• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI PENGGUNAAN VAKSIN HYDROVAC UNTUK MENINGKATKAN KEKEBALAN IKAN GURAMI (Osphronemus goramy Lac) TERHADAP BAKTERI Aeromonas hydrophila ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI PENGGUNAAN VAKSIN HYDROVAC UNTUK MENINGKATKAN KEKEBALAN IKAN GURAMI (Osphronemus goramy Lac) TERHADAP BAKTERI Aeromonas hydrophila ABSTRAK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

UJI PENGGUNAAN VAKSIN HYDROVAC UNTUK MENINGKATKAN

KEKEBALAN IKAN GURAMI (Osphronemus goramy Lac) TERHADAP

BAKTERI Aeromonas hydrophila

Linda Susanti, Lisa Deswati, Elfrida

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang Email : lindasusanti8787@gmail.com

ABSTRAK

This research aims to understand the effectiveness of vaccine HydroVac in increase immunity Gorami against bacteria Aeromonas hydrophila and identify the effects vaccination HydroVac to survival Rate Gorami. This study was conducted in june – july 2015 , at the UPTD Porch cultivation of fish Sicincin, fisheries and marine Office the province of west Sumatra. Method used in research this is the method his experiment with complete random design (CRD) with 4 treatment and 3 repetitions. Treatment A (control), treatment B (vaccine HydroVac as much as 2 ml per kilogram weight fish), treatment C (vaccine HydroVac as much as 3 ml per kilogram weight fish), and treatment D (vaccine HydroVac as much as 4 ml per kilogram weight fish). The research results show that the program HydroVac effective can increase Survival Rate Gorami, Survival Rate on the highest treatment C ( 93.33 ± 2.8 ), followed treatment D with the value of (93.33 ± 2.8), and treatment B with the value of (78.33 ± 5.77) and Survival Rate the lowest in treatment A ( control) to the value of (16.67 ± 5.77)

Key Word : HydroVac, Vaksin, Gurami, Survival Rate, Aeromonas hydrophila

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kasus penyakit ikan pada budidaya ikan air tawar di Indonesia sudah terjadi bersamaan dengan sejarah dimulainya usaha pembudidayaan ikan (Kabata, 1985). Munculnya penyakit pada ikan umumnya merupakan hasil interaksi yang kompleks/tidak seimbang antara tiga komponen dalam ekosistem perairan yaitu inang (ikan) yang lemah, patogen yang ganas serta kualitas lingkungan yang memburuk. Jika di alam hubungan ketiga

faktor tersebut seimbang tidak akan timbul penyakit (sehat) (Snieszko, 1973).

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri merupakan penyakit yang paling umum dijumpai pada usaha budidaya ikan baik di air laut maupun di air tawar. Penyakit yang umumnya menyerang ikan air tawar adalah Motil Aeromonas Septicemia (MAS) yang disebabkan oleh bakteri

Aeromonas hydrophila (Kusumawardani,

2007). Bakteri Aeromonas hydrophila dapat menimbulkan wabah penyakit dengan

(2)

2 tingkat kematian tinggi (80-100%) dalam waktu 1-2 minggu (Purwaningsih, 2007).

Pada bulan Oktober 1980, wabah penyakit yang disebabkan Aeromonas hydrophila menyebabkan kematian 82.288 ikan di Jawa Barat (Kordi, 2004). Aeromonas hydrophila termasuk kelompok bakteri gram negatif (Holt et al., 1998). Tumbuh optimal pada kisaran suhu 380- 410C dan minimal pada suhu 00-50C dengan kisaran pH 5,5-9 (Afrianto dan Liviawaty, 1992). Bakteri Aeromonas hydrophila berperan dalam penguraian bahan organik sehingga sering ditemukan di perairan yang subur, kandungan oksigen yang rendah, suhu yang tinggi, akumulasi bahan organik atau sisa metabolisme ikan dan padat tebar ikan yang tinggi sangat menunjang perkembangbiakan bakteri ini (Sutjiati, 2004).

