• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Pencatatan Dana BPJS Dalam Laporan Keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai; Tinjauan PSAK No. 45

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mekanisme Pencatatan Dana BPJS Dalam Laporan Keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai; Tinjauan PSAK No. 45"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Memperoleh Gelar Serjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Disusun oleh:

A. MUHAMMAD AMIL 10800112055

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2017

(2)

ii

Nama : A. Muhammad Amil

NIM : 10800112055

Tempat/Tgl. Lahir : Sinjai. 26 Agustus 1992 Jur/Prodi/Konsentrasi : Akuntansi

Fakultas/Program : Ekonomi & Bisnis Islam

Alamat : Jln. Komples Skarda N. No. 8. Makassar

Judul : “Mekanisme Pencatatan Dana BPJS Dalam Laporan Keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai; Tinjauan PSAK No. 45. (studi epiris pada ruah sakit umum daerah sinjai)”

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, Maret 2017 Penyusun,

A. MUHAMMAD AMIL NIM: 10800112055

(3)
(4)

iv

Assalamu alaikum Warahmatullahi. Wabarakatuh.

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan Iman, Kemampuan, Kemauan, beserta Kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Serta tidak lupa kami panjatkan Shalawat serta salam Kepada Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW dimana beliau telah mengangkat harkat dan martabat manusia bagaikan daun di musim gugur menjadi bunga di musim semi.

Skripsi dengan judul “Mekanisme Pencatatan Dana BPJS Dalam Laporan Keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai; Tinjauan PSAK No. 45” penulis hadirkan sebagai salah satu prasyarat untuk menyelesaikan studi S1 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Persembahasan utama kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda A. Mappaewang dan Ibunda A. Nikmah yang telah melahirkan dan membimbing saya selama ini atas segalah doa dan pengorbanannya baik secara materi maupun moril sehingga penulis dapat menyelesaikan studi walaupun mengalami sedikit keterlambatan.

Selama penyusunan skripsi ini, tidak dapat lepas dari bimbingan, dorongan dan bantuan baik material maupun spiritual dari berbagai pihak, oleh karena itu

(5)

v Makassar, beserta para pembantunya.

2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

3. Bapak Jamaluddin Majid, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, serta Bapak Memen Suwandi, S.E., M.Si.,selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi.

4. Ibu Lince Bulutoding, SE., M.Si.,Ak., selaku Penasehat Akademik (PA) yang selalu memberi pencerahan dan motivasi.

5. BapakSaiful Muchlis., SE., M.SA., Ak.sebagai dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Amiruddin K., M.EI. sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, serta saran yang berguna selama proses penyelesaian skripsi ini.

6. Segenap dosen serta staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang telah memberikan bekal dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.

7. Keluarga tercinta yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang selalu menanyakan kapan wisudah. .

8. Kakak-kakak Seniorku yang telah membimbing dan memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan studi tampa terkecuali.

9. Teman-teman kelas, Akuntansi 3 dan 4 yang selalu menjadi teman sekelas selama kurang lebih empat tahun semasa kuliah di UIN Alauddin Makassar.

(6)

vi

yang turut memberikan bantuan, semangat dan pengertian secara tulus.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna menyempurnakan skripsi ini.

Wassalamu alaikum Warahmatullahi. Wabarakatuh

Gowa, Maret 2017

A. Muhammad Amil NIM. 10800112055

(7)

vii

Pernyataan Keaslian Skripsi...ii

Pengesahaan Skripsi...iii

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel dan Gambar...ix

Abstrak ...x Bab I Pendahuluan ... 1-12 A. Latar Belakang... .1 B. Fokus Penelitian... ..9 C. Rumusan Masalah ... 10 D. Kajian Pustaka ... 11

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 12

BAB II Tinjauan Pustaka ... 13-36 A. Compliance Theory (Teori Kepatuhan) ... 13

B. Trait Theory (Teori Sifat) ... 15

C. Standar Akuntansi Keuangan ...16

D. Standar Akuntansi Keuangan Organisasi Nirlaba ... 29

E. Dana BPJS ( Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) ...26

F. Pencatatan Keuangan Rumah Sakit (AKuntansi Rumah Sakit) ... 31

G. Rerangka Pikir ... 35

(8)

viii

A. Jenis Penelitian ...37

B. Lokasi Penelitian ...38

C. Pendekatan Penelitian ... 38

D. Jenis Dan Sumber Data ...39

E. Tekhnik Pengumpulan Data ... 40

F. Instrumen Penelitian ... 41

G. Tekhnik Pengolaan Data Dan Analisis Data... 42

H. Pengujian Keabsahan Data ... 44

BAB IV Hasil Dan Pembahasan ...48-80 A. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai... 48

B. Pencatatan Dana BPJS Di Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai ...54

C. Laporan keuangan Rumah Sakit umum Daerah Sinjai Ditinjauh Dari PSAK No. 45 ...63

BAB V Penutup ...81-82 A. Kesimulan... 81

B. Keterbatasan Dan Saran ...82

Daftar Pustaka ... 83-85 Lempira-Lampiran ...86

(9)

ix

Gambar 2.1 Rerangka Pikir... 38

Gambar 4.1 Siklus Transaksi Rumah Sakit... 59

(10)

x

Judul : Mekanisme Pencatatan Dana BPJS Dalam Laporan Keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai; Tinjauan PSAK No. 45.

Pokok masalah penelitian ini adalah adanya hubungan kerja sama antara pihak BPJS dengan pihak Rumh Sakit. Adanya hubungan kerja sama tersebut diharapkan agar mutu pelayanan Rumah sakit dapat meningkat. Untuk mengetahui bahwa suatu rumah sakit itu bermutu atau tidak hal yang dilihat adalah dari segi pelayanan dan pelaporan keuangan maka dibutuhkan pencatatan yang jelas dan standar yang tepat pula. Namun pencatan di rumah sakit mengenai dana BPJS belum diketahui bagaimana mekanisme pencatatannya dan dicatat sebagai apa dalam laporan keuangan Rumah sakit. Dan mengenai transparansi pelaporanya masi dipertanyakan karena masi banyak ditemukan disitus-situs media bahwa terdapat indikasi korupsi dalam pengelolaan dana BPJS. Terkhusus di Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai mengenai transparansi pelaporan dana BPJS belum jelas karena yang dapat mengakses hanyak pihak-pihak tertentu lebih lanjut mengenai pencatatannya masih sukar dipahami oleh pembaca

Jenis metode penelitian ini tergolong metode penelitian kualitatif-deskriptif dengan menggunakan paradigma interpretatif (interpretif). Adapun sumber data penelitian ini yaitu laporan keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai . Selanjutnya metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka dan wawancara. Kemudian, teknik pengelolaan dan analisis data dilakukan dengan melalui dua tahapan, yaitu: analisis data selama pengumpulan data dan analisis data setelah pengumpulan data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Rumah Sakit Umum Sinjai telah bekerja sama dengan BPJS dan mekanisme pencatatan dana BPJS ada dua yaitu pertama klaim dan yang kedua pengakuan jasa layanan BPJS. Adapun dana yang diperoleh dari BPJS merupakan dana murni tidak terikat, penggunaannya disesuaikan kebijakan Rumah Sakit. Selanjutnya mengenai tinjauan PSAK No. 45 terhadap laporan keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai bahwa dalam menyusun laporan keuangan, Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai telah patuh terhadap standar yang ditetapkan namun hanya pada laporan keuangan Rumah Sakit Umum Sinjai terdapat penambahan laporan yaitu laporan perubahan ekuitas. Selainnya telah disajikan sesuai dengan Standar.

