• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output ( Heizer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output ( Heizer"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

0 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen operasi adalah serangkaian kegiatan yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output ( Heizer dan Render, 2005 ). Manajemen operasi digunakan untuk menerapkan keputusan – keputusan, pengaturan dan pengkoordinasian penggunaan sumber daya produksi perusahaan. Fungsi manajemen operasi adalah untuk menentukan kebijakan dan keputusan manajerial yang berkaitan dengan sistem produksi di dalam perusahaan. Selain itu,Implementasi manajemen operasi yang baik akan membatu perusahaan dalam memproses input yang masuk ke perusahaan menjadi output yang diharapkan perusahaan.

Heizer dan Render ( 2005 ) menyebutkan terdapat 10 keputusan manajemen operasi. Kesepuluh keputusan tersebut dijabarkan sebagai berikut: Perancangan barang dan jasa, Mutu atau kualitas produk, Perancangan proses, perencanaan kapasitas, pemilihan lokasi, Perancangan tata letak dan rancangan kerja, faktor Sumber Daya Manusia, manajemen rantai pasokan, Persediaan, Penjadwalan, dan Pemeliharaan. Sepuluh keputusan manajemen operasi tersebut sangat penting untuk organisasi bisnis dalam menerapkan sistem manajemen operasional perusahaan dengan baik. Sepuluh keputusan tersebut di dalam manajemen operasi disebut juga pilar dasar untuk menciptakan sistem operasional yang baik bagi perusahaan.

Pengertian kualitas menurut standar ISO-8402 adalah totalitas dari fasilitas dan karakteristik suatu produk atau jasa yang mampu memuaskan

(2)

1

kebutuhan, baik tersurat atau tersirat ( Loh, 2001 ). Sebuah produk dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik dan mampu menunjukkan kualitasnya apabila produk tersebut mampu memuaskan konsumennya. Keunggulan kompetitif sebuah organisasi atau perusahaan terbangun melalui kualitas produk yang dimiliki ( Vecchi dan Brennan, 2009 ). Pengelolaan kualitas saat ini tidak hanya dengan pemahaman terhadap pelanggan saja, tetapi kualitas yang baik juga meliputi pengelolaan teamwork, produktivitas, dan saling pengertian dalam suatu organisasi ( Ishikawa, 1993 ).

Definisi kualitas saat ini tidak hanya berkaitan dengan kualitas produk yang dihasilkan, tetapi juga adanya budaya kualitas atau orientasi manajemen kualitas di setiap lini kerja dalam perusahaan ( Wu dan Zhang, 2013 ). Orientasi manajemen kualitas merupakan peningkatan kualitas produk secara berkelanjutan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Terbangunnya budaya atau sikap kerja yang berorientasi pada kualitas akan memudahkan proses peningkatan kualitas dengan baik. Adapun proses peningkatan kualitas dalam sebuah perusahaan dimulai dari tahap persiapan, proses, dan juga output dalam sebuah sistem produksi. Orientasi manajemen kualitas dapat digunakan untuk membangun budaya atau filosofi kerja yang berdasar pada kualitas di dalam organisasi bisnis ( Kanji, 1996 ).

Orientasi manajemen kualitas juga disebut sebagai quality culture ( Budaya Kualitas ) yang dibangun di dalam perusahaan( Hastings, 2010 ). Budaya kualitas yang terbangun diharapkan mampu meningkatkan nilai di dalam perusahaan. Budaya kualitas tidak hanya memahami kualitas dari sisi produsen tetapi juga mencoba memahami kualitas produk melalui perspektif konsumen.

(3)

2

Pemahaman kualitas dari perspektif konsumen dapat dilakukan melalui pemenuhan harapan – harapan dari konsumen dengan menyesuaikan kapasitas dan spesifikasi produksi produk yang dihasilkan.

Maletic dan Gomiscek ( 2014 ), menyebutkan dimensi orientasi manajemen kualitas terdiri atas orientasi konsumen, tanggung jawab kualitas, prevention, dan orientasi pada proses. Kaplan dan Norton, ( 1997 ) menjelaskan budaya kualitas dapat dibangun melalui pemahaman kepada konsumen. Sementara Dean dan Bowen ( 1994 ) menjelaskan bahwa upaya pemenuhan kebutuhan konsumen merupakan bagian dari orientasi manajemen kualitas.

Pemahaman terhadap pelanggan dapat dilakukan melalui bebrapa cara. Feng, et al ( 2011 ) menyebutkan 3 cara yang dapat dlakukan oleh perusahaan dalam memahami konsumennya. Pertama adalah dengan memahami keinginan konsumen dengan cara mencari informasi tentang harapan konsumen terhadap produk yang akan diproduksi. Informasi dapat diperoleh melalui riset pasar, interview dengan konsumen, dan informasi dari mitra bisnis yang dimiliki perusahaan. Kedua adalah memahami prioritas harapan konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Penentuan prioritas digunakan untuk mengatasi keterbatas kemampuan dan spesifikasi produksi yang dimiliki perusahaan tanpa mengurangi harapan dari konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Dan ketiga adalah dengan merespon keinginan konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Respon yang dilakukan merupakan tindakan perusahaan dalam menentukan kebijakan produksi yang diambil oleh perusahaan untuk memenuhi keinginan konsumen.

(4)

3

Dow, et al ( 1999 ) menyebutkan bahwa tanggung kualitas merupakan bagian dari pengukuran orientasi maanjemen kualitas sebuah perusahaan. Budaya kualitas adalah bentuk tanggung jawab yang dimiliki seluruh individu untuk menggembangkan kualitas dan juga nilai yang dimiliki sebuah perusahaan. Secara luas, dapat diartikan bahwa tanggung jawab kualitas merupakan satu aspek penting dalam membangun orientasi manajemen kualitas.

Penerapan tanggung jawab kualitas dapat dilakukan melalui beberapa cara. Wu, et al ( 2013 ) menyebutkan ada 3 cara yang dapat dlakukan oleh perusahaan dalam membangun tanggung jawab kualitas. Pertama adalah dengan membangun sikap pegawai dalam memahami dan mengedepankan kualitas produk yang dihasilkan. Kedua adalah menerapkan visi perusahaan yang mengedepankan kualitas di setiap tindakan yang dilakukan perusahaan. Dan yang ketiga adalah melakukan edukasi kepada pegawai untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Edukasi kepada pegawai dapat dilakukan melalui pelatihan atau pendampingan kepada pegawai.

Sistem manajemen kualitas yang baik merupakan metode yang tepat untuk mencegah kerusakan di setiap proses produksi ( Hackman dan Wageeman, 1995 ). Penerapan upaya pencegahan kerusakan merupakan tindakan perusahaan dalam mencapai kualitas terbaik. Untuk itu upaya pencegahan kerusakan merupakan aspek penting dalam membangun orientasi manajemen kualitas di dalam perusahaan.

Upaya pencegahan kerusakan dapat dilakukan melalui bebrapa cara. Hackman dan Wageeman, ( 2011 ) menyebutkan 3 cara yang dapat dlakukan oleh perusahaan dalam upaya pencegahan kerusakan selama proses produksi.

(5)

4

Pertama adalah dengan melakukan pengendalian selama proses produksi. Pengendalian dilakukan dengan melakukan inspeksi di setiap proses produksi. Kedua adalah dengan membangun kesadaran pentingnya pencegahan kerusakan. Kerusakan atau produk cacat yang dihasilkan perusahaan adalah biaya yang terbuang dan menyebabkan pengurangan kinerja perusahaan. Ketiga adalah memahami alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan selama proses produksi berlangsung.

