• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA TINGKAT SATU IPDN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA TINGKAT SATU IPDN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA TINGKAT SATU IPDN

Maryati 16514441

Dr. Anugriaty Indah Asmarany, S.Psi., M.Psi Indria Hapsari, S.Psi., M.Si

Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Jl. Margonda Raya No 100, Pondok Cina, Depok 16424 Maryatiskandar18@gmail.com

ABSTRAK

Mahasiswa IPDN adalah mahasiswa yang melakukan pendidikan tinggi kedinasan yang diawasi langsung oleh Kementerian Dalam Negeri yang bertujuan untuk mempersiapkan diri menjadi calon Kader Pemerintah baik ditingkat daerah maupun ditingkat pusat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empirik hubungan efikasi diri akademik dan penyesuaian diri pada mahasiswa tingkat satu IPDN. Sampel penelitian adalah mahasiswa tingkat satu IPDN berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dari fakultas mNjemen pemerintahan dan politik pemerintahan sebanyak 100 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara efikasi diri akademik dan penyesuaian diri. Hal ini berarti hipotesis diterima. Dari hasil uji hipotesis diperoleh nilai koefisien sebesar 0,693 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,01) yang berarti terdapat hubungan postif yang sangat

(2)

signifikan antara hubungan efikasi diri akademik dengan penyesuaian diri pada mahasiswa tingkat satu IPDN. Arah korelasi pada penelitian ini berarah positif, hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi efikasi diri akademik maka semakin tinggi penyesuaian diri dan sebaliknya semakin rendah efikasi diri akademik makan semakin rendah pula penyesuaian diri.

Kata kunci: Efikasi diri akademik, Penyesuaian diri, Mahasiswa Tingkat Satu IPDN.

ABSTRACT

IPDN students are students who carry out tertiary higher education directly supervised by the Ministry of Home Affairs which aims to prepare themselves to become candidates for Government Cadres both at the regional and central levels. The purpose of this study was to empirically examine the relationship between academic self-efficacy and self-adjustment in IPDN first-year students. The research sample is IPDN first-year students male and female from the faculty of government management and government politics as many as 100 people. The sampling technique used in the study is snowball sampling. The results showed that there was a relationship between academic self-efficacy and self-adjustment. This means that the hypothesis is accepted. From the hypothesis test results obtained a coefficient value of 0.693 with a significance value of 0.000 (p <0.01) which means that there is a very significant positive relationship between the relationship of academic self-efficacy and self-adjustment in IPDN first-year students. The direction of the correlation in this study is positive, this shows that the higher the academic self-efficacy, the higher the adjustment and conversely the lower the academic self-efficacy, the lower the adjustment.

(3)

PENDAHULUAN

Kesadaran akan pentingnya pendidikan, khususnya pendidikan tinggi terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari bertambahnya jumlah calon mahasiswa yang mendaftarkan diri ke berbagai perguruan tinggi, salah satunya Institut Pemerintahan dalam Negeri atau biasa di singkat menjadi IPDN. Berdasarkan data dari panitia seleksi nasional, Institut Pemerintahan dalam Negeri menunjukan adanya peningkatan jumlah pendaftar mahasiswa baru. Pada tahun ajaran 2016/2017, jumlah mahasiswa yang mendaftar di IPDN mencapai 22.719 (Abdillah, 2016). Jumlah ini terus meningkat hingga pada tahun ajaran 2018/2019, IPDN menjadi sekolah kedinasan favorite urutan kedua dengan jumlah pendaftar mencapai 46.062 pelamar (Felisiani, 2018).

Individu yang telah diterima menjadi mahasiswa di IPDN akan memasuki lingkungan dan pengalaman yang baru. Hal tersebut tentunya akan menjadi tantangan tersendiri bagi siswa SMA yang baru lulus dan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi sebagai mahasiswa. Pada umumnya mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba atau mencari ilmu di perguruan tinggi. Adapun secara harfiah lebih lanjut dikatakan mahasiswa adalah sebagai siswa yang tertinggi atau paling akhir dalam status mencari ilmu (Wahyudi, 2005). Menurut Santrock (2006), mahasiswa baru merupakan status yang disandang oleh seseorang di tahun pertama kuliahnya. Memasuki dunia perkuliahan merupakan suatu perubahan besar pada hidup seseorang. Berbeda dengan mahasiswa pada umumnya, mahasiswa IPDN adalah mahasiswa yang melakukan pendidikan tinggi kedinasan yang diawasi langsung oleh Kementerian Dalam Negeri yang bertujuan untuk mempersiapkan diri menjadi calon Kader Pemerintah baik ditingkat daerah maupun ditingkat pusat. Biasanya mahasiswa mengalami banyak perubahan ditahun pertama kuliah ketika memasuki perguruan tinggi.

