• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASKEP ANAK PNEUMONIA2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASKEP ANAK PNEUMONIA2"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KEPERAWATAN ANAK II

KEPERAWATAN ANAK II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN PNEUMONIA

DENGAN PNEUMONIA

Oleh : Oleh : KELOMPO KELOMPOK K XX 1 1.. SSUUSSIIAANNTTII 2 2.. TTRRI I MMEEGGA A AANNGGGGRRAAIINNII 3 3.. RREENNA A EELLIITTAA 4 4.. AALLNNI I SSIINNAARRTTII

JURUSAN KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

TRI MANDIRI SAKTI

TRI MANDIRI SAKTI

BENGKULU

BENGKULU

2008

2008

(2)

KATA PENGANTAR  KATA PENGANTAR 

Puji syukur kami

Puji syukur kami panjpanjatkatkan an kepkepada ada TuhaTuhan n Yang Maha Yang Maha EsaEsa, , karkarena ena berberkatkat ra

rahmhmat at dadan n karkaruniunia-a-NyNyalalah ah sesehinhingggga a kamkami i dadapapat t memenyunyususun n dan dan memenyenyelelesaisaikankan makalah ini. Makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas makalah ini. Makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II yang berjudul “Pneumonia”. Dalam penyusunan mata kuliah Keperawatan Anak II yang berjudul “Pneumonia”. Dalam penyusunan makalah ini dibimbing oleh Ns. Witri Handi, S. Kep.

makalah ini dibimbing oleh Ns. Witri Handi, S. Kep. Dalam menyusun makala

Dalam menyusun makalah h ini kami ini kami masih jauh dari masih jauh dari kesempkesempurnaan dan urnaan dan banyak banyak  kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi materinya. Oleh karena itu kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi materinya. Oleh karena itu kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini. kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Amin.

Bengkulu,

Bengkulu, November November 20082008

Penulis Penulis

(3)

KATA PENGANTAR  KATA PENGANTAR 

Puji syukur kami

Puji syukur kami panjpanjatkatkan an kepkepada ada TuhaTuhan n Yang Maha Yang Maha EsaEsa, , karkarena ena berberkatkat ra

rahmhmat at dadan n karkaruniunia-a-NyNyalalah ah sesehinhingggga a kamkami i dadapapat t memenyunyususun n dan dan memenyenyelelesaisaikankan makalah ini. Makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas makalah ini. Makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II yang berjudul “Pneumonia”. Dalam penyusunan mata kuliah Keperawatan Anak II yang berjudul “Pneumonia”. Dalam penyusunan makalah ini dibimbing oleh Ns. Witri Handi, S. Kep.

makalah ini dibimbing oleh Ns. Witri Handi, S. Kep. Dalam menyusun makala

Dalam menyusun makalah h ini kami ini kami masih jauh dari masih jauh dari kesempkesempurnaan dan urnaan dan banyak banyak  kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi materinya. Oleh karena itu kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi materinya. Oleh karena itu kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini. kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Amin.

Bengkulu,

Bengkulu, November November 20082008

Penulis Penulis

(4)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

Halaman Halaman HA

HALALAMAMAN N JUJUDUDUL L ... ii KAT

KATA A PENPENGANGANTARTAR... iiii DA

DAFTAFTAR ISI ...R ISI ... iiiiii B

BAAB B II PPEENNDDAAHHUULLUUAANN A.

A. LaLatatar Br Belelakaakang ng ... 11 B.

B. TuTujuajuan..n... 11 C.

C. MaManfanfaatat... 22 B

BAAB IB III TTIINNJJAAUUAAN TN TEEOORRIITTIISS A.