Infeksi oleh bakteri Aeromonas

hydrophila biasanya terjadi melalui

permukaan tubuh yang luka, saluran pencernaan makanan atau bisa melalui insang, kemudian masuk dalam pembuluh darah dan menyebar pada organ dalam lainnya yang menyebabkan pendarahan yang disertai haemorhagi septicaemia. Aeromonas hydrophila banyak ditemukan pada insang, kulit, hati dan ginjal (Samsundari, 2006).

Untuk mengatasi permasalahan akibat serangan agen patogenik pada ikan, para petani maupun pengusaha ikan banyak menggunakan berbagai bahan-bahan kimia maupun antibiotika dalam pengendalian penyakit tersebut. Namun pemakaian bahan kimia dan antibiotik secara terus menerus dengan dosis yang kurang tepat, akan menimbulkan masalah baru berupa meningkatnya resistensi mikroorganisme terhadap bahan tersebut. Selain itu, masalah lainnya adalah bahaya yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitarnya, ikan yang bersangkutan, dan manusia yang mengkonsumsinya.

Untuk menghindari dampak penggunaan bahan kimia dan antibiotik, penanggulangan penyakit dapat diupayakan melalui peningkatan kekebalan dengan vaksinasi. Dengan menggunakan vaksin HydroVac merupakan suatu alternatif yang efektif dan efesien untuk mencegah penyakit

Motil Aeromonas Septicemia (MAS)

(Kamiso et al., 1997). Oleh sebab itu penulis ingin melakukan penelitian tentang uji penggunaan vaksin HydroVac untuk meningkatkan kekebalan ikan Gurami (Osphronemus goramy Lac) terhadap bakteri Aeromonas hydrophila dengan konsentrasi yang berbeda. Untuk mengetahui konsentrasi vaksin HydroVac dalam

(3)

3 meningkatkan kekebalan ikan Gurami terhadap bakteri Aeromonas hydrophila. Untuk melihat pengaruh vaksinasi HydroVac terhadap kelangsungan hidup ikan Gurami.

METODOLOGI

Penelitian ini dilaksankan pada Juni – Juli 2015 di UPTD Balai Budidaya Ikan Sicincin Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Barat.

Materi Penelitian Wadah Penelitian

Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah kolam sebanyak 12 unit yang dipagar dengan kain hava yang berukuran 2 x 1 x 1 m dengan ketinggian air 80 cm.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah vaksin HydroVac (mengandung sel utuh (whole cell) bakteri Aeromonas hydropila strain AH26, Phospate Buffered Saline (PBS) dan bahan preservative), ikan Gurami yang berukuran 5 cm sebanyak 240 ekor, bakteri Aeromonas hydrophila, aquades, pakan pellet merek dagang 782 – 1 dengan kadar protein 35 %. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah baskom, ember, telenan, seser, nampan, gelas ukur,

Erlenmeyer, jarum suntik, timbangan, akuarium, aerasi.

Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen. Menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan.

Dengan model matematis yaitu : Yij = µ + τi + ∑ij

Yij = Data Perlakuan ke I dan ulangan ke j µ = Rata-rata perlakuan

τi = Pengaruh perlakuan ke i

∑ij = Pengaruh perlakuan ke I dan ulangan ke j (Steel and torrie, 1981).

Perlakuan dalam penelitian ini adalah : 1. Perlakuan A : Kontrol

2. Perlakuan B : Vaksin HydroVac sebanyak 2 ml/kg bobot ikan

3. Perlakuan C : Vaksin HydroVac sebanyak 3 ml/kg bobot ikan

4. Perlakuan D : Vaksin HydroVac sebanyak 4 ml/kg bobot ikan

Hipotesis dan Asumsi

Ho = Tidak ada pengaruh vaksinasi HydroVac terhadap kelangsungan hidup ikan Gurami (Osphronemus goramy Lac).