Gunarsa dan Gunarsa (2001), berpendapat bahwa perubahan yang terjadi pada masa awal perkuliahan disebabkan oleh adanya beberapa perbedaan sifat pendidikan yang diterapkan di SMA dan perguruan tinggi, seperti perbedaan kurikulum, sistem pengajaran, kedisiplinan serta hubungan antara mahasiswa dan dosen. Transisi ke lingkungan perguruan

(4)

tinggi melibatkan banyak perubahan dan tantangan yang lebih besar bagi mahasiswa terutama mahasiswa tingkat satu IPDN.

Menjadi mahasiswa tingkat satu bukanlah merupakan hal yang mudah bagi sebagian remaja yang baru lulus dari SMA dan melanjutkan perguruan tinggi. Mahasiswa tingkat satu di IPDN dituntut untuk mampu melakukan penyesuaian-penyesuaian diri dengan situasi dan tuntutan yang baru. Hal ini terkait dengan penyesuaian yang merupakan masalah berat yang harus dihadapi individu ketika memasuki dunia kuliah (Dyson & Renk, 2006). Banyak hal yang harus dipelajari ketika menjadi mahasiswa tingkat satu di IPDN, diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu mahasiswa tingkat satu di IPDN yaitu yang membedakan mahasiswa IPDN dengan mahasiswa pada umumnya adalah bahwa setiap mahasiswa IPDN diwajibkan memiliki fisik yang kuat dan bugar hal itu telah teruji ketika tes fisik yang dilakukan oleh seluruh mahasiswa tingkat satu IPDN ketika mendaftar menjadi mahasiswa di IPDN, selanjutnya yaitu setiap mahasiwa IPDN memiliki beberapa seragam khusus yang harus dipakai ketika melakukan kegiatan perkuliahan ataupun kegiatan lainnya, serta pentingnya sikap disiplin ketika melaksanakan kegiatan dan rutinas sehari-hari, dikarenakan jadwal kegiatan mahasiswa IPDN yang sudah diatur oleh undang-undang, seperti tidak boleh terlambat ketika olahraga pagi, ketika pelatihan tata naskah dinas, atau tidak boleh terlambat ketika kuliah, adanya jam wajib belajar pada mahasiswa IPDN pada pukul 20.00 – 22.00, Hal tersebut membuat mahasiswa tingkat satu harus terbiasa dengan peraturan yang ada dan diharapkan dapat beradaptasi dengan baik. Serta banyaknya mahasiswa baru dari berbagai daerah memungkinkan mahasiswa tersebut kesulitan untuk melakukan penyesuaian diri. Sedangkan konsekuensi yang didapat jika terlambat atau melanggar suatu aturan yaitu adanya teguran secara lisan agar tidak terlambat serta konsekuensi seperti dilakukannya push up dan drop out terhadap mahasiswa tersebut jika melakukan kesalahan yang fatal, maka dari itu setiap mahasiswa tingkat satu diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan baik serta tidak melanggar aturan yang sudah ditetapkan oleh pihak perguruan tinggi. (Hasil Wawancara, 2019). Penyesuaian diri dibutuhkan karena mahasiswa tingkat satu IPDN belum terbiasa dengan dengan segala aturan yang berlaku baik di perguruan tinggi maupun di lingkungan sekitar. Hal ini dibutuhkan agar mahasiswa tingkat satu terbiasa dengan perbedaan yang dihadapi dan akhirnya dapat mengikuti pelajaran dengan baik (Franzoi, 2009). Karena pada

(5)

dasarnya penyesuaian diri merupakan hal yang penting dilakukan oleh mahasiswa tingkat satu untuk melaksanakan tugas dan peran barunya di perguruan tinggi.

