culture. From the result of necessary data analysis from interviewed with teachers and students questionnaire, it can be described the require of hands book exist: tradition, the art of tradition (include: dance, sculpture, and music), historic place, habit and life philosophy, kinship, legend, The government system (kingdom, sultanate), patriot and heroism, language, local historic event of colonialism, local historic event of independence, local historic event after independence, local historic event of contemporary, and Lampungs historiography in media.

Keywords: necessary analysis, hand book of Lampung local history for elementary school, have as a base culture.

Penelitian ini bertujuan untuk: a) mendeskripsikan tingkat kebutuhan bahan ajar sejarah lokal di Lampung untuk Sekolah Dasar, dan b) mendeskripsikan rumusan bahan ajar sejarah lokal Lampung berbasis budaya. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development yang dimanfaatkan untuk menghasilkan model bahan ajar yang dikembangkan adalah bahan ajar mata pelajaran sejarah, lebih khusus lagi sejarah lokal untuk siswa Sekolah Dasar yang berbasis budaya daerah Lampung. Dari hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari wawancara serta angket guru dan angket siswa, dapat dijabarkan bahan ajar yang diharapkan adalah memuat: adat istiadat, kesenian tradisi (meliputi: seni tari, rupa/kriya, dan musik), tempat bersejarah, kebiasaan dan falsafah hidup, hubungan kekerabatan, cerita rakyat, sistem pemerintahan (kerajaan, kesultanan, keratuan), pahlawan dan kepahlawanan, bahasa, peristiwa sejarah lokal zaman kolonial, peristiwa sejarah lokal zaman kemerdekaan, peristiwa sejarah lokal zaman pascakemerdekaan, peristiwa sejarah lokal masa kontemporer, dan historiografi Lampung dalam media.

Kata kunci: analisis kebutuhan, bahan ajar sejarah lokal Lampung untuk SD, berbasis budaya.

PENDAHULUAN ~ Indonesia memiliki sejumlah unsur kebudayaan dengan sejumlah 656 suku bangsa dengan keberagaman kebudayaannya. Setiap suku bangsa memiliki budaya dan kekayaan tradisi yang berbeda-beda. Faktor geografi dan sejarah serta perkembangan masyarakat turut anggaran dengan porsi minimal 20% dari anggaran daerah yang dimiliki. Keanekaragaman budaya menjadi cerminan nilai-nilai yang dianut pada masyarakat tersebut. Kekayaan budaya di

atas merupakan modal sosial (social capital) yang cukup signifikan bagi pembangunan bangsa sebagaimana paradigma di atas. Kekhasan ini dapat terlihat dari segi asimilasi berbagai unsur kebudayaan, dilihat dari segi historis, geografis, demografi, dan keragaman unsur kebudayaannya (Sopandi, 2015). Hal inilah yang kemudian membentuk sebuah karakteristik lokal yang khas dan unik. Oleh sebab itu, kapasitas sejarah dan budaya inilah yang hendak patut untuk dilestarikan sebagai bagian pengembangan asset

(4)

[203] kekayaan budaya daerah dan identitas budaya serta asset pariwisata daerah dengan mengoptimalkan kekhasan karakteristik daerah. Sementara itu, Krug (1967: 22) berpendapat bahwa pengajaran sejarah bangsa merupakan upaya terbaik untuk memperkuat

kesatuan nasional dan untuk

menanamkan semangat cinta tanah air dan jiwa patriotik. Dengan demikian, pengajaran sejarah sebagai pengetahuan

dan penyadaran akan mampu

membangkitkan semangat pengabdian yang tinggi dengan penuh rasa tanggung jawab. Kepekaan siswa terhadap sejarah akan melahirkan aspirasi dan inspirasi dan partisipasi untuk melaksanakan tugasnya sebagai warga negara Indonesia yang seutuhnya.

Pembelajaran sejarah di sekolah selama ini dianggap kurang menarik, bahkan membosankan, dan dirasakan hanya sebagai rangkaian fakta-fakta yang berupa urutan tahun, tokoh dan peristiwa belaka. Hal itu tentu saja berada jauh dari lingkungan sosial siswa, terutama di luar Jawa, karena materi kurikulum didominasi peristiwa sejarah di Pulau Jawa. Sementara itu, peristiwa dan peran tokoh dari daerah lain yang bisa jadi lebih banyak dan tidak kalah pentingnya, termasuk di Lampung tidak pernah termuat dalam buku/bahan ajar. Materi pembelajaran sejarah yang diberikan kepada siswa SD sampai dengan SLTA tidak berbeda. "Pergerakan Budi Utomo dan Proklamasi kemerdekaan Indonesia

misalnya, dipelajari dari SD hingga SLTA sehingga terkesan membosankan. Akhirnya pelajaran sejarah benar-benar bisa mengajarkan kearifan hidup bagi peserta didiknya. Dalam kajian ini akan difokuskan pada pembelajaran sejarah lokal di SD.

Kedudukan sejarah lokal sangat urgen dalam pembelajaran sejarah, dan diharapkan ada kesinambungan dalam pemikiran peserta didik agar dapat merasa bahwa diri dan lingkungannya merupakan bagian dari kehidupan yang lebih luas, yakni negara kesatuan Republik Indonesia. Mencermati perkembangan masyarakat yang begitu kompleks maka perlu kurikulum berwawasan lokal berstandar Internasional karena perkembangan kurikulum sejarah tidak terlepas dari faktor eksternal dan internal. Kurikulum nasional yang disusun berdasarkan kompetensi dasar dalam bentuk Standar Internasional, akan memberikan peluang luas kepada daerah untuk mengembangkan muatan lokal dalam pembelajaran sejarah, sesuai dengan ciri khas masing-masing daerah (Hafid, 2015). Dengan demikian, pembelajaran sejarah lebih kontektual

dan bermakna. Pengembangan

pembelajaran sejarah bermuatan lokal perlu pula mencermati arah materi sejarah yang bersifat Indonesiasentris. Dalam menghadapi tantangan pembelajaran sejarah yang demikian ini, peran pendidik sejarah benar-benar menentukan selain sebagai pelaksana kurikulum dan

(5)

[204] pengembang kurikulum sejarah, juga harus mampu melakukan pengkajian sejarah lokal di sekitar tempat tugasnya. Untuk itulah, dirasa perlu dikembangkan suatu rumusan bahan ajar atau buku ajar sejarah yang bermuatan lokal.

Sejarah Lokal Lampung

Ilmu Sejarah termasuk dalam pendekatan vertehen yang menekankan pengertian atau pemahaman (understanding) yang memfokuskan pada makna atau arti (meaning) dari tingkah laku manusia, konteks interaksi sosial, suatu pengertian

empahetic understanding yang

berdasarkan pengalaman subjektif. Tradisi vertehen menekankan pada kapasitas manusia untuk mengerti (to know) dan memahami (understand) orang lain melalui instrospeksi simpatetik (sympathetic introspection) dan reflektif dari diskripsi dan observasi terperinci (detailed) (Hardjodipuro, 1991:20). Agar tidak hanya sekadar memahami materi sejarah, tetapi juga memfokuskan pada makna.

