• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Asean Declaration Protection And Promotion Of The Rights Of Migrant Workers Dalam Mewujudkan Kondisi Kerja Yang Adil Dan Layak Bagi Buruh Migran Indonesia .

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pelaksanaan Asean Declaration Protection And Promotion Of The Rights Of Migrant Workers Dalam Mewujudkan Kondisi Kerja Yang Adil Dan Layak Bagi Buruh Migran Indonesia ."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)PELAKSANAAN ASEAN DECLARATION PROTECTION AND PROMOTION OF THE RIGHTS OF MIGRANT WORKERS DALAM MEWUJUDKAN KONDISI KERJA YANG ADIL DAN LAYAK BAGI BURUH MIGRAN INDONESIA. SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum. Oleh: MUHAMMAD REYNALDO HUMAM AKBAR NIM. 0710113179. KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG FAKULTAS HUKUM MALANG 2014.

(2) HALAMAN PERSETUJUAN. Judul Skripsi. : PELAKSANAAN ASEAN DECLARATION PROTECTION AND PROMOTION OF THE RIGHTS OF MIGRANT WORKERS DALAM MEWUJUDKAN KONDISI KERJA YANG ADIL DAN LAYAK BAGI BURUH MIGRAN INDONESIA. Identitas Penulis. :. a. Nama. : Muhammad Reynaldo Humam Akbar. b. NIM. : 0710113179. c. Konsentrasi. : Hukum Inte rnasional. Jangka waktu Penelitian. : 3 bulan. Disetujui pada tanggal : 14 Agustus 2014. Pembimbing Utama. Pembimbing Pendamping. Ikaningtyas, SH., LLM. Ummu Hilmy, SH., MS. NIP. 19810531 20051 2 002. NIP. 194907121984032001. Mengetahui Ketua Bagian Hukum Internsional. Nurdin, S.H., M.Hum NIP. 19561207 198601 1 001 i.

(3) HALAMAN PENGESAHAN PELAKSANAAN ASEAN DECLARATION PROTECTION AND PROMOTION OF THE RIGHTS OF MIGRANT WORKERS DALAM MEWUJUDKAN KONDISI KERJA YANG ADIL DAN LAYAK BAGI BURUH MIGRAN INDONESIA Oleh: MUHAMMAD REYNALDO HUMAM AKBAR 0710113179 Skripsi ini telah disetujui oleh Majelis Penguji Pada tanggal : 25 Agustus 2014. Ketua Majelis Penguji. Anggota. Sucipto, SH., MH NIP. 195012111980101001. Herman Suryokumoro, SH., MS. NIP. 195605281985031002. Anggota. Anggota. Dr. Moh. Ridwan, SH., MS. NIP. 195305291984031001. Dhiana Puspita, SH., LLM., PhD. NIP. 197406032010122001. Anggota. Ketua Bagian Hukum Internasional. Ikaningtyas, SH., LLM. NIP. 198105312005012002. Nurdin, SH., M.Hum NIP. 195612071986011001. Mengetahui Dekan Fakultas Hukum. Dr. Sihabudin, SH., MH. NIP. 195912161985031001 ii.

(4) KATA PENGANTAR. Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Alloh SWT, atas segala ridhlo-Nya akhirnya skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa sekalian ummat dari jaman kegelapan menuju jalan yang terang benderang, jalan yang penuh dengan ridhlo dan hidayah. Terimakasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada segenap pihak yang telah memberikan support moril, materiil, waktu, serta ide& pikiran yang tak ternilai; sehingga penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan lancar guna memperoleh gelar kesarjanaan strata satu (S-1) di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada: 1. Kedua orang tua saya terkasih; Ayahanda Muhammad Midigdo dan Ibunda saya Balqies Rina Badjie, yang senantiasa memberikan dukungan dan pengorbanan tiada terkira; waktu, tenaga, pikiran, dan segala kasih sayang yang telah dicurahkan kepada penulis hingga penulis bisa sampai pada tahap ini. 2. Bapak Dr. Sihabudin, SH., MH, selaku dekan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang. 3. Bapak Nurdin, SH., M.Hum Ketua bagian Hukum Internasional. 4.. Ibu Ikaningtyas, SH., LLM selaku Dosen Pembimbing utama atas bimbingan, motivasi dan kesabarannya memberikan bimbingan kepada penulis.. 5. Ibu Ummu Hilmy, SH., MS selaku Dosen Pembimbing Pendamping atas kesabaran memberikan bimbingan, masukan, motivasi, dan arahan selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh jajaran Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang khususnya Jurusan Hukum Internasional Bapak Reka, Bapak Herman Suryokumoro, Bapak Zainul Alam dan seluruh jajaran Dosen yang lain iii.

(5) yang tidak disebutkan satu persatu, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan. 7. Seluruh jajaran Staff TU Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, terutama Bapak Supardi yang dengan penuh kesabaran memberikan pelayanan hingga penulis selesai menempuh gelar kesarjanaan S1 di Jurusan Hukum Internasional. 8. Pasangan hidupku Andi Anifa Fadhila Tuliza Hatta yang senantiasa memberikan dorongan moril, semangat tanpa lelah walupun jauh di Makassar. 9. My brotha Nelwan Fhauzi Akbar, trimakasih atas dorongan semangat dan segala kontribusinya. 10. Sahabatku Adianta Laga dan Nico Sesar Aditya, motivasi kalian sangatlah berarti, thanks kawan. 11. Teman-teman kuliah terutama Ayu Zaimah, Jerry HS, Redmond, Nabhiela Syah, Nyoman Indra, trimakasih atas dukungan dan kebersamaannya.. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila yang sebesar-besarnya apabila dalam proses penulisan skripsi ini penulis melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Semoga Alloh SWT. mengampuni kesalahan kita dan senantiasa. menunjukkan jalan yang benar, amin. Salam hormat,. Malang, 5 September 2014 Penulis,. Muhammad Reynaldo Humam Akbar. iv.

(6) SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. Yang bertandatangan di bawah ini, saya Nama. : Muhammad Reynaldo Humam Akbar. NIM. : 0710113179. Menyatakan bahwa dalam penulisan karya ilmiah hukum berupa skripsi ini adalah asli karya penulis, tidak ada karya/data orang lain yang telah dipublikasikan, juga bukan karya orang lain dalam rangka mendapatkan gelar kesarjanaan di perguruan tinggi, selain yang diacu dalam kutipan dan atau dalam daftar pustaka.. Demikian surat pernyataan ini saya buat, jika dikemudian hari terb ukti karya ini merupakan karya orang lain baik yang dipublikasikan maupun dalam rangka memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi, saya sanggup dicabut gelar kesarjanaan saya.. Malang, 5 September 2014 Yang menyatakan,. Muhammad Reynaldo Humam Akbar NIM. 0710113179. v.

(7) DAFTAR ISI. HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. v DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii RINGKASAN ........................................................................................................ ix SUMMARY ........................................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ........................................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4 D. Manfaat Penelitian.......................................................................................... 4 D.1. Manfaat Teoritis ...................................................................................... 5 D.2. Manfaat Praktis........................................................................................ 5 E. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 8 A. ASEAN Sebagai Organisasi Internasional ..................................................... 8 A.1. Sejarah Terbentuknya ASEAN ............................................................... 8 A.2. Legal Personality ASEAN sebagai Organisasi Internasional ............... 11 A.3. Tujuan dan Prinsip Dasar ASEAN ........................................................ 16 B. Kajian Umum Mengenai Asean Declaration Protection and Promotion Of The Rights Of Migrant Workers .................................................................... 20 C. Kajian Umum Mengenai Buruh Migran....................................................... 26 C.1. Pengertian Buruh Migran ...................................................................... 26 C.2. Hak-Hak Buruh Migran......................................................................... 27 C.3. Kebijakan Pemerintah Indonesia Mengenai Buruh Migran .................. 28 C.4. Pokok-Pokok Konvensi Tentang Perburuhan (ILO) ............................. 30 vi.

(8) BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 39 A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 39 B. Pendekatan Penelitian ................................................................................... 39 C. Jenis Bahan Hukum ...................................................................................... 40 C.1. Bahan Hukum Primer ........................................................................... 40 C.2. Bahan Hukum Sekunder ........................................................................ 40 D. Teknik Penelusuran Bahan Hukum .............................................................. 41 D.1. Studi Kepustakaan ................................................................................. 41 D.2. Studi Internet ......................................................................................... 41 E. Teknik Analisis Bahan Hukum..................................................................... 41 F. Definisi Konseptual....................................................................................... 42 F.1. Hukum Internasional.............................................................................. 42 F.2. Buruh Migran ......................................................................................... 43 F.3. ASEAN .................................................................................................. 45 F.4. Deklarasi ................................................................................................ 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 46 A. Gambaran Umum Buruh Migran Indonesia di Luar Negeri ........................ 46 B. Asean Declaration Protection and Promotion Of The Rights Of Migrant Workers Sebagai Instrumen Hukum dalam Mewujudkan Kondisi Kerja yang Adil dan Layak Bagi Buruh Migran Indonesia .............................................. 51 C. Upaya Pemerintah Indonesia dalam Melaksanakan Asean Declaration Protection and Promotion Of The Rights Of Migrant Workers untuk Menjamin Kondisi Kerja yang Adil dan Layak Bagi Buruh Migran Indonesia ............... 64 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 79 A. Kesimpulan................................................................................................... 79 B. Saran ............................................................................................................. 80 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81 LAMPIRAN. vii.

(9) DAFTAR TABEL. Tabel 3.1. Masalah BMI di Berbagai Negara Tujuan Sepanjang Tahun 2013…48 Tabel 3.2. Jumlah BMI Meninggal Dunia di Negara Tujuan Sepanjang Tahun 2013 ……………………………………………………………….... 49 Tabel 3.3. Parameter Kondisi Kerja yang Adil dan Layak Bagi Buruh Migran ….. 58. viii.

