• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI NORMALISASI SUNGAI SAMPEAN SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN BANJIR JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI NORMALISASI SUNGAI SAMPEAN SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN BANJIR JURNAL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI NORMALISASI SUNGAI SAMPEAN SEBAGAI UPAYA

PENGENDALIAN BANJIR

JURNAL

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.)

Disusun Oleh :

MUHAMMAD TARUNA SATYA M.

NIM. 0910643026-64

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

MALANG

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

STUDI NORMALISASI SUNGAI SAMPEAN SEBAGAI UPAYA

PENGENDALIAN BANJIR

JURNAL

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.)

Disusun Oleh :

MUHAMMAD TARUNA SATYA M.

NIM. 0910643026-64

Dosen Pembimbing I Dr. Runi Asmaranto, ST., MT. NIP. 19710830 200012 1 001 Dosen Pembimbing II Dr. Very Dermawan, ST., MT. NIP. 19730217 199903 1 001

(3)

STUDI NORMALISASI SUNGAI SAMPEAN SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN BANJIR

Muhammad Taruna Satya Mu’minin1, Runi Asmaranto2, Very Dermawan2

1Mahasiswa Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang 2Dosen Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang

email: tarunasatya@gmail.com

ABSTRAK

Daerah Aliran Sungai (DAS) Sampean adalah suatu DAS regional dengan luas 1.277,39 km2 mencakup wilayah Kabupaten Bondowoso dan Situbondo. Daerah hulu

berada di kompleks Gunung Argopuro dan Raung, Kabupaten Bondowoso. Adapun muaranya berada di Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo. Salah satu permasalahan yang terjadi pada Sungai Sampean adalah banjir. DAS Sampean berbentuk kipas, banyak anak sungai relatif pendek, slope curam. Hal ini mengakibatkan waktu konsentrasi aliran hujan menjadi relatif cepat, sehingga banjir yang terjadi sebagian besar merupakan banjir bandang (flash flood).

Studi ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kapasitas eksisting sungai dalam menampung debit banjir dan normalisasi Sungai Sampean sebagai upaya pengendalian banjir. Upaya penanggulangan banjir direncanakan menggunakan perbaikan penampang sungai (normalisasi) dan pembuatan tanggul. Analisa profil aliran dilakukan dengan menggunakan program HEC-RAS Version 4.1.0. Untuk analisa stabilitas lereng tanggul menggunakan program Geoslope Student Version.

Dalam kajian ini perencanaan pengendalian banjir menggunakan debit banjir rancangan Q50th. Pemilihan Q desain didasarkan pada banjir historis yang pernah terjadi

di outlet Bendung Sampean Lama sebesar 2400 m3/detik yang setara dengan debit banjir rancangan Q50th sebesar 2809,64 m3/detik. Normalisasi dilakukan dari ruas Bendung

Sampean Lama sampai Muara sepanjang 1,1 km. Setelah adanya upaya normalisasi dengan pelebaran penampang sungai dengan bentuk trapesium dengan lebar 40 m; kemiringan lereng 1 : 1, ternyata masih didapati air sungai yang melimpas pada beberapa ruas sungai. Upaya selanjutnya dilakukan penanganan dengan cara pembuatan tanggul. Tanggul direncanakan setinggi kedalaman air banjir ditambah tinggi jagaan, tinggi jagaan 1,2 m, lebar mercu tanggul 5 m, lebar berm 3 m, kemiringan lereng 1 : 1. Setelah kombinasi penanganan normalisasi dan tanggul, Sungai Sampean mampu menampung debit banjir dengan kala ulang 50 tahun. Dari analisis stabilitas tanggul didapatkan angka keamanan yang memenuhi persyaratan untuk keamanan terhadap kelongsoran.

(4)

ABSTRACT

Sampean Watershed is a regional watershed and its area about 1.277,39 km2, includes Bondowoso and Situbondo Regency. Upstream is in the Argopuro and Raung Mountain Complex, Bondowoso Regency. The downstream is in Panarukan, Situbondo. The main problem of Sampean River is flood. Sampean watershed is fan shaped, the number of tributaries, are short and steep slope. This result in the concentration time rains flow into relatively quickly, so the flood that occurs mostly a flash flood

The aim of this study is to determine the ability of the existing capacity of the river to accommodate the flood discharge and normalization Sampean River flood control efforts. Flood mitigation efforts is planned by improvement the cross section of the river or normalization and building the embankment. The hydraulic analysis of flow profile is using HEC-RAS program 4.1.0. Version and for embankment slope stability analysis uses the Student Version of Geoslope program.