Di luar batasan Sejarah Nasional, muncul istilah Sejarah Lokal yang menurut Taufik Abdullah (dalam Hardjodipuro, 1991:20) didefinisikan sebagai "sejarah dari suatu tempat", suatu locality yang batasannya ditentukan oleh perjanjian penulis sejarah.

Penulis mempunyai kebebasan

menentukan batasan penulisannya, apakah dengan wilayah kajian geografis, etnis, yang luas atau sempit. Sejarah lokal bersifat elastis, bisa berbicara mulai hanya

mengenai suatu desa, kecamatan, kabupaten, tempat tinggal suatu etnis, suku bangsa yang ada dalam satu daerah atau beberapa daerah.

Sejalan dengan pendapat di atas, Priyadi (2012:2-6) mengajukan beberapa konsep sejarah lokal. Konsep yang pertama dalam sejarah lokal adalah unit administratif politis. Konsep kedua adalah unit kesatuan etniskultural. Konsep yang ketiga adalah unit administratif sebagai suatu kumpulan etniskultural. Konsep yang berikutnya adalah kesadaran sejarah, dalam perkembangan sejarah lokal kesadaran historis selalu bersifat dinamis. Konsep terakhir adalah sejarah lokal istilah netral dan tunggal.

Pendapat-pendapat di atas mengacu pada pandangan Allan J. Lightman (1978:169) bahwa sejarah lokal untuk kepentingan mereka sendiri, menguji hipotesis tentang jurisdiksi yang lebih luas, negara biasanya bangsa, dan sejarah lokal yang difokuskan pada pengetahuan proses bagaimana masyarakat tumbuh dan berkembang.

“Local history conducted for their own sake, local history conduct to test hypotheses about broader jurisdictions, usually nation states, and local history that focus on understanding the process by which communi¬ties grow and develop.” Sejarah lokal dalam konteks pembelajaran di sekolah sejatinya tidak dibatasi dari segi

(6)

[205] admnistrasi keruangan. Aspek keruangan dibatasi oleh penulis sejarah, mencakup lingkungan sekitar (neighborhood) dengan studi masyarakat dalam seluruh aspek kehidupan (Mulyana dan Gunawan (edt), 2007:4-5). Tema-tema yang dikaji dalam sejarah lokal mencakup aspek sosial, agama, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Aspek-aspek sosial yang dikaji dalam sejarah lokal dapat berupa perilaku individu maupun kelompok dalam komunitas tertentu. Perubahan masyarakat yang terkait dengan mentalitie yang mirip “popular culture”, bagaimana masyarakat memahami diri mereka sendiri dalam lingkungan masyarakat meliputi aspek busana, musik, ritus-ritus, agama juga dapat dikaji.

Tujuan penerapan sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah di sekolah adalah (1) bahan belajar akan lebih mudah diserap peserta didik, (2) sumber belajar di daerah dapat lebih mudah dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, (3) peserta didik lebih mengenal kondisi lingkungan, (4) peserta didik dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya, (5) peserta didik dapat menolong diri dan orang tuanya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, (6) peserta didik dapat menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dipelajarinya untuk memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya, (7) peserta didik menjadi akrab dengan lingkungannya, dan peserta didik makin kreatif, inovatif,

patriotik, dan cinta tanah air (Widja, 1989:11).

Pengajaran materi sejarah lokal dalam pendidikan dasar menurut I Gde Widja (1989:141) dapat dilakukan dalam beberapa cara. Pertama, melalui penyisipan pada beberapa topik sejarah nasional yang mempunyai korelasi dengan peristiwa lokal. Kedua, melalui studi khusus terhadap perpustakaan, museum, dan berbagai peninggalan sejarah. Ketiga, melalui team teaching, guru IPS bisa melakukan kolaborasi untuk membahas masalah lokal secara interdisiplin. Pengajaran sejarah lokal di sekolah juga perlu menghadirkan realitas fenomena pada lokalitas yang lain. Hal ini sangat penting dalam upaya mengerti dan berempati dengan keberagaman budaya lain (Supardi, 2006: 117-137).

Selanjutnya, terkait dengan keberadaan Sejarah lokal dan Kebudayaan Lampung mewujud dalam tubuh suku Lampung, sistem kebahasaan, keberaksaraan, adat-istiadat, kebiasaan, dan sebagainya. Jadi, tidak perlu merasa rendah diri mengatakan tidak ada kebudayaan Lampung atau kebudayaan Lampung itu terlalu banyak dipengaruhi oleh kebudayaan lain, sehingga tidak tampak lagi kebudayaan Lampung itu yang mana.

Yang terjadi adalah selalu ada tendensi untuk meniadakan atau setidaknya membonsai budaya Lampung. Kalaulah

(7)

[206] budaya Lampung itu relatif tidak dikenal dan sering luput dari perbincangan di tingkat nasional; katakanlah di banding dengan budaya Jawa, Sunda, Minang, Batak, Bugis, Bali, Dayak, dan lain-lain — tidak lain tidak bukan karena relatif belum ada kajian dan ilmuwan yang mampu

membedah kebudayaan Lampung

secara lebih komprehensif, sistematis, dan tentu saja ilmiah.

Pengembangan Bahan Ajar Sejarah Lokal Berbasis Budaya

Bahan ajar berupa teks atau buku teks menurut Winfried Noth (2006:337) dapat berfungsi sebagai pesan kultural dan pesan verbal. Selain itu, Uspenskij, dkk. (dalam Noth, 2006:338) mendefinisikan teks sebagai pesan kultural terdiri atas unsur primer (unit dasar) tentang ilmu-ilmu manusia dari realitas langsung (immediate reality), dan teks sebagai pesan dihasilkan oleh kode kultural. Sebagai pesan budaya teks dilihat memeliki pesan yang lebih luas.

Pengembangan materi pembelajaran sejarah erat kaitanya dengan pengembangan kurikulum. Kurikulum diartikan sebagai siapapun dan apapun yang menjadi subjek yang bisa digunakan dalam kehidupan sosial kontemporer (curriculum is those subjects that are most useful for living in contemporarry society) (Calin J. Mars, 2009:6). Kurikulum tersebut memfokuskan pada isu-isu kekinian, masalah-masalah sosial, dan kemampuan berpikir kritis terkait dengan social skills. Pengertian dan konsep dasar kurikulum

akan berpengaruh pada pengembangan materi pembelajaran khususnya

pembelajaran sejarah lokal.

Pengembangan materi pembelajaran juga harus memperhatikan prinsip pengemasan. Prinsip pengemasan tersebut mencakup:

a. Novelty, suatu pesan akan bermakna apabila bersifat baru atau mutakhir. b. Proximity, pesan yang disampaikan

sesuai dengan pengalaman siswa. c. Conflik, pesan dikemas sedemikian

rupa sehingga menggungah emosi. d. Humor, artinya pesan yang

disampaikan sebaiknya dikemas sehingga menampilkan kesan lucu sehingga cenderung menarik perhatian (Wina Sanjaya, 2008:150-151).