Penyesuaian diri adalah suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungannya atau proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya (Fatimah, 2006). Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya, sehingga permusuhan, kemarahan, depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis (Kartono, 2000). Serta mampu memenuhi tuntutan atau kebutuhan dan mencapai ketentraman batin dalam hubungannya dengan lingkungan sekitar dikarenakan ketika lulus menjadi mahasiswa IPDN seorang praja nantinya akan terjun menjadi kader pemerintahan baik didaerah maupun dipusat sedangkan seorang pejabat harus bisa menyesuaian diri dengan masyarakat sekitar serta dapat menciptakan relasi atau komunikasi yang baik. Menurut Sunarto & Hartono (2002) penyesuaian diri merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seorang individu yang bertujuan untuk mengubah dirinya agar sesuai dengan lingkungan yang baru ditempatinya. Ketika seseorang merasa mampu mengontrol diri di lingkungan sekitar dan mampu menyesuaikan diri dengan pikiran dan emosi yang baik, maka individu akan merasa lebih baik dalam menghadapi tantangan hidup, membangun relasi yang sehat, mencapai kepuasan diri dan pikiran yang damai.

Penyesuaian diri diperlukan karena adanya perubahan pada kehidupan individu. Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang harus dilakukan oleh seluruh mahasiswa tingkat satu di perguruan tinggi. Saat individu memasuki perguruan tinggi maka otomatis akan dihadapkan oleh berbagai macam perubahan dan saat itu pula mahasiswa tingkat satu dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan (Spencer & Jeffrey, 1992).

Ketika memasuki dunia perguruan tinggi berarti mahasiswa sudah diberikan suatu kemudahan dan kebebasan untuk menentukan sendiri hal-hal yang berkaitan dengan studinya. Sedangkan menurut Papalia, Feldman dan Martorell (2014), menyatakan bahwa banyak mahasiswa tingkat satu yang kewalahan oleh tuntutan perguruan tinggi, salah satunya yaitu dijumpai masalah-masalah yang bersumber dari akademik maupun non akademik. Dalam hal akademik biasanya mahasiswa mengalami kesulitan dalam hal studi misalnya saja

(6)

seperti metode pembelajaran yang berbeda dengan SMA, cara dosen mengajar di kelas, banyaknya tugas perkuliahan dan lain-lain. Namun, pada kenyataannya banyak terdapat masalah yang dialami oleh mahasiswa selama proses penyesuaian diri yaitu masalah dengan lingkungan sosial di perguruan tinggi, terpisah dari keluarga, sulit mengatur keuangan, adanya latar belakang sosial budaya yang berbeda, masalah dengan lawan jenis, masalah dengan teman-teman baru diperkuliahan, serta masalah dalam kegiatan di kemahasiswaan. Penyesuaian diri sangat diperlukan oleh semua orang khususnya mahasiswa tingkat satu, karena menurut Santrock (2003), kegoncangan dan perubahan diri banyak dialami oleh remaja, sehingga tidak sedikit mahasiswa yang gagal dalam menyesuaikan diri di lingkungannya.

Menurut Baker dan Siryk (dalam Brown, 2008) menyebutkan bahwa penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi merupakan kesejahteraan seorang mahasiswa yang berhubungan dalam hal akademik, sosial, stabilitas emosi, dan komitmen terhadap institusi atau perguruan tinggi. Jika seseorang mampu menyesuaikan diri dengan orang lain secara umum ataupun terhadap kelompoknya, dan memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang menyenangkan berarti individu telah diterima oleh kelompok atau lingkungannya.