(10) RINGKASAN Muhammad Reynaldo Humam Akbar, Hukum Internasional, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, Agustus 2014, PELAKSANAAN ASEAN DECLARATION PROTECTION AND PROMOTION OF THE RIGHTS OF MIGRANT WORKERS DALAM MEWUJUDKAN KONDISI KERJA YANG ADIL DAN LAYAK BAGI BURUH MIGRAN INDONESIA, Ikaningtyas, SH., LLM, Ummu Hilmy, SH., MS. Dalam rangka mewujudkan perlindungan hak buruh migran di kawasan ASEAN, pada tahun 2007 negara-negara ASEAN sepakat menandatangani ASEAN Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers. Secara ideal, deklarasi yang juga dikenal dengan sebutan Deklarasi Cebu ini seharusnya mampu menjadi sebuah instrumen hukum dalam mewujudkan kondisi kerja yang adil dan layak bagi buruh migran. Indonesia sebagai salah satu negara pengirim BMI kerap kali dihadapkan pada kasus-kasus pelanggaran hak yang menimpa BMI di beberapa negara tujuan. Mulai dari kekerasan fisik, pelecehan, kekerasan seksual, kriminalisasi, penembakan, hingga bentuk yang sampai menghilangkan nyawa BMI termasuk ancaman hukuman mati. Penelitian ini akan menganalisa mengenai ASEAN Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers. Ada dua permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini, yakni: 1) Apakah ASEAN Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers sudah mampu menjadi isntrumen hukum dalam mewujudkan kondisi kerja yang adil dan layak bagi BMI di Malaysia; 2) Bagaimana upaya pemerintah RI dalam menegakkan ASEAN Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers untuk menjamin kondisi kerja yang adil dan layak bagi BMI di Malaysia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dengan metode pendekatan undang-undang (statute approach), yakni dengan menelaah undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Dalam penulisan hukum ini, kasus yang diangkat penulis akan dianalisa berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di tataran internasional, di ASEAN, dan Indonesia. Hasil analisa dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Deklarasi Cebu belum mampu dilaksanakan secara maksimal dalam mewujudkan kondisi kerja yang adil dan layak bagi BMI yang bekerja di luar negeri. Deklarasi Cebu dalam substansinya masih terkesan terlalu umum dan tidak secara detail menjelaskan aspek-aspek hakhak buruh migran yang harus dilindungi. Di sisi lain, peran pemerintah Indonesia dan Malaysia terkesan masih belum cukup serius dalam memperjuangkan hak-hak buruh migran sebagaimana yang termaktub dalam semangat Deklarasi Cebu. Semua hal tersebut diindikasikan dengan masih maraknya pelanggaran-pelanggaran atas hak BMI di Malaysia yang tak jarang hingga berujung pada penyiksaan, pemerkosaan, dan bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang lain, hingga kematian BMI di Malaysia hingga mencapai angka 910 jiwa dalam kurun 1 tahun selama 2013. ix.

(11) SUMMARY. Reynaldo Humam Muhammad Akbar, International Law, Faculty of Law Brawijaya University, August 2014, IMPLEMENTATION OF ASEAN DECLARATION OF PROTECTION AND PROMOTION OF THE RIGHTS OF MIGRANT WORKERS TO REALIZE IN FAIR CONDITION AND DECENT WORK FOR INDONESIAN MIGRANT WORKERS, Ikaningtyas, SH., LLM, Umm Hilmy, SH., MS.. In order to realize the protection of the rights of migrant workers in the ASEAN region, in 2007, ASEAN countries agreed to sign the ASEAN Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers. Ideally, the declaration which is also known as the Cebu Declaration is supposed to be able to become a legal instrument in creating fair working conditions and fair to migrant workers. Indonesia as one of the sending countries BMI is often confronted with cases of rights violations affecting BMI in some destination countries. Ranging from physical violence, harassment, sexual violence, criminalization, shooting, to shape their lives to eliminate the threat of the death penalty, including BMI. This study will analyze the ASEAN Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers. There are two issues raised in this paper, namely: 1) Are the ASEAN Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers has been able to become a legal instrument of accession in creating decent and fair working conditions for BMI; 2) The effort of the Indonesian government's efforts in establishing the ASEAN Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers to ensure decent and fair working conditions for BMI. The method used in this research is the normative approach (statute approach), ie by examining the laws and regulations that has to do with the legal issues that are being addressed. In writing this law, the authors raised the case will be analyzed based on the legislation in force at the international level, in ASEAN, and Indonesia. The results of the analysis in this study showed that the Cebu Declaration has not been able to be implemented optimally in creating fair working conditions and decent for BMI were working abroad. Cebu Declaration in substance still seem too general and do not explain in detail the aspects of the rights of migrant workers should be protected. On the other hand, the role of the Indonesian government and BMI recipient countries seem still not serious enough in fighting for the rights of migrant workers as embodied in the spirit of the Declaration of Cebu. All that is indicated by the still widespread violations of the right BMI in the ASEAN region is not uncommon to lead to torture, rape, and other forms of human rights abuses others, until the death of BMI in Malaysia until reaching 1,249 souls within 1 year for , 2013. x.

(12) BAB I PENDAHULUAN. A.. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan masyarakat selalu diiringi dengan perkembangan. ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk di dalamnya adalah aspek produksi dan kegiatan produktif dari masyarakat itu sendiri. Adalah sebuah kenyataan obyektif bahwa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia di dalam masyarakat tertentu membutuhkan aspek-aspek kerja untuk memenuhi segala kebutuhan dalam rangka bertahan hidup. Kerja merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu penghidupan yang layak. Pekerjaan sangat berarti dalam upaya kelangsungan hidup dan mengaktualisasi diri sehingga dapat lebih bermakna dan dihargai dalam lingkungan sekitarnya. 1 Memperoleh pekerjaan yang layak merupakan hak dasar bagi setiap manusia, baik laki- laki maupun perempuan. Hal ini merupakan salah satu bentuk hak yang melekat didalam diri manusia itu sendiri, dan secara khusus adalah bagi warga negara Indonesia. Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai sebuah instrument hukum yang tertinggi bagi bangsa Indonesia. Perubahan IV UUD 1945 Pasal 27 ayat (1) menyatakan “setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian”. Ketentuan ini diperkuat dengan pasal 28 D ayat (2) menyatakan “setiap orang. 1. Muslan Abdurrahman, Keti dak patuhan TKI Sebuah Efek Diskriminasi Hukum, UMM Press, Malang, 2006.. 1.

(13) 2. berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”. Adanya pengaturan yang sudah sangat jelas dalam Undang-Undang Dasar 1945 di atas,. negara memiliki tanggungjawab penuh dalam menjamin. keberlangsungan hidup warga negaranya tanpa terkecuali, termasuk di dalamnya adalah jaminan kelayakan atas pekerjaan sesuai dengan prinsip kemanusiaan. Artinya, Indonesia dituntut untuk melakukan perencanaan terhadap hal tersebut untuk menyediakan lapangan pekerjaan agar terciptanya kesadaran atas kewajiban suatu negara. 7 Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal mengungkapkan “pada 2013 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia akan bertambah menjadi 250 juta jiwa dengan pertumbuhan pend uduk 1,49 persen per tahun”. 8 Jumlah penduduk yang cukup besar ini, tanpa diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang memadai dan menunjang kualitas hidup layak di dalam negeri akan memunculkan problematika tersendiri bagi masyarakat Indonesia, terlebih lagi ketika mereka dituntut untuk memenuhi segala kebutuhan pokok yang terus mengalami peningkatan. Hal inilah yang pada akhirnya mendorong terjadinya migrasi ke luar negeri yang kemudian kita istilahkan sebagai Buruh Migran Indonesia (BMI). Permasalahan buruh migran bukan merupakan permasalahan satu negara saja,. 7. misalnya negara pengirim atau negara penerima tapi merupakan. Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, h lm 1. Fasli Jalal, Di perkirakan Juml ah Penduduk Indonesia 250 Juta Ji wa (online), http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/ 13/ 07/ 17/ mq 2oy6-2013-penduduk-indonesiadiperkirakan-250-juta-jiwa (1 September 2013). 8.

(14) 3. permasalahan bagi kedua pihak. Pada ASEAN summit ke-12 yang diadakan di Cebu, Filipina pada 13 Januari 2007, para pemimpin ASEAN menandatangani ASEAN Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers (Deklarasi ASEAN tentang Perlindungan dan Pemajuan Hak-Hak Pekerja Migran). 9 Hal ini didasarkan adanya kesadaran bersama akan kontribusi dari buruh migran kepada masyarakat dan perekonomian baik negara pengirim maupun negara penerima, ditambah adanya kasus-kasus “abuse and violence against migrant worker” yang jumlahnya cenderung naik tiap tahun. Deklarasi ini memuat komitmen negara-negara ASEAN baik sebagai negara pengirim, negara penerima dan seluruh negara ASEAN untuk meningkatkan perlindungan HAM dan kesejahteraan serta harga diri (dignity) pekerja migran. 10 Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, dalam penyusunan skripsi ini penulis akan mengambil judul “Pelaksanaan Asean Declaration Protection And Promotion Of The Rights Of Migrant Workers Dalam Mewujudkan Kondisi Kerja Yang Adil Dan Layak Bagi Buruh Migran Indonesia”.. 9. ASEAN, ASEAN Committee on the Implementation of the ASEAN Declaration on the Protection and Promotionof the Rights of Migrant Workers (ACMW) Work Plan (online), http://www.aseansec.org/23062.pdf (28 September 2013). 10 Koesrianti, Kewajiban Negara Pengirim dan Negara Penerima atas Perlindungan Pekerja Migran (online), http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21102042_2085-6075.pdf (27 September 2013)..