A. KoKonsnsep ep DaDasasar r PnPneueumomoninia.a... 33 2.1

2.1.. DeDefinfinisisi.i... 33 2.2

2.2.. EtEtioliologiogi... 44 2.3

2.3.. KlKlasasififikaikasisi... 55 2.4

2.4.. MaManifnifesestatasi si KlKliniinis.s... 77 2.5

2.5.. PatPatofiofisisiolologogi..i... 88 2.6

2.6.. KoKompmplilikaskasi.i... 99 2.7

2.7.. PePememeririksksaan aan DiDiagagnosnostitik.k... 99 2.8

2.8.. PePenatnatalaalaksksanaanaanan... 1111 2.9

2.9.. WOWOC.C... 1212 B.

(5)

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian ... 21

B. Analisa Data... 26

C. Diagnosa Keperawatan... 26

D. Rencana Asuhan Keperawatan ... 27

E. Catatan Perkembangan... 29

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan... 30

B. Saran... 30 DAFTAR PUSTAKA

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia ini adalah suatu penyakit peradangan akut pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus atau parasit (Standar Profesi Ilmu Kesehatan Anak FK, Unsri Palembang).

Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi pada setiap tahunya menyerang 1% dari jumlah penduduk Amerika. Walau sudah ada kemajuan di  bidang antibiotik, pneumonia tetap merupakan sebab keenam kematian terbanyak 

di Amerika Serikat (Public Health Service).

Rata-rata penderita pneumonia pada balita atau anak-anak biasanya faktor  yang sangat berpengaruh adalah asupan gizi yang kurang dan bisa terjadi ketika tingkat ekonomi yang rendah dan juga karena respon imunitas pada bayi dan anak-anak belum baik.

Dari uraian di atas penulis ingin membahas konsep teori dan keperawatan  pada klien dengan pneumonia.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan proses asuhan keperawatan terhadap salah satu pasien pneumonia.

(7)

2. Tujuan Khusus

a. Perawat mampu melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan pneumonia.

b. Perawat mampu menyusun diagnosa keperawatan sesuai dengan hasil pengkajian.

c. Perawat mampu menyusun perencanaan keperawatan terhadap  pasien dengan keluhan pneumonia sesuai dengan kebutuhan pasien.

d. Perawat mampu melaksanakan intervensi tindakan yang nyata sesuai dengan perencanaan tindakan keperawatan dan prioritas masalah. e. Perawat menilai hasil tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien.

C. Manfaat

(8)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Pneumonia 2.1. Definisi

Pneumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan  pengisian cairan di dalam alveoli (Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, 1997).

Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit (Standar Profesi Ilmu Kesehatan Anak FK Unsri Palembang, 2000).

Pneumonia disebabkan oleh virus pathogen yang masuk ke dalam tubuh melalui aspirasi, inhlasi/penyebab sirkulasi : pneumonia paling banyak disebabkan oleh bakteri (KMB, Jilid I, Salemba Medika, 2001).

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dan  bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius lobus dan alveoli serta menimbulkan kerusakan jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (IPD Jilid II, Sarwono Soeparman, 1996).

Pneumonia adalah radang paru-paru disertai dengan eksudasi dan konsolidasi. Pada bayi baru lahir pneumonia yang fatal adalah yang disebabkan oleh sifilis congenital yang disertai dengan generasi lemak pada paru-paru sehingga paru-paru tampak pucat serta tidak mengandung udara (Kamus Kedokteran Dorland, edisi 25 EGC, 1998).

(9)

2.2. Etiologi

Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri yang timbul secara   primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia   bakterialis adalah bakteri positif-gram, streptococcus pneumoniae yang

menyebabkan pneumonia streptococcus. Bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus beta-hemolitikus juga sering menyebabkan pneumonia, demikian  juga pseudomonas aeruginosa.

Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah : virus sinsial pernafasan, adenovirus, virus parainfluenza dan virus influenza.