Sehubungan dengan itu, sekolah perlu

mengembangkan perangkat

pembelajaran yang sesuai dengan KTSP dan konteks sekolahnya, dalam upaya untuk mencapai standar isi yang tercakup dalam KTSP. Perangkat pembelajaran itu meliputi silabus, RPP, buku siswa, lembar kerja siswa, dan lembar penilaian (Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pembelajaran Kontekstual, (Dirjen Manajemen Pendidikan dasar dan menengah, 2007:20) . Materi bahan ajar itu perlu dikemas secara optimal agar dapat digunakan secara efektif. Dalam penelitian ini bahan ajar itu dikemas dalam desain intruksional yang berbentuk modul. Modul instruksional menurut Gagne, R. , Leslie J.B., dan Walter W. W.

(8)

[207] (1992:224-225) merupakan alat penengah yang menengahi guru dan materi. Modul instruksional merupakan pembelajaran individual, self-paced instructional, dan

sarana pembelajaran adaptif.

Pembelajaran individual menempatkan

pembelajaran itu yang

mempertimbangkan kebutuhan siswa. Self-paced instructional secara umum berhubungan dengan dengan prosedur belajar tuntas. Sedangkan pembelajaran adaptif mengacu pada materi/bahan dan sistem manajemen yang secara konstan memantau kemajuan siswa dan mengubah isi pembelajaran brdasarkan kemajuan siswa.

Langkah-langkah dalam pembelajaran

modul dimulai dengan tujuan

pembelajaran, peristiwa pembelajaran, pemilihan sarana media dan aktivitas pembelajaran serta peranan guru dan desainer (Gagne, dkk., 1992:237 -251).

Jadi, pengembangan materi

pembelajaran sejarah akan mencakup kurikulum formal dan non formal serta aspek subtansi seperti kemasan yang dibuat menarik, informasi bersifat baru atau kekinian, disesuaikan dengan pengalaman siswa. Bahan ajar yang akan dikembangkan tentu saja akan mewadahi kebutuhan pembelajaran di tingkat SD. Bahan ajar yang telah tersusun diharapkan dapat menjadi acuan bagi Dinas Pendidikan lampung untuk mengembangkan buku teks sejarah lokal yang berwawasan budaya Lampung.

Pada kajian ini akan disusun suatu tawaran materi ajar sejarah lokal berbasis budaya Lampung yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan mengenai ketersediaan bahan ajar atau bahan ajar sejarah, khususnya sejarah lokal Lampung. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut dirumuskan pertanyaan penelitian. 1) Bagaimanakah tingkat kebutuhan bahan ajar sejarah lokal di Lampung? 2) Bagaimanakah rumusan bahan ajar sejarah lokal Lampung berbasis budaya?

METODE

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan “Penelitian

Pengembangan” (Research and

Development). Menurut Borg and Gall (1989:782), model penelitian pengembangan adalah “a process used develop and validate educational product”. Dalam penelitian ini Research and Development dimanfaatkan untuk menghasilkan model buku teks sejarah, yaitu penelitian yang berusaha merencang dan menciptakan prototipe bahan ajar dengan spesifikasi tertentu. Bahan ajar yang dkembangkan itu adalah bahan ajar mata pelajaran sejarah, lebih khusus lagi sejarah lokal untuk siswa sekolah dasar yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Kurikulum 2013 berbasis budaya daerah Lampung. Langkah-langkah yang dilakukan dalam

(9)

[208] mengembangkan prototype sebagai berikut.

a. Melakukan prasurvei untuk

memperoleh informasi/analisis kebutuhan, melalui penyebaran angket kepada siswa, guru untuk mengetahui minat, motivasi, permasalahan yang ditemui dalam

pembelajaran; pengamatan

terhadap bahan-bahan ajar yang digunakan (buku paket, LKS, bahan pelajaran lain yang digunakan dalam mata pelajaran sejarah, khususnya sejarah lokal daerah Lampung).

b. Menyusun silabus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, kebutuhan siswa dan guru, dan pendekatan pembelajaran kontekstual.

c. Mengumpulkan dan menyeleksi bahan yang meliputi (a) informasi (standar kompetensi dan kompetensi dasar, indikator) dan petunjuk, (b) uraian materi, (c) wacana/teks, (d) bahan latihan, diskusi, tugas (proyek), dan evaluasi diri (self assesment) Bahan-bahan itu dikumpulkan dari berbagai sumber, seperti buku, jurnal, majalah, koran, televisi, radio, cerita rakyat, kamus, ensiklopedi, karya siswa dan guru, dan nara sumber setempat. Bahan-bahan itu berisi informasi yang lingkupnya meliputi berbagai bidang kehidupan sesuai dengari tema dan subtema pada kurikulum, juga sesuai dengan minat siswa, seperti teknologi, ilmu pengetahuan, kemanusiaan, agama, budaya, sosial, moral, dan lain-lain.

Subjek Uji Coba

Subjek uji coba ini dilakukan pada:

a. Siswa kelas 4 – 5 SD di Kota Bandarlampung dengan kualifikasi unggul, sedang, dan rendah. Selain itu, subjek penelitian dapat berasal dari beberapa SD dengan kualifikasi yang berbeda. Jumlah siswa SD yang dijadikan sampel untuk tahap prasurvey 100 orang. Sebaran sekolah yang diuji coba adalah: SDN 2 Rawalaut, SDN 1 Labuhandalam, SD Muhammadiyah 1, SD Al Kautsar, SD Darmabangsa.

b. Guru SD yang mengajar di kelas 4 – 5 di Kota Bandarlampung. Guru yang menjadi subjek penelitian yang berjumlah 10 orang. Sebaran sekolah yang diuji coba adalah: SDN 2 Rawalaut, SDN 1 Labuhandalam, SD Muhammadiyah 1, SD Al Kautsar, SD Darmabangsa.

Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini berupa survei, kemampuan siswa, kemampuan guru, dan hasil evaluasi terhadap prototipe bahan ajar. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menjaring data penelitian ini adalah angket dan wawancara, daftar cek, tes, dan lembar observasi. Pada tahap awal ini (tahap prasurvei) instrumen yang digunakan barulah angket dan wawancara.

Teknik Analisis Data

Data penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Oleh karena penelitian ini

(10)

[209] baru pada tahap analisis kebutuhan, hanya data angket dan wawancara yang dinalisis. Adapun prosedur analisis data penelitian adalah sebagai berikut. a. Mentabulasi data dari angket dan

wawancara

b. Menganalisis data hasil tabulasi c. Menginterpretasi hasil tabulasi d. Menyimpulkan

e. Menganalisis data yang diperoleh dari hasil survei

HASIL

Hasil survei analisis kebutuhan yang dilakukan kepada siswa dan guru dapat dilihat pada uraian berikut.

