STUDI TENTANG PERTUMBUHAN TANAMAN MAHONI
DI AREAL KAMPUS POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI
SAMARINDA
Oleh : ERWIN NIM: 090500003
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
S A M A R I N D A 2012
STUDI TENTANG PERTUMBUHAN TANAMAN MAHONI
DI AREAL KAMPUS POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI
SAMARINDA
Oleh : ERWIN NIM: 090500003
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Sebutan Ahli Madya Kehutanan
Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
S A M A R I N D A
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah : STUDI TENTANG PERTUMBUHAN TANAMAN MAHONI DI AREAL KAMPUS POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
Nama Mahasiswa : ERWIN
NIM : 090500003
Bidang Studi : MANAJEMEN HUTAN Jurusan : MANAJEMEN PERTANIAN
Pembimbing,
Ir. Hasanudin MP NIP. 19630805 198903 1 005
Penguji I, Penguji II,
Menyetujui,
Ketua Program StudiManajemen Hutan
Ir, M. Fadjeri, MP NIP. 196008121988031003
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. Hasanudin, MP NIP. 19630805 198903 1 005.
ABSTRAK
ERWIN. Studi Tentang Pertumbuhan Tanaman Mahoni Di Areal Kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (di bawah bimbingan HASANUDIN).
Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan Tinggi dan Diameter tanaman mahoni (Swetenia macrophylla King) di Areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Alat yang digunakan dalam pengukuran Tinggi adalah meteran sedangkan dalam pengukuran Diameter menggunakan mikrokaliper.
Pengamatan ini dilaksanakan selama 2 bulan mulai Juli s/d Agustus 2012 di Areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, meliputi orientasi lapangan dan pengambilan data baik primer maupun sekunder, serta penulisan karya ilmiah.
Hasil dari pengukuran anakan mahoni (Swetenia macrophylla King) berjumlah 50 anakan mahoni telah menunjukkan rata-rata tinggi adalah 161,22 cm simpangan baku 52,79 cm koefisien variasi 32,74 %, dengan populasi tinggi antara 153,75 cm sampai dengan 168,69 cm.
Sedangkan hasil dari pengukuran diameter anakan mahoni diketahui bahwa diameter rata-rata sebesar 1,95 cm, simpangan baku 0,60 cm dan koefesien variasi 31,02 % dengan rata-rata populasi diameter antara 1,86 cm sampai dengan 2,04 cm.
Tanaman mahoni (Swietenia macrophylla King) pada areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, merupakan anakan yang berumur 4 tahun yang termasuk fase pertumbuhan vegetatif.secara fisiologis anakan yang termasuk fase vegetatif akan melakukan adaptasi dan aklimitasi dengan lingkungannya untuk memperoleh pertambahan pertumbuhan yang baik sehat dan seragam hingga ahkir daur, beberapa tindakan teknis yang perlu dilakukan pada fase vegetatif adalah pemeliharaan.
RIWAYAT HIDUP
ERWIN, Lahir pada tanggal 18 Aapril 1988 Nunukan.
Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari
pasangan Jumansya dan Juffri Matto.
Pendidikan dasar dimulai pada Tahun 1997 di Sekolah Dasar Negeri 011
Kabupaten Nunukan dan lulus pada tahun 2003. Kemudian pada tahun yang
sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Madrasah
Sanawiya Nunukan dan lulus pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan pada
SMA Madrasah Alya Nunukan Jurusan IPS dan berijazah pada tahun 2008.
Selanjutnya memulai Pendidikan Tinggi di Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda Program Studi Manajemen Hutan Jurusan Manajemen Pertanian
tahun 2009
Pada tanggal 2 April – 7 Juni mengikuti Program PKL (Praktek Kerja
Lapang) di PT.Sinar mas sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat-Nyalah penulis bisa menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilaksanakan sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi pada
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Manajemen Hutan.
Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir.Hasanudin. MP selaku Dosen Pembimbing Karya Ilmiah sekaligus
sebagai, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
2. Bapak Ir.M. Fadjeri, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan
Politeknik Pertanian negeri Samarinda
3. Ibu, kakak dan adik – adaik saya yang telah memberikan dukungan doa dan
restunya kepada penulis.
4. Teman-teman di kampus yang telah memberikan bantuan dan sarannya kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyajian Karya Ilmiah ini masih banyak
terdapat kekurangan walaupun demikian penulis mengharapkan apa yang telah
tersaji dalam Karya Ilmiah ini kiranya dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi
mereka yang sangat memerlukan sebagai tambahan pengetahuan.
Kampus Sei. Keledang, Agustus 2009 Penulis
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN ... ii ABSTRAK ... iii RIWAYAT HIDUP... iv KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I. PENDAHULUAN... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Umum Mahoni ... 3
B. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan ... 4
C. Pertumbuhan dan Perkembangan Tegakan ... 10
BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16
B. Alat dan Bahan ... 16
C. Prosedur Pengamatan ... 17
D. Pengolahan Data ... 17
BAB IV. PEMBAHASAN DAN HASIL A. Hasil ... 18
B. Pembahasan ... 23
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 30
B. Saran ... 30
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Deskripsi Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Mahoni ... 22 2. Deskripsi Hasil Pengukuran Diameter Tanaman Mahoni ... 23
Nomor Lampiran Halaman
1. Data Hasil Pengukuran Diameter dan Tinggi Tanaman Mahoni ... 31
DAFTAR GAMBAR
Nomor Tubuh Utama Halaman 3. Standar pengukuran diameter ... 23 4. Gafik pengukuran tinggi tanaman mahoni ... 24 5. Grafik pengukuran diameter tanaman mahoni ... 25
I. PENDAHULUAN
Pengelolaan hutan di Indonesia saat ini dihadapkan pada permasalahan
semakin tingginya ketimpangan pasokan kayu akibat tingginya tingkat
degradasi hutan alam yang sampai saat ini masih menjadi pemasok
utamanya. Menyadari akan adanya masalah ini, Departemen Kehutana n
telah merintis beberapa alternatif pengusahaan hutan yang salah satunya
adalah HPHTI. Dengan model pengelolaan ini pada awalnya diharapkan
dapat mengganti peran hutan alam dengan hutan tanaman yang diperkirakan
memiliki keberlanjutan yang lebih baik daripada pengusahaan hutan alam.
