• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Kemampuan mahasiswa semester III Prodi Pendidikan Bahasa Prancis tahun ajaran 2008/2009 dalam memahami dan menggunakan paronim dalam kalimat bahasa Prancis”.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“Kemampuan mahasiswa semester III Prodi Pendidikan Bahasa Prancis tahun ajaran 2008/2009 dalam memahami dan menggunakan paronim dalam kalimat bahasa Prancis”."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

KEMAMPUAN MAHASISWA SEMESTER III PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS TAHUN AJARAN 2008/2009

DALAM MEMAHAMI DAN MENGGUNAKAN PARONIM

DALAM KALIMAT BAHASA PRANCIS

Disusun guna meraih gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Nama : Triana Mardi Astuti NIM : 2301404007

Prodi : Pendidikan Bahasa Prancis

BAHASA DAN SASTRA ASING

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya:

Nama : Triana Mardi Astuti NIM : 2301404007

Prodi : Pendidikan Bahasa Prancis Jurusan : Bahasa dan Sastra Asing

Fakultas : Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Kemampuan mahasiswa semester III Prodi Pendidikan Bahasa Prancis tahun ajaran 2008/2009 dalam memahami dan menggunakan paronim dalam kalimat bahasa Prancis” yang saya tulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri. Skripsi ini saya hasilkan setelah melalui penelitian, bimbingan, diskusi, dan pemaparan atau ujian. Semua kutipan baik langsung atau tidak langsung, telah disertai identitas sumbernya dengan cara yang sebagaimana lazimnya dalam penulisan karya ilmiah.

Dengan demikian, walaupun tim penguji dan pembimbing skripsi ini telah membubuhkan tanda tangan sebagai tanda keabsahannya, seluruh isi karya ilmiah ini tetap menjadi tanggung jawab saya sendiri. Jika dikemudian hari ditemukan ketidakberesan, saya bersedia menerima akibatnya.

Demikian pernyataan ini saya buat agar dapat digunakan seperlunya.

Semarang, 24 Maret 2009

Penulis,

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Selasa tanggal : 24 Maret 2009

Panitia Ujian Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Prof. Dr. Rustono, M.Hum Dra. Diah Vitri Widayanti, DEA

NIP.131281222 NIP. 131813669

Penguji I,

Dra. Sri Rejeki Urip, M.Hum NIP. 131813660

Penguji II / Pembimbing II, Penguji III / Pembimbing I,

(4)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

™ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S Alam Nasyrah:5-6). ™ Kita tidak dapat belajar sesuatu tanpa adanya suatu kesulitan (Aristoteles).

PERSEMBAHAN:

Karya kecilku ini kupersembahkan untuk :

ƒ diriku sendiri, ƒ orang tuaku,

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wassyukurillah. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kemampuan Mahasiswa Semester III Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis tahun ajaran 2008/2009 dalam Memahami dan Menggunakan Paronim dalam Kalimat Bahasa Prancis” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan sumbang saran dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dra. Diah Vitri Widayanti, DEA selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Asing 2. Prof. Dr. Edi Astini, selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu

untuk membimbing dan mengoreksi serta memberikan masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Dra. Anastasia Pudjitriherwanti, M.Hum selaku pembimbing II yang dengan sabar dan ikhlas membimbing dengan tulus dalam penulisan skripsi ini.

4. Dra. Sri Rejeki Urip, M.Hum, selaku penguji utama yang telah memberikan masukan dan arahan dalam skripsi ini.

(6)

6. Ayah bundaku, terima kasih atas doa, kasih sayang dan semua dukungan materi yang telah diberikan selama ini.

7. Adik-adik Semester III tahun ajaran 2008/2009 sekaligus sebagai responden yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Semarang, 24 Maret 2009

(7)

SARI

Astuti, Triana Mardi. 2009. Kemampuan Mahasiswa Semester III Prodi Pendidikan Bahasa Prancis dalam Memahami dan Menggunakan Paronim dalam Kalimat Bahasa Prancis. Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Prof. Dr. Edi Astini. Pembimbing II: Dra. Anastasia Pudjitriherwanti, M.Hum.

Kata Kunci: Kemampuan, Memahami, Menggunakan, Paronim.

Bahasa Prancis adalah bahasa yang mempunyai struktur atau kaidah yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Ada beberapa vokal dan konsonan bahasa Prancis yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Perbedaan tersebut biasanya menyebabkan kesulitan dalam mempelajari, memahami, dan menguasai bahasa Prancis. Hal itu pula yang menyebabkan pembelajar bahasa Prancis mengalami kesulitan dalam menuliskan atau melafalkannya. Contoh dalam bahasa Prancis: le magasin ‘toko’ dan le magazine ‘majalah’, le poisson ‘ikan’ dan le poison ‘racun’, dsb. Kemiripan itu disebut dengan paronim, yaitu kata-kata yang mirip bentuknya, ejaan, cara pelafalan, namun maknanya berbeda. Kemiripan tersebut bisa menyebabkan kebingungan dalam penggunaannya. Kekeliruan dalam pemahaman dan penggunaan kata berparonimi akan membuat kesalahpahaman pembaca/pendengar. Maka perlu diketahui kemampuan mahasiswa dalam memahami dan menggunakan paronim dalam kalimat bahasa Prancis pada mahasiswa Semester III tahun ajaran 2008/2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dan kesalahan yang dilakukan mahasiswa dalam memahami dan mengggunakan paronim dalam kalimat bahasa Prancis.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Semester III Prodi Pendidikan bahasa Prancis tahun ajaran 2008/2009 yang telah lulus Mata Kuliah

StructureII, Lire II, dan Écrire II sejumlah 21 orang. Metode pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan metode tes. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai nama dan jumlah mahasiswa, sedangkan metode tes digunakan untuk mendapatkan data mengenai kemampuan mahasiswa dalam memahami dan menggunakan paronim dalam kalimat bahasa Prancis. Validitas yang digunakan adalah validitas isi, untuk mengetahui reliabilitas instrumen digunakan teknik pengulangan tes (test-retest), hasilnya dikorelasikan menggunakan rumus korelasi Product Moment. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif persentase dan analisis kritis.

(8)
(9)

RÉSUMÉ

Astuti, Triana Mardi. 2009. La compétence des étudiants du troisième semestre de l’année scolaire 2008/2009 du programme de l’enseignement de la langue française à comprendre et à utiliser le paronyme dans la phrase. Mémoire. Département des langues et des littératures étrangères, du programme de l’enseignement du français, de la Faculté des Langues et des Arts de l’Université d’État de Semarang. Directrices I: Prof. Dr. Edi Astini, II: Dra. Anastasia Pudjitriherwanti, M.Hum.

Mots clés : la compétence, la compréhension, l’utilisation, le paronyme

I. L’introduction

(10)

L’objectif majeur de cette recherche est de connaître la compétence à comprendre et à utiliser le paronyme des étudiants du troisième semestre. En plus, on veut décrire aussi les erreurs commises par les étudiants.

II. La compétence à comprendre et à utiliser le paronyme

Dans l’enseignement de la langue, il y a la compétence fondamentale. Valette (1995:3) divise la compétence fondamentale en quatre, ce sont: (1) la compréhension orale, (2) la compréhension écrite, (3) l’expression orale, (4) l’expression écrite.

Tandis que Nurgiyantoro (1995:167), dit que la compétence langagière se compose en deux formes:

1. Compréhension, se compose de compréhension orale et compréhension écrite. La compétence de la compréhension étant la compétence réceptive.

2. Production, se compose de production orale et production écrite. La compétence de l’expression (production) étant la compétence productive.

Dans cette recherche, les étudiants du troisième semestre sont demandés à distinguer et à montrer leur compréhension sur des paronymes français. Puis, ils doivent les utiliser dans la phrase.

Pougeoise dans le dictionnaire didactique de la langue française (1996:311) dit qu’un paronyme est un mot qui présente une certaine analogie phonétique avec un terme de sens différent sans toutefois aller jusqu'à l’identité.

(11)

L’exemple des paronymes dans le contexte: 1. a) Le médecin est en train d’examiner ses patients.

b) Ma mère achète la médecine à la pharmacie. 2. a) Cette jeune fille est belle.

b) Ma voiture jaune est chère.

3. a) Sylvie fait des achats dans un magasin.

b) Ma sœur aime bien lire des magazines et des journaux.

4. a) J’aime beaucoup regarder les jeunes filles dont les cheveux sont longs. b) Ces chevaux ont couru dix kilomètres en vingt minutes.

5. a) Pierre rencontre l’ami d’enfant quand il a du temps libre. b) Le professeur raconte des histoires amusantes aux élèves.

III. Méthodologie de la recherche

La variable de cette recherche est la compétence des étudiants du troisième semestre du programme de l’enseignement de la langue française à comprendre et à utiliser le paronyme dans la phrase. La population de cette recherche se compose de tous les étudiants du troisième semestre qui ont suivi les cours de Structure II, d’Ecrire II, et de Lire II.