The flood control planning uses Q50th design flood, the selection of Q design is

based on the historical of floods that have been occurred at the Old Sampean River, it was about 2400 m3/s that equivalent with Q50th design of flood discharge about 2809,64

m3/s. Normalization is done from Sampean lama Dam segment length to 1,1 km along the estuary. After the normalization by expand with a trapezium cross section shape of the river, 40 m width; slope of 1:1, it was still found inundation in some sections of the river. The next efforts by make the embankment. Embankment planned depth of flood waters as high as plus freeboard, the high of freeboard is 1,2 m, the width of embankment is 5 m, width of berm is 3 m, and the slope is 1:1. After normalization and combination treatment embankments, Sampean River is be able to accommodate the discharge Q50th. The embankment stability analysis has been done by using the program

of Student Version of Geoslope Program which is obtained the safety factor of landslide. Keywords: Flood Control, Normalization, Embankment, Slope Stability.

(5)

1. PENDAHULUAN

Daerah Aliran Sungai Sampean adalah suatu DAS regional dengan luas 1.277,388 km2 mencakup wilayah Kab-upaten Bondowoso dan Situbondo. Daerah hulu berada di kompleks Gunung Argopuro dan kompleks Gunung Raung, Kabupaten Bondowoso. Adapun muara-nya berada di Kecamatan Panarukan, Ka-bupaten Situbondo. Hulu Sungai Sam-pean berada sekitar 800 mdpl, sedangkan muaranya di 3 mdpl. Dengan panjang su-ngai 73 km, perbedaan tinggi itu men-jadikan gradien sungai cukup miring. Dalam kondisi normal aliran sungai ter-golong deras.

Adanya lahan kritis cenderung meningkatkan erosi, yang berakibat pada meningkatnya sedimentasi sungai, men-urunkan daya tampung sungai, sehingga timbul kawasan-kawasan rawan luapan air atau kawasan rawan banjir.

Permasalahan yang sampai ini belum tertangani dengan baik adalah masalah banjir, karena belum adanya bangunan pengendali banjir baik itu waduk pengendali maupun infrastruktur pengendali banjir seperti jalan aliran banjir (flood way) dan sudetan (short cut). Dengan kondisi DAS Sampean yang berbentuk kipas, sungai utama dan anak sungai yang banyak dan relatif pendek serta curam, mengakibatkan konsentrasi aliran, akibat hujan relatif cepat dan kecepatannya tinggi, sehingga banjir yang terjadi sebagian besar merupakan banjir bandang (flash flood).

Penyebab utama adalah kapasitas Sungai Sampean yang masuk Kota Situ-bondo sampai dengan muara hanya mam-pu mengalirkan banjir yang terjadi (Banjir 200 tahunan, ±2000 m3/detik) hanya dapat tertampung 1200 m3/detik (60 %). Dengan demikian kelebihan debit 800 m3/detik, harus direncanakan baik dalam waduk atau penampungan lainnya.

Beberapa dugaan penyebab banjir di daerah Sungai Sampean adalah sebagai berikut:

1. Kapasitas tampungan sungai yang tidak mencukupi pada beberapa ruas Sungai Sampean pada saat banjir 2. Adanya perubahan fungsi tata guna

lahan pada hulu DAS yaitu dari kawasan hutan menjadi daerah per-tanian dan ladang. Dengan adanya perubahan fungsi lahan tersebut maka pada waktu musim hujan limpasan yang terjadi semakin besar dikarenakan hutan sebagai daerah tangkapan air hujan semakin sempit 3. Terhalangnya aliran air dari anak

sungai yang akan masuk ke Sungai Sampean, dimana pada saat bersa-maan debit yang melewati Sungai Sampean juga besar sehingga terjadi aliran balik (back water) di anak su-ngai yang mengakibatkan air susu-ngai meluap.