Pada perjalanannya ternyata model ini tidak seperti yang diharapkan. Salah
satu sumber masalahnya adalah ketidak seriusan pengelolaan dan belum
dikuasainya konsep pengelolaan HTI berkelanjutan. Salah satu syarat
pengelolaan berkelanjutan yang belum terpenuhi adalah belum
terformulasikannya sistem pengaturan hasil yang memadai.
Pada pengelolaan hutan tanaman konsep dasar pengaturan hasil
adalah pemanenan yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh
hasil yang tetap atau meningkat pada setiap tahunnya. Realisasi dari konsep
ini pada perencanaan pengaturan hasil adalah pemanenan yang disesuaikan
dengan riap tegakan. Untuk kepentingan ini mau tidak mau diperlukan
informasi mengenai pertumbuhan dan hasil. Informasi ini tergolong informasi
proses pengamatan dan pengukuran berulang mulai saat proses
pembangunan hutan sampai dengan pemanenan. Tidak mengherankan
sampai saat ini informasi ini hampir tidak tersedia.
Dari beberapa uraian tersebut di atas maka data atau informasi
tentang pertumbuhan dari setiap tanaman kehutanan sangat dibutuhkan.
Salah satu jenis tanaman yang informasi tentang pertumbuhan tanaman
sangat diperlukan adalah tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla King).
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan
tinggi dan diameter pada tegakan Mahoni (Swietenia macrophylla King ) pada
areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat memberikan
informasi mengenai pertumbuhan diameter dan tinggi tanaman Mahoni (Swietenia
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Umum Mahoni
Mahoni merupakan anggota dari suku Fabaceae dan termasuk anak suku
Mimosoidae. Pengetahuan mengenai jenis ini masih sangat terbatas walaupun
Mahoni merupakan jenis asli yang tumbuh di Indonesia. Didaerah asalnya di kepulauan Maluku, jenis ini tumbuh secara alamiah di daerah dimana tumbuh
tanaman Kayu Putih (Melleleuca leucadendron) ; (Sindusuwarno dan Utomo, 1979).
Mahoni dengan nama daerah perdangangan mahoni daun besar
adalah dari jenis Meliaceae yang tergolong jenis tegakan bayang mempunyai
corak kayu yang indah serta mudah mengerjakannya (Anonim, 1982 ).
Jenis ini mempunyai arti penting untuk reboisasi dan juga untuk
membangun HTI karna akan menghasilkan kayu pertukangan dan bahan
baku industri pengergajian dan plywood, di Kalimantan Timur telah di tanam
jenis mahoni telah dicoba beberapa HPH dalam rangka pembangunan HTI
(Anonim,1980 ).
Di Negara bagian Sabah, Malaysia sejak tahun 1960 sudah mulai ditanam
dengan mendatangkan benih dari North Queensland yang dikumpulkan hanya dari
satu pohon. Dewasa ini Sabah mempunyai tanaman mahoni seluas lebih kurang 1500 hektar. Selanjutnya dinyatakan pula, bahwa pada mulanya jenis ini ditanam
sebagai jalur penyekat bakar terutama pada daerah bekas perladangan yang
yaitu cepat menutup tanah, tetap hijau (daun tebal) di samping itu bentuk batang
lurus dan baik.
Daerah penyebaran.
Menurut Sindusuwarno dan Utomo (1979), informasi daerah penyebaran
mahoni dapat disampaikan sebagai berikut :
1. Australia Timur bagian Utara 180 Lintang Selatan.
2. Irian Jaya bagian Selatan, yaitu Fak-fak Agunda (Babo) dan Tomage (Kokas),
tumbuh didataran rendah dengan lahan kurus.
3. Kepulauan Maluku Selatan di Aru dan Seram Barat.
Herbarium yang pernah dikumpulkan oleh lembaga penelitian hutan (LPH)
dilakukan pada tahun 1922 dan terakhir tahun 1939 dari Kepulauan Maluku. Dalam
bulan Juni 1979 telah ditemukan mahoni di Kalimantan Timur di Desa Bentuas, dan bulan Agustus 1979 di Pulau Seram bagian Barat.
Syarat tumbuh/ habitat
ANONIMOUS (1982) mengemukakan, bahwa mahoni seperti halnya tanaman
pionir lainnyatidak menuntuk persyaratan tumbuh yang tinggi, dan dapat tumbuh
dengan baik pada lahan yang miskin dan tidak subur, pada padang alang - alang
bekas tebangan dan cepat beradaptasi.