(12)

Pour collecter les données, j’ai utilisé la méthode de documentation et la méthode de test. La méthode de documentation est utilisée pour obtenir les noms et le nombre des étudiants du troisième semestre du programme de l’enseignement de la langue française qui ont suivi les cours de Structure II, Ecrire II, et Lire II et celle du test est utilisée pour obtenir les données sur leurs compétences à comprendre et à utiliser le paronyme dans la phrase. En plus, on veut décrire aussi les erreurs commises par les étudiants.

La validité de cette recherche est celle de contenu car la composition de cet instrument est accordée par la matière du troisième semestre sous forme des paronymes qui est enseignée de Campus I à Campus II Unité 4. La formule product-moment est utilisée pour assurer la fiabilité du test.

IV. Analyse de la recherche

(13)

V. Conclusion

L’analyse dans cette recherche montre que les étudiants du troisième semestre ont pu bien comprendre des paronymes français, mais ils ne les ont pas pu bien utiliser bien dans la phrase. La compréhension du paronyme est plus facile que l’utilisation parce que dans la compréhension, les étudiants du troisième semestre ne sont demandés que pour rappeler, distinguer, et répondre des paronymes. L’utilisation du paronyme est difficile parce qu’elle recouvre la maîtrise de structure et de l’orthographe.

(14)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

SARI ... vii

RÉSUMÉ ... viii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan penelitian ... 4

1.4 Penegasan Istilah ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Sistematika Penulisan ... 6

(15)

2.1.1 Kemampuan Reseptif ... 7

2.1.2 Kemampuan Produktif ... 8

2.2 Pengertian Memahami ... 10

2.3 Pengertian Menulis ... 11

2.4 Kalimat ... 12

2.4.1 Pengertian Kalimat... 12

2.4.2 Pengklasifikasian Kalimat... 13

2.5 Paronim ... 17

2.5.1 Pengertian Paronim ... 17

2.5.2 Kosakata berparonim dalam materi bahasa Prancis s/d Semester III dalam buku pegangan Campus I dan Campus II s/d Unité 4 ... 20

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian ... 22

3.2 Populasi dan Sampel ... 22

3.2.1 Populasi ... 22

3.2.2 Sampel... 23

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 23

3.3.1 Metode Dokumentasi ... 23

3.3.2 Metode Tes... 23

3.4 Validitas dan Reliabilitas... 27

3.4.1 Validitas ... 27

(16)

3.5 Sistem Penilaian ... 29

3.5.1 Skor Penilaian ... 29

3.5.2 Penilaian... 30

3.6 Metode Analisis Data ... 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 32

4.2 Pembahasan ... 34

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 70

5.2 Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Kosakata verba berparonim dalam buku pegangan Campus I

dan Campus II s/d Unité 4 ... 20 Tabel 2 Kosakata nomina berparonim dalam buku pegangan Campus I

dan Campus II s/d Unité 4... 21 Tabel 3 Kosakata adjektiva berparonim dalam buku pegangan Campus I ...

dan Campus II s/d Unité 4 ... 21 Tabel 4 Kisi-kisi instrumen... 25 Tabel 5 Hasil tes uji coba instrumen tes pemahaman dan penggunaan

paronim dalam kalimat bahasa Prancis ... 28 Tabel 6 Skor penilaian tes pemahaman paronim ... 29 Tabel 7 SK Rektor UNNES No.163 Tahun 2004 ... 30 Tabel 8 Persentase hasil penelitian tes pemahaman dan penggunaan

(18)

DAFTAR LAMPIRAN 1. SK Dosen Pembimbing

2. Tabel persiapan uji coba instrumen

3. Data skor mentah dan nilai tes pemahaman dan penggunaan paronim dalam kalimat bahasa Prancis

4. Instrumen Penelitian

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial menggunakan bahasa untuk berkomunikasi secara lisan maupun tulisan. Bahasa pertama kali diperoleh melalui proses alami dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat penutur bahasa, sedangkan bahasa kedua dan bahasa asing diperoleh melalui pendidikan formal, khususnya lingkungan sekolah.

Perkembangan tekhnologi dan komunikasi sekarang ini memungkinkan banyak terjadinya hubungan antarnegara yang mendorong seseorang mempelajari bahasa asing sebagai sarana komunikasi dengan warga negara lain. Pada umumnya tujuan seseorang menggunakan bahasa yang dipelajarinya itu untuk berkomunikasi tanpa hambatan, baik secara lisan maupun tulisan.

(20)

Bahasa Prancis adalah bahasa yang rumit. Pembelajar harus dapat menghafal kosakata yang hampir sama sekali berbeda dengan bahasa Indonesia dan juga tata bahasa yang bertingkat-tingkat sehingga menyulitkan mereka. Salah satu faktor yang menjadi penghambat dalam mempelajari bahasa Prancis adalah mempelajari kosakatanya yang beragam dan mempunyai perbedaan antara ucapan dan ejaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dubois dkk (1961:159) yang menyatakan bahwa en français, l’orthographe ne correspond pas toujours au son, et il est nécessaire de

faire la différence entre les deux, ‘dalam bahasa Prancis tulisan tidak selalu sama

dengan lafalnya, sehingga perlu untuk membedakan keduanya’. Di samping itu, ada beberapa vokal dan konsonan bahasa Prancis yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Hal itu pula yang menyebabkan pembelajar bahasa Prancis mengalami kesulitan dalam menuliskan dan melafalkannya.

Contoh dalam bahasa Prancis: le magasin ‘toko’ dan le magazine ‘majalah’, le poisson ‘ikan’ dan le poison ‘racun’, dsb. Kemiripan ini disebut dengan paronim, artinya kata-kata yang mirip bentuknya, ejaannya, cara pelafalannya, tetapi mempunyai makna berbeda. Kemiripan ini bisa menyebabkan kebingungan dalam penggunaannya. Hal ini akan membuat kerancuan setelah kedua kata yang berparonim tersebut diterapkan dalam kalimat berdasarkan konteksnya.

Contoh dalam bahasa Prancis, kata ‘le médecin’ yang berarti ‘dokter’ dan ‘le médecine’ yang berarti ‘obat’, bila kedua kata tersebut berdiri sendiri maka akan

(21)

Kosakata berparonim akan lebih jelas maknanya bila berada dalam suatu kalimat, seperti:

- Le médecin est en train d’examiner ses patients. ( Dokter sedang memeriksa beberapa pasiennya.) - Ma mère achète la médecine à la pharmacie.

(Ibuku membeli obat di apotek.)

Kesalahan atau kesalahpahaman yang mungkin sering muncul dalam tulisan atau dalam menggunakan kosakata berparonim adalah kesalahan ejaan, sehingga dapat mengganggu pemahaman pembaca. Kesalahan ejaan merupakan kesalahan menuliskan kata atau kesalahan menggunakan tanda baca (Tarigan 1993:151).

Kekeliruan dalam pemahaman dan penggunaan kata berparonimi akan sangat mengganggu pembaca atau pendengar. Untuk itulah peneliti merasa perlu mengadakan penelitian mengenai kemampuan mahasiswa Semester III Prodi Pendidikan bahasa Prancis tahun ajaran 2008/2009 dalam memahami dan menggunakan paronim dalam kalimat bahasa Prancis.

Penelitian ini dilakukan pada Semester III Prodi Pendidikan bahasa Prancis tahun ajaran 2008/2009 karena mahasiswa tersebut telah menempuh buku pegangan Campus I dan Campus II s/d Unité 4 serta sudah mempunyai bekal yang cukup

(22)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimanakah kemampuan mahasiswa Semester III Prodi Pendidikan bahasa Prancis tahun ajaran 2008/2009 dalam memahami dan menggunakan paronim dalam kalimat bahasa Prancis?

1.2.2 Kesalahan apa saja yang dilakukan mahasiswa Semester III Prodi Pendidikan bahasa Prancis tahun ajaran 2008/2009 dalam memahami dan menggunakan paronim dalam kalimat bahasa Prancis?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa Semester III Prodi Pendidikan bahasa Prancis tahun ajaran 2008/2009 dalam memahami dan menggunakan paronim dalam kalimat bahasa Prancis.

(23)

1.4 Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam memahami judul penelitian ini, maka dirasa perlu diberikan penegasan istilah yang digunakan dalam judul.

Paronim adalah kata-kata yang mirip bentuk, ejaan, dan pelafalannya tetapi maknanya berbeda. Paronim yang dimaksud dalam penelitian ini adalah memahami dan menggunakan kosakata berparonim yang sesuai dengan materi bahasa Prancis Semester III dalam bahasa tulis yang terdapat dalam buku pegangan Campus I dan Campus II s/d Unité 4.

1.5 Manfaat Penelitian

(24)

1.6 Sistematika Penulisan

Secara garis besar skripsi ini akan dibagi menjadi tiga bagian, yakni bagian awal, bagian pokok, dan bagian akhir.

Bagian awal skripsi berisi halaman judul, halaman pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan, kata pengantar, sari, résumé, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran.

Skripsi ini secara garis besar terdiri dari lima bagian, yaitu: Pendahuluan, Landasan Teori, Metode Penelitian, Hasil Penelitian dan Pembahasan, dan Penutup.