Pengendalian pada proses produksi merupakan komitmen perusahaan dalam melakukan kontrol kinerja produksi. Selain itu, pengendalian pada proses merupakan cara tepat untuk mencari alternatif metode terbaik di dalam proses produksi ( Dean dan Bowen, 1994 ). Perusahaan dapat meningkatkan performa produksinya dengan berfokus pada peningkatan efisiensi pada proses produksi dan melakukan perbaikan berkelanjutan ( Wu, et al, 2011 ). Maka pengendalian pada proses merupakan aspek penting dalam membangun orientasi manajemen kualitas di dalam perusahaan

Pengendalian pada proses dapat dilakukan melalui beberapa cara. Nair, ( 2006 ) menyebutkan 3 cara yang dapat dlakukan oleh perusahaan dalam pengendalian pada proses. Pertama adalah dengan memahami setiap masalah yang muncul selama proses produksi. Kedua adalah dengan mengutamakan perbaikan proses. Mengutamakan perbaikan proses dilakukan untuk mengurangi produk cacat di akhir proses produksi. Ketiga adalah dengan memahami kualitas proses produksi. Pemahaman proses produksi dilakukan melalui perbaikan proses secara berkelanjutan.

(6)

5

Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang yang bertujuan untuk menjaga peralatan selalu memiliki kondisi yang sama dengan keadaan awalnya. Maintenance atau pemeliharaan juga dilakukan untuk menjaga agar peralatan tetap berada dalam kondisi yang dapat diterima oleh penggunannya ( Higgis dan Mobley, 2002 ). Keadaan mesin yang siap digunakan terbentuk melalui penerapan pemeliharaan yang baik di dalam perusahaan. Pemeliharaan yang baik dapat memberikan dampak pada kualitas produk yang dihasilkan sesuai rencana dan sesuai dengan kualitas yang diinginkan ( Stephen, 2004 ). Komitmen pemeliharaan mesin yang baik dapat dilihat dari kesiapan mesin untuk digunakan, tingkat breakdown atau kerusakan mesin dan juga kemampuan perusahaan dalam mengatasi kerusakan mesin, serta tingkat ketangguhan mesin untuk tahan terhadap kerusakan ( Maletic dan Gomiscek, 2014 )

Orientasi manajemen kualitas dan komitmen pemeliharaan mesin dibutuhkan di semua sektor industri termasuk industri percetakan, khususnya di Kota Surakarta. Jumlah industri percetakan di Kota Surakarta pada tahun 2010 berjumlah 53 unit usaha percetakan ( BPS Jawa Tengah, 2010 ). Jumlah ini mengindikasikan tingkat persaingan yang cukup tinggi. Persaingan yang tinggi mendorong perusahaan untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Upaya menjaga kualitas produk dapat dilakukan melalui penerapan orientasi manajemen kualitas dan menjaga performa mesin yang digunakan dalam proses produksi dengan meningkatkan komitmen pemeliharaan yang dilakukan oleh perusahaan.

(7)

6

Industri percetakan memiliki karakteristik adanya pengelolaan sumber daya produksi, baik sumber daya berupa manusia maupun sumber daya lain berupa mesin dan peralatan. Keberadaan sumber daya tersebut diharapkan mampu menunjang kinerja perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Namun keberadaan sumber daya seperti mesin dan peralatan perlu perhatian dalam pengelolaan dan pemeliharaannya. Komitmen pemeliharaan mesin yang baik, akan memberikan dampak positif terhadap kualitas produk yang dihasilkan dalam proses produksi. Parida dan Kumar ( 2006 ) menjelaskan bahwa pemeliharaan yang baik mampu meningkatkan performa dan profitabilitas di dalam proses bisnis.

Kualitas yang baik berorientasi pada beberapa hal antara lain orientasi pada konsumen, tanggung jawab pada kualitas output, pencegahan, dan juga pengendalian pada proses ( Wu dan Zhang, 2011 ). Dengan mempertimbangkan orientasi manajemen kualitas akan mendorong perusahaan percetakan terus melakukan perbaikan komitmen pemeliharaan mesin. Kualitas produk yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh performa mesin maupun peralatan serta sumber daya yang dimiliki sebuah perusahaan. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi orientasi manajemen kualitas adalah komitmen pemeliharaan mesin dalam sebuah perusahaan.

Pertumbuhan industri percetakan di Kota Surakarta mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Penelitian yang dilakukan harian Suara Pembaharuan ( 2012 ) menyebutkan pertumbuhan percetakan meningkat sebesar 12% setiap tahunnya. Pertumbuhan tersebut mengindikasikan persaingan bisnis yang semakin ketat. Sebuah percetakan perlu melakukan efektifitas dalam proses

(8)

7

bisnisnya untuk dapat bersaing. Efektifitas diterapkan melalui pencapaian orientasi manajemen kualitas terbaik. Orientasi manajemen kualitas yang baik akan membentuk pemeliharan sumber daya operasional perusahaan yang baik juga.

Penelitian ini mengembangkan model penelitian yang dikemukanan terlebih dahulu oleh ( Maletic, dan Gomiscek, 2014 ). Penelitian sebelumnya menjelaskan dimensi orientasi manajemen kualitas berpengaruh terhadap performa pemeliharaan pada industri manufaktur. Melalui pengembangan model yang dilakukan, penelitian ini mencoba membangun model orientasi manajemen kualitas yang didalamnya terdiri atas variabel pemahaman terhadap konsumen, tanggung jawab kualitas, upaya pencegahan kerusakan, dan pengendalian pada proses. Kemudian variabel - variabel tersebut membentuk model yang berpengaruh terhadap komitmen pemeliharaan mesin pada industri percetakan di Kota Surakarta

Melihat kondisi perkembangan industri percetakan di Kota Surakarta dan dan didukung pembahasan diatas, penelitian ini kemudian mengambil judul Orientasi Manajemen Kualitas: Upaya Meningkatkan Komitmen Pemeliharaan Mesin

(9)

8 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran orientasi manajemen kualitas pada industri percetakan di Kota Surakarta?

2. Bagaimana gambaran komitmen pemeliharaan mesin pada industri percetakan di Kota Surakarta?

3. Bagaimana pengaruh orientasi manajemen kualitas pada komitmen pemeliharaan mesin?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis:

1. Memberi gambaran kondisi orientasi manajemen kualitas pada industri percetakan di Kota Surakarta.

2. Memberi gambaran kondisi komitmen pemeliharaan mesin pada industri percetakan di Kota Surakarta.

3. Menemukan bukti empiris pengaruh orientasi manajemen kualitas pada komitmen pemeliharaan mesin?

(10)

9 1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang, rumusan masalah dan tujuan yang telah diuraikan di atas, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Kualitas

Manajemen Kualitas dari segi linguistik berasal dari bahasa latin qualis yang berarti “sebagaimana kenyataannya”. Definisi kualitas secara internasional menurut ISO 9000 adalah tingkatan yang menunjukkan serangkaian karakteristik suatu produk yang melekat dan memenuhi ukuran tertentu ( Dale, 2003 ). Render dan Heizer ( 1997 ), menjelaskan kualitas adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tampak jelas maupun tersembunyi. Pendapat lain mengenai pengertian konsep kualitas dikemukakan Triguno ( 1997 ) yang menyatakan bahwa kualitas adalah standar yang harus dicapai oleh seseorang atau organisasi berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia, kualitas cara kerja, proses dah hasil yang dilayani, baik internal maupun eksternal. Selain itu konsep kualitas adalah pemenuhan atas tuntutan atau persyaratan pelanggan serta masyarakat.