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia : 1. Umur di bawah 2 bulan

2. Tingkat sosioekonomi rendah 3. Gizi kurang

4. Berat badan lahir rendah

5. Tingkat pendidikan ibu rendah

6. Tingkat pelayanan (jangkauan) kesehatan rendah 7. Kepadatan tempat tinggal

8. Imunisasi yang tidak memadai 9. Menderita penyakit kronis.

(10)

2.3. Klasifikasi

Menurut buku pneumonia komuniti, pedoman diagnosis dan   penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia. 1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :

a. Pneumonia komuniti

b. Pneumonia nasokomial

c. Pneumonia aspirasi

d. Pneumonia pada penderita immunocompromised 2. Berdasarkan penyebab

a. Pneumonia bakteri/tipikal

Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia sering diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia, para peminum alkohol, pasien yang terbelakang mental, pasien pasca operasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru.

Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di

(11)

  paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari   jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut.

Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran nafas ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu), infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru. Beberapa bakteri mempunyai tedensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphylococcus pada penderita pasca infeksi influenza,  pneumonia atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia.

b. Pneumonia akibat virus

Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza. Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyero otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir  sedikit, terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir.

Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bacterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bacterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua.

(12)

c. Pneumonia Jamur  

Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada  penderita dengan daya tahan lemah.

3. Berdasarkan predileksi infeksi

a. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan  besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.

  b. Pneumonia bronkopneumia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak  infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah  beraneka ragam dan bisa terjadi infeksi di seluruh tubuh.

2.4. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala berupa : 1. Batuk nonproduktif  2. Ingus (nasal discharge)

(13)

3. Suara napas lemah 4. Retraksi intercosta

5. Penggunaan otot bantu napas 6. Demam

7. Ronchii 8. Cyanosis

9. Thorak photo menunjukkan infiltrasi melebar 

10. Batuk   11. Sakit kepala 12. Sesak nafas 13. Menggigil 14. Berkeringat 15. Lelah. 2.5. Patofisiologi

Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terhisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia.

2.6. Komplikasi

(14)

2. Efusi pleural 3. Empisema 4. Gagal napas 5. Perikarditis 6. Meningitis 7. Atelektasis 8. Hipotensi 9. Delirium 10. Asidosis metabolik   11. Dehidrasi

12. Penyakit multi lobular  

2.7. Pemeriksaan Diagnostik  1. Sinar X

Mengidentifikasikan distribusi struktural dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau  penyebaran/perluasan infiltrate nodul. Pada pneumonia mikoplasma, sinar X

dada mungkin bersih.

(15)

Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlihat dan  penyakit paru yang ada.

3. JDL

Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan  berkembangnya pneumonia bakterial.

4. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah

Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi trakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipe organisme ada, bakteri yang umum Diplococcus pneumonia, stapilococcus aureus, A-hemolitik streptococcus, Haemophilus, CMV.

5. Pemeriksaan serologi

Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus 6. LED

Meningkat

7. Pemeriksaan fungsi paru

Volume mungkin menurun, tekanan jalan napas mungkin meningkat dan komplain menurun, mungkin terjadi perembesan.

8. Elektrolit

 Natrium dan klorida mungkin rendah

(16)

Mungkin meningkat

10. Aspirasi perkuatan/biopsi jaringan paru terbuka

Dapat menyatakan intraniklear tipikal dan keterlibatan sitoplastik, karakteristik sel raksasa.

2.8. Penatalaksanaan

1. Oksigen 1-2 l/menit

2. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, +KCl 10 mEq/500 ml cairan sesuai  berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi.

3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastirk dengan feeding drip.

4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan  beta agois untuk memperbaiki transport mukosiler.

5. Koreksi gangguan keseimbangan asam dan basa elektrolit. 6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :

a. Untuk kasus pneumonia communiti base :

1) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali  pemberian

2) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali  pemberian

 b. Untuk kasus pneumonia hospital base :

(17)

2) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian. 2.9. WOC Pneumonia

Inhalasi Aspirasi Tirah baring lama

Bakteri/virus Peradangan alveolus

(parenkim paru)

Ekstrapasasi cairan sirosa ke dalam alveoli

Terbentuknya eksudat dalam alveoli O2ke vena alveolar  kapiler terhambat Hipoksemia Kerusakan  jaringan paru MK : Gangguan pola nafas MK : Bersihan  jalan nafas tidak 

efektif 

MK : Gangguan pemenuhan

nutrisi

Suhu tubuh meningkat

MK : Risiko tinggi kekurangan cairan

Produksi sputum meningkat

Sputum bau dan kental

Anoreksia  Nyeri

(18)