Kata Kunci: Akuntansi Rumah Sakit, PSAK No.45, Teori Kepatuhan, Standar

(11)

1

Pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin dengan prinsip jaminan kesehatan melalui mekanisme asuransi sosial sebagai awal dari pengembangan sistem jaminan kesehatan sosial secara menyeluruh yang bersifat wajib bagi seluruh masyarakat. Sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin ini dapat mendorong perubahan mendasar seperti penataan standarisasi pelayanan, standarisasi tarif yang didasari perhitungan yang benar, penataan formularium dan penggunaan obat rasional, yang berdampak pada kendali mutu dan kendali biaya. Depkes RI, (2008). Mulai tanggal 1 januari 2014 BPJS menyelenggarakan Program Jaminan Pelayanan Kesehatan, bagi tenaga kerja yang mengikuti program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan semua akan dialihkan ke BPJS kesehatan. BPJS Kesehatan akan memberikan manfaat perlindungan sesuai dengan hak dan ketemtuan yang berlaku. Sedangkan BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan Sosial di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011. Aturan perundang-undangan mengatur kerjasa sama antara pihak BPJS dengan pihak rumah sakit.

BPJS kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk

(12)

menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. BPJS Kesehatan melayani proses pengobatan dan memberikan keringanan dalam hal pembiayaaan fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan tersebut diperoleh di Rumah sakit yang telah bekerja sama dengan BPJS kesehatan. Setiap transaksi yang terjadi antara pihak BPJS dengan pihak Rumah sakit harus tercatat dalam pembukuan kedua bela pihak. Hermawan (2015:14) pencatatan akuntansi keuangan merupakan keharusan bahwa setiap transaksi keuangan yang dilakukan harus disertai dengan pembuktian. Bukti merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban pelaksanaan kerja pada pada atasan bahwa transaksi telah dilakukan. Tahap pencatantan yaitu setiap transaksi dari suatu kegiatan merupakan informasi awal yang harus dicatat dan diolah seehingga terbentuk sebuah laporan keuangan.

Program BPJS jaminan sosial dibagi ke dalam 5 jenis program jaminan sosial dan penyelenggaraan yang dibuat dalam 2 program penyelengaraan, yaitu :

1. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, dengan programnya adalah Jaminan Kesehatan yang berlaku mulai 1 Januari 2014.

2. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan, dengan programnya adalah Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian yang direncanakan dapat dimulai 1 Juli 2015. Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk resiko atau peristiwa tertentu dengan tujuan sejauh mungkin untuk menghindari peristiwa yang dapat mengakibatkan hilangnya atau turunya sebagian besar penghasilan, dan untuk memberikan pelayanan medis dan atau

(13)

jaminan keuangan terhadap konsekuensi ekonomi dari terjadinya peristiwa tersebut, serta jaminan untuk tunjangan keluarga dan anak, Zaeni (2007. Hal 33). Secara singkat jaminan sosial diartikan sebagai bentuk perlindungan sosial yang menjamin seluruh rakyat agar dapat mendapatkan kebutuhan dasar yang layak.

Rumah Sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan yang diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitative) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Charle (2003 hal.20) Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit dan difungsikan oleh berbagi kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medis moderen, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyedikan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat.

Rumah sakit merupakan lembaga yang berguna untuk menagani pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Dimana rumah sakit sebagai salah satu bentuk dari organisasi nirlaba atau nonprofit. Perkembangan teknologi dalam bidang kesehatan dan meningkatnya kompetensi dibidang pelayanan kesehatan. Rumah sakit

(14)

dituntut agar dapat mengembangakan usaha, meningkatkan mutu pelayanan dengan memeperdayakan sumber daya secara efektif dan efisien. Dalam waktu akhir-akhir ini pemerintah mengeluarkan program pelayanan kesehatan gratis yang diberi nama BPJS sebagai badan penyelenggara jaminan kesehatan kepada masyarakat. Untuk mensukseskan program pemerintah maka diharapkan agar ada hubungan kerja sama antara BPJS dengan Rumah sakit sehingga pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum dapat terealisasi dengan mutu yang jelas. Hubungan kerja sama antara BPJS dengan Rumah sakit harus ditopang dengan pengolaan sumber dana yang jelas sebagaimana dijelaskan oleh Henni Djuhaeni, bahwa Rumah sakit harus siap setiap saat dengan sarana dan prasarana tenaga maupun dana yang dibutuhkan untuk mendukung pelayana. Untuk mengetahui bahwa suatu rumah sakit itu bermutu atau tidak hal yang dilihat adalah dari segi pelayanan dan pelaporan keuangan.

Pada dasarnya laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang bisa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara aktivitas perusahaan atau organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan aktivitas. Dalam pencatatan laporan keuangan yang menjadi hakikatnya adalah mencatat informasi yang telah terjadi dan tidak mencatat transaksi yang akan terjadi. Husnia (2015. Hlm. 27) mengatakan bahwa perluh adanya suatu pertanggung jawaban keuangan organisasi nirlaba untuk menilai kinerja. Laporan keuangan merupakan hal penekanan besar yang ditunjukan pada organisasi yang menghendaki keterbukaan, transparansi, akuntabilitas, ketidak berpihakan, dan kredibilitas. Ketika organisasi

(15)

mencatat dengan benar transaksi dan melaporkan tepat waktu maka dapat menunjang mutu organisasi tersebut.

Tahap pertama dalam laporan adalah penyiapan pencatatan transaksi setelah penginputan pencatatan. Ditahap pencatatan terdapat dua fungsi pencatatan yaitu:

1. Penjurnalan (journalizing); transaksi diringkas dengan cara yang sistematis di media yang disebut buku jurnal.

2. Pemindah-bukuan (posting); hasil penjurnalan dipindah-bukukan dan diklasifikasi dari buku jurnal ke buku besar yang terdiri dari kumpulan akun. Agar isi dari laporan dapat sesuai dengan standar yang berlaku maka kedua tahapan ini harus dijalankan secara sistematis artinya tidak dapat mendahului dari satu tahap ketahap yang lain namun harus dimulai dari tahap yang pertama sampai ketahap terakhir yaitu laporan keuangan.

Isi dari laporan keuangan adalah segala aktivitas yang telah dilakukan oleh perusahaan atau organisasi baik terkait keuangan maupun non keuangan. Hal ini Rumah sakit menjadi objek penelitian maka laporan keuangan diatur tersendiri dalam PSAK No. 45 tentang laporan keuangan nirlaba. Organisasi nirlaba adalah organisasi yang notabennya perusahaan Non profit. Karakteristik oraganisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan utama yang mendasar terletak pada cara organisasi nirlaba memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasionalnya.organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lainnya yang tidak mengharapkan imbalan dari organisasi tersebut. Seperti halnya Rumah sakit sumber dananya dari

(16)

pemerintah dan donator lainnya yaitu BPJS. Dalam organisasi nirlba timbul transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam organisasi bisnis misalnya penerimaan sumbangan. Namun dalam peraktik organisasi nirlaba sering tampil dalam berbagai bentuk sehingga kadang sulit dibedakan deengan organisasi bisnis pada umumnya. Pada organisasi nirlaba meskipun tidak ada kepemilikan, organisasi nirlaba medanai kebutuhan modalnya dari utang dan dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik.