Menurut Bandura (dalam Alwisol, 2009), faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah faktor internal yaitu efikasi diri akademik. Efikasi diri akademik memiliki pengaruh yang penting terhadap penyesuaian diri. Santrock (2003), mengemukakan bahwa efikasi diri akademik adalah sebuah keyakinan terhadap diri sendiri mengenai tugas akademik hal tersebut dapat dilihat ketika seseorang memiliki prestasi akademik yang telah dicapai memungkinkan individu tersebut memiliki peneysuaian diri yang baik dilingkungannya sehingga tugas-tugas dan keyakinan diri dalam melakukan tindakan dapat terwujud sesuai harapan. Efikasi diri akademik mengacu pada keyakinan yang berkaitan dengan kemampuan dan kesanggupan seseorang untuk mencapai dan menyelesaikan tugas-tugas studi dengan target hasil dan waktu yang telah ditentukan. Ciri mahasiswa yang memiliki efikasi diri akademik yang tinggi adalah ketika individu tersebut merasa yakin bahwa mampu menangani secara efektif peristiwa dan situasi yang mereka hadapi, tekun dalam menyelesaikan tugas-tugas, percaya pada kemampuan diri yang mereka miliki, memandang kesulitan sebagai tantangan bukan ancaman, suka mencari situasi baru,

(7)

menetapkan sendiri tujuan yang menantang, meningkatkan komitmen yang kuat terhadap dirinya, berfokus pada tugas, memikirkan strategi dalam menghadapi kesulitan, cepat memulihkan rasa mampu setelah mengalami kegagalan, dan menghadapi stressor atau ancaman dengan keyakinan bahwa individu mampu mengontrolnya (Bandura, 1997.) Mahasiswa sebagai subjek didik dituntut untuk dapat memiliki keyakinan diri di perguruan tinggi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan segala hal yang menyangkut akademik bisa diikuti demi kemajuan prestasi mahasiswa tersebut.

Efikasi diri akademik pada mahasiswa yang memiliki keyakinan terhadap penyesuaian diri akan menggunakan strategi yang tepat dan selalu berusaha keras agar dapat mencapai nilai akademik yang di inginkan, cenderung memilih terlibat langsung dalam mengerjakan suatu tugas tertentu meskipun tugas-tugas tersebut dirasa sulit, mahasiswa tidak memandang tugas tersebut sebagai suatu ancaman yang harus di hindari. Sedangkan mahasiswa yang memiliki keyakinan diri akademik yang rendah akan menampakkan keadaan tertekan dan ketidaktertarikannya pada tugas-tugas yang diberikan di perguruan tinggi, cenderung merasa terancam atau berusaha menghindari tugas-tugas yang diberikan dan tidak memiliki komitmen dalam belajar serta selalu merasa gagal (Bandura, 1995). Hal ini disebabkan karena efikasi diri akademik terbentuk melalui tiga dimensi yaitu tingkat kesulitan tugas, keluasan perilaku, serta kekuatan (Bandura, 1997). Tugas akademik yang sulit tentu bukanlah penghalang bagi mahasiswa yang memiliki keyakinan dalam dirinya, hal tersebut bahkan menjadi tantangan tersendiri dalam menggapai kesuksesan yang akan diraih. Ketika mahasiswa dihadapkan pada stress yang akan timbul maka keyakinan dalam dirinya akan menampilkan sikap terhadap suatu situasi antara reaksi emosi dan usahanya dalam menghadapi kesulitan. Menurut Alwisol (2009), jika efikasi diri akademik disertai dengan tujuan-tujuan yang spesifik dan pemahaman mengenai prestasi akademik, maka akan menjadi penentu suksesnya perilaku akademik di masa yang akan datang. Karena akan berpengaruh pada seberapa besar keyakinan diri untuk mengerjakan tugas dan peran barunya agar dapat terciptanya keyakinan maupun kesanggupan diri yang berorientasi pada hasil belajar mahasiswa tersebut.

Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan efikasi diri akademik dan penyesuaian diri. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sim dan

(8)