(15) 4. B.. Perumusan Masalah Rumusan masalah dimaksudkan sebagai penegasan masalah-masalah yang. akan diteliti sehingga memudahkan dalam pekerjaan serta pencapaian sasaran dalam penelitian ini, rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah Asean Declaration Protection and Promotion Of The Rights Of Migrant Workers sudah mampu menjadi instrumen hukum dalam mewujudkan kondisi kerja yang adil dan layak bagi buruh migran Indonesia? 2. Bagaimana upaya pemerintah Indonesia dalam melaksanakan Asean Declaration Protection and Promotion Of The Rights Of Migrant Workers untuk menjamin kondisi kerja yang adil dan layak bagi buruh migran Indonesia? C.. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan muatan unsur-unsur Asean Declaration Protection and Promotion Of The Rights Of Migrant Workers dalam mewujudkan kondisi kerja yang adil dan layak bagi buruh migran. 2. Untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan upaya pemerintah Indonesia dalam melaksanakan Asean Declaration Protection and Promotion Of The Rights Of Migrant Workers untuk menjamin kondisi kerja yang adil dan layak bagi buruh migran Indonesia.. D.. Manfaat Penelitian Manfaat dalam suatu penelitian mencakup manfaat teoritis dan manfaat. praktis, adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:.

(16) 5. D.1.. Manfaat Teoritis 1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan referensi dalam penelitian hukum tentang buruh migran. 2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum internasional pada khususnya. 3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi di bidang karya ilmiah serta bahan masukan bagi penelitian sejenis di masa yang akan datang.. D.2.. Manfaat Praktis 1. Bagi Pembuat Kebijakan Untuk memberikan sumbangan pemikiran yang kritis bagi pemerintah selaku pembuat kebijakan dalam hal perlindungan buruh migran Indonesia sesuai dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia, demi tegaknya supremasi hukum yang berkeadilan. 2. Bagi Mahasiswa Untuk meningkatkan penalaran dan membentuk pola pikir dinamis dan aplikatif bagi mahasiswa khususnya para civitas akademik Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang dalam hal penegakan hak asasi manusia bagi buruh migran Indonesia baik dalam perspektif hukum nasional maupun internasional..

(17) 6. 3. Bagi Masyarakat Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan bagi mas yarakat luas mengenai aspek-aspek hak asasi manusia dan aturan-aturan hukum baik nasional maupun internasional terkait Buruh Migran. E.. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dari penulisan hukum. ini, maka penulis menyusun rangkaian sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat, dan sistemaka penulisan. BAB II: KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisi berbagai kajian pustaka yang berhubungan de ngan studi kasus penelitian sebagai landasan teoritik untuk melakukan analisa dalam penelitian ini. BAB III: METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan cara pelaksanaan penelitian, mulai dari merumuskan pendekatan penelitian yang digunakan hingga bagaimana menganalisis hasil penelitian sesuai dengan obyek penelitian. Adapun metode yang digunakan oleh penulis dalam melakukan analisa data adalah dengan metode penelitian normatif. BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini memaparkan data-data yang telah dikumpulkan dan diteliti penulis untuk kemudian dianalisa guna menjawab permasalahan.

(18) 7. yang diajukan dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan yang akan dijawab dalam pembahasan ini ialah mengenai: 1) Apakah Asean Declaration Protection and Promotion Of The Rights Of Migrant Workers sudah mampu menjadi instrumen hukum dalam mewujudkan kondisi kerja yang adil dan layak bagi buruh migran Indonesia; 2) Bagaimana upaya pemerintah Indonesia dalam melaksanakan Asean Declaration Protection and Promotion Of The Rights Of Migrant Workers untuk menjamin kondisi kerja yang adil dan layak bagi buruh migran Indonesia. BAB V: PENUTUP Merupakan bab terakhir atau penutup dalam penulisan hukum ini,yang berisi kesimpulan dan saran-saran berdasarkan pada studi kasus yang telah diuraiakan dan dianalisa pada bab-bab sebelumnya..

(19) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A.. ASEAN Sebagai Organisasi Internasional A.1.. Sejarah Terbentuknya ASEAN Sejak jaman prasejarah, yaitu sekitar tahun 2000 SM, seluruh kawasan.. Asia Tenggara merupakan daerah penyebaran rumpun budaya dan bahasa Melayu Austronesia, yaitu berasal dari pusatnya sekitar Teluk Tonkin dan lembah sungai Mekong. Kebudayaan dan bahasa Austronesia ini merupakan dasar tata kehidupan dan pergaulan bangsa-bangsa di wilayah Asia Tenggara ini. Baru semenjak abad pertama masehi, sebagian besar Asia Tenggara mendapat pengaruh dari luar. Unsur-unsur peradaban dan kebudayaan India, Hindu dan Budha mulai masuk. Sedangkan wilayah Vietnam, Laos dan Kampuchea (Kamboja) banyak mendapat pengaruh dari peradaban dan kebudayaan China. Berbagai kerajaan, besar dan kecil telah lahir, bangun dan berkembang yang pada umumnya beragama Hindu dan Budha. Yang tersebar diantaranya kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Di Malaysia dan Brunei Darussalam berdiri kerajaan Islam sampai sekarang ini, bahkan kerajaan Malaysia sekarang ini adalah gabungan kerajaan Islam tersebut. Kedatangan Islam telah memperkaya hidup dan budaya Asia Tenggara, disamping agama Hindu dan Budha. Tetapi mulai abad ke-16 mulailah malapetaka yang menimpa kawasan ini. Bangsa-bangsa barat mulai berdatangan dan berebut pengaruh di kawasan ini. Mula- mula mereka datang sebagai pedagang tetapi 8.

(20) 9. kemudian sebagai penjajah. Satu demi satu kerajaan merdeka itu mereka taklukkan sehingga akhirnya seluruh Asia Tenggara, kecuali Muangthai (sekarang disebut Thailand), menjadi daerah jajahan mereka. 6 Hingga meletusnya Perang Dunia II, bangsa-bangsa di kawasan Asia Tenggara berada dalam cengkeraman kolonialisme. Pasca Perang Dunia II, yang salah satunya ditandai dengan kalahnya kekuatan fasisme Jerman dan Jepang tidak serta merta membebaskan bangsa di kawasan Asia Tenggara dari perhelatan perebutan pengaruh dari negara-negara besar lainnya. Antara tahun 1945 sampai 1965 dunia internasional berada dalam persaingan dua kekuatan besar yakni Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet. Puncak persaingan tersebut ditandai dengan pembentukan pakta perhananan yaitu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) oleh Amerika Serikat dan sekutunya, dan Pakta Warsawa oleh Uni Soviet dan satelit-satelitnya. 7 Kawasan Asia Tenggara secara geopolitik dan geoekonomi mempunyai nilai strategis. Kondisi tersebut menyebabkan kawasan ini menjadi ajang persaingan pengaruh kekuatan pada era Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur. Salah satu bukti persaingan antar negara adidaya dan kekuatan besar pada waktu itu adalah Perang Vietnam antara. 6. T. May Rudi, Sejarah AS EAN, (online), http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/ 25250 /3/Chapter%20II.pdf (7 Juni 2014). 7 A.Kardiyat Wiharyanto, Proses Berdirinya AS EAN, 2010, Universitas Sanata Dharma (online), https://www.usd.ac.id/lembaga/lpp m/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol24no2oktober2010/PR OSES%20BERDIRINYA%20ASEAN%20kardiyat.pdf (30 Juni 2014)..

(21) 10. Vietnam Utara yang didukung kekuatan Komunis dan Vietnam Selatan yang didukung kekuatan Barat pimpinan Amerika Serikat. Persaingan dua blok tersebut menyeret negara-negara di kawasan ASEAN menjadi basis kekuatan militer Blok Komunis dan Barat. Blok Komunis di bawah komando Uni Soviet menempatkan pangkalan militernya di Vietnam, sedangkan Blok Barat di bawah komando Amerika Serikat me nempatkan pangkalan militernya di Filipina. Selain terjadi persaingan di bidang ideologi antara kekuatan Barat dan kekuatan Timur, juga terjadi konflik militer di kawasan Asia Tenggara yang melibatkan tiga negara, yaitu Laos, Kamboja, dan Vietnam konflik bilateral, seperti konflik antara Indonesia dan Malaysia, Kamboja dan Vietnam; dan konflik internal, seperti di Kamboja, Thailand, dan Indonesia. Situasi persaingan pengaruh ideologi dan kekuatan militer yang dapat menyeret negara- negara di kawasan Asia Tenggara ke dalam konflik bersenjata yang menghancurkan itu membuat para pemimpin negara-negara di kawasan ASEAN sadar bahwa perlu ada suatu kerja sama yang dapat meredakan sikap saling curiga di antara negara anggota serta mendorong usaha pembangunan bersama di kawasan. 8 Sebagai upaya untuk mengatasi konflik dan krisis antar negaranegara di kawasan Asia Tenggara, sebalum tahun 1967 telah dilakukan berbagai upaya untuk menggalang kerja sama regional baik yang bersifat intra maupun ekstra kawasan seperti Association of South East Asia (ASA); 8. Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN, AS EAN selayang Pandang edisi ke-19. Jakarta, 2010, hlm 1-2..

(22) 11. Malaya, Philipina, Indonesia (MAPHILINDO), South East Asian Minister of Education Organization (SEAMEO), South East Asia Traty Organization (SEATO), dan Asia and Pacific Council (ASPAC). Namun organisasiorganisasi tersebut dianggap kurang memadai untuk meningkatkan integrasi kawasan. Hingga pada bulan Agustus 1967 lima Menteri Luar Negeri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand mengadakan pertemuan di Bangkok yang menghasilkan rancangan Joint Declaration. Puncaknya pada tanggal 8 Agustus 1967 Deklarasi ASEAN atau dikenal sebagai Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Malaysia dan para Menteri Luar Negeri dari Indonesia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Brunei Darussalam kemudian bergabung pada tanggal 8 Januari 1984, Vietnam pada tanggal 28 Juli 1995, Laos dan Myanmar pada tanggal 23 Juli 1997, dan Kamboja pada tanggal 30 April 1999. 9 A.2.. Legal Personality ASEAN sebagai Organisasi Inte rnasional ASEAN yang dibentuk pada tanggal 8 Agustus 1967, pada. hakekatnya merupakan suatu organisasi regional yang tertutup (closed regional organization) karena keanggotaannya tidak terbuka untuk kelompok negara-negara lainnya. Keanggotaan ASEAN hanya negaranegara yang termasuk di dalam Kawasan Asia Tenggara. ASEAN dapat diakui statusnya di dalam hukum internasional baik sebagai organisasi. 9. Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, Menuju A sean Economic Community 2015, (online), http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/Umum/Setditjen/Buku%20Menuju%20ASEAN %20ECONOM IC%20COMMUNITY%202015.pdf (30 Juni 2014)..

