• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEPUTUSAN WASIT DALAM MEMIMPIN PERTANDINGAN FUTSAL | Hena | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 8061 16168 2 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEPUTUSAN WASIT DALAM MEMIMPIN PERTANDINGAN FUTSAL | Hena | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 8061 16168 2 PB"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

266

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN

KEPUTUSAN WASIT DALAM MEMIMPIN

PERTANDINGAN FUTSAL

Wili Hena, Mustika Fitri

Jurusan Pendidikan Kepelatihan

Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Universitas Pendidikan Indonesia

Ilywilihena05@gmail.com

Abstrak

Wasit wanita selain perlu memahami semua peraturan permaianan futsal dituntut memiliki kestabilan emosi. Faktor yang penting adalah kecemasan yang harus stabil terutama dalam kondisi permainan dengan tingkat tekanan yang tinggi seperti penonton. Tingkat kecemasan yang tinggi yang tidak mampu dikendalikan, mengakibatkan wasit tidak mampu memimpin pertandingan dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan sebelum memimpin pertandingan dengan keputusan wasit wanita dalam memimpin pertandingan futsal. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan hubungan antara tingkat kecemasan dengan keputusan wasit wanita. Hasil penelitian menunjukan, bahwa kecemasan dan keputusan wasit dalam memimpin pertandingan futsal dalam kategori sangat tinggi. hasil uji signifikansi koefisien korelasi dengan menggunakan uji-T pada variabel kecemasan dan penilaian keputusan terhadap keputusan wasit sehingga korelasi antara kecemasan dan keputusan bersifat signifikan. Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan mengenai tingkat kecemasan dengan keputusan wasit wanita dalam memimpin pertandingan futsal.

Kata kunci: Kecemasan, Wasit, Futsal, Angket sebelum memmimpin pertandingan futsal, dan keputusan

PENDAHULUAN

Futsal adalah salah satu kegiatan olahraga yang cukup populer dan banyak diminati oleh warga Indonesia bahkan dunia saat ini.Hal ini terlihat dari antusiasme bermain futsal yang dilakukan oleh anak-anak, orang muda, orang tua, laki-laki, maupun perempuan.Futsal merupakan salah satu olahraga yang tumbuh paling pesat di dunia.Popularitas dan potensi permainan futsal yang tidak terbatas dan membantu mencapai tujuan-tujuan sosial di dunia dengan sebenar-benarnya.

Futsal dikenal juga dengan berbagai nama

lain. Istilah “futsal” adalah istilah

internasionalnya, berasal dari kata spanyol atau portugis, futbol dan sala.Futsal dipopulerkan di Montevideo, Uruguay pada tahun 1930, oleh Juan Carlos Ceriani.(http//id.wikipedia.org

23/07/2013).Selain itu Tenang (2008:25-32), menjelaskan bahwa:

(2)

267 aspek kekerasan lain seperti dalam

permainan sepakbola tidak diperbolehkan dalam olahraga ini. Dengan bermain futsal, pemain bisa mengembangkan kemampuannya dengan baik.Peraturannya sangat ketat, yaitu salah satunya pemain dilarang melakukan sliding dan tackling

keras.Dengan demikian, pemain bisa bermain lepas tanpa resiko dicederai lawan.

Berdasarkan penjelasan dari Tenang tersebut, maka Setiap kejuaraan futsal tidak terlepas dari beberapa komponen pendukung seperti: panitia, aparat pertandingan, manajer, pelatih, pemain, official, dan penonton. Tidak hanya dalam pertandingan sepakbola, keberadaan penonton pada pertandingan futsal punsangat berpengaruh.Saat ini para penonton, pemain serta pelatih futsal di Indonesia tingkat sportifitasnya masih rendah. Itu terlihat ketika salah satu tim yang didukungnya mengalami kekalahan, mereka cenderung tidak terima dan kebanyakan mengkambing hitamkan wasit sebagai penyebab kekalahannya. Oleh sebab itu fanatisme negatif seorang penonton, pemain serta pelatih yang seperti itu dapat mempengaruhi mental wasit ketika memimpin pertandingan.