Hi = Ada pengaruh vaksinasi HydroVac terhadao kelangsungan hidup ikan Gurami (Osphronemus goramy Lac).

(4)

4 Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

• Kemampuan bakteri Aeromonas hydrophila dalam menginfeksi ikan uji dianggap sama.

• Ketahanan tubuh ikan yang diuji terhadap bakteri Aeromonas hydrophila dianggap sama

Prosedur Kerja

Uraian perlakuan uji coba sebagai berikut :

1. Persiapan Ikan Uji

a) Tempatkan ikan uji 20 ekor/wadah/perlakuan

b) Pengukuran berat awal dan panjang awal ikan

c) Diadaptasi selama 1 minggu d) Ikan siap divaksinasi

2. Persiapan Pakan

a) Siapkan vaksin yang akan diaplikasikan ke pakan sesuai dengan perlakuan (2; 3 dan 4 ml/kg bobot ikan).

b) Semprotkan vaksin yang telah diencerkan pada pakan sambil diaduk-aduk hingga tercampur rata.

c) Kering anginkan (usahakan tidak terkena sinar matahari).

d) Pakan siap digunakan

1. Infeksi Ikan Uji dengan Bakteri Aeromonas hydrophila

Bakteri berasal dari isolat murni Aeromonas hydrophila dari Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Kiambang. Dibiakkan pada media TSA (Trypton Soya Agar) untuk memperbanyak bakteri dan mendapatkan kepadatan yang sesuai dengan dosis yang akan digunakan. Penginfeksian ikan Gurami dilakukan dengan cara penyuntikan dengan bakteri Aeromonas hydrophila sebanyak 0,1 ml/ekor (Mulia dan Arif, 2012) secara intramuskular di bagian dorsal (samping sirip punggung), dimana sebelumnya terlebih dahulu punggung ikan yang akan disuntik dioles dengan alkohol. Setelah itu ikan dimasukan secara acak kedalam 9 kolam/petakan yang masing-masing diisi 20 ekor ikan gurami dan diamati selama 7 hari. 2. Uji Tantang

Ikan Gurami yang telah diberi pakan yang dicampur vaksin HydroVac sesuai perlakuan, selanjutnya diinfeksi bakteri Aeromonas hydriphila yang telah dibiakkan, setelah itu dilakukan pengamatan kelangsungan hidup selama 2 minggu dan kualitas airnya (awal dan akhir penelitian). Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari selama 7 hari pengamatan.

Parameter yang Diamati Gejala Klinis

Pengamatan pada gejala klinis dilakukan setiap hari setelah penyuntikan

(5)

5 bakteri Aeromonos hydrophila pada ikan selama 7 hari. Adapun gejala klinis yang diamati adalah tingkah laku meliputi respon makan dan reflek gerak, luka fisik akibat aktifitas bakteri Aeromonos hydrophila. Kelangsungan Hidup

Untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup ikan uji, dihitung dengan rumus (Effendi, 1992).

SR = Nt / No x 100 % Keterangan :

SR = Survival Rate

Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian

No = Jumlah ikan yang hidup pada awal penelitian

Kualitas Air

Adapun parameter pendukung dalam penelitian ini meliputi pengukuran terhadap : Suhu, DO dan Derajat Keasaman (pH). Dimana kualitas air dihitung pada awal pemeliharaan dan akhir penelitian.