(23) 12. internasional maupun organisasi regional diperlukan tiga syarat yaitu adanya. persetujuan. internasional,. harus. ada. badan-badannya. dan. pembentukannya harus dibawah hukum internasional. Dalam pembentukan ASEAN walaupun tidak dengan persetujuan, para wakil dari lima negara pada waktu itu yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand telah mengadakan pertemuan di Bangkok dan memutuskan untuk membentuk ASEAN tanpa perjanjian atau persetujuan yang akan diratifikasi oleh para anggotanya melainkan hanya dengan suatu Deklarasi yang ditandatangani oleh kelima Menlu. Dengan demikian sebenarnya adanya. persetujuan. internasional dalam arti. multilateral adalah tidak mutlak. ASEAN juga telah membentuk badanbadan seperti Sidang Tahunan Menteri Luar Negeri (Annual Meeting of Foreign Ministers) yang merupakan badan tertinggi ASEAN, yang diadakan secara bergiliran di ibukota masing- masing negara anggota; Standing Committee yang melakukan tugas-tugas ASEAN selama antar Sidang Menteri-Menteri Luar Negeri ASEAN; Ad Hoc Committees dan Permanent Committees serta Sekretariat Nasional yang dibentuk di setiap negara anggota. Sebagai sebuah organisasi regional, pembentukan ASEAN dilakukan dibawah hakikatnya. hukum internasional.. merupakan. Beberapa deklarasi yang. persetujuan-persetujuan. internasional. dalam. pembentukan ASEAN adalah: 1) Bangkok Declaration 1967, 2) Kuala Lumpur Declaration 1971, 3) Declaration of the ASEAN Secretariat 1976, dan 4) Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC) 1976,.

(24) 13. semuanya adalah persetujuan-persetujuan internasional antara kelima negara anggotanya yang mengikat secara hukum internasional. 10 Pada tanggal 20 November 2007, ASEAN semakin berkembang menjadi sebuah organisasi yang kokoh yang diperkuat dengan deklarasi Piagam ASEAN yang telah disetujui para kepala negara/pemerintah negaranegara anggota ASEAN. Berawal dari KTT ASEAN ke-11 di Kuala Lumpur, Desember 2005 kemudian disahkan di Singapura dalam KTT ASEAN ke-13 tanggal 20 November 2007. Piagam ASEAN setidaknya memperkuat status hukum ASEAN dan memperkuat pembangunan Komunitas ASEAN yang beridentitas hukum. Berdasarkan Bali Concord II, Piagam ASEAN memuat prinsip-prinsip dasar yang mengarahkan gerak dan langkah ASEAN dalam mencapai Masyarakat ASEAN 2015, lima tahun lebih awal dari rencana semula, dengan tiga pilar utama yaitu Masyarakat Keamanan, Masyarakat Ekonomi dan Masyarakat Sosial Budaya. 11 Sebagai dokumen konstitusional, piagam ASEAN memuat tentang norma-norma, penegasan tentang kedaulatan, hak- hak dan kewajibankewajiban dan sejumlah kekuasaan-kekuasaan dalam proses legislatif, eksekutif dan yudisial. Piagam ASEAN menegaskan bahwa negara-negara anggota mampu mengadopsi nilai- nilai demokrasi dan penghormatan akan HAM termasuk hak-hak sipil dan politik. Piagam ASEAN mempunyai standar yang cukup ideal untuk perlindungan HAM berdasarkan perjanjian 10. Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Huku m Organisasi Internasional, Alu mni, Bandung, 1997, hlm 83. 11 Faustinus Andrea, Di pl omasi tingkat Tinggi Asia Pasifik 2007 : KTT AS EAN ke-13 dan KTT APEC ke-15, Analisis CSIS , Volu me 36 No.4, Centre for Strategic and Indternational Studies (CSIS), Jakarta, 2007..

(25) 14. internasional. Piagam ASEAN sebagai dokumen konstitusional memuat beberapa elemen yang sangat penting antara lain: 1. Pernyataan secara tegas bahwa ASEAN adalah organisasi internasional yang memiliki kepribadian hukum internasional, dengan demikian ASEAN mampu melaksanakan hak dan kewajiban di tingkat internasional 2. Pernyataan secara tegas bahwa ASEAN memiliki tujuan-tujuan, fungsi- fungsi dan kewenangan-kewenangan seperti organisasi internasional lainnya. Dengan kata lain, Piagam ini akan mengubah ASEAN menjadi into a rulesbased organization. 3. Pembentukan mekanisme legislatif, the rule-making mechanism/organs and procedures di dalam ASEAN. 4. Pembentukan sebuah mekanisme eksekutif atau organ yang bertugas untuk melaksanakan serta memonitoring pelaksanaan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan organisasi 5. Pembentukan mekanisme judicial dan quasi judicial yang berfungsi untuk menginterpretasikan dan melaksanakan setiap peraturan dan keputusan yang dikeluarkan oleh ASEAN 6. Secara langsung Piagam ASEAN akan membantu untuk mendorong dan memperkuat penataan terhadap perjanjianperjanjian ASEAN oleh negara anggotanya dan secara tidak langsung dapat meningkatkan sense of region di antara pemerintah ASEAN.12. Piagam ASEAN telah menjadi dasar status hukum bagi ASEAN sebagai subyek hukum internasional (legal personality). Pasal 3 piagam ini mengatur tentang kepribadian hukum ASEAN yang menyatakan bahwa “ASEAN sebagai sebuah organisasi antar pemerintah dengan ini diberikan status hukum”. Piagam ASEAN ini dimaksudkan untuk mendorong transformasi ASEAN dari suatu organisasi yang bersifat longgar menjadi organisasi yang memiliki landasan hukum yang kuat (legally binding). 12. Liona Nanang Supriatna, 2008, Piagam ASEAN : Menuju Pema juan Dan Perlindungan HAM di Asia Tenggara, Jurnal Huku m Internasional (online), http://www.yasni.de/liona+nanang/person+ informat ion/supriatna (30 Ju li 2014)..

(26) 15. Negara- negara anggota dituntut untuk menyesuaikan peraturan di negaranya masing- masing sesuai dengan substansi dan isi Piagam ASEAN, demi mencapai cita-cita ASEAN. Negara-negara anggota ASEAN juga dituntut untuk menerapkan Piagam ASEAN dan TAC dalam menyelesaikan sengketa yang terjadi (Bab XIII Piagam ASEAN). Beberapa implikasi langsung dari pemberlakuan Piagam ASEAN adalah: 1. Ikatan hubungan antar negara-negara ASEAN secara menyeluruh diperkuat secara hukum. 2. ASEAN menunjukkan pada dunia bahwa kekompakan ASEAN selama 41 tahun dengan nilai tambah stabilitas keamanannya yang dapat dikatakan paling aman di dunia, hal tersebut ditopang pula oleh kekompakan untuk memberlakukan Piaga m ASEAN yang akan berimplikasi pula secara global. 3. Piagam ASEAN pada prinsipnya diharapkan dapat mendorong integrasi ekonomi, memperkuat prinsip demokrasi, perlindungan hak asasi dan pelestarian alam lingkungan hidup. 13. Piagam ASEAN telah membuat beberapa perubahan yang cukup fundamental bagi negara- negara anggota ASEAN, yaitu: 1. Menjadikan ASEAN sebagai “Legal Personality” atau Status Hukum. 2. Membentuk organ ASEAN secara lebih terstruktur, jelas dan tidak bersifat ad hoc. 3. Memberikan kewenangan kepada Sekjen untuk melakukan monitoring implementasi perjanjian dan kesepakatan ASEAN. 4. Memuat ketentuan mengenai hak dan kewajiban yang mengikat secara hukum dan mekanisme untuk menangani pelanggaran serius dan ketidakpatuhan (noncompliance) terhadap ketentuanketentuan Piagam. 5. Menjamin keterlibatan institusi non-pemerintah ASEAN serta mendorong interaksi dengan organisasi non-pemerintah (entities associated with ASEAN) dalam proses pembentukan Komunitas ASEAN.. 13. Zainuddin Djafar, Piagam ASEA N, Leg alitas Tonggak Baru Menuju Integrasi Regional, Jurnal Huku m Internasional, Vo lu me 6 No. 2, Perpustakaan Bappenas, Jakarta, 2009, hlm 198..

(27) 16. 6. Membentuk badan HAM ASEAN yang diharapkan dilaksanakan pada pertengahan tahun 2009 dengan fungsi utama memajukan dan melindungi HAM. 7. Membentuk Komite Perwakilan Tetap untuk ASEAN yang berkedudukan di Jakarta serta memungkinkan akreditasi Duta Besar negara Mitra Wicara kepada ASEAN. 14. A.3.. Tujuan dan Prinsip Dasar ASEAN Dalam memahami prinsip dasar ASEAN, kita juga harus memahami. terlebih dahulu mengenai tujuan dibentuknya ASEAN. ASEAN memiliki beberapa tujuan penting sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Bangkok, sebagai berikut: 1.. 2.. 3.. 4.. 5.. 6.. 14. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat Bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai; Untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antara negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip piagam perserikatan bangsa-bangsa; Untuk meningkatkan kerjasama yang aktif serta saling membantu satu sama lain di dalam masalah- masalah kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi; Untuk saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana latihan dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesional, teknik dan administrasi; Untuk bekerjasama dengan lebih efektif dalam meningkatkan penggunaan pertanian serta industri mereka, perluasan perdagangan komoditi internasional, perbaikan sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi serta peningkatan akan taraf hidup rakyat-rakyat mereka; dan Untuk memelihara kerjasama yang erat dan berguna dengan organisasi-organisasi internasional dan regional yang ada dan. Yannyan Mochamad Yan i, Piag am Asean, Asean Socio-Cultural Community (Ascc) Blueprint Dan Indonesia, Makalah Disampaikan pada acara Seminar Nasional “Sosialisasi ASEAN SocioCultural Community (ASCC) Blueprint”, Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, Bandung, 20 Nopember 2008..