Hasil Analisis Data Angket Guru 1. Karaketeristik Responden

Responden adalah guru kelas atau guru bidang studi yang mengajar di kelas 4 – 5, baik yang sedang mengajar pada tahun ajaran 2015 maupun guru yang pernah mengajar di kelas 4 – 5 (sebelum tahun ajaran 2015) dari 5 sekolah dasar yang berjumlah 10 orang. Adapun sebaran sekolah adalah SDN 2 Rawalaut, SDN 1 Labuhandalam, SD Muhammadiyah 1, SD Al Kautsar, SD Darmabangsa.

2. Pendapat Umum tentang Manfaat Bahan Ajar

Manfaat bahan ajar bagi guru adalah (1) mempermudah dalam proses belajar dan mengajar (60%), (2) membantu guru mempersipakan bahan yang akan diajar (30%), dan mengembangkan materi yang akan diajarkan (10%). Selain itu, dijaring

pula pertanyaan untuk mengetahui kompetensi yang seharusnya dikuasai siswa SD hingga mereka lulus.

3. Bahan Ajar yang Diinginkan

Bahan ajar yang diinginkan oleh para guru agar pelajaran sejarah lokal berhasil sehingga siswa memiliki kompetensi terdiri atas buku siswa, buku guru, dan buku kerja siswa dijawab oleh 8 responden (80%). Terdapat 2 orang guru (20%) yang menginginkan bahan ajar itu terdiri atas buku siswa dan buku guru.

4. Tanggapan Guru terhadap Bahan Ajar Berbentuk Modul

Tanggapan para guru jika di sekolah dasar diberikan pembelajaran berbentuk modul sangat tidak setuju (60%). Hal ini disebabkan siswa SD belum dapat belajar mandiri, siswa masih memerlukan bimbingan dari gurunya untuk dapat dapat memahami materi. Namun, ada juga para responden yang menjawab sangat setuju sekali sebab modul dapat membantu siswa lebih aktif, mandiri, tanpa harus menunggu pelajaran dari guru (40%).

Informan yang menjawab setuju jika pembelajaran dikemas dengan modul menginginkan modul yang terdiri atas buku siswa atau buku yang di dalamnya terdapat materi, rangkuman, latihan, tes; buku pegangan guru; dan buku kerja siswa (70%). Ada juga responden yang menginginkan modul itu hanya terdiri atas buku siswa/buku kerja siswa (yang di

(11)

[210] dalamnya terdapat materi, rangkuman, latihan, tes) dan buku pegangan guru (30%).

Dari para informan/guru (60%) disimpulkan bahwa buku pelajaran yang mereka inginkan atau diidamkan adalah: (1) bahan ajar yang dapat dengan mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa, (2) bahan ajar yang sesuia dengan KTSP atau K-13, (3) bahan ajar yang lengkap untuk siswa dan guru, (4) bahan ajar yang

mengajak siswa kreatif, (5) bahan ajar yang menggunakan bahasa yang komunikatif, (6) bahan ajar yang terdiri atas buku siswa, buku kerja siswa, dan buku guru. Buku siswa itu terdiri atas materi, rangkuman, latihan, dan tes yang dapat membuat siswa lebih aktif, belajar mandiri tanpa harus menunggu perintah dari guru. Adapun topik/tema yang menarik bagi guru dalam modul sejarah lokal Lampung yang ideal sebagai berikut.

Tabel 1. Topik/Tema Pilihan Guru dalam Modul Sejarah Lokal Lampung.

No. Urut Topik/Tema %

1. Adat istiadat 100 2. Kesenian tradisi a. Seni tari b. Seni rupa/kriya c. Seni musik 100 3. Tempat bersejarah 90

4. Kebiasaan dan falsafah hidup 70

5 Hubungan kekerabatan 50

6 Cerita rakyat 80

7. Sistem pemerintahan (Kerajaan, kesultanan, keratuan) 40

8. Pahlawan dan kepahlawanan 70

9. Bahasa 10

10. Peristiwa sejarah lokal zaman kolonial 20

11. Peristiwa sejarah lokal zaman kemerdekaan 30

12. Peristiwa sejarah lokal zaman pascakemerdekaan 20

13. Peristiwa sejarah lokal masa kontemporer. 10

14. Historiografi Lampung dalam media 30

Hasil Analisis Data Angket Siswa

Jumlah responden siswa adalah 50 orang. Para siswa itu berasal dari 5 sekolah dasar, baik negeri maupun swasta di Kota Bandarlampung.

1. Model Bahan Ajar yang Diinginkan Bahan ajar yang diinginkan oleh para siswa agar pelajaran sejarah lokal dapat berhasil atau mereka memiliki kompetensi sejarah lokal dengan baik adalah buku

(12)

[211] yang terdiri atas buku siswa buku kerja, dan buku guru (40%). Namun, ada juga para siswa yang hanya menginginkan bahan ajar itu terdiri atas buku siswa dan buku guru (35%). Ada juga yang menginginkan hanya buku siswa (25%).

2. Tanggapan Siswa terhadap Bahan Ajar Berbentuk Modul

Mengenai tanggapan bahan ajar berbentuk modul, seperti yang ingin ditawarkan kepada para siswa, mereka menjawab (40%) sangat setuju sekali, setuju (27%). Yang menyatakan tidak setuju 30%. Alasan mereka setuju adalah mereka dapat belajar sendiri walaupun tanpa guru.

Jika bahan ajar itu dikemas berbentuk modul, para siswa menginginkan bentuk modul itu terdiri atas buku siswa/buku ajar yang di dalamnya terdapat materi, rangkuman, latihan, dan tes; buku guru; dan buku kerja siswa (62%). Selain itu, ada juga para siswa menginginkan bahan ajar yang berbentuk modul itu terdiri atas buku siswa dan buku pedoman (36%).

3. Topik/Tema yang Diinginkan

Adapun topik/tema yang menarik bagi siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Topik/Tema Pilihan Siswa dalam Modul Sejarah Lokal Lampung

No. Urut Topik/Tema %

1. Adat istiadat 95 2. Kesenian tradisi d. Seni tari 100 e. Seni rupa/kriya f. Seni musik 3. Tempat bersejarah 100

4. Kebiasaan dan falsafah hidup 40 5 Hubungan kekerabatan 45 6 Cerita rakyat 87 7. Sistem pemerintahan (Kerajaan, kesultanan, keratuan) 16 8. Pahlawan dan kepahlawanan 95 9. Dongeng/legenda 75

10. Peristiwa sejarah lokal Lampung

86

4. Ilustrasi Bahan Ajar

Dari hasil angket ternyata para siswa menginginkan ilustrasi dalam bahan ajar terdapat: gambar (53%), berwarna (42%), huruf yang bervariasi (47%), foto-foto (31%).