Bab I meliputi Latar Belakang Masalah, Permasalahan, Tujuan Penelitian, Penegasan Istilah, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II berisikan landasan teori yang menyajikan uraian tentang (1) Kemampuan Berbahasa, (2) Pengertian Memahami, (3) Pengertian Menulis, (4) Pengertian Kalimat dan Pengklasifikasiannya, (4) Pengertian Paronim (5) Kosakata berparonim dalam materi bahasa Prancis s/d Semester III dalam Buku Pegangan Campus I dan Campus II s/d Unité 4.

Bab III berisi tentang Variabel Penelitian, Populasi dan Sampel, Metode Pengumpulan Data, Validitas dan Reliabilitas, Sistem Penilaian, dan Metode Analisis Data.

Bab IV memaparkan Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian. Bab V berisikan Simpulan dan Saran.

(25)

BAB 2

LANDASAN TEORI

Pada bagian ini akan dipaparkan sejumlah pendapat para ahli bahasa yang terdapat dalam berbagai sumber sebagai acuan dalam penelitian ini. Teori-teori itu meliputi teori tentang kemampuan berbahasa, pengertian memahami, pengertian menulis, pengertian kalimat dan pengklasifikasiannya, pengertian paronim dan pasangan kosakata berparonim dalam materi bahasa Prancis Semester III yang terdapat dalam buku pegangan Campus I dan Campus II sampai dengan Unité 4.

.

2.1Kemampuan Berbahasa

Kemampuan berbahasa merupakan tindak menggunakan bahasa secara nyata untuk maksud komunikasi. Kegiatan berbahasa merupakan wujud nyata kompetensi kebahasaan seseorang (Nurgiyantoro 1995:167).

Kemampuan berbahasa dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kemampuan memahami (compréhension) dan kemampuan mempergunakan (production). Kemampuan memahami bersifat reseptif dan kemampuan mempergunakan bersifat produktif.

2.1.1 Kemampuan reseptif

(26)

2.1.2 Kemampuan produktif

Kemampuan produktif merupakan kemampuan yang menuntut kegiatan encoding, yaitu kegiatan untuk menghasilkan atau menyampaikan bahasa pada pihak

lain, baik secara lisan maupun tertulis.

Selanjutnya menurut Cuq dan Gruca (2002:149) ‘Le concept de compétence est difficile à cerner et est susceptible de plusieurs interprétations. Pourtant la compétence de communication est un concept méthodologique qui se situe aujourd’hui au centre de la didactique des langues. C’est un savoir de type procédural, dont il est désormais traditionnel de considérer qu’il se réalise par deux canaux différents, écrit et oral et de deux manières différents, compréhension et expression’.

‘Konsep kemampuan merupakan lingkup yang sulit dan bisa mempunyai banyak pemahaman. Meskipun kemampuan komunikasi merupakan konsep yang bersifat metodologi yang pada saat sekarang ditunjukkan pada pengajaran bahasa. Hal tersebut merupakan pengetahuan yang harus sesuai dengan aturan, selanjutnya berdasarkan pengamatan tradisional kemampuan berbahasa dapat dicapai melalui dua jalur yang berbeda, tulis dan lisan dan dari dua cara yang berbeda, pemahaman dan penggunaan (Cuq dan Gruca 2002:149)’.

Berdasarkan hal tersebut Cuq dan Gruca membagi kemampuan berbahasa menjadi 4 yaitu :

(1) La compréhension orale (kemampuan mendengarkan)

La compréhension orale (kemampuan mendengarkan) yaitu kemampuan

memahami gagasan serta pikiran orang lain yang disampaikan secara lisan. (2) L’expression orale (kemampuan berbicara)

L’expression orale (kemampuan berbicara) yaitu kemampuan menyampaikan

(27)

(3) La compréhension écrite (kemampuan membaca)

La compréhension écrite (kemampuan membaca) yaitu kemampuan

memahami gagasan serta pikiran orang lain yang disampaikan secara tertulis. (4) L’expression écrite (kemampuan menulis)

L’expression écrite (kemampuan menulis) yaitu kemampuan menyampaikan

gagasan serta mengungkapkan diri secara tertulis.

Dari berbagai pendapat tentang definisi kemampuan berbahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar kemampuan berbahasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kemampuan memahami (compréhension) dan kemampuan mempergunakan (production) yang sama dengan istilah lain yaitu kemampuan mengungkapkan (expression).

Kemampuan berbahasa tersebut dapat dijadikan tolak ukur seseorang dalam penguasaan suatu bahasa. Urutan itu berdasarkan tingkat kemampuan yang diperoleh. Seseorang belajar bahasa didahului oleh mendengarkan, berbicara, kemudian berangsur-angsur mencoba menirukan atau mengucapkannya, kemudian memahami bahasa tersebut dalam bentuk tulisan, yakni dengan belajar membacanya kemudian menulis. Hal ini senada dengan pendapat Tarigan (1986:1) yang menyatakan bahwa dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur, mulai dari menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis.

(28)

dipahami oleh orang yang membacanya dengan syarat, tulisan yang baik dengan struktur kalimat yang benar dan juga diperlukan pengetahuan tentang sistem ejaan dan bahasa yang baik, sehingga maknanya dapat tersampaikan (Nurgiyantoro 1995:169).

Berdasarkan alasan tersebut maka penelitian ini lebih menekankan pada aspek memahami dan menggunakan paronim bahasa Prancis dalam bentuk tulisan.

2.2 Pengertian Memahami

Memahami itu bukan merupakan suatu proses yang pasif, melainkan proses yang aktif dalam menyampaikan suatu pesan (Ahmadi 1990:8). Memahami berarti mengenal arti atau maksud dari kata, kalimat, atau teks. Cuq dan Gruca (2002:151) menyatakan:

‘La compréhension suppose la connaissance du système phonologique ou graphique et textuel, la valeur fonctionnelle et sémantique des structures linguistique véhicules, mais aussi la connaissance des règles socioculturelles de la communauté dans laquelle s’effectue la communication’.

‘Pemahaman menghendaki adanya pengetahuan sistem bunyi atau sistem grafis dan tekstual, nilai fungsional dan nilai semantik dari struktur linguistik yang dibawa, dan juga pengetahuan tentang aturan sosial budaya yang digunakan oleh masyarakat tutur tersebut’.

(29)

Kekeliruan dalam memahami makna kata dapat menyebabkan kekeliruan dalam memahami makna secara keseluruhan. Demikian pula dalam memahami paronim bahasa Prancis, mahasiswa harus cermat dan mengerti benar akan kedua kata tersebut sehingga dapat mengetahui makna kata tersebut bila digunakan dalam kalimat, karena untuk dapat menggali informasi tertulis, diperlukan pengetahuan tentang struktur dan kosakata yang bersangkutan, di samping juga sistem ejaan (grafologi)-nya (Nurgiyantoro 1995:167).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa memahami merupakan kemampuan untuk mengenali dan menangkap pesan/informasi yang disampaikan melalui lambang lisan maupun tulisan. Kemudian dengan memahami kata-kata yang berparonim tersebut mahasiswa diharapkan dapat menggunakannya dalam menyusun kalimat secara tertulis.

2.3 Pengertian Menulis

Aktivitas menulis merupakan salah satu bentuk kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai setelah 3 (tiga) kemampuan berbahasa yang lain yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca (Nurgiyantoro 1995:294). Kegiatan menulis menghendaki sesorang untuk menguasai lambang atau simbol-simbol visual dan aturan tata tulis, khususnya yang menyangkut masalah ejaan.

(30)

Menurut Larousse (1967:350) écrire, exprimer par des signes tracés, des caractères convenus, ‘menulis merupakan ungkapan lewat lambang tulisan atau huruf

yang telah disepakati’.

Selanjutnya Valette (1975:81) menyatakan pour apprendre à bien écrire en langue étrangère, l’élève doit franchir certaine étape indispensable. Il lui fait apprendre à bien maîtriser orthographe, grammaire et vocabulaire à défaut de quoi son écriture manquera d’aisance, de précision et de style.

‘untuk mempelajari menulis dengan baik dalam bahasa asing tentu saja mahasiswa harus melewati tahapan-tahapan tertentu yang sudah ada. Mengharuskannya mempelajari dengan baik penguasaan ortograf, tata bahasa dan kosakata, tanpa itu semua menulis tidak akan mudah dan tulisannya tidak jelas dan tidak indah’.

Upaya untuk mencapai keterampilan menulis adalah dimulai dengan menyusun kalimat-kalimat efektif, sehingga pesan penulis dapat dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu, keterampilan menulis harus dilaksanakan secara terpadu pada komponen kebahasaan, pemahaman dan penggunaan, maupun dengan keterampilan berbahasa yang lain.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan menuangkan ide yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk lambang-lambang bahasa (tulisan) yang telah disepakati dengan memperhatikan ortograf, tata bahasa, dan kosakatanya.

Menulis kata adalah merangkai huruf demi huruf menjadi kata yang dapat dibaca dan mengandung makna. Penulisan kata yang baik dan benar adalah sebagai syarat dapat menulis kalimat, karena kalimat merupakan perpaduan dari dua kata atau lebih kata.