Penerapan PSAK No. 45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba pada rumah sakit bertujuan untuk:

1. Membantuk pihak Rumah sakit dalam menyusun laporan keuangan.

2. Membantu laporan keuangan Rumah sakit agar lebih mudah dipahami dan memiliki relevansi.

3. Memiliki keseragaman dalam penerapan perlakuan akuntansi, sehingga meningkatkan daya banding diantara laporan keuangan rumah sakit.

Sebagai entitas nirlaba yang dijelaskan Repi (2015.hlm.5) bahwa organisasi nirlaba seharusnya pelaporan keuangan disusun sesuai dengan Standar Akuntan Keuangan (SAK) yang berlaku dalam hal ini adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 (revisi 2011) tentang pelaporan keuangan entitas Nirlaba. Pernyataan ini dibuat dengan tujuan agar laporan keuangan entitas nirlaba dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi dan memiliki daya banding yang tinggi.

Tujuan dari Rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan pelayanan

(17)

administrasi. Kegiatan pelayanan Rumah sakit yang diberikan kepada masyarakat antara lain kegiatan promotif, kuratif, preventif dan rehabilitasi. Dimana setiap Rumah sakit selalu berupaya memberi pelayanan kesehatan yang terbaik kepada pasien. Untuk mencapai hal tersebut maka pengambilan keputusan pada Rumah sakit memerlukan informasi yang akurat, tepat waktu, dapat dipercaya, masuk akal dan mudah dimengerti dalam berbagai keperluan pengelolaan Rumah sakit. Hal untuk mencapai informasi yang akurat maka dibutuhkan pencatatan yang jelas pula.

Kegiatan pencatatan merupakan salah satu bentuk yang tercantum di dalam uraian tugas pada unit instalasi rekam mesid (Depkes RI, 2006). Adapun tempat dan pengelolaan data pencatatan medis terdiri dari tempat pendaftaran pasien rawat jalan (TPP RJ), unit rawat jalan (URJ), tempat pendaftaran pasien rawat inap (TPPRI), unit rawat inap (URT), unit gawat darurat (UGD) instalasi pemeriksaan penunjang (IPP), assembling, filling dan indeksing serta analising dan reporting Budi (2011). Inilah tempat pencatatan dalam rumah sakit yang dapat menunjang kualitas dari informasi laporan keuangan rumah sakit. Sebagaimana kualitas sebuah laporan keuangan dapat diperoleh ketika pencatatan suatu transaksi dicatatn sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Meninjauh dari segi Al-Qur’an bahwa sahnya kita diperintahkan oleh ALLAH SWT, untuk melakukan pencatatan ketikan sedang bermuamalah. Dari segi Agama sangat jelas tuntunan betapa pentingnya sebuah pencatatan. Sebagaimana dijelaskan fiman Allah SWT. Dalam Surah Al- Baqarah Ayat 282:

(18)

























































































































...



Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur.... (Q.S. Al-Baqarah:2/282).

Sebagaimana dijelaskan dalam ayat ini bahwa ketika kita melakukan muamalah atau jual beli maka hendaklah kita mencatatnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hal yang menunjang sebuah keabsahan transaksi adalah pencatatan. Dari pencatatn yang jelas inilah didapat informasi yang jelas yang termuat dalam laporan keuangan. Sehingga didalam laporan keuangan rumah sakit nantinya akan relevan dengan kebutuhan administrasi. Laporan keuangan Rumah sakit yang relevan adalah laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang dapat digunakan sesuai kebutuhan.

Akuntansi Rumah sakit yang merupakan salah satu kegiatan dari manajemen keuangan adalah salah satu sasaran pertama yang harus diperbaiki agar dapat memberikan data atau informasi yang akan mendukung para manejer Rumah sakit

(19)

dalam pengambilan keputusan maupun pengamatan serta pengendalian kegiatan Rumah sakit. Berbagai masalah yang terjadi di internal Rumah sakit adalah kualitas pelayanan dan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan belum mudah dipahami dan kurang relevan serta kurangnya daya banding dalam laporan keuangan. Selain itu di Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai masi kurangnya teransparasi dan indikasi kecurangan pencatatan dana BPJS karena hanya pihak-pihak tertentu saja yang mengetahui dan dapat mengakses laporan keuangan selain itu dan masi sulit untuk dipahami isi dari laporan keuangan. Selain itu untuk pihak eksternal Rumah sakit masi belum mengetahui pasti mengenai pengakua dana BPJS tersebut diakui sebagai apa oleh pihak Rumah sakit. Dari uraian diatas maka peneliti melakuakan penelitian dengan judul: “Mekanisme Pencatatan Dana Bpjs Dalam Laporan Keuangan Rumah Sakit Umum Sinjai; Tinjauan Psak No. 45” (study

empiris pada rumah sakit umum daerah sinjai).

B. Fokus Penelitian Dan Deskriktif Fokus

Fokus penelitian ini adalah laporan keuangan Rumah sakit umum yang terdapat di kota Sinjai. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh sebuah informasi keuangan dan hasil-hasil yang diperoleh oleh sebuah entitas. Untuk menunjang sebuah kualitas sebuah laporan keuangan maka diperlukan sebuah pencatatan transaksi dan kepatuhan terhadap standar akuntansi yang berlaku. Ada pun fokus penelitian untuk menjawab rumusan masalah yang pertama adalah fokus pada laporan keuangan Rumah sakit yang berkaitan tentang dana BPJS. Fokus

(20)

yang ke dua yaitu melihat penyusunan laporan keuangan Rumah sakit sejauh mana kepatuhan terhadap standar akuntansi keuangan yang berlaku, dimana PSAK 45 merupakan standar penyusunan laporan keuangan untuk entitas nirlaba.

C. Rumusan Masalah

Sebagaimana diketahui bahwa kualitas dari sebuah laporan harus ditunjang dari pencatatan transaksi yang jelas. Namun pencatan di rumah sakit mengenai dana BPJS belum diketahui bagaimana mekanisme pencatatannya dan dicatat sebagai apa dalam laporan keuangan Rumah sakit. Dan mengenai transparansi pelaporanya masi dipertanyakan karena masi banyak ditemukan disitus-situs media bahwa terdapat indikasi korupsi dalam pengelolaan dana BPJS. Dalam akuntansi Rumah sakit bahwa manfaat laporan keuangan adalah sebagi informasi yang dibutuhkan manejer Rumah sakit dalam pengambilan keputusan demi peningkatan pelayan kepada masyarakat. Berdasarkan uraian diaatas maka permasalah dalam penelitian ini akan dirumuskan dalam berntuk rumusan maslah sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme pencatatan dana BPJS dalam laporan keuangan Rumah Sakit Sinjai.?

2. Bagaimana penyusunan laporan keuangan RSUD Sinjai ditinjau dari PSAK No. 45.?

(21)

D. Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu yang membahas mengenai mekanisme pencatatan dana BPJS di dalam laporan keuangan Rumah sakit belum ada yang melakukan sebelumnya. Namun penelitian-penelitian mengenai laporan keuangan rumah sakit sudah ada yang melakukan penelitian termaksud mengenai penerapan PSAK 45 dalam laporan keuangan Rumah sakit sebagaimana penelitian terdahuluh sebagai berikut: Table 1.1 Penelitian Terdahuluh Peneliti Metode Penelitian Hasil Penelitian Hendrawan dan Kiswara (2010) Deskriptif Kualitatif

RSUD Kota Semarang telah menyajikan laporan keuangan sesuai PSAK No. 45 dan ketentuan yang berlaku bagi BLU yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BLU dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1164/MENKES/SK/X/2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran Rumah Sakit BLU.

