• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut:"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Usaha Kecil Menengah

Menurut UU No. 20 tahun 2008, definisi dari Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah sebagai berikut:

a. Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1) Kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

b. Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1) Kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

(2)

Terdapat 4 (empat) ciri-ciri perusahaan kecil dan menengah di Indonesia menurut Mariana (2012), secara umum adalah:

a. Manajemen terdiri sendiri, dengan kata lain tidak ada pemisahan yang tegas antara pemilik dengan pengelola perusahaan. Pemilik adalah sekaligus pengelola dalam UKM.

b. Modal disediakan oleh seorang pemilik atau sekelompok kecil pemilik modal.

c. Daerah operasinya umumnya lokal, walaupun terdapat juga UKM yang memiliki orientasi luar negeri, berupa ekspor ke negara-negara mitra perdagangan.

d. Ukuran perusahaan, baik dari segi total aset, jumlah karyawan, dan sarana prasarana yang kecil.

Kriteria industri kecil dan menengah dalam data – data yang didapatkan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, didasarkan pada batasan industri kecil dan menengah menurut Badan Pusat Statistik.

Dapat disimpulkan bahwa batasan industri kecil, menurut Badan Pusat Statistik:

a. Jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang.

b. Kekayaan bersih termasuk tanah dan bangunan tempat usaha kurang atausama dengan 200 juta ( ≤ 200 juta).

Batasan industri menegah, menurut Badan Pusat Statistik: a. Jumlah tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang.

(3)

b. Kekayaan bersih termasuk tanah dan bangunan tempat usaha lebih dari 200 juta tapi tidak lebih dari atau sama dengan 10 milyar ( 200 juta <kekayaan ≤ 10 milyar ).

2. Pengertian Co – Creation (Penciptaan Nilai Bersama)

Dalam konsep new wave marketing, kata “product” sudah tergantikan dengan “co-creation”. Terdapat dua hal yang membedakan konsep produk tradisional dengan co-creation, pertama adalah value creation. Dalam konsep tradisional, value suatu produk dibuat oleh perusahaan sendiri untuk kemudian disampaikan kepada pelanggan dalam bentuk barang jadi yang siap dikonsumsi. Sedangkan dalam konsep co-creation, value diciptakan bersama-sama antara perusahaan dengan pelanggan. Kedua adalah tentang value basis. Dalam konsep tradisional, produk adalah basis value yang utama, artinya kepuasan pelanggan ditentukan dari berbagai fitur yang ada diproduk tersebut. Sedangkan dalam co-creation, basis value yang utama justru berasal dari proses interaksi antara perusahaan dengan pelanggan (Prihastuti & Dini, 2015).

Ketika pelanggan terlibat dalam kegiatan penciptaan suatu barang, kegiatan ini dapat menjadi bagian dari value creation. Pelanggan adalah co-creator atau pencipta nilai, karena pelanggan baru dapat merasakan manfaatnya jika mereka telah melakukan pembelian dan menggunakannya (Gronroos, 2011).

Value co-creation dapat terjadi jika adanya interaksi antara perusahaan dan pelanggan. Jika tidak ada interaksi langsung, tidak mungkin adanya value co-creation. Namun keberadaan interaksi tidak secara otomatis berarti bahwa

(4)

perusahaan tersebut bergerak dalam proses customer value co-creation (Gronroos, 2011).

Soehadi (2012) menyatakan bahwa tantangan yang dihadapi perusahaan dalam membangun value co-creation dalam bentuk komunitas adalah membangun fasilitas yang mampu mengorkestrasikan pelanggan agarmenghasilkan nilai yang superior.

Pandangan Vargo & Lusch (2008), tentang co-creation adalah pengetahuan dan keterampilan yang merupakan inti dari layanan.

Co-creation memberikan ruang pada pelanggan dan pengguna akhir terlibat aktif dalam disain, pengembangan produk dan layanan, sehingga produk yang dihasilkan merupakan perwujudan dari kepribadian personal, pengalaman konsumen dan perusahaan (Marlien, 2015).