(31)

2.4.1 Pengertian Kalimat

Beberapa ahli mendefinisikan kalimat berbeda satu dengan yang lain.

Menurut Alwi (1998:311), kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkap pikiran yang utuh. Wujud lisan sebuah kalimat ditandai dengan intonasi dan dalam bahasa tulis ditandai dengan tanda baca.

Chaer (2003:240) berpendapat bahwa kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur dan yang berisi pikiran yang lengkap.

Sementara itu, menurut Dubois (1961:16), une phrase est les mots unis par le sens forment une, phrase exprimant une idée. Mais chaque phrase se compose d’une ou plusieurs propositions qui sont les aspects ou les moments divers de l’idée principale; chaque proposition contient en principe, un verbe à un mode personne.

‘kalimat adalah kumpulan kata yang memiliki arti, yang membentuk suatu kalimat yang mengungkapkan sebuah ide. Tetapi setiap kalimat terdiri dari satu atau lebih dari klausa yang jenis dan kala waktunya dapat berubah dari ide utama; setiap klausa biasanya terdiri dari satu verba yang memiliki modus personel’.

Selanjutnya pengertian kalimat menurut Delatour (1991:6) adalah une phrase est un assemblage de mots formant une unité de sens. À l’écrit le premier mot commence par une majuscule et le dernier est suivi d’un point (.), d’un point d’interrogation ( ?), d’un point d’exclamation ( !) ou des points de suspension (…).

‘Kalimat adalah kumpulan kata yang membentuk satu kesatuan arti. Pada bahasa tulis, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda seru ( !), tanda tanya ( ?), atau titik-titik (…)’.

(32)

2.4.2 Pengklasifikasian Kalimat

Menurut Peytard (1970) dalam Pudjitriherwanti (2004) mengklasifikasikan kalimat dasar bahasa Prancis (les phrases de base du français) menjadi 7, yaitu: 1. SN + Vi (Circonstanciel) (SN= Syntagme Nomina, Vi = verbe intransitif) Contoh: Mon jeune frère a couru dans le jardin.

‘Adik laki-lakiku berlari di kebun’.

2. SN + Vt (Circonstanciel) (Vt = verbe transitif) Contoh: En automne, le fermier laboure son champ.

‘ Pada musim gugur, para petani menggarap ladang’ 3. SN + Vt + SN Préposition (Circonstanciel)

Contoh: À l’école, l’enfant obéit à son maître. ‘Di sekolah, murid mematuhi gurunya’. 4. SN + Vt + SN + SN Préposition (Circonstanciel) Contoh: Hier, le boucher a donné un os à mon chien.

‘Kemarin, tukang daging telah memberikan sebuah tulang kepada anjingku’

5. SN + V être +

(33)

(c) Il est à Paris depuis huit jours. ‘Dia berada di Paris sejak delapan hari’. 6. V impersonnel (suite V impers) (Circonstanciel)

Contoh: Il pleut depuis huit jours. ‘Hujan sejak delapan hari’.

7. Présentatif + suite de présentatif (Circonstanciel) Contoh: Voilà mon père. ‘Inilah ayahku’.

Il y a du pain sur la table. ‘Ada roti di atas meja’.

Sementara itu Delatour (1991:6) mengklasifikasikan kalimat menjadi dua, yaitu phrase simple ‘kalimat sederhana’ dan phrase complèxe ‘kalimat majemuk’.

1. La phrase simple ‘kalimat sederhana’.

Delatour (1991:7) mendefinisikan kalimat sederhana sebagai berikut : La phrase simple contient un seul verbe, c’est ce qu’on appelle une proposition.

‘Kalimat sederhana berisi hanya satu verba yang dikonjugasikan, kita bisa menyebutnya klausa’.

Kalimat sederhana dibagi menjadi tiga tipe, Delatour (1991:7), yaitu: (1) Sujet + verbe

Contoh : Il dort. ‘Dia tidur’.

Kalimat di atas merupakan kalimat sederhana yang terdiri dari satu verba, yaitu dort yang berasal dari verba infinitif dormir.

(34)

Contoh : Le garçon est beau. ‘Lelaki itu tampan’.

Kalimat di atas merupakan kalimat sederhana yang memiliki satu verba est yang berasal dari verba infinitif être. Kalimat ini juga memiliki satu attribut yaitu kata belle.

(3) Sujet + verbe + complément d’objet

Contoh : Jean achète un pantalon. ‘Jean membeli celana panjang’.

Kalimat di atas merupakan kalimat sederhana yang mempunyai satu verba yaitu achète yang berasal dari verba infinitif acheter dan memiliki satu objek langsung yaitu un pantalon.

2. La phrase complèxe ‘kalimat majemuk’.

Delatour (1991:8) mendefinisikan kalimat majemuk sebagai berikut: La phrase complexe contient deux ou plusieurs verbes conjugués, elle donc composé de

deux ou plusieurs propositions, ‘Kalimat majemuk adalah kalimat yang berisi dua

verba atau lebih yang dikonjugasikan, jadi kalimat majemuk terdiri dari dua klausa atau lebih’.

Selanjutnya Delatour membagi kalimat majemuk menjadi dua, yaitu la subordination dan la coordination.

(1) Subordination ‘subordinasi’

Kalimat kompleks bisa terdiri dari dua klausa atau lebih, klausa satu berfungsi sebagai klausa atasan dan yang lain berfungsi sebagai klausa bawahan.

(35)

‘Ketika Nadine pulang ke rumahnya, dia menyalakan lampu’.

Kalimat di atas terdiri dari dua klausa, Dès que Nadine rentre chez elle, merupakan klausa bawahan dan elle allume la lampe adalah klausa atasan. Klausa bawahan tidak akan bermakna jika tidak ada klausa atasan.

(2) Coordination ‘koordinasi’

Kalimat majemuk yang terdiri dari dua klausa atau lebih yang dihubungkan dengan konjungsi koordinatif seperti et, ou, ni, mais, car, donc. Setiap klausa tidak tergantung pada klausa yang lain dan memiliki kedudukan yang sama.

Contoh: Nadine rentre chez elle et allume la lampe.

‘Nadine pulang ke rumahnya dan menyalakan lampu’.

Kalimat di atas terdiri dari dua klausa. Kedua klausa memiliki kedudukan yang setara, yaitu sebagai klausa bebas.

2.5 Paronim

2.5.1 Pengertian Paronim

Bagi pembelajar bahasa asing, khususnya bahasa Prancis, perlu mengerti dan memahami makna setiap kata, karena setiap kata mempunyai makna yang berbeda. Makna suatu kata barulah jelas bila berada dalam konteks kalimat.

Contoh dalam bahasa Prancis, kata ‘le médecin’ yang berarti ‘dokter’ dan ‘le médecine’ yang berarti ‘obat’, bila kedua kata tersebut berdiri sendiri maka akan

(36)

kemiripan bentuk, ejaan, dan lafal. Inilah yang disebut dengan paronim. Kosakata berparonim akan lebih jelas maknanya bila berada dalam suatu kalimat, contohnya: - Le médecin est en train d’examiner ses patients.

( Dokter sedang memeriksa beberapa pasiennya.) - Ma mère achète la médecine à la pharmacie.

(Ibuku membeli obat di apotek.)

Menurut Littré (1987:4485), paronyme est un mot qui a du rapport avec un autre par le son qu’il fait entendre, de sorte que les gens mal instruits peuvent les

confondre, ‘paronim adalah kata yang mempunyai hubungan dengan kata yang lain

melalui suara/bunyi yang diperdengarkan, sehingga orang yang tidak terpelajar tidak dapat membedakannya.

Menurut Dubois, dkk (1994:349) on appelle paronymes des mots ou des suites de mots de sens différent, mais de forme relativement voisine, ‘kita menyebut kata

yang berparonim sebagai kata-kata yang saling berkaitan dari makna yang berbeda, tetapi bentuknya hampir berdekatan’, contohnya allocution (pidato singkat), dan allocation (tunjangan).

(37)

Paronyme, se dit de mots presque homonymes qui peuvent être confondus,

ex : éminent (luar biasa tinggi, besar, nilainya), imminent (dekat/akan segera terjadi), ‘paronim adalah kata-kata yang menyerupai homonim sehingga dapat membingungkan (Petit Robert de Paul Robert 2007:1811)’.

Diunduh dari http: //linternaute. com/ dictionnaire /fr/ définition /paronyme/ paronyme se dit des mots qui se rassemblent fortement de par leur forme, leur

orthographe, mais qui ont des sens différents (Linguistique), ‘paronim adalah

kata-kata yang sangat mirip bentuknya, ejaannya, tetapi mempunyai makna berbeda’. Paronim disebut juga homonim yang palsu (de faux homonyme) yang artinya kata yang penandanya hampir sama (mirip) namun berbeda arti.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa paronim adalah kata-kata yang hampir mirip cara pengucapannya, bentuk tulisan yang hampir berdekatan namun maknanya berbeda.