Repi, Nangoi, dan Wokas (2015) Deskriptif Kualitatif

STIKES Muhammadiyah Manado belum menerapkan penyusunan laporan keuangan sesuai dengan format laporan keuangan nirlaba yang terdapat dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.45,

karena untuk penyusunannya STIKES

Muhammadiyah hanya mengacu sesuai arahan dan kebutuhan dari yayasan yang bentuknya masih berupa neraca saldo.Walaupun tidak mengikuti format laporan keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, namun secara umum tujuan penyusunan laporan keuangan pada STIKES Muhammadiyah telah tercapai, walaupun masih ada informasi-infomasi tertentu belum jelas.

(22)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Berdasarkan uraian dalam rumusan masalah maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui mekanisme pencatatan dana BPJS dalam laporan keuangan Rumah Sakit Umum Sinjai.

b. Untuk mengetahui penyusunan laporan keuangan RSUD Sinjai ditinjau dari PSAK No. 45.

2. Manfaat penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam aspek teoritis dan praktis sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi kajian lebih lanjut mengenai pengembangan teori. Serta memberikan tambahan wawasan, pengetahuan mengenai peloparan keuangan dan penerapan PSAK 45 dibidang pelayanan kesehatan.

b. Manfaat Praktis

a) Bagi rumah sakit agar dapat memberikan masukan yang berguna agar dapat lebih meningkatkan mutu laporan keuangan RSUD berdasarkan PSAK No. 45

b) Bagi Pembaca/Penulis diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penerapan PSAK No. 45 dalam Rumah Sakit.

(23)

13 A. Compliance Theory (Teori Kepatuhan)

Teori kepatuhan memberikan penjelasan mengenai pengaruh perilaku kepatuhan di dalam proses sosialisasi. Individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dengan norma-norma internal mereka dengan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran yang ingin dicapai. Menurut Rosalina (2010) berdasarkan perspektif normatif maka seharusnya teori kepatuhan ini dapat diterapkan di bidang akuntansi. Kepatuhan berasal dari kata patuh, yang menurut kamus bahasa Indonesia, patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan disiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran atau peraturan. Seseorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal mereka.

Komitmen normatif melalui moralitas personal berarti mematuhi hukum, karena hukum tersebut dianggap sebagai keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui legitimasi berarti mematuhi peraturan kerana otoritas penyusun hukum tersebut memiliki hak untuk melihat perilaku Septiani, (2005:13-14). Dengan konsep tesebut maka petugas Rumah sakit dalam mengelolah Dana BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) seharusnya taat pada peraturan yang telah dibuat pemerintah. Teori kepatuhan diterapkan pada Rumah sakit dalam melakukan pencatatan dan pelaporan keuangannya harus merujuk pada regulasi yang ada, dengan

(24)

tertibnya atau patuhnya aparat Rumah sakit pada peraturan yang ada maka tidak menuntut kemungkinan Rumah sakit akan mewujudkan pencatatan yang sesuai Standar Akuntansi Keuangan. Dengan diberikannya tugas, tanggung jawab, wewenang serta mencakup status dan peran yang dimiliki, maka aparatur Rumah sakit tersebut harus patuh dan menjalankan tugasnya dengan amanah dan memiliki rasa tanggung jawab. Struktur organisasi yang bisa berjalan dengan mengikuti aturan serta terbuka dalam menerima kritik dan saran akan membuat pelayanan Rumah sakit menjadi lebih maju dan membuat pelaporan keuangan yang lebih bermutu, sehingga hasil laporan keuangan Rumah sakit dapat dipergunakan oleh semua pihak yang membutuhkan dan tidak ada lagi keraguan di dalamnya. Dalam Islam dijelaskan untuk selalu menjaga amanah dalam QS Al-Anfal/8: 27 yang berbunyi:

َنﻮُﻤَﻠ ۡﻌَﺗ ۡﻢُﺘﻧَأَو ۡﻢُﻜِﺘَٰﻨ َٰﻣَأ ْآﻮُﻧﻮُﺨَﺗَو َلﻮُﺳﱠﺮﻟٱَو َ ﱠ ٱ ْاﻮُﻧﻮُﺨَﺗ َﻻ ْاﻮُﻨَﻣاَء َﻦﯾِﺬﱠﻟٱ ﺎَﮭﱡﯾَﺄَٰٓﯾ

٢٧

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (Departemen Agama Republik Indonesia, 1989).

Penjelasan ayat tersebut menganjurkan umat muslim untuk selalu bersifat amanah. Sifat amanah merupakan syarat pokok bagi setiap pemimpin karena jika tidak memiliki sifat tersebut, niscaya akan membawa kepada kerusakan masyarakat atau bangsa dan negara.

(25)

B. Teori Sifat (trait Theory)

Keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugasnya dapat dilihat dari sifat dan ciri-ciri yang dimilikinya. Sifat tersebut bisa berupa sifat fisik dan sifat phisikolois. Pada awalnya diyakini bahwa pemimpin itu dilahirkan dengan membawa sifat-sifat yang diprlukan oleh seorang pemimpin hal tersebut diperoleh dari garis keturunan. Teori sifat berusaha mengidentifikassi sifat-sifat khas yang diasosiasi dalam kehidupan. Teori sifat mengidentikan pada seseorang yang memiliki sifat sebagai berikut:

1. Tingkat energi tinggi dan toleransi terhadap tekanan membantu seseorang dalam menanggulangi tingkat kecepatan kerja yang tinggi, jam kerja yang panjang dan toleransi terhadap tekanan akan lebih besar kemungkinan untuk tenang dan dapat memberikan pengarahan yang sesuai kebutuhan.

2. Rasa percaya diri berhubungan secara positif dengan efektivitas dan kemajuan seseorang. Karena dengan percaya diri maka seseorang memiliki tekat tinggi untuk melalkukan penyelesaian masala yang dihadapi.

3. Pusat kendali internal, jika hal ini dimiliki oleh seseorang maka yakin bahwa kehidupan dalam hidup mereka lebih banyak ditentukan oleh tindakan mereka sendiri dari pada kebetulan atau nasib.

4. Kestabilan dan kematangan emosional, jika seseorang memiliki sifat ini maka seseorang akan mudah beradaptasi, memiliki kesadaran yang tepat mengenai

(26)

kekuatan dan kelemahannya, tidak egosentris, dan lebih banyak memiliki kendali terhadap diri sendiri.

5. Orentasi pada keberhasilan, hal ini yang dimiliki maka keberhasilan yang dapat dicapai meliputi keinginan untuk ungguul, dorongan untuk berhasil, kesediaan memikul tanggung jawab dan perhatian terhadap sasaran tugas. Teori sifat tersebut dimiliki oleh aparat rumah sakit dalam melakukan pencatatan dan pelaporan keuangan maka dalam pembuatan laporan keuangan akan patuh terhadap standar. Teori sifat ini akan mengendalikan diri seseorang untuk melakukan tidakan-tidakan yang fiktiv. Tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada petugas akan memberikan beban yang sangat tinggi sehingga harus memiliki sifat yang objektif agar dapat patuh terhadap standarilisasi terutama dalam pencatatan dan pembuatan laporang keuangan. Karena laporan keuangan bukan hanya diperuntukan internal rumah sakit namun laporan keuangan diperuntukkan semua pihak yang membutuhkan.