(28) 17. untuk menjajaki segala kemungkinan untuk saling bekerjasama secara lebih erat di antara mereka sendiri. 15 Sementara itu mengacu pada Piagam ASEAN (ASEAN Charter) bab I Pasal 1, tujuan ASEAN adalah sebagai berikut: 1.. 2.. 3.. 4.. 5.. 6.. 7.. 8.. 9.. 15. Memelihara dan meningkatkan perdamaian, keamanan, dan stabilitas serta lebih memperkuat nilai- nilai yang berorientasi pada perdamaian di kawasan; Meningkatkan ketahanan kawasan dengan memajukan kerja sama politik, keamanan, ekonomi, dan sosial budaya yang lebih luas; Mempertahankan Asia Tenggara sebagai Kawasan Bebas Senjata Nuklir dan bebas dari semua jenis senjata pemusnah massal lainnya; Menjamin bahwa rakyat dan Negara-Negara Anggota ASEAN hidup damai dengan dunia secara keseluruhan di lingkungan yang adil, demokratis, dan harmonis; Menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang stabil, makmur, sangat kompetitif, dan terintegrasi secara ekonomis melalui fasilitasi yang efektif untuk perdagangan dan investasi, yang di dalamnya terdapat arus lalu lintas barang, jasa-jasa dan investasi yang bebas; terfasilitasinya pergerakan pelaku usaha, pekerja profesional, pekerja berbakat dan buruh; dan arus modal yang lebih bebas; Mengurangi kemiskinan dan mempersempit kesenjangan pembangunan di ASEAN melalui bantuan dan kerja sama timbale balik; Memperkuat demokrasi, meningkatkan tata kepemerintahan yang baik dan aturan hukum, dan memajukan serta melindungi hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan fundamental, dengan memperhatikan hak- hak dan kewajiban-kewajiban dari Negara-Negara Anggota ASEAN; Menanggapi secara efektif, sesuai dengan prinsip keamanan menyeluruh, segala bentuk ancaman, kejahata n lintas-negara dan tantangan lintas-batas; Memajukan pembangunan berkelanjutan untuk menjamin perlindungan lingkungan hidup di kawasan, sumber daya alam yang berkelanjutan, pelestarian warisan budaya, dan kehidupan rakyat yang berkualitas tinggi;. Djalinus Syah, Mengenal AS EAN dan Negara-Negara Anggotanya, PT. Kreasi Jaya Utama, Jakarta, 1988, hlm 5..

(29) 18. 10. Mengembangkan sumber daya manusia melalui kerja sama yang lebih erat di bidang pendidikan dan pemelajaran sepanjang hayat, serta di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk pemberdayaan rakyat ASEAN dan penguatan Komunitas ASEAN; 11. Meningkatkan kesejahteraan dan penghidupan yang layak bagi rakyat ASEAN melalui penyediaan akses yang setara terhadap peluang pembangunan sumber daya manusia, kesejahteraan sosial, dan keadilan; 12. Memperkuat kerja sama dalam membangun lingkungan yang aman dan terjamin bebas dari narkotika dan obat-obat terlarang bagi rakyat ASEAN; 13. Memajukan ASEAN yang berorientasi kepada rakyat yang di dalamnya seluruh lapisan masyarakat didorong untuk berpartisipasi dalam, dan memperoleh manfaat dari, proses integrasi dan pembangunan komunitas ASEAN; 14. Memajukan identitas ASEAN dengan meningkatkan kesadaran yang lebih tinggi akan keanekaragaman budaya dan warisan kawasan; dan 15. Mempertahankan sentralitas dan peran proaktif ASEAN sebagai kekuatan penggerak utama dalam hubungan dan kerja samanya dengan para mitra eksternal dalam arsitektur kawasan yang terbuka, transparan, dan inklusif. 16. Pasal 2 Piagam ASEAN menjelaskan mengenai prinsip-prinsip dasar ASEAN, yaitu: 1. Dalam mencapai tujuan-tujuan yang disebutkan dalam Pasal 1, ASEAN dan Negara-Negara Anggotanya menegaskan kembali dan memegang teguh prinsip-prinsip dasar yang tertuang dalam deklarasi-deklarasi, persetujuanpersetujuan, konvensi-konvensi, concords, traktat-traktat, dan instrumen ASEAN lainnya. 2. ASEAN dan Negara-Negara Anggotanya wajib bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip berikut: (a) Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah, dan identitas nasional seluruh NegaraNegara Anggota ASEAN; (b) Komitmen bersama dan tanggung jawab kolektif dalam meningkatkan perdamaian, keamanan dan kemakmuran di kawasan;. 16. Piagam Perhi mpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (online), https://rindaamalia.dosen. narotama.ac.id /files/2013/07/Piagam-ASEA N.pdf (30 Juni 2014)..

(30) 19. (c) Menolak agresi dan ancaman atau penggunaan kekuatan atau tindakan-tindakan lainnya dalam bentuk apa pun yang bertentangan dengan hukum internasional; (d) Mengedepankan penyelesaian sengketa secara damai; (e) Tidak campur tangan urusan dalam negeri Negara-Negara Anggota ASEAN; (f) Penghormatan terhadap hak setiap Negara Anggota untuk menjaga eksistensi nasionalnya bebas dari campur tangan eksternal, subversi, dan paksaan; (g) Ditingkatkannya konsultasi mengenai hal- hal yang secara serius memengaruhi kepentingan bersama ASEAN; (h) Berpegang teguh pada aturan hukum, tata kepemerintahan yang baik, prinsip-prinsip demokrasi dan pemerintahan yang konstitusional; (i) Menghormati kebebasan fundamental, pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia, dan pemajuan keadilan sosial; (j) Menjunjung tinggi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional, termasuk hukum humaniter internasional, yang disetujui oleh Negara-Negara Anggota ASEAN; (k) Tidak turut serta dalam kebijakan atau kegiatan apa pun, termasuk penggunaan wilayahnya, yang dilakukan oleh Negara Anggota ASEAN atau Negara non-ASEAN atau subjek non- negara mana pun, yang mengancam kedaulatan, integritas wilayah atau stabilitas politik dan ekonomi Negara-Negara Anggota ASEAN; (l) Menghormati perbedaan budaya, bahasa, dan agama yang dianut oleh rakyat ASEAN, dengan menekankan nilai-nilai bersama dalam semangat persatuan dalam keanekaragaman; (m) Sentralitas ASEAN dalam hubungan eksternal di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya, dengan tetap berperan aktif, berpandangan ke luar, inklusif dan non-diskriminatif; dan berpegang teguh pada aturan-aturan perdagangan multilateral dan rejim-rejim yang didasarkan pada aturan SEAN untuk melaksanakan komitmen-komitmen ekonomi secara efektif dan mengurangi secara progresif ke arah penghapusan semua jenis hambatan menuju integrasi ekonomi kawasan, dalam ekonomi yang digerakkan oleh pasar.17. 17. Ibid..

(31) 20. B.. Kajian Umum Mengenai Asean Declaration Protection and Promotion Of The Rights Of Migrant Workers Sebagai bagian dari pelaksanaan prioritas program kerja terkait masalah. mobilitas tenaga kerja dan perlindungan sosial pada 13 Januari 2007 ASEAN telah meletakkan landasan awal bagi upaya penyelesaian masalah buruh migran melalui penandatanganan deklarasi perlindungan dan hak-hak pekerja migrant (protection and promotion of the rights of migrant works). Deklarasi tersebut memberikan mandat bagi negara anggota untuk memajukan keadilan dan perlindungan kerja, pembayaran upah dan akses yang cukup bagi kelayakan kerja dan tempat tinggal bagi pekerja migran. Dalam AEC (Asean Economic Community) 2015 yang menjadi tujuan akhir proses integrasi ekonomi regional ASEAN adalah terdapatnya aliran bebas yang terjadi baik di pasar produk maupun di pasar faktor-faktor produksi. Untuk menjamin terwujudnya AEC tersebut, disusun suatu kerangka kerja yang berfungsi sebagai pedoman bagi setiap negara anggota dalam mempersiapkan diri. Pembahasan tenaga kerja dalam cetak biru pada pengaturannya khusus pada tenaga kerja terampil tidak terdapat pada tenaga kerja tidak terampil. Mengenai tenaga kerja yang tidak terampil biasanya dibicarakan secara bilateral antarnegara karena dipandang sebagai isu yang sensitif. Dalam cetak biru AEC disebutkan bahwa pengaturan mobilitas tenaga kerja atau fasilitasi masuk bagi pergerakan tenaga kerja untuk mendukung kelancaran perdagangan barang, jasa, dan investasi dilakukan sesuai dengan peraturan yang biasa digunakan oleh negara penerima. ASEAN dalam hal ini, akan melakukan fasilitasi bagi penerbitan visa dan employment pass bagi para tenaga professional.