Penciptaan nilai bersama (co-creation) didefinisikan sebagai manfaat yang dirasakan bersama baik bagi organisasi/ perusahaan maupun konsumen dari hasil keterlibatan dan interaksi mereka. Interaksi yang terjadi menghasilkan pengalaman co-creation dikembangkan untuk memprediksi bagaimana sebuah perusahaan berkomunikasi dengan konsumennya melalui interaksi sosial media online (Kristiadi et al. 2014).

Pelanggang akan semakin terlibat dan berpartisipasi lebih aktif jika ada proses transparansi antara pelanggan maupun diantara pelanggan merupakan hasil dari sebuah hubungan (connection) yang merupakan satu indikator co-creation. Semakin kuat keeratan suatu jaringan dan semakin sering pelanggan bisa berbagi akan semakin kuat hubungan yang terjadi. Aktifitas pencarian informasi yang

(5)

efektif diperlukan dalam memenuhi akses dan kesempatan partisipasi bagi pelanggan (Kristiadi et al. 2014).

Co-creation tidak hanya kunci pada bidang pemasaran layanan dan manajemen bisnis (Saarijärvi et al. 2013), tetapi juga istilah umum yang menggambarkan perubahan organisasi dalam mempertimbangkan sebagai pembuat definisi dari nilai untuk proses yang lebih partisipatif di mana orang-orang dan organisasi bersama-sama menghasilkan dan mengembangkan makna (Ind & Coates, 2013).

Dalam co-creation, dengan adanya nilai yang sama untuk diperjuangkan maka kesempatan untuk keduanya mencapai tujuan bersama-sama dan dapat saling mendukung. Perusahaan yang memiliki pesan yang sama dengan pelanggan untuk mencapai tujuan bersama akan lebih mudah dalam mengimplementasikan co-creation. Karena dengan terciptanya co-creation maka keduanya dapat mengkomunikasikan pesan yang disampaikan secara bersama, jadi hasil co-creation merupakan hasil dari kesamaan pesan yang dikomunikasikan untuk mencapai tujuan perusahaan dan pelanggan. (Akbar, 2013).

3. Orientasi Pasar

Gibran (2012) mendefinisikan orientasi pasar sebagai budaya organisasi yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan perilaku – perilaku yang dibutuhkan untuk menciptakan superior value bagi pembeli dan menghasilkan superior performance bagi perusahaan, apalagi dalam lingkungan yang bersaing ketat. Dalam lingkungan persaingan yang tinggi, hanya perusahaan yang memiliki ’nilai’ lebihlah yang akan bertahan.

(6)

Orientasi pasar merupakan suatu filosofi dalam strategi pemasaran yang menganggap bahwa penjualan produk tidak tergantung pada strategi penjualan tetapi lebih pada keputusan konsumen dalam membeli produk. Oleh karena itu, membutuhkan perhatian secara tepat pada orientasi pelangggan dan orientasi pesaing dalam rangka menyediakan kebutuhan dan keinginan konsumen dengan memberi nilai terbaik (Maria, 2013).

4. Pengertian Inovasi

Inovasi merupakan kemampuan untuk menerapkan kreatifitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang. Intinya inovasi adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru dan berbeda. Perusahaan dapat melakukan inovasi dalam bidang inovasi produk (barang, jasa, ide dan tempat), inovasi manajemen (proses kerja, proses produksi, keuangan pemasaran, dll) (Hadiyati, 2011). Seorang wirausahawan harus memiliki ide-ide baru yang dihasilkan dari suatu kreativitas. Kreativitas inilah yang akan membawa wirausahawan untuk berinovasi terhadap usahanya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi produk bisa berasal dari internal maupun eksternal. Faktor internal berarti organisasi dan segala sesuatu didalamnya, anata lain sumber daya manusia, budaya perusahaan, strategi perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhinya adalah pertumbuhan pasar, tingkat persaingan, dan faktor lingkungan (Sondari, 2013).

