• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI TENTANG PERTUMBUHAN TANAMAN MAHONI DI AREAL KAMPUS POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI TENTANG PERTUMBUHAN TANAMAN MAHONI DI AREAL KAMPUS POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI TENTANG PERTUMBUHAN TANAMAN MAHONI

DI AREAL KAMPUS POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI

SAMARINDA

Oleh : ERWIN NIM: 090500003

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A 2012

(2)

STUDI TENTANG PERTUMBUHAN TANAMAN MAHONI

DI AREAL KAMPUS POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI

SAMARINDA

Oleh : ERWIN NIM: 090500003

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Sebutan Ahli Madya Kehutanan

Pada Program Diploma III

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : STUDI TENTANG PERTUMBUHAN TANAMAN MAHONI DI AREAL KAMPUS POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

Nama Mahasiswa : ERWIN

NIM : 090500003

Bidang Studi : MANAJEMEN HUTAN Jurusan : MANAJEMEN PERTANIAN

Pembimbing,

Ir. Hasanudin MP NIP. 19630805 198903 1 005

Penguji I, Penguji II,

Menyetujui,

Ketua Program StudiManajemen Hutan

Ir, M. Fadjeri, MP NIP. 196008121988031003

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Manajemen Pertanian

Ir. Hasanudin, MP NIP. 19630805 198903 1 005.

(4)

ABSTRAK

ERWIN. Studi Tentang Pertumbuhan Tanaman Mahoni Di Areal Kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (di bawah bimbingan HASANUDIN).

Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan Tinggi dan Diameter tanaman mahoni (Swetenia macrophylla King) di Areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Alat yang digunakan dalam pengukuran Tinggi adalah meteran sedangkan dalam pengukuran Diameter menggunakan mikrokaliper.

Pengamatan ini dilaksanakan selama 2 bulan mulai Juli s/d Agustus 2012 di Areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, meliputi orientasi lapangan dan pengambilan data baik primer maupun sekunder, serta penulisan karya ilmiah.

Hasil dari pengukuran anakan mahoni (Swetenia macrophylla King) berjumlah 50 anakan mahoni telah menunjukkan rata-rata tinggi adalah 161,22 cm simpangan baku 52,79 cm koefisien variasi 32,74 %, dengan populasi tinggi antara 153,75 cm sampai dengan 168,69 cm.

Sedangkan hasil dari pengukuran diameter anakan mahoni diketahui bahwa diameter rata-rata sebesar 1,95 cm, simpangan baku 0,60 cm dan koefesien variasi 31,02 % dengan rata-rata populasi diameter antara 1,86 cm sampai dengan 2,04 cm.

Tanaman mahoni (Swietenia macrophylla King) pada areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, merupakan anakan yang berumur 4 tahun yang termasuk fase pertumbuhan vegetatif.secara fisiologis anakan yang termasuk fase vegetatif akan melakukan adaptasi dan aklimitasi dengan lingkungannya untuk memperoleh pertambahan pertumbuhan yang baik sehat dan seragam hingga ahkir daur, beberapa tindakan teknis yang perlu dilakukan pada fase vegetatif adalah pemeliharaan.

(5)

RIWAYAT HIDUP

ERWIN, Lahir pada tanggal 18 Aapril 1988 Nunukan.

Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari

pasangan Jumansya dan Juffri Matto.

Pendidikan dasar dimulai pada Tahun 1997 di Sekolah Dasar Negeri 011

Kabupaten Nunukan dan lulus pada tahun 2003. Kemudian pada tahun yang

sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Madrasah

Sanawiya Nunukan dan lulus pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan pada

SMA Madrasah Alya Nunukan Jurusan IPS dan berijazah pada tahun 2008.

Selanjutnya memulai Pendidikan Tinggi di Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda Program Studi Manajemen Hutan Jurusan Manajemen Pertanian

tahun 2009

Pada tanggal 2 April – 7 Juni mengikuti Program PKL (Praktek Kerja

Lapang) di PT.Sinar mas sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat-Nyalah penulis bisa menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil pengamatan yang telah

dilaksanakan sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi pada

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Manajemen Hutan.

Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis menyampaikan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir.Hasanudin. MP selaku Dosen Pembimbing Karya Ilmiah sekaligus

sebagai, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda.

2. Bapak Ir.M. Fadjeri, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan

Politeknik Pertanian negeri Samarinda

3. Ibu, kakak dan adik – adaik saya yang telah memberikan dukungan doa dan

restunya kepada penulis.

4. Teman-teman di kampus yang telah memberikan bantuan dan sarannya kepada

penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyajian Karya Ilmiah ini masih banyak

terdapat kekurangan walaupun demikian penulis mengharapkan apa yang telah

tersaji dalam Karya Ilmiah ini kiranya dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi

mereka yang sangat memerlukan sebagai tambahan pengetahuan.

Kampus Sei. Keledang, Agustus 2009 Penulis

(7)

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN ... ii ABSTRAK ... iii RIWAYAT HIDUP... iv KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Umum Mahoni ... 3

B. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan ... 4

C. Pertumbuhan dan Perkembangan Tegakan ... 10

BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

B. Alat dan Bahan ... 16

C. Prosedur Pengamatan ... 17

D. Pengolahan Data ... 17

BAB IV. PEMBAHASAN DAN HASIL A. Hasil ... 18

B. Pembahasan ... 23

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 30

B. Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Deskripsi Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Mahoni ... 22 2. Deskripsi Hasil Pengukuran Diameter Tanaman Mahoni ... 23

Nomor Lampiran Halaman

1. Data Hasil Pengukuran Diameter dan Tinggi Tanaman Mahoni ... 31

DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman 3. Standar pengukuran diameter ... 23 4. Gafik pengukuran tinggi tanaman mahoni ... 24 5. Grafik pengukuran diameter tanaman mahoni ... 25

(9)

I. PENDAHULUAN

Pengelolaan hutan di Indonesia saat ini dihadapkan pada permasalahan

semakin tingginya ketimpangan pasokan kayu akibat tingginya tingkat

degradasi hutan alam yang sampai saat ini masih menjadi pemasok

utamanya. Menyadari akan adanya masalah ini, Departemen Kehutana n

telah merintis beberapa alternatif pengusahaan hutan yang salah satunya

adalah HPHTI. Dengan model pengelolaan ini pada awalnya diharapkan

dapat mengganti peran hutan alam dengan hutan tanaman yang diperkirakan

memiliki keberlanjutan yang lebih baik daripada pengusahaan hutan alam.

