KEPERAWATAN ANAK II
KEPERAWATAN ANAK II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN PNEUMONIA
DENGAN PNEUMONIA
Oleh : Oleh : KELOMPO KELOMPOK K XX 1 1.. SSUUSSIIAANNTTII 2 2.. TTRRI I MMEEGGA A AANNGGGGRRAAIINNII 3 3.. RREENNA A EELLIITTAA 4 4.. AALLNNI I SSIINNAARRTTIIJURUSAN KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
BENGKULU
2008
2008
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
Puji syukur kami panjpanjatkatkan an kepkepada ada TuhaTuhan n Yang Maha Yang Maha EsaEsa, , karkarena ena berberkatkat ra
rahmhmat at dadan n karkaruniunia-a-NyNyalalah ah sesehinhingggga a kamkami i dadapapat t memenyunyususun n dan dan memenyenyelelesaisaikankan makalah ini. Makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas makalah ini. Makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II yang berjudul “Pneumonia”. Dalam penyusunan mata kuliah Keperawatan Anak II yang berjudul “Pneumonia”. Dalam penyusunan makalah ini dibimbing oleh Ns. Witri Handi, S. Kep.
makalah ini dibimbing oleh Ns. Witri Handi, S. Kep. Dalam menyusun makala
Dalam menyusun makalah h ini kami ini kami masih jauh dari masih jauh dari kesempkesempurnaan dan urnaan dan banyak banyak kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi materinya. Oleh karena itu kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi materinya. Oleh karena itu kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini. kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Amin.
Bengkulu,
Bengkulu, November November 20082008
Penulis Penulis
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
Puji syukur kami panjpanjatkatkan an kepkepada ada TuhaTuhan n Yang Maha Yang Maha EsaEsa, , karkarena ena berberkatkat ra
rahmhmat at dadan n karkaruniunia-a-NyNyalalah ah sesehinhingggga a kamkami i dadapapat t memenyunyususun n dan dan memenyenyelelesaisaikankan makalah ini. Makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas makalah ini. Makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II yang berjudul “Pneumonia”. Dalam penyusunan mata kuliah Keperawatan Anak II yang berjudul “Pneumonia”. Dalam penyusunan makalah ini dibimbing oleh Ns. Witri Handi, S. Kep.
makalah ini dibimbing oleh Ns. Witri Handi, S. Kep. Dalam menyusun makala
Dalam menyusun makalah h ini kami ini kami masih jauh dari masih jauh dari kesempkesempurnaan dan urnaan dan banyak banyak kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi materinya. Oleh karena itu kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi materinya. Oleh karena itu kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini. kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Amin.
Bengkulu,
Bengkulu, November November 20082008
Penulis Penulis
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
Halaman Halaman HA
HALALAMAMAN N JUJUDUDUL L ... ii KAT
KATA A PENPENGANGANTARTAR... iiii DA
DAFTAFTAR ISI ...R ISI ... iiiiii B
BAAB B II PPEENNDDAAHHUULLUUAANN A.
A. LaLatatar Br Belelakaakang ng ... 11 B.
B. TuTujuajuan..n... 11 C.
C. MaManfanfaatat... 22 B
BAAB IB III TTIINNJJAAUUAAN TN TEEOORRIITTIISS A.
A. KoKonsnsep ep DaDasasar r PnPneueumomoninia.a... 33 2.1
2.1.. DeDefinfinisisi.i... 33 2.2
2.2.. EtEtioliologiogi... 44 2.3
2.3.. KlKlasasififikaikasisi... 55 2.4
2.4.. MaManifnifesestatasi si KlKliniinis.s... 77 2.5
2.5.. PatPatofiofisisiolologogi..i... 88 2.6
2.6.. KoKompmplilikaskasi.i... 99 2.7
2.7.. PePememeririksksaan aan DiDiagagnosnostitik.k... 99 2.8
2.8.. PePenatnatalaalaksksanaanaanan... 1111 2.9
2.9.. WOWOC.C... 1212 B.
