• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Wasit Juri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Wasit Juri"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGANTAR

Perkembangan Pencak Silat dewasa ini menunjukkan adanya suatu perkembangan sangat pesat sekali , sehingga diperlukan adanya Peraturan – Peraturan yang bisa mengantisipasi segala persoalan-persoalan yang terjadi di dalam suatu pertandingan Pencak Silat .

Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa (PERSILAT) sebagai induk organisasi Pencak Silat di Dunia telah berulang kali mengadakan penyempurnaan Peraturan Pertandingan Pencak Silat , sampai akhirnya dalam Rapat Teknik Negara Pendiri PERSILAT yang diselenggarakan pada tanggal 1 – 3 April 2012 di Jakarta telah menetapkan Peraturan Pertandingan Pencak Silat Antarabangsa yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua anggota PERSILAT beserta seluruh jajarannya . Pertandingan Pencak Silat bisa terlaksana secara baik dan benar , jika Aparat Pertandingan yang bertugas dalam pertandingan tersebut dapat bertindak sesuai dengan maksud dan tujuan yang diharapkan oleh Peraturan tersebut . Perwasit-Jurian sebagai pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pertandingan harus benar-benar mewujudkan bentuk-bentuk pelaksanaan pertandingan sesuai dengan dasar dan tujuan dari pertandingan itu sendiri . Oleh karena itu sangatlah diperlukan tenaga-tenaga Wasit dan Juri yang pengetahuannya tentang Peraturan Pertandingan benar-benar dapat dipertanggung jawabkan serta bisa menjabarkan Peraturan tersebut dalam pelaksanaan suatu Pertandingan .

Berhasil atau tidaknya Wasit dan Juri melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, akan sangat menentukan citra Pencak Silat dimata Dunia.

Oleh sebab itu dipandang perlu adanya bahasa yang sama dalam perwasitan dan penjurian , yang tidak cukup hanya dengan apa yang tersurat maupun yang tersirat dalam Peraturan Pertandingan saja , namun dibutuhkan suatu pedoman pelaksanaan yang sejiwa dengan makna dari ketentuan-ketentuan dasarnya .

Pedoman Pelaksanaan Tugas Wasit Juri ini memberikan “rambu-rambu” pelaksanaan bagi Wasit dan Juri untuk dapat menterjemahkan Peraturan Pertandingan , serta sebagai bekal untuk menjalankan tugasnya secara baik dan benar . Tugas-tugas Wasit di gelanggang serta tugas-tugas Juri sebagai penilai digariskan dan diatur secara khusus dalam rangka koordinasi tugasnya dalam penentuan hasil pertandingan .

Dengan melalui pengalaman-pengalaman pertandingan Pencak Silat di Dunia dan usaha-usaha penyempurnaan yang tidak mengenal lelah yang telah dilaksanakan oleh Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa , maka pedoman ini akan menjadi landasan yang kuat bagi para pelaksana teknis pertandingan , pelatih dan para pesilat serta menjadi landasan yang kuat untuk pengembangan Pencak Silat di kemudian hari .

Usaha-usaha penyempurnaan akan terus menerus dilaksanakan melalui pengkajian pada pelaksanaan pertandingan Pencak Silat , dan hasilnya akan diagendakan dan didiskusikan dalam Rapat Teknis PERSILAT , kemudian dilakukan Penataran-Penataran , sehingga pertandingan Pencak Silat , diharapkan dapat meningkatkan citra Pencak Silat dimata Dunia , sekaligus merupakan salah satu sarana bagi terjalinnya hubungan silaturrahmi dan persahabatan Dunia khususnya di jajaran Pencak Silat Antarabangsa.

(2)

2

BAB I

PEDOMAN PERWASITAN PENCAK SILAT

Bekal utama seorang Wasit dan Juri adalah memahami peraturan pertandingan secara baik dan benar yang meliputi segala sesuatu yang menjadi jiwa peraturan dan ketentuan teknis pelaksanaannya .

Pertandingan Pencak Silat mempunyai prinsip menghargai teknik “sambut” , yaitu serangan yang didahului oleh pembelaan dinilai lebih tinggi dari serangan langsung .

Pesilat melakukan pola taktik “jual beli” lebih memungkinkan mendapat kemenangan.

Pola taktik yang perlu dikembangkan adalah bagaimana Pesilat menghindarkan atau memunahkan serangan lawan dan membalas dengan serangan masuk. Pola inilah yang perlu dicermati dan diamati oleh Wasit dan Juri, terutama dalam hal pemberian nilai oleh Juri.

Kaidah bertanding yang perlu dikembangkan adalah dimulainya Pesilat membuat sikap pasang, melakukan pola langkah untuk mencapai jarak yang ideal guna melakukan serang bela dengan koordinasi yang baik ( maksimal 6 jenis serangan untuk seorang pesilat ) dan kembali membuat sikap pasang.

Diharapkan Pesilat tidak hanya melakukan pukulan dan tendangan saja , tetapi mengembangkan teknik yang mempunyai kemungkinan nilai yang benar , yaitu teknik sambut dan teknik menjatuhkan .

Jika Pesilat dapat dituntun / diarahkan untuk melakukan kaidah bertanding yang baik , artinya dapat melakukan kembali sikap pasang setelah terjadinya serang bela yang terkoordinasi dengan baik dan benar , maka teknik dan taktik dapat dikembangkan .

Pertandingan akan berlangsung dengan lancar dan konsentrasi Pesilat diharapkan dapat menggunakan akal pikirannya untuk mengembangkan taktiknya .

Pengamatan pada ketentuan pelanggaran harus secermat mungkin . Usaha mengenai bagian yang bukan merupakan sasaran yang sah secara langsung dan sengaja , patut mendapat hukuman . Cara memberikan pembinaan dan hukuman harus dilakukan secara jelas dengan bahasa isyarat , sehingga dapat dimengerti oleh Pesilat maupun penonton / publik lainnya .

Wasit yang baik merupakan guru bagi para Pesilat untuk menerapkan peraturan perwasitan dan pertandingan, sehingga para Pesilat tahu mana yang benar dan mana yang salah dalam pelaksanaan pertandingan .

Sebagai hakim , Wasit harus dapat memutuskan hukuman bagi pelanggaran yang dibuat oleh Pesilat secara tegas . Dengan sendirinya Wasit sebagai pemimpin pertandingan harus mempunyai wibawa dalam memimpin , baik dalam penampilan fisik maupun tindakannya .

MEMAHAMI UNSUR – UNSUR PERATURAN PERTANDINGAN

Untuk lebih jelas memahami unsur – unsur pertandingan Pencak Silat , marilah kita melihat pada skema pertandingan dibawah ini :

(3)

3

SKEMA PERTANDINGAN PENCAK SILAT

PERATURAN

PERTANDINGAN Landasan :

Norma olahraga Kaidah Pencak Silat TARGET PRESTASI

- Elakan / Tangkisan

BELAAN - Pukulan & Tendangan SERANGAN

- Teknik menjatuhkan

- Elakan / Tangkisan - Pukulan

- Teknik menjatuhkan - Tendangan

- Teknik menjatuhkan secara langsung PENILAIAN KEPUTUSAN PEMENANG N I L A I - Menang Angka - Menang Teknik - Menang WMP - Menang Mutlak - Menang Diskualifikasi - Menang Undur Diri NILAI PRESTASI TEKNIK

1. Pukulan masuk pada sasaran sah 2. Tendangan masuk pada sasaran sah 3. Teknik menjatuhkan yang berhasil

4. Elakan / tangkisan yang dilanjutkan dengan serangan ( pukulan / tendangan ) masuk pada sasaran sah atau teknik menjatuhkan yang berhasil .

Pertandingan Pencak Silat mempunyai landasan yang meliputi :

1. Prinsip sebagai olahraga , artinya pertandingan dilakukan dengan didasarkan pada jiwa dan norma-norma olahraga , dengan mengembangkan sportivitas sebagai olahragawan sejati serta diwajibkan bertanding dengan semangat kesatria . Usaha-usaha untuk mencederai / merusak lawan secara sengaja harus dicegah .

2. Kaidah Pencak Silat , dimaksudkan bahwa pengembangan teknik dan taktik bertanding berdasarkan kaidah Pencak Silat , yaitu adanya sikap pasang , pola langkah dan koordinasi yang baik dalam melakukan serang bela dan kembali pada sikap pasang . Teknik dan taktik sambut lebih diutamakan untuk dikembangkan , dan mempunyai nilai lebih tinggi dari pada serangan langsung .

(4)

4

Dalam menilai hasil pertandingan , pedoman yang dapat dipakai adalah pengamatan aksi dan reaksi ( jual beli ) . Dalam suatu rangkaian serang bela yang kemungkinan terdiri dari 6 jenis , perlu diamati secara seksama aksi dan reaksi kedua Pesilat . Dengan pedoman jual beli diawali sikap pasang , seorang Wasit - Juri harus dapat mengamati gerak serang bela kedua Pesilat , apakah merupakan serangan langsung yang disambut ataukah serangan langsung yang beruntun . Kemungkinan seorang Pesilat setelah melakukan taktik serangan , kemudian melakukan pembelaan untuk menerima serangan lawan .

Dalam suatu rangkaian serang bela , seorang juri harus dapat merekam nilai dengan pengamatan pada serangan termasuk taktiknya . Kalau serangan masuk tersebut diawali dengan pembelaan (elakan / tangkisan ) maka Pesilat tersebut berhak mendapat tambahan nilai :

1 ( satu ) + “x” . ( 1 + 1 / 1 + 2 / 1 + 3 ) .