Pada perjalanannya ternyata model ini tidak seperti yang diharapkan. Salah

satu sumber masalahnya adalah ketidak seriusan pengelolaan dan belum

dikuasainya konsep pengelolaan HTI berkelanjutan. Salah satu syarat

pengelolaan berkelanjutan yang belum terpenuhi adalah belum

terformulasikannya sistem pengaturan hasil yang memadai.

Pada pengelolaan hutan tanaman konsep dasar pengaturan hasil

adalah pemanenan yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh

hasil yang tetap atau meningkat pada setiap tahunnya. Realisasi dari konsep

ini pada perencanaan pengaturan hasil adalah pemanenan yang disesuaikan

dengan riap tegakan. Untuk kepentingan ini mau tidak mau diperlukan

informasi mengenai pertumbuhan dan hasil. Informasi ini tergolong informasi

(10)

proses pengamatan dan pengukuran berulang mulai saat proses

pembangunan hutan sampai dengan pemanenan. Tidak mengherankan

sampai saat ini informasi ini hampir tidak tersedia.

Dari beberapa uraian tersebut di atas maka data atau informasi

tentang pertumbuhan dari setiap tanaman kehutanan sangat dibutuhkan.

Salah satu jenis tanaman yang informasi tentang pertumbuhan tanaman

sangat diperlukan adalah tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla King).

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan

tinggi dan diameter pada tegakan Mahoni (Swietenia macrophylla King ) pada

areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat memberikan

informasi mengenai pertumbuhan diameter dan tinggi tanaman Mahoni (Swietenia

(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Umum Mahoni

Mahoni merupakan anggota dari suku Fabaceae dan termasuk anak suku

Mimosoidae. Pengetahuan mengenai jenis ini masih sangat terbatas walaupun

Mahoni merupakan jenis asli yang tumbuh di Indonesia. Didaerah asalnya di kepulauan Maluku, jenis ini tumbuh secara alamiah di daerah dimana tumbuh

tanaman Kayu Putih (Melleleuca leucadendron) ; (Sindusuwarno dan Utomo, 1979).

Mahoni dengan nama daerah perdangangan mahoni daun besar

adalah dari jenis Meliaceae yang tergolong jenis tegakan bayang mempunyai

corak kayu yang indah serta mudah mengerjakannya (Anonim, 1982 ).

Jenis ini mempunyai arti penting untuk reboisasi dan juga untuk

membangun HTI karna akan menghasilkan kayu pertukangan dan bahan

baku industri pengergajian dan plywood, di Kalimantan Timur telah di tanam

jenis mahoni telah dicoba beberapa HPH dalam rangka pembangunan HTI

(Anonim,1980 ).

Di Negara bagian Sabah, Malaysia sejak tahun 1960 sudah mulai ditanam

dengan mendatangkan benih dari North Queensland yang dikumpulkan hanya dari

satu pohon. Dewasa ini Sabah mempunyai tanaman mahoni seluas lebih kurang 1500 hektar. Selanjutnya dinyatakan pula, bahwa pada mulanya jenis ini ditanam

sebagai jalur penyekat bakar terutama pada daerah bekas perladangan yang

(12)

yaitu cepat menutup tanah, tetap hijau (daun tebal) di samping itu bentuk batang

lurus dan baik.

Daerah penyebaran.

Menurut Sindusuwarno dan Utomo (1979), informasi daerah penyebaran

mahoni dapat disampaikan sebagai berikut :

1. Australia Timur bagian Utara 180 Lintang Selatan.

2. Irian Jaya bagian Selatan, yaitu Fak-fak Agunda (Babo) dan Tomage (Kokas),

tumbuh didataran rendah dengan lahan kurus.

3. Kepulauan Maluku Selatan di Aru dan Seram Barat.

Herbarium yang pernah dikumpulkan oleh lembaga penelitian hutan (LPH)

dilakukan pada tahun 1922 dan terakhir tahun 1939 dari Kepulauan Maluku. Dalam

bulan Juni 1979 telah ditemukan mahoni di Kalimantan Timur di Desa Bentuas, dan bulan Agustus 1979 di Pulau Seram bagian Barat.

Syarat tumbuh/ habitat

ANONIMOUS (1982) mengemukakan, bahwa mahoni seperti halnya tanaman

pionir lainnyatidak menuntuk persyaratan tumbuh yang tinggi, dan dapat tumbuh

dengan baik pada lahan yang miskin dan tidak subur, pada padang alang - alang

bekas tebangan dan cepat beradaptasi.

Mahoni. Mampu tumbuh dengan baik pada ketinggian 30 meter sampai 130 meter dari permukaan laut. Jenis tanah dimana mahoni ditemukan tumbuh baik, yaitu di Seram Barat adalah podsolik merah kuning di dataran rendah dan tanah

komplek dipegunungan. Selain itu dapat tumbuh di tengah alang – alang yang rapat

(13)

Pohon mahoni mudah dikenal sebagai pohon yang langsing dengan berdaun

hijau tua mengkilat, dapat mencapai tinggi 35 m, dan diameter mencapai 100 cm,

dengan pertumbuhan tinggi di waktu muda tidak begitu cepat karena di pengaruhi

oleh iklim dalam penyebaran pada daerah – daerah tertentu

a. Tanah

Mahoni tumbuh baik pada tanah yang tinggi unsur hara nya, sedangkan

di tempat yang miskin unsur haranya pertumbuhan mahoni sangat kerdil (

Anonim, 1986 ). Juga mahoni sangat tahan terhadap kekurangan zat

asam selama ± 70 hari sehingga dapat ditanam pada lapangan yang

sewaktu – waktu tergenang air (Anonim, 1980 ) .

b. Iklim

Mahoni dapat tumbuh dengan baik pada daerah – daerah musim

kemarau maupun musim basah yaitu dengan type A – B menurut

kelasifikasi Schmidt dan Ferguson, dengan suhu tahunan 11 0 C – 36 0 C

dan curah hujan tahunan 1524 mm - 5085 mm, (Anonim, 1986 ) .

c. Batang dan pohon

Batangnya berbentuk silindris agak berlekuk tetapi tidak berbanir,

bersepih dalam jalur – jalur dengan warna kuning coklat kelabu ( Anonim,

1980 ) .