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ... 21
B. Analisa Data... 26
C. Diagnosa Keperawatan... 26
D. Rencana Asuhan Keperawatan ... 27
E. Catatan Perkembangan... 29
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan... 30
B. Saran... 30 DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia ini adalah suatu penyakit peradangan akut pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus atau parasit (Standar Profesi Ilmu Kesehatan Anak FK, Unsri Palembang).
Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi pada setiap tahunya menyerang 1% dari jumlah penduduk Amerika. Walau sudah ada kemajuan di bidang antibiotik, pneumonia tetap merupakan sebab keenam kematian terbanyak
di Amerika Serikat (Public Health Service).
Rata-rata penderita pneumonia pada balita atau anak-anak biasanya faktor yang sangat berpengaruh adalah asupan gizi yang kurang dan bisa terjadi ketika tingkat ekonomi yang rendah dan juga karena respon imunitas pada bayi dan anak-anak belum baik.
Dari uraian di atas penulis ingin membahas konsep teori dan keperawatan pada klien dengan pneumonia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan proses asuhan keperawatan terhadap salah satu pasien pneumonia.
2. Tujuan Khusus
a. Perawat mampu melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan pneumonia.
b. Perawat mampu menyusun diagnosa keperawatan sesuai dengan hasil pengkajian.
c. Perawat mampu menyusun perencanaan keperawatan terhadap pasien dengan keluhan pneumonia sesuai dengan kebutuhan pasien.
d. Perawat mampu melaksanakan intervensi tindakan yang nyata sesuai dengan perencanaan tindakan keperawatan dan prioritas masalah. e. Perawat menilai hasil tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien.
C. Manfaat
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Pneumonia 2.1. Definisi
Pneumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli (Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, 1997).
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit (Standar Profesi Ilmu Kesehatan Anak FK Unsri Palembang, 2000).
Pneumonia disebabkan oleh virus pathogen yang masuk ke dalam tubuh melalui aspirasi, inhlasi/penyebab sirkulasi : pneumonia paling banyak disebabkan oleh bakteri (KMB, Jilid I, Salemba Medika, 2001).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dan bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius lobus dan alveoli serta menimbulkan kerusakan jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (IPD Jilid II, Sarwono Soeparman, 1996).
Pneumonia adalah radang paru-paru disertai dengan eksudasi dan konsolidasi. Pada bayi baru lahir pneumonia yang fatal adalah yang disebabkan oleh sifilis congenital yang disertai dengan generasi lemak pada paru-paru sehingga paru-paru tampak pucat serta tidak mengandung udara (Kamus Kedokteran Dorland, edisi 25 EGC, 1998).
2.2. Etiologi
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, streptococcus pneumoniae yang
menyebabkan pneumonia streptococcus. Bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus beta-hemolitikus juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas aeruginosa.
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah : virus sinsial pernafasan, adenovirus, virus parainfluenza dan virus influenza.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia : 1. Umur di bawah 2 bulan
2. Tingkat sosioekonomi rendah 3. Gizi kurang
4. Berat badan lahir rendah
5. Tingkat pendidikan ibu rendah
6. Tingkat pelayanan (jangkauan) kesehatan rendah 7. Kepadatan tempat tinggal
8. Imunisasi yang tidak memadai 9. Menderita penyakit kronis.
2.3. Klasifikasi
Menurut buku pneumonia komuniti, pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia. 1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :
a. Pneumonia komuniti
b. Pneumonia nasokomial
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised 2. Berdasarkan penyebab
a. Pneumonia bakteri/tipikal
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia sering diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia, para peminum alkohol, pasien yang terbelakang mental, pasien pasca operasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di
paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut.
Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran nafas ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu), infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru. Beberapa bakteri mempunyai tedensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphylococcus pada penderita pasca infeksi influenza, pneumonia atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia.
b. Pneumonia akibat virus
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza. Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyero otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit, terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir.
Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bacterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bacterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua.
c. Pneumonia Jamur
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah.
3. Berdasarkan predileksi infeksi
a. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
b. Pneumonia bronkopneumia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka ragam dan bisa terjadi infeksi di seluruh tubuh.
2.4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala berupa : 1. Batuk nonproduktif 2. Ingus (nasal discharge)
3. Suara napas lemah 4. Retraksi intercosta
5. Penggunaan otot bantu napas 6. Demam
7. Ronchii 8. Cyanosis
9. Thorak photo menunjukkan infiltrasi melebar
10. Batuk 11. Sakit kepala 12. Sesak nafas 13. Menggigil 14. Berkeringat 15. Lelah. 2.5. Patofisiologi
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terhisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia.
2.6. Komplikasi
2. Efusi pleural 3. Empisema 4. Gagal napas 5. Perikarditis 6. Meningitis 7. Atelektasis 8. Hipotensi 9. Delirium 10. Asidosis metabolik 11. Dehidrasi
12. Penyakit multi lobular
2.7. Pemeriksaan Diagnostik 1. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi struktural dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul. Pada pneumonia mikoplasma, sinar X
dada mungkin bersih.
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlihat dan penyakit paru yang ada.
3. JDL
Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
4. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi trakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipe organisme ada, bakteri yang umum Diplococcus pneumonia, stapilococcus aureus, A-hemolitik streptococcus, Haemophilus, CMV.
5. Pemeriksaan serologi
Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus 6. LED
Meningkat
7. Pemeriksaan fungsi paru
Volume mungkin menurun, tekanan jalan napas mungkin meningkat dan komplain menurun, mungkin terjadi perembesan.
8. Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah
Mungkin meningkat
10. Aspirasi perkuatan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intraniklear tipikal dan keterlibatan sitoplastik, karakteristik sel raksasa.
2.8. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 l/menit
2. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, +KCl 10 mEq/500 ml cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastirk dengan feeding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agois untuk memperbaiki transport mukosiler.
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam dan basa elektrolit. 6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
a. Untuk kasus pneumonia communiti base :
1) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
2) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
b. Untuk kasus pneumonia hospital base :
2) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian. 2.9. WOC Pneumonia
Inhalasi Aspirasi Tirah baring lama
Bakteri/virus Peradangan alveolus
(parenkim paru)
Ekstrapasasi cairan sirosa ke dalam alveoli
Terbentuknya eksudat dalam alveoli O2ke vena alveolar kapiler terhambat Hipoksemia Kerusakan jaringan paru MK : Gangguan pola nafas MK : Bersihan jalan nafas tidak
efektif
MK : Gangguan pemenuhan
nutrisi
Suhu tubuh meningkat
MK : Risiko tinggi kekurangan cairan
Produksi sputum meningkat
Sputum bau dan kental
Anoreksia Nyeri
B. Asuhan Keperawatan Teoritis pada Pneumonia
1. Data Dasar Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan Insomnia
Tanda : Letargi
Penurunan toleransi terhadap aktivitas
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya GJK kronis Tanda : Takikardia
Penampilan kemerahan atau pucat
c. Integritas Ego
Gejala : Banyaknya stressor, masalah finansial
d. Makanan dan cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah Tanda : Distensi abdomen
Hiperaktif bunyi usus
Kulit kering dengan turgor buruk Malnutrisi
e. Neurosensori
Tanda : Perubahan mental (bingung, somnolen)
f. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala
Nyeri dada (pleuritik) meningkat oleh batuk : nyeri dada substernal (influenza)
Mialgia, artalgia
Tanda : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidak pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
g. Pernapasan
Gejala : Takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda : Sputum, merah muda, berkarat atau purulen Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi
Fremitus : taktis dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi Gesekan fraksi pleural.
Bunyi napas : menurun atau tidak ada diale area yang terlibat, atau nafas bronchial.
