• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOGNITIF DENGAN TINGKAT KECEMASAN WASIT SAAT MEMIMPIN PERTANDINGAN DI KEJUARAAN PIALA SURATIN U-18 TINGKAT PROVINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOGNITIF DENGAN TINGKAT KECEMASAN WASIT SAAT MEMIMPIN PERTANDINGAN DI KEJUARAAN PIALA SURATIN U-18 TINGKAT PROVINSI LAMPUNG"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

ii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOGNITIF DENGAN TINGKAT KECEMASAN WASIT SAAT MEMIMPIN PERTANDINGAN

DI KEJUARAAN PIALA SURATIN U-18 TINGKAT PROVINSI LAMPUNG

Oleh

Fahmi Iskandar

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan antara kemampuan kognitif dengan tingkat kecemasan wasit saat memimpin pertandingan di Piala Suratin U-18 tingkat Provinsi Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Expose Facto. Sampel dalam penelitian ini yaitu para wasit yang berjumlah 16 Orang, yang memimpin pertandingan tersebut. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan analisis data menggunakan rumus korelasi Product Moment.

Hasil analisis penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kemampuan kognitif dengan tingkat kecemasan wasit saat memimpin

pertandingan. Dalam kemampuan kognitif 9 orang wasit(56,25%) dengan kategori sangat baik, 4 orang (25%) baik, dan 3 orang(18,75%) buruk. Serta ada 11

wasit(68,75%) dengan kategori tingkat kecemasan baik sekali,3 orang(18,75%) baik, 2 wasit (12,5%) masuk kategori buruk.

Kesimpulanya bahwa hubungan antara kemampuan kognitif dengan tingkat kecemasan para wasit dalam memimpin memiliki hubungan yang sangat tinggi (0,827). Dengan demikian, semakin baik kemampuan kognitif seorang wasit, maka semakin baik pula para wasit dalam mengontrol kecemasanya.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Desa Jaya Tinggi, Kecamatan Kasui, Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung. Pada tanggal 03 Maret 1992, sebagai anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Gustam dan Ibu Rosneli.

Pendidikan Taman kanak-kanak (TK) Pertiwi Kasui selesai pada tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) di SDN 1 Jaya Tinggi, selesai pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Kasui selesai pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Kasui lulus pada tahun 2010.

(7)

viii

Moto

“Jika kalian melihat seseorang lebih unggul dalam urusan Dunia,

Maka unggulilah Dia dalam urusan Akhirat”,(Hasan Al – Basri).

“Lihatlah keatas untuk melihat target yang akan kita tuju,

dan lihatlah kebawah agar kita tetap dapat bersyukur

atas apa yang telah kita peroleh saat ini”(penulis).

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan lain, dan

(8)

ix

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya kecil ku ini Kepada :

Kedua orang tuaku, bapak Fathurrohman dan mamaku tercinta Mungalimah yang selama ini selalu senantiasa memberikan kasih sayang, yang selalu mencurahkan

do’a untukku, dan tak pernah lelah dalam membimbingku, serta dari setiap keringat yang telah diteteskan untuk keberhasilanku.

Mamas dan Mbaku tercinta Zakaria Malik, Zakia Rohmah, Ulfatun Nikmah, Fajar Hidayat, dan juga adikku Vania Fatma Wati yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil serta memberikan motifasi selama studi dan

penyelesaian skripsi ini.

Keponakanku Rezel, Aufar, Nazila, dan Abizar yang selalu memberikan keceriaan setiap kali menemui kejenuhan dalam menggarap skripsi.

Sahabat kontrakan Palem Permai 3 B7 dan BPK C 10 yang selalu memberikan semangat dan mendoakan keberhasilanku.

Teman – teman Penjaskesrek angkatan 2010 terimakasih atas kebersamaan selama perkuliahan.