4. Kondisi alur sungai yang relatif berkelok (meander) menyebabkan perlambatan aliran pada saat terjadi banjir.

Untuk mencapai hasil yang maksimal dari program pembangunan pengendalian banjir maka berdasarkan kajian teknis dan sosial yang mengarah ke identifikasi dan rekomendasi terhadap upaya pengendalian banjir, akan ditin-daklanjuti dengan membuat design terhadap bangunan-bangunan pengenda-lian banjir yang secara garis besar ber-tujuan untuk mengoptimalkan kondisi eksisting dan mengembangkan sistem pengendalian banjir yang baru. Dengan merencanakan serta membuat suatu pere-ncanaan design teknis sistem pengen-dalian banjir yang terpadu, maka diha-rapkan permasalahan banjir atau gena-ngan yang sering terjadi dapat diatasi.

2. KAJIAN PUSTAKA

Analisis Hidrologi

Analisa hidrologi pada dasarnya merupakan proses pengolahan data curah hujan, data luas dan bentuk daerah pengaliran (catchment area), data ke-miringan lahan, dan data tata guna lahan dan memiliki arahan untuk mengetahui besarnya curah hujan maksimum,

(6)

koefisien pengaliran, waktu konsentrasi, intensitas curah hujan, dan besar limpasan permukaan.

Dalam kaitannya dengan studi ini, maka diperlukan beberapa analisis hidrologi yang meliputi:

a. Analisis data curah hujan b. Analisis curah hujan rancangan c. Analisis debit banjir rancangan A.Analisis data curah hujan

Data hujan yang diperoleh dari alat penakaran hujan merupakan hujan yang terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Mengingat hujan sangat bervariasi terdapat tempat (space), maka untuk kawasan yang luas, satu alat penakaran hujan belum dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut. Dalam hal ini diperlukan hujan kawasan yang diperoleh dari harga rata-rata curah hujan beberapa stasiun penakaran hujan yang ada di dalam sekitar kawasan tersebut (Suripin, 2004: 26)

Ada tiga macam cara yang umum dipakai dalam menghitung hujan rata-rata suatu kawasan, yaitu:

1. Rata-rata aljabar

2. Metode Poligon Thiessen 3. Metode Isohyet

B.Analisa curah hujan rancangan

Curah hujan rancangan adalah curah hujan terbesar yang mungkin terjadi pada suatu daerah tertentu pada periode ulang tertentu, yang dipakai sebagai dasar perhitungan dalam perencanaan suatu dimensi bangunan air. Perhitungan curah hujan rancangan didasarkan pada analisis frekuensi, dengan sasaran utama untuk menentukan kala ulang peristiwa hidro-logi yang berharga tertentu, yang menca-kup juga peristiwa yang diharapkan menyamai atau lebih besar dari reratanya (Subarkah, 1980: 16).

Dalam menganalisa curah hujan rancangan biasanya dipakai salah satu dari bermacam-macam teori yang ada antara lain:

- Distribusi Log Pearson type III - Distribusi Gumbel

- Distribusi Log Normal

Tabel 1. Syarat pemilihan distribusi

frekuensi:

Jenis Distribusi Cs Ck

Gumbel 5,40 1,14

Distribusi Log Normal 3,00 0,00 Distribusi Log Pearson type

III

Bebas bebas

Sumber: Harto, Sri. l993: 245

C. Analisis debit banjir rancangan

Debit banjir rancangan adalah debit maksimum yang mungkin terjadi pada suatu daerah dengan peluang kejadian tertentu. Untuk menaksir banjir rancangan digunakan hidrograf-hidrograf sintetis yang telah dikembangkan di negara-neg-ara lain, dimana pnegara-neg-arameter-pnegara-neg-arameternya disesuaikan terlebih dulu dengan karak-teristik daerah pengaliran yang ditinjau.

Hidrograf satuan adalah hidrograf lim-pasan langsung yang dihasilkan oleh hu-jan efektif merata di DAS dengan inten-sitas tetap (diambil 1 mm/jam) dalam satu satuan waktu yang ditetapkan (diambil 1 jam). Hidrograf satuan ini dianggap tetap selama faktor fisik DAS tidak mengalami perubahan.