Mudah dikenal sebagai pohon yang langsing dan berdaun hijau tua

(14)

dapat mencapai 100 – 125 cm. Pertumbuhan tinggi diwaktu muda tidak

begitu cepat ( Anonim, 1977 ).

d. Tajuk dan daun

Tajuk berbentuk kubah dengan daun berwarna hijau mengkilat, dan

mengugurkan daun setelah beberapa hari kemudian gundul muncul

daun muda berwarna hijau muda pada tanaman muda tajuknya agak

sempit. Daunnya mudah terbakar sehingga bisa diguna kan sebagai

daun tanaman sekat bakar ataupun jenis tanaman reboisasi pada areal

alang – alang yang peka terhadap bahaya kebakaran (Anonim, 1980) .

e. Bunga dan buah

Bunganya sangat banyak, berwarna hijau kekuningan, disaat tidak ada

angin dan udara lembap pagi hari, bunga berguguran disekitar pohon

yang menyebarkan aroma harum halus semerbak, buah muda berwarna

coklat keputihan. Dimusim kemarau jika buah mahoni sudah masak, jika

sudah kering kulit buah mahoni akan mengelupas dengan menimbulkan

ledakan kecil, sedangkan biji bersayap melayang jika berjatuhan

berputar – putar, dan musim bunga terjadi sekitar bulan Oktober sampai

bulan Januari, buah masak sekitar bulan Juni sampai bulan Agustus.

Pohon berbuah pada umur ± 12 tahun, (Anonim,1980).

Pada umur 2 tahun mahoni sudah milai berbunga dan berbuah, serta mampu

menghasilkan viable seed. Pohon berbunga dan berbuah sepanjang tahun

(15)

disusun secara longitudinal di dalam polong. Suatu pita orange terang, diketahui

sebagai tali pusat (aryllus) yang selalu menempel disetiap bijinya didalam buah

polong (Anonymous, 1982).

Panenan dapat dilakukan dua kali dalam setahun. Di Fak – fak, Irian Jaya,

berdasarkan informasi yang diperoleh panen dapat dilakukan pada bulan Juni/

Juli dan Januari/ Februari, sedangkan di Seram Barat buag dapat dipanen pada

bulan Agustus/ September dan Februari/ Maret (Sindusuwarno dan Utomo,

1979).

f. Akar

Pada waktu muda sangat cepat tumbuhnya terutama akar tunggangnya

sehingga memerlukan tanah agak dalam, karena akar cabangnya sedikit

dan lambat laun tumbuh akar didekat permukan tanah yang panjang

dengan akar tunggang yang dalam ( Anonim, 1980 ) .

Mahoni . merupakan jenis tumbuhan yang mempunyai perakaran yang relative dalam, dengan banyak akar lateral yang bercabang – cabang tumbuh menyear

di sekitar akar tunggangnya (Anonymous, 1982). Dinyatakan pula mahoni sebagaimana suku Fabaceae lainnya, padanya terjadi simbiosis mutualisme

yang menguntungkan dengan bakteri tanah dari genus Rhizobium. Bakteri ini

menembus akar – akar muda didalam lapisan permukaan tanah yang berudara

dan menggandakan diri untuk membentuk bintil akar yang membengkak pada

permukaan tanah.

Lebih lanjut Buckman dan Brady (1982) menjelaskan, bahwa organisme bintil

(16)

disentesa menjadi bentuk kopleks. Bintil itu jelas hasil dari rangsangan (iritation)

permukaan akar, seperti bisul pada daun atau cabang pohon yang disebabkan

oleh serangga. Masuknya organism itu biasanya melalui bagian dalam serabut

akar. Akhirnya mereka setelah menempuh jalan sepanjang serabut akar

memasuki kulit sel akar halus, dimana pertumbuhan bintil dimulai dan di tempat

itu fiksasi nitrogen terjadi.

g. Penanaman dan Pemeliharaan

Menyemaikan biji dilakukan tidak melalui bedeng penaburan tetapi

langsung ditanam kedalam kantong plastik untuk pembuatan bibit

bumbung atau langsung kedalam bedeng penyapihan dengan jarak 5

cm x 5 cm untuk pembuatan bibit stump, media tanah harus digembur

bersih dari akar dan batu.

Demikian juga bedengan yang digunakan untuk pembuatan bibit stump

biji ditanam dalam keadaan tidak bersayap dengan bagian bijinya yang

tebal sebelah bawah atau bagian bawah atau bagian sayap yang

sebelah atas sedalam 4 cm ( Anonim, 1980 ) .