Memahami paronim berarti mengerti dengan benar kedua kata yang mirip ucapan, ejaan, tetapi maknanya berbeda, sedangkan menggunakan paronim adalah memakai kata-kata tersebut dengan benar sehingga dapat diketahui dengan jelas maknanya bila digunakan dalam kalimat secara tertulis.

2.5.2 Kosakata Berparonim dalam Materi Bahasa Prancis s/d Semester III dalam Buku Pegangan Campus I dan Campus II s/d Unité 4

(38)

dalam buku Campus I dan Campus II s/d Unité 4. Pada proses pembelajaran, mahasiswa menggunakan buku pegangan Campus I dan Campus II sebagai pedoman pembelajaran. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan mereka dalam mengenali bentuk bahasa Prancis yang mirip serta pemahaman mereka akan tata bahasa dan kosakata.

Kosakata berparonim yang terdapat dalam buku pegangan Campus I dan Campus II s/d Unité 4 terdiri dari 13 pasang verba berparonim, 15 pasang nomina

berparonim, dan 1 pasang adjektiva berparonim, namun adverbia berparonim tidak ditemukan dalam buku pegangan Campus I dan Campus II s/d Unité 4. Pengklasifikasikan kosakata berparonim akan disajikan dalam 3 tabel sebagai berikut:

Tabel 1

Verba Arti

Se lever dan se laver bangun tidur/berdiri dan mandi, membersihkan diri

Emmener dan amener membawa / mengajak (pergi seseorang) dan

mengantarkan (seseorang)

Réparer dan préparer memperbaiki dan mempersiapkan

Emporter dan emprunter membawa (qqch ou abstrait), merebut, menyeret,

membawa hanyut dan meminjam Raconter dan rencontrer bercerita dan bertemu (dengan)

Monter dan montrer naik dan menunjukkan

(39)

Entendre dan attendre mendengar dan menunggu

Permettre dan promettre mengijinkan, memperbolehkan dan berjanji

Offrir dan ouvrir memberikan dan membuka

Repousser dan (se)

reposer

menolak (seseorang), menolak tawaran seseorang dan beristirahat/ meletakkan kembali

Chasser dan casser berburu dan memecahkan, mematahkan

Vouloir dan valoir ingin, mau, hendak dan berharga, bernilai

Tabel 2

Nomina Arti

Le minuit dan la minute tengah malam dan menit

Le magasin dan le magazine toko dan majalah

L’humeur (f) dan l’humour (m) suasana hati, rasa senang, dan humor

Le change dan la chance pertukaran uang/barang dan

keberuntungan, kesempatan baik

Le médecin dan la médecine dokter dan obat

(40)

La proposition dan la préposition usulan, pendapat, kalimat dan kata depan (preposisi)

La conversation dan la conservation percakapan dan pemeliharaan

dernier, ière(f) dan derrière (m) bagian akhir dan bagian belakang

Le poisson dan le poison ikan dan racun

Le champagne dan la campagne sampanye dan pedesaan

Le cours dan (faire des) courses kuliah, pelajaran dan berbelanja

Les cheveux dan les chevaux rambut dan kuda (jamak)

Le complément dan le compliment pelengkap, tambahan dan pujian

La chaîne dan Chine (n) stasiun televisi dan (negeri) Cina

Tabel 3

Adjektiva Arti

(41)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian yang meliputi penentuan variabel penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, sistem penelitian, dan metode analisis data.

3.1Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan mahasiswa Semester III Prodi Pendidikan bahasa Prancis tahun ajaran 2008/2009 dalam memahami dan menggunakan paronim dalam kalimat bahasa Prancis.

3.2Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 2002:108). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Semester III Prodi Pendidikan bahasa Prancis tahun ajaran 2008/2009 yang telah lulus mata kuliah Structure II, Lire II, dan Écrire II, dan telah menyelesaikan buku pegangan Campus I dan Campus II s/d Unité 4.

(42)

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto 2002:109). Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 21 orang, maka tidak diambil sampel. Jadi, semua mahasiswa yang telah disebut di atas dijadikan populasi penelitian dan sekaligus sampel penelitian.

3.3Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Dokumentasi dan metode Tes. Berikut ini akan diuraikan kedua metode tersebut:

3.3.1 Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai:

(1) Daftar nama dan jumlah mahasiswa Semester III Program Studi Pendidikan bahasa Prancis tahun ajaran 2008/2009 yang telah lulus mata kuliah Structure II, Lire II, dan Écrire II, dan telah menyelesaikan buku pegangan Campus I dan Campus II s/d Unité 4.

(2) Materi bahasa Prancis s/d Semester III dalam bahasa tulis berupa kosakata berparonim yang terdapat dalam buku pegangan Campus I dan Campus II sampai dengan Unité 4.

3.3.2 Metode Tes

(43)

(1) Pemilihan dan Penyusunan Instrumen

Instrumen penelitian perlu disusun agar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam suatu penelitian. Penyusunan instrumen disesuaikan dengan bahan yang telah diajarkan.

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan ada 2 macam, yaitu: a. Instrumen pengukur pemahaman

Tes untuk mengukur pemahaman ini terdiri dari 30 butir soal. Mahasiswa diminta untuk membaca, mengenali, mengingat, dan kemudian mengartikan kata yang berparonim.

b. Instrumen pengukur penggunaan

Instrumen ini digunakan untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam menggunakan kosakata berparonim yang telah disediakan ke dalam bentuk kalimat bahasa Prancis secara tertulis. Tes ini terdiri dari 30 (tiga puluh) butir soal. Pada instrumen ini, hal yang lebih ditonjolkan adalah penggunaan kosakata berparonim tersebut dalam kalimat bahasa Prancis.

Tes ini diberikan setelah orang yang dimaksud mempelajari hal-hal yang akan diteskan (Arikunto 1997:128). Materi yang diteskan adalah materi bahasa Prancis s/d Semester III dalam bahasa tulis berupa kosakata berparonim yang terdapat dalam buku pegangan Campus I dan Campus II sampai dengan Unité 4.

(44)

Tabel 4 Kisi-kisi Instrumen

Variabel Sub Variabel Indikator No

(45)
(46)

(2) Uji coba instrumen

Sebelum melaksanakan tes mengenai kemampuan memahami dan menggunakan paronim dalam kalimat bahasa Prancis, terlebih dahulu dilakukan uji coba yang diberikan kepada 5 (lima) mahasiswa Semester III Prodi pendidikan bahasa Prancis tahun ajaran 2008/2009. Uji coba tersebut dilaksanakan pada tanggal 2 dan 4 Desember 2008. Uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui reliabilitas instrumen dan perkiraan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan instrumen yang sebenarnya. Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes adalah 90 menit.

3.4Validitas dan Reliabilitas 3.4.1 Validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi karena materi yang diteskan sesuai dengan materi yang telah diperoleh mahasiswa tersebut setelah menyelesaikan buku pegangan Campus I dan Campus II s/d Unité 4.

3.4.2 Reliabilitas

(47)

Kemudian hasil tes pertama (X) dikorelasikan dengan hasil tes kedua (Y) dengan menggunakan rumus korelasi product-moment. Setelah dilakukan uji coba instrumen diperoleh data pada tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5

Hasil Tes Uji coba Instrumen Tes Pemahaman dan Penggunaan Paronim dalam Kalimat Bahasa Prancis

Nama X Y

Data di atas kemudian dianalisis. Sebelum menganalisis dengan menggunakan rumus product moment, terlebih dahulu dibuat tabel persiapan yang terdapat pada lampiran 3.

Data pada tabel persiapan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rumus product moment sebagai berikut:

(48)

Perhitungan menggunakan rumus Product moment menghasilkan rxy= 0,885, r

tabel untuk N = 5 adalah 0, 878. Hal ini berarti bahwa r hitung lebih besar dari r tabel (0,

885 > 0, 878). Dengan demikian, soal yang diujicobakan dinyatakan reliabel. 3.5Sistem Penilaian

3.5.1 Skor penilaian

(1) Skor tes kemampuan pemahaman paronim Tabel 6.

Skor Kriteria 0 Tidak menjawab/menjawab salah

1 Menjawab benar

Dari penilaian seperti di atas dapat diketahui bahwa setiap butir soal mempunyai skor yang sama yaitu 1 (satu) yang diperoleh langsung dari koreksi terhadap nomor butir soal yang dijawab betul. Jumlah skor maksimal adalah 30 (tiga puluh) dan skor minimal adalah 0 (nol).

(2) Skor tes kemampuan menggunakan paronim dalam kalimat bahasa Prancis (tulis) mempunyai jumlah bobot nilai 2 (dua) dengan rincian sebagai berikut:

a. Skor 2, penggunaan paronim benar, kalimat benar dan struktur kalimat benar. b. Skor 1, penggunaan paronim benar, struktur kalimat kurang benar (masih terdapat

kesalahan konjugasi, ejaan, tanda baca, maupun kosakata yang digunakan), namun compréhensible (kalimat masih dapat dipahami).