Mahoni. Mampu tumbuh dengan baik pada ketinggian 30 meter sampai 130 meter dari permukaan laut. Jenis tanah dimana mahoni ditemukan tumbuh baik, yaitu di Seram Barat adalah podsolik merah kuning di dataran rendah dan tanah
komplek dipegunungan. Selain itu dapat tumbuh di tengah alang – alang yang rapat
Pohon mahoni mudah dikenal sebagai pohon yang langsing dengan berdaun
hijau tua mengkilat, dapat mencapai tinggi 35 m, dan diameter mencapai 100 cm,
dengan pertumbuhan tinggi di waktu muda tidak begitu cepat karena di pengaruhi
oleh iklim dalam penyebaran pada daerah – daerah tertentu
a. Tanah
Mahoni tumbuh baik pada tanah yang tinggi unsur hara nya, sedangkan
di tempat yang miskin unsur haranya pertumbuhan mahoni sangat kerdil (
Anonim, 1986 ). Juga mahoni sangat tahan terhadap kekurangan zat
asam selama ± 70 hari sehingga dapat ditanam pada lapangan yang
sewaktu – waktu tergenang air (Anonim, 1980 ) .
b. Iklim
Mahoni dapat tumbuh dengan baik pada daerah – daerah musim
kemarau maupun musim basah yaitu dengan type A – B menurut
kelasifikasi Schmidt dan Ferguson, dengan suhu tahunan 11 0 C – 36 0 C
dan curah hujan tahunan 1524 mm - 5085 mm, (Anonim, 1986 ) .
c. Batang dan pohon
Batangnya berbentuk silindris agak berlekuk tetapi tidak berbanir,
bersepih dalam jalur – jalur dengan warna kuning coklat kelabu ( Anonim,
1980 ) .
Mudah dikenal sebagai pohon yang langsing dan berdaun hijau tua
dapat mencapai 100 – 125 cm. Pertumbuhan tinggi diwaktu muda tidak
begitu cepat ( Anonim, 1977 ).
d. Tajuk dan daun
Tajuk berbentuk kubah dengan daun berwarna hijau mengkilat, dan
mengugurkan daun setelah beberapa hari kemudian gundul muncul
daun muda berwarna hijau muda pada tanaman muda tajuknya agak
sempit. Daunnya mudah terbakar sehingga bisa diguna kan sebagai
daun tanaman sekat bakar ataupun jenis tanaman reboisasi pada areal
alang – alang yang peka terhadap bahaya kebakaran (Anonim, 1980) .
e. Bunga dan buah
Bunganya sangat banyak, berwarna hijau kekuningan, disaat tidak ada
angin dan udara lembap pagi hari, bunga berguguran disekitar pohon
yang menyebarkan aroma harum halus semerbak, buah muda berwarna
coklat keputihan. Dimusim kemarau jika buah mahoni sudah masak, jika
sudah kering kulit buah mahoni akan mengelupas dengan menimbulkan
ledakan kecil, sedangkan biji bersayap melayang jika berjatuhan
berputar – putar, dan musim bunga terjadi sekitar bulan Oktober sampai
bulan Januari, buah masak sekitar bulan Juni sampai bulan Agustus.
Pohon berbuah pada umur ± 12 tahun, (Anonim,1980).
Pada umur 2 tahun mahoni sudah milai berbunga dan berbuah, serta mampu
menghasilkan viable seed. Pohon berbunga dan berbuah sepanjang tahun
disusun secara longitudinal di dalam polong. Suatu pita orange terang, diketahui
sebagai tali pusat (aryllus) yang selalu menempel disetiap bijinya didalam buah
polong (Anonymous, 1982).
Panenan dapat dilakukan dua kali dalam setahun. Di Fak – fak, Irian Jaya,
berdasarkan informasi yang diperoleh panen dapat dilakukan pada bulan Juni/
Juli dan Januari/ Februari, sedangkan di Seram Barat buag dapat dipanen pada
bulan Agustus/ September dan Februari/ Maret (Sindusuwarno dan Utomo,
1979).
f. Akar
Pada waktu muda sangat cepat tumbuhnya terutama akar tunggangnya
sehingga memerlukan tanah agak dalam, karena akar cabangnya sedikit
dan lambat laun tumbuh akar didekat permukan tanah yang panjang
dengan akar tunggang yang dalam ( Anonim, 1980 ) .
Mahoni . merupakan jenis tumbuhan yang mempunyai perakaran yang relative dalam, dengan banyak akar lateral yang bercabang – cabang tumbuh menyear
di sekitar akar tunggangnya (Anonymous, 1982). Dinyatakan pula mahoni sebagaimana suku Fabaceae lainnya, padanya terjadi simbiosis mutualisme
yang menguntungkan dengan bakteri tanah dari genus Rhizobium. Bakteri ini
menembus akar – akar muda didalam lapisan permukaan tanah yang berudara
dan menggandakan diri untuk membentuk bintil akar yang membengkak pada
permukaan tanah.
Lebih lanjut Buckman dan Brady (1982) menjelaskan, bahwa organisme bintil
disentesa menjadi bentuk kopleks. Bintil itu jelas hasil dari rangsangan (iritation)
permukaan akar, seperti bisul pada daun atau cabang pohon yang disebabkan
oleh serangga. Masuknya organism itu biasanya melalui bagian dalam serabut
akar. Akhirnya mereka setelah menempuh jalan sepanjang serabut akar
memasuki kulit sel akar halus, dimana pertumbuhan bintil dimulai dan di tempat
itu fiksasi nitrogen terjadi.
g. Penanaman dan Pemeliharaan
Menyemaikan biji dilakukan tidak melalui bedeng penaburan tetapi
langsung ditanam kedalam kantong plastik untuk pembuatan bibit
bumbung atau langsung kedalam bedeng penyapihan dengan jarak 5
cm x 5 cm untuk pembuatan bibit stump, media tanah harus digembur
bersih dari akar dan batu.
Demikian juga bedengan yang digunakan untuk pembuatan bibit stump
biji ditanam dalam keadaan tidak bersayap dengan bagian bijinya yang
tebal sebelah bawah atau bagian bawah atau bagian sayap yang
sebelah atas sedalam 4 cm ( Anonim, 1980 ) .