(32) 21. dan tenaga kerja terampil yang bekerja di sektor-sektor yang berhubungan dengan aktivitas perdagangan dan investasi antarnegara sekawasan ASEAN. Dengan demikian, bagi para pekerja yang telah memiliki visa dan memegang employment pass dan tersebar di wilayah negara lain dapat mengisi lowongan kerja yang diperlukan di wilayah negara lain sesuai dengan keterampilan yang dimiliki. Dengan kemudahan tersebut, diharapkan tercipta pasar tenaga kerja yang efisien sehingga ASEAN sebagai basis produksi dan bagian dari mata rantai produksi dunia bisa memperoleh sumber daya manusia yang handal yang tersebar di berbagai negara anggota dengan cepat dan mudah. Dalam rangka memfasilitasi aliran jasa-jasa yang bebas tenaga kerja pada 2015, ASEAN memberikan perhatian khusus dengan melakukan upaya untuk menciptakan harmonisasi dan standarisasi melalui berbagai langkah, yaitu: 18 a. Meningkatkan kerjasama di antara anggota ASEAN University Network (AUN) untuk meningkatkan mobilitas para pelajar dan jajaran stafnya di kawasan. b. Mengembangkan kompetensi utama dan kualifikasi untuk pekerjaan dan trainers skills yang diperlukan di sektor jasa prioritas (2009), dan untuk sektor-sektor jasa lainnya (2010-2015). c. Memperkuat kemampuan riset dalam rangka meningkatkan keterampilan, penempatan kerja, dan pengembangan jejaring informasi pasar tenaga kerja di antara negara anggota ASEAN.. Arah kerjasama di bidang ketenagakerjaan, secara umum akan ditujukan untuk dapat menyelesaikan segala persoalan ketenagakerjaan yang secara prinsip akan ditujukan pada hal- hal sebagi berikut:19. 18. Syamsul Arifin, Masyarakat Ek onomi AS EAN: Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Gl obal, PT Elex Media Ko mputindo, Jakarta, 2008, hlm 246. 19 Ibid, hlm 248..

(33) 22. a. Memajukan mobilitas regional dan mutual recognition dalam rangka pengembangan professional credentials, bakat, dan keterampilan para pekerja melalui upaya/inisiatif yang telah ada. b. Mengurangi pengangguran di kawasan untuk mendukung upaya regional dalam mewujudkan komunitas masyarakat yang kuat, aman dan selfrelient. c. Memajukan efisiensi pasar tenaga kerja melalui penyusunan MRA untuk meningkatkan kemampuan bekerja dan mobilitas tenaga kerja, meningkatkan sistem perlindungan, serta mengatasi dampak liberalisasi perdagangan terhadap tenaga kerja dan employment.. Pada tahun 2007, World Bank memperkirakan pergerakan pekerja migran dunia sebesar 9% terdapat dinegara-negara ASEAN. 20 Hal ini yang kemudian mendorong negara- negara anggota ASEAN mendeklarasikan sebuah upaya perlindungan terhadap buruh migran agar sesuai dengan tujuan utama berdirinya ASEAN yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di kawasan Asia Tenggara, mengembangkan kebudayaan negara-negara anggotanya dan memajukan perdamaian ditingkat regional sesuai dengan ASEAN SocioCultural Community (ASCC) Blueprint. 21 Tepatnya pada ASEAN summit ke-12 yang diadakan di Cebu, Filipina pada 13 Januari 2007, para pemimpin ASEAN menandatangani ASEAN Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers (Deklarasi ASEAN tentang Perlindungan dan. 20. Koesrianti, Kewaji ban Negara Pengirim dan Negar a Peneri ma atas Perlindungan Pekerja Migran, (online), http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/ 21102042_ 2085-6075.pdf (15 September 2013). 21 The Official Website of The Association of Southeast Asian Nations, ASEAN Socio-Cultural Community (online), http://www.aseansec.org/asean-socio-cultural-community/ (17 September 2013)..

(34) 23. Pemajuan Hak-Hak Pekerja Migran). 22 Berdasarkan deklarasi ASEAN ini, negara penerima diwajibkan:23 OBLIGATIONS OF RECEIVING STATES Pursuant to the prevailing laws, regulations and policies of the respective receiving states, the receiving states will: 1. Intensify efforts to protect the fundamental human rights, promote the welfare and uphold human dignity of migrant workers; 2. Work towards the achievement of harmony and tolerance between receiving states and migrant workers; 3. Facilitate access to resources and remedies through information, training and education, access to justice, and social welfare services as appropriate and in accordance with the legislation of the receiving state, provided that they fulfill the requirements under applicable laws, regulations and policies of the said state, bilateral agreements and multilateral treaties; 4. Promote fair and appropriate employment protection, payment of wages, and adequate access to decent working and living conditions for migrant workers; 5. Provide migrant workers, who may be victims of discrimination, abuse, exploitation, violence, with adequate access to the legal and judicial system of the receiving states; and 6. Facilitate the exercise of consular functions to consular or diplomatic authorities of states of origin when a migrant worker is arrested or committed to prison or custody or detained in any other manner, under the laws and regulations of the receiving state and in accordance with the Vienna Convention on Consular Relations.. Terjemahan Indonesianya sebagai berikut: KEWAJIBAN NEGARA PENERIMA Sesuai dengan hukum yang berlaku, peraturan dan kebijakan negara-negara yang menerima masing- masing, negara-negara penerima harus: 1. Mengintensifkan upaya untuk melindungi hak asasi manusia, memajukan kesejahteraan dan menjunjung martabat pekerja migran; 2. Berupaya keras untuk menciptakan harmonisasi dan toleransi antara negara penerima dan pekerja migran;. 22. ASEAN, ASEAN Committee on the Implementation of the ASEAN Declaration on the Protection and Promotionof the Rights of Migrant Workers (ACMW) Work Plan (online), http://www.aseansec.org/23062.pdf (28 September 2013). 23 ASEAN. ASEA N Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers (online), http://www.bic.moe.go.th/th/images/stories/ASEAN/declarat ion/Protect MigrantsRights2007.pdf (5 September 2013)..

(35) 24. 3. Memfasilitasi akses sumber daya dan obat melalui informasi, pelatihan dan pendidikan, akses terhadap keadilan, dan pelayanan kesejahteraan sosial yang sesuai berdasarkan undang-undang negara penerima, asalkan mereka memenuhi persyaratan berdasarkan hukum yang berlaku, peraturan dan kebijakan negara tersebut, perjanjian bilateral dan perjanjian multilateral; 4. Mempromosikan perlindungan yang adil dan tepat kerja, pembayaran upah, dan akses yang memadai terhadap kondisi kerja dan hidup yang layak bagi para pekerja migran; 5. Menyediakan akses yang memadai terhadap sistem hukum dan peradilan negara-negara penerima bagi para pekerja migran, yang mungkin menjadi korban diskriminasi, pelecehan, eksploitasi, kekerasan, dan 6. Memfasilitasi pelaksanaan fungsi konsuler-konsuler atau otoritas diplomatik negara asal ketika seorang pekerja migran ditangkap atau dimasukkan ke penjara atau tahanan atau ditahan dengan cara lain, berdasarkan hukum dan peraturan negara penerima dan sesuai dengan Konvensi Wina tentang Hubungan Konsuler. Sedangkan kewajiban negara pengirim adalah sebagai berikut:24 OBLIGATIONS OF SENDING STATES Pursuant to the prevailing laws, regulations and policies of the respective sending states, the sending states will: 1. Enhance measures related to the promotion and protection of the rights of migrant workers; 2. Ensure access to employment and livelihood opportunities for their citizens as sustainable alternatives to migration of workers; 3. Set up policies and procedures to facilitate aspects of migration of workers, including recruitment, preparation for deployment overseas and protection of the migrant workers when abroad as well as repatriation and reintegration to the countries of origin; and; 4. Establish and promote legal practices to regulate recruitment of migrant workers and adopt mechanisms to eliminate recruitment malpractices through legal and valid contracts, regulation and accreditation of recruitment agencies and employers, and blacklisting of negligent/unlawful agencies. Terjemahan Indonesianya sebagai berikut: KEWAJIBAN NEGARA PENGIRIM Sesuai dengan hukum yang berlaku, peraturan dan kebijakan negara-negara pengirim masing- masing, negara- negara pengirim harus:. 24. Ibid, hal 2..

(36) 25. 1. Meningkatkan langkah- langkah terkait dengan pemajuan dan perlindungan hak-hak pekerja migran; 2. Menjamin akses terhadap peluang kerja dan penghidupan bagi warga negara mereka sebagai alternatif yang berkelanjutan untuk migrasi pekerja; 3. Mengatur kebijakan dan prosedur untuk memfasilitasi aspek migrasi pekerja, termasuk perekrutan, persiapan untuk penyebaran luar negeri dan perlindungan TKI di luar negeri serta pemulangan dan reintegrasi ke negara-negara asal, dan 4. Membangun dan mempromosikan praktik legal untuk mengatur perekrutan buruh migran dan mengadopsi mekanisme untuk menghapus terjadinya malpraktek perekrutan melalui kontrak yang sah dan masih berlaku, peraturan dan akreditasi agen perekrut dan majikan, dan daftar hitam lembaga lalai/melanggar hukum.. Prinsip Umum Deklarasi ASEAN Tentang Perlindungan dan Promosi Hakhak Buruh Migran: 25 1. Kedua negara penerima dan negara pengirim harus memperkuat pilar politik,. ekonomi. dan. sosial. dari. komunitas. ASEAN. dengan. mempromosikan potensi penuh dan martabat pekerja migran dalam iklim kebebasan, kesetaraan, dan stabilitas sesuai dengan hukum, peraturan, dan kebijakan dari masing-masing negara anggota ASEAN. 2. Negara- negara penerima atau negara-negara pengirim harus untuk alasan kemanusiaan, erat bekerja sama untuk menyelesaikan kasus-kasus buruh migran yang bukan karena kesalahan mereka sendiri, telah kemudian menjadi tidak berdokumen. 3. Negara- negara. penerima. dan. negara-negara. pengirim. harus. mempertimbangkan hak-hak dasar dan martabat buruh migran dan. 25. The Official Website of The Association of Southeast Asian Nations, ASEAN Socio -Cultural Co mmunity (online), http://www.aseansec.org/asean-socio-cultural-co mmunity/, (17 September 2013)..