Analisa Data

Dari data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian (Steel and Torrie, 1981). Apabila uji analisis Fhitung < Ftabel pada taraf kepercayaan 95 % atau 99 % berarti tidak ada pengaruh perlakuan (Ho diterima dan Hi ditolak). Sebaliknya jika Fhitung > Ftabel pada taraf kepercayaan 95

% atau 99 % berarti perlakuan berpengaruh sangat nyata (Hi diterima dan Ho ditolak) kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Klinis

Pengamatan gejala klinis ikan terserang bakteri adalah setelah setelah ikan diinfeksi dengan bakteri Aeromonas hydrophila sampai hari ke 14. Kemampuan menimbulkan penyakit dari bakteri Aeromonas hydrophila cukup tinggi. Gejala yang menyertai serangan bakteri ini antara lain ulser yang berbentuk bulat/tidak teratur dan berwarna merah keabu-abuan, inflamasi dan erosi di dalam rongga dan di sekitar mulut seperti penyakit mulut merah (red mouth disease). Tanda lain adalah haemorhagi pada sirip dan eksopthalmia (pop eye) yaitu mata membengkak dan menonjol (Nitimulyo et al., 1993).

Dapat dilihat bahwa bakteri Aeromonas hydrophilla menyerang benih ikan Gurami selama penelitian (tabel 1). Adapun rata-rata infeksi tertinggi didapat pada perlakuan A (kontrol) yakni (20 ekor) benih ikan Gurami, ini disebabkan pada perlakuan A merupakan perlakuan yang tidak diberi vaksinasi oleh sebab itu seluruh

(6)

6 ikan terinfeksi bakteri. Diikuti oleh perlakuan B (vaksinasi HydroVac sebanyak 2 ml/kg bobot ikan) dengan nilai rata-rata benih yang terinfeksi yakni (5 ekor), selanjutnya diikuti oleh perlakuan C (vaksinasi HydroVac sebanyak 3 ml/kg bobot ikan) dengan nilai rata-rata benih yang terserang bakteri sebanyak (1,3 ekor),

sedangkan rata-rata terendah benih yang terserang bakteri Aeromonas hydrophila pada perlakuan D (vaksinasi HydroVac sebanyak 4 ml/kg bobot ikan) dengan nilai rata-rata benih yang terinfeksi sebanyak (0,6 ekor). Untuk lebih jelas jumlah benih yang terinfeksi dapat dilihat ditabel 1.

Tabel 1. Jumlah Benih Ikan Gurami yang terserang bakteri Aeromonas hydrophila dan Gejala Klinis yang ditimbulkan.

Perlakuan Ulangan Jumlah Ikan yang divaksinasi Jumlah Ikan yang terinfeksi Jumlah Rata

-rata Gejala Klinis

A

1 20 20

60 20

Borok, semua Sirip Geripis, Gerakan Lemah, Nafsu makan kurang

2 20 20

Borok, semua Sirip Geripis, Gerakan Lemah, Nafsu makan kurang

3 20 20

Borok, semua Sirip Geripis, Gerakan Lemah, Nafsu makan kurang

B

1 20 7

15 5

Sirip Geripis, Gerakan Lemah

2 20 3

Borok, Sirip Geripis, Gerakan Lemah, Nafsu makan kurang

3 20 5

Borok, semua Sirip Geripis, Gerakan Lemah, Nafsu makan kurang

C

1 20 2

4 1,3

Gerakan Lemah, Nafsu Makan Kurang

2 20 2 Sirip Geripis, Gerakan

Lemah 3 20 - - D 1 20 1 2 0,6

Gerakan Lemah, semua Sirip Geripis

2 20 -

-

3 20 1 Nafsu Makan Kurang,

(7)

7 Dari tabel 1 dapat dipastikan bahwa benih ikan Gurami terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila, akan tetapi pada perlakuan C dan D tidak terlalu parah, hal ini terbukti bahwasannya vaksinasi pada ikan bekerja karena menumbuhkan antibodi pada ikan dikarenakan vaksin HydroVac yang mengandung sel utuh (whole cell) bakteri Aeromonas hydrophila strain AH26, Phospate Buffered Saline (PBS) dan bahan preservative, untuk meningkatkan daya tahan ikan terhadap bakteri Aeromonas

hydrophila. Busra (2014), menyatakan

bahwa ikan lele dumbo yang ekor). Untuk lebih jelas jumlah benih yang terinfeksi dapat dilihat ditabel 1.