(7)

5. Pengertian Produk

Dalam bisnis, produk adalah barang dan jasa yang dapat diperjualbelikan. Dalam marketing, produk adalah apapun yang bisa ditawarkan ke sebuah pasar dan bisa memuaskan sebuah keinginan dan kebutuhan. Kata produk berasal dari bahasa inggris product yang berarti “sesuatu yang diproduksi oleh tenaga kerja atau sejenisnya”. Dalam penggunaan yang lebih luas,produk dapat merujuk pada sebuah barang atau unit sekelompok produk yang sama, sekelompok barang dan jasa atau sebuah pengelompokan industri untuk barang dan jasa. Menurut (Novia, 2014). Produk adalah bagian vital bagi keberhasilan perusahaan, khususnya dalam jangka panjang. Perusahaan yang gagal mengembangkan produk akan terancam dalam persaingan.

Kotler (2012) mendefinisikan bahwa produk adalah elemen pertama dan terpenting dalam bauran pemasaran. Strategi produk membutuhkan pengambilan keputusan yang berkoordinasi dalam bauran produk, lini produk, merek, serta pengemasan dan pelabelan.

Menurut Ahmad (2013) mendefinisikan keunggulan bersaing sebagai strategi benefit dari perusahaan yang melakukan kerja sama untuk menciptakan keunggulan bersaing yang lebih efektif dalam pasarnya.

Gibran (2012) mendefinisikan bahwa keunggulan bersaing berdasarkan adanya customer value yang unggul atau pencapaian biaya relatif yang lebih rendah dan menghasilkan pangsa dan kinerja yang menguntungkan.

(8)

6. Pengertian Inovasi Produk

Pada era perdagangan bebas dan persaingan global memaksa setiap perusahaan untuk siap menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat. “Persaingan yang semakin kompetitif serta konsumen yang semakin kritis dalam memilih produk, menuntut perusahaan untuk lebih inovatif dalam menghasilkan suatu produk”. Dengan kata lain perusahaan harus mampu menawarkan produk baru (barang atau jasa) yang jauh lebih baik dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh pesaing (Ginanjar, 2010).

Inovasi produk menjadi pertimbangan yang sangat penting bagi pelanggan dalam menentukan minat belinya, pelanggan akan melihat dan mencari informasi lebih detail mengenai produk pilihan mereka hal ini akan membuat inovasi pada suatu produk menjadi salah satu hal yang dikenali oleh pelanggan. Inovasi produk adalah saalah satu faktor yang paling diandalkan oleh seorang pemasar dalam memasarkan suatu produk atau jasa (Romdonah et al. 2014). Adanya kesamaan tampilan produk dari pesaing merupakan faktor pendorong terjadinya proses inovasi produk, biasanya produk pesaing itu muncul tanpa mengalami perubahan yang berarti bahkan cenderung statis. Keadaan tersebut dapat menjadi hal yang menguntungkan, karena persaingan yang timbul dengan munculnya produk pesaing dapat diatasi dengan melakukan inovasi produk. Inovasi merupakan sebuah ide, praktek atau obyek yang dipahami sebagia sesuatu yang baru oleh masing masing individu atau unit penggunaan lainya. Proses keputusan invoasi pada prinsipnya merupakan kegiatan pencarian dan pemrosesan informasi dimana

(9)

individu termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian tentang keuntungan dan kekurangan inovasi (Sumarwan, 2010).

Inovasi produk berhubungan erat dengan pencitaan produk baru dan menimbulkan stimulus bagi seseorang untuk mencoba produk tersebut. Sebagian besar, para innovator (perusahaan yang melakukan inovasi) adalah perusahaan yang konsumennya memiliki kepercayaan terhadap produk atau perusahaannya. Yang terpenting adalah menciptakan produk baru yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga muncullah minat beli terhadap produk tersebut, yang diharapkan dapat direalisasikan melalui keputusan pembelian (Bayu & Sri, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh menjelaskan bahwa inovasi produk merupakan suatu perubahan dengan upaya meningkatkan atau memperbaiki sumber daya yang ada, memodivikasi untuk menjadikannya sesuatu yang bernilai menciptakan hal-hal baru yang berbeda, mengubah suatu bahan menjadi sumber daya dan menggabungkan setiap sumber daya menjadi suatu konfigurasi baru yang lebih produktif baik langsung ataupun tidak langsung dalam upaya meraih keunggulan bersaing (Gibran, 2012).