Moon (2015), mengenai hubungan antara self-efficacy, stres, depresi dan penyesuaian diri mahasiswa dengan sampel penelitian sebanyak 1.134 mahasiswa di Pai Chai University, Daejeon, Republic of Korea. Diketahui bahwa terdapat efikasi diri akademik yang tinggi yang berkaitan dengan penyesuaian diri di kampus. Penyesuaian diri memiliki korelasi positif yang kuat dengan efikasi diri akademik dengan nilai (r = 0,586, p = 0.000). Hal ini berarti mahasiswa dengan tingkat self-efficacy akademik yang tinggi memiliki stres yang lebih sedikit dan memiliki penyesuain diri yang baik di perguruan tinggi.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Chemers, Hu dan Garcia (2001), mengenai academic self-efficacy and first year college student performance and adjustment dengan sampel penelitian sebanyak 1.600 mahasiswa tahun pertama di Universitas California, Santa Cruz. Diketahui bahwa terdapat hasil positif dengan nilai r= 0,814 dan nilai signifikan 0,000 < 0,01. Efikasi diri akademik secara signifikan memiliki kaitan dengan harapan dan kinerja akademik. Yang artinya, mahasiswa yang masuk perguruan tinggi dengan keyakinan akan kemampuannya dapat memiliki hasil akademik yang lebih baik. Secara signifikan lebih baik dari pada mahasiswa yang kurang percaya diri. Begitu pula dengan mahasiswa yang memiliki nilai lebih tinggi, memiliki harapan keberhasilan akademik dapat menunjukan kinerja yang lebih tinggi.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Lidya dan Darmayanti (2015), mengenai self-efficacy akademik dan penyesuaian diri siswa kelas X SMA Patra Nusa, kabupaten Aceh Tamiang. Diketahui bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara self-efficacy akademik dengan penyesuaian diri pada siswa kelas X, hal tersebut di tunjukan dengan r = 0,613 dan signifikansi 0,004 (p < 0,01). Hal ini menunjukan siswa yang memiliki self-efficacy akademis yang tinggi akan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang lebih baik. Demikian sebaliknya, siswa yang memiliki self-efficacy akademik yang lebih rendah akan memiliki penyesuaian diri yang kurang baik.

Penelitian ini dilakukan di IPDN dimana masalah mengenai efikasi diri akademik dan penyesuaian diri belum pernah dilakukan. Adapun pentingnya hal ini perlu diteliti yaitu karena setiap provinsi di Indonesia memiliki wakil untuk bisa menjadi mahasiswa di IPDN dan banyaknya mahasiswa baru dari berbagai daerah memungkinkan mahasiswa tersebut kesulitan untuk melakukan penyesuaian diri dengan orang-orang dari berbagai karakter,

(9)

bahasa serta perilaku yang berbeda di lingkungan tersebut, serta adanya pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa tingkat satu IPDN yaitu seperti terjadinya sikap kesalahpahaman antar teman yang menyebabkan adanya perkelahian dan permusuhan serta pelanggaran lainnya seperti terlambat untuk upacara makan pagi dan terlambat masuk kuliah, maka dari itu mahasiswa tingkat satu IPDN diharapkan untuk melakukan penyesuaian diri dengan baik, karena tempat tinggal yang akan di tempati oleh mahasiswa tingkat satu IPDN yaitu berupa asrama laki-laki dan perempuan, dibutuhkannya sikap penyesuaian diri bagi seorang praja yang nantinya akan terjun menjadi kader pemerintahan baik ditingkat daerah maupun ditingkat pusat. Seorang pejabat harus bisa menyesuaian diri dengan masyarakat sekitar serta dapat menciptakan relasi atau komunikasi yang baik. Serta adanya jam wajib belajar yang dilakukan oleh mahasiswa tingkat satu IPDN yaitu sekitar pukul 20.00 – 22.00 WIB mengharuskan mahasiswa belajar setiap hari dan diawasi langsung oleh petugas asrama. Hal tersebut membuat mahasiswa tingkat satu harus menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan melakukan kegiatan belajar secara rutin agar terciptanya efikasi diri akademik yang baik di perguruan tinggi khususnya mahasiswa tingkat satu. Serta mengenai masalah yang biasa dihadapi oleh mahasiswa tingkat satu, khususnya terkait mengenai pentingnya beradaptasi atau bersosialisasi dilingkungan yang baru dan bagaimana cara mengatasi keluhan mengenai akademik didalam perguruan tinggi agar mahasiswa tingkat satu IPDN dapat bertahan hingga Pendidikan selesai. Berdasarkan latarbelakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian kondisi efikasi diri akademik dan penyesuaian diri pada mahasiswa tingkat satu IPDN dan bagaimana hubungan yang sebenarnya.