Peraturan permainan futsal sengaja dibuat ketat oleh FIFA (Federation Internationale de Football Association) agar para pemain lebih menjunjung nilai fair play, serta untuk meminimalisir atau menghindari resiko cedera. Dalam setiap pertandingan dipimpin oleh seorang wasit yang memiliki wewenang penuh untuk memegang teguh peraturan permainan (Laws Of The Game) sehubungan dengan pertandingan dimana telah ditunjuk untuk memimpin, terhitung mulai dari saat wasit masuk sampai meninggalkan lapangan permainan. Menurut Sukintaka (1983;3)

“Wasit adalah orang yang memimpin

jalannya suatu pertandingan olahraga”. Penelitian ini ditujukan untuk wasit futsal.Wasit dibantu oleh wasit kedua (second

referee) dalam melaksanakan tugasnya yang telah ditunjuk juga untuk melaksanakan tugas pada sisi lapangan yang berlawanan dari posisi wasit.

Tidak hanya kecemasan yang harus stabil, wasit juga harus memiliki tingkat pemahaman peraturan yang baik dan harus benar-benar memahami semua peraturan permaianan agar dapat mengambil keputusan-keputusan yang tepat selama memimpin pertandingan. Melihat FIFA Futsal Laws Of The Game

“Semua keputusan wasit mengenai

kenyataan-kenyataan yang berhubungan dengan permainan adalah Final (mutlak) dan

tidak dapat dirubah.”

Pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting bagi seorang wasit futsal. Karena pemahaman peraturan permainan inilah yang menunjang untuk mengambil keputusan di lapangan pada saat pertandingan berlangsung antara kedua tim. Kemampuan wasit dalam menerapkan peraturan permainan yang ada untuk mengambil suatu keputusan sering menjadi bahan permasalahan atau menjadi sasarankesalahan bagi tim yang dirugikan, namun kenyataannya bukan hanya wasit yang harus dipermasalahkan tetapi pemain, official, bahkan penonton sekalipun.

Dalam hal ini kecemasan dan keputusan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suasana hati wasit dalam hal kekhawatiran atau ketakutan wasit saat memimpin suatu pertandingan futsal.Berdasarkan penjelasan diatas mengenai faktor yang mempengaruhi kekuasaan, tugas serta keputusan wasit, penulis tergugah untuk mengadakan penelitian khususnya mengenai kecemasan wasit wanita yang sering dikatakan tingkat kecemasannya lebih tinggi.

(3)

268 dengan wasit pendatang baru, dan ditugaskan

pada pertandingan tertentu serta tensi pertandingannya tidak cukup tinggi, yang di maksud dengan tensi pertandingan ini adalah tingkat permainan yang cepat dan cenderung keras oleh masing-masing tim. Disamping itu wasit wanita sering dikatakan kurang tegas dalam mengambil keputusan disetiap pelanggaran dalam permainan.

METODE

1. Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat antar fenomena yang diteliti.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif. Adapun prosedur penelitiannya seperti berikut ini :

Gambar 3.1

Desain PenelitianParadigma Sederhana (Sumber :Sugiyono, 2013: 42)

Keterangan :

X = Kecemasan Sebelum Pertandingan

Y = Keputusan Wasit Wanita Memimpin Pertandingan Futsal

Adapun mengenai prosedur penelitian peneliti jelaskan sebagai berikut:

1. Langkah pertama menentukan populasi yaitu Seluruh wasit futsal wanita Pengprov PSSI Jawa Barat. 2. Kemudian menentukan sampel sejumlah 5 orang wasit futsal wanita dengan menggunakan teknik purposive sampling. 3. Setelah itu melakukan uji coba

angket, yang dilakukan terhadap 10 sampel wasit wanita pada cabang olahraga lain.