Crisdianto & Ratih (2013) mengemukakan bahwa inovasi produk adalah aktivitas inovasi dan pengembangan produk yang dikaitkan dengan kinerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam peningkatan produktivitas dan persaingan global. Inovasi mencakup penciptaan, pemilihan dan pengembangan atau peningkatan produk, proses dan teknologi. Dengan menggunakan teknologi baru, penciptaan dan pengenalan (komersialisasi) atau

(10)

memasarkan produk baru tersebut dan mengadopsi proses produksi yang inovatif, perusahaan dapat memecahkan masalah persaingan secara efektif (Crisdianto & Ratih, 2013).

7. Pengertian Keunggulan Bersaing

Keunggulan bersaing pada dasarnya tumbuh dari nilai atau manfaat yang dapat diciptakan perusahaan bagi para pembelinya yang lebih dari biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menciptakannya. Lima faktor persaingan yang menentukan kemampuan laba perusahaan adalah pendatang baru, pemasok, pembeli, produk subtitusi dan persaingan diantara perusahaan yang ada (Khamimah & Sri, 2014).

Sedangkan menurut Heri (2012) keunggulan bersaing berkelanjutan diartikan sebagai strategi benefit dari perusahaan yang melakukan kerjasama untuk menciptakan keunggulan bersaing yang lebih efektif dalam pasarnya. Strategi ini harus didesain untuk mewujudkan keunggulan bersaing yang terus menerus sehingga perusahaan dapat mendominasi baik pasar lama maupun baru.

Berbeda dengan Winata et al. (2015) keunggulan kompetitif adalah istilah yang dapat diberikan untuk sumber kemampuan perusahaan untuk memenangkan bisnis dan mengalahkan pesaing pada waktu tepat. Pesaing secara cepat dapat menyalin setiap perubahan posisi pasar atau strategi. Oleh karena itu perusahaan harus fleksibel dalam rangka untuk merespon dengan cepat persaingan dan perubahan pasar.

Definisi keunggulan bersaing juga dapat dilakukan dengan melakukan diferensiasi, artinya perusahaan dituntut untuk memberikan tingkat inovasinya

(11)

untuk bisa membedakan dengan para pesain, dan kemudian konsumen mampu terpikat dan pilihannya atas keunikan dan inovasi yang dilakukan. Seringkali perusahaan akan berpikir bagaimana tingkat diferensiasi produknya harus dibayar mahal untuk itu. Strategi bersaing yang terakhir adalah fokus, yang dimaksud fokus adalah bagaimana perusahaan terpusat untuk melayani ceruk-ceruk pasar tertentu, memainkan bagian yang bisa dimainkan oleh perusaahaan, dan dengan menghindarkan benturan dari pesaingnya (Novia, 2014).

Melihat keadaan pesaing yang begitu kuatnya, hal yang mampu dilakukan oleh perusahaan salah satunya adalah inovasi. Perusahaan bisa menjadi lebih kuat bersaing saat mampu beradaptasi dengan kekuatan tersebut, dan sekaligus akan melemahkan posisinya sendiri saat tidak bisa bertahan dan menyikapi kemungkinan itu (Novia, 2014).

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan tinjauan pustaka yang diperoleh dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian saat ini dilakukan, penelitan yang sebelumnya sudah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Dibawah ini penulis uraiakan diantaranya :

1. Marliem (2015), dengan judul Efek Partisipasi Nasabah, Nilai-nilai Perusahaan dan Nilai Kolaborasi terhadap Nilai Co-creation dengan Moderasi Sales Person. Dengan hasil penelitian bahwa kontribusi penelitian ini terletak pada konteks nilai-nilai kolaborasi pada cipta nilai bersama (co-creations) yang masih jarang dilakukan oleh pengamnil

(12)

keputusan dalam menciptakan /disain produk asuransi yang melibatkan nasabah.