Menurut Muslim et al., (2009) dalam Busra (2014), menyatakan bahwa gejala klinis yang tampak pada ikan yang

terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila antara lain tingkah laku abnormal, nafsu makan menurun, pendarahan dibagian tubuh, mata menonjol, sirip geripis, sisik kemerahan, perut kembung dan apabila bagian perut dibelah akan terdapat cairan yang berwarna kuning.

Menurut Dana dan Angka (1990), bahwa Aeromonas hydrophila menyebabkan pendarahan pada tubuh, sisik terkuak, borok, nekrosis, busung, dan juga ikan lemas sering di permukaan atau dasar kolam.

Tingkat Kelangsungan Hidup

Hasil pengamatan tingkat kelangsungan hidup ikan Gurami selama 14 hari setelah diberi vaksin HydroVac yang dicampurkan pada pakan benih ikan Gurami dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rataan Persentase Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Gurami Selama Penelitian Perlakuan Rataan Tingkat Kelangsungan Hidup (%)

A 16.67 ± 5.77a

B 78.33 ± 5.77b

C 93.33 ± 2.88c

D 93.33 ± 2.88c

Keterangan : Superscrip dibelakang nilai yang berbeda menunjukkan perlakuan berbeda nyata (P<0.05), sedangkan Superscrip yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata (P>0.05).

Keterangan : Perlakuan A : Kontrol

Perlakuan B : Vaksin HydroVac sebanyak 2 ml/kg bobot ikan Perlakuan C : Vaksin HydroVac sebanyak 3 ml/kg bobot ikan Perlakuan D : Vaksin HydroVac sebanyak 4 ml/kg bobot ikan

(8)

8 Dari tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata persentase tingkat kelangsungan hidup ikan Gurami yang telah diberikan pakan yang dicampur vaksin HydroVac selama 14 hari setelah pemberian pakan vaksin dan terbentuknya antibody didapatkan tingkat kelangsungan hidup tertinggi pada dua perlakuan pemberian pakan yang dicampur dengan vaksin HydroVac yakni perlakuan D (Vaksin HydroVac 4 ml/kg bobot ikan) dan perlakuan C (Vaksin HydroVac 3 ml/kg bobot ikan) dengan nilai (93.33 ± 2.88) lalu perlakuan B (Vaksin HydroVac 2 ml/kg bobot ikan) dengan nilai (78.33 ± 5.77) sedangkan tingkat kelangsungan hidupnya terendah terdapat pada perlakuan A (kontrol) dengan nilai (16.67 ± 5.77). Diduga dengan vaksinasi dapat meningkat sistem kekebalan tubuh ikan terhadap bakteri Aeromonas hydrophila sehingga

dapat menekan tingkat

kematian.

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa ikan yang telah diberi pakan yang dicampur vaksin HydroVac dengan dosis berbeda pada perlakuan C dan D mampu bertahan dari serangan bakteri Aeromonas hydrophila selama penelitian, hal ini bertolak belakang pada perlakuan A (kontrol) yang mengalami tingkat mortalitas tinggi akibat serangan

Aeromonas hydrophila. Dari pengamatan terdapat perbedaan antara perlakuan A dengan B, C dan D, Lalu B dengan Cdan D, akan tetapi pada perlakuan C dan D tidak berbeda nyata. Vaksinasi anti Aeromonas

hydrophila dengan vaksin HydroVac

memberikan antibodi pada ikan sehingga dapat melawan bakteri Aeromonas hydrophila yang sering menyerang ikan Gurami. Pada tubuh ikan yang diberi vaksin bereaksi klon-klon limfosit ikan, limfosit ikan tersebut akan aktif dan menghasilkan antibodi. Antibodi inilah yang digunakan untuk melawan antigen-antigen dari bakteri Aeromonas hydrophila yang masuk kedalam tubuh ikan. Semakin banyak antibodi yang dimiliki oleh ikan maka semakin kebal ikan tersebut terhadap antigen.