Bibit mahoni sebagai bahan tanaman dapat berupa biji, bibit dalam
kantong plastik siap dipindahkan kedalam lapangan bila ketingiannya
sudah mencapai 25 cm, atau berumur ± 4 bulan, bibit baru dapat dibuat
stump apabila telah mencapai diameter batang 10 cm atau berumur ± 8
bulan atau stump dapat dibuat dengan perbandingan bagian batang dan
(Anonim, 1980 ). Pada tahap pemeliharaan, penjarangan pertama
dilakukan pada umur 3 tahun, sampai umur 12 tahun kemudian, setiap 5
tahun sampai umur 25 tahun..
h. Penyakit
Penyakit mahoni yang dikenal dengan cendawan akar muda (Armilaria
mellea), gejala yang ditimbul akan membusuk pada kulit kayu dari akar
– akar dan leher akar, sedangkan penyakit lainnya adalah (Corticium
Salmoni Color) yang dikenal dengan jamur upas bagian yang diserang
biasanya bagian dari bawah cabang dan ranting mula - mula bagian yang
diserang terlihat ada nya lapisanlapisan benang benang yang lama
-kelamaan berwarna merah jingga ( Djiun. 1957)
i. Sifat – Sifat dan Kegunaan Kayu
Kayu gubal yang berwarna merah gading muda berangsur – angsur
menjadi kayu teras yang warnanya merah gading coklat tua, agak berat
dengan BJ 0,61 cukup keras termasuk kelas kuat sedang ( Kelas Awet III
/ IV ). (Samingan, 1982).
Mahoni adalah salah satu dari kayu – kayu prabot rumah tangga yang
sangat populer, terutama dari kualitas yang bagus juga dalam hal
warna jaringan bebas dari sifat – sifat melengkung, kerucut dan tahan
Kayu tidak mudah berkerut dan mudah sekali dikerjakan sehingga sangat
baik untuk perkakas rumah tangga, perkakas-perkakas lainnya, vener
mewah dan pembuatan perahu-perahu kecil (Anonim, 1980).
Pembiakan
Mahoni dapat langsung ditanam dilapangan dengan menggunakan benih dengan cara tungal (direct seed) tetapi penanaman melelui persemaian terlebih
dahulu akan menghasilkan yang lebih baik. mahoni dapat disilangkan dengan A. auriculiformis baik secara alami maupun buatan. Hasil keturunannya akan lebih baik dan lebih tinggi dari pada kedua induknya (Keong ,1982).
Produksi.
Pada tempat tumbuh yang baik, pada umur Sembilan tahun mahoni dapat mencapai tinggi 23 meter dengan diameter 23 centimeter dan rata – rata mampu
menghasilkan kayu 41,5 m3 perhektar. Pada lahan yang terganggu dan gersang
bekas perladangan liar, pada tanah lempung yang sudah kurus dengan dasar batu
vulkanis, mahoni dapat tumbuh baik dan mampu memproduksi kayu rata – rata 20
m3 per hektar pertahunnya. Kayu gelondongannya dalam ukuran besar dapat di
gergaji atau dikupas, kayunya tebal dank keras , berwarna coklat muda,dengan
kayu gubal yang tipis keras dan padat. Kayunya baik untuk particle board, pulp dan
peralatan rumah tangga (Anonymous, 1982).
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Soekotjo (1979), menyatakan bahwa tempat tumbuh hanya berbeda
iklim, tanah dan faktor lainnya. Semua faktor ini menyebabkan
perbedaan-perbedaan di dalam vegetasi yang tumbuh pada bermacam-macam tempat
tumbuh.
Tumbuhan untuk dapat tumbuh secara optimal memerluk an hal-hal
yang menunjang, menurut Danaatmadja (1989), hal yang menunjang
tersebut yaitu:
a. Faktor genetik (internal)
Faktor genetik ini adalah gen atau sifat bawaan yang diturunkan dari
induknya seperti kecepatan tumbuh, bentuk tajuk, banyaknya cabang dan
lain-lain, di sini termaksud juga kematangan biji atau buah, sebagai sifat
bawaan hal ini bersifat internal.
b. Faktor lingkungan (eksternal)
Tumbuhan-tumbuhan tumbuh teratur di bawah pengaruh lingkungan
hidup yang terutama ditentukan oleh faktor iklim, tempat tumbuh dan bentuk
serta letak lapangan (relief).
Menurut Abidin (1984) yang dikutip Susanti (1996), faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan antara lain :
1. Air, adalah faktor penting yang sangat diperlukan dalam tumbuhan,
kehadiran air di sini sangat penting untuk aktifitas enzim serta
penguraiannya, traslokasi serta kebutuhan lainnya.
2. Udara juga merupakan faktor luar yang penting untuk pernafasan atau
3. Tempat tumbuh
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan menurut Soetrisno
(1996), menyatakan adalah sebagai berikut :
a. Faktor klimatis
Cahaya matahari, kelembaban dan temperatur merupakan
elemen-elemen dari faktor klimatis. Cahaya sangat berperan dalam
menentukan pertumbuhan suatu tumbuhan demikian pula dengan
kelembaban serta temperatur. Faktor klimatis ini sangat menentukan
iklim suatu daerah yang berperan penting dalam pertumbuhan
terutama proses metabolisme yang terjadi pada tumbuhan.
b. Faktor fisiografis
Menggambarkan bentuk permukaan tanah dan sejarah bentuk
geologi (Ketinggian tempat, kelerengan dan aspek konfigurasi bumi).