(37) 26. anggota keluarga sudah tinggal dengan mereka tanpa merusak aplikasi oleh penerimaan negara mereka peraturan dan kebijakan. C.. Kajian Umum Mengenai Buruh Migran C.1.. Pengertian Buruh Migran Buruh migran pada prinsipnya adalah warga negara asal Indonesia. yang kemudian bekerja di negara lain (di luar Indonesia). Menurut Pasal 2 ayat (1) UN Convention on the Protection of the Rights of All Migrant Workers and Member of Their Families disebutkan bahwa: Istilah “buruh migran” mengacu pada seseorang yang akan, tengah atau telah melakukan pekerjaan yang dibayar dalam suatu Negara di mana ia bukan menjadi warganegara; 26 Berdasarkan Kepmenakertrans Nomor KEP-104 A/MEN/2002 tentang Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri dijelaskan bahwa: Tenaga Kerja Indonesia adalah warga negara Indonesia baik laki-laki maupun perempuan yang bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja melalui prosedur penempatan TKI. 27 Sedangkan di dalam Rancangan Undang-Undang Perlindungan Buruh Migran dan Keluarganya terdapat definisi tentang buruh migran Indonesia yaitu: Buruh migran Indonesia adalah orang Indonesia yang akan, sedang, dan telah dilibatkan dalam kegiatan pengupahan di luar wilayah Indonesia, baik yang berangkat melalui badan penyelenggara maupun tidak, baik yang berdokumen maupun tidak. 28 26. UN Convention on the Protection of the Rights of All Migrant Workers and Member of Their Families. 27 Kepmenakertrans Nomor KEP -104 A/ MEN/2002 tentang Penempatan Tenag a Kerja Indonesia ke Luar Negeri. 28 Rancangan Undang-Undang Perlindungan Buruh Migran dan Keluarganya..

(38) 27. Sementara itu, menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri disebutkan bahwa: Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut dengan TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. 29 Definisi yang lain menyebutkan, buruh migran adalah: “orang yang bermigrasi dari wilayah kelahirannya ke tempat lain dan kemudian bekerja di tempat yang baru tersebut dalam jangka waktu relatif lama dan menetap. Secara etimologis pekerja migran dapat dibedakan menjadi dua yaitu, pekerja migran internal dan pekerja migran internasional. Pekerja migran internal berkaitan dengan urbanisasi yaitu mencari peluang kerja di wilayah lain tetapi masih tetap dalam wilayah negara dimana yang bersangkutan bertempat tinggal, sedangkan pekerja migran internasional tidak dapat dipisahkan dari globalisasi”. 30. C.2.. Hak-Hak Buruh Migran Menurut Komisi Pembaharuan Hukum Perburuhan, hak- hak dasar. buruh yang harus dilindungi meliputi: a. Jaminan terhadap hak atas pekerjaan dan pendapatan yang layak. b. Kebebasan berorganisasi, berunding, mengeluarkan pendapat dan mogok. c. Hak untuk menentukan upah. d. Hak atas jaminan kesehatan, kecelakaan kerja dan pension. e. Hak untuk memperoleh penyelesaian perselisihan perburuhan yang adil dan demokratis. f. Hak untuk memiliki saham perusahaan.. 29. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri (UUPPTKLIN). Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No mor 133. Tambahan Lembaran Negara No mor 4445. 30 PUSHAM UII, Vul nerable Groups: Kajian dan Mekanisme Perlindung annya, PUSHAM UII, Yogyakarta, 2012, h lm 316..

(39) 28. g. Hak perlindungan atas fungsi reproduksi. 31 Taty Krisnawati menyatakan, bahwa hak-hak buruh migran harus menyangkut jaminan atas hak- hak sipil dan politik, ekonomi, sosial dan budaya, hak untuk memperoleh informasi, jaminan keselamatan kerja mulai pada saat perekrutan, penempatan dan pemulangan. 32 C.3.. Kebijakan Pemerintah Indonesia Mengenai Buruh Migran Dalam UU No.39 Tahun 2004 penempatan TKI/TKW ke luar negeri. diatur langsung oleh pemerintah. Hal tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 27, 29 dan 30 UU No.39 Tahun 2004 yang pada pokoknya sebagai berikut: 33 1. Penempatan TKI di luar negeri hanya dapat dilakukan ke negara tujuan yang pemerintahnya telah membuat perjanjian tertulis dengan pemerintah RI atau ke negara tujuan yang mempunyai peraturan perundang- undangan yang melindungi tenaga kerja asing. 2. Penempatan CTKI/TKI di luar negeri diarahkan pada jabatan yang tepat sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat dan minat dan kemampuan. 3. Penempatan CTKI dilaksanakan dengan memperhatikan harkat, martabat, hak asasi manusia, perlindungan hak, pemerataan kesempatan kerja dengan mengutamakan kepentingan nasional. 4. Dilarang menempatkan CTKI/TKI pada jabatan dan tempat pekerjaan yang bertentangan dengan unsur- unsur kemanusiaan dan norma kesusilaan.. 31. Amirudin dan Teten Masduki, RUU Ketenagakerjaan: Pantas Meresahkan Buruh, Ko misi Pembaharuan Huku m Perburuhan, Jakarta, 1997, h lm 18. 32 Ibid., hlm 91. 33 The Official Website of The Association of Southeast Asian Nations, loc.cit..

(40) 29. Lebih lanjut mengenai wewenang pemerintah di dalam melakukan pengawasan penempatan CTKI/TKI keluar negeri diatur dalam Pasal 31 UU No.39 tahun 2004 seperti di bawah ini: 34 1. 2. 3. 4. 5.. Pengurus SIP Perekrutan dan seleksi Pendidikan dan pelatihan Pemeriksaan kesehatan dan psikologi Pengurusan dokumen: a. Setiap PPTKI swasta untuk melakukan perekrutan wajib memiliki SIP b. Untuk memperoleh SIP PPTKI swasta harus memenuhi: 1) Perjanjian penempatan; 2) Surat permintaan TKI dari pengguna; 3) Rancangan perjanjian penempatan; dan rancangan perjanjian kerja yang semuanya harus memperoleh persetujuan dari perwakilan RI di negara tujuan. c. PPTKI swasta dilarang mengalihkan atau memindahkan SIP kepada pihak lain untuk melakukan recruitment. Mengenai perekrutan dan seleksi diatur lebih lanjut dalam pasal 34, 35, 36, 37 dan 38 antara lain sebagai berikut:35 a. Pemberian informasi kepada CTKI yang harus disampaikan secara lengkap dan benar meliputi: 1) Tata cara perekrutan 2) Dokumen yang diperlukan 3) Hak dan kewajian CTKI/TKI 4) Situasi, kondisi dan risiko di negara tujuan 5) Tata cara perlindungan bagi TKI b. Perekrutan dilakukan dengan memanfaatkan pencari kerja yang terdaftar pada instansi pemerintah Kab/Kota yang membidangi ketenagakerjaan. c. Persyaratan umum: 1) Sehat jasmani dan rohani; 2) Tidak dalam keadaan hamil bagi calon tenaga kerja perempuan;. 34. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri (UUPPTKLIN). Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No mor 133. Tambahan Lembaran Negara No mor 4445. 35 Ibid..

(41) 30. 3) Berpendidikan sekurang-kurangnya Lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) atau sederajat; 4) Menandatangani perjanjian penempatan antara PPTKS dengan CTKI, yang diketahui oleh instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota. C.4.. Pokok-Pokok Konvensi Tentang Perburuhan (ILO) Organisasi Perburuhan Internasional atau International Labour. Organisation (ILO) dibentuk pada 1919 berdasarkan perjanjian Versailes yang mengakhiri Perang Dunia I. Liga Bangsa-Bangsa sendiri enetapkan kewajiban pada negara anggota untuk “memastikan dan mempertahankan kondisi kerja yang adil dan manusiawi bagi laki- laki, perempuan dan anak.”36 Kewajiban ini diawasi oleh Organisasi Perburuhan Internasional yang tetap ada sebagai peninggalan terakhir Liga Bangsa-Bangsa. Organisasi Perburuhan Internasional adalah organisasi internasional pertama yang memasukkan wakil-wakil individu daripada negara. Separuh dari badan eksekutifnya terdiri dari wakil- wakil pemerintah, sedangkan separuh lainnya dibagi antara wakil- wakil pemberi kerja dan pekerja. Sekarang ini Organisasi Perburuhan Internasional adalah badan khusus PBB. Fungsinya tetap terutama untuk menetapkan dan mempertahankan standar dalam kerja, keadilan sosial, bukan hak asasi manusia (HAM sebagai suatu istilah yang tidak lazim digunakan). Memantau pelaksanaan instrumen- instrumen Organisasi Perburuhan Internasional biasanya dilakukan melalui laporan. 36. Pasal 23 Kovenan Liga Bangsa-Bangsa, Tahun 1919..

(42) 31. tahunan yang diajukan oleh negara, namun suatu mekanisme pengaduan bagi negara juga berjalan. 37 Konvensi-konvensi International Labour Organisation (ILO) terkait hak-hak dasar buruh adalah sebagai berikut:38 1.. Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Terhadap. Hak. Berorganisasi (Konvensi No.87 Tahun 1948) Adalah hak buruh dan pengusaha untuk berserikat (membentuk organisasi). guna. mewadahi. kepentingan. masing- masing,. yang. dilaksanakan secara bebas tanpa membeda-bedakan satu sama lain. Baik nuruh maupun pengusaha, tanpa ada perbedaan apapun, masing- masing mempunyai hak untuk membentuk organisasi dan bergabung dengan organisasi yang mereka pilih sendiri dengan tujuan untuk merealisasikan dan membela kepentingan masing- masing. Organisasi-organisasi seperti itu berhak menyusun anggaran dasar dan anggaran rumah tangga nya sendiri, berhak sebebas-bebasnya memilih wakil-wakil yang mereka inginkan,. menyelenggarakan. administrasi. dan. merumuskan program-program mereka sendiri.. kegiatan Pihak-pihak. serta yang. berwenang, wajib menahan diri supaya tidak melakukan campur tangan yang dapat membatasi hak berserikat atau menghalangi pelaksanaan secara sah hak berserikat. 37. PUSHAM UII, op.cit. hlm 163. Monique Cloutier (Biro Kegiatan Pekerja ILO), 2000, ILO Declaration on Principles: A New Instrument To Promote Fundamental Rights, Deklarasi ILO mengenai Prinsip-Prinsip: Instrumen B aru untuk Memasyarakatkan Hak -Hak Mendasar, Terjemahan oleh Kantor ILO Jakarta, Jakarta, ILO Jakarta, 2001, h lm 20-25. 38.

