• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lima Delegasi Asal Rumania Berbagi Ilmu di UNAIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lima Delegasi Asal Rumania Berbagi Ilmu di UNAIR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Lima Delegasi Asal Rumania

Berbagi Ilmu di UNAIR

UNAIR NEWS – Guna memperkuat jejaring kerjasama pendidikan,

staf pengajar Lucian Blaga Universities of Sibiu-Rumania (LBUS) akan berbagi ilmunya kepada sivitas akademika Universitas Airlangga. Mereka akan mengajar di UNAIR pada tanggl 16 Mei hingga 24 Mei mendatang.

Sebanyak lima delegasi LBUS tersebut akan mengajar di Fakultas Hukum, Fakultas Sains dan Teknologi, serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Kelima delegasi tersebut diterima oleh pimpinan universitas di Ruang Sidang C, Selasa (16/5).

Ketua International Office and Partnership, Dian Ekowati, Ph.D., mengatakan keberadaan lima delegasi LBUS di UNAIR berada dalam skema program pertukaran pengajar dan staf Erasmus+. Sebelumnya, pada tanggal 8 Mei hingga 13 Mei staf pengajar FH Dr. Intan Soeparna dikirim untuk mengajar di universitas yang sama.

“Melalui program Eramus+ diharapkan dapat terjadi share pengalaman antar sesama staf dan pengajar. Kita akan sangat mendukung untuk program staff mobility teaching and training ini,” tutur Dian.

Dian menuturkan, kolaborasi dalam bidang akademik dapat menjadi momen penting bagi kedua universitas untuk mempererat pertukaran keilmuan. “Terlaksananya program ini nanti dapat terjadi pertukaran informasi mengenai perkembangan teaching

method serta membuka kesempatan untuk berjejaring dan

bekerjasama,” pungkas Ketua IOP.

Salah satu perwakilan LBUS, Dr. Ioana Mircea, menyampaikan kurikulum di LBUS dan UNAIR memiliki banyak kesamaan. Melihat keadaan tersebut, Mircea tak sabar untuk segera berbagi ilmunya di UNAIR.

(2)

“Kami sangat senang berada di sini. Kami ingin mengetahui lebih lanjut segala kegiatan di UNAIR terutama prosedur dan sistem di sini. Ke depan, kami akan segera memulai kegiatan kuliah sesuai jadwal yang ditentukan,” ucap Ioana.

Penulis: Helmy Rafsanjani Editor: Defrina Sukma S

IOP Gelar Sharing Session

dengan Erasmus+

UNAIR NEWS – International Office and Partnership (IOP)

Universitas Airlangga bekerja sama dengan Universitas Masaryk, Ceko, menyelenggarakan sharing session (sesi informasi) tentang program pertukaran mahasiswa Erasmus+ yang dihadiri sekitar 65 orang dari berbagai fakultas. Acara tersebut dilangsungkan pada Selasa (28/2) di Aula Kahuripan 301, Kampus C UNAIR.

Acara yang berlangsung selama dua jam dihadiri oleh dua pembicara. Yakni, Astria Okta selaku pengurus divisi Outbond Mobility IOP UNAIR, dan Zuzana Pelankova selaku peserta program Erasmus+ dari Universitas Masaryk. Dalam acara tersebut, Astria menyebutkan ada beberapa keuntungan dan jenis program pertukaran mahasiswa yang bisa diikuti oleh mahasiswa UNAIR. Para mahasiswa bisa mengikuti program pertukaran mahasiswa ke universitas tujuan baik yang sedang memiliki kerja sama maupun tidak dengan UNAIR.

“Bila di sini ada teman-teman mahasiswa yang ingin mendapatkan informasi dan membutuhkan bantuan terkait program pertukaran mahasiswa, kami di IOP akan siap memfasilitasi apa yang

(3)

dibutuhkan,” tutur Astria.

Sementara itu, Zuzana membagikan kisah dan informasi umum mengenai Universitas Masaryk dan kehidupan mahasiswa di Brno, suatu kota di Ceko. Zuzana mengatakan, bahwa ia mendapatkan banyak pengalaman ketika ia mengikuti pertukaran saat studi sarjana dan master. Ia lantas mendorong para mahasiswa untuk keluar dari zona nyaman dengan mengikuti berbagai program pertukaran mahasiswa. Menurutnya, pengalaman yang didapat saat mengikuti pertukaran mahasiswa adalah sebuah cerita yang tak terlupakan.

Setelah pemaparan, ada pula sesi tanya jawab dan kuis antara pemateri dan peserta. Para peserta cukup antusias dalam menjawab kuis yang diberikan Zuzana, apalagi pemateri Erasmus+ itu membawa banyak hadiah bagi peserta yang bisa memberikan jawaban dengan benar.