Bibit mahoni sebagai bahan tanaman dapat berupa biji, bibit dalam

kantong plastik siap dipindahkan kedalam lapangan bila ketingiannya

sudah mencapai 25 cm, atau berumur ± 4 bulan, bibit baru dapat dibuat

stump apabila telah mencapai diameter batang 10 cm atau berumur ± 8

bulan atau stump dapat dibuat dengan perbandingan bagian batang dan

(17)

(Anonim, 1980 ). Pada tahap pemeliharaan, penjarangan pertama

dilakukan pada umur 3 tahun, sampai umur 12 tahun kemudian, setiap 5

tahun sampai umur 25 tahun..

h. Penyakit

Penyakit mahoni yang dikenal dengan cendawan akar muda (Armilaria

mellea), gejala yang ditimbul akan membusuk pada kulit kayu dari akar

– akar dan leher akar, sedangkan penyakit lainnya adalah (Corticium

Salmoni Color) yang dikenal dengan jamur upas bagian yang diserang

biasanya bagian dari bawah cabang dan ranting mula - mula bagian yang

diserang terlihat ada nya lapisanlapisan benang benang yang lama

-kelamaan berwarna merah jingga ( Djiun. 1957)

i. Sifat – Sifat dan Kegunaan Kayu

Kayu gubal yang berwarna merah gading muda berangsur – angsur

menjadi kayu teras yang warnanya merah gading coklat tua, agak berat

dengan BJ 0,61 cukup keras termasuk kelas kuat sedang ( Kelas Awet III

/ IV ). (Samingan, 1982).

Mahoni adalah salah satu dari kayu – kayu prabot rumah tangga yang

sangat populer, terutama dari kualitas yang bagus juga dalam hal

warna jaringan bebas dari sifat – sifat melengkung, kerucut dan tahan

(18)

Kayu tidak mudah berkerut dan mudah sekali dikerjakan sehingga sangat

baik untuk perkakas rumah tangga, perkakas-perkakas lainnya, vener

mewah dan pembuatan perahu-perahu kecil (Anonim, 1980).

Pembiakan

Mahoni dapat langsung ditanam dilapangan dengan menggunakan benih dengan cara tungal (direct seed) tetapi penanaman melelui persemaian terlebih

dahulu akan menghasilkan yang lebih baik. mahoni dapat disilangkan dengan A. auriculiformis baik secara alami maupun buatan. Hasil keturunannya akan lebih baik dan lebih tinggi dari pada kedua induknya (Keong ,1982).

Produksi.

Pada tempat tumbuh yang baik, pada umur Sembilan tahun mahoni dapat mencapai tinggi 23 meter dengan diameter 23 centimeter dan rata – rata mampu

menghasilkan kayu 41,5 m3 perhektar. Pada lahan yang terganggu dan gersang

bekas perladangan liar, pada tanah lempung yang sudah kurus dengan dasar batu

vulkanis, mahoni dapat tumbuh baik dan mampu memproduksi kayu rata – rata 20

m3 per hektar pertahunnya. Kayu gelondongannya dalam ukuran besar dapat di

gergaji atau dikupas, kayunya tebal dank keras , berwarna coklat muda,dengan

kayu gubal yang tipis keras dan padat. Kayunya baik untuk particle board, pulp dan

peralatan rumah tangga (Anonymous, 1982).

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Soekotjo (1979), menyatakan bahwa tempat tumbuh hanya berbeda

(19)

iklim, tanah dan faktor lainnya. Semua faktor ini menyebabkan

perbedaan-perbedaan di dalam vegetasi yang tumbuh pada bermacam-macam tempat

tumbuh.

Tumbuhan untuk dapat tumbuh secara optimal memerluk an hal-hal

yang menunjang, menurut Danaatmadja (1989), hal yang menunjang

tersebut yaitu:

a. Faktor genetik (internal)

Faktor genetik ini adalah gen atau sifat bawaan yang diturunkan dari

induknya seperti kecepatan tumbuh, bentuk tajuk, banyaknya cabang dan

lain-lain, di sini termaksud juga kematangan biji atau buah, sebagai sifat

bawaan hal ini bersifat internal.

b. Faktor lingkungan (eksternal)

Tumbuhan-tumbuhan tumbuh teratur di bawah pengaruh lingkungan

hidup yang terutama ditentukan oleh faktor iklim, tempat tumbuh dan bentuk

serta letak lapangan (relief).

Menurut Abidin (1984) yang dikutip Susanti (1996), faktor lingkungan

yang dapat mempengaruhi pertumbuhan antara lain :

1. Air, adalah faktor penting yang sangat diperlukan dalam tumbuhan,

kehadiran air di sini sangat penting untuk aktifitas enzim serta

penguraiannya, traslokasi serta kebutuhan lainnya.

2. Udara juga merupakan faktor luar yang penting untuk pernafasan atau

(20)

3. Tempat tumbuh

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan menurut Soetrisno

(1996), menyatakan adalah sebagai berikut :

a. Faktor klimatis

Cahaya matahari, kelembaban dan temperatur merupakan

elemen-elemen dari faktor klimatis. Cahaya sangat berperan dalam

menentukan pertumbuhan suatu tumbuhan demikian pula dengan

kelembaban serta temperatur. Faktor klimatis ini sangat menentukan

iklim suatu daerah yang berperan penting dalam pertumbuhan

terutama proses metabolisme yang terjadi pada tumbuhan.

b. Faktor fisiografis

Menggambarkan bentuk permukaan tanah dan sejarah bentuk

geologi (Ketinggian tempat, kelerengan dan aspek konfigurasi bumi).

Faktor-faktor ini sangatlah menentukan pertumbuhan suatu tanaman.

c. Faktor edafis

Faktor edafis menggambarkan sifat fisik tanah, kimia tanah dan

biologi tanah. Tanah merupakan campuran yang heterogen dan

beragam dari partikel mineral anorganik, hasil rombakan bahwa

organik dan berbagai jenis mikro organisme, bersama-sama dengan

udara dan air yang di dalamnya terlarut berbagai garam-garam

anorganik dan senyawa anorganik. Tanah juga merupakan tempat

(21)

d. Faktor biotis

Manusia, hewan dan tumbuhan (lingkungan biotik) merupakan

elemen-elemen yang berpengaruh terhadap pertumbuhan. Kegiatan

penebangan, pembakaran hutan serta aktifitas lainnya seperti

pengelolaan tanah, pencemaran udara dan air, yang merupakan

aspek-aspek biotik yang berpengaruh terhadap penyerbukan,

penyebaran biji dan buah juga persaingan antara parasit dan simbiosis

dengan tumbuhan lainnya. Hal ini akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan.