METODE PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk menguji hubungan efikasi diri akademik dan penyesuaian diri pada mahasiswa tingkat satu IPDN. Sehingga menggunakan pendekatan kuantitatif Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa tingkat satu IPDN Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat sebanyak 100 orang dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan dari fakultas manajemen pemerintahan dan politik pemerintahan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling Teknik non-probability sampling yang digunakan adalah snowball sampling. Teknik yang digunakan

(10)

dalam penelitian ini berupa kuesioner. Adapun kuesioner yang digunakan berisi data isian untuk identitas sampel yang meliputi nama/inisial, usia, jenis kelamin, daerah asal, nomor pokok praja (NPP), nilai IPK terakhir, dan fakultas.

Model skala yang digunakan adalah skala Likert, Skala Likert memiliki dua pernyataan yaitu, pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable) dengan variasi jawaban: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

Skala penyesuaian diri dalam penelitian ini diukur menggunakan skala Psychological Adjustment Scale (PAS) yang dimodifikasi oleh Riandhini (2018). Skala ini terdiri dari 36 aitem yang dikembangkan dari karakteristik penyesuaian diri menurut Haber dan Runyon (1984). Skala yang digunakan untuk mengukur efikasi diri akademik dalam penelitian ini yaitu berdasarkan aspek menurut Bandura (1997), skala ini terdiri dari 40 aitem yang dimodifikasi oleh Fauziyah (2016).

Pada penelitian ini pengujian menggunakan validitas isi melalui professional judgement. Pada penelitian ini untuk melakukan uji daya diskriminasi aitem, peneliti menggunakan teknik Corrected Item-Total Correlation dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 22. Untuk melihat reliabilitas masing-masing aitem pada setiap butir maka peneliti melihat reliabilitas tersebut menggunakan formula Alpha Cronbach dengan menggunakan bantuan SPSS versi 22. Untuk menguji hipotesis hubungan efikasi diri akademik dan penyesuaian diri, peneliti menggunakan uji korelasi product moment pearson, yaitu teknik yang mengukur keterkaitan antara dua variabel yaitu X dan Y dengan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) Version 22 for Windows.

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui terdapat atau tidaknya hubungan efikasi diri akademik dan penyesuaian diri pada mahasiswa tingkat satu IPDN. Hal ini menjelaskan bahwa hipotesis data yang diajukan diterima. Data tersebut berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,693 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,01) yang berarti terdapat hubungan postif yang sangat signifikan antara hubungan efikasi diri akademik dengan penyesuaian diri pada mahasiswa tingkat satu IPDN.

(11)

Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi efikasi diri akademik maka semakin tinggi penyesuaian diri dan sebaliknya semakin rendah efikasi diri akademik makan semakin rendah pula penyesuaian diri. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Bandura (dalam Alwisol, 2009) yaitu bahwa efikasi diri akademik mengacu pada keyakinan yang berkaitan dengan kemampuan dan kesanggupan seorang pelajar untuk mencapai dan menyelesaikan tugas-tugas belajar dengan target hasil dan waktu yang telah ditentukan, hal ini sangat berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri mahasiswa dalam belajar. Teori lain menurut Baker dan Siryk (dalam Brown, 2008) menyebutkan bahwa penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi merupakan kesejahteraan seorang mahasiswa yang berhubungan dalam hal akademik, sosial, stabilitas emosi, dan komitmen terhadap institusi atau perguruan tinggi. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chemers, Hu dan Garcia (2001), yang menyatakan bahwa ada korelasi positif secara signifikan antara academic self-efficacy and first year college student performance and adjustment. Yang artinya, mahasiswa yang masuk perguruan tinggi dengan keyakinan akan kemampuannya dapat memiliki hasil akademik yang lebih baik.

Arah korelasi pada penelitian ini berarah positif, hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi efikasi diri akademik maka semakin tinggi penyesuaian diri dan sebaliknya semakin rendah efikasi diri akademik maka semakin rendah pula penyesuaian diri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bandura (1995), menyatakan bahwa efikasi diri akademik yang kuat tentang kemampuan dan kompetensi akan membantu seorang individu untuk melakukan penyesuaian diri secara emosional dalam lingkungannya. Salah satu faktor penyesuaian diri menurut Schneiders (dalam Agustiani, 2009) adalah kondisi psikologis, kondisi psikologis meliputi kesehatan mental individu yang sehat. Individu yang memiliki mental yang sehat mampu melakukan pengaturan terhadap dirinya sendiri dalam berperilaku efektif. Teori lain menurut Ali dan Asrori (2005), juga menyatakan bahwa penyesuaian diri sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sim dan Moon (2015), yang menyatakan