Salah satu peserta yang juga mahasiswa asal Fakultas Hukum, Hach Dini, menyampaikan respon positifnya terkait acara sesi berbagi. Dini menginginkan agar IOP lebih banyak menggelar acara serupa yang menghadirkan pemateri dari berbagai universitas.

“Saya berharap agar IOP bisa menyelenggarakan lebih banyak lagi acara serupa dan dilaksanakan di kampus B,” tutur Dini. Penulis: Astria Okta

(4)

Gandeng Pelajar SMA, Erasmus

University dan FK UNAIR

Kenalkan Bahaya Virus

UNAIR NEWS – Sebuah ungkapan mengatakan, lebih baik mencegah

dari pada mengobati. Selama ini, upaya preventif dinilai lebih efektif dalam menekan laju berkembangnya sebuah wabah penyakit. Tidak sampai menunggu status Kejadian Luar Biasa (KLB), baru bertindak. Upaya preventif ini justru bergerak mengedukasi melalui kegiatan yang sederhana namun terprogram dan berkelanjutan.

Upaya tersebut seperti yang sudah konsisten dilakukan oleh Erasmus Medical Center, Totterdam University, Belanda, bersama Divisi Ilmu Penyakit Tropik dan Infeksi RSUD Dr. Soetomo – Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga.

Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, keduanya konsisten mengedukasi puluhan pelajar SMAN 16 Surabaya melalui program bernama Virus Kenner. Tahun ini, tim Virus Kenner dari Erasmus Medical Center bersama koordinator Virus Kenner FK UNAIR kembali bertandang ke SMAN 16 Surabaya, Rabu (8/2).

Koordinator proyek Virus Kenner Wesley de Jong, dr mengungkapkan, Virus Kenner merupakan program penyuluhan yang diinisiasi oleh kelompok Viroscience Laboratory, Erasmus MC, Rotterdam, Belanda. Tujuannya, untuk menguatkan esensi pentingnya gerakan prevensi dalam melawan berbagai jenis penyakit akibat virus. Program penyuluhan ini melibatkan peran para pelajar SMA. Dengan harapan, semakin dini mereka mengenal pengetahuan seputar penyakit virus, semakin cepat mereka waspada.

Di Belanda, program Virus Kenner sudah berjalan selama lima tahun. Program Virus Kenner di sebarkan di tiga negara, yaitu Suriname, Indonesia, dan Somalia. Di Indonesia, program itu

(5)

sudah berlangsung selama tiga tahun.

Tim Virus Kenner berkolaborasi dengan sejumlah pakar Divisi Tropik dan Infeksi Departemen Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo – FK UNAIR. Dalam agenda rutin tahunan itu, mereka secara kontinyu menggelar kegiatan penyuluhan ke SMAN 16 Surabaya. Puluhan pelajar kelas X ini diperkenalkan dengan ilmu dasar virologi.

Acara penyuluhan dikemas secara sederhana. Para pelajar SMA diperkenalkan tentang jenis dan dampak penyakit akibat virus. Dalam sesi acara lainnya, tim Virus Kenner membagikan kuesioner berisi pertanyaan umum untuk mengasah ulang seberapa dalam pemahaman dan pengetahun peserta.

Selanjutnya, para siswa dikelompokkan menjadi beberapa tim kecil. Setiap tim akan ditugaskan untuk mempelajari satu jenis virus, bisa itu Influenza, Hanta virus, Leptosirosis, HIV Aids, Hepatitis, dsb.

Masing-masing tim kemudian ditugaskan untuk mengaplikasikan pemahaman mereka ke dalam bentuk video maupun poster. Dalam waktu tiga bulan ke depan, siswa diminta mempresentasikan pengetahuanya tentang satu jenis virus secara mendalam. Diharapkan, ke depan mereka akan menjadi agen informasi bagi masyarakat di sekitarnya.

Karya para pelajar SMA ini nantinya akan dikompetisikan dan dipresentasikan ketika kunjungan kedua Tim Viruskenner pada bulan Juni 2017 mendatang.

Selama ini SMAN 16 menjadi pilot project untuk kegiatan pengenalan virus oleh Erasmus Medical Center dan FK UNAIR. Tak heran jika kemudian sekolah ini menjadi satu-satunya tempat berlangsungnya proyek tersebut. Wesley berharap, SMAN 16 dapat menjadi sekolah yang menginspirasi program ini.

“Sementara ini kami belum menargetkan apa-apa. Kami ingin memperkuat sistem Virus Kenner di sekolah ini terlebih dulu.

(6)

Ketika sudah dievaluasi dan hasilnya bagus, barulah kami berencana akan menyosialisasikan Virus Kenner ke sekolah lainnya,” jelasnya.