C. Pertumbuhan dan Perkembangan Tegakan

Pengertian pertumbuhan adalah suatu perkembangan yang

menunjukkan pertambahan dan suatu sistem organ hidup yang terdapat

didalam anakan mahoni selama hidupnya (Anonim, 1993).

Menurut Baker (1950), yang dimaksud dengan pertumbuhan anakan

adalah pertambahan tumbuh membesar dan terbentuknya jaringan-jaringan

baru. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa pertumbuhan pohon meliputi

pertumbuhan bawah dan pertumbuhan atas.

Dalam bidang kehutanan, pertumbuhan pohon sangatlah penting

untuk dipelajari sebagai suatu pedoman atau cara untuk mengetahui

(22)

merupakan pertambahan tumbuh pohon dalam jangka waktu tertentu,

dimana pertumbuhan dan riap ini merupakan dua istilah yang dikenal dari

sudut pandang Autekologi (ekologi suatu jenis pohon).

Pertumbuhan dan perkembangan dari masing-masing pohon atau

tegakan berbeda, seperti tinggi dan diameter dan bidang dasar tidak sama

dalam pertumbuhan pohon (Soekotjo, 1976).

Menurut Dipodiningrat (1985) kerapatan tegakan memperlambat

pertumbuhan diameter, tetapi dapat merangsang pertumbuhan tinggi. Hal ini

disebabkan karena terkonsentrasinya energi untuk tajuknya.

1. Pengukuran Tinggi

Ada dua cara yang perlu diperhatikan dalam konteks pengukuran tinggi

yaitu tinggi dan panjang (Suharlan dan Soediono, 1973) untuk dapat

membedakanya, maka di coba memberikan pengertian secara definisi

sebagai berikut:

a) Tinggi adalah jarak terpendek antara satu titik dengan peroyeksinya,

bidang datar dan horizontal.

b) Panjang adalah jarak antara dua titik yang di ukur menurut atau tidak

menurut garis lurus.

Sebagai komponen untuk menetukan volume kayu, tinggi pohon di

bedakan atas beberapa macam notasi :

a) Tinggi pohon sebenarnya, yaitu jarak antara titik puncak pohon yang

(23)

b) Tinggi lepas dahan atau lepas cabang atu sampai permukaan tajuk, yaitu

jarak antara titik lepas cabang atau permukaan tajuk dengan proyeksinya

pada bidang datar atau horizontal.

c) Tinggi batang komersil, yaitu tinggi batang yang saat itu laku di jual

dalam perdagangan .

d) Tinggi tunggak, yaitu tinggi pangkal pohon yang ditinggalkan pada waktu

penebangan, tinggi tunggak ini berkisar antara 30-80 cm, tergantung nilai

kayu, biaya transportasi dan permintaan.

Tinggi pohon dapat diukur jika masih berdiri. Tapi sering ditentukan

sesudah ditebang (ini lebih sukar, karena sukar menentukan puncaknya dan

pangkalnya pun tidak bisa lurus karena percabangan).

Dalam hal ini pengukuran tinggi pohon yang telah ditebang harus diingat

bahwa ini hanya benar jika pohon tersebut tadinya berdiri tegak lurus.

Menurut Suharlan dan Sudiono (1973) kesalahan dalam pengukuran

tinggi pohon berdasarkan sumber penyebabnya dapat dibedakan menjadi

empat macam yaitu:

a) Kesalahan alat, sumber utamanya yaitu pembagian skala alat, tingkat

ketelitian alat dan kedudukan alat pada waktu mengukur

b) Kesalahan sipengukur dalam menggunakan alat pada waktu mengukur.

c) Faktor lingkungan, misalnya pada kondisi fisik lapangan, topografi, cuaca

(24)

d) Kesalahan karena keadaan pohonnya, misal tajuk pohon terlalu lebar

serta pohon dalam keadaan miring.

2. Pengukuran Diameter

Pengukuran diameter pohon adalah mengukur panjang garis antara dua

titik pada garis antara dua titik pada garis lingkaran yang melalui titik

pusat (Endang, 1990).

Teknik Pengukuran Diameter Pohon

Dalam pengukuran diameter pohon di lapangan, lazim digunakan adalah

diameter setinggi dada sebab pengukurannya paling mudah dan

mempunyai korelasi yang kuat dengan parameter pohon yang penting

lainnya seperti luas bidang dasar dan volume batang pada umumnya.

Diameter setinggi dada diukur pada ketinggian batang 1,3 meter dari

permukaan tanah (Kadri, 1992).

Endang (1990) menyatakan, beberapa standar untuk pengukuran

diameter pohon yaitu:

a. Bagi pohon berdiri, diameter diukur pada ketinggian 1,3 meter di atas tanah (diameter setinggi dada/diameter of breast height = dbh).

b. Bagi pohon berdiri yang berbanir, diameter diukur pada ketinggian

20 cm diatas banir.

c. Bagi pohon yang berdiri yang bercabang adalah sebagai berikut:

1. Ketinggian cabang di atas 1,3 meter, diukur pada ketinggian 1,3 meter dari permukaan tanah.

(25)

2. Ketinggian cabang kurang dari 1,3 meter diukur pada ketinggian 1 meter dari cabang dan dianggap 2 pohon.

3. Ketinggian cabang tepat/sama 1,3 meter, diukur agak ke bawah

dari cabang ± 10 cm.

4. Untuk pohon berdiri pada tanah miring, diameter diukur pada

ketinggian 1,3 dari bagian tanah miring yang atas.

5. Bagi pohon menggembung pada ketinggian 1,3 meter, diukur pada

ketinggian 10 – 20 cm di atas bagian tepi yang menggembung.

6. Untuk pohon miring, diameter diukur pada ketinggian 1,3 meter

searah miring pohon.

(26)
(27)

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di areal Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda.

2. Waktu pengamatan

Waktu pengamatan ini dilakukan selama 2 bulan yaitu bulan Juli dan

Agustus 2012 yang meliputi orentasi lapangan, pengambilan data dan

pengolahan data serta penyusunan laporannya.

B. Alat Dan Bahan

1. Alat

a. Micro Califer, untuk mengukur diameter

b. Kalkulator, Sebagai alat hitung

c. Parang, untuk membersihkan lahan sekitar tanaman agar

memudahkan dalam pengambilan data.

d. Meteran, untuk mengukur tinggi anakan Mahoni

e. Alat tulis menulis, untuk mencatat data pohon yang di ukur

f. Label untuk pembuat nomor pada pohon mahoni

(28)

2. Bahan

Tanaman Mahoni ( Swietenia macrophylla King ) yang ditanam bulan

Juni tahun 2008 sebanyak 50 tanaman.

C. Prosedur Pengamatan

Untuk mencapai tujuan yang di inginkan maka langkah pengamatan

akan dilakukan sebagai berikut :

1. Studi pustaka

Studi pustaka yang dilakukan adalah dengan mencari litratur – litratur

yang berhubungan dengan materi yang diamati

2. Orentasi lapangan

Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi tentang

lokasi anakan mahoni yang diamati

3. Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data kegiatan yang harus dilakukan adalah :

a. Memberi nomor urut tiap anakan yang di ukur, dan melakukan

pendataan tiap tanaman mahoni (Swietenia Macrophylla King) yang

diukur diameter dan tingginya.

b. Pengukur diameter dilakukan 30 cm dari atas permukaan tanah

(29)

c. Pengukuran tinggi dilakukan dari atas dasar tanah sampai ke ujung

pucuk anakan mahoni dengan menggunakan meteran.

D. Pengolahan data

Pengolahan data diameter dan tinggi rata -rata dengan menggunakan

rumus

1. Untuk mengetahui diameter rata-rata :

X =

n X

?

Keterangan :

X = rata -rata ( diameter / tinggi )

?

X = Jumlah dari X (diameter / tinggi ) n = Jumlah pohon

2. Standar Deviation (Simpangan Baku)

Standar deviation (Simpangan baku) merupakan suatu nilai untuk

mengetahui penyimpangan nilai-nilai individu terhadap rata-rata diameter

dan tinggi tanaman. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut : 1 ) ( 2 2 ? ? ?

?

?

n n X X Sd

(30)

Keterangan :

Sd = Standar Deviation (Simpangan Baku)

?

X = Jumlah Nilai Individu

?

2

X = Jumlah Individu yang dikuadratkan

n = Jumlah Pohon

3. Coefficient Of Variation (Koefisien Variasi)

Mengingat ukuran dispersi absolut mudah menimbulkan kekaburan,

maka sering digunakan ukuran dispersif relatif. Diantara berbagai macam

ukuran dispersi relatif yang terkenal ialah yang bernama Coefficient Of

Variation (koefesien variasi), yaitu dalam persen (%) persentasi standar

deviation terhadap nilai rata -rata X (diameter / tinggi) dan untuk klasifikasi

dari koefesien variasi ialah sebagai berikut (Becking 1981) :

C.V = 0 – 10 % (dikatakan kecil/seragam)

C.V = 10 – 20 % (dikataka sedang )

C.V = 20 – 30 % (di katakan besar )

C.V = >30 % (dikatakan sangat besar )

Rumus :

C.V =

X Sd

(31)

Keterangan :

C.V = Coefficient Of Variation (koefesien Variasi)

Sd = Standar Deviation (Simpangan Baku)

X = rata -rata ( diameter / tinggi ) 4. Untuk menaksir rata -rata populasi

Menaksir rata-rata populasi merupakan analisa lanjutan untuk

mengetahui sebaran data baik data diameter maupun data tinggi.

Menaksir rata-rata populasi dapat dihitung menurut rumus sebagai berikut

:

X ? 1,96 SD / n Keterangan :

X = Rata-rata Diameter atauTinggi SD =Standar Deviation (Simpangan Baku)

(32)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tinggi

Dari hasil pengukuran di lapangan didapatkan data seperti pada Lampiran

1. Data tersebut dihitung dan hasilnmya seperti yang terlihat pada Tabel 1

berikut ini :

Tabel 1. Deskripsi Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Mahoni

No. Variabel Nilai Keterangan

1 Rata-rata 161,22 2 Kesalahan Baku 7,47 3 Median 153,50 4 Mode 110 5 Simpangan Baku 52,79 6 Range 220 7 Minimum 101 8 Maximum 321 9 Jumlah 8061 10 Sampel 50

Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan seperti pada Tabel 1 tersebut dapat dituangkan dalam bentuk grafik seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

(33)

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 Rata-rata SB CV (%) 161,22 52,79 32,74

Gambar 2. Grafik Pengukuran Tinggi Tanaman Mahoni

2. Diameter

Hasil pengukuran diameter tanaman Mahoni didapat data yang ditampilkan pada lampiran 1, data tersebut dihitung dan hasilnya terlihat pada Tabel 2 berikut ini :

Tabel 1. Deskripsi Hasil Pengukuran Diameter Tanaman Mahoni

No. Variabel Nilai Keterangan

1 Rata-rata 1,95 2 Kesalahan Baku 0,09 3 Median 1,90 4 Mode 1,30 5 Simpangan Baku 0,60 6 Range 2,30 7 Minimum 1,00 8 Maximum 3,30 9 Jumlah 97,50 10 Sampel 50,00

(34)

Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan diameter seperti pada Tabel 2 tersebut dapat dituangkan dalam bentuk grafik seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

(35)

B. Pe mbahasan

Hasil pengukuran anakan Mahoni (Swietenia macrophylla King) berumur 4

tahun di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda menunjukan bahwa diameter

terbesar 3,30 cm dan diameter terkecil 1,00 cm, dengan rata-rata 1,95 cm dan

simpangan baku 0,60 cm dan koefisien variasi 31,02 % dengan rata-rata populasi

diameter antara 1,86 cm sampai dengan 2,04 cm . Sedangkan hasil pengukuran

tingginya diketahui bahwa, anakan mahoni tertinggi adalah 321 cm dan anakan

terendah 101 cm dengan nilai rata-rata sebesar 161,22 cm, simpangan baku 52,79

cm dan koefisien variasi 32,74 %. Dengan rata-rata populasinya adalah 153,75 cm

sampai dengan 168,69 cm.