Target prestasi yang mungkin dicapai oleh Pesilat menjadi dasar bagi penilaian . Juri berkonsentrasi mengamati serangan masuk dengan tangan ( pukulan ) dan serangan masuk dengan kaki ( tendangan ) yang dilakukan oleh Pesilat . Termasuk nilai tambahan 1 ( satu ) + “x” jika Pesilat melakukan sambut atas serangan lawan .

Nilai teknik jatuhan yang berhasil , ditulis atas keputusan pengesahan Wasit . Diamati benar terhadap teknik jatuhan yang diawali dengan pembelaan , dimana Pesilat berhak mendapat nilai tambahan 1 ( satu ) + 3 . Keputusan Wasit atas nilai jatuhan harus ditulis oleh Juri . Jika ada pendapat Juri berbeda dengan keputusan Wasit, hendaknya ditulis pada kolom catatan sebagai bahan( Manual ). Bila penilaian mengunakan sistem digital juri dapat menekan tombol yang ditentukan.

Seorang Wasit dan Juri harus mengerti tentang jenis-jenis keputusan pemenang serta unsur-unsurnya , yaitu :

1. Menang Angka

a. Bila pertandingan dapat berlangsung selama 2 ( Dua ) babak untuk golongan usia dini dan pra remaja dan 3 ( tiga ) babak untuk remaja ,dewasa dan pendekar, jumlah Juri yang menentukan menang atas seorang Pesilat lebih banyak dari pada lawannya , dinyatakan sebagai pemenang .

Penentuan kemenangan dilaksanakan oleh masing-masing Juri .

b. Bila hasilnya masih sama , maka Pesilat yang tidak mendapat nilai hukuman atau Pesilat yang paling sedikit mendapat nilai hukuman adalah pemenangnya .

c. Bila hasilnya masih sama , maka pemenangnya adalah Pesilat yang berhasil mengumpulkan nilai prestasi teknik tertinggi / paling banyak .

d. Bila hasilnya masih sama , maka pertandingan ditambah 1 ( satu ) babak lagi .

e. Bila nilainya masih sama , maka dilihat dari hasil penimbangan berat badan 15 menit sebelum bertanding . Pesilat yang lebih ringan timbangannya dinyatakan sebagai pemenang .

f. Bila hasilnya masih sama , maka diadakan undian oleh Ketua Pertandingan dengan disaksikan oleh Tecknical Delegate dan kedua Menejer Tim .

Hasil penilaian Juri diumumkan pada papan nilai ( Manual ) , setelah penentuan kemenangan selesai dilaksanakan. Kecuali penilaian mengunakan sistem digital.

(5)

5

2. Menang Teknik

a. Permintaan dari Pesilat sendiri

Permintaan tidak dapat melanjutkan pertandingan dari Pesilat menjadi dasar dari keputusan menang teknik , walaupun Pelatih / Pendamping Pesilat menghendaki Pesilat melanjutkan pertandingan .

b. Permintaan Pendamping Pesilat

Permintaan tidak dapat melanjutkan pertandingan dari Pelatih / Pendamping Pesilat menjadi dasar dari keputusan menang teknik . Walaupun Pesilatnya masih mau melanjutkan pertandingan , Wasit harus memutuskan sebagai unsur yang mutlak harus dipenuhi .

c. Keputusan Dokter Pertandingan

Keputusan Dokter Pertandingan tentang “unfit” nya seorang Pesilat ( antara lain karena kasus cidera ) , harus segera diberikan , tidak berlarut-larut .

Wasit dalam menentukan keputusan menang teknik setelah unsurnya terpenuhi harus dilakukan dengan tegas tanpa ragu-ragu .

d. Keputusan Wasit.

Pesilat tidak dapat melanjutakan pertandingan setelah mendapatkan hitungan teknik ke 10 dari Wasit.

3. Menang Mutlak

Disebabkan karena Pesilat jatuh akibat serangan yang sah dan menjadi tidak dapat segera bangkit dan atau nanar , maka setelah hitungan Wasit ke 10 ( 10 detik ) tidak dapat berdiri tegak dengan sikap pasang .

Catatan : Pertama-tama harus diperhatikan adalah apakah serangan yang masuk tersebut adalah merupakan serangan masuk yang sah atau serangan masuk yang tidak sah . Jika serangan masuk tersebut sah , maka Wasit harus segera melakukan hitungan menurut tata cara yang telah ditentukan . Begitu pula jika serangan masuk tersebut tidak sah , maka Wasit harus segera memberikan hukuman ( teguran / peringatan ) sesuai kadar pelanggarannya kepada Pesilat yang melakukan serangan .

4. Menang W.M.P. ( Wasit Menghentikan Pertandingan )

Wasit mempunyai wewenang untuk memutuskan pertandingan yang tidak seimbang . Dalam hal ini perlu diamati / diperhatikan apakah benar-benar tidak seimbang , ataukah hanya merupakan taktik Pesilat dalam babak pendahuluan .

Kalau benar-benar tidak seimbang , demi keselamatan Pesilat , Wasit harus berani untuk memberikan keputusan menghentikan pertandingan .

Sebelum memberikan keptusan WMP , seyogyanya Wasit menanyakan dan atau memberi tahukan terlebih dahulu kepada Pesilat atau Pendamping Pesilat dan ketua pertandingan mengenai kondisi pertandingan yang sedang berjalan .

5. Menang Diskualifikasi

a. Karena lawan mendapat Peringatan III setelah Peringatan II ( Peringatan ke III harus dinyatakan oleh Wasit dengan isyarat )

b. Lawan melakukan pelanggaran tingkat pertama , yang menyebabkan cidera tidak dapat melanjutkan pertandingan karena keputusan Dokter Pertandingan .

Dalam hal ini Pesilat yang melakukan pelanggaran tersebut harus diberikan hukuman , tidak usah menunggu hasil pemeriksaan Dokter Pertandingan .

Jika ternyata Dokter yang memeriksa Pesilat yang dilanggar tersebut menyatakan “unfit” , maka secara otomatis hukuman menjadi Diskualifikasi ( Wasit melaporkan diskualifikasi kepada ketua pertandingan untuk dilakukan keputusan pemenang )

(6)

6

c. Lawan melakukan tindakan yang bertentangan dengan nilai sportivitas dan melanggar norma-norma olahraga .

d. Lawan pada saat penimbangan berat badan ( 15 menit sebelum bertanding ), tidak sesuai dengan ketentuan berat badan dari kelas yang diikutinya .

6. Menang Undur Diri

Disebabkan karena lawan tidak hadir di gelanggang setelah pemanggilan yang ketiga . Tenggang waktu setiap pemanggilan adalah 30 ( Tiga puluh ) detik .

Enam kemungkinan Keputusan Kemenangan ini harus benar-benar dipahami oleh Wasit dan Juri serta menjadi pegangan dalam memimpin pertandingan Pencak Silat .

BAB II

PEDOMAN MEWASITI

Sebelum seorang Wasit melaksanakan tugasnya memimpin pertandingan , ada beberapa hal yang harus menjadi pedoman dalam pelaksanaan tugas , yaitu :

1. Tata cara Pembukaan 2. Tata cara Penutupan

3. Sikap laku memimpin pertandingan 4. Pengamatan dan Pengambilan Keputusan 1. TATA CARA PEMBUKAAN

Setelah Pesilat masing-masing sudut diperiksa tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan pertandingan yang meliputi antara lain : kuku Pesilat, Cap Protector, Pelindung sendi dan lain-lain ( diluar gelanggang ) , maka prosesi selanjutnya adalah sebagai berikut :

a. Wasit memasuki gelanggang bersama kelima Juri dari sebelah kanan Ketua Pertandingan , dalam posisi berbanjar dengan urutan : Juri 2 , Juri 1 , Juri 5 , Juri 4 dan Juri 3 (Wasit berada didepan Juri ) , selanjutnya dengan dipimpin oleh Wasit memberi hormat serta memberi laporan kepada Ketua Pertandingan ( Wasit dan Juri siap melaksanakan tugas ) .

b. Dengan komando Wasit , semuanya “balik kanan” dan memberi hormat kepada publik ( hormat gerak / tegak gerak ).

c. Wasit dan Juri menuju dan menempati kursi masing-masing dengan urutan :

Juri 2 , Juri 1 dan Wasit memasuki gelanggang dari arah sudut netral disebelah kiri menuju sudut diagonal sudut netral lainnya serta Juri 3 , Juri 4 dan Juri 5 menuju kursi masing-masing melalui arah sudut Biru .

d. Sebelum duduk dikursi Juri , semua Juri dalam keadaan berdiri , dan atas komando Wasit untuk duduk , kelima Juri duduk secara bersamaan .

e. Setelah semua Juri sudah berada dalam posisi kursi masing-masing , Wasit mempersilahkan Pesilat sudut merah dan Pesilat sudut Biru untuk memasuki gelanggang , memberi hormat kepada Wasit dan Ketua Pertandingan secara bergantian .

f. Wasit memanggil kedua Pesilat untuk memasuki gelanggang pertandingan , mempersilahkan kedua Pesilat berjabat tangan serta memberikan arahan secukupnya (tidak perlu bertele-tele ) tentang pelaksanaan pertandingan , menempatkan Pesilat dalam posisi masing-masing diluar lingkaran kecil ( diameter 3 meter ) , memberikan tanda kepada seluruh Aparat Pertandingan bahwa pertandingan sudah siap dilaksanakan .

(7)

7

g. Wasit memberikan aba-aba BERSEDIA – Pesilat harus melaksanakan sikap pasang , minimal 1 tangan diatas pusar – dilanjutkan dengan aba-aba MULAI .