(9)

x

SANWACANA

Assalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang penulis susun ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas lampung. Dengan Judul “Hubungan antara Kemampuan Kognitif Dengan Tingkat Kecemasan Wasit Saat Memimpin Pertandingan di

Kejuaraan Piala Suratin U-18 Tingkat Provinsi Lampung ”

Dalam Penulisan skripsi ini Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Fathurrohman dan Ibu Mungalimah. Kedua orangtuaku tercinta yang tak pernah lelah memberikan segalanya demi keberhasilanku.

2. Bapak Drs. Frans Nurseto, M.Psi. Bapak Heru Sulistianta, S.Pd. M.Or. dan Bapak Dr. Rahmat Hermawan,M.Kes selaku pembimbing pertama,

Pembimbing kedua dan juga Pembahas. atas kesediaanya untuk

memberikan bimbingan, kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi 3. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. Dekan FKIP UNILA, Ibu Dr.

(10)

xi

Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd Kaprodi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi.

4. Seluruh Dosen Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan saat penulis menyelesaikan

perkuliahan.

5. Asosiasi PSSI Provinsi Lampung yang telah memberikan izin dan bersedia membantu untuk melakukan penelitian.

6. Teman - teman seperjaungan Penjaskesrek 2010.

7. Sahabat – sahabat kontrakan Palem Permai 3 , Meidiansyah, Burhanudin, Dani Imam A, M. Irfan Hasibuan, Sanjaya Putra, Faris Waladin S, M. Najib Darusman, Aditya Wiguna, Ahmad Sutrisno, Ariyanto, yang telah berjuang bersama dalam susah, senang, selama 4 tahun. Dan Sepupu kembar M. Syaiful Dahlan & M. Imam Syafei telah bersedia tinggal bersama selama proses penyelesaian skripsi ini.

8. Teman – teman kelompok KKN-KT 2013, berbagi wawasan.

9. Orang – orang yang selalu mensuport saya selama menyelesaikan tugas akhir skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satupersatu.

Akhir Kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.. Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Bandar Lampung, Febuari 2014 Penulis

(11)

xii

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan ... 9

B. Wasit dan Perwasitan ... 10

D. Kecemasan Wasit dalam Pertandingan Sepakbola ... 15

E. Teknik-Teknik Peredaan Kecemasan dan Ketegangan ... 18

(12)
(13)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kisi – kisi Angket Kognitif. ... 27

2. Kisi – kisi Instrumen Kecemasan. ... 28

3. Tabel Pemberian Skor Angket Kognitif. ... 31

4. Skor Angket Kecemasan ... 32

5 Daftar Umur Responden ... 34

6 Intensitas Wasit Memimpin Pertandingan ... 35

7 Distribusi Tingkat Kecemasan Wasit ... 37

(14)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Desain Penelitian ... 25

