• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING DAN PERSEPSI LINGKUNGAN BELAJAR MAHASISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING DAN PERSEPSI LINGKUNGAN BELAJAR MAHASISWA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 2301-4024 77

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING

DAN PERSEPSI LINGKUNGAN BELAJAR MAHASISWA

Ina Handayani1; Andi Basuki Prima Birawa2 dan Bony Wiem Lestari3 1Prodi Kebidanan Bogor Poltekkes Bandung

2Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 3Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Email : inaumialyafaris@gmail.com

Abstract: The Qualified midwife is a graduate who have competencies that needed by community. This

requires changes and one of them is education environment, because a good education environment will give a significant effect to the learning outcomes. The aim of this study is to measure the influence of student centered learning to the perceptions of education environment at Diploma III midwifery pro-gram. The research used quasy ekperimental design with one group pretest posttest design. The sam-pling technique is total samsam-pling with 58 students of Program Studi Kebidanan Bogor Poltekkes Bandung. The study was conducted in September-October 2013. The variables of education environ-ment were measured by using questionnaires from the Dundee Ready Education Environenviron-ment Measure (DREEM) to measure the education environment. Data analyses were used by the Wilcoxon test. Result : The value of the median total score DREEM before SCL was 141 and after SCL is 144,5 ( p = 0,001 ). There were two subscales that increased value of the learning environment, perceptions of learning (p<0.05) and the score of Academic self perceptions (p = 0.009). Conclusion : the application of SCL affect to the perception of subscales on perception of learning and academic self-perception

Keywords: Student centered learning ( SCL), learning environment, DREEM questionare

Abstrak: Tenaga bidan yang berkualitas adalah lulusan bidan yang mempunyai kompetensi yang

dibutuhkan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan kompetensi adalah dengan menghadirkan lingkungan belajar yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi pembelajaran SCL terhadap persepsi lingkungan belajar mahasiswa DIII Kebidanan. Penelitian ini telah dilakukan di Program Studi Kebidanan Bogor pada bulan September-Oktober 2013. Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan one group pretest posttest design. Penelitian ini dilakukan pada 58 mahasiswa dengan instrumen Dundee Ready Education Environment Measure (DREEM). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian: skor nilai median lingkungan belajar sebelum SCL adalah 141 dan setelah SCL adalah 144,5 (p= 0,001). Sedangkan pada subskala lingkungan belajar, terdapat peningkatan skor nilai sebelum dan setelah penerapan SCL yaitu pada subskala kegiatan belajar (p< 0,005) dan prestasi akademik (p= 0,009). Simpulan: penerapan strategi pembelajaran SCL berpengaruh terhadap persepsi lingkungan belajar pada subskala kegiatan belajar dan prestasi akademik.

Kata Kunci: student centered learning (SCL), lingkungan belajar, DREEM

PENDAHULUAN

Berdasarkan Permenkes 369 tahun 2007 mengenai standar profesi bidan dinyatakan bahwa tenaga bidan yang berkualitas dihasilkan oleh institusi pendidikan kebidanan yang dikelola dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi (IPTEK) dan regulasi.

Kurikulum yang sesuai perkembangan IPTEK saat ini salah satunya yaitu kurikulum yang dikonsepkan lebih didasarkan pada rumusan kompetensi yang harus dicapai/ dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi yang sesuai atau mendekati kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat (kurikulum berbasis kompetensi). Perubahan

(2)

kurikulum tersebut bukan hanya terfokus pada pengubahan dokumen saja, tetapi juga salah satunya pada penciptaan lingkungan belajar (Kunaefi, 2008).

Terdapat beberapa aspek yang berpengaruh terhadap lingkungan belajar. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah kualitas interaksi pengajar dengan peserta didik. Pembelajaran seperti ini merupakan pembelajaran dengan konsep konstruktivisme dimana mahasiswa membangun sendiri pengetahuannya sehingga dapat membentuk lingkungan belajar yang kuat (powerfull learning environments) (Marshall, 2004). Pembelajaran berlandaskan konstruk-tivisme merupakan konsep pembelajaran student centered learning (SCL) (Suciati, 2005 dan Kaufman).

Proses pembelajaran di profesi kebidanan dengan adanya berbagai perubahaan dalam regulasi juga telah membuat kurikulum Pendidikan D-III Kebidanan direvisi dan dikembangkan dengan mengacu kepada perundang-undangan dan peraturan yang berlaku dan relevan dengan penyelenggaraan pendidikan, pelayanan kesehatan dan organisasi profesi sesuai Keputusan Kepala badan pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Nomor HK.02.05/I/III/2/08794/2011 tentang kurikulum inti Pendidikan Diploma III Kebidanan. Institusi penyelenggara Pendidikan Diploma III Kebidanan yang berada dibawah Kemenkes diberi waktu selambat-lambatnya 2 tahun sejak kurikulum ini ditetapkan untuk menerapkan Kurikulum inti Diploma III Kebidanan Tahun 2011 di institusinya masing-masing. Kurikulum Pendidikan DIII Kebidanan tahun 2011 ini memiliki beberapa perbedaan dengan kurikulum sebelumnya, salah satunya adalah dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Menurut kurikulum Pendidikan Kebidanan tahun 2011 pelaksanaan pembelajaran berbasis SCL.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik

pengaruh penerapan strategi pembelajaran SCL terhadap persepsi lingkungan belajar mahasiswa DIII Kebidanan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian quasy eksperimen dengan one group pretest posttest design. Penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober terhadap 58 mahasiswa yang melakukan proses pembelajaran pada blok Asuhan Kebidanan I yang merupakan mata kuliah yang akan dijadikan salah satu pilot study penerapan SCL pada mahasiswa TK II semester III di Prodi Kebidanan Bogor Poltekkes Bandung.

Data yang dikumpulkan adalah data primer. Variabel lingkungan belajar mahasiswa diukur menggunakan kuesioner Dundee Ready Educa-tion Environment Measure (DREEM). DREEM berisi 50 pernyataan mengenai kualitas lingkungan belajar berdasarkan persepsi mahasiswa. (Mc Alerr, 2001). Kuesioner tersebut bermanfaat dalam menentukan area mana yang menjadi perhatian bersama atau menjadi masalah oleh sebagian besar mahasiswa mengenai lingkungan belajarnya. Penilaian DREEM didasarkan pada 5 subskala, yaitu persepsi terhadap kegiatan belajar, pendidik, prestasi akademik, suasana belajar dan masalah sosial. Dalam penelitian ini digunakan kuesioner DREEM versi Indonesia berdasarkan hasil penelitian Soemantri (2008).

Subjek penelitian diberi penjelasan prosedur penelitian dan cara pengisian kuesioner, dan in-formed consent. Sebelum pembelajaran dengan SCL diberikan, dosen dan mahasiswa diberikan sosialisasi mengenai pembelajaran SCL. Mahasiswa diberikan pretest (kuesioner awal) sebelum pembelajaran dimulai dan diakhir pembelajaran mahasiswa diberikan posttest

(kuesioner akhir).

Pengisi kuesioner akan diminta untuk membaca setiap pernyataan dengan hati-hati dan

(3)

9 dari 50 pernyataan (nomor 4, 8, 9, 17, 25, 35, 39, 48 dan 50) adalah pernyataan yang negatif dan harus dihitung 0 untuk SS, 1 untuk S, 2 untuk R, 3 untuk TS dan 4 untuk STS. Kuesioner DREEM memiliki skor maksimum 200 yang menunjukkan lingkungan pendidikan yang ideal seperti yang dirasakan oleh peserta didik (Mc, Aleer et al, 2001).

Analisis statistik pada penelitian ini menggunakan statistik non parametrik yaitu uji

Wilcoxon karena hasil pengujian normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan distribusi data tidak normal. Data yang diuji secara statistik adalah nilai median skor DREEM total

dan nilai median skor DREEM berdasarkan 5 subskala. Secara deskritif data tersebut juga diinterpretasikan verbal sesuai pedoman DREEM. HASIL PENELITIAN

Data penelitian ini meliputi perbedaan skor nilai lingkungan belajara sebelum dan setelah penerapan strategi pembelajaran SCL seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1, sedangkan perbedaan skor nilai subskala lingkungan belajar sebelum dan setelah penerapan strategi pembelajaran SCL ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 1. Perbedaan skor nilai lingkungan belajar sebelum dan setelah penerapan strategi pembelajaran

Student Centered Learning (SCL)

N Median

Minimum-maksimum

p Nilai Lingkungan belajar sebelum SCL 58 141 100-175 0,001 Nilai Lingkungan belajar setelah SCL 58 144,5 118-180

Keterangan : Nilai p dihitung berdasarkan uji Wilcoxon

Interpretasi skor DREEM : Sangat mengecewakan (0-50),banyak permasalahan (51-100), positif lebih banyak dari negatif (101-150), ideal (151-200)

Area Subskala Lingkungan belajar Median

(minimum-maksimum)

p*

Sebelum SCL Setelah SCL

Persepsi terhadap kegiatan belajar 32 (18-41) 35(29-45) 0,000

Persepsi terhadap pendidik 33 (27-42) 33 (23-42) 0,611

Persepsi terhadap prestasi akademik 23 (15-29) 24 (16-29) 0,009

Persepsi terhadap suasana pembelajaran 33,5 (20-40) 34 (21-44) 0.076

Persepsi terhadap masalah sosial 19 (14-25) 19 (14-26) 0,525

Tabel 2. Perbedaan skor nilai subskala lingkungan belajar sebelum dan setelah penerapan strategi pembelajaran

Student Centered Learning (SCL)

(4)

PEMBAHASAN

Tabel 1 menunjukkan perbedaan skor nilai lingkungan belajar sebelum dan setelah penerapan strategi pembelajaran SCL. Nilai Median pada lingkungan belajar sebelum SCL adalah 141(100-175) sedangkan setelah SCL adalah 144,5 (118-180). Hasil analisis menyatakan bahwa skor DREEM pada dua kelompok berpasangan ini secara statistik menunjukan perbedaan yang signifikan (p = 0,001). Namun berdasarkan interpretasi verbal DREEM, lingkungan belajar sebelum dan setelah SCL berada pada persepsi yang sama yaitu merupakan lingkungan yang lebih banyak positif dari negatif.

Secara statistik, perbedaan nilai ini menunjukan adanya peningkatan nilai skor tetapi secara interpretasi verbal belum mengalami perubahan persepsi. Hal dikarenakan penerapan strategi SCL merupakan pengalaman pertama bagi mahasiswa dan dosen sehingga hal ini kemungkinan akan memengaruhi persepsi mahasiswa terhadap lingkungan belajar. SCL dinyatakan dapat membantu mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam belajar dan memecahkan masalah sehingga dapat membantu mereka memiliki sikap positif terhadap

lifelong learning di masa depan. Namun pada saat SCL baru dipraktekkan, ada juga kendala dalam menggunakan pendekatan ini. Menurut Tseng, Carlisle (2005) dan Ibbotson (2008), ketika mahasiswa belajar dengan menggunakan pendekatan SCL untuk pertama kalinya, mereka membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Awalnya hal itu merupakan keadaan diluar kenyamanan dan membingungkan, meskipun dari waktu ke waktu mereka menyadari bahwa ini adalah reaksi normal terhadap SCL.

Berdasarkan data penelitian ini mahasiswa merasa kesulitan mendapatkan sumber belajar yang memadai, sehingga hal ini berpengaruh pada penilaian mahasiswa terhadap lingkungan belajar.

lab, internet, audiovisual, peralatan praktikum gedung dan ruangan.

Implementasi SCL pada sebuah institusi pendidikan tidak akan terbebas dari keterbatasan atau kendala sehingga diperlukan kearifan dari para penentu kebijakan (Harsono, 2006). Institusi pendidikan mempunyai peran dalam mengkaji kurikulum, program pembelajaran dan sistem penilaian hasil belajar, membuat kebijakan tentang sosialisasi dan penerapan SCL di institusinya, membenahi pola pikir pada dosen dan pengelola pendidikan, melatih dan memberikan dukungan penuh pada para dosen dalam menerapkan SCL, memanfaatkan perencanaan pembelajaran yang berorientasi SCL (Nuraini, 2009). Menurut Bouhaimed (2009), Inilah pentingnya dilakukan evaluasi terhadap lingkungan belajar pada saat strategi pengajaran yang baru diperkenalkan agar dapat diketahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan mahasiswa mengembangkan persepsi negatif mengenai lingkungan belajarnya. Melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor tersebut dapat memengaruhi hasil pendidikan yang lebih baik.

Hasil penelitian yang pada Tabel 2 menunjukan penilaian lingkungan belajar berdasarkan sub skala. Penilaian pada subskala lingkungan belajar dapat menunjukan kekuatan dan kelemahan lingkungan belajar.

Berdasarkan hasil analisis terdapat perbedaan skor pada area persepsi mahasiswa terhadap kegiatan belajar sebelum dan setelah penerapan strategi pembelajaran SCL (p<0,05). Hasil penelitian Al hazimi (2004), menyebutkan bahwa penerapan SCL memberikan pengaruh yang signifikan terhadap lingkungan belajar pada sub skala kegiatan belajar. Kegiatan pembelajaran dengan strategi pembelajaran SCL membuat mahasiswa menjadi peserta yang lebih aktif karena mereka memiliki tanggung jawab dalam mengakomodasi proses pembelajaran mereka sendiri (Sablonnie‘re, 2009).

(5)

terhadap pendidik (p = 0,404). Menurut Peterson (2004) pengalaman pertama dalam penerapan SCL memang akan mengalami kendala baik bagi mahasiswa, dosen ataupun institusi pendidikan. Menurut Secondira (2009), Kompetensi umum dan kemampuan dosen sebagai fasilitator menjadi faktor yang berpengaruh dalam pelaksaaan SCL sehingga berpengaruh pada penilaian persepsi mahasiswa terhadap dosen.

Persepsi mahasiswa terhadap prestasi akademik. Berdasarkan hasil analisis terdapat pengaruh SCL terhadap lingkungan belajar pada area persepsi terhadap persepsi prestasi akademik (p = 0,009). Penerapan SCL berdampak terhadap pengembangan kemampuan pemecahan masalah, sehingga memungkinkan mahasiswa untuk mengembangkan struktur pengetahuan berbasis pengalaman dan memahami kompleksitas dari konsep-konsep teoritis yang mereka pelajari (Shehnaz, 2011, Johnstone, 1998 dan Tan, 2008)

Persepsi mahasiswa terhadap suasana pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tidak terdapat pengaruh SCL terhadap lingkungan belajar pada area persepsi terhadap suasana pembelajaran (p = 0,088). Berdasarkan data penelitian mahasiswa merasa belum terbiasa dengan jadwal yang padat dan belajar mandiri. Hasil penelitian Bouhaimed (2009) menyebutkan bahwa mahasiswa merasa frustasi dengan jadwal yang padat untuk proses pembelajaran. Mahasiswa merasa belum terbiasa dengan pembelajaran mandiri, mereka mengira ini adalah periode bebas, tapi ternyata hal ini menuntut keaktifan mereka dalam belajar. Hal ini menunjukkan bahwa pada awal pembelajaran mahasiswa mengalami memang kesulitan dengan jadwal yang padat terutama ketika harus mengatur waktu untuk pembelajaran mandiri, sehingga diperlukan dukungan dan arahan dari institusi pendidikan untuk membuat panduan belajar bagaimana caranya mereka bisa mengatur waktu belajar dengan baik.

Persepsi terhadap masalah sosial. Berdasarkan hasil analisis tidak terdapat pengaruh SCL terhadap lingkungan belajar pada area persepsi terhadap masalah sosial (p = 0,412).

Aktivitas mahasiswa dalam SCL lebih banyak pada kelompok-kelompok kecil dan pembelajaran mandiri. Hal ini menyebabkan interaksi dengan teman dalam belajar menjadi faktor penting dan perlu waktu untuk menyesuaikan diri dalam kelompok agar merasa nyaman dengan strategi pembelajaran yang menuntut mereka untuk mandiri dalam belajar. Kondisi mahasiswa pada perubahan metode dengan strategi pembelajaran SCL menunjukan indikasi mereka menjadi merasa kelelahan untuk bisa menikmati studi yang mereka lakukan, sehingga membuat mahasiswa merasa stress pada awal proses pembelajaran.

PENUTUP

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran SCL berpengaruh terhadap lingkungan belajar pada subskala kegiatan belajar dan persepsi mahasiswa terhadap prestasi akademik.

Saran yang didapat dari penelitian ini antara lain: 1) penerapan strategi pembelajaran SCL di institusi pendidikan perlu dilakukan evaluasi secara berkala untuk mendapatkan persepsi yang baik terhadap lingkungan belajar mahasiswa, 2) penerapan strategi pembelajaran SCL memerlukan dukungan sumber belajar yang memadai agar terbentuk persepsi positif terhadap lingkungan belajar mahasiswa, 3) perlu silakukan penelitian lebih lanjut dengan pengambilan data secara kualitatif mengenai lingkungan belajar mahasiswa pada saat penerapan SCL

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hazimi A, Zaini R, Al-Hyiani A, Hassan N, Gunaid A, Ponnamperuma G, et al. 2004. Educational envi-ronment in traditional and innovative medical schools: a study in four undergraduate medical schools. Educ Health (Abingdon). Jul;17(2):192-203.

Bouhaimed M, Thalib L, Doi SA. 2009. Perception of the educational environment by medical students undergoing a curricular transition in Kuwait. Med Princ Pract.18(3):204-8.

Carlisle C, & Ibbotson, T. 2005. Introducing problem based learning into research methods teaching:

(6)

student and facilitator evaluation. Nurse Educa-tion Today. 25:527-41

Dochi F, Segers M, Boshce PVD, Struyven K.2005. Student’s perception of Problem Based Learning Environment. Learning Environments Research. 8:41-66.

Harsono. 2006. Kearifan dalam Tran sformasi Pembelajaran: dari Teacher Centered ke Student Centered Learning. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan.1(1):5-10. Johnstone KMB, S.F.1998. Problem-based learning:

in-troduction, analysis and accounting curricular im-plication. Journal of Accounting Education. 16:407-27.

Kunaefi TD, Tim. 2008. Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi. In: Akademik D, Tinggi DJP, editors. Jakarta.

Kaufman DM.2003. ABC of Learning and Teaching in Medicine. 326:213-216.

Marshall ML. 2004. Examining School Climate: Defin-ing Factors and Educational Influences. Journal [serial on the Internet]. Date: Available from: website: http://education.gsu.edu/schoolsafety/ McAleer S, Roff S. 2001. A Practical Guide to using the Dundee Ready Education Environment Measure (DREEM). AMEE Medical Education Guide No23 Curriculum, environment,climate, quality and change in medical education. 29-33.

Nuraini F. 2009. Penerapan Student-Centered Learning Dari Teacher-Centered Learning Mata Ajar Ilmu Kesehatan Pada Program Studi Penjaskes. Forum Kependidikan. 28(2):108-13.

PPSDM B. 2011. Kurikulum Inti Pendidikan Diploma III Kebidanan. Jakarta.

Permenkes Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan. In: RI DK, editor. Indone-sia.

Peterson. 2004. So You’re Thinking Of Trying Problem Based Learning?:Three Critical Success Factors For Implementation. Journal Of Management Education. 28(5):630-47.

Roff S, McAleer S, Harden RM, Al-Qahtani M, Ahmed AU, Deza H, et al. 1997. Development and valida-tion of the Dundee Ready Educavalida-tion Environment Measure (DREEM). Medical Teacher. 19(4):295-9.

Roff S, McAleer S, Skinner A. 2005. Development and validation of an instrument to measure the post-graduate clinical learning and teaching educational environment for hospital-based junior doctors in the UK. Med Teach. Jun;27(4):326-31.

Sablonnie‘re de la R, et al. 2009. Challenges of apply-ing a student-centered approach to learnapply-ing in the context of education in Kyrgyzstan. Elsevier. 1142:1-7.

Secondira MRV, RGandes R, Yoyo S. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK UGM untuk melaksanakan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam prob-lem based learning Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan. 2009;4:32-45.

Shehnaz SI, Sreedharan J.2011. Students’ perceptions of educational environment in a medical school experiencing curricular transition in United Arab Emirates. Med Teach. 33(1):e37-42

Soemantri D, Roff S, McAleer S.2008. Student percep-tions’ of the educational environment in the midst of curriculum change. Med J Indonesia. 17:57-63. Suciati.2005. Teori Belajar dan motivasi. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Tan SS, & Frank, C.K. . A problem based learning ap-proach to entrepreneurship education. Education & Training. 2008;48(6):416-38.

Tseng KH, Chiang, F.K., & Hsu, W.H.2008. Interactive processes and learning attitudes in a web-based problem-based learning (PBL) platform. Comput-ers in Human Behavior. 24:940-55.

Wee, Chyn KY. 2002. Authentic Prombel Based Learn-ing. Rewriting Business Education. Prentice Hall. Whittle S, dkk.2007. DREEM and beyond; Studies of educational environment as means for its en-hancement. Educ Health (Abingdon).20(1):7. Wood D. 2003.ABC of Learning and Teaching in

Gambar

Tabel 2. Perbedaan skor nilai subskala lingkungan belajar sebelum dan setelah penerapan strategi pembelajaran Student Centered Learning (SCL)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya aktivitas antibakteri fraksi kloroform dari ekstrak etanol pegagan terhadap bakteri Gram positif

11) Studi Penyusunan Pedoman Pembangunan Fasilitas Penunjang Dalam Rangka Keterpaduan Pelayanan Transportasi Perkotaan, studi ini dikerjakan melalui kerjasama dengan

Gambar Semua Konstruksi dengan skala 1:25 dan Detail Sambungan 1:10.4. MERENCANAKAN DIMENSI

Dalam sebuah “semangat antikomunis yang nyaris histeris”, ribuan kelompok penjaga keamanan, yang didukung oleh kesatuan-kesatuan militer lokal dan seringkali diarahkan oleh

dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi

Kalkulus merupakan pendukung penyebab terjadinya gingivitis (dapat dilihat bahwa inflamasi terjadi karena penumpukan sisa makanan yang berlebihan) dan lebih banyak terjadi pada

Menurut hemat penulis yang menjadi cela hukum dalam penguasaan tanah yang masih dalam keadaan bersengketa adalah bagaimana seseorang dapat menempati atau menguasai

Kasus pengeboman yang terjadi hampir bersamaan ditiga Grejadi Surabaya yaitu Santa Maria Jl Ngagel Madya pukul 07.15 WIB, kemudian GKI di jl Diponegoro 07.45 WIB dan GPPS Jl