Kualitas merupakan kondisi yang dinamis dan memiliki standar atau ketentuan yang berubah – ubah sesuai dengan konteks dan kondisi yang diinginkan. Konsep kualitas memiliki dimensi yang bermacam – macam. Delapan dimensi kualitas yang dikemukakan Kotler ( 2000 ) adalah sebagai berikut : kinerja ( performance ), ciri-ciri atau keistimewaan tambahan ( feature ),

(11)

10

kehandalan ( reliability ), kesesuaian dengan spesifikasi ( conformance to specifications ), daya tahan ( durability ), kemampuan melayani ( serviceability ), estetika ( estethic ), dan ketepatan kualitas yang dipersepsikan ( perceived quality ).

Gasperzs ( 1999 ) menjelaskan lima karakteristik dasar dari sistem kualitas modern, sebagai berikut:

1. Berorientasi pada pelanggan. Sebuah produk didesain sesuai dengan keinginan pelanggan melalui suatu riset pasar. Produk diproduksi dengan proses yang baik dan benar sehingga barang yang dihasilkan memenuhi spesifikasi desain (memiliki konformasi yang tinggi). Produk yang dihasilkan diharapkan memberikan pelayanan purna jual terbaik kepada pelanggan.

2. Partisipasi aktif yang dipimpim oleh manajemen puncak ( top management ) dalam proses peningkatan kualitas secara terus menerus.

3. Pemahaman dari setiap individu dalam organisasi terhadap tanggung jawab kualitas produk yang dihasilkan.

4. Aktivitas yang tidak hanya berorientasi pada tindakan pencegahan kerusakan, tapi juga berfokus pada upaya untuk mendeteksi kerusakan .

5. Memiliki filosofi yang menganggap kualitas merupakan budaya kerja yang dipegang teguh oleh sebuah organisasi.

Keberhasilan ataupun kegagalan dari implementasi Total Quality Management ( TQM ) sebagian besar dipengaruhi oleh faktor budaya atau

(12)

11

orientasi yang dibentuk dalam perusahaan ( Kekale, 1999 ; Kujala, 2004 ). Total Quality Management adalah program perubahan organisasi yang memerlukan transformasi budaya organisasi, budaya proses, dan keyakinan dari setiap lini kerja yang ada di dalam perusahaan ( Parncharoen, 2005 ). Implementasi TQM memiliki keterikatan dengan orientasi manajemen kualitas. Tjiptono dan Anastasia ( 2003), menyebutkan bahwa implementasi TQM dapat merubah orientasi budaya suatu organisasi menuju budaya kualitas yang dapat meningkatkan kompetensi organisasi. Orientasi manajemen kualitas dapat dipertimbangkan sebagai salah satu hal penting dalam proses produksi. Orientasi manajemen kualitas juga termasuk dalam indikator keberhasilan implementasi TQM.

2.2 Orientasi Manajemen Kualitas

Orientasi manajemen kualitas adalah serangkaian budaya kualitas yang diterapkan oleh sebuah organisasi ( Maletic dan Gomiscek, 2014 ). Orientasi manajemen kualitas menjelaskan proses produksi yang dilakukan perusahaan dengan mengedepankan konsep kualitas sebagai dasar dalam pelaksanaan setiap kegiatan di perusahaan. Orientasi manajemen kualitas dapat diartikan sebagai sebuah sistem nilai yang terbangun di dalam organisasi. Tujuan penerapan orientasi manajemen kualitas untuk menciptakan lingkungan organisasi dan lingkungan kerja yang kondusif dalam melaksanakan perbaikan kualitas secara berkelanjutan ( Taufiqurrahman, 2009 ).

Merubah perilaku dan sikap mental individu di dalam organisasi merupakan salah satu tugas manajemen yang paling sulit. Perusahaan memerlukan kekuatan besar dan keterampilan persuatif serta memotivasi dalam

(13)

12

upaya peningkatan nilai yang berlaku di dalam organisasi. Kesungguhan perusahaan mengutamakan kualitas diperlukan dalam memfasilitasi dan mengelola perubahan budaya menuju ke arah orientasi manajemen kualitas ( Dale, 2003 ). Budaya kualitas adalah sistem nilai organisasi yang menghasilkan lingkungan yang kondusif bagi pembentukan dan perbaikan kualitas secara terus - menerus ( Goetsch dan Davis, 1994 ).

Budaya kualitas terdiri dari filosofi, keyakinan, sikap, norma, tradisi, prosedur, dan harapan untuk meningkatkan kualitas. Sedangkan menurut Hardjosoedarmo ( 2004 ), pengertian budaya kualitas adalah pola nilai-nilai, keyakinan dan harapan yang tertanam dan berkembang di antara anggota organisasi. Budaya kualitas merupakan kesadaran melakukan pekerjaannya dan menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas. Karakteristik budaya kualitas menurut Tjiptono dan Diana ( 2001 ), adalah : 1) berperilaku sesuai dengan visi perusahaan, 2) memahami keinginan terhadap produk yang dihasilkan, 3) karyawan dilibatkan dan diberdayakan, 4) melaksanakan system kerja teamwork, 5) melibatkan manajer level eksekutif, 6) menyediakan sumber daya yang memadai untuk peningkatan kualitas, 7) mengadakan pendidikan dan pelatihan unuk meningkatkan kompetensi karyawan dalam hal perbaikan kualitas, dan 8) sistem penghargaan dan promosi dilaksanakan sesuai dengan kinerja dan dilakukan secara obyektif.

Perusahaan atau organisasi yang menerapkan orientasi manajemen kualitas memiliki lima karakteristik ( Wirjana, 2007 ). Kelima karakteristik dapat dijelaskan sebagai berikut:

(14)

13

a. Perusahaan menerapkan manajemen kualitas sebagai salah satu dari sepuluh keputusan manajemen operasi menjadi pedoman utama dalam melaksanakan kegiatan produksi. b. Perusahaan memiliki tujuan bisnis yang jelas dengan

menerapkan pendekatan manajemen. Pendekatan manajemen yang dilakukan adalah: pengelolaan Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan.

c. Perusahaan memiliki pemahaman terhadap konsumen yang baik. Perusahaan dapat melakukan analisis dan merespon keinginan konsumen dengan mengetahui informasi keinginan konsumen.

d. Perusahaan memiliki pemahaman terhadap proses dan mengetahui serta menganalisa masalah yang muncul selama proses produksi.

e. Perusahaan melaksanakan perbaikan berkelanjutan selama proses produksi berjalan.

Wirjana ( 2007 ) menjelaskan dalam teori manajemen sumber daya manusia , karyawan yang sudah memahami keseluruhan nilai-nilai organisasi akan menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai suatu kepribadian organisasi. Nilai dan keyakinan tersebut menjadi perilaku keseharian pegawai dalam bekerja, sehingga akan menjadi kinerja individual. Manajemen SDM yang tepat, sistem dan teknologi, strategi perusahaan dan logistik, kinerja individu-individu yang baik akan menjadikan kinerja organisasi yang baik.

(15)

14

Budaya organisasi menjadi instrumen keunggulan kompetitif yang utama bagi perusahaan dan mendukung strategi organisasi. Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif akan mampu bersaing ketat dengan kompetitornya. Implementasi TQM ( Total Quality Management ) dan budaya organisasi dapat mengatasi tantangan lingkungan dengan cepat dan tepat. Penerapan TQM kedalam budaya organisasi akan mempengaruhi peningkatan kinerja organisasi. Kinerja organisasi yang meningkat akan menunjukkan keunggulan kompetitif bagi sebuah perusahaan.