2. TATA CARA PENUTUPAN

Setelah selesainya pertandingan , maka beberapa hal yang harus dilakukan oleh Wasit adalah sebagai berikut :

a. Dalam pelaksanaan Keputusan Pemenang , Wasit memerintahkan kedua Pesilat untuk memasuki gelanggang pertandingan ( didalam lingkaran kecil ) dalam posisi Wasit berada diantara kedua Pesilat menghadap Ketua Pertandingan dengan memegang tangan kedua Pesilat .

Pandangan Wasit harus senantiasa tertuju kepada Ketua Pertandingan / Lampu Pemenang yang berada didepan Ketua Pertandingan .

b. Setelah peluit berbunyi dan Lampu Pemenang menyala ( bendera pemenang dikibarkan oleh Ketua Pertandingan apabila lampu pemenang tidak menyala ) , Wasit mengangkat tangan Pesilat yang menang selama 5 detik , kemudian diturunkan kembali dengan menundukkan kepala .

c. Pesilat diminta bersalaman dengan mengambil tempat ditengah gelanggang .

d. Setelah Pesilat meninggalkan gelanggang , Wasit bersama kelima Juri meninggalkan gelanggang menuju Ketua Pertandingan .

e. Wasit melaporkan kepada Ketua Pertandingan ( Wasit Juri telah melaksanakan tugas laporan selesai ), dan memberi hormat kepada Ketua Pertandingan ( Hormat gerak / tegak gerak ).

f. Wasit dan kelima Juri kembali ketempat Wasit Juri dari arah sebelah kiri Ketua Pertandingan ( hadap kanan maju jalan ). Dalam posisi berbaris denagan urutan Juri 2, juri 1, juri 5, juri 4, juri 3, Wasit .

3. SIKAP MEMIMPIN PERTANDINGAN a. Posisi dan Langkah

1. Posisi Wasit dalam memimpin pertandingan harus dalam posisi segi tiga sama kaki dengan Pesilat . Pengambilan jarak tidak terlalu dekat atau terlalu jauh dengan Pesilat .

2. Pengambilan langkah dalam mengikuti gerak perpindahan Pesilat tidak terlalu pendek atau lari-lari kecil , tetapi langkah panjang yang taktis dan effisien . Diusahakan tidak terlalu mengadakan perpindahan jika tidak perlu .

3. Sikap awal dalam memulai pertandingan dilakukan dengan mengambil kuda-kuda depan dalam posisi segi tiga dengan Pesilat (kaki kanan dan tangan kanan diacungkan kedepan), dengan mengucapkan aba-aba “BERSEDIA” ( dengan suara lantang ).

4. Jika Pesilat belum melakukan sikap pasang , dapat ditambah dengan aba-aba “PASANG” . Jika kedua Pesilat sudah siap dengan sikap pasang , maka sambil mengucapkan aba-aba “MULAI” kaki kanan depan ditarik / melangkah mundur ke belakang dan tangan kanan digerakkan kearah badan .

5. Wasit harus mengupayakan posisinya sedemikian rupa agar tidak menghalangi pandangan Juri terhadap kedua Pesilat .

(8)

8

b. Sikap Melerai

1. Usahakan mengambil sikap tegak dengan tangan lurus disisi badan . Sikap melerai dilakukan dengan mendekati kedua Pesilat dengan isyarat berhenti , mengacungkan tangan kedepan sambil menyerukan aba-aba “BERHENTI” , dengan sikap kaki kedepan

2. Jika perlu melerai dengan masuk mendekat, sikap tangan untuk menjaga gerak Pesilat, siku tidak diarahkan pada Pesilat. Posisi tidak boleh membelakangi Pesilat yang melakukan serangan .

3. Jika terdapat Pesilat yang bergumul , dilakukan dengan menepuk badan Pesilat dengan gerakan yang tidak terlalu kuat sambil menyerukan aba-aba “BERHENTI” sekali lagi .

c. Sikap Memberi Tegoran dan Peringatan

1. Waktu pertandingan berjalan Wasit dapat mengarahkan pesilat dengan bahasa isyarat atau dengan ucapan singkat seperlunya seperti langkah, pasang, dan silat. Wasit memberikan pembinaan pertama apabila pesilat melakukan pelanggaran ringan dengan isyarat telunjuk tangan kanan didepan dada horisontal selama 5 detik. 2.

3. Pemberian Tegoran dilakukan dengan sikap kaki rapat , Pesilat bersangkutan dipanggil serta ditunjukkan kesalahan Pesilat dengan bahasa isyarat , kemudian memberikan hukuman dengan mengangkat jari telunjuk tangan kanan keatas untuk teguran satu, jari telunjuk dan jari tengah untuk teguran 2 selama 5 detik supaya dapat dilihat dengan jelas oleh Juri .

4. Peringatan diberikan dengan mengangkat jari telunjuk tangan kanan keatas untuk peringatan satu, jari telunjuk dan jari tengah untuk peringatan 2 dan tangan kiri Wasit memegang tangan kanan pesilat selama 5 detik, dilakukan dengan memutar badan sejajar dengan pesilat yang mendapat peringatan.

d. Sikap dalam Teknik Jatuhan

1. Jika terdapat teknik menjatuhkan yang dilakukan oleh Pesilat , perlu pengamatan aksi dan reaksi kedua Pesilat . Teknik menjatuhkan , menyapu , mengkait , dan menggunting atau karena serangan langsung , jika dilakukan dengan mantap dan lawan jatuh , Wasit menghentikan pertandingan dan memberikan tanda dengan sikap tangan mengepal ibu jari terbuka diarahkan dari posisi horisontal turun ke bawah , tangan yang lainnya (telapak tangan menghadap keatas) diarahkan kepada Pesilat yang berhasil menjatuhkan selama 5 detik .

2. Teknik menjatuhkan dengan cara mengungkit harus diamati apakah dilakukan dengan memegang atau tidak . Apabila Pesilat melakukan pegangan sebelum melakukan ungkitan , maka jatuhan tersebut tidak sah .

3. Teknik jatuhan dengan menangkap , diberi kesempatan dalam waktu 5 ( lima ) detik, jika berhasil menjatuhkan dengan baik dan tidak ikut terjatuh, Wasit mengesahkan jatuhan tersebut .

4. Jika dalam proses jatuhan terdapat pegangan yang berlarut-larut ( lebih dari 5 detik ) atau bergumul, segera dihentikan dan diberi tanda tidak sah dengan menggerakkan kedua lengan menyilang didepan badan sebanyak 2 kali.

(9)

9

5. Jatuhan yang dilakukan dengan anggota badan lawan jatuh digaris bidang laga

dinyatakan syah, bila jatuhan diluar garis bidang laga dinyatakan tidak sah. ( kriterianya adalah anggota tubuh yang jatuh lebih dahulu mengenai garis atau

diluar garis )

6. Pegangan atau rangkulan oleh Pesilat yang dilakukan sebagai usaha menahan keseimbangan , jika dapat dijatuhkan lawannya dalam waktu kurang dari 5 ( lima ) detik, jatuhan tetap dinyatakan sah .

7. Jika Pesilat yang menjatuhkan melakukan serangan terhadap lawannya yang jatuh, Wasit menghentikan pertandingan dan Pesilat yang melakukan serangan tersebut diberi tegoran .

8. Serangan menjatuhkan dengan dengan sapuan bawah depan atau belakang yang gagal maka lawan dapat menyerang 1 kali dalam tempo 1 detik pada sasaran yang syah dengan tidak mengunakan beban berat badan ( yang diperbolehkan tendangan mengayun, pukulan )

9. Serangan menjatuhkan dengan cara merebahkan badan ( sapuan bawah depan maupun belakang ) , yang dilakukan dengan tujuan untuk mengulur-ulur waktu lebih dari 1 ( satu ) kali dalam 1 (satu) babak diberi tegoran oleh Wasit. Sapuan bawah depan / belakang yang dilakukan dengan tidak bertenaga atau diluar jarak jangkauan sasaran adalah merupakan indikasi mengulur-ulur waktu .

e. Sikap dalam Menang Mutlak

1. Menang mutlak adalah Pesilat jatuh karena serangan sah yang dilakukan pada sasaran yang sah. Dalam hal ini Wasit harus menghentikan pertandingan, dan mengesyahkan jatuhannya, dilanjutkan dengan memerintahkan Pesilat yang menyerang untuk menempati sudut netral. Wasit menempatkan diri pada posisi diantara kedua Pesilat serta masih dapat melihat kedua Pesilat dan melihat Pengamat Waktu.

2. Dengan pedoman isyarat dari Pengamat Waktu, Wasit melakukan hitungan dengan cara meluruskan lengan ke belakang lalu mengayunkan kedepan sampai hitungan ke 9 ( sembilan ) walaupun Pesilat sudah berdiri tegak, kemudian Pesilat ditanya kesanggupannya untuk meneruskan pertandingan.

Jika masih sanggup bertanding, maka pertandingan dilanjutkan kembali.

3. Jika sampai hitungan ke 9 ( sembilan ), Pesilat belum bisa berdiri tegak atau masih nanar, hitungan dilanjutkan sampai 10 ( sepuluh ). Apabila pesilat tidak dapat bangkit maka pertandingan dinyatakan selesai dengan kemenangan mutlak.

4. Jika dalam waktu menghitung, Pesilat yang menjatuhkan bergerak mendekati lawannya, Wasit menghentikan hitungan dan memerintahkan Pesilat kembali ke sudut netral. Hitungan dilanjutkan kembali setelah Pesilat berada dalam sudut netral. 5. Jika Pesilat yang terkena serangan tersebut jatuh diluar gelanggang, maka tata cara

menghitung yang dilakukan oleh Wasit adalah sama dengan tata cara seperti kasus tersebut diatas ( Point 2,3,4 )

6. Jika terjadi serangan pada sasaran yang syah secara bersamaan dan kedua Pesilat jatuh dan tidak bangkit, maka Wasit memberikan tanda jatuhan syah kepada kedua pesilat. Wasit memberikan tanda dengan sikap kedua tangan mengepal ibu jari terbuka diarahkan dari posisi horisontal turun ke bawah (45 derajat) selama 5 detik. Selanjutnya Wasit melakukan hitungan mutlak kepada kedua Pesilat.