Analisa debit rencana pada studi ini menggunakan hidrograf satuan ber-dasar HSS Nakayasu dapat dirumuskan sebagai berikut (Soemarto, 1987: 168):

dengan:

Qp = debit puncak banjir (m3/dt) CA = luas daerah aliran sungai (km2)

Ro = curah hujan satuan (mm)

Tp = tenggang waktu dari permulaan

hujan sampai puncak hidrograf satuan(jam)

T0,3= waktu yang diperlukan oleh

penurunan debit, dari debit pun-cak sampai debit menjadi 30 % dari debit puncak hidrograf satuan (jam) ) T T (0,3 3,6 R . C Q 0,3 p o A p 

(7)

Gambar 1. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

Sumber: Soemarto, 1987: 168

Analisis Hidrolika

Analisis Kapasitas Sungai

Kapasitas Sungai Sampean dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Raju, R., l986: 87):

Gambar 2. Penampang Sungai Sumber: Raju, R, 1986: 87 Q = A . V A =(B+mh)h 2 / 1 3 / 2 1 S R n VP A R  1 2 2  B h m P dengan:

Q = debit sungai (m3/detik)

A = luas penampang basah saluran (m2)

B = lebar sungai (m) h = kedalaman sungai (m) m = kemiringan talud

V = kecepatan aliran (m/detik) R = jari-jari hidrolik (m) P = keliling basah (m)

n = koefisien kekasaran manning S = kemiringan dasar

Analisis Profil Aliran dengan

Program HEC-RAS

Elevasi muka air pada alur sungai perlu dianalisis untuk meng-etahui pada bagian (section) manakah terjadi luapan pada alur sungai, sehi-ngga dapat ditentukan dimensi untuk perbaikan sungai.

Sebagai alat bantu untuk meng-analisa profil muka air digunakan prog-ram HEC-RAS versi 4.1 untuk kondisi aliran steady, (tanpa pengaruh bang-unan) dan unsteady (dengan pengaruh bangunan). Paket model HEC-RAS adalah salah satu model yang dike-luarkan oleh U.S. Army Corps of Engi-neer River Analysis System (HEC-RAS) yang disusun oleh Hydrologic Eng-ineering Center. Software ini memiliki kemampuan penggunaan: perhitungan je-nis aliran steady flow dan unsteady flow satu dimensi, dan sediment transport yang akan ditambahkan pada versi berikutnya (new version).

Analisis Stabilitas

Tanah selalu mempunyai per-anan penting pada suatu lokasi peker-jaan konstuksi. Bahan tanah urugan un-tuk tanggul dapat memanfaatkan tanah-tanah sekitar bantaran sungai-sungai yang akan dibangm tanggul, yang pada umumnya berupa lempung kelanauan dengan plastisitas tinggi. Beberapa para-meter tanah yang dibutuhkan untuk men-ghitung daya dukung dan kestabilan lereng antara lain berat isi tanah, kohesi, dan sudut geser dalam. Gaya-gaya gravi-tasi dan rembesan (seepage) cende-rung menyebabkan ketidakstabilan pada ler-eng alami, pada lerler-eng yang dibentuk dengan cara penggalian, dan pada lereng tanggul serta bendungan tanah.

Stabilitas saluran umumnya diper-lukan untuk mengetahui besarnya tingkat stabilitas dari saluran yang telah diren-canakan yang tentunya dipengaruhi oleh kondisi tanah lokasi maupun struktur bangunan yang direncanakan berupa bes-aran yang disebut angka keamanan (safety factor). Untuk mempermudah analisa

(8)

stabilitas saluran digunakan perangkat lunak GEO-SLOPE.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Hidrologi

A.Analisis data curah hujan

Data hujan yang dipergunakan dalam analisis hidrologi diambil dari 24 stasiun penakar hujan yang berada di DAS Sampean yaitu Stasiun.