B. Asuhan Keperawatan Teoritis pada Pneumonia

1. Data Dasar Pengkajian

a. Aktivitas/Istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan Insomnia

Tanda : Letargi

Penurunan toleransi terhadap aktivitas

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat adanya GJK kronis Tanda : Takikardia

Penampilan kemerahan atau pucat

c. Integritas Ego

Gejala : Banyaknya stressor, masalah finansial

d. Makanan dan cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah Tanda : Distensi abdomen

Hiperaktif bunyi usus

Kulit kering dengan turgor buruk  Malnutrisi

e. Neurosensori

(19)

Tanda : Perubahan mental (bingung, somnolen)

f. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Sakit kepala

 Nyeri dada (pleuritik) meningkat oleh batuk : nyeri dada substernal (influenza)

Mialgia, artalgia

Tanda : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidak pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)

g. Pernapasan

Gejala : Takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.

Tanda : Sputum, merah muda, berkarat atau purulen Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi

Fremitus : taktis dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi Gesekan fraksi pleural.

Bunyi napas : menurun atau tidak ada diale area yang terlibat, atau nafas bronchial.

Warna pucat atau siunosis bibir/kaku.

h. Keamanan

Gejala : Riwayat gangguan sistem imun Demam

(20)

Tanda : Berkeringat

Menggigil berulang, gemetaran i. Pemeriksaan Diagnostik  

Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural, dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empisema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau  penyebaran/perluasan infiltrate nodul

GDR / nadi oksimetri : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas  paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.

 Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : dapat diambil dengan biopsi  jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik atau biopsi pembukaan  paru untuk mengatasi organisme penyebab.

 JDL : Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi  pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan perkembangannya  pneumonia bakterial.

 Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosa organisme khusus.

LED meningkat

Pemeriksaan fungsi paru

Elektrolit : Na & klorida mungkin rendah. 2. Prioritas Masalah

a. Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernapasan b. Mencegah komplikasi

(21)

c. Mendukung proses penyembuhan

d. Memberikan informasi tentang penyakit/prognosis dan  pengobatan.

3. Diagnosa yang mungkin muncul

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat dalam alveoli.

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan  perubahan membran alveolar-kapiler.

c. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru. d. Risiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia yang berhubungan dengan bau dan rasa sputum.

e. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan  berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat  banyak, napas mulut/ hiperventilasi, muntah)

4. Rencana Asuhan Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat dalam alveoli.

Kriteria hasil :

1) Mengidentifikasi/menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan napas.

(22)

2) Menunjukkan jalan napas paten dengan napas  bersih, tak ada dispnea, sianosis.

Intervensi :

1) Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerak dada. Rasional : Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerak dada tak simetris

sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru.

2) Auskultasi area paru, catat arena penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisus, misal : krekels, mengi.

Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronchial (normal pada bronkus) dapat terjadi juga pada area konsolidasi. Krekels, ronki dan mengi terdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme jalan napas/obstruksi.

3) Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu  pasien mempelajari melakukan batuk, misal : menekan dada dan batuk 

efektif sementara posisi batuk tinggi.

Rasional : Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/   jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme   pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk 

(23)

mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat.

4) Penghisapan sesuai indikasi

Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan karena  batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.

5) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat, daripada dingin.

Rasional : Cairan (khususnya air hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret

Kolaborasi :

1) Bantu mengawasi efek pengobatan nebuliser dan fisioterapi lain. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin.

Rasional : Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret. Koordinasi pengobatan/jadwal dan masukan oral menurunkan muntah karena batuk, pengeluaran sputum. 2) Berikan obat sesuai indikasi

Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret.

(24)

3) Berikan cairan tambahan, misal : IV, oksigen humudifikasi, dan ruangan humudifikasi.

Rasional : Cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan dan memobilisasi sekret.

4) Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri.

Rasional : Mengevaluasi kemajuan dan efek proses penyakit dan memudahkan pilihan terapi yang diperlukan.

5) Bantu bronkoskopi/torasentesis bila diindikasikan

Rasional : Kadang-kadang diperlukan untuk membuang perlengketan mukosa, pengeluaran sekresi purulen, dan/atau mencegah atelektasis.

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan

 perubahan membran alveolar-kapiler. Kriteria hasil :

1) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi

 jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distress  pernapasan.

2) Berpartisipasi pada tindakan untuk  

memaksimalkan oksigenasi. Intervensi :

(25)

Rasional : Manifestasi distress pernapasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.

2) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan  batuk efektif.

Rasional : Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi.

3) Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktifitas senggang.

Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/ konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi. 4) Observasi penyimpangan kondisi, cacat hipotensi banyaknya jumlah

sputum merah mudah/berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadaran, dispnea berat, gelisah

Rasional : Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada  pneumonia dan membutuhkan intervensi medik segera.

(26)

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian 1. Identitas Klien

Tanggal masuk : 20 Oktober 2008

Nama : An.B

Umur : 1,9 Tahun

Agama : Islam

Alamat : Jl. Hibrida Raya Golongan Darah : O

Diagnosa medis : Pneumonia Penanggung jawab :

Nama : Ny. M

Hubungan dengan pasien : Orang tua Pekerjaan : Tani

Alamat : Hibrida raya 2. Alasan Masuk 

Ibu klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit anak B mengalami batuk- batuk, sesak napas disertai dengan demam tinggi.

(27)

3. Riwayat Kesehatan Saat Ini

Klien masuk tanggal 20 Oktober 2008, dengan diagnosa medis pneumonia, anak tampak menggunakan otot batu, sianosis batuk dengan produksi sputum, anak tampak lemah.

4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Penyakit yang pernah dialaminya batuk dan pilek, pengobatan klien berobat ke  puskesmas.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien. 6. Riwayat Perkembangan

Imunisasi : An. B mendapatkan imunisasi lengkap, An. B tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan.

7. Pemeriksaan Fisik 

a. Keadaan Umum

Klien tampak lemah, bernapas dengan menggunakan otot bantu pernapasan.

b. Tanda-tanda vital

TD : 100/70 mmhg N : 170 x / menit

RR : 65 x / menit Suhu : 38oC

(28)

a) Kepala

Bentuk : Simetris

Ubun-ubun : Sudah menutup Kulit kepala : Bersih

 b) Rambut

Penyebaran dan keadaan rambut : Merata Warna rambut : Hitam

c) Wajah

Warna kulit : Putih Bentuk : Simetris Kelainan : Tidak ada 2) Mata

a) Kelengkapan dan kesimetrisan Simetris dan tidak ada kecacatan  b) Palpebra

Kelopak mata atas lebih besar dari kelopak mata bagian bawah dan tidak ada ptiasis

c) Konjungtiva : Ananemis

d) Sklera : Jernih tidak ikterik  e) Pupil : Reflek terhadap cahaya f) Kornea : Jernih

(29)

h) Visus : Tajam 3) Hidung

a) Tulang hidung dan posisi septum nasi tidak ada fraktur dan bengkak   b) Lubang hidung : simetrik dan tidak ada polip

c) Cuping hidung : pernapasan cuping hidung 4) Telinga

a) Bentuk telinga : Simetris

 b) Ukuran telinga : Sedikit lebar dan simetris c) Lubang telinga : Adanya serumen

5) Mulut dan Faring

a) Keadaan bibir : Kering

 b) Keadaan gigi dan gusi : gigi klien tidak ada stomatis, tidak ada caries dentis pada gigi.

c) Keadaan lidah : Sulit menelan makanan. d) Orongofaring : Tidak ada nyeri

6) Leher 

a) Posisi trachea : Simetris

b) Thyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar throid c) Kelenjar limfe : Tidak ada pembengkakan

c. Pemeriksaan Integumen

1) Kebersihan...: Bersih

(30)

2) Warna...: Sawo matang

3) Turgor...: Jelek 

d. Pemeriksaan Thoraks

1) Inspeksi thoraks

a) Bentuk thoraks : Arterio posterior, transversal b) Pernapasan : 65 x / menit

c) Tanda kesulitan napas : Ada, pernapasan diafragma dan perut. 2) Pemeriksaan paru

a) Palpasi getaran suara : Tactil vremitus b) Perkusi : Resonan

c) Auskultasi : Suara napas terdengar stridor, ronchi pada lapang paru

3) Pemeriksaan Jantung

I : Iktus cordis tidak terlihat P : Ic teraba

P : Batas jantung jelas, atas region intercosta II Kiri : 1 jari medial LMCS Rick es

Kanan : Linea strenalis dekstra

A : Tidak ada bunyi tambahan S3dan S4, tidak ada mur mur 

e. Pemeriksaan Abdomen

(31)

f. Pemeriksaan Neurologi Tingkat kesadaran : letargi

g. Pemeriksaan Diagnostik   Hb : Normal

Elektrolit : Na (3,5-5,5 mEq/L) dan Ca 9-11 mg/dl JDL : Leukosit 150.000 mm3

B. Analisa Data

No Simtom Etiologi Problem

1 DS : - Ibu mengatakan An. B menderita  batuk-batuk 

- Mengeluh sesak nafas - Mengeluh nyeri dada

DO : - Menggunakan otot bantu pernapasan - Batuk disertai sputum

- Siagnosis

- Adanya napas tambahan (krekels) - Anak tampak lemah

- TTV :

TD : 100/70 mmHg  N : 170 x/ menit

RR : 65 x / menit Suhu : 38oC

- Hasil lab : leukosit 15.000 mm3

Terbentuknya eksudat di dalam alveoli Bersihan jalan nafas tidak  efektif 

C. Diagnosa yang Mungkin Muncul

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat di dalam alveoli.

(32)
(33)

D. Rencana Asuhan Keperawatan No Diagnosa

Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi 1 Bersihan jalan napas tidak  efektif   berhubungan dengan terbentuknya eksudat dalam alveoli Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam bersihan   jalan napas dapat

teratasi

Tidak menggunakan otot bantu pernapasan 

Bunyi napas normal 

Tidak adanya produksi sputum  TTV : TD : 95/65 mmHg  N : 80-150 x/menit RR : 25-50 x/menit S : 36,5oC Mandiri : 

Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerak dada

Auskultasi area paru, catat arena   penurunan/tak ada aliran udara dan  bunyi napas adventisus, misal : krekels,

mengi

Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk, misal : menekan dada dan batuk efektif sementara posisi  batuk tinggi

 Tak 

ipnea, pernapasan dangkal, dan gerak dada tak  simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru

 Pen

urunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronchial (normal   pada bronkus) dapat terjadi juga pada area

konsolidasi. Krekels, ronki dan mengi terdengar   pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons

terhadap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme jalan napas/obstruksi

  Nap

as dalam memudahkan ekspansi maksimum  paru-paru/ jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk  memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat

28

Penghisapan sesuai indikasi

Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air  hangat, daripada dingin

Kolaborasi : 

Bantu mengawasi efek pengobatan nebuliser dan fisioterapi lain. Lakukan

 Mer 

angsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau  penurunan tingkat kesadaran

 Cai

ran (khususnya air hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret

 Me

mudahkan pengenceran dan pembuangan sekret. Koordinasi pengobatan/jadwal dan masukan oral menurunkan muntah karena batuk, pengeluaran sputum

(34)

Penghisapan sesuai indikasi

Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air  hangat, daripada dingin

Kolaborasi :

Bantu mengawasi efek pengobatan nebuliser dan fisioterapi lain. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan  batasi cairan bila mungkin