(10)

10

f. Kesalahan Teknik Belaan

1. Serangan yang sah dengan lintasan sasaran yang benar, jika karena kesalahan teknik pembelaan (elakan yang menuju pada lintasan serangan), tidak dinyatakan sebagai pelanggaran dan Wasit segera menghentikan pertandingan.

2. Jika Pesilat yang terkena serangan salah bela kemudian cidera ( luka ) dan tidak segera bangkit, maka Wasit segera memanggil Dokter Pertandingan. Jika Dokter Pertandingan memutuskan bahwa Pesilat tersebut “unfit”, maka Pesilat yang bersangkutan dinyatakan kalah teknik . Tetapi jika Dokter Pertandingan menyatakan “fit”, Wasit segera menghitung sampai 9 hitungan teknik ( 9 detik ) jika Pesilat tidak mau bangkit, maka Wasit melanjutkan hitungan teknik sampai 10.

4. PENGAMATAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Hal yang sangat penting untuk dijadikan dasar / pedoman dalam mengambil keputusan adalah berdasarkan pada SEBAB dan AKIBAT . Wasit harus melihat sebab terlebih dahulu , baru meneliti akibat . Jangan terpengaruh oleh akibat yang diderita oleh Pesilat , sehingga kehilangan dasar untuk mengambil keputusan yang benar . Dalam menilai suatu kejadian Wasit harus mempunyai pandangan secara kronologis teknis atau runtut tidak boleh meloncat-loncat .

Sebagai contoh , dalam menilai Pesilat yang jatuh karena suatu serangan , maka tindakan yang harus dilakukan oleh Wasit sebelum mengambil suatu keputusan adalah sebagai berikut :

1. Wasit harus menilai sebab dari jatuhnya Pesilat tersebut , artinya apakah karena serangan yang sah atau karena pelanggaran .

2. Kalau karena serangan yang syah, Wasit segera mensyahkan jatuhan tersebut. Dan jika Pesilat yang mendapat serangan tidak dapat bangun atau nanar, harus segera memerintahkan Pesilat yang menjatuhkan menempati sudut netral dan melakukan hitungan Mutlak.

3. Kalau karena serangan yang tidak sah ( pelanggaran ), Wasit segera memberi hukuman kepada Pesilat yang melanggar dan segera pula menolong Pesilat yang jatuh, dan kalau memerlukan pertolongan dokter, maka segera memanggil Dokter Pertandingan .

Jika dokter menyatakan fit maka pertandingan dapat dilanjutkan. Jika Dokter menyatakan Pesilat unfit maka hukuman ditingkatkan menjadi diskualifikasi .

Cara pengamatan Wasit harus kronologis ( runtut ) dari satu kejadian ke kejadian berikutnya , bertitik tolak dari sebab dan akibat , selanjutnya diamati prosesnya .

Begitu pula dalam mengamati perkenaan suatu pelanggaran ( pada leher keatas ) , Wasit harus mencari sebab , apakah karena serangan langsung ataukah karena kesalahan pembelaan . Jika karena serangan langsung Wasit harus memberi hukuman kepada Pesilat yang melanggar . Dan jika karena kesalahan teknik pembelaan , harus dijelaskan dengan singkat kesalahan Pesilat tersebut dan tidak merupakan pelanggaran bagi Pesilat yang menyerang . Dalam kasus ini perlu diperhatikan serta dicegah taktik “berkorban diri” untuk dikenai oleh lawan guna mendapatkan kemenangan diskualifikasi .

(11)

11

5. MENGARAHKAN KAIDAH PERTANDINGAN

Wasit yang baik adalah Wasit yang dapat mengarahkan pertandingan sehingga dapat berjalan dan berkembang sesuai dengan prinsip – prinsip kaidah bertanding . Disamping itu Pesilat diharapkan bisa mengetahui serta memahami hal-hal mana yang merupakan pelanggaran .

Wasit juga harus bisa mengarahkan Pesilat agar Pesilat bisa melakukan serangan yang terkoordinasi dengan baik mulai dari sikap pasang, pola langkah dan dilanjutkan dengan serangan. Pesilat yang tidak melakukan pola langkah harus dibina oleh Wasit , dan jika setelah diberi pembinaan 1 ( satu ) kali Pesilat masih tetap tidak melakukan pola langkah yang telah ditentukan, maka Wasit akan memberikan tegoran.

Wasit harus dapat melakukan kepemimpinan sehingga bimbingannya serta keputusannya akan jelas diterima oleh Pesilat dan merupakan pelajaran untuk memahami peraturan pertandingan secara baik dan benar.

Pedoman mewasiti berdasarkan kaidah bertanding dapat dilihat pada bagan dibawah ini .

BERSEDIA

SIKAP PASANG A - 1 A/2 B/2 B - 1 SIKAP PASANG JARAK YANG CUKUP

A/2 B/2

LANGKAH TRANSAKSI LANGKAH

( JUAL – BELI ) - 6 JENIS SERANGAN - KOORDINASI - SIKAP PASANG

1. Pada saat Wasit memberi aba-aba “BERSEDIA” , Pesilat berada dalam posisi A/1 dan B/1, dengan membuat sikap pasang. Setelah wasit memberi aba-aba “ MULAI “ maka pesilat melakukan langkah untuk saling mendekat ( A-1 ke A2 dan B-1 ke B-2 ).

2. Langkah Pesilat , harus diteliti , apakah merupakan langkah yang baik antara lain langkah angkatan , langkah geseran , langkah lompatan , langkah ingsutan / seseran atau putaran. Tidak diperkenankan menggunakan langkah lari dalam mendekati lawan. Pesilat harus berusaha untuk mendapatkan jarak ideal/jangkau yang tepat untuk melakukan serangan ( posisi A/2 dan B/2 ) .

Pesilat harus melakukan pola langkah. Apabila Pesilat tidak melakukan hal tersebut , maka Pesilat bersangkutan harus diberi pembinaan. Dan setelah diberi pembinaan Pesilat bersangkutan tetap tidak melakukan pola langkah yang dimaksudkan , maka Pesilat bersangkutan langsung diberi tegoran.

(12)

12

3. Sikap pasang adalah merupakan sikap teknik yang penting untuk dikembangkan dalam pertandingan .

Berbagai sikap pasang yang dapat dilakukan antara lain :

3.1. Pasang dengan kuda-kuda depan sejajar 3.2. Pasang dengan kuda-kuda badan berputar 3.3. Pasang dengan kuda-kuda serong depan 3.4. Pasang dengan kuda-kuda tengah menghadap 3.5. Pasang dengan kuda-kuda silang belakang 3.6. Pasang dengan kuda-kuda tengah menyamping 3.7. Pasang dengan kuda-kuda silang depan

3.8. Pasang dengan kuda-kuda satu kaki diangkat

Sikap tangan Pesilat dalam membuat sikap pasang adalah: 1. minimal satu tangan diatas pusar.

2. Bila kedua tangan diatas pusar, salah satu harus terbuka atau kedua-duanya terbuka.

3. Bila kedua tangan diatas pusar, tidak diperbolehkan keduanya mengepal.

Sikap pasang yang dapat dilakukan adalah sikap pasang atas (kuda-kuda ringan), sikap pasang tengah (kuda-kuda berat) . Sedangkan sikap pasang bawah ( tungkai terletak di matras ) tidak diperbolehkan.

4. Pengamatan untuk serang bela ( gebrakan ) harus betul-betul diperhatikan serta dicermati. Rangkaian serang bela yang lebih dari 6 jenis serangan oleh 1 (satu) orang pesilat harus dihentikan , dan Pesilat diberi bimbingan /arahan kode tangan 6 ( enam ) jari, dengan rincian 5 jari tangan kanan dan 1 jari telunjuk tangan kiri dihadapkan sejajar didepan dada.

5. Kalau terjadi pergumulan, Wasit harus segera menghentikan pertandingan, untuk menghindari terjadinya pukulan yang salah atau jatuhan .

6. Jika Pesilat setelah melakukan rangkaian serang bela, kembali membuat sikap pasang, maka pertandingan dapat dilanjutkan kembali dengan isyarat tangan.

Jika Pesilat setelah melakukan rangkaian serang bela tidak segera membuat sikap pasang / ragu-ragu , maka Wasit memberi aba-aba “PASANG” dan “MULAI”.

7. Pada prinsipnya Pesilat dapat melakukan serang bela dengan runtut asalkan membuat sikap pasang kembali setelah gebrakan serta dapat mengatur medan pertandingan secara baik .

Jika Wasit dapat meletakkan dasar bertanding menurut kaidah bertanding tersebut dan membimbing kedua Pesilat untuk menjunjung tinggi sportivitas, pertandingan akan berkembang dengan baik. Diharapkan para Pesilat menggunakan akal pikirannya dalam melakukan dan mengembangkan taktik pertandingan.

Taktik yang utama adalah bagaimana menghindarkan atau memusnahkan serangan lawan untuk disambut dengan serangan balasan.