Wu dan Zhang ( 2013 ) menjelaskan dimensi orientasi manajmeen kualitas dibagi menjadi 4. Keempat dimensi orientasi manajemen kualitas terdiri atas pemahaman terhadap konsumen, tanggung jawab kualitas, upaya pencegahan kerusakan, dan pengendalian pada proses. Orientasi manajemen kualitas merupakan budaya kualitas yang dibangun oleh perusahaan. Penerapan keempat orientasi manajemen kualitas menunjukkan perusahaan memiliki budaya kualitas yang baik dalam proses bisnisnya.

2.2.1 Pemahaman Terhadap konsumen

Pemahaman keinginan konsumen merupakan salah satu hal yang menjadi prioritas utama saat menghasilkan sebuah produk bisnis. Pada hakikatnya, usaha bisnis yang dilakukan merupakan upaya pemenuhan terhadap kebutuhan konsumen. Penting bagi perusahaan menjadikan konsumen sebagai orientasi utama yang harus dipertimbangkan dalam menentukan strategi bisnis. Kualitas yang baik tidak hanya sekadar kualitas produk yang unggul, namun juga bagaimana konsumen dapat

(16)

15

menerima produk yang dihasilkan dan merasa puas atas pelayanan yang didapat dari produk yang dihasilkan.

Pemahaman terhadap konsumen adalah kemampuan perusahaan dalam memahami perspektif konsumen sebagai hal yang sangat penting dalam menentukan kualitas produk yang dihasilkan ( Maletic dan Gomiscek, 2013 ) dan juga kemampuan perusahaan untuk memberikan citra yang baik kepada konsumen ( Kaplan dan Norton, 1996 ). Citra yang dimaksud adalah adanya kepedulian dan pemahaman perusahaan untuk mengikuti dan merespon keinginan serta harapan konsumen. Tujuan utama perusahaan dalam menyajikan produk yang dihasilkan sangat penting diterapkan dalam manajemen kualitas perusahaan. Dalam ISO 9001 ( 2000 ) konsumen menjadi salah satu dari delapan fokus yang harus diperhatikan dalam prinsip manajemen kualitas.

Terdapat tiga indikator yang menjelaskan sebuah perusahaan telah mererapkan pemahaman terhadap konsumen. Ketiga indikator tersebut dikemukakan oleh Feng, et al ( 2011 ) yang terdiri atas : 1) memahami keinginan konsumen, 2) memahami prioritas keinginan konsumen, dan 3) merespon selera atau kebiasaan konsumen. Dengan penerapan indikator – indikator tersebut, berarti perusahaan telah menerapkan pemahaman terhadap konsumen yang baik dalam proses produksinya

2.2.2 Tanggung jawab kualitas

Tanggung jawab kualitas produk adalah upaya perusahaan untuk menciptakan dan mengembangkan produk dengan kualitas yang sesuai dengan standar. Tanggung jawab kualitas bertujuan untuk meningkatkan kesadaran perusahaan agar menciptakan produk yang berkualitas unggul. Tanggung jawab

(17)

16

kualitas yang terbangun dengan baik di dalam perusahaan dapat mengindikasikan sebuah perusahaan telah berorientasi manajemen kualitas dalam proses bisnisnya. Peran seluruh pegawai di semua lini dalam organisasi dapat mendukung pelaksanaan tanggung jawab kualitas. Pemahaman seluruh pegawai dalam organisasi menjadi penentu bahwa tanggung jawab kualitas terbangun dengan baik.

Tanggung jawab kualitas menjadi bagian dari pelaksanaan manajemen kualitas yang baik. Penerapan tanggung jawab pekerjaan secara tepat akan mendorong terbentuknya kualitas yang diinginkan oleh sebuah perusahaan. Dalam penelitian Douglas dan Judge ( 2001 ) menjelaskan bahwa bagi perusahaan, tanggung jawab kualitas sebagai salah satu pengukuran pelaksanaan manajemen kualitas yang baik. Penerapan tanggung jawab kualitas mengindikasikan perusahaan membangun sebuah budaya kualitas yang baik didalam bisnisnya. Dalam sebuah organisasi bisnis, budaya kualitas yang baik adalah upaya membangun perbaikan pada kualitas yang dilakukan secara terus menerus ( Dahlgaard, et al, 1998 ).

Indikator sebuah perusahaan telah mererapkan tanggung jawab kualitas dijelaskan melalui 3 indikator. Ketiga indikator tersebut dikemukakan oleh Wu dan Zhang ( 2013 ) yang terdiri atas : 1) kepedulian pegawai pada kualitas produk, 2) penerapan visi kualitas di dalam organisasi, dan 3) adanya edukasi mengenai kualitas kepada pegawai. Dengan penerapan indikator – indikator tersebut, berarti perusahaan telah menerapkan tanggung jawab kualitas yang baik dalam proses produksinya

(18)

17

Upaya pencegahan kerusakan adalah sikap atau budaya yang dimiliki oleh perusahaan untuk meminimalisir kerusakan produk atau produk cacat selama proses produksi. Upaya pencegahan yang yang diterapkan dengan baik akan meminimalisir jumlah produk yang rusak. Berkurangnya jumlah produk cacat menunjukkan kualitas yang semakin terjamin baik dari segi proses maupun output yang dihasilkan. Penerapan upaya pencegahan kerusakan juga mengindikasikan sebuah perusahaan telah menerapkan orientasi manajemen kualitas dalam proses bisnisnya.

Crosby ( 1982 ) menjelaskan bahwa kualitas yang tidak tercapai akan berdampak pada biaya yang lebih besar dalam proses bisnis. Sementara itu, dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan Hackman dan Wageman ( 1995 ) menjelaskan bahwa jaminan akan kualitas yang baik dan sistem manajemen kualitas yang menggunakan alat serta metode kualitas yang baik akan menciptakan pencegahan di seluruh proses produksi. Pencegahan juga dapat menciptakan kualitas yang dihasilkan menjadi optimal.

Perusahaan telah mererapkan upaya pencegahan kerusakan dijelaskan melalui 3 indikator. Ketiga indikator tersebut dikemukakan oleh Hackman dan Wageeman ( 1995 ) yang terdiri atas : 1) pengendalian selama proses produksi, 2) pemahaman pentingnya pencegahan kerusakan, dan 3) memahami alternative tindakan untuk mencegah kerusakan. Dengan penerapan indikator – indikator tersebut, berarti perusahaan telah menerapkan upaya pencegahan kerusakan yang baik dalam proses produksinya

(19)

18

Pengendalian pada proses merupakan budaya dalam sebuah proses produksi dengan menerapkan pemahaman kualitas. Pemahaman kualitas menjadikan proses yang ada dalam proses produksi menjadi salah satu faktor penentu kualitas produk yang dihasilkan. Pemahaman proses produksi yang baik akan menghasilkan kualitas produksi yang baik. Selain itu, peningkatan proses menuju proses yang lebih baik merupakan komitmen pada proses yang sebaiknya diterapkan oleh perusahaan. Penerapan komitmen pada proses bertujuan ntuk menciptakan perusahaan yang berorientasi pada manajemen kualitas di setiap proses bisnisnya.