(43) 32. Selain itu, organisasi-organisasi buruh maupun pengusaha tidak boleh dibubarkan atau dibekukan atau dijatuhi skorsing oleh pihak yang mempunyai wewenang administrasi. Kedudukan badan hukum yang dimiliki baik oleh organisasi pekerja maupun organisasi pengusaha tidak boleh dikenai syarat-syarat yang sifatnya membatasi. kegiatan. atau. kemampuan yang dapat dilakukan. Dalam melaksanakan hak-haknya sebagaimana diatur dalam Konvensi, pengusaha dan buruh beserta organisasi masing- masing wajib menghormati hukum negara. Meskipun demikian, hukum negara beserta penerapannya tidak boleh menghalangi atau membatalkan kebebasan berserikat yang pelaksanaannya dijamin di dalam Konvensi. 2.. Hak Berorganisasi dan Berunding Bersama (Konvensi No.98 Tahun 1949) Konvensi ini memberikan perlindungan bagi buruh yang. melaksanakan haknya untuk berorganisasi; melarang campur tangan antara organisasi-organisasi buruh dan organisasi-organisasi pengusaha; serta memperkenalkan dan. memasyarakatkan. prinsip. berunding. bersama secara sukarela. Buruh wajib mendapatkan perlindungan dari tindakan-tindakan diskriminasi anti serikat buruh. Buruh wajib dilindungi dari kemungkinan ditolak bekerja atau tidak diterima bekerja karena mereka merupakan atau menjadi anggota serikat buruh. Buruh juga wajib dilindungi dari pemutusan hubungan kerja atau prasangka-prasangka lain sehubungan.

(44) 33. dengan keanggotaannya dalam serikat buruh atau keikutsertaannya dalam kegiatan-kegiatan serikat buruh.. Organisasi-organisasi buruh dan. pengusaha wajib mendapat perlindungan dari tindakan campur tangan satu sama lain. Perlindungan ini diberikan terhadap tindakan-tindakan yang. sengaja. dirancang. untuk. mendominasi,. membiayai. atau. mengendalikan organisasi-organisasi pekerja, yang dilakukan oleh pengusaha atau organisasi pengusaha. Perangkat dan metode yang sesuai dengan kondisi nasional wajib dibentuk, bilamana diperlukan, untuk memastikan dihormatinya hak berorganisasi sebagaimana diatur dalam ketentuan Konvensi. Langkah- langkah yang sesuai dengan kondisi nasional yang ada wajib diambil. bilamana perlu untuk mendorong dan. memasyarakatkan pengembangan dan penggunaan prinsip berunding bersama secara sukarela untuk mengatur syarat dan kondisi kerja. 3.. Penghapusan Kerja Paksa (Konvensi No.105 Tahun 1950) Konvensi ini melarang kerja paksa atau kerja wajib dalam bentuk. apapun untuktujuan-tujuan tertentu. Berdasarkan Konvensi ini, Negaranegara anggota berkewajiban menghapuskan semua bentuk kerja paksa atau kerja wajib sebagai berikut: sebagai alat pemaksaan politik atau pendidikan politik atau sebagai hukuman karena yang bersangkutan menganut atau menyatakan pandangan politik atau pendapat-pendapat. yang secara. ideologis bertentangan dengan sistem politik, sosial atau ekonomi yang dianut negara; sebagai alat untuk memobilisasi. (mengerahkan) buruh/. tenaga kerja dan memanfaatkannya untuk pembangunan ekonomi; sebagai.

(45) 34. alat/ hukuman untuk mendisiplin tenaga kerja; sebagai hukuman karena ikut ambil bagian dalam pemogokan; sebagai alat untuk melakukan diskriminasi rasial, sosial, kebangsaan atau agama. 4.. Upah yang Setara (Konvensi No.100 Tahun 1951) Upah yang sama bagi buruh pria maupun wanita untuk pekerjaan. yang bernilai sama. Negara- negara yang telah meratifikasi Konvensi ini berkewajiban. memasyarakatkan. Konvensi. ini. serta. memastikan. terlaksananya prinsip pemberian upah yang sama bagi pekerja pria maupun wanita untuk pekerjaan yang nilainya sama bagi seluruh tenaga kerja di negara masing- masing, sejauh hal itu konsisten dengan metodemetode yang berlaku dalam menentukan tingkat imbalan yang sepantasnya diberikan. Konvensi ini wajib diberlakukan atas upah dasar atau gaji dasar dan atas honorarium atau pembayaran-pembayaran tambahan apapun jenisnya, yang dapat dibayarkan secara langsung atau tidak langsung, dalam bentuk kontan atau dalam bentuk barang, oleh pengusaha kepada buruh atas pekerjaan yang dilakukannya. Konvensi ini mendefinisikan upah yang sama untuk pekerjaan yang bernilai sama sebagai upah yang diberikan tanpa diskriminasi jenis kelamin. Penerapan prinsip ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara, antara lain melalui hukum atau peraturan. perundang-undangan. nasional, perangkat-perangkat atau. metode hukum yang lazim digunakan dalam menetapkan upah, perjanjian-perjanjian bersama atau kombinasi dari cara-cara ini..

(46) 35. Salah satu cara spesifik untuk membantu pelaksanaan Konvensi ini adalah. penilaian. secara. obyektif. terhadap. jenis-jenis. pekerjaan. berdasarkan bobot pekerjaan yang dituntut oleh masing- masing jenis pekerjaan tersebut. Konvensi ini juga menetapkan kewajiban pemerintah untuk bekerja sama dengan organisasi-organisasi pengusaha dan buruh supaya ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Konvensi ini dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. 5.. Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan (Konvensi No.111 Tahun 1958) Tujuan dari konvensi ini adalah mengupayakan pemberian. kesempatan dan perlakuan yang sama dalam pekerjaan dan jabatan. Setiap Negara yang telah meratifikasi Konvensi ini wajib mengupayakan pemberian kesempatan dan perlakuan yang sama dengan menyusun suatu kebijakan nasional yang ditujukan untuk menghapuskan semua bentuk diskriminasi pekerjaan dan jabatan. Yang dimaksud dengan diskriminasi adalah setiap pembedaan, pengecualian, atau pengutamaan atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, pandangan politik, keturunan atau asal usul sosial (atau motif lainnya yang ditetapkan oleh Negara yang bersangkutan) yang. mengakibatkan. hilangnya atau berkurangnya peluang untuk memperoleh kesempatan atau mendapatkan perlakuan yang sama dalam pekerjaan atau jabatan. Ruang lingkup Konvensi mencakup pemberian kesempatan untuk memperoleh. pendidikan. kejuruan,. pemberian. kesempatan. untuk.

(47) 36. mendapatkan pekerjaan-pekerjaan dan jabatan-jabatan tertentu, dan pemberian syarat serta kondisi kerja yang sama untuk semua. Negara- negara anggota yang telah meratifikasi Konvensi. ini. wajib mencabut setiap peraturan perundang-undangan dan memodifikasi setiap instruksi atau praktek administratif yang bertentangan dengan ketentuan Konvensi, dan wajib memberlakukan undang-undang dan memasyarakatkan. program-program. pendidikan. yang. mendukung. ketentuan dan pelaksanaan Konvensi melalui kerja sama dengan organisasi-organisasi pengusaha dan buruh. Kebijakan ini wajib diupayakan pelaksanaannya dan ditaati sehubungan dengan pekerjaan yang berada di bawah pengawasan dan pengendalian langsung badan nasional yang berwenang, bimbingan dan pelatihan kejuruan, dan jasa penempatan tenaga kerja yang berada di bawah pengawasan dan pengendalian badan yang berwenang. 6.. Batas Usia Minimum (Konvensi No.138 Tahun 1973) Konvensi ini bertujuan menghapuskan perburuhan anak. Batas. usia minimum untuk diperbolehkan bekerja tidak boleh kurang dari usia usai wajib belajar (biasanya tidak kurang dari 15 tahun). Negara- negara yang telah meratifikasi Konvensi ini wajib mengupayakan suatu kebijakan nasional yang dirancang untuk memastikan penghapusan secara efektif perburuhan anak dan meningkatkan secara progresif batas usia minimum diperbolehkan bekerja hingga mencapai tingkat yang konsisten dengan pertumbuhan jasmani dan mental orang muda. Batas usia.

Referensi

Dokumen terkait

tanggal dan jam tetap diperlukan untuk dimanfaatkan didalam rumus atau fungsi yang lain khususnya didalam fungsi logika, fungsi lookup, dan fungsi database. Fungsi

Filler merupakan salah satu bahan yang berfungsi sebagai pengisi rongga-rongga dari suatu campuran beraspal.Macam bahan pengisi yang dapat digunakan ialah: abu batu, kapur padam,

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

keputusan agar memenuhi tujuan dan keinginan masyarakat.Sistem pemerintahan desa Lolowonu Niko’otano masih menggunakan sistem lama, dimana berjalannya musyawarah

Tahap Perencanaan dimulai dengan merumuskan kondisi permukiman layak huni di tingkat kelurahan/desa atau antar kelurahan/desa yang diinginkan oleh masyarakat

Kelimpahan dan Pola Penyebaran Nematoda Entomopatogen sebagai Agensia Pengendali Serangga Hama pada Berbagai Lahan di Semarang.

Belakang layar dan service area , Gedung Kesenian Jakarta dilengkapi dengan ruangan- ruangan pendukung panggung yang lokasinya berada di bagian belakang, seperti 2 ruang rias yang

Untuk itu penulis mengangkat penelitian tentang peranan Majelis Ulama Indonesia dalam penanggulangan dampak pariwisata terhadap kehidupan keagamaan di Pulau Tidung,