2. Fatah (2011), dengan judul Pengaruh Inovasi Produk dan Orientasi Pasar Terhadap Keunggulan Bersaing (Survey Pada UKM Batik Deden Tasikmalaya) dari penelitian tersebut secara simultan dan parsial menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara inovasi produk dan oroentasi pasar secara bersama-sama terhadap keunggulan bersaing.

3. Wachjuni (2013), dengan judul Pengaruh Orientasi Pasar, Inovasi Produk dan Kualitas Layanan terhadap Kinerja Pemasaran Dalam Upaya Mencapai Keunggulan Bersaing, berdasarkan hasil penelitian, orientasi pasar, inovasi produk, kualitas layanan dan kinerja pemasaran adalah variabel-variabel penting dalam menentukan keunggulan bersaing bagi perusahaan.

4. Dismawan (2013), dengan judul Pengaruh Kreativitas Produk dan Inovasi Produk Terhadap Keunggulan Bersaing Produk Kue Soes Pada Toko Kue Soes Merdeka di Jl. Merdeka No. 25 Bandung, hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh inovasi produk mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap keunggulan bersaing produk dibandingkan dengan kreatifitas produk terhadap keunggulan bersaing.

5. Wiwoho (2011), dengan judul Analisis Pengaruh Orientasi Pasar, Orientasi Pembelajaran terhadap Inovasi Produk dan Kinerja Pemasaran, menunjukan bahwa variabel inovasi produk perpengaruh positif terhadap

(13)

kinerja pemasaran. Variabel orientasi pasar, orientasi pembelajaran dan inovasi produk berpengaruh positif terhadap kinerja pemasaran. Variabel orientasi pasar berpengaruh positif terhadap inovasi produk. Variabel orientasi pasar, orientasi pembelajaran berpengaruh positif terhadap inovasi produk.

6. Marlien (2014), dengan judul penelitian Efek Partisipasi Pelanggan, Nilai-nilai Perusahaan dan Nilai-Nilai-nilai Kolaborasi Terhadap Nilai Co-creation dengan Dimoderasi Sales Person. Menyatakan bahwa penelitian cipta nilai bersama atau co-creation pada konteks perusahaan asuransi jiwa dengan variabel partisipasi pelanggan, nilai-nilai perusahaan dan nilai-nilai kolaborasi dengan sales person sebagai variabel moderator. Peran sales person sebagai moderator mengingat mereka mediator perusahaan dengan nasabah. Kekuatan sales person memengaruhi nasabah dalam pengambilan keputusan untuk membeli produk asuransi tergantung pada kapabilitas yang dimiliki. Kontribusi penelitian ini terletak pada konteks nilai-nilai kolaborasi pada cipta nilai bersama (co-creation) yang masih jarang dilakukan oleh pengambil keputusan dalam menciptakan/ disain produk asuransi yang melibatkan pelanggan.

7. Suendro (2010), dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Inovasi Produk Melalui Kinerja Pemasaran Untuk Mencapai Keunggulan Bersaing Berkelanjutan dengan hasil penelitian bahwa Orientasi pelanggan memiliki pengaruh positif terhadap inovasi produk. Orientasi pesaing memiliki pengaruh positif terhadap inovasi produk. Koordinasi lintas fungsi

(14)

memiliki pengaruh positif terhadap inovasi produk. Inovasi produk memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pemasaran. Kinerja pemasaran memiliki pengaruh positif terhadap keunggulan bersaing berkelanjutan. 8. Gibran (2012), dengan judul penelitian Pengaruh Orientasi Pasar dan

Inovasi Produk Terhadap Keunggulan Bersaing pada Factory Outlet the Summit Bandung. Menunjukkan bahwa orientasi pasar berpengaruh signifikan terhadap inovasi pada factory outlet The Summit. Secara simultan maupun parsial, bahwa terdapat pengaruh parsial dari variabel orientasi pasar dan inovasi produk terhadap keunggulan bersaing padaa factory outlet The Summit.