Warna pucat atau siunosis bibir/kaku.
h. Keamanan
Gejala : Riwayat gangguan sistem imun Demam
Tanda : Berkeringat
Menggigil berulang, gemetaran i. Pemeriksaan Diagnostik
Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural, dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empisema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul
GDR / nadi oksimetri : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
JDL : Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan perkembangannya pneumonia bakterial.
Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosa organisme khusus.
LED meningkat
Pemeriksaan fungsi paru
Elektrolit : Na & klorida mungkin rendah. 2. Prioritas Masalah
a. Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernapasan b. Mencegah komplikasi
c. Mendukung proses penyembuhan
d. Memberikan informasi tentang penyakit/prognosis dan pengobatan.
3. Diagnosa yang mungkin muncul
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat dalam alveoli.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler.
c. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru. d. Risiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia yang berhubungan dengan bau dan rasa sputum.
e. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, napas mulut/ hiperventilasi, muntah)
4. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat dalam alveoli.
Kriteria hasil :
1) Mengidentifikasi/menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan napas.
2) Menunjukkan jalan napas paten dengan napas bersih, tak ada dispnea, sianosis.
Intervensi :
1) Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerak dada. Rasional : Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerak dada tak simetris
sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru.
2) Auskultasi area paru, catat arena penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisus, misal : krekels, mengi.
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronchial (normal pada bronkus) dapat terjadi juga pada area konsolidasi. Krekels, ronki dan mengi terdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme jalan napas/obstruksi.
3) Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk, misal : menekan dada dan batuk
efektif sementara posisi batuk tinggi.
Rasional : Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/ jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk
mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat.
4) Penghisapan sesuai indikasi
Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
5) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat, daripada dingin.
Rasional : Cairan (khususnya air hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret
Kolaborasi :
1) Bantu mengawasi efek pengobatan nebuliser dan fisioterapi lain. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin.
Rasional : Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret. Koordinasi pengobatan/jadwal dan masukan oral menurunkan muntah karena batuk, pengeluaran sputum. 2) Berikan obat sesuai indikasi
Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret.
3) Berikan cairan tambahan, misal : IV, oksigen humudifikasi, dan ruangan humudifikasi.
Rasional : Cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan dan memobilisasi sekret.
4) Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri.
Rasional : Mengevaluasi kemajuan dan efek proses penyakit dan memudahkan pilihan terapi yang diperlukan.
5) Bantu bronkoskopi/torasentesis bila diindikasikan
Rasional : Kadang-kadang diperlukan untuk membuang perlengketan mukosa, pengeluaran sekresi purulen, dan/atau mencegah atelektasis.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran alveolar-kapiler. Kriteria hasil :
1) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi
jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distress pernapasan.
2) Berpartisipasi pada tindakan untuk
memaksimalkan oksigenasi. Intervensi :
Rasional : Manifestasi distress pernapasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
2) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan batuk efektif.
Rasional : Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi.
3) Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktifitas senggang.
Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/ konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi. 4) Observasi penyimpangan kondisi, cacat hipotensi banyaknya jumlah
sputum merah mudah/berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadaran, dispnea berat, gelisah
Rasional : Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia dan membutuhkan intervensi medik segera.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian 1. Identitas Klien
Tanggal masuk : 20 Oktober 2008
Nama : An.B
Umur : 1,9 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Hibrida Raya Golongan Darah : O
Diagnosa medis : Pneumonia Penanggung jawab :
Nama : Ny. M
Hubungan dengan pasien : Orang tua Pekerjaan : Tani
Alamat : Hibrida raya 2. Alasan Masuk
Ibu klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit anak B mengalami batuk- batuk, sesak napas disertai dengan demam tinggi.
3. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Klien masuk tanggal 20 Oktober 2008, dengan diagnosa medis pneumonia, anak tampak menggunakan otot batu, sianosis batuk dengan produksi sputum, anak tampak lemah.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Penyakit yang pernah dialaminya batuk dan pilek, pengobatan klien berobat ke puskesmas.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien. 6. Riwayat Perkembangan
Imunisasi : An. B mendapatkan imunisasi lengkap, An. B tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Klien tampak lemah, bernapas dengan menggunakan otot bantu pernapasan.
b. Tanda-tanda vital
TD : 100/70 mmhg N : 170 x / menit
RR : 65 x / menit Suhu : 38oC
a) Kepala
Bentuk : Simetris
Ubun-ubun : Sudah menutup Kulit kepala : Bersih
b) Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : Merata Warna rambut : Hitam
c) Wajah
Warna kulit : Putih Bentuk : Simetris Kelainan : Tidak ada 2) Mata
a) Kelengkapan dan kesimetrisan Simetris dan tidak ada kecacatan b) Palpebra
Kelopak mata atas lebih besar dari kelopak mata bagian bawah dan tidak ada ptiasis
c) Konjungtiva : Ananemis
d) Sklera : Jernih tidak ikterik e) Pupil : Reflek terhadap cahaya f) Kornea : Jernih
h) Visus : Tajam 3) Hidung
a) Tulang hidung dan posisi septum nasi tidak ada fraktur dan bengkak b) Lubang hidung : simetrik dan tidak ada polip
c) Cuping hidung : pernapasan cuping hidung 4) Telinga
a) Bentuk telinga : Simetris
b) Ukuran telinga : Sedikit lebar dan simetris c) Lubang telinga : Adanya serumen
5) Mulut dan Faring
a) Keadaan bibir : Kering
b) Keadaan gigi dan gusi : gigi klien tidak ada stomatis, tidak ada caries dentis pada gigi.
c) Keadaan lidah : Sulit menelan makanan. d) Orongofaring : Tidak ada nyeri
6) Leher
a) Posisi trachea : Simetris
b) Thyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar throid c) Kelenjar limfe : Tidak ada pembengkakan
c. Pemeriksaan Integumen
1) Kebersihan...: Bersih
2) Warna...: Sawo matang
3) Turgor...: Jelek
d. Pemeriksaan Thoraks
1) Inspeksi thoraks
a) Bentuk thoraks : Arterio posterior, transversal b) Pernapasan : 65 x / menit
c) Tanda kesulitan napas : Ada, pernapasan diafragma dan perut. 2) Pemeriksaan paru
a) Palpasi getaran suara : Tactil vremitus b) Perkusi : Resonan
c) Auskultasi : Suara napas terdengar stridor, ronchi pada lapang paru
3) Pemeriksaan Jantung
I : Iktus cordis tidak terlihat P : Ic teraba
P : Batas jantung jelas, atas region intercosta II Kiri : 1 jari medial LMCS Rick es
Kanan : Linea strenalis dekstra
A : Tidak ada bunyi tambahan S3dan S4, tidak ada mur mur
e. Pemeriksaan Abdomen
f. Pemeriksaan Neurologi Tingkat kesadaran : letargi
g. Pemeriksaan Diagnostik Hb : Normal
Elektrolit : Na (3,5-5,5 mEq/L) dan Ca 9-11 mg/dl JDL : Leukosit 150.000 mm3
B. Analisa Data
No Simtom Etiologi Problem
1 DS : - Ibu mengatakan An. B menderita batuk-batuk
- Mengeluh sesak nafas - Mengeluh nyeri dada
DO : - Menggunakan otot bantu pernapasan - Batuk disertai sputum
- Siagnosis
- Adanya napas tambahan (krekels) - Anak tampak lemah
- TTV :
TD : 100/70 mmHg N : 170 x/ menit
RR : 65 x / menit Suhu : 38oC
- Hasil lab : leukosit 15.000 mm3
Terbentuknya eksudat di dalam alveoli Bersihan jalan nafas tidak efektif
C. Diagnosa yang Mungkin Muncul
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat di dalam alveoli.