(12)

bahwa terdapat korelasi positif pada efikasi diri akademik yang tinggi yang berkaitan dengan penyesuaian diri di kampus. Hal ini juga di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Lidya dan Darmayanti (2015), menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-efficacy akademik dengan penyesuaian diri pada siswa kelas X SMA Patra Nusa. Hal ini menunjukan siswa yang memiliki self-efficacy akademis yang tinggi akan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang lebih baik. Demikian sebaliknya, siswa yang memiliki self-efficacy akademik yang lebih rendah akan memiliki penyesuaian diri yang kurang baik.

KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan efikasi diri akademik dan penyesuaian diri pada mahasiswa tingkat satu IPDN. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima, yang artinya terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara efikasi diri akademik dan penyesuaian diri pada mahasiswa tingkat satu IPDN. Hasil penelitian ini memiliki arah korelasi yang positif, menunjukkan bahwa semakin tinggi efikasi diri akademik maka semakin tinggi penyesuaian diri dan sebaliknya semakin rendah efikasi diri akademik maka semakin rendah peneyesuaian diri.

Berdasarkan hasil deskripsi kedua variabel dalam penelitian ini mean empirik untuk penyesuaian diri sebesar 84,00 dan mean hipotetik sebesar 69 dengan standar deviasi hipotetik sebesar 15,3, hal ini menunjukkan bahwa penyesuaian diri pada mahasiswa tingkat satu IPDN berada dalam kategori sedang. Untuk mean empirik efikasi diri akademik sebesar 114,30 dan mean hipotetik sebesar 99 dengan standar deviasi hipotetik sebesar 22, hal ini menunjukkan bahwa efikasi diri akademik pada mahasiswa tingkat satu IPDN berada dalam kategori sedang.

SARAN Bagi Mahasiswa Tingkat Satu IPDN

Diharapkan mahasiswa tingkat satu IPDN yakin terhadap kemampuan yang dimiliki dan dapat meningkatan semangat belajar serta mampu menghadapi kendala-kendala yang ada didalam akademis dengan cara mengikuti kegiatan belajar tambahan secara individu maupun kelompok sehingga membuat mahasiswa tingkat satu lebih optimal dalam bidang akademis. Selain itu, mahasiswa tingkat satu juga dapat berusaha sendiri dalam menghadapi

(13)

masalah yang terjadi baik itu dengan teman maupun dengan orang lain serta, dapat meningkatkan interaksi secara nyata dengan orang lain, khususnya di lingkungan dikampus dengan cara menyapa teman-teman ketika bertemu atau bertegur sapa dengan pengurus asrama yang ada.

Bagi Orang tua

Diharapkan dapat memberikan dukungan yang baik berupa perhatian, penghargaan, dan bimbingan untuk mahasiswa agar dapat menyelesaikan masalah dalam mengoptimalkan penyesuaian diri dikampus IPDN, dengan cara menanyakan kabar melalu telepon ataupun mengirimkan makanan yang disukai oleh anak tersebut. Orang tua juga diharapkan selalu melakukan kunjungan ke asrama IPDN sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan agar mahasiswa tingkat satu tidak merasa kehilangan atau dilupakan oleh keluarganya.

Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan mampu mengembangkan dalam penelitian ini lebih baik lagi. Berdasarkan hasil penelitian dibagian pembahasan yang menunjukkan bahwa ada perbedaan efikasi diri akademik dan penyesuaian diri pada usia 19 tahun dan 20 tahun. Selanjutnya, terdapat perbedaan efikasi diri akademik dan penyesuaian diri pada fakultas manajemen pemerintahan dan politik pemerintahan. Sehingga diharapkan penelitian selanjutnya dapat meneliti hal tersebut lebih lanjut. Diharapkan juga dapat melakukan penelitian hubungan efikasi diri akademik dengan variabel lainnya seperti dukungan sosial.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, M. (2016, Mei 9). 22.719 pendaftar berebut kursi praja IPDN. Diakses pada 2 Febuari 2019, dari http://edukasi.rakyatku.com/read/3865/2016/05/09/22-719-pendaftar-berebut-kursi-praja-ipdn.