9. Ramaswany (2015), dengan judul penelitian Brand Value Co-creation in a Digitalizwd Word: An Intergartive and Research Implications. Kontribusi penelitian ini terletak pada brand value creation, joint agency, co creational enterprise, brand enggagment platforms, brand capability ecosystem.

10. Storbacka et al. (2015), dengan judul penelitian Actor engagement as amicrofoundation for valu co-creations. Kontribusi penelitian ini terletak pada Micro-foundation, Actor engagement, service ecosystems, co-creation of value.

C. Rerangka Pemikiran

Berdasarkan telaah pustaka yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka dibangunlah sebuah kerangka pikir yang akan diuji

(15)

hubungannya melalui penelituan ini. Adapun model yang dikontruksi sebagai rerangka pikir dalam penelitian ini disajikan pada gambar berikut ini:

H4

H1

H2 H3

H5

Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran

D. Hubungan Antara Variable dan Rerangka Pemikiran 1. Pengaruh Co-creation terhadap Inovasi Produk

Menurut Iedani (2014) faktor pendukung co-creation berupa kesamaan nilai dan pesan, adanya dialog, transparansi, akses, dan pengelolaan resiko. Proses co-creation harus berlanjut pada proses co-communication untuk mengkomunikasikan hasil co-creation kepada khalayak luas (pasar) sehingga tujuan dari co-creation dapat tercapai. Semua proses awal co-creation hingga keberlangsungannya tersaji dalam model co-creation.

Dimensi Co-creation menurut Muhamy (2014) memiliki indokator sebagai berikut:

a. Inovasi: Adanya keterlibatan pelanggan batik Cirebon terhadap desain, pengembangan produk dan layanan, menjadikan produk yang CO-CREATION (X1) ORIENTASI PASAR (X2) INOVASI PRODUK (Y) KEUNGGULAN BERSAING (Z)

(16)

dihasilkan ialah menciptakan inovasi terhadap produk yang merupakan perwujudan dari keinginan pelanggan terhadap produk.

b. Komunikasi Pemasaran: Dengan berbagai media yang berkembang saat ini UKM Batik Cirebon melakukan promosi kepada para pelanggan.

c. Transparasi: Transparasi UKM Batik Cirebon terhadap konsumennya dapat dilihat dari keterbukaan pembuatan batik sebagai salah satu ajang promosi dan keterbukaan UKM Batik Cirebon terhadap keinginan dan kebutuhan pelanggan.

Menurut Gronroos (2011), pelanggan adalah co-creator atau pencipta nilai, karena pelanggan baru dapat merasakan manfaatnya jika mereka telah melakukan pembelian dan menggunakannya. Pemasok adalah fasilitator nilai karena sumber/fasilitas masukan ke proses diproduksi oleh pemasok/perusahaan.

Sedangkan menurut Elia, (2016) Co-creation akan membuat UKM mampu menghasilkan produk-produk inovatif dan baru di pasar serta mampu berpikir inovasi. Kemampuan untuk berpikir inovasi akan membuat wirausaha mampu membuat ide-ide kreatif dan inovatif. Wirausaha harus mampu membuat ide kreatif menjadi produk kreatif.

2. Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Inovasi Produk

Seperti yang dikutip Alam (2013) menyatakan bahwa orientasi pasar sebagai konstruk tunggal yang terdiri dari tiga dimensi yaitu:

a. orientasi pada pelanggan b. orientasi pada pesaing dan

(17)

c. koordinasi antar fungsi.

Dalam membuat inovasi produk, suatu perusahaan harus memperhatikan orientasi pasar, sebab pengetahuan tentang orientasi pasar merupakan kunci sukses inovasi produk yang akan dihasilkan. Orientasi pasar sebagai pencipta kecerdasan pasar (Market Intellingent) dilihat organisasi yang memahami kebutuhan konsumen pada saat ini dan masa yang akan datang, penyebaran kecerdasan di antara departemen dan daya tanggap organisasi secara menyeluruh (Gunarso, 2011).