5. Model Bahan Ajar yang Diinginkan Jawaban responden terhadap model bahan ajar yang diinginkan diperoleh dari angket secara terbuka. Artinya, para

responden bebas mengemukakan

pendapatnya. Dari hasil angket yang terjaring disimpulkan bahwa mereka menginginkan model buku ajar yang terdiri dari buku siswa yang di dalamnya berisi teks/wacana, pertanyaan, latihan/tes, diskusi, rangkuman dan buku guru. Selain itu, mereka menginginkan buku ajar yang ada gambr, ada

(13)

[212] rangkuman, ada cerita, dan topik yang menarik.

PEMBAHASAN

Dari hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari angket guru dan angket siswa ternyata belum tersedianya bahan ajar sejarah, khususnya sejarah lokal

daerah Lampung. Selama ini,

pembelajaran sejarah menggunakan bahan ajar sejarah nasional sehingga diperlukan buku ajar Sejarah Lampung.

Model bahan ajar yang ditawarkan semula adalah modul. Namun, dari hasil analsis kebutuhan dari guru ternyata sebagian besar guru tidak menginginkan bahan ajar yang berbentuk modul. Hal ini berdasarkan pendapat para guru yang menyatakan bahwa anak belum bisa belajar mandiri secara utuh tanpa guru.

Paket modul memuat komponen (1) petunjuk pengerjaan modul, yang mendeskripsikan unit yang harus dipelajari, kegiata-kegiatan siswa, alat/sumber yang digunakan serta alat evaluasi; (2) lembar kegiatan yang meuat rumusan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan tugas-tugas yang harus diselesaikan; (3) kunci lembar kegiatan, yang memuat jawaban-jawaban atas pertanyaan- pertanyaan atau tugas yang diberikan dan siswa dapat mencocokkan sendiri jawabannya; (4) lembar tes yang memuat soal-soal tes yang harus dikerjakan siswa

untuk mengukur

keberhasilan/penguasaan siswa setelah

mempelajari modul dan tes bersifat formatif; dan (5) kunci lembar tes.

Dalam modul yang akan dikembangkan akan berisi (1) uraian kegiatan yang berisi tema, topik pembelajaran, aspek pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran; (2) teks/wacana; (3) kegiatan siswa dan guru; (4) pertanyaan/permasalahan; (5) bahan diskusi; (6) latihan/tugas/kunci jawaban; (7) rangkuman; (8) tes formatif setiap unit pelajaran.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa analisis kebutuhan diperoleh melalui penyebaran angket kepada guru dan siswa, kajian teoretik berdasarkan studi pustaka mengenai pembelajaran sejarah lokal, dan pengembangan desain. Dari analisis kebutuhan diperoleh informasi karakteristik responden, manfaat bahan ajar, penilaian terhadap buku ajar yang digunakan, dan model bahan ajar yang diinginkan atau diidamkan.

Bahan ajar yang diharapkan, baik oleh guru maupun oleh siswa adalah: adat istiadat, kesenian tradisi, meliputi: a) seni tari, b) seni rupa/kriya, dan c) seni musik, tempat bersejarah, kebiasaan dan falsafah hidup, hubungan kekerabatan, cerita rakyat, sistem pemerintahan (kerajaan, kesultanan, keratuan), pahlawan dan kepahlawanan, bahasa,

(14)

[213] peristiwa sejarah lokal zaman kolonial, peristiwa sejarah lokal zaman kemerdekaan, peristiwa sejarah lokal zaman pascakemerdekaan, peristiwa sejarah lokal masa kontemporer, historiografi Lampung dalam media.

Penelitian ini baru tahap awal atau prasurvei, yaitu mengidentifikasi analisis kebutuhan. Oleh karena itu, penelitian ini masih perlu dilanjutkan, dengan membuat bahan ajar yang berbentuk modul. Setelah lengkap dan sempurna prototipe yang dikembangkan baralah diuji validasi oleh ahli. Dengan demikian, prototipe ini pada tahap 1 belum selesai, belum ujicoba validasi dan ujicoba lapangan, baik skala terbatas maupun skala luas.

REFERENSI

Abdullah, Taufik. (1996). Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Borg, W.R., and Gall, M.D. (1983). Educational Research: An Introduction. Fourth Edition. New York: Longman. Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen

Manajemen Pendidikan dasar dan

menengah. (2007). Panduan

Pembelajaran Kontekstual Sekolah menengah Pertama. Jakarta: Direktorat

Pembinaan Sekolah Menengah

Pertama.

Gagne, R. , Leslie J.B., dan Walter W. W. (1992). Principles of Instructional Design. Philadelphia: Harcourt Brace Jovanovich CP.

Hafid, Anwar. "Peningkatan Efektivitas Pembelajaran Melalui Pemanfaatan Media Teknologi Informasi". Artikel.

Tersedia (online),

http://anwarhapid.blogspot.co.id. Selasa, 01 Januari 2013, diunduh pada Oktober 2015.

Hardjodipuro, Siswoyo. (1991). “Dua Paradigma Penelitian Ilmiah”. Jakarta: Pidato Pengukuhan Guru Besar IKIP Jakarta.

Krug, Mark. M. (1967). History and the Social Sciences. Walthan Mass: Braisdell Publishing Company.

Lightman, Alan J. and Valerie French. (1978). Historians and The Living Past, The Theory and Practice of Historical Study. Arlington Heights: Harlan Davidson.

Mars, Calin J. (2009). Key Concepts for Understanding Curriculum. London and New York: Routledge.

Mulyana, Agus dan Restu Gunawan (edt). (2007). Sejarah Lokal: Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah. Bandung: Salamina Press.

Priyadi, Sugeng. (2012). Sejarah Lokal Konsep, Metode dan Tantangannya. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sopandi, Andi. "Studi Kebijakan Penerapan Bahasa, Budaya Dan Sejrah Bekasi Sebagai Muatan Lokal Di Sekolah".

(15)

[214] Laporan Penelitian, Universitas Islam "45" Bekasi, tahun 2015.

Supardi. “Pendidikan Sejarah Lokal Dalam Konteks Multikulturalisme”. (Artikel Junal Penelitian) Cakrawala Pendidikan, Februari 2006, Th. XXV, No. 1, hal. 117-137. FIS Universitas Negeri Yogyakarta.

Widja, I Gde. (1989). Sejarah Lokal Suatu Perspektif dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud.

Winfried, Noth. (2006). Semiotik, Ab. Dharmojo, dkk. Surabaya: Airlangga University Press.

(16)

Maulana, “Interaksi Pbl-Murder, Minat Penjurusan, Dan Kemampuan Dasar Matematis Terhadap Pencapaian Kemampuan Berpikir Dan Disposisi Kritis”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 1-20.

Asiah, “Pendekatan Komunikatif Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Di Kelas IV SD”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 21-36.

Isrok’ Atun, “Menemukan Kembali Rumus Luas Persegi Panjang Dengan Konstruktivisme (Studi Kasus Pada Mahasiswa PGSD)”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 37-47.

Ocih Sukaesih, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran Mengidentifikasi Jenis Makanan Hewan Di SD”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 48-63. Rana Gustian Nugraha, “Meningkatkan Ecoliteracy Siswa SD Melalui Metode Field-Trip

Kegiatan Ekonomi Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 64-76.