Investasi Masa Depan

P I C V i r u s k e n n e r I n d o n e s i a d r . M u s o f a R u s l i S p . P D mengungkapkan, sebenarnya konsep kegiatan penyuluhan itu dikemas cukup sederhana. Namun karena tim Erasmus begitu fokus dan serius menjalankan program tersebut, maka perlahan namun pasti program ini tetap berlanjut hingga saat ini.

Dengan memperkenalkan secara dini kepada remaja mengenai bahaya virus, maka langkah ini dinilai efekti dalam menumbuhkan kewaspadaan sejak dini.

“Dampaknya memang tidak bisa cepat. Kalau anak remaja kita paham, minimal paham bahaya penyakitnya, maka harapannya mereka akan menyebarkan pemahaman itu dilingkungan mereka. Karena bagi tim Viruskenner sendiri, program ini merupakan bentuk investasi jangka panjang,” jelasnya.

Kasus penyakit akibat virus sebenarnya masih banyak di temui di Indonesia. Salah satunya, kasus penyakit Leptospirosis yang pernah terjadi di Sampang, Madura dan menelan korban. Di Belanda, angka kejadian Leptospirosis sangat minim, dan jarang ditemui penderita yang sampai dilarikan kerumah sakit dan meninggal karena terlambat tertangani.

“Karena di sana (di Belanda, -red) sistemnya berjalan, dimana masyarakat lebih mementingkan upaya prevensi. Sayangnya di Indonesia, perhatian belum tertuju ke sana. Kita baru ribut menangani kalau sudah terjadi breakout dan menelan korban,” ungkapnya.

Musofa yang juga alumnus S-2 Erasmus University ini menjelaskan, di Belanda, sistem manajemennya berjalan dengan baik. Sehingga dalam aplikasi pembiayaan rumah sakit tidak sampai mengeluarkan biaya tinggi. Di negara kincir angin ini,

(7)

segala bentuk program yang bersifat awereness mendapat prioritas. Oleh sebab itu, bagi masyarakat di sana, menanamkan kewaspadaan kepada anak-anak sedini mungkin adalah upaya penting melakukan pencegahan. (*)

Penulis : Sefya Hayu

Editor : Binti Q. Masruroh

Antisipasi MRSA, Mikrobiologi

FK UNAIR Tawarkan Guideline

UNAIR NEWS – Infeksi Methicillin-resistant Staphylococcus

aureus atau MRSA masih menjadi keprihatinan dunia. Di Indonesia khususnya, prevalensi infeksi MRSA di lingkungan rumah sakit pun diperkirakan melonjak signifikan. Kondisi ini tentu tidak diharapkan oleh siapapun, termasuk oleh pakar ilmu Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Prof. Dr. Kuntaman, dr., MS., Sp.MK-K.

Upaya menurunkan angka kejadian infeksi MRSA memang tidak mudah. Terlebih lagi saat ini Indonesia belum memiliki angka pasti berapa besaran prevalensinya. Menurut Prof. Kun begitu sapaan beliau, infeksi MRSA sudah sepatutnya mendapat perhatian khusus, mengingat saat ini emergency microba

resistent sudah masuk golongan emerging diseases yang

memerlukan tindakan pencegahan sesegera mungkin.

Demi memutus mata rantai kejadian penularan infeksi MRSA, Prof. Kuntaman bersama tim ahli Mikrobiologi FK UNAIR bekerja sama dengan Erasmus University Medical Center melakukan serangkaian penelitian berkelanjutan selama tahun 2004 hingga 2006. Dari penelitian ini, tim Mikrobiologi FK UNAIR berhasil menyusun sebuah guideline.

(8)

Di tahun pertama penelitian tersebut, tim Mikrobiologi berhasil menemukan parameter untuk melihat seberapa besar permasalahan MRSA di Indonesia. Sementara di tahun kedua, diperoleh seberapa besar penyebaran MRSA di rumah sakit. Dan puncaknya di tahun 2016, Prof. Kun beserta tim menyusun guideline untuk mengendalikan resistensi antimikroba.

“Guideline ini adalah bentuk upaya menekan laju peningkatan prevalensi MRSA. Dalam waktu dekat rampung dan selanjutnya akan kami serahkan kepada Kemenkes RI untuk ditindak lanjuti,” ungkapnya.

Namun, sebelum guideline ini ditawarkan ke pihak Kemenkes RI, FK UNAIR terlebih dulu akan mendiskusikan guideline ini dengan sejumlah rumah sakit pusat di Indonesia. Seperti RSUD Dr. Saiful Anwar, RSUD Dr. Moewardi , RSUP Dr. Kariadi, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, RSUP H. Adam Malik, RSUP Dr. Mohammad Hoesin, dan RSU Dr M. Jamil Padang.