Faktor-faktor ini sangatlah menentukan pertumbuhan suatu tanaman.
c. Faktor edafis
Faktor edafis menggambarkan sifat fisik tanah, kimia tanah dan
biologi tanah. Tanah merupakan campuran yang heterogen dan
beragam dari partikel mineral anorganik, hasil rombakan bahwa
organik dan berbagai jenis mikro organisme, bersama-sama dengan
udara dan air yang di dalamnya terlarut berbagai garam-garam
anorganik dan senyawa anorganik. Tanah juga merupakan tempat
d. Faktor biotis
Manusia, hewan dan tumbuhan (lingkungan biotik) merupakan
elemen-elemen yang berpengaruh terhadap pertumbuhan. Kegiatan
penebangan, pembakaran hutan serta aktifitas lainnya seperti
pengelolaan tanah, pencemaran udara dan air, yang merupakan
aspek-aspek biotik yang berpengaruh terhadap penyerbukan,
penyebaran biji dan buah juga persaingan antara parasit dan simbiosis
dengan tumbuhan lainnya. Hal ini akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan.
C. Pertumbuhan dan Perkembangan Tegakan
Pengertian pertumbuhan adalah suatu perkembangan yang
menunjukkan pertambahan dan suatu sistem organ hidup yang terdapat
didalam anakan mahoni selama hidupnya (Anonim, 1993).
Menurut Baker (1950), yang dimaksud dengan pertumbuhan anakan
adalah pertambahan tumbuh membesar dan terbentuknya jaringan-jaringan
baru. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa pertumbuhan pohon meliputi
pertumbuhan bawah dan pertumbuhan atas.
Dalam bidang kehutanan, pertumbuhan pohon sangatlah penting
untuk dipelajari sebagai suatu pedoman atau cara untuk mengetahui
merupakan pertambahan tumbuh pohon dalam jangka waktu tertentu,
dimana pertumbuhan dan riap ini merupakan dua istilah yang dikenal dari
sudut pandang Autekologi (ekologi suatu jenis pohon).
Pertumbuhan dan perkembangan dari masing-masing pohon atau
tegakan berbeda, seperti tinggi dan diameter dan bidang dasar tidak sama
dalam pertumbuhan pohon (Soekotjo, 1976).
Menurut Dipodiningrat (1985) kerapatan tegakan memperlambat
pertumbuhan diameter, tetapi dapat merangsang pertumbuhan tinggi. Hal ini
disebabkan karena terkonsentrasinya energi untuk tajuknya.
1. Pengukuran Tinggi
Ada dua cara yang perlu diperhatikan dalam konteks pengukuran tinggi
yaitu tinggi dan panjang (Suharlan dan Soediono, 1973) untuk dapat
membedakanya, maka di coba memberikan pengertian secara definisi
sebagai berikut:
a) Tinggi adalah jarak terpendek antara satu titik dengan peroyeksinya,
bidang datar dan horizontal.
b) Panjang adalah jarak antara dua titik yang di ukur menurut atau tidak
menurut garis lurus.
Sebagai komponen untuk menetukan volume kayu, tinggi pohon di
bedakan atas beberapa macam notasi :
a) Tinggi pohon sebenarnya, yaitu jarak antara titik puncak pohon yang
b) Tinggi lepas dahan atau lepas cabang atu sampai permukaan tajuk, yaitu
jarak antara titik lepas cabang atau permukaan tajuk dengan proyeksinya
pada bidang datar atau horizontal.
c) Tinggi batang komersil, yaitu tinggi batang yang saat itu laku di jual
dalam perdagangan .
d) Tinggi tunggak, yaitu tinggi pangkal pohon yang ditinggalkan pada waktu
penebangan, tinggi tunggak ini berkisar antara 30-80 cm, tergantung nilai
kayu, biaya transportasi dan permintaan.
Tinggi pohon dapat diukur jika masih berdiri. Tapi sering ditentukan
sesudah ditebang (ini lebih sukar, karena sukar menentukan puncaknya dan
pangkalnya pun tidak bisa lurus karena percabangan).
Dalam hal ini pengukuran tinggi pohon yang telah ditebang harus diingat
bahwa ini hanya benar jika pohon tersebut tadinya berdiri tegak lurus.
Menurut Suharlan dan Sudiono (1973) kesalahan dalam pengukuran
tinggi pohon berdasarkan sumber penyebabnya dapat dibedakan menjadi
empat macam yaitu:
a) Kesalahan alat, sumber utamanya yaitu pembagian skala alat, tingkat
ketelitian alat dan kedudukan alat pada waktu mengukur
b) Kesalahan sipengukur dalam menggunakan alat pada waktu mengukur.
c) Faktor lingkungan, misalnya pada kondisi fisik lapangan, topografi, cuaca
d) Kesalahan karena keadaan pohonnya, misal tajuk pohon terlalu lebar
serta pohon dalam keadaan miring.
2. Pengukuran Diameter
Pengukuran diameter pohon adalah mengukur panjang garis antara dua
titik pada garis antara dua titik pada garis lingkaran yang melalui titik
pusat (Endang, 1990).
Teknik Pengukuran Diameter Pohon
Dalam pengukuran diameter pohon di lapangan, lazim digunakan adalah
diameter setinggi dada sebab pengukurannya paling mudah dan
mempunyai korelasi yang kuat dengan parameter pohon yang penting
lainnya seperti luas bidang dasar dan volume batang pada umumnya.
Diameter setinggi dada diukur pada ketinggian batang 1,3 meter dari
permukaan tanah (Kadri, 1992).
Endang (1990) menyatakan, beberapa standar untuk pengukuran
diameter pohon yaitu:
a. Bagi pohon berdiri, diameter diukur pada ketinggian 1,3 meter di atas tanah (diameter setinggi dada/diameter of breast height = dbh).
b. Bagi pohon berdiri yang berbanir, diameter diukur pada ketinggian
20 cm diatas banir.
c. Bagi pohon yang berdiri yang bercabang adalah sebagai berikut:
1. Ketinggian cabang di atas 1,3 meter, diukur pada ketinggian 1,3 meter dari permukaan tanah.
2. Ketinggian cabang kurang dari 1,3 meter diukur pada ketinggian 1 meter dari cabang dan dianggap 2 pohon.
3. Ketinggian cabang tepat/sama 1,3 meter, diukur agak ke bawah
dari cabang ± 10 cm.