(13)

13

TATA CARA WASIT JURI PENCAK SILAT KATEGORI TANDING MEMASUKI GELANGGANG PERTANDINGAN 3

4 5 1

2 Anggota Wasit Juri yang tidak bertugas

W Dwn Sekret. Pembw Pengmt Dokter

W / J Ketua Pertand. Acara Waktu Pertand Pertand. W 3 4 5 1 2 BIRU Netral Juri 5 Juri 1 Juri 4 Juri 2 NETRAL Merah Juri 3

(14)

14

TATA CARA WASIT JURI

PENCAK SILAT KATEGORI TANDING

KELUAR GELANGGANG PERTANDINGAN

Anggota Wasit Juri

Dwn Sekret. Pembw Pngmt Dokter W / J Ketua Pertand. Acara Waktu Pertan

Pertand. 3 4 5 1 2 BIRU NETRAL Juri 5 Juri 1 Juri 4 Juri 2 W NETRAL Merah Juri 3

(15)

15

BAB III

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS WASIT

1. SIKAP WASIT

1. Wasit harus menunjukkan sikap yang meyakinkan dan sama sekali tidak boleh menunjukkan sikap ragu-ragu .

2. Wasit harus menghilangkan rasa memihak pada salah satu Pesilat , sebab jika hal itu tampak pada mimik , pandangan mata , apalagi sampai pada perbuatan maka Wasit akan gagal , karena perbuatan yang memihak akan menimbulkan ekses-ekses yang mebahayakan .

3. Wasit harus bertindak tegas , cepat , adil dan bijaksana .

4. Rasa dedikasi dan senang pada tugasnya merupakan bekal yang sangat berharga bagi seorang Wasit , dan hal ini merupakan faktor yang dapat mengatasi kendala-kendala .

Sikap yang meyakinkan memberi pengaruh atau kesan :

a. Rasa aman bagi Pesilat yang dipimpinnya

b. Kepercayaan kedua Pesilat serta publik

c. Menghilangkan keragu-raguan Juri dan Pimpinan Pertandingan ( termasuk publik ) bahwa dalam diri Wasit terdapat kekurangan-kekurangan .

2. LARANGAN BAGI WASIT

Seorang Wasit tidak boleh :

a. Menangani Pesilat , dengan cara yang tidak sesuai dengan norma-norma olahraga antara lain : memisah dengan pukulan , tendangan , tamparan dan segala tindakan kasar lainnya .

b. Menunjukkan sikap marah ketika mendapat ejekan atau cemoohan dari publik .

c. Lepas konsentrasinya dari kedua Pesilat yang sedang bertanding .

d. Hilang kontrol / pengawasan karena putus asa , amarah atau tekanan emosi .

e. Terpengaruh oleh segala sesuatu disekitarnya , yang bersifat mempengaruhi konsentrasi dan pikiran sehingga lepas dari pedoman yang dimilikinya .

3. TATA CARA DI DALAM GELANGGANG

Seorang Wasit dalam tugasnya tidaklah sekedar memimpin pertandingan saja , tetapi juga bertindak sebagai pimpinan dalam melaksanakan semua tata cara yang harus dilaksanakan oleh seorang Pesilat atau Wasit itu sendiri .

Beberapa hal yang perlu diperhatikan serta dilakukan oleh seorang Wasit, sejak sebelum memasuki gelanggang,hingga akhir pertandingan adalah sebagai berikut :

(16)

16

a. Sebelum memasuki gelanggang , seorang Wasit harus menyiapkan diri secara sungguh-sungguh . Secara lahiriah ia harus tampil ke gelanggang dalam keadaan rapi , bersih dan sopan . Sedangkan secara rohaniah ia harus sudah siap tampil ke gelanggang dengan segala konsekuensinya yaitu siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang dapat terjadi di gelanggang .

b. Memasuki gelanggang dari sudut netral , serta berjalan dengan adat yang sopan dan tidak dibuat-buat .

c. Memeriksa dengan cermat keadaan gelanggang , perhatikan noda-noda keringat atau darah .

d. Wasit memberi isyarat kepada kedua Pesilat untuk masuk kegelanggang secara bergantian. Selanjutnya pesilat memberi hormat kepada wasit dan ketua pertandingan (pesilat diperbolehkan melaksanakan rangkaian gerak jurus perguruan lima sampai sepuluh gerakan), setelah kedua pesilat siap Wasit memanggil kedua Pesilat untuk saling berjabatan tangan. Pada saat ini dilakukan pemeriksaan ulang kepada masing-masing Pesilat dengan cara yang tidak menyolok – usahakan serapi mungkin. terutama mengenai pemakaian perlengkapan pertandingan ( genatal protector , pelindung sendi dan lain-lain ) dan menggunakan barang-barang terlarang lainnya . Perhatikan pula kesehatan Pesilat , apakah ada bekas luka pukul atau memar . Kalau Wasit meragukan kesegaran dan kesehatan Pesilat , segera meminta bantuan Dokter Pertandingan untuk memeriksanya kembali .

Pada saat pemeriksaan tersebut digunakan oleh Wasit untuk memberikan arahan tentang pertandingan secara singkat.

e. Wasit memimpin pertandingan sesuai dengan peraturan pertandingan yang berlaku .

f. Diantara masing-masing babak , Wasit - kalau dianggap perlu - sekali lagi memeriksa keadaan gelanggang , kemudian menunggu babak selanjutnya di sudut netral dengan sikap istirahat sempurna dengan melihat ke Pengamat Waktu dan Ketua pertandingan.

g. Setelah babak ketiga berakhir , wasit memberi kesempatan kepada kedua Pesilat untuk beristirahat sejenak sebelum nama Pemenang diumumkan ( ada tanda lampu / bendera ) memanggil kedua Pesilat . Selanjutnya Pesilat yang menang , salah satu tangannya diangkat tinggi sebagai pemberitahuan kepada publik. Kecuali dalam menggunakan sistem penilaian digital dimana keputusan pemenang langsung diumumkan setelah babak ketiga berakhir.

h. Wasit mengajak kedua Pesilat untuk saling berjabat tangan , dan memberikan penghormatan kepada publik .

i. Setelah mengakhiri tugasnya , Wasit memberikan laporan kepada Ketua Pertandingan tentang selesainya pelaksanaan tugas Wasit – Juri .

4. PELAKSANAAN PERWASITAN

a. Seorang Wasit harus benar-benar memahami dan menghayati ketentuan-ketentuan pertandingan yang digariskan dalam Peraturan Pertandingan .

Hubungan antara ketentuan-ketentuan bertanding dalam pasal yang satu dengan pasal yang lain harus menjadi satu kesatuan pengertian sikap dan tindakan Wasit . Hal-hal yang harus dipahami secara baik dan benar oleh Wasit adalah :

(17)

17

2. Ketentuan bertanding yang meliputi pengertian-pengertian : 2.1. Aturan Pertandingan

2.2. Aba-aba yang digunakan 2.3. Sasaran

2.4. Larangan-larangan 2.5. Ketentuan Hukuman

3. Penilaian , yang meliputi dasar-dasar ketentuan nilai dan syarat-syarat nilai yang terdiri dari elakan / tangkisan sah yang dinilai , serangan sah yang dinilai serta teknik menjatuhkan yang dinilai .

Koordinasi tugas Wasit dan Juri dalam kesatuan tindakan untuk memimpin dan menetukan hasil pertandingan harus dapat dicapai dengan baik . Pada hakekatnya tugas Wasit adalah memimpin dilaksanakannya aturan-aturan bertanding dan mencegah terjadinya pelanggaran dan gangguan yang mungkin terjadi baik bagi keselamatan Pesilat maupun dilanggarnya norma-norma keolahragaan .

b. Keputusan yang menjadi tugas Wasit untuk menetapkan , secara teknis harus benar-benar dilaksanakan secara tegas dan jelas serta tidak ragu-ragu .

Sebab jika dalam menentukan keputusan yang menjadi wewenang sepenuhnya Wasit tidak dijalankan secara tegas dan jelas , maka akan dapat menimbulkan ekses dan hal-hal yang menyulitkan , tidak hanya bagi Wasit saja , akan tetapi juga bagi Aparat Pertandingan yang lain dan bahkan bagi Panitia Penyelenggara Pertandingan .

Keputusan kemenangan yang harus dipahami faktor-faktornya secara benar adalah :

1. Menang Teknik

Menang Teknik ini dapat disebabkan oleh permintaan Pesilat dan Pelatih untuk tidak melanjutkan pertandingan, Keputusan Dokter Pertandingan dan oleh Keputusan Wasit.

Wasit harus menerima serta mengesahkan dan memutuskan kemenangan tanpa ragu-ragu . Sanggahan dari pihak manapun harus diabaikan .

2. Menang Mutlak

Menang Mutlak sepenuhnya menjadi wewenang Wasit untuk menilai dan memutuskannya . Pelaksanaan penghitungan sampai kepada keputusan kemenangan harus dijalankan dengan pasti serta tegas dan tidak ragu-ragu .

3. Menang Diskualifikasi

Wasit mempunyai hak penuh untuk memberikan peringatan-peringatan kepada Pesilat sesuai dengan ketentuan-ketentuan tentang peraturan pertandingan terutama mengenai larangan-larangan .

Hal-hal yang memang merupakan pelanggaran berat terhadap norma-norma keolahragaan dan dilakukan dengan sengaja harus secara tegas ditentukan hukumannya oleh Wasit .

4. Menang karena pertandingan tidak seimbang

Wasit mempunyai kewenangan untuk memutuskan kemenangan jika terdapat pertandingan yang benar-benar tidak seimbang , sehingga membahayakan keselamatan Pesilat .

Hak Wasit yang cukup menentukan ini hendaknya dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya . Misalnya jika terdapat pertandingan yang tidak seimbang dapat ditanyakan / diberitahukan kepada Pesilat bersangkutan apakah masih kuat untuk melanjutkan pertandingan atau bisa juga kepada Pelatih / Pendamping Pesilat bersangkutan. Bila Wasit tidak menjalankan aturan sebagaimana mestinya terkait dengan kemenangan WMP maka ketua pertandingan dapat mengingatkan.