Fine Reffiane, Henry Januar Saputra, dan Taufik Hidayat, “Identifikasi Tingkat Kejujuran Siswa Sekolah Dasar Melalui Gerobak Kejujuran Di Kota Semarang”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 77-83.

Rif’at Shafwatul Anam, “Efektivitas Dan Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Pada Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 84-93.

Yena Sumayana, “Penggunaan Metode Index Card Match Pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Mengenal Sejarah Uang”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 94-100.

Maylan Sofian, “Siaran Radio Citra 99.4 FM Sebagai Media Pelestarian Tembang Sunda Bagi Siswa Sekolah Dasar”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 101-120.

Diah Gusrayani, “Learning Tasks’ What And How: Perspektif Dosen Dan Mahasiswa Mengenai Tugas Pembelajaran”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 121-132.

Idam Ragil Widianto Atmojo, “Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Berbasis Media Realita Terhadap Hasil Belajar Matakuliah Konsep Dasar IPA 1”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 133-142.

Jenny Indrastoeti, SP, & Hasan Mahfud, “Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Experiental Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 143-154.

Ipah Saripah & Lia Mulyani, “Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Prasekolah (TK dan Non TK)”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 155-169.

Cucun Sunaengsih, “Pengaruh Model Pembelajaran Transdisciplinary Terhadap Karakter Siswa Pada Sekolah Dasar Internasional Berbasis International Baccalaureate”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 170-177.

Sri Suciati, Ika Septiana, dan Mei Fita Asri Untari, “Penerapan Media Monosa (Monopoli Bahasa) Berbasis Kemandirian Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 178-192.

Hastuti, “Pengaruh Bahasa Pertama Terhadap Bahasa Kedua Dalam Karangan Siswa Kelas V SD”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 193-201.

Yulia Siska, “Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Sejarah Lokal Lampung Untuk Sekolah Dasar”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 202-214.

Ani Nur Aeni, “Menjadi Guru SD Yang Memiliki Kompetensi Personal-Religius Melalui Program One Day One Juz (ODOJ)”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 215-225.

Regina Lichteria Panjaitan, Dadan Djuanda, dan Nurdinah Hanifah, “Persepsi Guru Mengenai Sex Education di Sekolah Dasar Kelas VI”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 226-237. Egi Agustian, Atep Sujana, dan Yedi Kurniadi,Pengaruh Pendekatan Open-Ended Terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Sekolah Dasar Kelas V”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 238-246.

(17)

Redaksi berkala Mimbar Sekolah Dasar mengucapkan terima kasih kepada Mitra Bestari yang telah mereview naskah pada terbitan Volume 2 tahun 2015 ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Totok Sumaryanto, M.Pd. (FBS – Universitas Negeri Semarang) 2. Prof. Dr. Dwi Atmono, M.Pd., M.Si.

(FKIP – Universitas Lambung Mangkurat) 3. Dr. Edy Suyanto, M.Pd.

(FKIP – Universitas Lampung) 4. Andika Arisetyawan, M.Pd.

(18)

Penerbit Prodi PGSD UPI Kampus Sumedang http://kd-sumedang.upi.edu/

(Terbit April & Oktober) 1. Jenis Artikel

Artikel dapat berupa kajian hasil penelitian, kajian setara penelitian (ide/gagasan), dan resensi buku baru. Semua jenis artikel belum pernah dimuat di media apapun.

2. Format Tulisan

Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia dalam bentuk ESAI dengan extensi file docx (Microsoft Word) dan menggunakan acuan sebagai berikut:

- Margin : Atas & Bawah (2,5 cm), Kanan & Kiri (2,5 cm)

- Ukuran Kertas : A4 (21 cm x 29,7 cm)

- Jenis huruf : Century Gothic

- Ukuran Font : 10 pt

- Spasi : 1,5 (kecuali judul, identitas penulis, abstrak dan referensi: 1 spasi)

Penulisan pada judul dan sub-bagian artikel menggunakan aturan sebagai berikut: Tulisan level 1 (Huruf besar semua/UPPERCASE, rata kiri, cetak tebal)

Tulisan level 2 (Huruf besar kecil/Capitalize Each Word, rata kiri, cetak tebal)

Tulisan level 3 (Huruf besar kecil/Capitalize Each Word, rata kiri, cetak tebal & miring) Semua bagian penulisan level 1 dan 2 tidak menggunakan pointer – jika diperlukan keterangan atau penjelasan tambahan pada tubuh artikel gunakan footnote. Untuk keterangan tabel disimpan di atas tabel, untuk keterangan gambar atau diagram disimpan di bawahnya. Ukuran huruf di dalam tabel atau diagram lebih kecil, yakni dari 8-9 pt, spasi 1. Jumlah halaman termasuk tabel, diagram, foto, dan referensi adalah 10-20 halaman.

3. Struktur Artikel

a. Untuk artikel hasil penelitian menggunakan struktur sebagai berikut:

Judul (Tidak lebih dari 15 kata); Identitas Penulis (Baris pertama: nama tanpa gelar. Baris kedua: prodi/jurusan/instansi. Baris ketiga: alamat lengkap instansi. Baris keempat: alamat email dan nmr HP); Abstrak (Dibuat dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, masing-masing maksimal 200 kata, disertai kata kunci masing-masing maksimal lima kata); Pendahuluan (Berisi latarbelakang disertai tinjauan pustaka, tujuan dan urgensi penelitian); Metode (Berisi metode/pendekatan, subjek, waktu dan tempat, teknik pengumpulan data dan analisis data); Hasil; Pembahasan; Simpulan (Sesuai dengan pendahuluan/rumusan masalah); dan Referensi (Memuat referensi yang diacu saja, minimal 80% terbitan 10 tahun terakhir).

b. Untuk artikel setara penelitian (ide/gagasan) menggunakan struktur sebagai berikut: Judul (Tidak lebih dari 15 kata); Identitas Penulis (Baris pertama: nama tanpa gelar. Baris kedua: prodi/jurusan/instansi. Baris ketiga: alamat lengkap instansi. Baris keempat: alamat email dan nmr HP); Abstrak (Dibuat dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, masing-masing maksimal 200 kata; disertai kata kunci masing-masing maksimal lima kata); Pendahuluan (Berisi latarbelakang disertai tinjauan pustaka dan tujuan); Pembahasan (Judul bahasan disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat dibagi ke dalam sub-bagian); Simpulan (Sesuai dengan pendahuluan); dan Referensi (Memuat referensi yang diacu saja, minimal 80% terbitan 10 tahun terakhir).

c. Untuk artikel resensi buku menggunakan struktur sebagai berikut:

Judul (Tidak lebih dari 15 kata); Identitas Penulis (Baris pertama: nama tanpa gelar. Baris kedua: prodi/jurusan/instansi. Baris ketiga: alamat lengkap instansi. Baris keempat: alamat email dan nmr HP); Identitas Buku (Berisi judul buku, penulis, penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, ISBN, dan foto cover/sampul depan); Pembahasan (Judul bahasan disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat dibagi ke dalam sub-bagian).