Agustiani, H. (2009). Psikologi perkembangan (Pendekatan ekologi kaitannya dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja). Bandung: PT Refika Aditama. Ali, M., & Asrori, M. (2005). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta: PT

Bumi Aksar

Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press

Bandura, A. (1995). Self-efficacy: In changing societies. Cambridge: Cambridge University Press.

Bandura, A. (1997). Self-efficacy the exercise of control. New York: W.H. Freeman and Company.

Brown, H. (2008). Knowledge and innovation: a comparative study of the USA, the UK, and Japan. New York: Routledge.

Chemers, Hu., & Garcia. (2001). Academic self-efficacy and first year college student performance and adjustment. Journal of Educational Psychology. 93, (1), 55-64. Dyson, R., & Renk, K. (2006). Freshman adaptation to university life: depressive symptoms,

stress and coping. Journal of Clinical Psychology, 62, (10), 1231-44. Fatimah, E. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung: Pusaka Setia.

Fauziyah, I. K. (2016). Hubungan dukungan sosial orang tua dan self-efficacy akademik terhadap penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Plus Darussalam Blokagung Banyuwangi. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Felisiani, T. (2018, Mei 3). Tembus 323.669, pendaftar sekolah kedinasan meningkat dari tahun lalu. Diakses pada 2 Febuari 2019, dari http://www.tribunnews.com/metropolitan/2018/05/03/tembus323669penda ftar-sekolah-kedinasan-meningkat-dari-tahun-lalu.

Franzoi, S. L. (2009). Social pssychologi 5th edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Gunarsa, S. D., & Gunarsa, S. D. (2001). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

(15)

Kartono, K. (2000). Hygiene mental. Jakarta: CV. Mandar Maju

KBBI. (1996). Kamus besar bahasa indonesia pusat bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Lidya, S. F., & Darmayanti, N. (2015). Self-efficacy akademik dan penyesuaian diri siswa kelas X SMA Patra Nusa. Jurnal Diversita. 1, (1), 43-55.

Papalia, D. E., Feldman, R. D., & Martorell, G. (2014). Human development (Perkembangan manusia edisi 12). Jakarta: Salemba Humanika.

Rangkuti, F. (2008). The power of brands cetakan ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Riandhini, Y. (2018). Hubungan dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada santri di pondok pesantren. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Santrock, J., W. (2003). Adolence: Perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga

Santrock, J., W. (2006). Life span development: Perkembangan masa hidup. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sim, H. S., & Moon, W., H. (2015). Relationship between self-efficacy, stress, depression and adjustment of college student. Indian Journal of Science and Technology. 8, (35), 1-4.

Spencer, A. R., & Jeffrey, S. (1992). Adjusment and growth: The challenge of life. Philadelphia: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Sugiyono. (2006). Metode penelitian pendidikan, pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sunarto & Hartono, A. (2002). Perkembangan peserta didik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil kajian dokumen dan wawancara, komunikasi dengan orangtua dan buku penilaian perkembangan anak didik menjadi faktor yang mendukung jalannya

pentingnya karakter ini sehingga beliau, dalam pidatonya 1 Juni 1945, mengatakan: “hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap -tiap orangnya dapat menyembah

Dalam situasi ini, agama dominan dapat memiliki pengaruh yang cukup besar

Hasil penelitian menunjukan bahwa model mental siswa yang tidak sesuai dengan model mental target setelah diberikan pertanyaan probing muncul pada konsep gaya

Untuk mewujudkan salah satu pemantauan kinerja Simpang Tiga Tak Bersinyal Loji Wetan maka pada tugas akhir ini dianalisis kinerja simpang dengan

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menentukan perbandingan etanol dan air yang cocok untuk mendapatkan ekstrak yang bermutu baik dengan melakukan penentuan

File yang harus diunggah yaitu ijasah SD tidak perlu legalisir, halaman depan dan belakang, dijadikan 1 format .pdf, dengan ukuran file tidak lebih dari

Salah satu hasil penelitian tersebut, yaitu bahwa keturunan menjadi faktor penting dalam menentukan nasib manusia; Irmawati (2017) meneliti keberadaan mitos masyarakat Papua