Komitmen pada proses menjelaskan komitmen organisasi dalam meningkatkan reliability dan juga kontrol pada performa produksi untuk mencari metode yang terbaik ( Dean dan Bowen, 1994 ). Orientasi pada proses memberikan efek pada perbaikan proses yang dilakukan dalam organisasi bisnis. Peran manajemen dibutuhkan dalam upaya membangun perbaikan proses yang lebih baik. Komitmen mamanjemen dan keterlibatan pekerja adalah salah satu kunci mencapai perbaikan berkelanjutan dalam proses organisasi bisnis ( Jaca, et al, 2012 ). Organisasi juga dapat meningkatkan efisiensi proses dengan berfokus pada perbaikan berkelanjutan di dalam proses produksinya ( Wu, et al, 2011 ). Komitmen pada proses perlu memperhatikan operasional yang dilakukan perusahaan untuk mencapai proses yang baik.

Perusahaan telah mererapkan komitmen pada proses dijelaskan melalui 4 indikator. Ketiga indikator tersebut dikemukakan oleh Nair ( 2006 ) yang terdiri atas : 1) memahami masalah yang muncul selama proses produksi, 2) mengutamakan perbaikan proses, dan 3) memahami pentingnya kualitas

(20)

19

produksi. Dengan penerapan indikator – indikator tersebut, berarti perusahaan telah menerapkan komitmen pada proses yang baik dalam proses produksinya

2.3 Komitmen Pemeliharaan Mesin

Mesin atau peralatan produksi merupakan produk yang dapat mengalami kerusakan . Namun, usia penggunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan atau disebut dengan pemeliharaan (Corder dan Antony, 1992). Pemeliharaan yang meliputi kegiatan pemeliharaan dan perawatan sumber daya produksi diperlukan dalam perbaikan proses produksi. Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani “terein” yang artinya merawat, menjaga dan memelihara. Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang atau memperbaikinya sampai suatu kondisi yang dapat diterima.

pemeliharaan adalah segala kegiatan yang di dalamnya bertujuan untuk menjaga sistem peralatan agar bekerja dengan baik ( Heizer dan Render, 2001 ). Sehwarat dan Narang ( 2001 ) menjelaskan pemeliharaan adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan secara berurutan untuk menjaga atau memperbaiki fasilitas yang ada sehingga sesuai dengan standar ( standar fungsional dan standar kualitas). Assauri ( 2004) mendefinisikan pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas dan peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian penggantian yang diperlukan. Kegiatan pemeliharaan bertujuan untuk mencapai keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan rencana.

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemeliharaan dilakukan untuk merawat ataupun memperbaiki peralatan

(21)

20

perusahaan agar dapat melaksanakan produksi dengan efektif dan efisien sesuai dengan rencana dengan hasil produk yang berkualitas. Sedangkan fungsi pemeliharaan adalah untuk memperpanjang umur ekonomis mesin dan peralatan produksi yang ada, serta mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi selalu dalam keadaan optimal dan siap dipakai dalam proses produksi ( Ahyari, 2002 ).

Secara umum, ditinjau dari waktu pelaksanaan, pekerjaan pemeliharaan dikategorikan dalam dua cara (Corder, et al, 1992), yaitu :

1. Pemeliharaan terencana ( planned maintenance )

Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terorginisir untuk mengantisipasi kerusakan peralatan. Antisipasi dilakukan untuk menjamin tidak ada kerusakan di waktu yang akan datang. Selain itu juga untuk pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Pemeliharaan tak terencana ( unplanned maintenance )

Pemeliharaan tak terencana adalah pemeliharaan yang dilaksanakan secara darurat. Pemeliharaan didefenisikan sebagai pemeliharaan yang harus segera dilaksanakan tindakan untuk mencegah akibat yang serius. Masalah serius yang dimaksud misalnya berkurangnya kapasitas produksi, kerusakan besar pada peralatan, atau untuk menjaga keselamatan kerja.

komitmen pemeliharaan mesin adalah kemampuan yang dimiliki perusahaan dalam menerapkan perawatan dan perbaikan pada sumber daya produksi yang dimiliki dan melaksanakan fungsinya dalam proses produksi. komitmen pemeliharaan mesin juga dilaksanakan dengan mengedepankan

(22)

21

aspek efektifitas dan efisiensi dan juga berada pada kondisi yang diinginkan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Komitmen pemeliharaan mesin juga berarti kemampuan perusahaan dalam mengatasi perubahan yang terjadi dalam proses bisnis untuk tetap berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah ditentukan oleh manajemen ( Nazim, 2010 ).

Komitmen pemeliharaan mesin adalah salah satu kegiatan utama dalam proses produksi yang tidak dapat dipisahkan ( Singh, et al, 2000 ). Karena sifat sebuah sistem produksi yang berlangsung berkelanjutan selama beberapa tahun atau beberapa periode produksi, maka komitmen pemeliharaan mesin harus selalu diperhatikan oleh perusahaan untuk menunjukkan sistem produksi berjalan dengan baik ( Andersen dan Fagerhang, 2007 ). Peningkatkan perhatian pada komitmen pemeliharaan mesin akan menambah nilai pada proses produksi. Penambahan nilai pada proses produksi akan menginterpretasikan peningkatan kualitas sebuah perusahaan ( Liyanage dan Kumar, 2003 ).

Penelitian yang dilakukan Wireman ( 2007 ) menjelaskan bahwa di beberapa perusahaan dengan kegiatan produksi utama menggunakan mesin, perusahaan menganggarkan biaya pemeliharaan sebuah mesin produksi hingga 30% dari total biaya produksinya. Hal ini menunjukkan komitmen pemeliharaan mesin memegang peranan penting dalam proses produksi dan proses bisnis sebuah perusahaan.

Komitmen pemeliharaan mesin merupakan faktor penting yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan sebuah produk, mencapai kualitas terbaik, merespon keinginan pelanggan, dan dapat bersaing dengan pesaingnya ( Madu dan Cooke, 2000 ). Komitmen pemeliharaan mesin

(23)

22

yang baik dilakukan dengan memahami proses produksi yang berlangsung dengan mempertimbangkan tujuan dari produksi. Input yang diharapkan dari pemahaman proses dan tujuan produksi adalah untuk menganalisa seluruh kemungkinan kegagalan yang muncul selama proses produksi ( Campbell, 1995 ). Melalui pemahaman tersebut perusahaan dapat melihat potensi kegagagalan di setiap proses produksi. Pemahaman pemeliharaan mendorong perusahaan untuk melakukan perencanaan pemeliharaan yang baik di kemudian hari.

Komitmen pemeliharaan mesin dapat diartikan sebagai salah satu komponen keunggulan kompetitif sebuah perusahaan ( Al Najjar, 2007 ). Pemeliharaan yang baik dapat meningkatkan performa perencanaan produksi perusahaan ( Muchriri, 2010 ). Pengukuran komitmen pemeliharaan mesin diperlukan untuk mengatur fungsi perbaikan. Pengukuran komitmen pemeliharaan mesin juga dapat pengendalian perbaikan secara efektif dan efisien. Perlu adanya akurasi yang tepat dalam pengukuran komitmen pemeliharaan untuk mengatur waktu dan jadwal pemeliharaan yang harus dilakukan oleh perusahaan ( Wudhikarn, 2012 ). . Selain itu juga diperlukan adanya pendekatan pengukuran, monitoring dan juga perbaikan yang berkelanjutan untuk memastikan performa pemeliharaan berjalan dengan baik ( Simoes dan Gomes, 2011 ).