Menurut Angka (2005), A. hydrophila menghasilkan produk yang bersifat toksin sehingga menyebabkan darah mengalami hemolisis, kemungkinan hemolisis ini yang menyebabkan kematian walaupun kelainan klinis yang terlihat dari luar karena peradangan. Bakteri

Aeromonas hydrophila menghasilkan

enzim dan toksin yang dikenal dengan produk ekstraseluler atau ECP (extra celluler product) yang mengandung sedikitnya aktivitas hemolisis dan protease yang

(9)

9 merupakan penyebab patogenisitas pada ikan (Angka, 2005).

Kualitas Air

Kualitas air yang diamati selama penelitian adalah suhu, oksigen terlarut dan

pH. Untuk mengetahui kisaran parameter kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Parameter Kualitas Air Selama Penelitian

No. Parameter Nilai Ambang Batas (SNI: 01-6485.1-3) Awal Akhir A B C D A B C D 1. Suhu (oC) 29 29 29 29 28 29 28 28 25-30 oC 2. DO (mg/L) 5,8 6,1 6 6,3 6 6,8 6,9 6,4 >5 mg/L 3. pH 6 6 6 6 7 7 7 7 6,5-8

Dari hasil pengamatan menunjukkan kualitas air yang masih layak untuk pemeliharaan ikan gurami (Ospronemus goramy Lac). Hal ini didukung oleh Boyd (1982), kondisi ideal kualitas air bagi kehidupan ikan, yaitu suhu air media pemeliharaan 28-30 oC, pH 6,5-9,0 kandungan oksigen terlarut 1-5 mg/l, serta konsentrasi amonium kurang dari 1 mg/l.

KESIMPULAN

1. Efektifitas vaksin dalam meningkatkan kekebalan pada ikan yang terbaik terdapat pada perlakuan C sehingga dapat mencegah berkembangnya bakteri Aeromonas hydrophilla, dan dapat dilihat dari gejala klinis ikan tersebut.

2. Pemberian vaksin HydroVac dapat meningkatkan kelangsungan hidup ikan Gurami, kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan C dan D dengan nilai 93.33 ± 2.8, sedangkan tingkat kelangsungan hidup terendah pada perlakuan A (kontrol) dengan nilai 16.67 ± 5.77.

3. Terdapat pengaruh penambahan vaksin HydroVac terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan Gurami (Osphronemus goramy Lac), dengan F hitung > F tabel, H0 ditolak H1 diterima.

Daftar Pustaka

Afrianto, E., dan Liviawaty, E. 1992. Pengendalian Hama & Penyakit Ikan. Cetakan Pertama. Penerbit Kanisisus : Yogyakarta.

(10)

10 Angka, S.L. 2005. Kajian penyakit motile

aromonad septicemia (MAS) pada ikan lele dumbo (Clarias sp): Patologi, pencegahan dan pengobatannya dengan fitofarmaka. [Disertasi] Bogor: Institut Pertanian Bogor

Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. International Centre for Aquaculture Experiment Station, Auburn University, Auburn.

Busra, R. 2014. Efektifitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepines) yang diidentifikasi dengan Bakteri Aeromonas Hydriphilla.

Dana, D. Dan S.L. Angka. 1990. Masalah penyakit parasit dan bakteri pada ikan

air tawar serta cara

penanggulangannya. Hal.: 10 – 23. Prosiding Seminar Nasional II Penyakit Ikan dan Udang. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor. 227 hal.

Holt, J.G., N.R Kneg, P.H.A Sneath J.S Haley and S.T William.1998. Bergey’s Manual of Determinant 40 Bacteriolgy. Ninth Edition. Wiliam and Wilkins A. Waterly Company, USA

Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in the Tropics. Taylor dan Francis. London and Philadelphia, 318 pp.