C. Standar Akuntansi Keuangan

Standar akuntansi keuangan merupakan pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang. Hendrawan (2011:10-35) Standar akuntansi keuangan memuat konsep standar dan metode yang dinyatakan sebagai pedoman umum dalam praktik akuntansi perusahaan dalam lingkungan tertentu. Indonesia juga telah memiliki Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan yang

(27)

merupakan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Jika terdapat pertentangan antara kerangka dasar dan Standar Akuntansi Keuangan maka ketentuan Standar Akuntansi Keuangan yang harus diunggulkan relatif terhadap kerangka dasar ini. Karena kerangka dasar ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Komite Penyusun Standar Akuntansi Keuangan dalam mengembangkan Standar Akuntansi Keuangan di masa datang dan dalam peninjauan kembali terhadap Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, maka banyaknya kasus konflik tersebut akan berkurang dengan berjalannya waktu (IAI, 2014).

Laporan keuangan merupakan sarana pengomunikasian informasi keuangan untuk kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Kieso (2007:44), Laporan Keuangan yang sering disajikan adalah neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan ekuitas. Selain itu catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan. Informasi keuangan hanya dapat atau lebih baik disajikan melalui pelaporan keuangan bukan melalui laporan keuangan formal. Fahmi (2013:20-25) laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambmbaran kinerja keuangan perusahaan. Lebih lanjut Munawir (2002) mengatakan laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah tercapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Sehingga pihak-pihak yang membutuhkan akan dapat memperoleh laporan keuangan tersebut untuk

(28)

membantunya dalam proses pengambilan keputusan sesuai yang diharapkan. Dalam analis informasi keuangan, setiap aktivitas bisnis harus dianalisis secara mendalam baik oleh manajemen maupun oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang bersangkutan.

Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan yaitu:

1. Pengakuan unsur laporan keuangan

Pengakuan merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan yang dikemukakan dalam neraca atau laba rugi. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut dengan kata-kata maupun dalam jumlah uang dan mencantumkannya ke dalam neraca atau laporan laba rugi. Pos yang memenuhi definisi suatu unsur diakui jika:

a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan.

b. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. 2. Definisi elemen dan pos laporan keuangan

3. Pengukuran unsur laporan keuangan

Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengetahui setiap laporan keuangan dalam neraca dan laporan keuangan laba rugi. Proses ini menyangkut dasar pemilihan tertentu.

(29)

Sedangkan menurut Belkaoui (2000) Standar Akuntansi Keuangan diterbitkan karena:

1. Melengkapi pemakaian informasi akuntansi dengan informasi tentang posisi keuangan, prestasi dan pelaksanaan dari suatu perusahaan. Informasi ini dianggap jelas, konsisten, dapat diandalkan dan dapat dibandingkan.

2. Melengkapi para akuntan publik dengan pedoman dan aturan-aturan tindakan agar memungkinkan mereka menjalankan ketelitian kebebasan dalam menjual keahliannya dan integritas laporan-laporan kantor akuntan dalam membuktikan keabsahan laporan ini.

3. Menyediakan pemerintah sebagai sumber data untuk berbagai variable dianggap esensial untuk menjalankan perpajakan, pengaturan perusaahaan perencanaan dan pengaturan ekonomi, peningkatan efisiensi ekonomi, dan sasaran lainnya.

4. Membangkit minat terhadap prinsip-prinsip dan teori-teori di antara seluruh jajaran yang berkepentingan dalam disiplin akuntansi ataupun sekedar menyebarluaskan suatu standar akan membangkitkan banyak kontroversi dan debat dalam praktik dan akademi di mana hal itu lebih baik.

D. Standar Akuntansi Keuangan Organisasi Nirlaba

Karakteristik organisasi nirlaba sangat berbeda dengan organisasi bisnis yang berorientasi untuk memperoleh laba. Perbedaan terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasionalnya. Organisasi memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi yang bersangkutan.

Dalam organisasi nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam organisasi bisnis, contohnya penerimaan sumbangan. Pada beberapa bentuk organisasi nirlaba meskipun tidak ada kepemilikan, organisasi

(30)

tersebut mencukupi modalnya dari hutang dan mendanai kegiatan operasionalnya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya pengukuran jumlah, saat dan kepastian aliran pemasukan kas menjadi ukuran kinerja yang penting bagi para pengguna laporan keuangan organisasi tersebut, seperti kreditur dan pemasok dana lainnya. Berikut ini adalah pengertian-pengertian menurut Peryataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 45:

1. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan Iaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untukmemenuhi kepentingan para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi organisasi nirlaba. Pihak pengguna Iaporan keuangan organisasi nirlaba memiliki kepentingan bersama dalam rangka menilai (IAI, 2011):

a. Jasa yang diberikan oleh organisasi nirlaba dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa tersebut.

b. Cara manajer melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek lain dari kinerja mereka. Secara rinci, tujuan laporan keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan, adalah untuk menyajikan informasi mengenai:

1) Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih suatu organisasi.

2) Pengaruh transaksi, peristiwa, dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan sifat aktiva bersih.

3) Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam suatu periode dan hubungan antara keduanya.

4) Cara suatu organisasi mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lainnya yang berpengaruh pada likuiditasnya.

(31)

2. Unsur-Unsur Laporan Keuangan Nirlaba

Laporan keuangan organisasi nirlaba menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 meliputi:

a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode laporan

Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban dan aktiva bersih, serta mengetahui hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Laporan posisi keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas, fleksibilitas keuangan, dan hubungan antara aktiva dan kewajiban. Informasi tersebut umumnya disajikan dalam pengumpulan aktiva dan kewajiban yang memiliki aktivitas serupa dalam suatu kelompok yang relatif homogen.

Klasifikasi Aktiva Bersih atau Tidak Terikat:

Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aktiva bersih berdasarkan ada tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat. Pengertian istilah yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan oleh penyumbang agar sumber daya tersebut dipertahankan secara permanen, tetapi organisasi diizinkan untuk menggunakan semuanya atau sebagian atau manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut.

(32)

2) Pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh penyumbang yang menetapkan, agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu. 3) Sumbangan terikat adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk

tujuan tertentu oleh penyumbang. Pembatasan tersebut dapat bersifat permanen atau temporer.

4) Sumbangan tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang. Aktiva bersih tidak terikat umumnya meliputi pendapatan jasa, penjualan barang, sumbangan dan deviden atau hasil investasi, dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut. Batasan terhadap penggunaan aktiva bersih tidak terikat dapat berasal dari sifat organisasi, lingkungan operasional, dan tujuan organisasi yang tercantum dalam akta pendirian dan dari perjanjian kontrak dengan organisasi lain. Informasi mengenai batasan-batasan tersebut umumnya disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.

b. Laporan aktivitas

Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat permanen, terikat temporer dan tidak terikat dalam suatu periode. Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai:

1) Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktiva bersih,

(33)

3) Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa.

Klasifikasi Pendapatan, Beban, Keuntungan, dan Kerugian: Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang dan menyajikan beban sebagai pengurang aktiva bersih tidak terikat. Sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, tidak permanen, atau terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasanya. Dalam hal sumbangan terikat yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat sajikan sebagai sumbangan tidak terikat sebatas disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi. Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aktiva lain atau kewajiban sebagai penambah atau pengurang aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi. Klasifikasi pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian dalam kelompok aktiva bersih tidak menutup peluang adanya klasifikasi tambahan dalam laporan aktivitas.