(19)

yang telah diadaptasi sesuai kebutuhan Universitas Pendidikan Indonesia. Contoh dapat melihat pada artikel yang telah dimuat, atau selengkapnya dapat dilihat di akhir pedoman penulisan ini.

5. Penyuntingan

a. Artikel dikirim kepada tim redaksi dengan alamat email: mimbar.sd@upi.edu. Jika diperlukan, tim redaksi akan meminta file dalam CD dan print-out sebanyak tiga eksemplar yang dikirim ke alamat: Redaksi Jurnal Mimbar Sekolah Dasar, Prodi PGSD UPI Kampus Sumedang - Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang Jawa Barat 45322.

b. Artikel yang telah dievaluasi oleh tim penyunting atau reviewer berhak untuk ditolak atau dimuat dengan pemberitahuan secara tertulis, dan apabila diperlukan tim penyunting akan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan revisi sesuai dengan rekomendasi hasil penyuntingan. Untuk keseragaman format, penyunting berhak untuk melakukan pengubahan artikel tanpa mengubah substansi artikel.

c. Semua isi artikel adalah tanggung jawab penulis, dan jika pada masa pracetak ditemukan masalah di dalam artikel yang berkaitan dengan pengutipan atau HAKI, maka artikel yang bersangkutan akan dicancel untuk dimuat. Untuk artikel yang dimuat, penulis akan mendapatkan dua eksemplar berkala sebagai tanda bukti pemuatan serta 10 eksemplar cetak lepas untuk keperluan masing-masing penulis, dan wajib memberikan kontribusi biaya pencetakan sesuai ketentuan tim berkala Mimbar Sekolah Dasar sebesar Rp. 250.000 di luar ongkos kirim.

CONTOH PENULISAN KUTIPAN DAN REFERENSI: JENIS

RUJUKAN DI DALAM TEKS ACUAN/REFERENSI/BIBLIOGRAFI DI DALAM PUSTAKA

Seorang

penulis A symbol is connected to its referent in the world by our sense of organs (Pinker, 2009 p.80)

atau

Pinker (2009, p. 80) claimed that a symbol ..

Pinker, S. (2009). How the mind works. New York, NY: W.W. Norton & Company, Inc.

Dua orang

penulis A set of verbs with individually similar meanings can be juxtaposed with a set of nouns with individually similar meanings ... (Hunston & Oakey, 2010)

atau

Hunston dan Oakey (1991) mengklaim bahwa …

Hunston, S. & Oakey, D. (2010). Introducing applied linguistics: Concepts and skills. New York, NY: Routledge.

Tiga s.d. 5

penulis Penjelasan (Coyle, Hood, & Marsh, 2010) menyimpulkan bahwa ...

Kutipan berikutnya dalam teks:

(Coyle et al., 2001)

Coyle, D., Hood, P. And Marsh, D. (2010). CLIL:

Content and language integrated learning.

Cambridge: Cambridge University Press.

Penulis sebagai penerbit

(Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan [Balitbang Depdiknas], 2010) Atau

Badan Penelitian dan Pengembangan,

Badan Penelitian dan Pengembangan [Balitbang]

(2007). The assessment of curriculum policy

of language subjects: Assessment report.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan.

Balitbang. (2008). The assessment of curriculum policies in secondary education: Assessment

(20)

Depdiknas], (2010) menunjukan bahwa .... Kutipan berikutnya:

(Balitbang Depdiknas, 2010) Buku ber

editor (Waugh & Monville-Burston, 1990) Waugh, L.R., & Monville-Burston, M. (eds.). (1990). On language: Roman Jakobson. Cambridge, MA: Harvard University Press.

Beberapa karya dipublikasikan oleh seorang penulis pada tahun yang sama

(Sukyadi, 2011a, 2011b) Sukyadi, D., Setyarini, S. & Junida, A.I. (2011a). A Semiotic Analysis of Cyber Emoticons (A

Case Study of Kaskus Emoticons in The Lounge Forum at Kaskus-the Largest Indonesian Community. K@ta: A Biannual Publication on the Study of Language and Literature, 13(1), pp. 37-50,

Sukyadi, D. & Mardiani, R. (2011b). The Washback Effect of National Examination (ENE) on

English teachers’ Classroom Teaching and Students’ Learning. K@ta: A Biannual Publication on the Study of Language and Literature, 13(1), pp. 96-111,

(susun secara alfabetis berdasarkan judul) Buku yang

disusun oleh sebuah lembaga atau institusi

Badan Standar Nasional Pendidikan (2012)

merekomendasikan bahwa ...

(Badan Standar Nasional Pendidikan, 2012)

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2010). Pedoman penulisan buku ajar untuk

perguruan tinggi. Jakarta: Badan Standar

Nasional Pendidikan. (Laporan Tahunan

Universitas Pendidikan Indonesia, BHMN, 2009)

Laporan Tahunan Universitas Pendidikan Indonesia, Badan Hukum Milik Negara. (2009).Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia BHMN. Buku

elektronik Most authors begin their articles by explaining what caused them to conduct their

empirical investigations (Huck, 2012)

Huck, S.W. (2012). Reading statistics and research. Boston, MA: Pearson Education, Inc.

Available from NetLibrary database.

Buku

terjemahan (Young & Rang, 2005) Young, Y. S. & Rang, K. I. (2005). jorok ada di sini: Buku pengetahuan paling Semua yang jorok sedunia (M. Ayudiah, Trans.). Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Bab dalam

sebuah buku (Richards, 2002) Gunakan penulis Bab, bukan editor buku tersebut

Richards, J. C. (2002) Theories of Teaching in Language Teaching. In Richards, J.C. and Renandya, W.A. (Eds.). (2002). Methodology in language teaching: An anthology of

current practice. Cambridge: Cambridge

University Press. Kutipan lebih

dari 1 halaman

Kutipan pertama:

(Rush, Waldrop, Mitchell, & Dyches, 2005, pp. 283-284) Kutipan berikutnya dar sumber

yang sama:

(Rush et al., 2005, p. 291)

Rush, K. L., Waldrop, S., Mitchell, C., & Dyches, C. (2005). The RN-BSN distance education

experience: From educational limbo to more than

an elusive degree. Journal of Professional Nursing, 21, 283-292.

Dari

ensiklopedia (Crystal, 1987) Crystal, D. (1987). The Cambridge encyclopedia of language). Cambridge: Cambridge University Press.

(21)

majalah mamala keur dirina. Mangle, 2364, pp.14-15. Dari artikel

koran cetak dengan penulis

(Kunaefi, 2012) Kunaefi, R. Mengidamkan postur polisi ideal. (2012, January 4). The Republika, p. 4. Dokumen

pemerintah Jalal, Samani, Chang, Stevenson, Ragats, and Negara (2009) report that despite the positive contributions of MGMP, there are also ..

Jalal, F., Samani, M., Chang, M. C., Stevenson, R., Ragats, A.B. and Negara, S.D. (2009).