4. Selanjutnya adalah melakukan penelitian dengan menyebarkan angket kecemasan sebelum pertandingan futsal. Selain itu penilaian wasit wanita oleh inpsektur wasit (IW)mengenai tugas dan keputusan wasit. 5. Langkah terakhir yaitu melakukan

pengolahan data, menganalisa dan menarik kesimpulan yang didasarkan pada hasil pengolahan dan analisis data.

2. Analisis Data

(4)

269

Tabel 4.1

Hasil Pengujian Normalitas Data Angket

Tingkat Kecemasan Wasit Wanita Sebelum Memimpin Pertandingan Futsal

Dari tabel 4.1 diketahui bahwa tigkat signifikansi atau nilai probabilitas adalah nilai = 0,200 lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan distribusi normal.

Tabel 4.2

Hasil Pengujian Normalitas Data Penilaian Keputusan Wasit Wanita Dalam Memimpin Pertandingan Futsal

Dari tabel 4.2 diketahui bahwa tigkat signifikansi atau nilai probabilitas adalah

nilai 0,188 lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan distribusi normal

Tabel 4.3

Hasil Pengujian Homogenitas Data Angket Tingkat Kecemasan Wasit Wanita Sebelum Memimpin Pertandingan dan Penilaian Keputusan.

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic

df1 df2 Sig. ket

SKOR

Based on Mean 5.421 1 8 0.058

Based on Median 2.797 1 8 0.133

Based on Median and with adjusted df

2.797 1 4.041 0.169

Based on trimmed mean 5.089 1 8 0.054

Dari tabel 4.3 diketahui bahwa nilai probabilitas mean (rata-rata) adalah 0.05 (0.058 lebih besar dari 0.05). demikian pula

jika dasar pengukuran adalah median data, angka sig. adalah 0.133, yang tetap diatas 0.05. maka bisa dikatakan data berasal dari

Tests of Normality

SKOR VARIABEL

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig. Keterangan KECEMASAN 0.265 5 0.200* Normal

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

SKOR VARIABEL

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig. Keterangan

KEPUTUSAN 0.292 5 0.188 Normal

(5)

270 populasi-populasi yang mempunyai varians

sama atau homogen.

Tabel 4.4

Kategori Tingkat Kecemasan Wasit Wanita Sebelum Memimpin Pertandingan Futsal

Sampel Skor Kategori

1 186 Tinggi

2 107 Sedang

3 113 Sedang

4 90 Sedang

5 128 Sedang

Dari data tabel tersebut dapat dilihat rata-rata wasit wanita memiliki kecemasan sebelum memimpin pertandingan pada

kategori seedang atau berjumlah 4 orang. Sedangkan untuk kategori tinggi berjumlah 1 orang.

Tabel 4.5

Kategori Penilaian Keputusan Wasit Wanita

Sampel Skor Kategori

1 69 Kurang

2 67 Kurang

3 67 Kurang

4 72 Kurang

5 66 Kurang

Dari data tabel tersebut dapat dilihat hasil penilaian keputusan wasit wanita memiliki

performa yang kurang dalam memimpinpertandingan futsal.

Tabel 4.6

Hasil Penghitungan Koefisien Korelasi Tunggal Correlations

KECEMASA N

KEPUTUSAN

KECEMASA N

Pearson Correlation 1 -.156

Sig. (2-tailed) 0.802

N 5 5

Berdasarkan pada Tabel 4.20. diketahui koefisien korelasi antara kecemasan dan penilaian keputusanadalah sebesar 0,802. Setelah mengetahui tingkat korelasinya, langkah selanjutnya adalah

(6)

271 disimpulkan bahwa korelasi antara kecemasan dan keputusan wasit wanita dalam

memimpin pertandingan sebesar 0.802 bermakna sangat tinggi.