(49)

Pada instrumen ini, hal yang lebih ditonjolkan adalah penggunaan kosakata berparonim tersebut dalam kalimat bahasa Prancis. Jumlah skor maksimal adalah 90 (sembilan puluh) dan skor minimal adalah 0 (nol).

3.5.2 Penilaian

Setelah skor ditentukan, dikonversikan dalam nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

SM :Standar Mark yang diberikan (besarnya skala penilaian yang dikehendaki yaitu 100 ).

Setelah didapatkan nilai untuk masing-masing mahasiswa, kemudian data tersebut dimasukkan dalam kriteria penilaian yang berlaku di UNNES sesuai dengan SK Rektor UNNES No.163 Tahun 2004, yaitu sebagai berikut :

Tabel 7.

(50)

3.6Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis kritis. Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif persentase, sedangkan analisis kritis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar kesalahan yang dilakukan mahasiswa dalam mengerjakan tes tersebut.

Rumus analisis deskriptif persentase adalah sebagai berikut:

P = ×100% N

f

Keterangan:

P = angka persentase

f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

(51)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil penelitian berupa hasil pengumpulan data dan pembahasan berupa hasil penelitian.

4.1 Hasil Pengumpulan Data

Berdasarkan hasil penelitian tentang kemampuan mahasiswa Semester III Prodi Pendidikan Bahasa Prancis tahun ajaran 2008/2009 dalam memahami dan menggunakan paronim dalam kalimat bahasa Prancis, yang dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2009 terhadap 21 responden, diperoleh skor mentah untuk masing-masing responden. Skor yang diperoleh masing-masing-masing-masing responden tersebut kemudian dikonversikan dalam nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

S = SM N R

×

Keterangan:

S : Nilai yang dicari

R : Skor mentah yang diperoleh mahasiswa

N : Skor maksimal ideal dari tes yang bersangkutan

SM : Standar Mark yang diberikan (besarnya skala penilaian yang dikehendaki yaitu 100).

Dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh nilai masing-masing responden yang terdapat pada lampiran 4.

(52)

Kemudian, nilai rata-rata kemampuan memahami dan menggunakan paronim bahasa Prancis pada mahasiswa Semester III Prodi Pendidikan Bahasa Prancis tahun ajaran 2008/2009 dapat diketahui dari perhitungan jumlah nilai yang diperoleh

mahasiswa dibagi dengan jumlah mahasiswa = 21 1523

72,5.

Jadi, kemampuan mahasiswa Semester III Prodi Pendidikan Bahasa Prancis tahun ajaran 2008/2009 dikategorikan baik, karena nilai rata-rata kemampuan mahasiswa dalam memahami dan menggunakan paronim dalam kalimat bahasa Prancis adalah 72,5.

Data nilai pada lampiran 4 kemudian dimasukkan dalam kategori penilaian yang berlaku di UNNES. Hasilnya disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 8. Persentase Hasil Penelitian Tes Pemahaman dan Penggunaan Paronim dalam Kalimat Bahasa Prancis.

Rentangan nilai Kategori Jumlah (frekuensi) Persentase (%)

86-100 Baik sekali 3 14,285%

81-85 Lebih dari baik 1 4,761%

71-80 Baik 7 33,33%

66-70 Lebih dari cukup 4 19,05%

61-65 Cukup 4 19,05%

56-60 Kurang dari cukup 2 9,524%

51-55 Kurang - -

0-50 Gagal (tidak lulus) - -

(53)

Berdasarkan rincian nilai mahasiswa dalam memahami dan menggunakan paronim dalam kalimat bahasa Prancis di atas, maka rentangan nilai 71-80 mempunyai frekuensi terbanyak, yaitu 7 (tujuh) responden.

4.2 Pembahasan

Hasil tes pemahaman dan penggunaan paronim secara keseluruhan menunjukkan nilai rata-rata yang dapat dicapai oleh mahasiswa Semester III Prodi Pendidikan Bahasa Prancis tahun ajaran 2008/2009 dalam memahami dan menggunakan paronim dalam kalimat bahasa Prancis adalah 72,5. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan rata-rata mahasiswa termasuk dalam kategori baik. Namun, rata-rata pemahaman paronim bahasa Prancis lebih tinggi daripada penggunaan paronim dalam kalimat bahasa Prancis.

1. Tes pemahaman paronim bahasa Prancis

Tes yang terdiri dari 30 soal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam mengenali, mengingat, memahami, dan kemudian mengartikan kosakata berparonim.

a. Soal verba

1) Verba casser dan chasser

(54)

2) Verba permettre dan promettre

Untuk verba permettre dan promettre, 100% responden menjawab dengan benar kedua verba tersebut. Jawaban yang benar untuk verba permettre adalah ‘memperbolehkan, mengijinkan, membiarkan’, sedangkan verba promettre yang berarti ‘berjanji’. Hal itu berarti responden dapat memahami pasangan kata berparonim (permettre dan promettre) dengan baik.

3) Verba valoir dan vouloir

Jawaban yang benar untuk verba valoir adalah ‘berharga, bernilai’, sedangkan untuk verba vouloir, jawaban yang benar adalah ‘ingin, mau, hendak’.

Untuk verba valoir, 20 responden menjawab dengan benar dan 1 responden menjawab salah, yaitu dengan menuliskan verba valoir lagi dan tidak mengartikannya ke dalam bahasa Indonesia.

Untuk verba vouloir, 19 responden menjawab dengan benar dan 2 responden menjawab salah, yaitu mereka menjawab dengan jawaban ‘keinginan’. Jawaban tersebut salah karena ‘keinginan’ dalam bahasa Prancis adalah ‘le désir’ dan ‘keinginan’ merupakan bentuk nomina, bukan verba. Responden mungkin kurang cermat dalam membedakan antara verba dan nomina.

4) Verba tromper dan tremper

Jawaban yang benar untuk verba tromper adalah ‘membohongi, menipu’, sedangkan verba tremper yang berarti ‘membasahi, merendam’. Untuk verba tromper

dan tremper, 100% responden menjawab dengan benar. Hal itu berarti responden

(55)

5) Verba amener dan emmener

Jawaban yang benar untuk verba amener adalah ‘mengantarkan (seseorang)’, ‘conduire quelqu’un vers un lieu’.

Untuk verba amener, 6 responden yang menjawab dengan benar dan 15 responden menjawab salah. Jawaban-jawaban salah tersebut adalah 2 responden menjawab ‘membawa’, 7 responden menjawab ‘mengajak’, 5 responden menjawab ‘membawa, mengajak’, dan 1 responden menjawab ‘membasahi’

2 responden yang menjawab dengan jawaban ‘membawa’, dalam hal ini, kata ‘membawa’ dalam bahasa Prancis adalah ‘porter’. Responden dalam soal ini tidak menjawab dengan kata ‘membawa (pergi) seseorang’. Jadi, jika responden hanya menjawab dengan jawaban ‘membawa’, maka jawaban tersebut salah, karena kata tersebut kurang dapat dipahami jika tidak dalam konteks kalimat.

7 responden yang menjawab dengan jawaban ‘mengajak’, dalam hal ini, kata ‘mengajak’ dalam bahasa Prancis adalah ‘emmener’. Responden kurang cermat dalam memahami, membedakan dan memaknai verba ‘amener’.

1 responden menjawab ‘membasahi’ mungkin dikarenakan responden ingin menuliskan jawaban tersebut pada soal yang sebelumnya.

Jawaban yang benar untuk verba emmener adalah ‘membawa / mengajak (pergi) seseorang’, ‘aller quelque part avec quelqu’un’.

(56)

sedangkan 1 responden menjawab dengan jawaban ‘menemani’. Jawaban tersebut salah, karena kata ‘menemani’ dalam bahasa Prancis adalah ‘accompagner’.

6) Verba repousser dan reposer

Jawaban yang benar untuk verba (se) repousser adalah ‘menolak (seseorang), menolak tawaran seseorang’. 100% responden menjawab dengan benar verba repousser.

Jawaban yang benar untuk verba (se) reposer adalah ‘beristirahat, meletakkan kembali, menaruh kembali’. Untuk verba (se) reposer, 19 responden menjawab dengan benar dan 2 responden menjawab salah, yaitu 1 responden menjawab dengan jawaban ‘istirahat’. Jawaban tersebut salah karena ‘istirahat’ dalam bahasa Prancis adalah ‘le repos’ dan ‘istirahat’ merupakan bentuk nomina, bukan verba. Responden tersebut mungkin kurang cermat dalam membedakan antara verba dan nomina, sedangkan 1 responden lagi menjawab salah dengan jawaban ‘meletakkan’. Jawaban tersebut salah, karena kata ‘meletakkan’ dalam bahasa Prancis adalah ‘mettre’.

b. Soal nomina

7) Nomina l’humeur (f) dan l’humour

Jawaban yang benar untuk soal nomina l’humeur ini adalah ‘suasana hati, rasa senang’.

(57)

Jawaban yang benar untuk nomina l’humour adalah ‘humor’. Untuk nomina l’humour, 18 responden dapat memahami dengan benar dan 3 responden menjawab

salah, yaitu menjawab dengan jawaban ‘lucu’, ‘rasa humor’, ‘jenaka’. Mereka menganggap bahwa humor adalah sesuatu yang bersifat lucu, sehingga mereka menjawab dengan jawaban adjektiva, bukan nominanya, sehingga, jawaban-jawaban tersebut salah.