3. Pengaruh Inovasi Produk terhadap Keunggulan Bersaing

Menurut Gibran (2012) menjelaskan bahwa inovasi produk merupakan suatu perubahan yang terkait dengan upaya meningkatkan atau memperbaiki sumber daya yang ada, memodivikasi untuk menjadikannya sesuatu yang bernilai menciptakan hal-hal baru yang berbeda, mengubah suatu bahan menjadi sumber daya dan menggabungkan setiap sumber daya menjadi suatu konfigurasi baru yang lebih produktif baik langsung ataupun tidak langsung dalam upaya meraih keunggulan bersaing.

4. Pengaruh Co-creation terhadap Keunggulan Bersaing

Co-creation adalah bentuk strategi pemasaran atau strategi bisnis yang menekankan penciptaan terus menerus/ berkelanjutan antara nilai-nilai perusahaan dan customer. Co-creation menempatkan customer sebagai pihak yang aktif berbagi untuk menciptakan nilai atau produk (Prahalad et al. 2014).

5. Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Keunggulan Bersaing

Alam (2013) menyatakan bahwa, orientasi pasar merupakan kemampuan perusahaan untuk mengetahui dan merespon konsumen. mendefinisikan orientasi

(18)

pasar sebagai penetapan sasaran konsumen strategis dan membangun organisasi yang berfokus pada layanan konsumen, memberikan dasar persaingan yang berfokus ke dalam, memberi layanan yang sesuai dengan harapan para konsumen, sehingga berhasil memenangkan suatu persaingan.

Menurut Gibran (2012) menyatakan bahwa keunggulan bersaing adalah kemampuan suatu badan usaha (perusahaan) untuk memberikan nilai lebih terhadap produknya dibandingkan para pesaingnya dan nilai tersebut memang mendatangkan manfaat bagi pelanggan.

E. Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti, yang kebenarannya perlu diuji secara empiris. Jawaban tersebut adalah dasar dari penelitian yang dilakukan oleh penulis yang kemungkinan menjadi suatu kebenaran. Pengujian hipotesis digunkan untuk pembuktian signifikansi kausal (pengaruh).

Atas dasar pertimbangan dirumusan masalah, maka hipotesis yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

H1 : Co-creation berpengaruh positif terhadap inovasi produk.

H2 : Orientasi pasar berpengaruh positif terhadap inovasi produk.

H3 : Inovasi produk berpengaruh positif terhadap keunggulan bersaing.

H4 : Co-creation berpengaruh positif terhadap keunggulan bersaing.

Gambar

Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Bila dalam suatu perkara pidana, seorang tersangka atau terdakwa diragukan kondisi kesehatan jiwanya saat ia melakukan perbuatan pidana, maka yang berwenang dalam

Catatan: PCN yang dilaporkan akan mengindikasikan bahwa suatu pesawat udara dengan nomor klasifikasi pesawat udara [aircraft classification number (ACN)] sama dengan atau

Perat Peraturan Pe uran Pemerin merintah N tah Nomor 2 omor 23 T 3 Tahun 2 ahun 2010 te 010 tentang ntang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Pelaksanaan Kegiatan

Nilai akurasi terbesar yang dihasilkan oleh sistem yaitu sebesar 100% yang dilakukan pada pengujian perbandingan jumlah data latih dan data uji. Sedangkan nilai

Alhamdulillah dengan petunjuk dan hidayah-Nya, penulis telah selesai menyusun skripsi yang sangat sederhana ini untuk memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar

Akibatnya seorang yang terdidik dalam pendidikan jasmani, maka ia telah mempelajari berbagai macam keterampilan yang diperlukan dalam melakukan berbagai aktivitas

Malam pukul 20.00 WIB, 22 Januari 2007, sebanyak 10 orang TNI AURI mendatangi rumah keluarga Bapak Rismanto ayah dari Tulus (anggota FMN) dengan membawa Cece (mencengkeram leher)

Metode pengamatan tidak langsung ini dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya : studi pustaka sebagai media pengumpulan data, hingga studi mengenai