Tabel 4.8

Hasil Penghitungan Uji Signifikansi Korelasi Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 288.719 600.125 0.481 0.663

KEPUTUSAN -2.404 8.795 -0.156 -0.273 0.028 a. Dependent Variable: KECEMASAN

Berdasarkan Tabel 4.8. maka dapat dilihat bahwa hasil uji signifikansi koefisien korelasi dengan menggunakan uji-t pada variabel kecemasan dan penilaian keputusan terhadap keputusan wasit diperoleh t-hitung sebesar 0,028

dan α= 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa

T-hitung < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat

hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan keputusan wasit.

Terdapat hubungan yang signifikan mengenai tingkat kecemasan dengan keputusan wasit wanita dalam memimpin pertandingan, dalam diskusi temuan berikut ini diuraikan perihal permasalahan dan penemuan yang muncul selama penelitian ini berlangsung. Permasalahan yang muncul berupa kekurangan dari penelitian ini, maupun hal-hal yang baru akan berguna menjadi penyempurnaan

(7)

272 keputusan. Dermawan (2006:67-68)

menjelaskan bahwa :

Teori pengambilan keputusan merupakan sebuah pengetahuan dan teknik-teknik analisis yang saling berhubungan dari tingkatan pemikiran yang berbeda, yang tersusun secara sistematis dan ilmiah, yang didesain untuk mengambil keputusan (disicion maker) dalam memilih suatu alternatif dari sejumlah solusi yang menghasilkan konsekuensi peristiwa yang berbeda-beda.

Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian keputusan wasit, ketika kecemasan tinggi maka hasil penilaian keputusan saat memimpin pertandingan rendah, dan ketika kecemasan rendah maka hasil penilaian keputusan tinggi.Dalam hal ini agar menjadi perhatian para wasit, khususnya wasit wanita, dapat menurunkan tingkat kecemasan sebelum memimpin pertandingan supaya dapat mengambil keputusan yang baik dan memunculkan performa yang maksimal saat memimpin pertandingan futsal.

Kecemasan sebelum pertandingan akan muncul pada diri wasit dan akan mempengaruhi penampilan wasit, kecemasan tidak selamanya berkonotasi negatif, perasaan cemas dalam batas-batas tertentu tetap diperlukan oleh wasit untuk dapat tampil dengan baik, yang terpenting tingkat kecemasannya terkontrol, bukan dihilangkan sama sekali. Tanpa adanya rasa cemas sedikitpun, wasit cenderung merasa tidak adanya tantangan di dalam pekerjaan yang akan dilaksanakan. Kemungkinan akibatnya adalah tidak ada gairah untuk memimpin pertandingan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, bahkan wasit bisa memandang enteng pertandingan yang justru dapat berakibat fatal bagi penampilannya sendiri.Seperti yang dikemukakan oleh Harsono (1988:26),

“Umumnya atlet atau wasit yang mengalami

kecemasan tinggi, sukar untuk mengatasi kecemasannya dan tidak akan berprestasi

dengan baik.”

Kecemasan sebelum memimpin pertandingan meningkat dikarenakan oleh faktor-faktor seperti tekanan dari suasana penonton, perilaku pemain, perilaku ofisial tim, ketatnya pertandingan. Sehingga dapat mempengaruhi mental wasit wanita selama memimpin pertandingan futsal.

Wasit dalam memimpin pertandingan futsal harus bekerja berdasarkan peraturan permainan.Kapan waktunya harus mengambil keputusan atas tindakan pemain, baik itu teguran, peringatan, ataupun pengusiran. Disini ketegasan wasit dipertaruhkan, Jika wasit tersebut memberikan tindakan atas apa yang dilakukan pemain, maka wasit tersebut mentalnya bagus dan bersikap tegas. Tapi jika wasit tersebut tidak melakukan tindakan atas prilaku pemain, maka wasit tersebut memiliki mental yang kurang baik, tidak tegas atau dengan kata lain wasit tersebut telah kalah kepemimpinannya oleh prilaku dari pemain.