8) Nomina le change dan la chance

Jawaban yang benar untuk soal nomina le change adalah ‘penukaran, pertukaran uang/barang’.

Untuk nomina le change, hanya 5 responden yang menjawab dengan benar, sedangkan 16 responden menjawab salah yaitu 7 responden menjawab dengan jawaban ‘perubahan’, 3 responden menjawab ‘untung’, 1 responden menjawab ‘berubah’, 1 responden menjawab ‘merubah’, 1 responden menjawab ‘keuntungan’, 1 responden menjawab ‘kurs uang’, 1 responden menjawab dengan jawaban ‘nasib baik’, dan 1 responden tidak menjawab soal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan karena responden memahami nomina le change dengan kata dalam bahasa Inggris, yaitu change yang berarti ‘perubahan’. 1 responden yang menjawab salah dengan jawaban ‘keuntungan’ karena ‘keuntungan’ merupakan makna atau arti dari pasangan berparonim le change yaitu la chance.

(58)

tersebut salah, karena ‘beruntung’ merupakan verba, bukan nomina. Responden mungkin kurang cermat dalam membedakan antara verba dan nomina.

9) Nomina dessous (m) dan dessus (m)

Jawaban yang benar untuk nomina dessous (m) adalah ‘bagian bawah’, dan nomina dessus (m) adalah ‘bagian atas’. Baik nomina dessous (m) maupun nomina dessus (m), 100% atau 21 responden menjawab dengan benar kedua nomina tersebut.

Hal itu berarti responden dapat memahami pasangan kata berparonim (dessous (m) dan dessus (m)) dengan baik.

10) Nomina la proposition dan la préposition

Jawaban yang benar untuk nomina la proposition adalah ‘usulan, pendapat, kalimat’, sedangkan nomina la préposition adalah ‘preposisi/kata depan’. Baik nomina la proposition maupun nomina la préposition, 100% atau 21 responden menjawab dengan benar kedua nomina tersebut. Hal itu berarti responden dapat memahami pasangan kata berparonim (la proposition dan la préposition) dengan baik.

11) Nomina la conversation dan la conservation

Jawaban yang benar untuk nomina la conversation adalah ‘percakapan, perbincangan, pembicaraan’. Untuk nomina la conversation, 100% responden dapat menjawab dengan benar. Hal itu berarti responden dapat memahami nomina la conversation dengan baik, sedangkan untuk nomina la conservation, jawaban yang

(59)

conservation, 20 responden dapat menjawab dengan benar dan 1 responden tidak menjawab soal ini.

12) Nomina le poisson dan le poison

Jawaban yang benar untuk nomina le poisson adalah ‘ikan’, sedangkan nomina le poison adalah ‘racun’. Baik nomina le poisson maupun nomina le poison, 100% atau 21 responden menjawab dengan benar kedua nomina tersebut. Hal itu berarti responden dapat memahami pasangan kata berparonim (le poisson dan le poison) dengan baik.

13) Nomina les cheveux dan les chevaux

Jawaban yang benar untuk nomina les cheveux adalah ‘rambut’ dan 100% responden dapat menjawab soal tersebut dengan benar.

Jawaban yang benar untuk nomina les chevaux adalah ‘beberapa kuda’. Untuk nomina les chevaux, 19 responden dapat menjawab dengan benar, sedangkan 2 responden lagi tidak memberi jawaban.

14) Nomina le complément dan le compliment

Jawaban yang benar untuk nomina le complément adalah ‘pelengkap, tambahan’. Untuk nomina le complément, 20 responden dapat menjawab dengan benar, dan sisanya 1 responden menjawab salah, yaitu menjawab dengan jawaban ‘keterangan’. Jawaban tersebut salah, karena ‘keterangan’ dalam bahasa Prancis adalah ‘explication (f)’.

(60)

menjawab dengan jawaban ‘nasehat’. Jawaban tersebut salah, karena ‘nasehat’ dalam bahasa Prancis adalah ‘conseil (m)’.

c. Soal adjektiva

15) Adjektiva jaune dan jeune

Soal adjektiva dalam tes ini terdiri dari pasangan kosakata paronim, yaitu ‘jaune’ yang berarti ‘kuning’ dan ‘jeune’ yang berarti ‘muda’. Untuk adjektiva ‘jaune’ dan ‘jeune’, 100% responden dapat menjawab dengan benar kedua adjektiva tersebut. Hal itu berarti responden dapat memahami pasangan kata berparonim (jaune dan jeune) dengan baik.

.2. Tes pemahaman paronim bahasa Prancis

a. Soal verba 1 a) Verba casser

Untuk verba casser, responden diminta untuk membuatnya ke dalam kalimat bahasa Prancis. Contoh kalimat yang benar untuk soal ini adalah Quand il est en colère, il casse souvent des assiettes (Ketika ia marah, ia sering memecahkan

beberapa piring).

(61)

elle est en colere, Hier, (3) Leur enfant a cassé quelques assiette au restaurant hier,

(4) Nous cassons des assiette quand nous mangeons à la restaurant, (5) Mon petit frère casserais une assiette par jour, (6) J’ai cassé une assiette, quand j’ai dinné

dans restaurant, (7) Mon petit frère casserais une assiette par jour, sedangkan

responden yang mendapat skor 0 sebanyak 3 responden, karena kalimat yang mereka buat tidak dapat dipahami dan terdapat kesalahan pada struktur kalimat, maupun kosakata yang digunakan, seperti; (1) Un enfant casse, (2) Quand la course de football, il a cassé son esprit, (3) J’ai cassé la glace quand je bois du lait, Contoh

kalimat (3) seharusnya menuliskan kata le verre untuk kata la glace. 1 b) Verba chasser

Untuk verba chasser, responden diminta untuk membuatnya ke dalam kalimat bahasa Prancis. Contoh kalimat yang benar untuk soal ini adalah Jadis, les rois aimaient bien chasser dans la fôret (Pada jaman dahulu, raja-raja sangat suka berburu

di dalam hutan).

Pada butir soal ini, 9 responden mendapat skor 2 karena mereka dapat menggunakan verba chasser dengan struktur kalimat yang benar berdasarkan konteksnya, sedangkan 10 responden mendapat skor 1. Kesalahan yang muncul adalah kesalahan pada struktur kalimat, konjugasi, ejaan, tanda baca, maupun kosakata yang digunakan. Meskipun demikian, penggunaan paronimnya benar dan maknanya masih dapat tersampaikan, seperti pada contoh kalimat berikut; (1) À la fôrete, les chausseur chassent le tigre, l’ours, le loup etc, (2) Un chasseur a chasse

(62)

père chasse un sanglier à la forêt derriere cette blanche montagne, (5) Beaucoup de

chasseur chassent les animaux sauvages, (6) Les chasseur ont chassé des tigres dans

la fôret de Kalimantan, (7) Chaque anné des rhinoceros a été chassé par la chasse,

(8) Tout le monde de quatre coins du monde pour chasser les lions au Zimbabwe, (9) Ce fils a chassé l’éléphant dans le forêt, (10) Mon oncle aime chasser au fôret à lyon,

sedangkan 2 responden lainnya mendapat skor 0, karena kalimat yang dibuatnya tidak dapat dipahami, yaitu (1) J’ai choisi de la réglementer au lieu de, (2) Le gouvernement de l’Indonésie a interdit la chasse dans la réserve naturelle. Meskipun

kalimat no.2 benar secara struktural dan gramatikal, namun dalam perintah soal, responden diminta untuk membuat kalimat dengan verba chasser, bukan nomina la chasse. Mahasiswa tersebut kurang teliti dalam membaca soal ini.

2 a) Verba permettre

Untuk verba permettre, responden diminta untuk membuatnya ke dalam kalimat bahasa Prancis. Contoh kalimat yang benar untuk soal ini adalah Mes parents me permettent de sortir chez mon ami (Orang tuaku mengijinkanku untuk keluar ke

rumah temanku).

Pada butir soal ini, 11 responden mendapat skor 2, sedangkan 8 responden lainnya mendapat skor 1, seperti contoh kalimat berikut; (1) Le médcin permet fumer à ses clients à l’hôpital, (2) Sa mère lui permets de sortir, (3) Est-ce vous me

permettez de danser avec votre fille, (4) Mes parents me permets d’aller à la fête de

mon ami, (5) Mes parents ne permetent pas que je sorte quand la fête de nouvelle

(63)

pas le fumer, (8) Il permet tous les gens à son maison. Kesalahan-kesalahan yang

dilakukan mahasiswa tersebut sama seperti kesalahan-kesalahan pada butir soal sebelumnya, yaitu kesalahan pada struktur kalimat, konjugasi, ejaan, tanda baca, maupun kosakata yang digunakan. Meskipun demikian, penggunaan paronimnya benar dan maknanya masih dapat tersampaikan.