Informasi Pemberian Jasa: Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti menurut kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung. Klasifikasi fungsional bermanfaat untuk membantu para penyumbang, kreditur dan pihak lain dalam menilai pemberian jasa dan penggunaan sumber daya. Di samping penyajian klasifikasi penyajian beban secara fungsional, organisasi nirlaba dianjurkan untuk menyajikan informasi tambahan mengenai beban menurut sifatnya. Program

(34)

pemberian jasa merupakan aktivitas untuk menyediakan barang dan jasa kepada penerima manfaat, pelanggan atau anggota dalam rangka mencapai tujuan dan hasil utama yang dilaksanakan melalui berbagai program utama. Aktivitas pendukung meliputi semua aktivitas selain program pemberian jasa. Umumnya aktivitas pendukung meliputi manajemen dan umum, pencarian dana, dan pengembangan anggota. Aktivitas manajemen dan umum meliputi pengawasan, manajemen bisnis, pembukuan, penganggaran, pendanaan, dan aktivitas administratif lainnya, dan semua aktivitas manajemen dan administrasi, kecuali program pemberian jasa atau pencarian dana, pengadaan daftar alamat penyumbang, pelaksanaan acara khusus pencarian dana, pembuatan penyebaran manual, petunjuk dan bahan lainnya, dan pelaksanaan aktivitas lain dalam rangka pencarian dana dari individu, yayasan, pemerintah, dan lain-lain. Aktivitas pengembangan anggota meliputi pencarian anggotan baru, pengumpulan iuran anggota, hubungan dan aktivitas sejenis.

c. Laporan arus kas untuk satu periode laporan

Tujuan umum laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan ini digunakan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menggunakan arus tersebut. Penilaian atas kemampuan menghasilkan kas dikaitkan dengan aktivitas yang dijalankan perusahaan, yaitu aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

(35)

1. Ativitas operasi

Mencakup penjualan dan pembelian atau produksi barang dan jasa, termasuk penagihan pelanggan, pembayaran kepada pemasok atau karyawan dan pembayaran item-item seperti sewa, pajak, dan bunga.

2. Aktivitas investasi

Mencakup perolehan dan penjualan aktiva jangka panjang untuk berbagai investasi jangka panjang.

3. Aktivitas pendanaan

Mencakup pengadaan sumber daya dari pemilik serta kreditur dan pengembalian jumlah yang dipinjam.

d. Catatan atas laporan keuangan 3. Basis Akuntansi

a. Akuntansi berdasarkan kas (cash basis) Pendapatan dicatat hanya bila kas diterima dan beban dicatat hanya bila kas keluar

b. Akuntansi berdasar akrual (accrual basis) Mengakui dampak transaksi terhadap laporan keuangan dalam periode waktu ketika pendapatan dan beban terjadi. Oleh karena itu pendapatan dicatat pada waktu diterima dan beban dicatat pada waktu terjadi, tidak perlu ketika kas berpindah tangan

c. Akuntasi berdasarkan kas yang dimodifikasi Merupakan campuran atas dasar kas dan akrual, yaitu metode yang digunakan oleh perusahaan jasa. Pengeluaran yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun dikapitalisasi sebagai harta dan disusutkan selama tahun-tahun mendatang. Beban dibayar di muka dan

(36)

ditangguhkan, dan dikurangi hanya dalam tahun saat hal itu digunakan, sedangkan beban yang dibayar sesudah tahun terjadinya (beban yang masih harus dibayar) dikurangi hanya dalam tahun dibayarkan.

Pengukuran Pendapatan harus memenuhi 2 kriteria untuk dapat dicatat dalam laporan keuangan periode tertentu, yakni:

1) Dihasilkan Untuk pendapatan yang akan dihasilkan, barang dan jasa harus secara penuh diserahkan. Bukti hal itu biasanya berupa pengiriman kepada pelanggan.

2) Direalisasikan Pendapatan direalisasikan ketika kas atau klaim diterima dalam pertukaran dengan barang dan jasa.

Penandingan dan Konversi Biaya Beban diakui dan dicatat dalam laporan keuangan periode yang bersangkutan di mana manfaat ekonominya dikonsumsi atau digunakan. Beban setiap periode dapat dibagi menjadi 2 jenis:

1) yang dikaitkan dengan pendapatan yang diperoleh dalam periode yang sama dengan pengeluaran.

2) yang dikaitkan dengan periode waktu itu sendiri.

E. Dana BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)

Zaeni (2007:33) Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk resiko-resiko atau peristiwa-peristiwa tertentu dengan tujuan, sejauh mungkin, untuk menghindari peristiwa-peristiwa

(37)

tersebut yang dapat mengakibatkan hilangnya atau turunya sebagian besar penghasilan, dan untuk memberikan pelayanan medis dan/atau jaminan keuangan terhadap konsekuensi ekonomi dari terjadinya peristiwa tersebut, serta jaminan untuk tunjangan keluarga dan anak. Secara singkat jaminan sosial diartikan sebagai bentuk perlindungan sosial yang menjamin seluruh rakyat agar dapat mendapatkan kebutuhan dasar yang layak.

Di dalam program BPJS jaminan sosial dibagi ke dalam 5 jenis program jaminan sosial dan penyelenggaraan yang dibuat dalam 2 program penyelengaraan, yaitu :

1. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, dengan programnya adalah Jaminan Kesehatan yang berlaku mulai 1 Januari 2014.

2. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan, dengan programnya adalah Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian yang direncanakan dapat dimulai mulai 1 Juli 2015.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah peleburan 4 (empat) badan usaha milik negara menjadi satu badan hukum, 4 (empat) badan usaha yang dimaksud adalah PT TASPEN, PT JAMSOSTEK, PT ASABRI, dan PT ASKES. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini berbentuk seperti asuransi, nantinya semua warga indonesia diwajibkan untuk mengikuti program ini. Dalam mengikuti program ini peserta BPJS

(38)

di bagi menjadi 2 kelompok, yaitu untuk mayarakat yang mampu dan kelompok masyarakat yang kurang mampu.

Peserta kelompok BPJS di bagi 2 kelompok yaitu:

1. PBI (yang selanjutnya disebut Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan, yaitu PBI adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan Undang-undang SJSN yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur melalui Peraturan Pemerintah

2. Bukan PBI jaminan kesehatan.

Pemerintah berperan aktif dalam pelaksanaan kesehatan masyarakat tertulis dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang

berbunyi “Pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat”. Selanjutnya dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 beserta penjelasannya, bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan dilakukan secara serasi dan seimbang oleh pemerintah dan masyarakat. Sulastomo, (2007) agar penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut berhasil guna dan berdaya guna, maka pemerintah perlu:

1. Mengatur upaya penyelenggaraan serta sumber daya kesehatan. 2. Membina penyelenggaraan serta sumber daya kesehatan. 3. Mengawasi penyelenggaraan serta sumber daya kesehatan.

(39)

Penyelenggaraan kesehatan di masyarakat, diperlukan upaya peningkatan pembangunan dibidang kesehatan. Dalam hal ini pemerintah mempunyai fungsi dan tanggung jawab agar tujuan pemerintah di bidang kesehatan dapat mencapai hasil yang optimal melalui penempatan tenaga, sarana, dan prasarana baik dalam hitungan jumlah (kuantitas) maupun mutu (kualitas). Melaksanakan undang-undang tersebut pemerintah membutuhkan satu kebebasan untuk melayani kepentingan masyarakat. Untuk dapat bekerja dengan baik maka pemerintah harus dapat bertindak dengan cepat dan dengan inisiatif sendiri, oleh karena itu pemerintah diberikan kewenangan dengan istilah freies ermessen. Dengan adanya freies ermessen negara memiliki kewenangan yang luas untuk melakukan tindakan hukum untuk melayani kepentingan masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya.