(18)

18

5. POSISI WASIT

Suatu ukuran yang pasti mengenai berapa jarak yang harus diambil oleh seorang Wasit dari kedua Pesilat , tidaklah dapat diberikan secara pasti . Hal ini hanya dapat diberikan beberapa rambu-rambu sebagai berikut :

a. Wasit harus berada didalam jarak yang sama dengan kedua Pesilat dengan posisi berbentuk segi tiga sama kaki .

b. Tiap-tiap perubahan posisi dan jaraknya , Wasit harus senantiasa mengikuti setiap perubahan gerak serta perubahan posisinya .

c. Jauh dan dekatnya jarak ditentukan oleh keadaan yang timbul selama pertandingan dengan patokan bahwa posisi Wasit tidak menghalangi gerak / keleluasaan gerak kedua Pesilat .

d. Wasit harus mencegah terjadinya gerakan yang melintas / memotong gerakan kedua Pesilat yang sedang bertanding .

e. Wasit harus mengupayakan posisinya sedemikian rupa agar tidak menghalangi pandangan Juri terhadap kedua Pesilat .

6. ABA-ABA DAN ISYARAT TANGAN

Agar terdapat kesamaan dalam pelaksanaan tugas Wasit , maka dipandang perlu adanya keseragaman sikap dalam memberikan aba-aba serta isyarat tangan .

Aba-aba dan isyarat tangan tersebut antara lain :

a. Aba-aba yang dipergunakan adalah :

“BERSEDIA” , “PASANG” , “MULAI” , “LANGKAH”, dan “BERHENTI” .

b. Aba-aba harus diucapkan dengan jelas , keras dan dengan tekanan suara yang tegas dan berwibawa .

c. Aba-aba “BERSEDIA” disertai dengan isyarat tangan kedepan , diucapkan untuk memberi tahukan kepada Pesilat bahwa pertandingan akan segera dimulai .

d. Aba-aba “MULAI” disertai dengan isyarat tangan ditarik , diucapkan untuk memberi tahukan kepada Pesilat bahwa pertandingan sudah bisa dimulai .

e. Aba-aba “PASANG” disertai dengan isyarat tangan , diucapkan kepada Pesilat yang belum melakukan sikap pasang pada saat akan dimulainya pertandingan atau untuk menempatkan Pesilat dalam posisi siap bertanding .

f. Aba-aba “LANGKAH” disertai dengan isyarat gerakan langkah kaki dan tangan membentuk sikap pasang diucapkan kepada Pesilat yang tidak mempergunakan pola langkah pada saat akan melaksanakan teknik serangan atau belaan .

g. Aba-aba “BERHENTI” disertai dengan isyarat tangan kedepan , jika terjadi hal-hal yang mengharuskan pertandingan dihentikan sesuai dengan ketentuan peraturan pertandingan yang berlaku .

h. Perintah , tegoran . larangan , peringatan dari Wasit sebaiknya selalu disertai dengan isyarat tangan .

(19)

19

7. CARA-CARA MELERAI / MEMISAH

a. Dalam melerai / memisah Pesilat yang sedang dalam keadaan bertarung ramai, Wasit agar menggunakan aba-aba “BERHENTI” dengan tekanan yang lebih keras .

Gerakan-gerakan tangan yang membahayakan Pesilat , agar dihindari .

Dalam memghentikan pertandingan yang menggeser keluar gelanggang , tangan Wasit cukup digerakkan diantara kedua Pesilat ( disodorkan / diacungkan) .

b. Apabila terjadi pergumulan dan Wasit sudah memberikan aba-aba “BERHENTI” , tetapi kedua Pesilat tidak segera terlerai / menghentikan pertandingan , maka Wasit dapat memberi isyarat tepukan ringan di salah satu bagian badan yang tidak membahayakan ( bahu , lengan dan punggung ) .

c. Apabila ternyata setelah Wasit memberi aba-aba dan kemudian diperkuat dengan isyarat tangan , kedua Pesilat tidak menghiraukan aba-aba tersebut , maka Wasit dapat memberikan tegoran atau peringatan , tergantung sampai sejauh mana unsur kesengajaan memegang peranan dalam masalah ini .

Wasit harus senantiasa berhati-hati dalam memberikan tegoran atau peringatan kepada Pesilat . Betul-betul harus diperhatikan apakah unsur-unsurnya sudah cukup terpenuhi untuk diberikannya tegoran / peringatan .

8. WASIT RAGU-RAGU DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN

1. Seorang Wasit adalah manusia biasa , yang tidak terlepas dari sikap lupa , salah dan sikap ragu-ragu . Keputusan yang harus diambil dalam menentukan keputusan oleh seorang Wasit hanya selama 1 ( satu ) detik . Oleh sebab itu jika seorang Wasit ragu-ragu dalam mengambil suatu keputusan , maka agar tidak terjadi keputusan yang salah , Wasit diperkenankan untuk menanyakan kepada para Juri yang bertugas dalam rangka untuk menetapkan suatu keputusan dengan tata cara sebagai berikut :

a. Kedua Pesilat ditempatkan pada sudut netral .

b. Wasit memanggil semua Juri yang bertugas ke tengah gelanggang , berdiri berjajar menghadap Wasit .

c. Wasit menanyakan satu persatu Juri ( maju kedepan / kedekat Wasit ) tentang kasus yang terjadi , dengan disaksikan oleh salah seorang Dewan Wasit Juri . d. Pengambilan keputusan didasarkan kepada pendapat yang lebih banyak dari

semua Juri .

e. Bila terjadi keputusan yang sama oleh para juri ( contoh : dalam kasus jatuhan dua Juri menyatakan jatuhan syah, dua juri menyatakan jatuhan tidak Syah dan satu juri tidak melihat. Maka keputusan ada di Wasit.

2. Jika suatu keputusan yang telah ditetapkan oleh seorang Wasit dianggap kurang / tidak tepat atau kontroversial oleh Ketua Pertandingan , maka Ketua Pertandingan mempunyai hak untuk memanggil Wasit bersangkutan , serta menyarankan agar menanyakan keputusan tersebut kepada semua Juri dengan tata cara sebagai berikut : a. Ketua Pertandingan memanggil Wasit bersangkutan dengan isyarat bel atau peluit untuk menghadap Ketua Pertandingan. Setiap wasit yang dipanggil harus menghadap keketua pertandingan

b. Ketua Pertandingan menyarankan agar Wasit menanyakan keputusannya kepada semua ( kelima ) Juri yang bertugas . Saran ini harus dilaksanakan oleh Wasit . c. Wasit memanggil semua Juri ketengah gelanggang dalam posisi berjajar

(20)

20

d. Dalam posisi ini salah seorang anggota Dewan Wasit Juri , harus juga berada ditengah gelanggang mendampingi Wasit , sebelum Wasit menanyakan keputusannya kepada kelima Juri yang bertugas .

e. Wasit menanyakan kepada para Juri ( secara bergantian ) mengenai keputusan yang telah ditetapkan oleh Wasit tentang sah atau tidaknya keputusan tersebut . f. Dewan Wasit Juri mencatat pengakuan semua Juri yang bertugas didalam suatu

catatan khusus yang telah disiapkan , sedangkan Wasit cukup menghitung dalam hati tentang keputusan tersebut .

g. Pengambilan keputusan didasarkan kepada pendapat yang lebih banyak dari semua Juri .

h. Bila terjadi keputusan yang sama oleh para juri ( contoh : dalam kasus jatuhan dua Juri menyatakan jatuhan syah, dua juri menyatakan jatuhan tidak Syah dan satu juri tidak melihat. Maka keputusan ada di Wasit.

i. Hasil keputusan para Juri tersebut dilaporkan kepada Ketua Pertandingan oleh Wasit didampingi Dewan Wasit Juri .

9. PEMBINAAN , TEGURAN DAN PERINGATAN

Larangan-larangan pada hakekatnya merupakan pelanggaran ketentuan-ketentuan bertanding dan penyimpangan dari tujuan olahraga .

Kesalahan-kesalahan atau pelanggaran perlu adanya hukuman , namun hendaknya seorang Wasit dapat menimbang dan menetapkan pelanggaran-pelanggaran dalam tingkat-tingkatnya dengan penuh kewibawaan .

Sebelum Wasit memberikan Sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh Pesilat Wasit memberikan Pembinaan terlebih dahulu kepada Pesilat yang melakukan pelanggaran ringan yang tidak membahayakan Pesilat lawannya dan selanjutnya dapat ditingkatkan menjadi Teguran .

Sanksi atas pelanggaran dapat dibagi dalam 3 ( tiga ) tingkat yaitu :

a. Teguran b. Peringatan c. Diskualifikasi a. Teguran

Sanksi “Teguran” adalah merupakan sanksi yang paling ringan . Teguran ini diberikan oleh Wasit karena kesalahan-kesalahan yang termasuk pelanggaran ringan yang tidak membahayakan Pesilat lawannya .

Sanksi teguran mempunyai 2 ( dua ) tingkat , yaitu : Teguran I mendapatkan pengurangan nilai 1 , Teguran II mendapatkan pengurangan nilai 2 .

Teguran III adalah merupakan Peringatan I . Teguran hanya berlaku untuk setiap babak. Artinya :

jika seorang Pesilat mendapatkan Teguran II pada babak I. Maka pada babak II , masih melakukan pelanggaran yang sama pada babak I, Pesilat bersangkutan tidak langsung mendapat Peringatan I , tetapi mendapat Teguran I .