Kamiso, H.N.,Triyanto &Hartati. 11997.Uji antigenisitas dan efikasi Aeromonas hydrophila pada lele dumbo (Clarias gariepinus). Jurnai Perikanan UGM I (2):9-16.

Kordi, K dan H. Ghufran. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. PT Rineka Cipta dan PT Bina Adiaksara, Jakarta.

Kusumawardani, I.R. 2007. Daya Anti Bakteri Ekstrak Jahe Merah (Zingiher Officinale Rosc.) Dengan Konsentrasi Yang Berbeda Terhadap

Pertumbuhan Aeromonas

HydrophilaSecara In Vitro. Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universsitas Airlangga.

Mulia, D.S. & Arif, H. 2012. Efektivitas ekstrak daun sirih dalam 10 menanggulangi ikan patin yang terinfeksi bakteri Aeromonas

hydrophila. Laporan Penelitian.

FKIP. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto.

Nitimulyo, K.H., I.Y.B. Lelono, dan A. Sarono. 1993. Deskripsi Hama dan Penyakit Ikan Karantina Golongan Bakteri Buku 2. Pusat Karantina Pertanian. Jakarta

Purwaningsih, U dan Suwidah. 2007. Kerusakan Jaringan pada Ikan Kancra ( Torsp.) akibat Infeksi Artificial Bakteri Aeromonas hydrophila. Prosiding Seminar Nasional Perikanan UGM 2007, Yogyakarta.

Samsundari, S. 2006. Pengujian Ekstrak Temulawak dan Kunyit Terhadap Resistensi Bakteri Aeromonas hydrophila yang Menyerang Ikan Mas (Cyprinus carpio). Gamma Volume II Nomor 1. September 2006: 71 – 83.

(11)

11 Snieszko, S.F. 1973. The Effect of

Environmental Stress on Outbreak of Infection Disease of Fishes. J. Fish. Biology. (6); 197-208.

Standar Nasional Indonesia , SNI Nomor 01-6485.1-3. 2000 tentang Induk Ikan Gurami dan Gurami Benih Sebar.

Steel R.G.D, J.H Torrie, 1981. Principles

and Produser of Statistic A.

Biumetrical Approach, Internasional Student Edn. Grow Hill Kogakusha Limited Tokyo.

Sutjiati M., 2004. Penyakit Ikan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya, Malang.

Gambar

Tabel 2. Rataan Persentase Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Gurami Selama Penelitian  Perlakuan  Rataan Tingkat Kelangsungan Hidup (%)

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa pengaruh pelayanan pusat pengembangan bahasa terhadap kepuasan mahasiswa sangat berpengaruh/signitifikan, hal ini diketahui dari

Daun tunggal, berhadapan berseling ( folia disticha ), bangun bulat telur ( ovatus ), ujung runcing ( acutus ), pangkal tumpul ( obtusus ), tepi bergerigi (

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali (KPwBI) merupakan institusi yang bertugas menjalankan kebijakan dari Bank Indonesia Pusat di daerahnya. Salah satunya

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan akhlak pada siswa di sekolah SMP Samakkee Islam Wittaya sudah mendidik dengan baik, tetapi secara

Dari hasil tersebut algoritma optimal yang dapat digunakan untuk kompresi citra bitmap adalah AMBTC karena AMBTC memiliki rasio kompresi dan kualitas citra hasil kompresi

Penelitian ini bersifat kepustakaan karena bahan yang digunakan sebagai objek penelitian adalah drama ”Lancang Kuning Atawa Siti Zubaidah” yang terdapat dalam buku

pengendalian belalang kembara di Provinsi Lampung maka lokasi-lokasi yang telah diidentifikasi sebagai wilayah sangat rawan dan menjadi pusat sumber serangan perlu mendapat