D. Rencana Asuhan Keperawatan No Diagnosa
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi 1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat dalam alveoli Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam bersihan jalan napas dapat
teratasi
Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
Bunyi napas normal
Tidak adanya produksi sputum TTV : TD : 95/65 mmHg N : 80-150 x/menit RR : 25-50 x/menit S : 36,5oC Mandiri :
Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerak dada
Auskultasi area paru, catat arena penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisus, misal : krekels,
mengi
Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk, misal : menekan dada dan batuk efektif sementara posisi batuk tinggi
Tak
ipnea, pernapasan dangkal, dan gerak dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru
Pen
urunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronchial (normal pada bronkus) dapat terjadi juga pada area
konsolidasi. Krekels, ronki dan mengi terdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons
terhadap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme jalan napas/obstruksi
Nap
as dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/ jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat
28
Penghisapan sesuai indikasi
Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat, daripada dingin
Kolaborasi :
Bantu mengawasi efek pengobatan nebuliser dan fisioterapi lain. Lakukan
Mer
angsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran
Cai
ran (khususnya air hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret
Me
mudahkan pengenceran dan pembuangan sekret. Koordinasi pengobatan/jadwal dan masukan oral menurunkan muntah karena batuk, pengeluaran sputum
Penghisapan sesuai indikasi
Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat, daripada dingin
Kolaborasi :
Bantu mengawasi efek pengobatan nebuliser dan fisioterapi lain. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin
Berikan obat sesuai indikasi
Berikan cairan tambahan, misal : IV, oksigen humudifikasi, dan ruangan humudifikasi
Mer
angsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran
Cai
ran (khususnya air hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret
Me
mudahkan pengenceran dan pembuangan sekret. Koordinasi pengobatan/jadwal dan masukan oral menurunkan muntah karena batuk, pengeluaran sputum
Ala
t untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret
Cai
ran diperlukan untuk menggantikan kehilangan dan memobilisasi sekret
Me
ngevaluasi kemajuan dan efek proses penyakit dan memudahkan pilihan terapi yang diperlukan 29
Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri
Bantu bronkoskopi/torasentesis bila diindikasikan
Kad
ang-kadang diperlukan untuk membuang perlengketan mukosa, pengeluaran sekresi purulen, dan/atau mencegah atelektasis.
Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri
Bantu bronkoskopi/torasentesis bila diindikasikan
Kad
ang-kadang diperlukan untuk membuang perlengketan mukosa, pengeluaran sekresi purulen, dan/atau mencegah atelektasis.
30
E. Catatan Perkembangan
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerak dada
Mengauskultasi area paru.
Membantu pasien
mempelajari melakukan batuk
S : - Klien mengatakan napasnya sedikit lega
- Ibu klien mengatakan
batuknya berkurang - Nyeri berkurang
E. Catatan Perkembangan
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat dalam alveoli Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerak dada
Mengauskultasi area paru. Membantu pasien
mempelajari melakukan batuk
Memberikan cairan air
hangat
Penghisapan sesuai
indikasi
Membantu melakukan
napas sering
S : - Klien mengatakan napasnya sedikit lega
- Ibu klien mengatakan batuknya berkurang
- Nyeri berkurang
O : - Tidak menggunakan otot bantu - Batuk berkurang - TTV : TD : 95/65 mmHg N : 155 x / menit RR : 55 x / menit S : 36oC
A : - Masalah teratasi sebagian - Batuk dan nyeri berkurang - Tidak menggunakan otot
bantu - TTV : TD : 95/65 mmHg N : 155 x / menit RR : 55 x / menit S : 36oC P : - Intervensi dilanjutkan - Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan
- Bantu klien latihan napas sering
- Bantu pasien melakukan batuk efektif
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dan bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius lobus dan alveoli serta menimbulkan kerusakan jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (IPD Jilid II, Sarwono Soeparman, 1996).
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, streptococcus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptococcus. Bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus beta-hemolitikus juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas aeruginosa.
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah : virus sinsial pernapasan, adenovirus, virus parainfluenza dan virus influenza.
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca terutama mahasiswi/i STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu dapat memahami konsep teori dan asuhan keperawatan dari makalah “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Pnemonia”.