2 Histogram Tingkat Pendidikan ... 34

3 Histogram Kemampuan Kognitif Wasit... 36

4.Pengisian Angket Kecemasan (1) ... 75

5.Pengisian Angket Kecemasan ... 75

6.Pengisian Angket Kognitif (1) ... 76

7.Pengisian Angket Kognitif (2) ... 76

8. Pengisian Angket (1) ... 77

9. Pengisian Angket(2) ... 77

10. Asisten Wasit 3 Sedang Bertugas ... 78

11. Wasit Memberikan Intruksi Sebelum Mulai Pertandingan ... 78

12. Asisten Wasit 3 akan Melakukan Pergantian Pemain ... 79

13. Foto Bersama(1) ... 79

14. Foto Bersama(2) ... 80

15.Foto Beberapa Wasit yang Bertugas pada Piala Suratin U-18 ... 80

16. Upacara Sebelum Mulai Pertandingan Partai Final ... 81

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertandingan merupakan bentuk kegiatan saling berhadapan antara satu pemain dengan pemain lainya atau antara satu tim dengan tim lainya dengan tujuan untuk merebut kemenangan. Pertandingan tersebut bisa berbentuk persahabatan, turnamen atau kompetisi yang bersifat sportifitas. Namun, kadang kala dari suatu pertandingan sering sekali menimbulkan kerusuhan, termasuk juga pertandingan sepakbola. Seperti kita ketahui sepakbola merupakan satu cabang olahraga permainan yang cukup popular dan banyak diminati oleh semua kalangan. Tidak sedikit dari pertandingan sepakbola yang berakhir dengan kerusuhan, dari pertandingan lokal pun (pertandingan antar RT) dapat menyebabkan perkelahian baik antara suppoerter maupun antar pemain. Demikian pula pertandingan sepakbola Nasional bahkan Dunia seringkali terjadi timbulnya kerusuhan seperti dalam Indonesia Super League (ISL) maupun kejuaraan Dunia (World Cup).

(16)

wartawan. Meski tidak sampai mengganggu jalannya pertandingan, keributan ini telah mencoreng citra Maung Bandung. Dan dihari yang sama keributan juga pecah di Stadion Manahan Solo usai pertandingan Persis Solo melawan Martapura FC. Suporter tuan rumah yang tidak puas dengan kepemimpinan wasit nekat menerobos ke tengah lapangan dan melempari wasit. Kerusuhan juga terjadi di laga pamungkas delapan besar Indonesia Super League (ISL) Oktober 2014 antara Semen Padang melawan Arema Crounus, berawal dari ketidakpuasan para suporter terhadap Novari selaku wasit yang memimpin pertandingan. Ia dianggap oleh kubu Kabau Sirah telah membuat keputusan yang merugikan tuan rumah dan berperan besar mengganjal langkah Semen Padang ke semifinal ISL.( Detik.com).

Kerusuhan, ketidakpuasan terhadap wasit, serta aksi anarkis di sepakbola sudah kerap terjadi. Tidak hanya pertandingan di pertandingan Internasional, bahkan di pertandingan Indonesia-pun sering terjadi kerusuhan. Kebanyakan kerusuhan terjadi dipicu dari seorang Wasit.

Wasit mempunyai fungsi yang sangat menentukan dalam setiap proses atau hasil pertandingan. Setiap pemain dan pelatih selalu menginginkan

kepemimpinan wasit yang adil dalam menentukan sangsi terhadap setiap pelanggaran peraturan. Hal ini akan menumbuhkan kepercayaan bahwa wasit dapat mempertaruhkan integritasnya dengan keputusan yang benar.

(17)

telah ditetapkan, hal ini agar obyektivitas seorang wasit dapat dipertanggung jawabkan. Pengetahuan seorang wasit tentang peraturan permainan yang rendah dapat berpengaruh pada integritasnya dalam menentukan sebuah pelanggaran.

Seorang wasit yang memiliki pengetahuan yang sangat rendah tentang peraturan permainan akan terlihat asal-asalan dan tidak benar dalam

memimpin dan menentukan sangsi pelanggaran dalam sebuah pertandingan. Hal ini akan merugikan salah satu tim yang dipimpin oleh wasit tersebut. Seorang pelatih, pemain, dan pendukung yang merasa timnya dirugikan akibat keputusan wasit yang tidak benar tidak terima dan sering

mengkambing hitamkan wasit dikarnakan timnya mengalami kekalahan dalam sebuah pertandingan. Dan kondisi tersebut dapat memicu sebuah sikap yang tidak sportif dan dapat terjadi kerusuhan di sebuah pertandingan

tersebut.

(18)

semen padang”. Kerusuhan seperti ini memicu kecemasan pada diri seorang wasit.

Kecemasan seorang Wasit tersebut menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi penampilan seorang wasit dalam suatu pertandingan. Ketika seorang wasit memiliki tingkat kecemasan tinggi, hingga tidak mampu menguasai kecemasanya dapat mempengaruhi kepemimpinannya saat pertandingan berlangsung.