Untuk itu wasit wanita harus memiliki mental yang benar-benar baik untuk memimpin pertandingan, sehingga wasit dapat memanaj tingkat kecemasan saat memimpin pertandingan dan menekannya supaya kecemasannya rendah baik itu sebelum maupun selama memimpin pertandingan.Tetapi jangan sampai kecemasannya tidak ada, karena jika tidak ada wasit tidak memiliki kesigapan atau kehati-hatian dalam memimpin pertandingan.

Disamping itu peneliti mempresentasekan hubungan tingkat kecemasan wasit wanita memberikan pengaruh yang kuat terhadap pengambilan keputusan saat memimpin pertandingan futsal karena hasilnya 93%. Secara teoritis benar, bahwa kecemasan wasit memegang peranan penting pada hasil pengambilan keputusan dilihat dari persentase hasil perhitungan koefisien determinasi tersebut.

(8)

273 di lapangan secara tepat, yaitu dapat mengambil

keputusan dengan cepat.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah peneliti lakukan, maka dalam penelitian ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa :

Terdapat hubungan yang signifikan tingkat kecemasan dengan keputusan wasit wanita sebelum memimpin pertandingan dengan hasilkeputusan wasit wanita saat memimpin pertandingan futsal.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan (1995) Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta : Balai Pustaka

Dermawan (2006). Pengambilan Keputusan.Bandung : Alfabeta.

Harsono (1988) Coaching Dan Aspek-aspek Psikologis Dalam Coaching.

Jakarta : CV. Tambak Kusuma.

Hidral (2009).Hubungan Kebugaran Jasmani Wasit Dengan Pengambilan keputusan Dalam memimpin Pertandingan Sepakbola. Bandung : Jurusan Pendidikan Kepelatihan.

Sutresna N, Erawan B, Alen R, (2011). Sosiologi Olahraga. Bandung : FPOK UPI.

Ibrahim Rusli, Komarudin, (2008). Psikologi Olahraga. Bandung : FPOK UPI.

Lazuardi, Dinan, (2006). Aplikasi pengambilan Keputusan Wasit Terhadap Peraturan Permainan

Sepakbola Waktu Memimpin Pertandingan Kompetisi Liga Djarum Indonesia . Bandung.

Jurusan Pendidikan Kepelatihan.

Wiramiharja Sutardjo, (2005). Pengantar Psikologi Abnormal.Bndung : PT Refika Aditama.

Davidson et al, (2006). Psikologi abnormal. Ahli bahasa Nurmalasari Fajar. Jakarta: Raja Grafindo

Husdarta, (2011).Psikologi Olahraga.Bandung : Alfabeta.

Poespoprodjo, (2007).Logika Scientifika. Bandung: Pustaka Grafika

Gunarsa Singgih (2012). Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.

Sutresna Nina, (2012). Wanita dan Olahraga Dalam Ragam Dimensi.Bandung : CV Bintang Warli Artika.

Nurhasan, Hasanudi Cholil, Nidaul Hidayah ( 2008).Statistika.Bandung : FPOK UPI.

(9)

274 Hidayat Yusup, (2010) Psikologi Olahraga .Bandung : FPOK UPI.

Berliana, (2011).Wanita dan Olahraga Prestasi.Bandung : PT Karyamanunggal Lithomas.

Federation Internationale de Football Association [FIFA]. (2010). Laws of The Games (Peraturan Permainan). Jakarta : PSSI.

Sugiyono ( 2013 ).Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Universitas Pendidikan Indonesia.(2012). Pedoman Penulisan Karya ilmiah. Bandung :UPI.

Weinberg, s Robert, (1995). Foundation Sport and exercise Phychology. Daniel Gold.

Walgito, Bimo. (2002). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Tenang John, D. (2008). Mahir Bermain Futsal.Bandung: Darmizan.