Teacher certification in Indonesia: A strategy

for teacher quality improvement. Jakarta:

Ministry of National Education and World bank. Retrived March 6, 2012, from: http://ddp-ext.worldbank.org/EdStats/ IDNprwp09c.pdf

Undang-undang Law of the Republic of Indonesia Number 2, 1989 on National Education System, Article 5, Verse 1, states that ..

Law of the Republic of Indonesia, Number 2, 1989, on National Education System.

Makalah seminar atau konferensi atau prosiding

(Sukyadi, 2011) Pemakalah, A. A., & Pemakalah, B. B. (tahun). Judul Makalah atau prosiding. Dalam A. Editor (Ed.), Judul simposium atau konferensi pp. x-x). tempat: Penerbit.

Penyaji, A. A. (Tahun, Bulan). Judul Makalah. Makalah disajikan dalam pertemuan nama organisasi, tempat

Sukyadi, D. (2011). The metaphorical use of English

address terms in indonesian blog comments (A pragmatic analysis of Indonesian bloggers). Disajikan pada Conference on English Studies (CONEST) 8, Unika Atma Jaya, Jakart Artikel jurnal dengan satu penulis (Karjo, 201) Atau Karjo (2011) berpendapat bahwa …

Karjo, C.H. (2011). Investigation of scalar implicature of Binus University students. K@ta: A Biannual Publication on the Study of

Language and Literature, 13(1), pp. 56-75,

Artikel jurnal dengan 3-6 penulis

(Sukyadi, Setyarini, & Junida,

2011) Sukyadi, D., Setyarini, S. & Junida, A.I. (2011). A semiotic analysis of cyber emoticons (A case study of kaskus emoticons in The Lounge Forum at Kaskus-the Largest Indonesian

Community. K@ta: A Biannual Publication on the Study of Language and Literature, 13(1), pp. 37-50,

Berasal dari tesis individu atau institusi

(Amalia, 2012) Amalia, A. (2012). The use of video in teaching writing procedural text: A quasi-experimental study in one of Senior High Schools in

Bandung (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2012, Tidak diterbitkan) Skripsi/tesis/di

sertasi dari database

McNiel (2006)

(MCNiel, 2006) McNiel, D. S. (2006). personal narrative discussing growing up with Meaning through narrative: A

an alcoholic mother. Retrieved from ProQuest

Digital Dissertations. (AAT 1434728) Abstrak dari

basis data (Morrissey, 2004) Morrissey, J. P. (2004). recidivism of mentally ill persons released Medicaid benefits and from jail (NCJ No. 214169) [Abstract].

Retrieved from National Criminal Justice Reference Service abstracts database. Abstrak

seminar atau simposisum

Brier, Pandelaere, Dewitte, &

Warlop (2006) Briers, B., Pandelaere, M., Dewitte, S., & Warlop, L. (2006, June). Hungry for money: The desire for caloric resources increases the desire for

(22)

Human Behavior and Evolution Society. Abstract retrieved from http://www.hbes .com/HBES/abst2006.pdf.

Skripsi/tesis/di sertasi dari Repositori

(Amalia, 2012) Amalia, A. (2012). The use of video in teaching writing procedural text: A quasi-experimental study in one of Senior High Schools in

Bandung (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2012). Retrieved from

http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_s kripsi=11587

Book review

(Telaah Buku) Cramond (2007) Cramond, B. (2007). Enriching the brain? Probably not for psychologists [Review of the book Enriching the brain: How to maximize every learner’s potential]. PsycCRITIQUES, 52(4), Article 2. Retrieved from

http://www.apa.org/psyccritiques/ Laman web

dengan penulis

(Ljungberg, 2012) Ljungberg, C.( 2012). Shadows, mirrors, and smoke

screens: zooming on iconicity. Retrieved

March 22, 2012, from

http://www.iconicity.ch/en/iconicity/index.php Laman web

tanpa tahun (Sound Symbolism Checksheet, n.d.) Ling 131: Language & Style. (n.d.) symbolism checksheet. Retrieved March 22, Sound 2012, from http://www.lancs.ac.uk/fass/projects/stylistics/ topic5a/7soundchecksheet.htm Bila kutipan dari laman web sebuah institusi (Perpustakaan UPI, 2011) Sebagaimana dikatakan oleh Perpustakaan UPI (2011)

Perpustakaan UPI. (2011). Menyimak fungsi

perpustakaan. Retrieved March 26, 2012,

from

http://perpustakaan.upi.edu/index.php?option =com_content&task=view&id=26&Itemid=1 (Sekolah Pascasarjana UPI,

n.d.) Sekolah Pascasarjana UPI. (n.d.). pada tanggal 26 Maret 2012 dari: Sejarah. Diakses http://sps.upi.edu/tentang-sps/sejarah/

Gambar dari

Web Photo Paris Van JavaBandung-Indonesia (ID: 5081183ID, n.d.)

Paris Van Java-Bandung-Indonesia [Photo] (n.d.). Retrieved March 25, 2012 from

http://www.panoramio.com/photo/5081183

Gambar

Tabel 1. Topik/Tema Pilihan Guru dalam Modul Sejarah Lokal Lampung.
Tabel 2. Topik/Tema Pilihan Siswa dalam Modul  Sejarah Lokal Lampung
Gambar dari

Referensi

Dokumen terkait

Wujud pengembangan kurikulum mencakup; (a) peran guru sebagai variabel pent ing bagi keberhasilan pendidikan; (b) kedudukan dan fungsi buku guru dan buku siswa;

Penyiapan kurikulum 2013 mencakup kompet ensi guru, ket ersediaaan buku, kom ponen kurikulum yang mencakup t ujuan , m at eri, st rat egi, m et ode dan penilaian, sert

Pengembangan kurikulum prodi pendidikan IPA FIP Unhasy yang dibuat oleh penulis sudah memuat capaian pembelajaran tersebut mencakup empat aspek yaitu sikap, pengetahuan,

 Berbagai faktor yang harus dipertimbangkan di dalam melakukan analisis kelayakan usaha dari suatu rencana usaha baru yang mencakup aspek-aspek :.. Kelayakan Pasar dan pemasaran o

 Mahasiswa menyusun sebuh cerita sejarah ringkas untuk siswa SD tentang suatu kerajaan pada masa pengaruh India, yang mencakup aspek-aspek politik, pemerintahan, ekonomi,

Hal tersebut sejalan dengan tujuan pengembangan aspek-aspek pendidikan karakter menurut Pusat Kurikulum Nasional yang mengembangkan nilai-nilai pembentuk karakter

Evaluasi yang dilakukan guru Sejarah terhadap peserta didik adalah dengan melakukan penilaian kompetensi yang dicapai peserta didik sesuai dengan Kurikulum 2013 yang mencakup 3 aspek

Tabel 1 Perbandingan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka Aspek Kurikulum 2013 Kurikulum Merdeka Ilntelgrasil IlPA dan IlPS Telrpilsah Telrilntelgrasil Flelksilbilliltas