Oleh sebab itu seorang wasit harus benar-benar memiliki kemampuan kognitif yang tinggi tentang peraturan permainan sepakbola. Selain itu, seorang wasit juga harus memiliki mental serta motivasi yang sangat kuat untuk memimpin pertandingan dengan baik. Wasit harus memiliki tingkat kecemasan yang rendah, serta harus mampu menguasainya. Kecemasan dapat mengganggu penampilan seorang wasit di lapangan.

Kecemasan yang di gambarkan diatas dapat terjadi pada semua Wasit, baik Wasit Internasional, Wasit Nasional bahkan Wasit yang memimpin

pertandingan ditingkat Provinsi bahkan tingkat Kabupaten sekalipun. Jika dilihat dari penjelasan diatas mengenai faktor yang mempengaruhi kekuasaan, tugas, serta keputusan wasit, peneliti tergugah untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan antara Kemampuan Kognitif dengan Tingkat Kecemasan

(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Seberapa besarkah hubungan antara kemampuan kognitif dengan tingkat kecemasan Wasit saat memimpin pertandingan di kejuaran Piala Suratin U-18 Tingkat Provinsi Lampung?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: “Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara kemampuan kognitif dengan tingkat kecemasan Wasit saat memimpin pertandingan di kejuaran Piala Suratin U-18 Tingkat Provinsi Lampung”.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoristis maupun secara praktis.

1. Secara Teoritik

(20)

2. Secara Praktik

a. Bagi wasit sepakbola dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mempersiapkan diri sebelum memimpin sebuah pertandingan. b. Bagi pelatih, pemain, dan insan olahraga, penelitian ini untuk

menegetahui kualitas wasit Assprov PSSI Provinsi Lampung. c. Bagi pengelola klub olahraga, hasil penelitian ini dapat sebagai

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Kognitif berarti pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2007) mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (know)

(22)

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

(23)

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Ada dua faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi status kesehatan, intelegensi, perhatian, minat, dan bakat. Sedangkan faktor eksternal meliputi keluarga, masyarakat, dan metode pembelajaran (Solihin, 2005).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut Sukanto (2000) antara lain :

a. Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

b. Informasi

(24)

c. Sosial Ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan menambah tingkat pengetahuan.

B. Wasit dan Perwasitan

Menurut Peraturan PSSI (2010: 2) wasit atau asisten wasit adalah seorang yang telah memiliki sertifikat sebagai seorang wasit dan mempunyai kemampuan memimpin sebuah pertandingan sepakbola sesuai dengan sertifikat yang dimilkinya yaitu wasit remaja untuk tingkat yunior, wasit C-3 untuk tingkat cabang, wasit C-2 untuk tingkat provinsi dan C-1 utnuk tingkat Nasional.(http://www.pssi-football.com/id/download/regulasi/PO%20Wasit% 202010.pdf) Diakses pada tanggal 6 April 2014 Pukul 10:00 WIB

Menurut Weinberg (2010: 1) wasit sepakbola merupakan penentu kelancaran pertandingan yang bertugas untuk : (a) Memastikan pertandingan berjalan sesuai dengan peraturan permainan, (b) Membangun dan memelihara pertandingan agar berjalan dengan sebaik mungkin, (c) Untuk memberikan kenyamanan pada pemain.

(25)

1. Jenjang Wasit Sepakbola

Menurut peraturan PSSI (2010: 3) pasal 2 menyebutkan bahwa penjenjang wasit sepakbola Indonesia sebagai berikut :

a. Wasit Remaja dengan Sertifikat Wasit Yunior, khusus memimpin pertandingan Tingkat Yunior yg usia pemainya lebih rendah dari usia wasit.

b. Wasit Tingkat Cabang (C-3) dengan Sertifikat Wasit Tingkat Cabang. c. Wasit Tingkat Provinsi (C-2) dengan Sertifikat Wasit tingkat Provinsi. d. Asisten Wasit Nasional dengan Sertifikat Asisten Wasit Nasional. e. Wasit Nasional dengan Sertifikat Wasit Nasional.

f. Asisten Wasit FIFA adalah Asisten Wasit Nasional yang bersertifikat FIFA.

g. Wasit FIFA adalah Wasit Nasional dengan Sertifikat FIFA.