Berikan obat sesuai indikasi

Berikan cairan tambahan, misal : IV, oksigen humudifikasi, dan ruangan humudifikasi

 Mer 

angsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau  penurunan tingkat kesadaran

 Cai

ran (khususnya air hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret

 Me

mudahkan pengenceran dan pembuangan sekret. Koordinasi pengobatan/jadwal dan masukan oral menurunkan muntah karena batuk, pengeluaran sputum

 Ala

t untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret

 Cai

ran diperlukan untuk menggantikan kehilangan dan memobilisasi sekret

 Me

ngevaluasi kemajuan dan efek proses penyakit dan memudahkan pilihan terapi yang diperlukan 29

Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri

Bantu bronkoskopi/torasentesis bila diindikasikan

 Kad

ang-kadang diperlukan untuk membuang   perlengketan mukosa, pengeluaran sekresi  purulen, dan/atau mencegah atelektasis.

(35)

Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri

Bantu bronkoskopi/torasentesis bila diindikasikan

 Kad

ang-kadang diperlukan untuk membuang   perlengketan mukosa, pengeluaran sekresi  purulen, dan/atau mencegah atelektasis.

30

E. Catatan Perkembangan

No Diagnosa Implementasi Evaluasi

1 Bersihan jalan napas tidak  efektif   berhubungan dengan terbentuknya  Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerak dada

 Mengauskultasi area paru.

 Membantu pasien

mempelajari melakukan batuk 

S : - Klien mengatakan napasnya sedikit lega

- Ibu klien mengatakan

 batuknya berkurang - Nyeri berkurang

(36)

E. Catatan Perkembangan

No Diagnosa Implementasi Evaluasi

1 Bersihan jalan napas tidak  efektif   berhubungan dengan terbentuknya eksudat dalam alveoli  Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerak dada

 Mengauskultasi area paru.  Membantu pasien

mempelajari melakukan batuk 

 Memberikan cairan air 

hangat

 Penghisapan sesuai

indikasi

 Membantu melakukan

napas sering

S : - Klien mengatakan napasnya sedikit lega

- Ibu klien mengatakan  batuknya berkurang

- Nyeri berkurang

O : - Tidak menggunakan otot  bantu - Batuk berkurang - TTV : TD : 95/65 mmHg  N : 155 x / menit RR : 55 x / menit S : 36oC

A : - Masalah teratasi sebagian - Batuk dan nyeri berkurang - Tidak menggunakan otot

 bantu - TTV : TD : 95/65 mmHg  N : 155 x / menit RR : 55 x / menit S : 36oC P : - Intervensi dilanjutkan - Kaji frekuensi/kedalaman  pernapasan

- Bantu klien latihan napas sering

- Bantu pasien melakukan  batuk efektif 

(37)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dan  bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius lobus dan alveoli serta menimbulkan kerusakan jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (IPD Jilid II, Sarwono Soeparman, 1996).

Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara   primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia   bakterialis adalah bakteri positif-gram, streptococcus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptococcus. Bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus beta-hemolitikus juga sering menyebabkan pneumonia, demikian  juga pseudomonas aeruginosa.

Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah : virus sinsial  pernapasan, adenovirus, virus parainfluenza dan virus influenza.

B. Saran

Diharapkan kepada pembaca terutama mahasiswi/i STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu dapat memahami konsep teori dan asuhan keperawatan dari makalah “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Pnemonia”.

Referensi

Dokumen terkait

Pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat

 Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia

Sedangkan ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri,seperti

Menurut Price (2005) pneumonia adalah peradangan pada  parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi..  parenkim paru yang biasanya berasal dari

· Pneumonia adalah Pneumonia adalah peradangan yang mengenai peradangan yang mengenai parenkim paru, parenkim paru, distal distal dari bronkiolus dari bronkiolus terminalis

Menurut Price (2005) pneumonia adalah peradangan pada  parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi..  parenkim paru yang biasanya berasal dari

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim

Pneumonia nosokomial adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme penyebab infeksi yang berkembang setelah 48 jam setelah masuk