Peran pemerintah daerah dalam program BPJS sangat diperlukan guna berjalannya program tersebut dengan baik, peran pemerintah tersebut antara lain:

1. Pengawasan program BPJS, agar sesuai dengan ketentuan.

2. Menyediakan anggaran tambahan untuk iuran, baik untuk penerima bantuan iuran ataupun masyarakat yang lain.

3. Penentu peserta penerima bantuan iuran

4. Penyediaan/pengadaan dan pengelolaan sarana penunjang. 5. Mengusulkan pemanfaatan/investasi dana BPJS di daerah terkait. 6. Sarana/usul kebijakan penyelenggara BPJS.

(40)

Adapun mananfaat dari jaminan kesehatan nasional (BPJS) meliputi :

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik mencakup:

a. Administrasi pelayanan

b. Pelayanan promotif dan preventif

c. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis

d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

f. Transfusi darah sesuai kebutuhan medis

g. Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama h. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi

2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan mencakup:

a. Rawat jalan, meliputi: 1) Administrasi pelayanan

2) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub spesialis

3) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis 4) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

5) Pelayanan alat kesehatan implant

6) Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan indikasi medis 7) Rehabilitasi medis

(41)

8) Pelayanan darah

9) Pelayanan kedokteran forensik

10) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan b. Rawat Inap yang meliputi:

1) Perawatan inap non intensif 2) Perawatan inap di ruang intensif

3) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.

Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada manfaat yang tidak dijamin meliputi:

1. Tidak sesuai prosedur;

2. Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS; 3. Pelayanan bertujuan kosmetik;

4. General checkup, pengobatan alternatif;

5. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi; 6. Pelayanan kesehatan pada saat bencana ; dan

7. Pasien Bunuh Diri /Penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa diri sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba.

F. Pencatatan Keuangan Rumah Sakit (Akuntansi Rumah Sakit)

Rumah Sakit adalah salah satu saran kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Charles (2003:90) Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat

(42)

kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan yang diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitative) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit dan difungsikan oleh berbagi kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medis moderen, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Cecep (2012:110) Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyedikan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat. Menurut American Association Rumah Sakit adalah suatu institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada pasien, pelayanan tersebut merupakan diagnostis dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan baik yang bersifat bedah maupun non bedah. Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit : Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat”.

Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat adalah sebagi berikut :

(43)

1. Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap. 2. Pelayanan rawat jalan adalah suatu bentuk dari pelayanan kedokteran. Secara

sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap. Pelayanan rawat jalan ini termasuk tidak hanya yang diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim dikenal rumah sakit atau klinik, tetapi juga yang diselenggarakan di rumah pasien serta di rumah perawatan.

3. Pelayanan gawat darurat adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya. Unit kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat disebut Unit Gawat Darurat. Tergantung dari kemampuan yang dimiliki, keberadaan unit gawat darurat (UGD) tersebut dapat beraneka macam, namum yang lazim ditemukan adalah yang tergabung dalam rumah sakit.

Akuntansi Rumah Sakit yang merupakan salah satu kegiatan dari manajemen keuangan adalah salah satu sasaran pertama yang harus diperbaiki agar dapat memberikan data dan informasi yang akan mendukung para manajer Rumah Sakit dalam pengambilan keputusan maupun pengamatan serta pengendalian kegiatan Rumah Sakit. Yang menjadi kendala pada Rumah Sakit Swadana dan belum terpecahkan sampai saat ini adalah Rumah Sakit melakukan dua sistem pencatatan dan pelaporan yaitu yang berdasarkan prinsip akuntansi yang lazim (Accrual Basis) dan Basis Kas (Cash Basis) untuk memenuhi ketentuan yang berlaku yang diharapkan dapat berjalan secara paralel, independen dan tercipta mekanisme saling kontrol di antaranya (kontrol internal), namun dirasakan menjadi beban petugas Rumah Sakit. Dalam akuntansi rumah sakit terdapat struktur dana yang terdiri dari

(44)

dana terikat dan dana tidak terikat. Dana Tidak Terikat (Unrestricted Fund) adalah dana yang tidak dibatasi penggunaanya pada suatu tujuan tertentu. Sedangkan Dana Terikat (Restricted Fund) adalah dan ayang dibatasi penggunaannya pada suatu tujuan tertentu yang biasanya muncul karena permintaan dari pihak eksternal yang memberikan sumbangan. Menurut sifat pembatasannya, dana ini dibedakan menjadi (1) Dana Terikat Sementara Waktu (Temporarily Restricted Fund), yaitu dana dengan pembatasan yang bersifat sementara, dan (2) Dana Terikat Permanen (Permanently

Restricted Fund), yaitu dana dengan pembatasan yang bersifat permanen.

Siklus transaksi dalam rumah sakit berawal dari transaksi atau peristiwa ekonomi, jika di dalam rumah sakit misalnya ketika ada pasien, Lalu berlanjut ke siklus pendapatan, pengeluaran, peklayanan dan keuangan. Selanjutnya siklus pelaporan keuangan dan berakhir di laporan keuangan. Laporan keuangan rumah sakit terdiri dari 4 hal yaitu Neraca, Laporan Operasi, Laporan Perubahan Aktiva Bersih dan Laporan Arus Kas. Fungsi dari siklus akuntansi Rumah sakit yaitu sebagai sumber informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam pemecahan masalah dan perencanaan untuk keberhasilan pengembangan Rumah Sakit. Secara umum akuntansi tidak lepas dari biaya (cost), dengan perhitungan biaya yang berbeda akan menghasilkan akuntansi biaya yang berbeda pula serta berdampak pada pengambilan keputusan yang berbeda. Dengan demikian untuk pengambilan keputusan yang tepat serta keberhasilan perencanaan diperlukan sistem dan pelaksanaan akuntansi Rumah Sakit secara optimal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan dari laporan keuangan Rumah sakit adalah untuk memberikan

(45)

informasi yang sangat penting dalam pengambilan keputusan untuk keberhasilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan serta perencanaan, terlebih lagi saat ini yang mana Rumah Sakit telah ditetapkan sebagai Penerima Negara Bukan Pajak (PNBP) ataupun sebagai Badan Layanan Umum yang penerimaannya harus disetor ke Negara melalui Kantor Kas Negara

G. Rerangka Pikir

Penelitian ini menganalisis laporan keuangan Rumah sakit untuk menemukan bagaimana mekanisme pencatatan dana BPJS pada laporan keuangan. Rumah sakit merupakan entitas yang bergerak dibidang pelayanan dan termaksud entitas nirlaba. Laporan keuagan entitas nirlaba diatur tersediri dalam Standar Akuntansi Keuangan yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 45). Dari uraian ini menjelaskan bahwa Laporan keuangan dapat bermanfaat atau memberikan informasi ketika laporan keuangan itu dibuat sesuai standar yang berlaku. Untuk menunjang sebuah kualitas laporan keuangan maka dibutuhkan pencatatan transaksi yang memadai dan kepatuhan terhadap standar yang berlaku. Sebagaimana dalam teori menjelaskan bahwa kepatuhan berasal dari kata patuh, yang menurut kamus bahasa Indonesia, patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan disiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran atau peraturan. Seseorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal mereka.