2. Syarat-Syarat menjadi Wasit

Menurut Alberto Cei (2011: 1) secara garis beras terdapat lima syarat untuk menjadi wasit sepakbola. Syarat tersebut yaitu: (1) memiliki kompetensi teknik yang memadai, (2) independent atau tidak cenderung kepada kelompopk tertentu, (3) diterima oleh pihak-pihak yang berkaitan, (4) didukung oleh kondisi fisik yang memadai, dan (5) mampu

mengantisipasi perkembangan tindakan pemain.

(26)

Wasit sepakbola menurut Weinberg (2010: 2) harus memiliki beberapa kemampuan, yaitu:

a. Memiliki konsistensi/reliability dalam memberikan keputusan. b. Menjalin komunikasi yang baik dengan asisten wasit, pelatih, dan

pemain.

c. Tegas dalam memberikan keputusan. d. Elegan atau berwibawa.

e. Memiliki integritas yang tinggi.

f. Memiliki common sense atau pikiran yang sehat dan tajam. g. Percaya diri.

h. Memiliki motivasi yang tinggi dan mencintai pekerjaanya.

(http://www.scrrs.net/download/resources/Qualities_of_a_Referee.pdf) Diakses Pada Tanggal 6 April 2014 Pukul 13:00 WIB

3. Hak dan Kewajiban Wasit dan Asisten Wasit.

Hak dan Kewajiban Wasit dan Asisten Wasit adalah sebagai berikut : a. Wasit dan Asisten Wasit berhak untuk mendapatkan penugasan sesuai

dengan tingkatan sertifikat yang dimilikinya dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Wasit Remaja dapat bertugas pada kegiatan pertandingan sekolah atau turnamen tingkat Pengcab/Cabang Khusus di bawah usia 15 tahun.

(27)

3) Wasit C-2 bertugas pada pertandingan pertandingan

kompetisi/turnamen tingkat provinsi dan cabang, baik sebagai wasit maupun asisten wasit.

4) Asisten Wasit C-1 (Nasional) dapat bertugas sebagai wasit pada kompetisi/turnamen tingkat Provinsi dan Cabang, dan hanya menjadi Asisten Wasit pada tingkat Nasional.

5) Wasit C-1 (Nasional) dapat bertugas sebagai wasit pada kompetisi/turnemen ditingkat Nasional, PON, Provinsi, dan Cabang.

6) Asisten Wasit FIFA dapat bertugas sebagai wasit pada

pertandingan kompetisi/turnamen di tingkat provinsi dan cabang, dan hanya dapat menjadi asisten wasit pada tingkat Nasional. b. Wasit yang bersertifikat FIFA bisa bertugas di semua jenjang

kompetisi/turnamen. Wasit dan Asisten Wasit berkewajiban untuk melaksanakan tugas sebagai wasit atau asisten wasit di pertandingan – pertandingan kompetisi/turnamen yang merupakan kalender resmi PSSI mulai dari tingkat Cabang sampai ketingkat Nasional, maupun pertandingan – pertandingan yang diselenggarakan atas persetujuan PSSI.

(28)

C. Kecemasan

1. Definisi Kecemasan

Menurut Levitt dalam Singgih D. Gunarsa, (2004: 74) kecemasan adalah “subjective feeling of apprehension and heightens physiological arousal”.

Maksudnya bahwa kecemasan disebabkan oleh suatu ancaman yang sifatnya umum dan subjektif. Menurut Singgih D. Gunarsa (2004: 74) kecemasan adalah reaksi biasa atau suatu yang normal terjadi, misalnya dalam menghadapi suatu pertandingan.