Responden yang mendapat skor 0 sebanyak 2 responden karena kalimat yang mereka buat tidak dapat dipahami, penggunaan paronimnya tidak tepat sehingga maknanya tidak dapat tersampaikan, seperti pada contoh kalimat berikut: (1) Ma mère permetté mon ami, (2) Est-ce vous me permettez de danse avec notre fille.

2 b) Verba promettre

Untuk verba promettre, responden diminta untuk membuatnya ke dalam kalimat bahasa Prancis. Contoh kalimat yang benar untuk soal ini adalah Il a promis de venir chez moi, demain matin (Dia telah berjanji untuk datang ke rumahku besok

pagi).

Pada butir soal ini, 11 responden mendapat skor 2, sedangkan 8 responden lainnya mendapat skor 1 seperti pada contoh kalimat berikut; (1) Yexta prommet voir ses parents plus souvent a la campagne, (2) Il a promis aider aux victims

d’inondation, (3) Elle a promis son aide a sa mère, (4) Je promets de ne pas assister

le marriage de Jean et Sylvie, (5) Il me promets qu’il m’aidera s’il peut, (6) Je te

promet de venir à ta fête d’anniversaire, (7) Je te promets pour venir à ton fête

demain, (8) Françhoise me promette pour venir chez moi. Kesalahan-kesalahan yang

(64)

sebelumnya, yaitu kesalahan pada struktur kalimat, konjugasi, ejaan, tanda baca, maupun kosakata yang digunakan. Meskipun demikian, penggunaan paronimnya benar dan maknanya masih dapat tersampaikan.

Responden yang mendapat skor 0 sebanyak 2 responden karena kalimat yang mereka buat tidak dapat dipahami, penggunaan paronimnya tidak tepat sehingga maknanya tidak dapat tersampaikan, seperti pada contoh kalimat berikut; (1) Ma mère me promette la pouppe de duphin, (2) Je te promets de me taire que je me

tairai.

3 a) Verba valoir

Untuk verba valoir, responden diminta untuk membuatnya ke dalam kalimat bahasa Prancis. Contoh kalimat yang benar untuk soal ini adalah La voiture de M. Vincent a valu 3 millions francs (Mobil Pak Vincent berharga 3 juta francs).

Pada butir soal ini, 13 responden mendapat skor 2 karena mereka dapat menggunakan verba valoir dengan struktur kalimat yang benar berdasarkan konteksnya, sedangkan 4 responden mendapat skor 1. Kesalahan yang muncul adalah kesalahan pada struktur kalimat, konjugasi, ejaan, tanda baca, maupun kosakata yang digunakan. Meskipun demikian, penggunaan paronimnya benar dan maknanya masih dapat tersampaikan, seperti pada contoh kalimat berikut; (1) Ta maison vaut 300 millions rupiahs. Elle est cher, (2) Ce chemise vaut trois cent mille francs, (3) La

moto que mon pére me donne vaut beaucoup, (4) Votre maison vaut quatre cent mille

(65)

Responden yang mendapat skor 0 sebanyak 4 responden, 2 responden tidak menjawab soal tersebut, sedangkan 2 responden lainnya membuat kalimat sebagai berikut: (1) Mes chausseurs vaulent 30 €, (2) Ton ordinateur veut sept mille francs, il est mauvais.

Responden (2) salah mengkonjugasikan dengan pasangan kata berparonim verba valoir, yaitu verba vouloir.

3 b) Verba vouloir

Untuk verba vouloir, responden diminta untuk membuatnya ke dalam kalimat bahasa Prancis. Contoh kalimat yang benar untuk soal ini adalah Je veux bien faire du football avec Cristiano Ronaldo (Saya sangat ingin bermain sepak bola dengan

Cristiano Ronaldo).

Pada butir soal ini, 17 responden mendapat skor 2 karena mereka dapat menggunakan verba vouloir dengan struktur kalimat yang benar berdasarkan konteksnya, sedangkan 4 responden mendapat skor 1 dan tidak ada yang mendapatkan skor 0.

Kesalahan yang dibuat responden adalah kesalahan pada struktur kalimat, konjugasi, ejaan, tanda baca, maupun kosakata yang digunakan. Meskipun demikian, penggunaan paronimnya benar dan maknanya masih dapat tersampaikan, seperti pada contoh kalimat berikut; (1) Je voudrais aller en France l’anné prochain, (2) Mon pèrre veut que je deviens un professeur, (3) Je voudrais que mes enfants puissent

parle le langue de leurs grands-parents, (4) Ma famille veulent que je puisse finir

(66)

4 a) Verba tromper

Untuk verba tromper, responden diminta untuk membuatnya ke dalam kalimat bahasa Prancis. Contoh kalimat yang benar untuk soal ini adalah Ce vendeur a trompé mon amie quand elle a acheté des fruits (Penjual itu telah membohongi

temanku ketika ia membeli buah-buahan).

Pada butir soal ini, 15 responden mendapat skor 2, karena mereka dapat menggunakan verba tromper dengan struktur kalimat yang benar berdasarkan konteksnya, sedangkan 3 responden mendapat skor 1 karena terdapat kesalahan pada struktur kalimat. Meskipun demikian, penggunaan paronimnya benar dan maknanya masih dapat tersampaikan, seperti pada contoh kalimat berikut; (1) Hier, ma mére a éte trompée par un homme étranger, (2) Quand Pierre est lycéean, il trompe de ses

parents toujours, (3) Il a trompé ses parents toujour.

Responden yang mendapat skor 0 sebanyak 3 responden, karena kalimat yang mereka buat tidak dapat dipahami, kesalahan penulisan verba tromper, penggunaan paronimnya tidak tepat sehingga maknanya tidak dapat tersampaikan, seperti pada contoh kalimat berikut: (1) Le chauffeur a essayé de nous trompre à la rue, (2) Le trompeur a été arrêté et mis en prison par le police, (3) Le professeur m’a trompé sur

l’histoire délopae.

4 b) Verba tremper

(67)

Pada butir soal ini, 14 responden mendapat skor 2, karena mereka dapat menggunakan verba tremper dengan struktur kalimat yang benar berdasarkan konteksnya, sedangkan 3 responden mendapat skor 1. Kesalahan yang muncul adalah kesalahan pada struktur kalimat, konjugasi, ejaan, tanda baca, maupun kosakata yang digunakan. Meskipun demikian, penggunaan paronimnya benar dan maknanya masih dapat tersampaikan, seperti pada contoh kalimat berikut; (1) Quand il pleuvait, les plantes l’ont été trempé, (2) J’étais complètement trempé après le grosse pluie, (3)

Anne a trempé ma robe, sedangkan untuk 4 responden yang mendapatkan skor 0

dikarenakan responden terkecoh dengan pasangan paronim verba tremper yaitu verba tromper, seperti pada contoh kalimat berikut: (1) Quand le pluie, l’aeu a trompé sa

pantalon, (2) La pluie a trompé sa chemise quand il est aller à la fact, (3) La pluie a

trompé ma chemise. Kalimat tersebut menjadi tidak dapat dipahami dan tidak

memperhatikan perintah soal dengan baik. Ada pula 1 reponden yang mendapat skor 0 karena tidak membuat kalimat.

5 a) Verba amener

Untuk verba amener, responden diminta untuk membuatnya ke dalam kalimat bahasa Prancis. Contoh kalimat yang benar untuk soal ini adalah Le chauffeur de taxi a amené ces dames à l’aéroport (Supir taxi telah mengantarkan wanita-wanita itu ke

bandara).

Gambar

Tabel 1
Tabel 2 Nomina
Tabel 4 Kisi-kisi Instrumen
Tabel 5 Hasil Tes Uji coba Instrumen Tes Pemahaman dan Penggunaan Paronim
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memprediksi umur simpan produk zobo drink dalam kemasan botol kaca, HDPE, dan PET melaluli evaluasi perubahan fisikokimia

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja kerja (employee performance) adalah sebuah faktor yang mempengaruhi instansi untuk menentukan

Bapak/Ibu Dosen Program Studi Magister Matematika SPs Universitas Su- matera Utara yang telah memberikan ilmunya selama masa perkuliahan : Bapak Open Darnius, M.Sc, Drs.

jaran adalah sebagai berikut: a) Pe- ngawas mensosialisasikan kegiatan su- pervisi akademik metode kelompok untuk meningkatkan kompetensi guru dalam merancang desain

Angket ini bukan tes psikologi dari atasan atau dan manapun, maka dan itu Bapak/lbu/Sdr tidak perlu takut atau ragu-ragu dalam memberikan jawaban yang sejujurnya Artinya semua

wa Ta’ala Maha Suci dari setiap hal yang mengurangi sifat kesempurnaan-Nya, dan dari penyerupaan makhluk terhadap-Nya, serta dari sekutu yang menandingi-Nya.

Dari 7 (Tujuh) peserta yang telah mendaftar, pada tahapan pemberian penjelasan,tidak ada peserta yang memberikan pertanyaan, dengan demikian dianggap penyedia

The results showed that obesity and overweight in adolescents was indirectly affect the quality of life through depression in negative way.. The depression can be