4. Untuk pohon berdiri pada tanah miring, diameter diukur pada
ketinggian 1,3 dari bagian tanah miring yang atas.
5. Bagi pohon menggembung pada ketinggian 1,3 meter, diukur pada
ketinggian 10 – 20 cm di atas bagian tepi yang menggembung.
6. Untuk pohon miring, diameter diukur pada ketinggian 1,3 meter
searah miring pohon.
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di areal Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
2. Waktu pengamatan
Waktu pengamatan ini dilakukan selama 2 bulan yaitu bulan Juli dan
Agustus 2012 yang meliputi orentasi lapangan, pengambilan data dan
pengolahan data serta penyusunan laporannya.
B. Alat Dan Bahan
1. Alat
a. Micro Califer, untuk mengukur diameter
b. Kalkulator, Sebagai alat hitung
c. Parang, untuk membersihkan lahan sekitar tanaman agar
memudahkan dalam pengambilan data.
d. Meteran, untuk mengukur tinggi anakan Mahoni
e. Alat tulis menulis, untuk mencatat data pohon yang di ukur
f. Label untuk pembuat nomor pada pohon mahoni
2. Bahan
Tanaman Mahoni ( Swietenia macrophylla King ) yang ditanam bulan
Juni tahun 2008 sebanyak 50 tanaman.
C. Prosedur Pengamatan
Untuk mencapai tujuan yang di inginkan maka langkah pengamatan
akan dilakukan sebagai berikut :
1. Studi pustaka
Studi pustaka yang dilakukan adalah dengan mencari litratur – litratur
yang berhubungan dengan materi yang diamati
2. Orentasi lapangan
Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi tentang
lokasi anakan mahoni yang diamati
3. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data kegiatan yang harus dilakukan adalah :
a. Memberi nomor urut tiap anakan yang di ukur, dan melakukan
pendataan tiap tanaman mahoni (Swietenia Macrophylla King) yang
diukur diameter dan tingginya.
b. Pengukur diameter dilakukan 30 cm dari atas permukaan tanah
c. Pengukuran tinggi dilakukan dari atas dasar tanah sampai ke ujung
pucuk anakan mahoni dengan menggunakan meteran.
D. Pengolahan data
Pengolahan data diameter dan tinggi rata -rata dengan menggunakan
rumus
1. Untuk mengetahui diameter rata-rata :
X =
n X
?
Keterangan :
X = rata -rata ( diameter / tinggi )
?
X = Jumlah dari X (diameter / tinggi ) n = Jumlah pohon2. Standar Deviation (Simpangan Baku)
Standar deviation (Simpangan baku) merupakan suatu nilai untuk
mengetahui penyimpangan nilai-nilai individu terhadap rata-rata diameter
dan tinggi tanaman. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut : 1 ) ( 2 2 ? ? ?
?
?
n n X X SdKeterangan :
Sd = Standar Deviation (Simpangan Baku)
?
X = Jumlah Nilai Individu?
2X = Jumlah Individu yang dikuadratkan
n = Jumlah Pohon
3. Coefficient Of Variation (Koefisien Variasi)
Mengingat ukuran dispersi absolut mudah menimbulkan kekaburan,
maka sering digunakan ukuran dispersif relatif. Diantara berbagai macam
ukuran dispersi relatif yang terkenal ialah yang bernama Coefficient Of
Variation (koefesien variasi), yaitu dalam persen (%) persentasi standar
deviation terhadap nilai rata -rata X (diameter / tinggi) dan untuk klasifikasi
dari koefesien variasi ialah sebagai berikut (Becking 1981) :
C.V = 0 – 10 % (dikatakan kecil/seragam)
C.V = 10 – 20 % (dikataka sedang )
C.V = 20 – 30 % (di katakan besar )
C.V = >30 % (dikatakan sangat besar )
Rumus :
C.V =
X Sd
Keterangan :
C.V = Coefficient Of Variation (koefesien Variasi)
Sd = Standar Deviation (Simpangan Baku)
X = rata -rata ( diameter / tinggi ) 4. Untuk menaksir rata -rata populasi
Menaksir rata-rata populasi merupakan analisa lanjutan untuk
mengetahui sebaran data baik data diameter maupun data tinggi.