“Jika menyusun sebuah guideline, maka kita harus bekerjasama dengan rumah sakit pusat lainnya, karena diskusi ini untuk menilai apakah guideline ini dapat diterapkan juga di seluruh rumah sakit di Indonesia. Nantinya akan ada win-win solution,” ungkapnya.

Prof. Kun berharap, lahirnya guidline ini dapat meningkatkan sistem pelayanan penyakit infeksi dengan menurun mikroba resisten. Dan sekaligus mempersiapkan data valid infeksi MRSA di Indonesia khususnya di RSUD Dr. Soetomo terlebih dulu.

“Kalau di RSUD Dr. Soetomo sudah punya data yang valid, maka selanjutnya dapat diteliti lebih lanjut bagaimana mekanisme munculnya MRSA hingga dapat menginfeksi lalu menyebar. Setelah itu diketahui, selanjutnya dapat diteliti lebih dalam bagaimana karakteristik biomolekulernya,” jelasnya.

Awalnya, persoalan MRSA kurang diminati oleh sebagian besar kalangan peneliti. Namun Prof. Kuntaman sejak awal bertekad

(9)

bulat untuk mendalami permasalahan tersebut. Sejak 2001, Prof. Kuntaman mengawali penelitiannya. “Sebenarnya ada banyak jenis penyakit yang dapat diteliti. Namun saya memilih fokus mendalami super bakteri yang sulit ditaklukkan ini karena saya anggap MRSA adalah permasalahan penting penting,” ujarnya.

Penelitian tersebut telah terpublikasi secara internasional dan dipresentasikan dalam acara European Congress of Clinical Microbiology and Infectious Diseases (ECCMID) di Amsterdam tahun 2016 lalu. Bahkan penelitiannya kali ini juga memenangkan juara pertama presentasi penelitian bertema Health Science dalam rangka Dies Natalis Universitas Airlangga 2016 lalu.

Prof. Kuntaman meyakini, dalam mengendalikan laju infeksi MRSA, kuncinya ada pada kebijakan pemakaian antibiotik. Karena menurutnya, hal tersebut sangat berkaitan dengan kuat tidaknya pengaruh infeksi MRSA. Menurutnya, semakin tidak baik kebijakan antibiotik maka semakin tinggi resistensi antibiotik.

Metode pencegahan dianggap sebagai bentuk upaya yang lebih efektif dalam mengendalikan peningkatan resistensi antimikroba di Indonesia. Dalam hal ini Prof Kuntaman juga ikut terlibat dalam program pencegahan yang dikembangkan oleh Komite Pengendalian resistensi Antimikroba (KPRA).

Menurutnya, jika ini dibiarkan berlarut-larut, kondisi ini justru dapat merugikan pelayanan kesehatan, dalam hal ini BPJS. Karena yang ditangani adalah pasien dengan komplikasi penyakit yang semakin berat akibat terinfeksi MRSA, sehingga biaya terapinya membutuhkan dana yang lebih besar lagi. Maka kedepan BPJS harus mengarah pada program pencegahan.

“Dengan menerapkan metode pencegahan, sebenarnya akan ada banyak pihak yang diuntungkan. Dokter lebih mudah memberi terapi, BPJS diuntungkan, demikian juga rumah sakitnya. Sehingga tidak perlu banyak membelanjakan obat antibiotik,”

(10)

jelasnya. (*)

Penulis: Sefya Hayu Editor: Nuri Hermawan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan data disimpulkan bahwa NCBI (National Centre for Biotechnology Information) merupakan suatu institusi yang menyediakan

menjadi arteriol %arteriarteri kecil& dan akhirnya menjadi apa yang disebut apillary bed %tempat pertukaran cairan dan nutrisi&. Kapilerkapiler bersatu membentuk vena

Penelitian lebih lanjut terkait dengan perilaku dari para user yang berhubungan dengan continuos reporting yang dapat dilakukan adalah untuk menjawab: (1)

Program Promosi Kesehatan di Puskesmas selain sebagai salah satu upaya kesehatan wajib (esensial), di butuhkan tenaga yang memiliki kompetensi dan kemampuan untuk mengelola promosi

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “Terdapat perbedaan biomassa perifiton pada substrat keramik antara hulu, tengah, dan hilir Sungai Salo”..

bahwa dari hatilah timbul segala keinginan baik jahat maupun baik. Bahkan seorang Teolog bernama Yohanes Calvin juga mengatakan bahwa kehidupan manusia

menjelaskan hasil uji paired t nilai tekanan darah sistolik setelah diberikan perlakuan brisk walking exercise yaitu ρ value 0,000, ada pengaruh yang signifikan dari

Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Bandura (dalam Alwisol, 2009) yaitu bahwa efikasi diri akademik mengacu pada keyakinan yang berkaitan dengan