(46)

Teori kepatuhan diterapkan pada Rumah sakit dalam melakukan pencatatan dan pelaporan keuangannya harus merujuk pada regulasi yang ada, dengan tertibnya atau patuhnya aparat Rumah sakit pada peraturan yang ada maka tidak menuntut kemungkinan Rumah sakit akan mewujudkan pencatatan yang sesuai Standar Akuntansi Keuangan. Dan tidak menutup kemungkinan dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Secara sederhana, rerangka konseptual dapat dijelaskan melalui gambar berikut :

Gambar 2.1 Skema Rerangka Pikir

Standar Akuntansi Keuangan

Laporan Keuangan Rumah Sakit Teori Kepatuhan PSAK No. 45 (nirlaba) Mekanisme Pencatatan Dana BPJS

Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai

(47)

37 A. Jenis Metode Penelitian

Jenis metode penelitian yang digunakan adalah jenis metode penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif mencoba memahami makna suatu kejadian atau peristiwa dengan mencoba berinterasi dengan orang-orang dalam situasi atau fenomena tersebut. Yusuf (2014:20-30) penelitian kualitatif mencari makna, pemahaman, pengertian, verstehen tentang suatu fenomena, kejadian, maupun, kehidupan manusia dengan terlibat langsung, atau tidak langsung dalam setting yang diteliti, kontekstual dan menyeluruh. Menurut Basrowi & Suwandi (2008:2) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif merupakan penelitian yang terlibat dalam situasi dan setting fenomena yang diteliti, penelitian kualitatif slalu memusatkan perhatian pada kenyataan atau kejadian merupakan sesuatu yang unuk, berbeda dengan yang lain karena perbedaan kontes.

Penelitian ini menggunakan Penelitian kualitatif deskriptif digunakan dengan tujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek/objek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Emzir (2010) penelitian kualitatif deskriptif adalah data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar dari pada angka. Dalam penelitian ini

(48)

akan dideskripsikan bagaiama pencatatan Rumah sakit tentang dana yang dihibakan oleh BPJS untuk Rumah sakit dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan berkepentingan untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Sinjai yang beralamat di Jl. Jend. Sudirman. No. 47 Sinjai. Dimensi waktu penelitian yang digunakan adalah

cross sectional, yang artinya penelitian ini dilakukan pada suatu waktu tertentu.

Dalam penelitian ini periode pengamatan yang digunakan yaitu tahun 2014 dan 2015.

Pengambilan daerah penelitian tersebut adalah dengan alasan kemudahan untuk penelitian dan dapat memberikan partisipasi terhadap daerah sipeneliti, mengingat peneliti juga berasal dari Sinjai. Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai beberapa informan yaitu Kasubag Keuangan dan Akuntan Rumah sakit untuk informasi yang dibutuhkan. Kemudian lokasi penelitian ditentukan dengan kesepakatan peneliti dengan responden. Lokasi penelitian dapat berubah sewaktu-waktu dan disesuaikan dengan keinginan dari informan penelitian agar informan merasa nyaman.

C. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Sedangkan paradigma yang digunakan yaitu paradigma interpretatif (interpretive paradigm). Paradigma interpretatif berangkat dari asumsi dasar bahwa kenyataan itu subjektif,

(49)

yakni terdiri dari makna yang kita berikan kepada diri sendiri, orang lain dan segala sesuatu yang terdapat dalam lingkungan sekitar Wuisman (2013:29). Menurut Triyuwono (2006:217) paradigma interpretatif lebih menekankan pada makna atau interpretasi seseorang terhadap sebuah simbol (dalam hal ini adalah akuntansi).

Tugas teori dan PSAK dalam paradigma ini adalah memaknai (to interpret atau to understand), bukan untuk menjelaskan (to explain) dan untuk meramalkan (to

predict). Begitupun kualitas dari teori dan PSAK yang digunakan dalam paradigma

ini diukur dari kemampuannya untuk memaknai, bukan kemampuannya untuk menjelaskan ataupun meramalkan. Paradigma ini lebih cenderung untuk mengungkapkan temuan-temuan yang sifatnya subjektif. Oleh karena itu, teori dan PSAK yang digunakan dalam paradigma ini harus sarat dengan nilai (nilai standar akuntansi keuangan Nirlaba). Dalam penelitian ini, penggunaan paradigma interpretatif atau interpretif disandingkan dengan teori kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran atau peraturan. PSAK No. 45 berkaitan dengan pelaporan keuangan organisasi atau entitas nirlaba.

D. Jenis dan Sumber Data

Data penelitian diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer lebih mengacu pada informasi yang diperoleh langsung dari pengamatan objek yang diteliti. Adapun contoh data primer adalah informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan informan yang telah ditentukan sedangkan data sekunder

(50)

merupakan data yang diperoleh dari sumber yang telah ada atau dengan kata lain data diperoleh secara tidak langsung melainkan melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Adapun contoh data sekunder yang digunakan adalah yaitu berupa laporan tahunan tahun 20014 dan 2015.

E. Tekhnik Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan Data yang dapat dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara Mendalam

Wawancara digunakan sebagai tehnik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Tehnik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report atau setidak–tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Untuk wawancara mendalam dilakukan secara langsung dengan informan secara terpisah di lingkungannya masing-masing. Wawancara dilakukan dengan informan yang dianggap berkompeten dan mewakili.

2. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan referensi dari buku, jurnal dan makalah untuk mendapatkan konsep dan data-data yang relevan dengan permasalahan yang dikaji sebagai penunjang penelitian.

Gambar

Gambar 2.1 Rerangka Pikir....................................................................................
Gambar 2.1 Skema Rerangka Pikir
Foto bersama Akuntan Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai Bapak ABD . Shamad  Mus, SE.Ak. pada saat setelah wawancara.
Foto bersama Kasubag. Keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai Ibu Andi Nur Amilah, SE

Referensi

Dokumen terkait

Subject: Re: mirror can show the real you... Message: hey...m back already in sing..and u knw wht my sch sucks la..masa m here already went to sch for 2days and my fucked up sch

Anjing yang tidak terpelihara dengan baik, hidup di lingkungan yang tidak bersih dan memakan makanan yang terkontaminasi larva atau telur cacing akan menyebabkan

Metode yang digunakan dalam penulisan ilmiah ini adalah dengan menggunakan Dreamweaver Mx sebagai tempat untuk membuat tampilan website dan menggunakan bahasa pemograman PHP

Terakhir adalah dahan Ken Angrok dengan Ken Umang yang menurunkan Tohjaya dan saudara-saudaranya, meskipun jalur ini tidak terekam secara baik dalam sejarah namun

Terlepas apakah kerusuhan pada demonstrasi mahasiswa memang di- setting untuk chaos atau tanpa sengaja terprovokasi oleh oknum-oknum tertentu, aksi gerakan yang

Berdasarkan hasil observasi di lapangan dan wawancara dengan petani di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes diketahui bahwa penggunaan pestisida oleh petani di dalam budidaya

Untuk kebutuhan sehari-hari berupa sayur-sayuran, beras, serta berbagai jenis kebutuhan harian lainnya masyarakat Desa Pantai Cermin Kanan mendapatkannya dari kedai sampah

Although the entire clause is adjectival and will modify a noun, the relative word itself fulfills an adverbial function (modifying a verb within its own clause). The relative adverb