The Maintenance Engineering Society of Australia ( MESA ) mendefinisikan komitmen pemeliharaan sebagai sebuah pencapaian kemampuan yang dilakukan oleh sebuah aset produksi atau peralatan produksi melalui pendekatan ekonomis dan analisa bisnis yang baik ( MESA, 1995 ). Kemampuan yang dimaksud berkaitan dengan kapasitas produksi yang mampu dihasilkan, kualitas produk yang terjamin sesuai rencana produksi, dan juga

(24)

23

respon sebuah asset produksi ketika terjadi perubahan yang tidak direncanakan ( Tsang, 1998 )

Maletic, dan Gomiscek, ( 2014 ) mendefinisikan komitmen pemeliharaan mesin menjadi 4 kriteria. Empat kritria tersebut antara lain availibility ( ketersediaan ), MTTR ( Mean Time to Repair ). MTBF ( Mean Time between Failure ), dan juga OEE ( Overall Equiptment Effectiveness ). Keempat kriteria tersebut digunakan untuk mengetahui performa keberhasilan atau kegagalan sebuah sistem perawatan yang dijalankan oleh perusahaan dalam proses produksinya.

2.3.1 Availibility

Availibility atau ketersediaan adalah keadaan siap suatu mesin/peralatan baik dalam jumlah (kuantitas) maupun kualitas sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk melaksanakan proses produksi perusahaan. Ketersediaan juga berarti kesiapan mesin atau peralatan yang dimiliki perusahaan untuk dapat menjalankan fungsi produksinya sesuai dengan perencanaan yang ditentukan oleh perusahaan.

Ketersediaan dapat terwujud melalui kesiapan mesin dalam berproduksi. Kesiapan yang dimaksud adalah mesin dalam kondisi prima untuk berproduksi, operator telah siap untuk menjalankan, dan waktu persiapan mesin untuk memulai proses produksi yang relative singkat. Ketersediaan ( availability ) dapat digunakan untuk menilai keberhasilan atau efektifitas dari kegiatan perawatan yang telah dilakukan.

(25)

24

Mean Time To Repair (MTTR) adalah waktu rata-rata untuk pengecekan atau perbaikan ketika komponen atau unit diperiksa sampai komponen atau unit tersebut digunakan kembali. Dalam proses ini semakin sedikit atau semakin singkat waktu yang dibutuhkan dalam proses perbaikan menunjukkan performa pemeliharaan yang baik yang dilakukan oleh perusahaan. Sebaliknya apabila semakin lama waktu yang diperlukan dalam memperbaiki kerusakan sebuah mesin produksi, berarti komitmen pemeliharaan mesin yang ada di dalam proses produksi berjalan kurang baik.

waktu perbaikan atau pemeliharaan mesin bagi perusahaan adalah waktu berhentinya produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin lama waktu berhentinya proses produksi yang digunakan untuk perbaikan menunjukkan perbaikan yang dilakukan kurang terencana dan kurang efektif. Sehingga diharapkan waktu pemeliharaan mesin yang dilakukan dapat dilaksanakan dengan seminimal atau sesingkat mungkin.

2.3.3. MTBF ( Mean Time between Failure )

Mean Time To Failure ( MTTF ) merupakan nilai rata-rata waktu kegagalan yang akan datang dari sebuah sistem. Untuk sistem yang dapat direparasi, maka MTBF adalah masa kerja suatu komponen saat pertama kali digunakan atau dihidupkan sampai unit tersebut akan rusak kembali atau perlu di periksa kembali diwaktu mendatang.

Semakin lama jarak antara waktu yang dilakukan oleh mesin atau peralatan dalam berproduksi dengan kegagalan atau kerusakan mesin menunjukkan komitmen pemeliharaan yang dilakukan oleh perusahaan semakin baik. Sebaliknya apabila jarak antara waktu berproduksi dengan kegagalan atau

(26)

25

kerusakan mesin produksi semakin cepat menunjukkan komitmen pemeliharaan mesin yang kurang baik.

2.3.4. OEE ( Overall Equiptment Effectiveness )

Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah total pengukuran terhadap performa yang berhubungan dengan availability ( ketersediaan ) dari proses produktivitas dan kulitas. Pengukuran OEE menunjukkan seberapa baik perusahaan mengunakan sumber daya yang dimiliki. Sumber daya yang dimiliki termasuk peralatan, pekerja dan kemampuan untuk memuaskan konsumen dalam hal produksi yang sesuai dengan spesifikasi kualitas menurut manajemen dan juga konsumen dari produk yang dihasilkan.

Spesifikasi produk yang diharapkan adalah spesifikasi jumlah dan kualitas produk yang direncanakan. Jumlah produk yang dapat diproduksi oleh mesin sesuai dengan kapasitas produksi yang dimiliki. Selain itu juga kualitas hasil cetakan produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi produk yang direncanakan oleh perusahaan.

2.4 Penelitian Terdahulu

Delgaard dan Park ( 2011 ) menjelaskan aspek lain yang harus diperhatikan dalam Total Quality Management adalah aspek sumber daya manusia. Sumber daya manusia berperan dalam menciptakan tanggung jawab kualitas dan juga membentuk proses kerja yang sesuai dengan kualitas yang telah direncanakan. Pelatihan kerja yang baik adalah pelatihan yang berfokus pada pemeliharaan aset sumber daya produksi ( Prajogo, 2005 ). Pemenuhan

(27)

26

keinginan konsumen dapat dilakukan melalui pelatihan atau maintenance sumber daya manusia di dalam perusahaan ( Hackman dan Wageman, 1995 )

Perusahaan manufaktur dalam merealisasikan kegiatan pemeliharaan sumber daya produksi memegang peranan utama menggunakan pendekatan Total Quality Management ( Ben dan Duffuaa, 1995 ). Hal ini juga sejalan dengan penelitian Hansoson dan Lycke ( 2003 ) yang menyebutkan bahwa kualitas produk yang dihasilkan tidak akan tercapai tanpa adanya peran performa alat produksi yang dimiliki.

Efranto dan Ramham ( 2012 ) menjelaskan bahwa penerapan pemeliharaan yang baik dalam perusahaan akan berdampak pada produktivitas. Produktivitas yang dimaksud adalah kualitas produk yang dihasilkan. Dalam melakukan analisis, penelitian tersebut menggunakan alat analisis perhitungan Overall Equptment Effectiveness ( OEE ). Widyotama ( 2013 ) menyebutkan bahwa pemeliharaan yang dilakukan oleh perusahaan dapat meningkatkan hasil produksi. Hasil produksi yang dimaksud tidak hanya kualitas produk namun juga kuantitas produk yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan alat analisis deskriptif dengan melakukan pengamatan langsung di sebuah perusahaan tekstil.

Setiawan ( 2009 ) dalam penelitiannya menyebutkan analisis pemeliharaan dapat mengurangi jumlah produk cacat dan meminimalisir kerusakan alat produksi. Adapun analisis yang digunakan menggunakan diagram Paretto dan analisis Overall Equipment Effectiveness pada perusahaan penggilingan tepung. Sherwin ( 2000 ) menyebutkan bahwa melalui analisa pemeliharaan dapat meningkatkan kualitas produk. Selain itu pemahaman

(28)

27

perusahaan terhadap teknologi akan membantu peningkatan kualitas produk. Penelitian ini menggunakan analisis studi kasus dan analisis deskriptif pada perusahaan manufaktur di Swedia. Pengembangan Total Productive Maintenance dan Quality Function Deployment dapat meningkatkan kualitas ( Pramod, 2006 ). Penelitian ini menggabungkan faktor pemeliharaan dan pemahaman keinginan konsumen. Dalam penelitian ini menggunakan analisis studi kasus dan analisis deskriptif.