Weinberg dan Gould dalam Frans Nurseto (2011: 14) menjelaskan “anxiety is a negative emotional state with feelings of nervouness, worry,

and apprehension assosiated with activation or arousal of the body”. Maksudnya kecemasan merupakan emosi negatif yang di tandai oleh adanya perasaan khawatir, was – was, dan disertai dengan peningkatan perubahan sistem jaringan tubuh.

(29)

Menurut Frans Nurseto (2011: 15) kecemasan merupakan perasaan khawatir tentang ketakutan atau adanya persepsi tentang susatu hal yang mengancam, was – was, dan disertai dengan peningkatan perubahan sistem jaringan tubuh pada susunan saraf otonom dan gangguan pada pencernaan.

2. Macam-Macam Kecemasan

Menurut Spielberg dalam Singgih D. Gunarsa (2004: 74) kecemasan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :

a. Kecemasan sebagai suatu sifat (trait anxeity), yaitu kecenderungan pada diri seseorang merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenernya tidak berbahaya.

b. Kecemasan sebagai suatau keadaan (state anxiety), yaitu suatu keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seseorang yang ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran, bersifat subjektif dan meningginya aktivitas sistem syaraf otonom.

D. Kecemasan Wasit dalam Pertandingan Sepakbola

Menurut Weinberg (2010: 2) terdapat hubungan yang erat antara kondisi psikologi wasit dengan penampilanya. Presentase pengaruh psikologi

terhadap keberhasilan wasit dalam memimpin pertandingan bahkan mencapai 50% – 70%.

(30)

Menurut Stan Popovic yang dikutip oleh Singgih D. Gunarsa (2004: 75) kecemasan dapat menjadi problem utama sesorang wasit. Oleh karena itu wasit harus memiliki kemampuan untuk mengatasi kecemasan melalui beberapa teknik baik secara umum maupun subjektif. Teknik secara umum maksudnya adalah cara yang diberikan oleh ahli – ahli psikologi, adapun secara subjektif adalah aktivitas pribadi yang dapat menghilangkan atau mengurangi kecemasan.

Menurut Singgih D. Gunarsa (2004: 65-67) kecemasan dapat berpengaruh pada kondisi psokologis maupun fisiologis atlit. Meskipun terjadi pada atlet, pengaruh kecemasan yang demekian juga terjadi pada seorang wasit. Artinya untuk mengetahui tingkat kecemasan wasit dapat diketahui dari indikator sebagai berikut :

a. Psikologis

Faktor psikologis yang menjadi indikator munculnya kecemasan yang dapat di tinjau secara kognitif yaitu kecemasan mengenai tingkat kekhawatiran dan pikiran negatif maupun emosi. Beberapa indikator secara psikologis yaitu :

1) Wasit menjadi gelisah.

2) Gejolak emosi naik turun, artinya wasit menjadi sangat peka, sehingga cepat bereaksi atau sebaliknya, reaksi emosinya menjadi tumpul. 3) Konsentrasi terhambat, sehingga kemampuan berpikir menjadi kacau. 4) Kemampuan membaca menjadi berkurang.

(31)

b. Fisiologis

Secara psikologis kecemasan fisiologis dapat terlihat dari kondisi somatif (kecemasan mengenai perubahan keadaan yang dirasakan secara fisiologi) yang berdampak pada psikomotor atau gerak. Bebrapa indikator

munculnya kecemasan secara fisiologis yaitu : 1) Denyut jantung meningkat.

2) Telapak tangan berkeringat.

3) Mulut kering, yang mengakibatkan bertambahnya rasa haus. 4) Gangguan – gangguan pada perut atau lambung, baik yang benar –

benar menimbulkan luka pada lambung maupun yang bersifat semu seperti mula – mual.

5) Otot pundak dan leher menjadi kaku.