Menaksir rata-rata populasi dapat dihitung menurut rumus sebagai berikut
:
X ? 1,96 SD / n Keterangan :
X = Rata-rata Diameter atauTinggi SD =Standar Deviation (Simpangan Baku)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Tinggi
Dari hasil pengukuran di lapangan didapatkan data seperti pada Lampiran
1. Data tersebut dihitung dan hasilnmya seperti yang terlihat pada Tabel 1
berikut ini :
Tabel 1. Deskripsi Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Mahoni
No. Variabel Nilai Keterangan
1 Rata-rata 161,22 2 Kesalahan Baku 7,47 3 Median 153,50 4 Mode 110 5 Simpangan Baku 52,79 6 Range 220 7 Minimum 101 8 Maximum 321 9 Jumlah 8061 10 Sampel 50
Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan seperti pada Tabel 1 tersebut dapat dituangkan dalam bentuk grafik seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 Rata-rata SB CV (%) 161,22 52,79 32,74
Gambar 2. Grafik Pengukuran Tinggi Tanaman Mahoni
2. Diameter
Hasil pengukuran diameter tanaman Mahoni didapat data yang ditampilkan pada lampiran 1, data tersebut dihitung dan hasilnya terlihat pada Tabel 2 berikut ini :
Tabel 1. Deskripsi Hasil Pengukuran Diameter Tanaman Mahoni
No. Variabel Nilai Keterangan
1 Rata-rata 1,95 2 Kesalahan Baku 0,09 3 Median 1,90 4 Mode 1,30 5 Simpangan Baku 0,60 6 Range 2,30 7 Minimum 1,00 8 Maximum 3,30 9 Jumlah 97,50 10 Sampel 50,00
Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan diameter seperti pada Tabel 2 tersebut dapat dituangkan dalam bentuk grafik seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
B. Pe mbahasan
Hasil pengukuran anakan Mahoni (Swietenia macrophylla King) berumur 4
tahun di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda menunjukan bahwa diameter
terbesar 3,30 cm dan diameter terkecil 1,00 cm, dengan rata-rata 1,95 cm dan
simpangan baku 0,60 cm dan koefisien variasi 31,02 % dengan rata-rata populasi
diameter antara 1,86 cm sampai dengan 2,04 cm . Sedangkan hasil pengukuran
tingginya diketahui bahwa, anakan mahoni tertinggi adalah 321 cm dan anakan
terendah 101 cm dengan nilai rata-rata sebesar 161,22 cm, simpangan baku 52,79
cm dan koefisien variasi 32,74 %. Dengan rata-rata populasinya adalah 153,75 cm
sampai dengan 168,69 cm.
Dengan memperhatikan koefisien variasinya dapat diketahui bahwa
pertumbuhan tinggi dan diameter Mahoni yang ditanam di areal Politeknik Pertanian
Negeri, mempunyai pertumbuhan yang sangat bervariasi yaitu diatas dari 30 %
sesuai dengan pendapat Becking (1981).
Suatu nilai dari koefisien variasi dapat dijadikan indikator dalam perlakuan
silvikultur. Dengan memperhatikan koefisien variasinya tanaman Mahoni di areal
Politeknik Pertanian Negeri, untuk diameter dan tinggi mempunyai variasi yang
sangat besar maka diperlukan tindakan silvikultur agar pertumbuhan anakan lebih
seragam antara lain pemeliharaan baik pemupukan, pendangiran, pembebasan dari
gulma dan pemangkasan.
Menyikapi fenomena tersebut di atas, bahwa tanaman mahoni memiliki
pertumbuhan yang sangat variatif, penyebabnya adalah kurang baiknya
pendangiran dan pemupukan) yang belum maksimal. Hal ini terlihat di lokasi
penelitian bahwa tanaman mahoni yang menjadi obyek penelitian disekitarnya
tumbuh gulma dan semak belukar yang menghambat pertumbuhan tanaman
tersebut hal ini juga didukung dengan informasi dari penanggung jawab tanaman
tersebut bahwa kegiatan pemeliharaan jarang dilakukan.
Tanaman mahoni pada areal Politeknik Pertanian Negeri merupakan
tanaman yang berumur 4 tahun yang termasuk dalam fase pertumbuhan vegetatif.
Menurut Sumarna (2003), bahwa secara fisiologis tanaman pada fase vegetatif
akan melakukan proses adaptasi dan aklimatisasi dengan lingkungan areal
pertanaman. Untuk memperoleh pertumbuhan mahoni yang baik, sehat dan
seragam hingga akhir daur, beberapa tindakan teknis yang perlu dilakukan pada
fase vegetatif yaitu pemeliharaan tanaman.Beberapa kegiatan pemeliharaan pada
vase vegetatif yaitu kegiatan penyulaman, penyiangan tanaman atau pengendalian
gulma dan pemupukan.
Kegiatan penyiangan tanaman atau pengendalian gulma merupakan
kegiatan penting. Gulma dikendalikan karena menjadi pesaing mahoni dalam
memperoleh cahaya, kelembaban tanah dan nutrisi (Tini dan Amri, 2004). Hal ini
didukung oleh Sumarna (2003) bahwa, penyiangan dilakukan untuk menghindari
kemungkinan gulma sebagai sumber tempat berkembangnya jenis-jenis hama dan
penyakit tanaman pokok.
Akibat dari kurangnya penyiangan tanaman atau pengendalian gulma,
proses fotosintesis tanaman mahoni yang sangat diperlukan tanaman untuk
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Diameter rata-rata anakan mahoni (Swietenia macrrophylla King) sebesar 1,95 cm, simpangan baku 0,60 cm dan koefisien variasi 31,02 %
2. Tinggi rata-rata anakan mahoni (Swietenia macrrophylla King) sebesar 161,22 cm, simpangan baku 52,79 cm dan koefisien variasi 32,74 %.
3. Populasi diameter terletak antara 1,86 cm sampai dengan 2,04 cm dan populasi
tinggi adalah 153,75 cm sampai dengan 168,69 cm.
B. Saran
1. Untuk memperoleh informasi lebih lanjut mengenai pertumbuhan mahoni
(Swietenia macrrophylla King) maka perlu diteliti mengenai riap rata-rata
tahunan di mulai dari berbagai fase pertumbuhan.
2. Informasi mengenai waktu yang tepat untuk kegiatan pemeliharaan tanaman
mahoni (Swietenia macrrophylla King) sangat diperlukan agar pertumbuhan
DAFTAR PUSTAKA
ANONIM. 1980. Pedoman Pembuatan Tanaman.Direktorat Jendral.Kehutanan Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi.
ANONIM.1982. Silvukultur Khusus Depertemen Pertanian .Direktorat Jendral Kehutan. Jakarta.
ANONIM. 1986. Dasar Umum Ilmu Kehutanan Buku II. Kegiatan Dalam Bidang Kehutanan Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur. Jakarta.