Dengan memperhatikan koefisien variasinya dapat diketahui bahwa

pertumbuhan tinggi dan diameter Mahoni yang ditanam di areal Politeknik Pertanian

Negeri, mempunyai pertumbuhan yang sangat bervariasi yaitu diatas dari 30 %

sesuai dengan pendapat Becking (1981).

Suatu nilai dari koefisien variasi dapat dijadikan indikator dalam perlakuan

silvikultur. Dengan memperhatikan koefisien variasinya tanaman Mahoni di areal

Politeknik Pertanian Negeri, untuk diameter dan tinggi mempunyai variasi yang

sangat besar maka diperlukan tindakan silvikultur agar pertumbuhan anakan lebih

seragam antara lain pemeliharaan baik pemupukan, pendangiran, pembebasan dari

gulma dan pemangkasan.

Menyikapi fenomena tersebut di atas, bahwa tanaman mahoni memiliki

pertumbuhan yang sangat variatif, penyebabnya adalah kurang baiknya

(36)

pendangiran dan pemupukan) yang belum maksimal. Hal ini terlihat di lokasi

penelitian bahwa tanaman mahoni yang menjadi obyek penelitian disekitarnya

tumbuh gulma dan semak belukar yang menghambat pertumbuhan tanaman

tersebut hal ini juga didukung dengan informasi dari penanggung jawab tanaman

tersebut bahwa kegiatan pemeliharaan jarang dilakukan.

Tanaman mahoni pada areal Politeknik Pertanian Negeri merupakan

tanaman yang berumur 4 tahun yang termasuk dalam fase pertumbuhan vegetatif.

Menurut Sumarna (2003), bahwa secara fisiologis tanaman pada fase vegetatif

akan melakukan proses adaptasi dan aklimatisasi dengan lingkungan areal

pertanaman. Untuk memperoleh pertumbuhan mahoni yang baik, sehat dan

seragam hingga akhir daur, beberapa tindakan teknis yang perlu dilakukan pada

fase vegetatif yaitu pemeliharaan tanaman.Beberapa kegiatan pemeliharaan pada

vase vegetatif yaitu kegiatan penyulaman, penyiangan tanaman atau pengendalian

gulma dan pemupukan.

Kegiatan penyiangan tanaman atau pengendalian gulma merupakan

kegiatan penting. Gulma dikendalikan karena menjadi pesaing mahoni dalam

memperoleh cahaya, kelembaban tanah dan nutrisi (Tini dan Amri, 2004). Hal ini

didukung oleh Sumarna (2003) bahwa, penyiangan dilakukan untuk menghindari

kemungkinan gulma sebagai sumber tempat berkembangnya jenis-jenis hama dan

penyakit tanaman pokok.

Akibat dari kurangnya penyiangan tanaman atau pengendalian gulma,

(37)

proses fotosintesis tanaman mahoni yang sangat diperlukan tanaman untuk

(38)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Diameter rata-rata anakan mahoni (Swietenia macrrophylla King) sebesar 1,95 cm, simpangan baku 0,60 cm dan koefisien variasi 31,02 %

2. Tinggi rata-rata anakan mahoni (Swietenia macrrophylla King) sebesar 161,22 cm, simpangan baku 52,79 cm dan koefisien variasi 32,74 %.

3. Populasi diameter terletak antara 1,86 cm sampai dengan 2,04 cm dan populasi

tinggi adalah 153,75 cm sampai dengan 168,69 cm.

B. Saran

1. Untuk memperoleh informasi lebih lanjut mengenai pertumbuhan mahoni

(Swietenia macrrophylla King) maka perlu diteliti mengenai riap rata-rata

tahunan di mulai dari berbagai fase pertumbuhan.

2. Informasi mengenai waktu yang tepat untuk kegiatan pemeliharaan tanaman

mahoni (Swietenia macrrophylla King) sangat diperlukan agar pertumbuhan

(39)

DAFTAR PUSTAKA

ANONIM. 1980. Pedoman Pembuatan Tanaman.Direktorat Jendral.Kehutanan Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi.

ANONIM.1982. Silvukultur Khusus Depertemen Pertanian .Direktorat Jendral Kehutan. Jakarta.

ANONIM. 1986. Dasar Umum Ilmu Kehutanan Buku II. Kegiatan Dalam Bidang Kehutanan Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur. Jakarta.

ARDIKOESOEMA. Dan DILMY. 1956. Pengaman Balai Penyelidikan Kehutanan Tentang Jenis - Jenis Kayu Mahoni atau Mahagoni Teristimewa Keluarga Khaya.Balai Kehutanan. Bogor.

BAKER, F. S. 1950. Principle of silviculture MC. Grow Hill Book Company Berkeley.

BRATAWINATA, A. A,1987. Beberapa Contoh Pohon – Pohon Tanaman Industri Cepat Tumbuh,Univarisitas Mulawarman. Samarinda. BECKING, W. R. 1981.Manual Of Forest Inuventury Part Two.

DJIUN.H. 1957. Diktat Silvikultur Khusus,Pusat Pendidikan Cepu. Cepu.

DAATMAJADJA, OH. M. 1985 Mata Kuliah Tanaman Hutan Semester II dan III. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan tinggi Universitas Pajajaran. Bandung.

DIPODININGRAT, B. S. 1985. Manejemen hutan. Organisasi dan tata laksana Pengusahaan. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan. Univarisitas Gajah Mada.

ENDANG.at. al.1990. Menajemen Hutan. Depertemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Univarisitas Padjajaran. Bandung.

SUHARLAN. A. Dan SOETRISNO, K. 1996. Diktat Silvika Bahan Kuliah Fakultas Kehutanan Univerisitas Mulawarman.Samarinda.

SOEDIONO, 1973. Ilmu Ukur Kayu.Lembaga Hutan Bogor. Bogor.

SAMINGAN, 1982. Dendrologi Diterbitkan Bagian Kerja Sama Dengan Bagian Ekologi Fakultas Institut Pertanian Bogor. Bogor.

SOETRISNO, K. 1996. Diktat Silvika Bahan Kuliah Fakultas Kehutanan Univarisitas Mulawarman. Samarinda.

SOEKOTJO, W. 1976. Diktat Silvika Pusat Pendidikan Cepu.Direksi Perum Perhutani.

(40)

SUSANTI, 1996. Studi Tentang Tinggi dan Diameter Tanaman Acacia mangium willd Umur 1 Tahun di Arboretum POLITANI Unmul samarinda. Karya Ilmiah Mahasiswa (Tidak di Terbitkan).

TINI, N dan AMRI, K. 2002. Mengebunkan Jati Unggul. Pilihan Investasi Pospektif. Agro Media Pustaka. Jakarta

(41)
(42)

Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran

Tabel 3. Hasil Pengukuran Diameter dan Tinggi Tanaman Mahoni

Tinggi Diameter (cm) (cm) 1 Mahoni 155,0 1,8 2 Mahoni 171,0 1,4 3 Mahoni 321,0 2,4 4 Mahoni 172,0 2,3 5 Mahoni 242,0 2,3 6 Mahoni 163,0 1,5 7 Mahoni 163,0 1,3 8 Mahoni 170,0 2,1 9 Mahoni 106,0 2,1 10 Mahoni 101,0 1,5 11 Mahoni 190,0 1,3 12 Mahoni 230,0 2,1 13 Mahoni 103,0 2,1 14 Mahoni 123,0 2,3 15 Mahoni 210,0 1,8 16 Mahoni 320,0 3,3 17 Mahoni 173,0 1,5 18 Mahoni 110,0 1,9 19 Mahoni 152,0 2,2 20 Mahoni 131,0 3,1 21 Mahoni 125,0 2,6 22 Mahoni 225,0 2,1 23 Mahoni 102,0 1,2 24 Mahoni 110,0 1,1 25 Mahoni 255,0 1,4 26 Mahoni 132,0 2,4 27 Mahoni 160,0 1,1 28 Mahoni 121,0 2,2 29 Mahoni 115,0 3,2 30 Mahoni 142,0 1,3

(43)

Lanjutan

Tinggi

Diameter

(cm)

(cm)

31

Mahoni

130,0

1,4

32

Mahoni

153,0

1

33

Mahoni

180,0

2,1

34

Mahoni

210,0

1,8

35

Mahoni

111,0

1,4

36

Mahoni

125,0

2,2

37

Mahoni

231,0

2,5

38

Mahoni

103,0

2,9

39

Mahoni

192,0

1,3

40

Mahoni

215,0

1,7

41

Mahoni

110,0

3,2

42

Mahoni

145,0

1,4

43

Mahoni

159,0

1,7

44

Mahoni

136,0

2,6

45

Mahoni

122,0

1,8

46

Mahoni

116,0

2,5

47

Mahoni

154,0

1,3

48

Mahoni

203,0

2,6

49

Mahoni

119,0

1,9

50

Mahoni

154,0

1,3

(44)

Lampiran 2. Perhitungan Tinggi Tanaman Mahoni umur 4 tahun. x =

?

x n = 8.061 50 = 161,22

?

2 x - (

?

x)2 n SD = n-1 = 1.436.153 – (8.061)2 50 50 -1 = 136.538,58 49 = 52,7911902 Sx = 50 SD = 50 7911902 , 52 = 7,46580176 cm

Kisaran Tinggi Populasi Tingkat Kepercayaan 95% ?

=

x ± 1,96 . Sx

= 161,22 ± 1,96 (7,46580176) = 161,22 ± 14,63297145

(45)

Lampiran 3. Perhitungan Diameter Tanaman Mahoni umur 4 tahun. x =

?

x n = 97,5 50 = 1,95

?

2 x - (

?

x)2 n SD = n-1 = 208,05 – (97,5)2 50 50 -1 = 17,925 49 = 0,604827518 Sx = 50 SD = 50 8 0,60482751 = 0,085535528 cm

Kisaran Tinggi Populasi Tingkat Kepercayaan 95% ?

=

x ± 1,96 . Sx

= 1,95 ± 1,96 (0,085535528) = 1,95 ± 0,167649635

(46)

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Gambar

Gambar 1. Standar pengukuran diameter
Tabel 1.  Deskripsi  Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Mahoni
Tabel 1.  Deskripsi  Hasil Pengukuran Diameter Tanaman Mahoni
Gambar 3.  Grafik Pengukuran Diameter Tanaman Mahoni
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Dosis Pupuk ZA dan Konsentrasi Pupuk Daun Growmore terhadap Pertumbuhan Semai Mahoni (Swietenia macrophylla King)

Dalam istrilah ekonomi, riap ini sama pengertiannya dengan bunga dari satu modal yang dibedakan dalam bentuk riap kotor dan riap bersih. Yang dimaksud dengan riap kotor yaitu

Jenis kupu-kupu yang ditemukan pada tegakan Jati di Hutan Pendidikan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda yang dapat diidentifikasi terdiri dari 4 famili yang berjumlah 7

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Dosis Pupuk ZA dan Konsentrasi Pupuk Daun Growmore terhadap Pertumbuhan Semai Mahoni (Swietenia macrophylla King)

Pohon, kayu lunak dan tidak kuat, batang bulat, warna batang putih kotor, daun majemuk, hijau tua yang menarik, bunga berwarna merah menyala, buah polong, keras

Dalam kegiatan panen yang dilakukan di perusahaan tidak sesuai dengan teori yang didapat, karena saat buah sudah masak di pokok sawit dan 3-5 brondolan terjatuh

Masing- masing jenis tanaman akan memiliki respon yang berbeda terhadap naungan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh naungan terhadap pertumbuhan tinggi anakan meranti

Tumbuhan bawah meliputi rumput- rumputan, herbal, semak belukar, dan paku-pakuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan bawah yang terdapat di areal