Tabel 2. Stasiun Hujan DAS Sampean No Hulu Bendung Sampean Baru No Hilir Bendung Sampean Baru 1 Sentral 1 Taal 2 Selolembu 2 Sumbergading 3 Klabang 3 Pandan 4 Ancar 4 Talep 5 Wonosari II 5 Prajekan 6 Grujugan 6 Glendengan 7 Sukokerto 7 Ramban Wet

8 Maesan 8 Bluncong

9 Pinang pait 9 Pringduri

10 Tlogo 10 Kolpoh

11 Wonosroyo

12 Jero

13 Kesemek

14 Wonosari

Sumber : Hasil Perhitungan

Gambar 3. Poligon Thiessen DAS

Sampean

Setelah dilakukan pengujian serta penghitungan data curah hujan maka diperoleh rekapitulasi curah hujan rerata daerah harian maksimum tahun dari 24 stasiun hujan.

Tabel 3. Rekapitulasi Curah Hujan

rata Daerah Harian Maksimum Tahunan No Tahun Curah hujan (mm) Hulu Bendung Sampean baru Hilir Bendung Sampean baru 1 2003 32.2845 64.6955 2 2004 28.7478 72.3414 3 2005 47.1302 59.8661 4 2006 63.3014 47.5056 5 2007 41.3224 45.5232 6 2008 102.5275 144.6902 7 2009 50.8178 43.4930 8 2010 35.8239 54.6343 9 2011 45.5455 49.4984 10 2012 59.2344 51.5161 Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4. Rekapitulasi Curah Hujan

cangan

No

Kala ulang (Tr)

Hujan Rancangan (mm/hari) Hulu Bendung Sampean baru Hilir Bendung Sampean baru 1 1 45.228 52.984 2 5 63.312 73.067 3 10 77.710 93.500 4 25 98.962 129.821 5 50 117.192 166.575 6 100 137.649 213.848 7 200 160.658 274.686

Sumber : Hasil Perhitungan

Hasil perhitungan debit banjir rancangan dengan HSS Nakayasu adalah berikut ini:

Tabel 5. Rekapitulasi Debit Puncak

jir Rancangan HSS Nakaya su DAS Sampean

Sumber: Hasil Perhitungan

1 2 436.22 928.20 941.72 948.58 960.73 2 5 609.74 1344.45 1362.82 1372.06 1388.42 3 10 747.88 1688.88 1712.19 1723.85 1744.49 4 25 951.80 2261.00 2293.09 2309.06 2337.31 5 50 1126.72 2809.64 2850.61 2870.94 2906.89 6 100 1323.01 3487.68 3540.07 3566.00 3611.85 7 200 1543.77 4329.57 4396.66 4429.81 4488.41 Outlet 4 Outlet 1 (Bendung Sampean Baru)

Debit puncak banjir (m3/det)

Outlet 5 Outlet 2 (Bendung

Sampean Lama)

No Kala

(9)

Gambar 4. Skema Outlet Sungai Sampean Hilir

Dengan adanya Bendung Sam-pean Baru, maka dengan memanfaatkan fungsi tampungan dihulu Bendung Sam-pean Baru besarnya debit yang keluar akan bisa berkurang, namun kondisi tam-pungan eksisting Bendung Sampean Baru 1,25 juta m3, jauh dari kapasitas yang telah direncanakan sebesar 2 juta m3. Hal ini disebabkan karena sudah banyak ter-dapat sedimen pada waduk.

Karena memiliki tampungan kecil, seh-ingga reduksi banjirnya juga kecil jadi diasumsikan debit yang masuk sama dengan debit yang keluar.

Debit banjir rancangan ini dida-patkan dari hasil perhitungan metode HSS Nakayasu kemudian dijumlahkan secara superposisi mulai dari Outlet 1 sampai Outlet 5.

Analisis Hidrolika

Analisa profil aliran sepanjang 11,1 km mulai patok 76 (Bendung Sam-pean Lama) sampai dengan patok 0 (mu-ara sungai) pada studi ini menggunakan paket program HEC-RAS 4.1.0.

Gambar 5. Skema Sisitem Sungai Sampean

Hasil Running HEC-RAS

Dari hasil analisa profil muka air pada kondisi eksisting, dapat diketahui bahwa di beberapa daerah sepanjang alur Sungai Sampean bagian hilir mulai patok 76-0 merupakan daerah yang rawan terjadi banjir.