(21)

21

b. Peringatan

Suatu pelanggaran yang dilakukan dengan sengaja dan membahayakan lawan dapat langsung diberikan “Peringatan” , tanpa melalui “Tegoran” terlebih dahulu , jika kesalahan-kesalahan tersebut termasuk pelanggaran berat .

Peringatan diberikan kepada Pesilat dengan memberi tahukan kepada Juri mengenai kesalahannya serta tingkat peringatannya . Pemberi tahuan cukup dengan isyarat tangan saja dengan jelas dan tegas sesuai dengan tata cara yang berlaku . Yang perlu diperhatikan oleh Wasit adalah sikap pada waktu memberikan Peringatan terhadap Pesilat .

Hendaknya mengambil sikap sempurna dan melakukan dengan berwibawa dan tidak menunjukkan sikap emosional . Peringatan berlaku untuk semua Babak .

Peringatan III merupakan hukuman diskualifikasi .

c. Diskualifikasi

Pelanggaran berat yang langsung mengakibatkan lawan cedera atau jelas-jelas didorong oleh unsur kesengajaan yang melanggar norma-norma keolahragaan , dapat dikenakan sanksi diskualifikasi, tanpa melalui Peringatan . Pada hakekatnya semua tindakan yang mencemarkan norma-norma keolahragaan dan kekesatriaan dapat dikenakan hukuman diskualifikasi .

10. Hitungan

a. Hitungan terhadap seorang Pesilat dapat dilakukan bila Pesilat bersangkutan berada dalam keadaan tidak sadar , setengah sadar atau nanar.

b. Sebelum hitungan dimulai, Pesilat yang lain harus diperintahkan menempati sudut netral. Apabila Pesilat tersebut belum melaksanakan perintah ini , maka hitungan tidak boleh dilaksanakan .

c. Pada saat hitungan , Wasit harus berada segaris dengan Pesilat yang dihitung dan Pengamat Waktu , agar bisa memperhatikan isyarat-isyarat Pengamat Waktu dan Pesilat yang bersangkutan . Untuk itu Wasit harus bisa menempatkan dirinya sedemikan rupa , sehingga Wasit bisa mengamati Pesilat yang dihitung , Pesilat lainnya serta Pengamat Waktu .

d. Hitungan tetap dilaksanakan hingga hitungan ke - 9 ( sembilan ) sekalipun sebelum itu Pesilat bersangkutan sudah mampu berdiri tegak .

e. Pesilat yang belum sadar atau masih dalam keadaan setengah sadar atau nanar , dilanjutkan hingga hitungan ke - 10 ( sepuluh ) , dan dinyatakan kalah mutlak .

f. Hitungan harus dilakukan sesuai dengan isyarat-isyarat Pengamat Waktu yang menghitung tiap-tiap satu hitungan.

g. Hitungan dilakukan oleh wasit dan tidak boleh diikuti oleh pembawa acara. 11. Keputusan

Keputusan Wasit atas jalannya pertandingan tidak dapat diganggu gugat . Apabila ternyata keputusan Wasit bertentangan dengan aturan yang ada , maka Wasit tersebut harus mempertanggung jawabkan tindakannya didepan Ketua Pertandingan, Dewan Wasit Juri , dan selanjutnya kepada Lembaga Wasit Juri sesuai dengan tingkatannya .

(22)

22

BAB IV

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS JURI 1. SIKAP JURI

Juri harus menunjukkan sikap yang memberi kesan meyakinkan pada tugas yang dibebankan pada dirinya , antara lain :

a. Bertindak jujur , adil dan tidak hanyut pada emosinya . b. Bersikap tenang dan tidak tergesa-gesa ( gugup )

c. Percaya pada kepemimpinan Wasit di gelanggang dan tidak boleh menunjukkan sikap tidak setuju walaupun menurut juri keputusan Wasit adalah salah.

d. Konsentrasi harus selalu tetap pada kedua Pesilat , serta tidak terpengaruh oleh suara-suara dari luar .

e. Mengisi formulir nilai pertandingan dengan cepat , benar dan teliti . kecuali dalam menggunakan sistem penilaian digital.

f. Sejak duduk dikursi yang telah disediakan sudah mulai mencatat apa-apa yang diperlukan , dan jangan sekali-kali mengadakan pembicaraan baik secara lisan maupun isyarat dengan siapapun .

g. Hindarkan coretan-coretan dalam formulir nilai pertandingan , dan bila tidak bisa dihindarkan , hendaknya memberi parap pada coretan tersebut. kecuali dalam menggunakan sistem penilaian digital.

2. PENGERTIAN NILAI

Seorang Juri harus paham benar tentang pengertian sasaran dan nilai . Terhadap pola-pola teknis pertandingan , Juri harus mempunyai pandangan yang luas dan memahami dasar penilaian atas proses pertandingan .

Unsur-unsur pertandingan yang pokok yaitu serangan serta pembelaan dalam hubungannya dengan tujuan mencapai prestasi yang akan dinilai oleh Juri , dalam berbagai variasi dan kemungkinannya tidak boleh terjadi keragu-raguan bagi Juri .

Teknik-teknik yang akan dinilai oleh Juri adalah :

a. Teknik elakan atau tangkisan yang disusul oleh serangan yang masuk atau teknik sambut yang berhasil , dinilai menurut serangannya yaitu : 1 + 1 jika disusul oleh serangan tangan yang berhasil , dan 1 + 2 jika disusul oleh serangan kaki yang berhasil , serta 1 + 3 jika disusul dengan teknik menjatuhkan yang berhasil .

b. Serangan tangan maupun kaki pada sasaran yang sah dengan ketentuan yang disahkan oleh peraturan pertandingan , yaitu bertenaga dan tanpa terhalang oleh tangkisan / elakan / hindaran . Seorang Juri harus benar-benar mengamati unsur-unsur serangan tersebut .

c. Teknik menjatuhkan pengamatan serta penentuan pengesahannya diberikan oleh Wasit . Juri tidak boleh memberikan nilai jatuhan sebelum ada tanda dari Wasit yang memimpin pertandingan .

d. Serangan yang sah ( pukulan / tendangan ) yang tidak diawali oleh sikap pasang dan pola langkah , tidak dinilai oleh Juri.

Pada dasarnya hendaknya Juri didalam menilai suatu pertandingan , tidak melepaskan pengamatan teknik bertanding dari kedua Pesilat , terutama terhadap serangan yang sah , yang dinilai sesuai dengan prinsip-prinsip yang digariskan dalam peraturan .

Pengertian yang mendalam tentang bentuk serangan dan pembelaan pertandingan Pencak Silat mutlak dituntut bagi seorang Juri . Hal ini untuk menghindarkan terjadinya kefatalan dalam keputusan kemenangan .

(23)

23

3. PENGISIAN FORMULIR PENILAIAN

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh para Juri dalam pengisian daftar nilai , sebenarnya merupakan masalah-masalah yang tidak terlampau penting , tetapi tidak boleh dilupakan oleh para Juri , antara lain :

a. Nama-nama Pesilat agar ditulis dengan jelas ( diteliti dengan jelas , apakah sudah ditulis oleh Sekretaris Pertandingan atau belum ) , mudah dibaca dan tidak tertukar sudut-sudutnya ( sebelah kiri adalah sudut merah , dan sebelah kanan adalah sudut biru ) . Jangan lupa diteliti juga tentang partai pertandingan berikut babaknya . Semua isian harus ditulis dengan jelas. Kecuali dalam menggunakan sistem penilaian digital.

b. Periksa dengan teliti tentang angka yang telah ditulis , penentuan pemenang , tanda tangan dan sebagainya sebelum pengumuman Keputusan Pemenang dilakukan oleh Ketua Pertandingan. kecuali dalam menggunakan sistem penilaian digital.

c. Hindari coretan-coretan . kecuali dalam menggunakan sistem penilaian digital.

4. CARA MENILAI

a. Setelah Juri duduk pada tempat yang telah disediakan – sesuai dengan nomor Juri – serta telah mempersiapkan diri , sebaiknya periksa kembali daftar nilai serta mengadakan pengecekan ulang terhadap isian Pesilat yang telah ditulis oleh Sekretaris Pertandingan . kecuali dalam menggunakan sistem penilaian digital.

b. Harus diingat benar, bahwa kolom sebelah kiri adalah untuk menilai Pesilat sudut merah , sedangkan kolom sebelah kanan adalah untuk menilai Pesilat sudut biru . Hal ini perlu diingat , karena kemungkinan posisi Pesilat tidak selalu berada pada posisi yang tetap ( tidak selalu Pesilat sudut merah berada disebelah kiri , atau sebaliknya ) . Jangan sampai letak penilaian menjadi tertukar / terbalik .

c. Penilaian dilakukan dengan angka-angka : 1 , 2 , 3 , 1 + 1 , 1 + 2 , 1 + 3 harus ditulis dengan jelas . kecuali dalam menggunakan sistem penilaian digital.

d. Pengurangan nilai akibat pelanggaran yang diberitahukan oleh Wasit ditulis pada kolom Hukuman dengan angka : 1 untuk Tegoran I , 2 untuk Tegoran II , 5 untuk Peringatan I dan 10 untuk Peringatan II . kecuali dalam menggunakan sistem penilaian digital.

e. Setelah babak I selesai , jumlahkan segera nilai yang diperoleh masing-masing Pesilat dengan cara menjumlahkan perolehan nilai dikurangi nilai hukuman .

Begitu pula setelah selesainya babak II . kecuali dalam menggunakan sistem penilaian digital.

f. Setelah babak III selesai , segera lakukan penjumlahan seperti penjumlahan pada babak sebelumnya , dan dilanjutkan dengan menjumlahkan seluruh hasil nilai pada babak I , babak II dan babak III .