Suherman, A., Damayanti, I dan Rahayu N.I., (2012).Penulisan Karya Ilmiah untuk Mahasiswa Ilmu

Keolahragaan.Bandung : FPOK-UPI.

Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Penerbit Tarsito.

Sudjana. (1989). Penelitian deskriptif.[Online]. Tersedia: http://pengertiandaninfo.blogspot.com/2013/02/instrumen-penelitian.html [18 Januari 2013]

Wikipedia [online] (2008). Definisi Keputusan. Tersedia di: http;//www.wikipediaindonesia.org..

[18 September 2013]

______(2009). Definisi Kecemasan. Tersedia di: http://www.psikologizone.com/definisi-kecemasan-apa-itu-kecemasan/065111040 [13September 2013]

Dokter Muda. [Online].Catatan Dokter Muda Tentang Tanda Vital. Tersedia di:http://www.id.wikibooks.org [9 September 2013]

Federation Internationale de’ Football Association (FIFA).[Online].History of Futsal.Tersedia

:http://www.fifa.com. [15 Oktober 2012]

Hanafi, I. (2008). Psikologi Olahraga. [Online]. Tersedia di: http://mihape.blogspot.com [28 Sepember 2013]

Stuart & sunden (1998) Psikologi olahraga.Tersedia di : http://www.psychologymania.com/2012/08/tingkat-kecemasan.html. [15 September 2012]

Perawat Psikiatri. [Online].Pengertian Kecemasan Menurut Para Ahli.Tersedia :http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/teori-kecemasan.html. [23 Oktober 2012]

Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).[Online].Indonesia Futsal League.Tersedia :http://www.pssi-football.com. [18 Oktober 2012]

(10)

275 Budianas Nanang, (2013). Tersedia di:

http://nanangbudianas.blogspot.com/2013/02/pengertian-keputusan.html [ 18 Maret 2013]

Schanze, T. (2012, 12, Oktober).Futsal- A Begginer’s Guide.FIFA World Cup Futsal Magazine

[PDF], 31-32.Tersedia :www.fifa.com [ 18 Maret 2013]

Situs Resmi Pemkab Indragilir Hilir.[Online].Rusuh Warnai Penyisihan Futsal PON. Tersedia :http://www.indragirinews.com. [20 Oktober 2012]

_____(2011). Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/Wasit .[13 september 2013]

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.6 Hasil Penghitungan Koefisien Korelasi Tunggal
Tabel 4.7 Interpretasi angka korelasi

Referensi

Dokumen terkait

4.16 Status Kepemilikan Lahan Pertanian Hortikultura Berdasarkan Jenis Tanaman 79 4.17 Status Petani Hortikultura Berdasarkan Tingkat Pendapatan Usaha Tani. 80 4.18 Luas Panen

Menjelaskan  cara penggunaan OMM   (operation maintenance manual),   Service Manual   dan   Part book   sesuai peruntukannya. 4.7 Menerapkan penggunaan

Faktor-Faktor Pendukung Kepatuhan Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) dalam Minum Obat Antiretroviral di Kota Bandung dan Cimahi. 100 Pertanyaan Seputar HIV/AIDS yang Perlu Anda

[r]

Sikap Profesional yang harus ada dalam diri praktisi perbankan syariah diantaranya membuat produk yang sesuai dengan syariah, bersikap jujur, menentukan rate secara

Menurut Pasal 26 UU TPPU tugas PPATK antara lain: mengumpulkan, menyimpan, menghimpun, menganalisis, mengevaluasi informasi yang diperoleh berdasarkan UU ini, membuat pedoman

Sebagaimana dikemukakan oleh Carmeli dan Spreitzer (2006 : 75-90) bahwa perilaku inovatif karyawan di tempat kerja merupakan landasan yang pokok untuk mewujudkan

Upaya internasional lainnya yang cukup monumental dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang terjadi pada tahun 1989 yaitu pada saat Negara-negara yang