ARDIKOESOEMA. Dan DILMY. 1956. Pengaman Balai Penyelidikan Kehutanan Tentang Jenis - Jenis Kayu Mahoni atau Mahagoni Teristimewa Keluarga Khaya.Balai Kehutanan. Bogor.
BAKER, F. S. 1950. Principle of silviculture MC. Grow Hill Book Company Berkeley.
BRATAWINATA, A. A,1987. Beberapa Contoh Pohon – Pohon Tanaman Industri Cepat Tumbuh,Univarisitas Mulawarman. Samarinda. BECKING, W. R. 1981.Manual Of Forest Inuventury Part Two.
DJIUN.H. 1957. Diktat Silvikultur Khusus,Pusat Pendidikan Cepu. Cepu.
DAATMAJADJA, OH. M. 1985 Mata Kuliah Tanaman Hutan Semester II dan III. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan tinggi Universitas Pajajaran. Bandung.
DIPODININGRAT, B. S. 1985. Manejemen hutan. Organisasi dan tata laksana Pengusahaan. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan. Univarisitas Gajah Mada.
ENDANG.at. al.1990. Menajemen Hutan. Depertemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Univarisitas Padjajaran. Bandung.
SUHARLAN. A. Dan SOETRISNO, K. 1996. Diktat Silvika Bahan Kuliah Fakultas Kehutanan Univerisitas Mulawarman.Samarinda.
SOEDIONO, 1973. Ilmu Ukur Kayu.Lembaga Hutan Bogor. Bogor.
SAMINGAN, 1982. Dendrologi Diterbitkan Bagian Kerja Sama Dengan Bagian Ekologi Fakultas Institut Pertanian Bogor. Bogor.
SOETRISNO, K. 1996. Diktat Silvika Bahan Kuliah Fakultas Kehutanan Univarisitas Mulawarman. Samarinda.
SOEKOTJO, W. 1976. Diktat Silvika Pusat Pendidikan Cepu.Direksi Perum Perhutani.
SUSANTI, 1996. Studi Tentang Tinggi dan Diameter Tanaman Acacia mangium willd Umur 1 Tahun di Arboretum POLITANI Unmul samarinda. Karya Ilmiah Mahasiswa (Tidak di Terbitkan).
TINI, N dan AMRI, K. 2002. Mengebunkan Jati Unggul. Pilihan Investasi Pospektif. Agro Media Pustaka. Jakarta
Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran
Tabel 3. Hasil Pengukuran Diameter dan Tinggi Tanaman Mahoni
Tinggi Diameter (cm) (cm) 1 Mahoni 155,0 1,8 2 Mahoni 171,0 1,4 3 Mahoni 321,0 2,4 4 Mahoni 172,0 2,3 5 Mahoni 242,0 2,3 6 Mahoni 163,0 1,5 7 Mahoni 163,0 1,3 8 Mahoni 170,0 2,1 9 Mahoni 106,0 2,1 10 Mahoni 101,0 1,5 11 Mahoni 190,0 1,3 12 Mahoni 230,0 2,1 13 Mahoni 103,0 2,1 14 Mahoni 123,0 2,3 15 Mahoni 210,0 1,8 16 Mahoni 320,0 3,3 17 Mahoni 173,0 1,5 18 Mahoni 110,0 1,9 19 Mahoni 152,0 2,2 20 Mahoni 131,0 3,1 21 Mahoni 125,0 2,6 22 Mahoni 225,0 2,1 23 Mahoni 102,0 1,2 24 Mahoni 110,0 1,1 25 Mahoni 255,0 1,4 26 Mahoni 132,0 2,4 27 Mahoni 160,0 1,1 28 Mahoni 121,0 2,2 29 Mahoni 115,0 3,2 30 Mahoni 142,0 1,3
Lanjutan
Tinggi
Diameter
(cm)
(cm)
31
Mahoni
130,0
1,4
32
Mahoni
153,0
1
33
Mahoni
180,0
2,1
34
Mahoni
210,0
1,8
35
Mahoni
111,0
1,4
36
Mahoni
125,0
2,2
37
Mahoni
231,0
2,5
38
Mahoni
103,0
2,9
39
Mahoni
192,0
1,3
40
Mahoni
215,0
1,7
41
Mahoni
110,0
3,2
42
Mahoni
145,0
1,4
43
Mahoni
159,0
1,7
44
Mahoni
136,0
2,6
45
Mahoni
122,0
1,8
46
Mahoni
116,0
2,5
47
Mahoni
154,0
1,3
48
Mahoni
203,0
2,6
49
Mahoni
119,0
1,9
50
Mahoni
154,0
1,3
Lampiran 2. Perhitungan Tinggi Tanaman Mahoni umur 4 tahun. x =
?
x n = 8.061 50 = 161,22?
2 x - (?
x)2 n SD = n-1 = 1.436.153 – (8.061)2 50 50 -1 = 136.538,58 49 = 52,7911902 Sx = 50 SD = 50 7911902 , 52 = 7,46580176 cmKisaran Tinggi Populasi Tingkat Kepercayaan 95% ?
=
x ± 1,96 . Sx= 161,22 ± 1,96 (7,46580176) = 161,22 ± 14,63297145
Lampiran 3. Perhitungan Diameter Tanaman Mahoni umur 4 tahun. x =
?
x n = 97,5 50 = 1,95?
2 x - (?
x)2 n SD = n-1 = 208,05 – (97,5)2 50 50 -1 = 17,925 49 = 0,604827518 Sx = 50 SD = 50 8 0,60482751 = 0,085535528 cmKisaran Tinggi Populasi Tingkat Kepercayaan 95% ?
=
x ± 1,96 . Sx= 1,95 ± 1,96 (0,085535528) = 1,95 ± 0,167649635
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian