• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANFAAT ACTIVE CYCLE 0F BREATHING TECHNIQUE (ACBT) BAGI PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANFAAT ACTIVE CYCLE 0F BREATHING TECHNIQUE (ACBT) BAGI PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MANFAAT ACTIVE CYCLE 0F BREATHING TECHNIQUE (ACBT) BAGI PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

NASKAH PUBLIKASI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN AKHIR DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI

Disusun Oleh : RIRIT IKA LESTARI

NIM J120131022

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

(2)
(3)

1 ABSTRAK

PROGRAM STUDI SARJANA FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI, Juni 2015

Ririt Ika Lestari, AMF/J 120131 022

“MANFAAT ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE (ACBT) BAGI PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)”

V BAB, 31 Halaman, 3 Gambar, 5 Tabel

(Dibimbing oleh: Isnaini Herawati, S.Fis.,M.Sc dan Dwi Rosella Komala Sari, S.Fis.,M.Phys.,Dipl.CIDESCO)

Latar Belakang: Perkembangan ilmu dan teknologi mempunyai dampak berupa peningkatan jumlah polutan sehingga meningkatkan populasi penderita penyakit saluran napas antaranya adalah Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) menurut Global Initiative For Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD, 2014) adalah penyakit kronik yang ditandai hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) merupakan salah satu teknik chest fisioterapi yang terdiri dari 3 subteknik yaitu Breathing Control (BC), Thoracic Expansion Exercise (TEE) dan Forced Expiration Technique (FET) atau huffing berfungsi untuk membersihkan saluran napas akibat akumulasi mukosa karena proses patologi PPOK sehingga saluran napas akan bersih dan penderita dapat bernapas lebih nyaman. Data RS Paru dr Ario Wirawan Salatiga tahun 2013 menunjukkan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) menempati urutan pertama kunjungan rawat jalan dan rawat inap.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat Active Cycle of BreathingTechnique (ACBT) untuk pembersihan jalan napas bagi penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode time series dengan rancangan one-group-pre test-post test design. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah populasi 78 orang dan sampel yang memenuhi kriteria inklusi 28 orang 11 perempuan dan 17 laki-laki. Rata-rata usia 60,8 tahun.Aplikasi chest fisioterapi menggunakan Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) dilakukan 1

(4)

2 kali sehari dalam 3 hari terapi. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu tanggal 18 Nopember 2014 sampai dengan tanggal 16 Januari 2015. Pengukuran volume sputum yang dapat dikeluarkan menggunakan gelas ukur milimeter. Uji data menggunakan Wilcoxon test.

Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh hasil pengukuran volume sputum yang dapat dikeluarkan p=0,00 dimana p < 0,05 yang bermakna Ha diterima yaitu bahwa metode Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) bermanfaat untuk membantu mengeluarkan sputum bagi Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

Kesimpulan: Penatalaksanaan chest fisioterapi metode Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) memberikan manfaat membersihkan saluran napas bagi penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Di samping itu didapatkan hasil lain berupa derajad sesak napas menurun dan mobilisasi sangkar torak meningkat.

Kata Kunci: Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Active Cycle of BreathingTehcnique (ACBT), pembersihan jalan napas, volume sputum.

(5)

3 ABSTRACK

GRADUATES STUDIES PROGRAM OF PHYSIOTHERAPY FACULTY OF HEALTH MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA THESIS, June 2015

Ririt Ika Lestari, AMF/J 120 131 022

“THE EFFECT ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE (ACBT) FOR PATIENT WITH CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY

DISEASE (COPD)”

V BAB, 31 Pages, 3 Pictures, 5 Tables

(Supervised by Isnaini Herawati, S.Fis.,M.Sc and Dwi Rosella Komalasari, S.Fis.,M.Phys, Dipl.CIDESCO)

Background: The science and technology allway develop, that have and make side impaction. One of them as the amount of pollutant that can make disease of pulmonary infection Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) according to Global Initiative Chronic Obstructive Lung Disease (GINA, 2014) is a chronic disease that characterized by airflow resistance is not fully reversible. The ACBT is one of chest physiotherapy as the non farmacological therapy make mucociliary clearance as that result of pathological COPD. The ACBT have 3 subtechnique as the breathing control (BC), thoracic expansion exercise (TEE) and forced expiratory technique (FET). So can be used to help breath easily and cut the others physical problem of COPD. At the Ario Wirawan Pulmonary Hospital Salatiga population of COPD patient at 2013 as the first case.

Objective: This study aimed to know The Active Cycle of Breathing Technique can make mucociliary clearance in patient with Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).

Methods: This study was time series, research design with pre test post test one group design. Technique of sampling is purposive sampling. Number of population 78 respondens and get sample 28 respondens with COPD in Ario Wirawan Pulmonary Hospital Salatiga. Number of men was 17 patients and women 11 patients, that’s range of age 60,8 years old. All of 28 respodens given modality chest physiotherapy as the ACBT was done 1x in 3 days. So volume of sputum can measured with milimeters glass, pre and post do the ACBT. Statistic test by the Wilcoxon Signed Ranks Test. The research start at Nopember, 18, 2014 until January, 16, 2015 (two months).

(6)

4 Results: Based on statistical tested of Wilcoxon Signed Ranks Test get significancy result 0.000 where p < 0.05, that patient can out sputum clearly and until cut the others problematic. It’s mean Ha is accepted. The ACBT can make mucociliary clearance in patient with COPD.

Conclusions: There is a significant the ACBT can make mucociliary clearance in patient with COPD. Beside this, I get another result as the Borg Scale can down and expansion of thoracic was added.

Keywords: COPD, The ACBT, mucociliary clearance, volume of sputum

(7)

5 PENDAHULUAN

Era globalisasi menuntut perkembangan dan pertumbuhan sains dan teknologi yang semakin maju dengan dampak samping adalah peningkatan jumlah polusi baik polusi air, udara dan bahkan tanah sekalipun. Ini juga berpengaruh terhadap pola hidup manusia modern. Salah satu efek samping dari perubahan itu adalah meningkatnya jumlah penderita infeksi saluran napas, kerusakan organ pernapasan akibat zat polutan dan efek berkembangnya gaya hidup yang justru kurang sehat. Sekumpulan penyakit pernapasan yang ada sekarang tidak hanya menyerang kaum usia lanjut. Misalnya sindroma penyakit paru obstruktif kronik. Dari survey pendahuluan yang peneliti lakukan di RS Paru dr Ario Wirawan Salatiga didapatkan hasil bahwa Penyakit Paru Obstruktif Kronik menduduki peringkat pertama rawat jalan dan rawat inap pada tahun 2013 (Data Statistik RSPAW, 2013). Meskipun telah diberikan penatalaksanaan terapi medik prosentase kekambuhan masih ada karena sebagian besar penderita akan berobat setelah merasakan sakit yang parah salah satu keluhan yang sering dialami oleh penderita adalah kesulitan mengeluarkan dahak atau riak atau sputum. Terapi medik yang diberikan adalah medika mentosa dalam bentuk nebulizer.

Fisioterapi sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan non farmakologi dapat membantu penderita penyakit paru obstruktif kronik untuk memulihkan fisiknya dan memperbaiki pola napasnya sehingga dapat memutus mata rantai keluhan yang saling menjadi sebab dan akibat. Salah satu metode chest fisioterapi yang dapat diaplikasikan adalah Active Cycle of

(8)

6 Breathing Technique (ACBT) yang mempunyai tujuan utama membersihkan jalan napas dari sputum (NHS, 2009).

Sputum merupakan produk dari infeksi atau proses patologi penyakit tersebut yang harus dikeluarkan dari jalan napas agar diperoleh hasil pengurangan sesak napas, pengurangan batuk dan perbaikan pola napas (NHS, 2009). Metode ini terdiri tiga subteknik yang dapat diterapkan secara bersama-sama maupun satu persatu, yaitu breathing control (BC), thoracic expansion exercise (TEE) dan forced expiration technique (FET).

Melihat latar belakang tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian aplikasi Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) untuk pembersihan jalan napas bagi penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat manfaat Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) bagi penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) terhadap permasalahan kesulitan mengeluarkan sputum.

METODE

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan Salatiga pada bulan Nopember 2014 sampai dengan bulan Januari 2015, selama dua bulan terhadap 28 responden dengan diagnosa medis penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) sesuai dengan kriteria penelitian. Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah dengan metode time series, rancangan penelitian

(9)

7 one grup pre test-post test design. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer dengan melakukan pengukuran sputum sebelum dan sesudah menerapkan metode chest fisioterapi Active Cycle of Breathing Technique (ACBT). Dengan prosedur sesuai NHS tahun 2009 responden diberikan penjelasan dan edukasi penatalaksanaan chest fisioterapi dengan metode ACBT. Hasil pengukuran volume sputum yang dapat dikeluarkan sebelum dan sesudah intervensi dicatat sebagai data yang akan diuji dengan uji statistik menggunakan Wilcoxon test.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Prosentase

1 42 – 46 tahun 4 orang 14,3% 2 47 – 51 tahun 2 orang 7,1% 3 52 – 56 tahun 2 orang 7,1% 4 57 – 61 tahun 2 orang 7,1% 5 62 – 66 tahun 8 orang 28,6% 6 67 – 74 tahun 10orang 35,8% Jumlah 28orang 100%

Sumber: Hasil Olah Data 2015

Berdasarkan karakteristik responden mayoritas penderita PPOK adalah usia 67 – 74 tahun dengan penghitungan statistik diperoleh mean usia 60,8 tahun. Ini signifikan dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 2003 yang mendeskripsikan angka penderita laki-laki usia di atas 64 tahun adalah 34,5% (Susenas, 2003).

(10)

8 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasar jenis kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

1 Perempuan 11 orang 39%

2 Laki-laki 17 orang 61%

Sumber: Hasil Olah Data 2015

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin responden mayoritas penderita adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu 61%. Hal ini signifikan dengan data statistik bahwa prevalensi penderita laki-laki sejumlah 1,6% dan perempuan 0,9% (Susenas, 2003).

3. Karakteristik responden berdasarkan jumlah sputum

Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasar volume sputum No Volume Sputum f Pre Prosentase f Post Prosentase 1 0-3 ml 27 orang 99% 0 orang 0% 2 4-7 ml 1 orang 1% 13 orang 46,4% 3 8-11ml 0 0% 6 orang 21,5% 4 12-15ml 0 0% 5 orang 17,9% 5 16-19ml 0 0% 2 orang 7,1% 6 20-23ml 0 0% 2 orang 7,1%

Jumlah 28 orang 100% 28 orang 100% Sumber: Hasil Olah Data 2015

Produksi sputum yang berlebihan akibat proses patologi PPOK dapat terakumulasi di sepanjang jalan napas sehingga akan menyebabkan keluhan lain seperti sesak napas dan batuk yang tidak efektif. Masing – masing penderita juga tidak mempunyai kemampuan yang sama dalam mengeluarkan sputum.

Chest fisioterapi menggunakan Active Cycle of Breathing Tecchnique (ACBT) bermanfaat untuk membantu mengeluarkan

(11)

9 sputum sehingga dapat membersihkan jalan napas. Jumlah sputum yang dapat dikeluarkan setelah penatalaksanaan Active Cycle Breathing Tecchnique (ACBT) diukur menggunakan gelas ukur milimeter dan dihitung mean menggunakan uji Wilcoxon signed rank test, sebagai berikut:

Tabel 1.1 Mean volume sputum pre dan post ACBT

_____________________________________________________

N Mean Std Min Max

Deviation _____________________________________________________ Pre 28 1.0000 ml 1.18134 .00 4.30 Post 28 6.5607 ml 3.09053 3.30 14.30 Selisih 5.5607 ml 1.90919 3.30 10.00 _____________________________________________________ Sumber: Olah Data 2015

4. Faktor resiko

Faktor resiko terhadap angka kejadian PPOK adalah perokok di negara berkembang mencapai angka 95%, faktor polusi 35%, faktor genetik 1-3% (Purchel et al, 2010).

5. Active Cycle of Breathing Technique (ACBT)

Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) merupakan chest fisioterapi yang bertujuan pembersihan jalan napas pada penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) (NHS, 2009).

Hasil penelitian yang penulis lakukan menunjukkan hasil yang signifikan bahwa chest fisioterapi Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) bermanfaat untuk membantu mengeluarkan

(12)

10 sputum sehingga jalan napas menjadi bersih. Hasil olah data sebagai berikut:

Tabel 1.2 Analisis statistik Wilcoxon test

Manfaat ACBT bagi Penderita PPOK Post – Pre

Z -4.626

Asymp. Sgn. (2-tailed) .000

Sumber: Hasil Olah Data (2015)

Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) setelah diberikan penatalaksanaan chest fisioterapi berupa teknik Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) dapat lebih mudah mengeluarkan sputum dengan pembuktian rata-rata selisih jumlah sputum 5.5607 ml (tabel 4.3). Setelah data diolah dengan analisis data Wilcoxon signed range test diperoleh p<0.00, dimana p<0.05 yang mengandug arti Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga diambil kesimpulan ada manfaat teknik Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) untuk membersihkan jalan napas bagi penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

Penulis melakukan penatalaksanaan Active Cycle Breathing Technique (ACBT) bagi penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) rawat inap rata-rata dalam 3 (tiga) hari penatalaksanaan.

Penatalaksanaan chest fisioterapi Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) dilakukan bagi penderita rawat inap dengan diagnosa Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dengan standar

(13)

11 penatalaksanaan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan NHS (2009), yang meliputi tiga subteknik sebagaimana telah dibahas dalam bab terdahulu.

Breathing exercise akan meningkatkan kapasitas inspirasi dan merangsang kerja otot-otot pernapasan. Latihan huffing meningkatkan tidal volume dan membuka sistem colateral saluran napas sehingga sputum mudah dikeluarkan. Breathing Control (BC) bertujuan mendidik kembali pola pernapasan tenang dan ritmis sehingga penderita dapat menghemat energi untuk bernapas serta penderita akan terbiasa melakukan pernapasan yang teratur ketika serangan sesak napas. Sedangkan perpaduan dari kedua subteknik dapat dilakukan bersama – sama dengan latihan mobilisasi sangkar torakal atau Thoracic Expansion Exercise (TEE), yang bertujuan meningkatkan mobilisasi sangkar torakal dan memperbaiki postural.

Hasil dari penatalaksanaan chest fisioterapi Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) juga diperoleh informasi dari penderita bahwa selain lebih mudah mengeluarkan sputum, sesak napas menurun dan mobilisasi sangkar torak lebih baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada manfaat Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) bagi penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) terhadap masalah kesulitan untuk

(14)

12 mengeluarkan sputum. Di samping itu diperoleh manfaat lain yaitu derajad sesak napas menurun, diperoleh kontrol pernapasan yang lebih baik dan manajemen sesak napas serta mobilisasi sangkar torak yang lebih baik pula.

Saran dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik terhadap permasalahan kesulitan mengeluarkan sputum pada penderita PPOK perlu dilakukan penelitian lebih baik lagi yaitu dengan pemberian kelompok kontrol dan jumlah responden yang lebih banyak agar sebaran perlakuan dan normalitas data dapat diperoleh, variabel penelitian yang lebih banyak antara lain pengukuran derajad sesak napas dan mobilisasi sangkar torak, serta waktu penelitian yang lebih lama dan penatalaksanaan dosis ACBT yang lebih baik lagi sesuai standar prosedur yang telah ditetapkan NHS. Kerjasama dengan tim medis yang lain dan keluarga penderita lebih didisiplinkan lagi serta monitor pengukuran volume sputum lebih tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin A, Yunus F, Wiyono HW, Ratnawati, A.2009. Manfaat Rehabilitasi Paru dalam Meningkatkan atau Mempertahankan Kapasitas Fungsional dan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik di RSUP Persahabatan. Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI – SMF – Paru, RS Persahabatan.

Alsagaff H dan Mukty AH (Ed). 2008. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Cetakan kelima. Surabaya: Airlangga University Press.

(15)

13 Belfer, Mark & Reardon, Z. Improving Exercises Tolerance and Quality

of Life In Patients With COPD. JAOA, 2009

Fregonezi, F. 2004. Pursed Lips Breathing. Arch Bronchopneumology. Hospital de la Santa, Spain.

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). 2014. Global Strategy for The Diagnosis, Management, And Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. MCR VISION, Inc.

Gosselink, R. Controlled Breathing an Dyspnoea in patient with COPD. 2003. Jurnal of Rehabilitation Research and Development pages 25-34.

Gosselink, R. Physiotherapy for adult patient with critical illness. Jurnal of European Respiratory Society. Springer-Verlag, 2008.

Ince, D.I., Savci, S., Topeli, A, Arikan, H, 2004. ACBT in non-invasive ventilation for acute hypercapnic respiratory failure. Australian Journal PT. 204 Vol. 5 pages 67-73.

Lewis, L.K., Williams, M.T., Olds, T.S. The ACBT :A systematic review & meta-analysis. Elsevier. Respiratory Journal, 2012 pages 155-172. Maggie Mcllwaine, 2006. Physiotherapy and airway clearance techniques

and devices. Elsevier pages 5020-5022

Marciniuk, et al. Optimizing pulmonary rehabilitation in COPD— practical issues: A Canadian Thoracic Society Clinical Practice Guideline. 2010

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Jakarta: DEPKES RI.

Oemiyati, R. 2013.Kajian Epidemiologis PPOK. Jakarta: KEMENKES RI Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). PPOK. Pedoman Praktis

Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Revisi 2011.

Price, A and Wilson, L, 2006. Gangguan Sistem Pernapasan. EGC Jakarta Pryor, A.J and Webber, A.B, 1999. Physical Therapy forRespiratory and

(16)

14 Purschel, K., thompson, B. 2008. Effectiveness of a brief intervention

based on “5A” model for smoking cessation at the primary care level in Santiago, Chile. Health Promotion International. Available from http://heapro.oxfordjournals.org/content/23/3/240/full.pdf+html

[accesed:05/12/14]

Sasaki, M. 2007. The Effect of Expiratory Muscle Training on Patient with COPD. Article Physical Therapy March 7, 2007, supplement 7 pages 197-203.

Smeltzer S.C., Bare B.G., Hincle J.I., Cheever K.H. 2008. Textbook of Medical Nursing; brunner and suddart. 7th Ed. Lippincott Williams and Wilkins, a Wolter Kluwer Bussiness.

Sutan Hasibuan, 2010. Manfaat Program Rehabilitasi Paru Pada Penderita PPOK Stabil.

Tiep, Petty TL & Burns, M. 2005. Essentials of Pulmonary Rehabilitation. A pulmonary Education and Research Foundation publication.

West Suffolk Hospital. Guideline for Practice Active Cycle Breathing Technique (ACBT). 2012. NHS Trust.

Gambar

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasar jenis kelamin  No Jenis Kelamin       Jumlah         Prosentase
Tabel 1.1 Mean volume sputum pre dan post ACBT

Referensi

Dokumen terkait

Hasil : Setelah 1 bulan tindakan fisioterapi dada dan olahraga ringan didapatkan hasil VEP1 yang tidak bermakna (p=0,131), perbedaan yang bermakna pada kualitas hidup yang

statistik menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara VEP1 awal dengan VEP1 akhir pada. kelompok

Berdasarkan dari hasil perhitungan uji statistik, dapat disimpulkan sebagai berikut: Ada Pengaruh Pursed Lip Breathing (PLB) exercise terhadap penurunan tingkat sesak napas

Hasil analisa dengan menggunakan uji Mann Whitney pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan diperoleh nilai p = 0,049 atau p &lt; 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha

Hasil analisa dengan menggunakan uji Mann Whitney pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan diperoleh nilai p = 0,049 atau p &lt; 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha

Dengan terbukanya saluran napas, maka udara dapat ke luar dengan mudah melalui saluran napas yang menyempit serta dengan mudah berpengaruh pada kekuatan otot

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan quasi eksperimental , dengan pre and post test two group design, untuk mengetahui pengaruh penambahan active cycle

Antibiotik yang paling sensitif adalah meropenem (80%). Terdapat hubungan antara derajat eksaserbasi dan obstruksi dengan hasil kultur sputum bakteri. Tidak ada perbedaan berarti