Penelitian ini mencoba membangun konsep dan model baru pada dimensi orientasi manajemen kualitas. Adapun model orientasi manajemen kualitas yang terdiri atas variabel pemahaman terhadap konsumen, tanggung jawab kualitas, upaya pencegahan kerusakan dan pengendalian pada proses. Dari model orientasi manajemen kualitas akan berpengaruh pada performa pemeliharaan. Analisis yang digunakan mnggunakan analisis regresi dengan bantuan software SmartPLS versi 3. Penelitian ini juga melakukan pengujian model dengan pengujian path coefficient.

(29)

28 Tabel II.4.1 Penelitian Terdahulu Judul Penelitian, penulis, tahun Persamaan dengan penelitian ini Perbedaan dengan penelitian ini Alat analisis

The Impact of Quality Management Orientation on Maintenance

Performance, industri manufaktur, Maletic dan Gomiscek, 2013 Menggunakan dimensi orientasi manajemen kualitas dan performa pemeliharaan Menjadikan variabel pada dimensi orientasi manajemen kualitas sebagai indikator langsung Analisis regresi Implementasi Total Productive Maintenance Sebagai Penunjang Produktivitas dan Kualitas pada industri tembakau, Efranto, Rahman 2012 Variabel yang digunakan maintenace dan dalam variable kualitas terdapat pembahasan OEE Maintenance sebagai variabel bebas dan kualitas dimasukkan dalam variabel produktivitas, dilakukan pada 1 perusahaan tembakau Perhitungan performa rate menggunakan Overall Equiptment Effectiveness ( OEE ) Pengaruh Preventive Maintenance Mesin pada Hasil Produksi pada Industri Textile, Widyotama 2013 Variabel yang digunakan maintenance. Terdapat pembahasan kualitas yang dimasukkan dalam variabel hasil produksi, Tidak hanya kualitas tapi juga membahas kuantitas pada hasil produksi, dilakukan pada 1 perusahaan Analisis deskriptif dengan pengamatan di perusahaan

(30)

29 Analisis Proses

Perawatan Mesin Dengan Metode TPM Maintenance Terhadap Tingkat Kecacatan Dan Breakdown di industri penggilingan tepung, Setiawan, 2009 Menggunakan variabel TPM dan tingkat kecacatan produk. Menggunakan OEE, MTBF, MTTR dalam analisisnya. Menambah variabel tingkat breakdown mesin, hanya dilakukan pada 1 perusahaan penggilingan tepung Analisis menggunakan diagram paretto dan perhitungan OEE A Review of Overall Models for Maintenance Management, perusahaan industri di Swedia, Sherwin 2000 Menggunakan variabel maintenance dan kualitas produk. Menambahkan variabel peningkatan IT, dilakukan di semua indutri Studi kasus dan analisis deskripsi Integrating TPM and QFD for Improving Quality in Maintenance Engineering Manufacture, Pramod, 2006 Menggunakan variabel maintenance, membahas masalah kualitas produk Menggunakan variabel QFD, penelitian di semua industri manufaktur Studi kasus dan analisis deskriptif

Sumber : Berbagai Referensi

2.5 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran menunjukkan beberapa variabel berbeda yang digunakan dan menggambarkan tentang bagaimana hubungan antar variabel tersebut. Sesuai dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, selanjutnya model kerangka pemikiran Pegaruh Orientasi Manajemen Kualitas pada Komitmen Pemeliharaan Mesin dapat digambarkan secara visual ke dalam diagram berikut:

DIMENSI ORIENTASI MANAJEMEN KUALITAS

Pemahaman terhadap konsumen Tanggung jawab kualitas komitmen pemeliharaan mesin H3 H4 H5 H1

(31)

30 Gambar II.5.1

2.6 Pengembangan Hipotesis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bukti empiris pengaruh model orientasi manajemen kualitas pada komitmen pemeliharaan mesin. Orientasi manajemen kualitas terdiri atas empat variabel yaitu: 1) pemahaman terhadap konsumen, 2) tanggung jawab kualitas, 3) pengendalian pada proses, dan 4) upaya pencegahan kerusakan. Keempat variabel tersebut membentuk model Orientasi Manajemen Kualitas. Selanjutnya Orientasi Manajemen Kualitas berpengaruh pada komitmen pemeliharaan mesin dalam perusahaan. Maka hipotesis yang di ambil dalam penelitian ini adalah:

2.6.1 Pengaruh Pemahaman Terhadap Konsumen pada Tanggung Jawab Kualitas

Perusahaan harus memperhatikan spesifikasi produk yang diinginkan konsumen dalam membangun desain kualitas. Penelitian yang dilakukan Deming ( 1986 ) menyebutkan bahwa perusahaan yang mengikuti keinginan konsumen, akan berdampak pada peningkatan kondisi dan kualitas produk yang dihasilkan. Penjelasan tersebut menekankan bahwa harapan dan keinginan pelanggan harus diperhatikan dan dipahami oleh perusahaan. Selain itu, keinginan untuk

Pengendalian pada Proses

Upaya pencegahan

kerusakan H6

(32)

31

memberikan kepuasan konsumen akan mendorong perusahaan untuk memperbaiki output yang dihasilkan secara terus menerus ( Anderson 1994 ), dan dapat menciptakan produk dengan kualitas yang semakin tinggi ( Sila dan Ebrahimpour, 2005 )

Prajogo dan Sohal ( 2003 ) menjelaskan bahwa melalui kemampuan perusahaan dalam memahami dan memenuhi kebutuhan konsumen dapat meningkatan kualitas produk yang dihasilkan. Peningkatan kualitas produk tidak hanya dari perspektif produsen namun juga dari perspektif konsumen produk. Ketika perusahaan berfokus pada pelanggan, maka akan terbangun kualitas output atau kualitas produk yang semakin baik ( Evan dan Lindsay, 2005 ). Proses tersebut dapat membangun filosofi atau tanggung jawab kualitas di dalam sebuah organisasi perusahaan. Dari penjelasan diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : pemahaman terhadap pelanggan berpengaruh positif pada tanggung jawab kualitas

2.6.2 Pengaruh Pengendalian pada Proses pada Tanggung Jawab Kualitas

Sebuah prusahaan perlu memperhatikan proses yang berjalan dalam perusahaan. Pemahaman pada proses produksi sebuah produk bertujuan untuk mengurangi variasi yang muncul pada output di dalam proses produksi ( Flynn, 1995 ). Variasi yang muncul pada proses produksi merupakan hal yang harus dihindari atau dikurangi dalam upaya membangun kualitas. Memahami proses kontrol juga akan mengarahkan proses produksi yang dapat menghasilkan produk yang berkualitas unggul ( Ravichandran dan Rai, 2000 ).

(33)

32

Proses produksi dilakukan dengan memahami setiap langkah yang dijalankan selama proses produksi berlangsung. Selain itu pengawasan dilakukan agar proses yang sudah direncanakan dapat berjalan sesuai dengan perencanaan perusahaan. Dalam penelitian Anderson ( 1994 ) juga menjelasakan bahwa proses manajemen yang efektif merupakan upaya terbaik untuk mencapai tanggung jawab perbaikan kualitas produk yang yang dihasilkan. Pengendalian pada proses mengindikasikan sebuah perusahaan juga menerapkan tanggung jawab kualitas dalam proses produksinya. Tanggung jawab kualitas yang dijalankan perusahaan tidak hanya diterapkan pada manajemen puncak perusahaan, tetapi juga diterapkan di seluruh lini di dalam perusahaan. Dari penjelasan diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Pengendalian pada proses berpengaruh positif pada tanggung jawab kualitas

2.6.3 Pengaruh Pengendalian pada Proses pada Upaya Pencegahan Kerusakan

Flynn ( 1995 ) menjelaskan bahwa dengan memahami alur proses manajemen yang baik dapat meningkatkan presentase item atau produk yang di klaim melewati proses uji kualitas di akhir proses produksi. Selain itu, pemahaman proses dapat meningkatkan hasil produksi dengan meminimalisir tingkat variasi dari produk yang dihasilkan ( Flynn, 1995 ). Melalui proses yang baik dan pengendalian yang baik selama proses produksi dapat mengurangi produk cacat. Berkurangnya jumlah produk cacat juga juga menunjukkan efektifitas dan efisiensi yang dilakukan selama proses produksi.

(34)

33

Perusahaan harus mengetahui dan mendeteksi segala kemungkinan penyebab kerusakan atau kecacatan produk. Proses deteksi dapat dilakukan dengan berfokus pada analisa proses yang telah direncanakan ( Chongwatpol, 2014 ). Pengendalian proses dapat dilakukan dengan berbagai upaya, salah satunya dengan memahami control chart yang bisa mendeteksi potensi kerusakan yang ada pada proses produksi. Selain itu proses kontrol dapat dilakukan dengan memastikan proses yang berjalan sesuai dengan perencanaan. Perusahaan juga harus siap melakukan penyesuaian apabila terjadi perubahan proses di tengah proses produksi. Dengan proses kontrol yang dilakukan perusahaan dapat mengurangi produk cacat yang diproduksinya. Dari penjelasan diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Pengendalian pada proses berpengaruh positif pada upaya pencegahan kerusakan

2.6.4 Pengaruh Tanggung Jawab Kualitas pada Upaya Pencegahan Kerusakan

Integrasi antar bagian dalam perusahaan dibutuhkan untuk menciptakan upaya peningkatan kualitas. Termasuk bagian pemeliharaan mesin yang berfungsi untuk mengurangi tingkat kerusakan atau kecacatan di dalam proses produksi ( Fheng, 2006 ). Tanggung jawab perusahaan untuk terus meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan mendorong bagian pemeliharaan mesin untuk lebih memperhatikan performa mesin yang dimiliki. Perhatian pada performa mesin dilakukan untuk mengurangi tingkat kerusakan produk.

Melalui penerapan standar ISO 9000 yang terdiri atas komponen komponen pemahaman kualitas dapat mendorong perusahaan untuk

(35)

34

mengurangi jumlah produk cacat dalam proses produksinya ( Fheng, 2006 ). Pemahaman tanggung jawab kualitas tidak hanya dilakukan oleh manajemen puncak tapi juga dilakukan oleh semua lini di dalam perusahaan. Penerapan tanggung jawab kualitas akan memudahkan perusahaan dalam melakukan pencegahan di setiap lini dalam organisasi ( Dean, 1994 ). Terbentuknya tanggung jawab kualitas dan juga pengurangan produk cacat menunjukkan upaya pencegahan kerusakan yang dilakukan perusahaan akan semakin baik. Dari penjelasan diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4 : Tanggung jawab kualitas berpengaruh positif pada upaya pencegahan kerusakan

2.6.5 Pengaruh Tanggung Jawab Kualitas pada Komitmen Pemeliharaan Mesin

Manajemen kualitas dapat berjalan dengan baik melalui implementasi praktek technical yang baik ( Prajogo, 2005 ). Praktek teknis ini meliputi pemeliharaan fasilitas produksi atau peralatan yang digunakan selama proses produksi. Sementara itu, beberapa organisasi dengan fasilitas produksi yang kompleks, tanpa penerapan performa peralatan yang baik, peningkatan profitabilitas dan keunggulan kompetisi melalui perbaikan kualitas tidak akan tercapai ( Hanson, et al, 2003 ).

Penerapan kualitas kualitas dan budaya kualitas ditekankan kepada setiap pegawai untuk mendorong pandangan pegawai dalam menciptakan perbaikan performa peralatan produksi melalui pemeliharaan yang baik ( Willmott, 1994 ). Budaya kerja memiliki hubungan dengan pola perilaku dan juga pandangan yang diterapkan pegawai ketika berhadapan dengan proses

(36)

35

produksi. Tanggung jawab kualitas yang baik dapat meningkatkan kesadaran seluruh lini dalam perusahaan dalam melakukan pemeliharaan sumber daya produksi yang dimiliki. Pemeliharaan yang baik menunjukkan komitmen pemeliharaan mesin yang dilakukan oleh perusahaan berjalan lancar dan terkendali. Dari penjelasan diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H5 : tanggung jawab kualitas berpengaruh positif pada komitmen pemeliharaan mesin

2.6.6 Pengaruh Upaya Pencegahan Kerusakan pada Komitmen Pemeliharaan Mesin

Pemahaman dan analisa setiap potensi kerusakan yang mungkin muncul selama proses produksi dapat digunakan untuk meningkatkan komitmen pemeliharaan sistem produksi di masa mendatang ( Congwatpol, 2014 ). Antisipasi pada kerusakan digunakan untuk meningkatan performa alat - alat produksi yang dimiliki perusahaan. Antisipasi dapat dilakukan dengan memahami masalah yang muncul di dalam proses produksi. Selain itu antisipasi juga dapat dilakukan dengan mempersiapkan alternatif tindakan yang dapat dilakukan ketika masalah terjadi selama proses produksi ( Jaca, et al, 2012 ).

Tujuan dari antisipasi kerusakan yaitu untuk menjalankan fungsi produksi dengan baik. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa dengan memahami faktor – faktor yang menyebabkan kerusakan akan berdampak positif pada peningkatan pemeliharaan perusahaan ( Hammad dan Assaf, 2006 ). Pemahaman terhadap faktor – faktor penyebab kerusakan dapat memudahkan perusahaan dalam mempersiapkan pemeliharaan yang harus dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang menerapkan upaya pencegahan kerusakan maka

(37)

36

akan mendorong performa pemeliharaan yang dimilikinya. Dari penjelasan diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H6 : upaya pencegahan kerusakan berpengaruh positif pada komitmen pemeliharaan mesin

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil kuisioner dari 8 mahasiswa program studi Sastra Tionghoa yang diwawancara, semua mengatakan bahwa drama televisi Taiwan memberikan dampak terhadap

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA KELOMPOK KERJA MADRASAH (KKM) MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOTA GORONTALO.. Jalan Taman

Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi terhadap upaya untuk terus mengembangkan metode pengaturan kecepatan pada motor induksi sehingga dapat meningkatkan kinerja yang

Activity diagram menjelaskan aktivitas yang dapat dilakukan sistem. User memilih menu SMART kemudian sistem akan menampilkan form jenis konsultasi. User dapat

Tapi, saat ia hendak bertanya penyebab semua yang terjadi, Airin memasang wajah kecewanya pada Bara.. “Kamu mabuk lagi, Bar ?,”Airin bertanya dengan

Secara akademis penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca untuk dapat memahami aspek pembebasan PPN dan pelaksanaan pemberian fasilitas

Untuk memberikan informasi langsung (tatap muka) dan mendapatkan hubungan timbal balik yang positif dengan publiknya melalui program kerja atau acara ajang khusus

Usulan untuk menempuh Tugas Akhir, diajukan kepada Ketua Jurusan dengan menyerahkan proposal (usulan) penelitian dengan judul yang telah disetujui oleh Ketua