Teliti sekali lagi jumlah-jumlah tersebut dan kemudian isilah nama Pemenang serta penegasan kemenangannya pada kolom yang telah tersedia . Jangan lupa mengisi nama Juri , nomor Juri serta tanda tangan Juri . kecuali dalam menggunakan sistem penilaian digital.

(24)

24

g. Setelah selesai semuanya ( diberikan waktu 30 detik ) , Juri bersiap menantikan tanda pelaksanaan Keputusan Pemenang , dengan memandang kearah gelanggang . Tidak diperkenankan membuat tindakan-tindakan yang tidak perlu yang bisa menimbulkan persepsi negatif . kecuali dalam menggunakan sistem penilaian digital.

h. Setelah Ketua Pertandingan membunyikan peluit , Juri secara serentak mengangkat bendera Pesilat yang menang . Pada tangan kiri bendera merah untuk Pesilat sudut merah dan pada tangan kanan bendera biru untuk Pesilat sudut biru .

Jika terjadi seri , Juri mengangkat kedua bendera ( merah dan biru ) disilangkan diatas kepala .

i. Kelima Juri menurunkan bendera secara serentak , bersamaan dengan pada saat Wasit menurunkan tangan Pesilat yang menjadi Pemenang .

BAB V

TATA CARA PENENTUAN PEMENANG

1 ( satu ) orang Wasit dan 5 ( lima ) orang Juri adalah pelaksana perwasitan sampai pada penentuan hasil kemenangan . Tugas ini diwenangkan oleh ketua Pertandingan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan pertandingan mengenai tugas-tugas tersebut . Untuk penentuan kemenangan yang terjadi dalam keadaan pertandingan berlangsung penuh 3 (tiga ) babak , maka pelaksanaan tata cara penentuan pemenang adalah sebagai berikut :

1. Setelah babak III berakhir , Juri diberi kesempatan selambat-lambatnya 60 detik untuk menyelesaikan penjumlahan nilai , dan kemudian siap menanti keputusan pemenang . kecuali dalam menggunakan sistem penilaian digital.

2. Ketua Pertandingan melalui Pembawa Acara memberi aba-aba untuk mempersiapkan keputusan pemenang .

3. Setelah aba-aba “Keputusan Pemenang” , Wasit menuju ketengah gelanggang dan memerintahkan kedua Pesilat berdiri disamping Wasit , menghadap Ketua Pertandingan dengan memegang kedua tangan Pesilat untuk menunggu isyarat dari Ketua Pertandingan.

4. Ketua Pertandingan memberikan isyarat dengan membunyikan peluit , serentak kelima Juri menyatakan keputusannya dengan mengangkat bendera sesuai dengan keputusan yang diyakini oleh Juri . Ketua Pertandingan memberikan Keputusan Pemenang dengan menyalakan lampu pemenang .

5. Pembawa Acara mengumumkan hasil kemenangan Pesilat , dan Wasit mengangkat tangan Pesilat yang menang serta mengadakan penghormatan kepada Ketua Pertandingan .

Apabila hasilnya ternyata seri , maka Wasit mengangkat tangan kedua Pesilat , dan pelaksanaan selanjutnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku .

6. Setelah Pesilat meninggalkan gelanggang , Wasit mempersilahkan kelima Juri untuk menuju ke meja Ketua Pertandingan , serta melaporkan selesainya pelaksanaan tugas Wasit Juri .

(25)

25

Catatan :

Penentuan Pemenang yang diputuskan oleh Juri bisa terjadi hal-hal sebagai berikut :

1. Kelima Juri bendera Merah : Pemenang Sudut Merah 2. Kelima Juri bendera Biru : Pemenang Sudut Biru 3. Keempat Juri bendera Merah X 1 Biru : Pemenang Sudut Merah 4. Keempat Juri bendera Biru X 1 Merah : Pemenang Sudut Biru 5. Ketiga Juri bendera Merah X 2 Biru : Pemenang Sudut Merah 6. Ketiga Juri bendera Biru X 2 Merah : Pemenang Sudut Biru 7. Ketiga Juri bendera Merah X 1 Biru X 1 Seri : Pemenang Sudut Merah 8. Ketiga Juri bendera Biru X 1 Merah X 1 Seri : Pemenang Sudut Biru 9. Ketiga Juri bendera Merah X 2 Seri : Pemenang Sudut Merah 10. Ketiga Juri bendera Biru X 2 Seri : Pemenang Sudut Biru 11. Kedua Juri bendera Merah X 1 Biru X 2 Seri : Pemenang Sudut Merah 12. Kedua Juri bendera Biru X 1 Merah X 2 Seri : Pemenang Sudut Biru 13. Kedua Juri bendera Merah X 3 Seri : Pemenang Sudut Merah 14. Kedua Juri bendera Biru X 3 Seri : Pemenang Sudut Biru 15. Keempat Juri Seri X 1 Merah : Pemenang Sudut Merah 16. Keempat Juri Seri X 1 Biru : Pemenang Sudut Biru 17. Kedua Juri bendera Merah X 2 Biru X 1 Seri : Seri

18. Ketiga Juri Seri X 1 Merah X 1 Biru : Seri

BAB VI

PEDOMAN JURI KATEGORI TUNGGAL , GANDA DAN REGU

Sebelum Juri kategori Tunggal . Ganda dan Regu – selanjutnya disebut Juri - melaksanakan tugasnya menilai pertandingan , ada beberapa hal yang harus menjadi pedoman dalam pelaksanaan tugas , yaitu :

1. Tata cara Pembukaan 2. Tata cara Penutupan 1. TATA CARA PEMBUKAAN

Setelah diumumkannya nama-nama Juri yang akan menilai pertandingan suatu kategori , maka prosesi selanjutnya adalah sebagai berikut :

a. Kelima Juri memasuki gelanggang dari sebelah kanan Ketua Pertandingan , dengan urutan , Juri 5 , Juri 4 , Juri 3 , Juri 2 dan Juri 1 . Dalam posisi berbanjar memberi hormat serta memberikan laporan kepada Ketua Pertandingan yang dipimpin oleh juri 3 ( isi laporan para juri siap melaksanakan tugas ).

b. Dengan dipimpin Juri 3 , semuanya “balik kanan” dan memberi hormat kepada publik .

c. Juri menuju dan menempati kursi masing-masing dengan melalui pinggir gelanggang pertandingan sebelah kiri Ketua Pertandingan .

d. Sebelum duduk dikursi Juri , semua Juri dalam keadaan berdiri , dan atas isyarat Juri 3, kelima Juri duduk secara bersamaan .

e. Kelima Juri memberikan penilaian kepada Pesilat dalam satu kategori sesuai dengan nomor undian .

(26)

26

2. TATA CARA PENUTUPAN

Setelah selesainya pertandingan , maka beberapa hal yang harus dilakukan oleh Juri adalah sebagai berikut :

a. Setelah selesainya penilaian terhadap semua nomor dalam satu kategori , maka atas perintah Ketua Pertandingan – melalui Pembawa Acara – kelima Juri berdiri serempak (atas isyarat Juri 3 ) , kemudian berjalan menuju Ketua Pertandingan melalui pinggir gelanggang sebelah kanan Ketua Pertandingan .

b. Melaporkan kepada Ketua Pertandingan atas selesainya tugas Juri ( isi laporan para Juri telah melaksanakan Tugas, laporan selesai ) serta memberi hormat dengan aba-aba “hadap kanan maju jalan”.

(27)

27

TATA CARA JURI PENCAK SILAT KATEGORI TUNGGAL , GANDA DAN REGU MEMASUKI GELANGGANG PERTANDINGAN 1

2 3 4

5 Anggota Wasit Juri

Dwn Sekret. Pembw Pengmt Dokter Juri Ketua Pertand. Acara Waktu Pertand

Pertand. 1 2 3 4 5 Juri 5 Juri 4 Juri 3 Juri 2 Juri 1

(28)

28

TATA CARA JURI PENCAK SILAT KATEGORI TUNGGAL , GANDA DAN REGU

KELUAR GELANGGANG PERTANDINGAN

Anggota Wasit Juri

Dwn Sekret. Pembw Peng Dokter

Juri Ketua Pertand. Acara Waktu Pertand Pertand.

1 2 3 4 5

Juri 5 Juri 4 Juri 3 Juri 2 Juri 1

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sikap Profesional yang harus ada dalam diri praktisi perbankan syariah diantaranya membuat produk yang sesuai dengan syariah, bersikap jujur, menentukan rate secara

Menurut Pasal 26 UU TPPU tugas PPATK antara lain: mengumpulkan, menyimpan, menghimpun, menganalisis, mengevaluasi informasi yang diperoleh berdasarkan UU ini, membuat pedoman

Sebagaimana dikemukakan oleh Carmeli dan Spreitzer (2006 : 75-90) bahwa perilaku inovatif karyawan di tempat kerja merupakan landasan yang pokok untuk mewujudkan

Perindustrian dan Perdagangan Tahun Anggaran 2A12, berdasarkan berita acara hasil pengadaan langsung No.530t?6 IPPBJ-APBD/PERINDAG/2012 tanggal 13 Juli 2012 dan penetapan

Upaya internasional lainnya yang cukup monumental dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang terjadi pada tahun 1989 yaitu pada saat Negara-negara yang

Menjelaskan  cara penggunaan OMM   (operation maintenance manual),   Service Manual   dan   Part book   sesuai peruntukannya. 4.7 Menerapkan penggunaan

Dari hasil pengujian uji R 2 dengan menggunakan SPSS 16.0, menyatakan bahwa kualitas produk, harga, dan tempat terhadap keputusan pembelian pada angkringan di sekitar