Gambar 6. Tinggi limpasan di patok 70 Q50Th

Gambar 7. Profil muka air kondisi eksisting Q50Th

Upaya Penanganan

Dalam kajian ini perencanaan peng-endalian banjir menggunakan debit ban-jir rancangan Q50th, pemilihan Q desain

didasarkan banjir historis yang pernah terjadi di outlet Bendung Sampean Lama adalah 2400 m3/detik yang setara dengan debit banjir rancangan Q50th.

Rencana perbaikan alur yang di-maksud adalah dengan melakukan per-baikan penampang sungai yang sempit. Bentuk penampang sungai direncanakan trapesium berganda, penampang I digu-nakan untuk mengalirkan debit Q2th,

pen-ampang II digunakan untuk mengalirkan debit Q50th. Untuk elevasi dasar sungai

tetap menggunakan elevasi eksisting, sehingga kemiringan sungai (slope) tidak berubah.

Gambar 8. Gambar Desain Perbaikan Sungai 0 20 40 60 80 100 12 14 16 18 20 22 24 26 28

SUNGAI KO NDISI EKSISTING Plan: Plan 01 6/25/2014

Station (m) E le va ti o n ( m ) Legend WS Q50th Ground Bank Sta .03 0 2000 4000 6000 8000 -5 0 5 10 15 20 25 30 35

SUNGAI KO NDISI EKSISTING Plan: Plan 01 6/24/2014

Main Channel Distance (m)

E leva tio n (m ) Legend WS Q50th Ground LOB ROB 0.10.21234567891011121314151617181920212223242526272829303132333435363738394041424344454647484950545556575859606161.1 626364656667686970717273747576 KALI SAMPEAN KANAN

Hulu Hilir

(10)

Gambar 9. Contoh kondisi sungai setelah dilakukan pelebaran penampang patok 70

pada Q50 th

Setelah adanya pelebaran pena-mpang sungai masih ada air sungai yang meluap pada Q50th maka diupayakan

pe-nanganan selanjutnya dengan cara membuat tanggul disekitar daerah yang masih ada luapan banjir

Gambar 10. Kondisi sungai setelah di-lakukan pelebaran penampang patok 23 pada Q 50 th

Gambar 11. Kondisi sungai setelah dibang-un tanggul pada patok 23 pada Q 50 th

Gambar 12. Profil muka air setelah dilaku-kan normalisasi dan tanggul pada Q50Th

Analisis Stabilitas

Stabilitas lereng tanggul dalam kajian ini menggunakan bantuan program Geostudio (Slope / W Define). Dengan program ini, kita dapat dengan mudah dan cepat memperkirakan letak pusat bidang

longsor yang paling aman. Berikut hasil perhitungan nilai keamanan (safety fac-tor) dengan menggunakan software Geo-Studio. Patok yang dianalisis adalah Pa-tok 22 pada tanggul kiri, yang dianggap paling kritis sehingga dianggap cukup mewakili bentang tanggul pada Sungai Sampean.

Gambar 13. Stabilitas lereng tanggul kiri pada patok 22

Gambar 14. Hasil Analisis Stabilitas Lereng Tanggul pada kondisi banjir patok 22

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa yang dilakukan pada bab sebe-lumnya, maka dapat diambil beberapa ke-simpulan sebagai berikut:

1. Debit banjir rancangan Q50th di

Outlet Bendung Sampean Lama sebesar 2809,64 m3/det. Berdasarkan banjir historis yang pernah terjadi di Outlet Bendung Sampean Lama pada tanggal 8 Februari 2008 adalah 2400 m3/det setara dengan debit banjir rancangan Q50th, untuk keamanan

desain penanganan pada Outlet Muara

0 20 40 60 80 100 12 14 16 18 20 22 24 26

SUNGAI SAMPEAN KONDISI NORMALISASI Plan: Plan 01 6/25/2014

Station (m) E le va ti o n ( m ) Legend WS Q50th Ground Bank Sta .025 .025 .025 0 20 40 60 80 100 -4 -2 0 2 4 6 8

SUNGAI SAMPEAN KONDISI NORMALISASI Plan: Plan 01 6/25/2014

Station (m) E le va ti o n ( m ) Legend WS Q50th Ground Bank Sta .025 .025 .025 0 2000 4000 6000 8000 -5 0 5 10 15 20 25 30 35

SUNGAI SAMPEAN PENANGANAN BANJIR Q 50 Plan: Plan 01 6/25/2014

Main Channel Distance (m)

Ele va tion (m ) Legend WS Q50th Ground LOB ROB Left Levee Right Levee 0.10.21234567891011121314151617181920212223242526272829303132333435363738394041424344454647484950545556575859606161.1 626364656667686970717273747576 KALI SAMPEAN KANAN

(11)

DAS Sampean dalam perencanaan pengendalian banjir digunakan Q50th.

Kapasitas tampungan Sungai Sampean pada kondisi eksisting tidak cukup untuk menampung debit banjir rancangan Q50th,

sehingga diperlukan upaya perbaikan dan penanggulangan.

2. Upaya penanggulangan banjir di Sungai Sampean direncanakan berupa perbaikan penampang sungai dan pembuatan tanggul. Setelah adanya upaya perbaikan penampang sungai dengan bentuk penampang sungai direncanakan trapesium (kemiringan lereng 1 : 1) dengan lebar rencana sungai 40 m, ternyata masih didapati air sungai yang melimpas pada Q50th.

Maka dilakukan penanganan selanjutnya yaitu dengan cara pembuatan tanggul di sekitar daerah yang melimpas setinggi (hair + tinggi

jagaan) dengan tinggi jagaan 1,2 m. 3. Setelah adanya upaya

penanggu-langan banjir berupa perbaikan pena-mpang sungai dan pembuatan tanggul, elevasi muka air banjir terjadi penurunan dan tampungan Sungai Sampean mampu menampung debit Q50th.

4. Sungai Sampean direncanakan tang-gul berpenampang ganda. Patok yang dianalisis adalah Patok 22 dengan pada tanggul kiri yang dianggap paling kritis sehingga dianggap cukup mewakili bentang tanggul pada Sun-gai Sampean.

Hasil analisis stabilitas lereng tanggul sungai yang direncanakan dengan dasar perencanaan tanggul adalah sebagai berikut:

- lebar mercu tanggul = 5 m - tinggi jagaan = 1,2 m

- lebar berm = 3 m

- kemiringan lereng = 1 : 1 Dari analisa stabilitas lereng tanggul menggunakan program Geo Studio didapat nilai safety factor 3,244, dengan nilai SF > 1,5 dapat dinyatakan aman terhadap kelongsoran baik pada metode Fellenius, Bishop ataupun Janbu.

DAFTAR PUSTAKA

Harto, Sri. 1993. Analisa Hidrologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Raju, R. 1986. Aliran Melalui Saluran Terbuka. Jakarta: Erlangga.

Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional.

Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung: Idea Dharma.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarata:Penerbit Andi.

Gambar

Gambar 1. Hidrograf Satuan Sintetik  Nakayasu
Gambar 3. Poligon Thiessen DAS  Sampean
Gambar 5. Skema Sisitem Sungai Sampean
Gambar  10.  Kondisi  sungai  setelah  di- di-lakukan pelebaran penampang patok 23 pada  Q  50 th

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan tugas akhir ini di gunakan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar ahli madya pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

Berdasarkan latar belakang diatas maka dibuat aplikasi yang dapat membantu dalam penyampaian materi Aljabar Linear yaitu “ Media Pembelajaran Perhitungan

 Lumpur Lapindo Brantas yang memiliki densitas dan viskositas masing-masing 2.5 g/cc dan 5 cp akan dipindahkan dari Porong-Sidoarjo (sumber lumpur) menuju 2 buah Sungai (A dan

Dari beberapa definisi tentang basis data yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa basis data merupakan kumpulan data yang terhubung secara logis dan

1) Kata jangan dan angan. Dari kedua kata tersebut, ada fonem yang mempunyai fungsi sebagai pembeda makna, yaitu fonem /j/. Hal ini dikarenakan bahwa fonem /j/

Tingkat profitabilitas bank syariah mandiri cenderung berfluktuatif dari tahun ketahun, dan diperoleh rata-rata ROA untuk periode 2004-2013 sebesar 1,64% atau >1,5%

[r]

Dari kedua Tabel 3.1 dan 3.2 dapat dilihat pada SIRREF JTETI UGM, hasil perolehan informasi pustaka yang relevan tidak sesuai dengan informasi pustaka yang tersimpan di dalam