Lebih lanjut Singgih D. Gunarsa (2004: 66) menyebutkan bahwa, jika seseorang termasuk di dalamnya wasit dalam keadaan kondisi psikis dan fisiologis seperti tersebut diatas, tentu penampilnya pun akan ikut terganggu. Gangguan – gangguan yang dialami wasit adalah sebagai berikut:

a. Faktor ancaman dari ekstern menjadi sulit dikendalikan.

b. Pengaturan ketepatan waktu untuk bereaksi menjadi berkurang. c. Koordinasi otot menjadi tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki. d. Pemakaian energi menjadi boros. Maka kondisi tegang, wasit akan cepat

merasa lelah.

e. Kemampuan dan kecermatan dalam membaca permainan lawan menjadi berkurang.

(32)

g. Penampilan saat memutuskan suatu pelanggaran menjadi dikuasai oleh emosi sesaat.

Harsono yang dikutip oleh Singgih D. Gunarsa (2004: 63) menyatakan bahwa ada hubungan antara kecemasan yang menimpa atlit dan pertandingan. Kasus yang sama juga dapat terjadi pada diri seorang wasit. Adapun hubungan tersebut sebagai berikut :

a. Sebelum pertandingan dimulai, kecemasan biasanya naik.

b. Selama pertandingan berlangsung, tingkat kecemasan biasanya mulai menurun. Akan tetapi dalam pertandingan yang berlangsung

menegangkan, tingkat kecemasan biasanya semakin lama semakin naik. c. Mendekati akhir pertandingan, tingkat kecemasan biasanya akan naik

lagi, terutama bila tensi pertandingan naik.

E. Teknik-Teknik Peredaan Kecemasan dan Ketegangan

Menurut Alberto Cei (2011) terdapat beberapa teknik untuk meredakan kecemasan bagi wasit sepakbola. Teknik tersebut diantaranya :

a. Datang ketempat pertandingan lebih awal untuk menenangkan dan mempersiapkan diri menghadapi pertandingan.

b. Bernafas dalam – dalam untuk menenangkan diri.

c. Melakukan latihan otogenik untuk memberikan penenangan sebelum menghadapi pertandingan.

d. Beraktifitas fisik untuk mengurangi kecemasan.

(33)

g. Metode – metode lain sesuai dengan kebiasaan dalam memotivasi diri, seperti membaca, mandi sebelum memimpin pertandingan, dan lain – lain (http://www.ceiconsulting.it/en/publications/articles/doc008.pdf) Diakses tanggal 6 April 2014 Pukul 14:30 WIB

Singgih D. Gunarsa (2004: 79-86) menjelaskan ada bebrapa teknik yang bisa membantu menurunkan atau mengurangi kecemasan dan ketegangan

(desentization techniques) yaitu :

a. Teknik Jacobson dan Schultz, yaitu dengan mengurangi arti pentingnya pertandingan, atau mengurangi ancaman hukuman kalau gagal.

b. Teknik Cratty, teknik ini mula – mula disusun suatu urutan (hierarki) anxeity yang dialami, dari yang paling ditakuti sampai paling kurang ditakuti oleh wasit.

c. Teknik progressive muscle relaxation dari Jacobson, yaitu latihan memaksa otot – otot tegang dijadikan relaks.

d. Teknik autogenic relaxation, yaitu teknik relaksasi yang menekankan pada sugesti diri (self-suggestion).

e. Latihan pernafasan dalam (deep breathing). f. Meditasi.

F. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitin ini adalah :

(34)

Memimpin Pertandingan”. Subjek dalam penelitian ini adalah 15 orang

Wasit futsl yang berlisensi C-1 pada Event SPECS Futsal Championship

2013 yang dilaksanakan di GOR PAJAJARAN, BANDUNG pada tanggal

27-31 mei 2013. Hasil penelitian ini menunjukakan bahwa :

a. Tingkat kecemasan wasit sebelum memimpin pertandingan sebesar 1144 termasuk dalam kategori kecemasan sedang.

b. Tingkat kecemasan wasit selama memimpin pertandingan sebesar 1441 termasuk dalam kategori kecemasan tinggi.

c. Tingkat kecemasan wasit setelah memimpin pertandingan sebesar 463 termasuk dalam kategori kecemasan rendah.

d. Terdapat perbedaan tingkat kecemasan wasit sebelum, selama, setelah memimpin pertandingan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh L. Agus Tri Santoso (2006) dengan judul “Tingkat Kecemasn Atlet Sepakbola Peserta Invitasi Sepakbola Rektor

USD CUP II dalam Rangka Selekda Tim Sepakbola Mahasiswa DIY 2005”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan atlet

sepakbola peserta invitasi Sepakbola Rektor USD CUP II dalam rangka selekda tim sepakbola mahasiswa DIY 2005 yang termasuk kategori rendah sebesaar 4,9%, yang termasuk kategori sedang 36,8% dan termasuk kategori tinggi sebesar 58,3%.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Arisandi Arga Saputra (2013) dengan judul “Pengaruh Latihan Relaksasi Progressive Muscle Relaxation

(35)

2013/2014”. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa denyut nadi saat instirahat rata-rata 78,75 kali per menit dan tekanan darah diperoleh 111,67/76,25 mengalami peningkatan saat subyek menaiki papan loncat indah setinggi lima meter denyut nadi menjadi 121,67 per menit dan tekanan darah menjadi 129,67/106,875. Dengan t-hitung sebesar -11,61 dan t-table 2,069 artinya bahwa kecemasan berpengaruh terhadap

meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah. Selanjutnya data yang tiga setelah relaksasi diperoleh denyut nadi 85,83 dan tekanan darah

116,04/85,42, ini mengalami penurunan yang signifikan yaitu t-hitung 10,43 dan t-table 2,069 artinya bahwa relaksasi yang diberikan dapat menurunkan denyut nadi dan tekanan.

G. Kerangka Pikir

Kecemasan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan dapat menimpa siapa saja, tidak terkecualai wasit sepakbola. Baik sebelum, saat, maupun setelah memimpin pertandingan. Sebagai pemberi keputusan sepanjang pertandingan sepakbola, wasit potensial sekali mendatangkan kecemasan, karena

karakteristik wasit dan dari kemampuan kognitif bagi wasit itu sendiri.

Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa seorang Wasitdengan

(36)

serta dapat mengurangi kericuhan pada pertandingan sepakbola yang disebabkan oleh keputusan wasit yang tidak benar.

H. Hipotesis

Sugiyono (2008: 56) Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta–fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Bedasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian yang

kebenarannya harus diuji secara empiris melalui data-data yang terkumpul. Adapun hipotesis penelitian ini adalah:

H1 = Ada hubungan antara kemampuan kognitif seorang wasit dengan tingkat kecemasan wasit saat memimpin pertandingan.

H0 = Tidak ada hubungan antara kemampuan kognitif seorang wasit

(37)

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya. Seperti variasi metode misalnya : angket, wawancara, pengalamatan, atau observasi, tes dan dokumentasi.(Arikunto 2010).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Expose Facto yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(38)

2. Sampel

Menurut Arikunto (2002: 111) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sedangkan menurut Sugiyono (2013: 81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Adapun dalam penelitian ini cara pengambilan sampel adalah dengan teknik purposive sampling yaitu teknik pengumpulan sampel dengan pertimbangan tertentu.(Sugiono : 2003 : 125)

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Wasit berlisensi C-2 Asprov Lampung yang bertugas memimpin pertandingan pada Piala Suratin U-18 tingkat Provinsi yang berjumlah 16 orang.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1998: 99). Dalam penelitian ini ditetapkan dua macam variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel Bebas / Independen

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahanya atau timbulnya variabel dependen (terikat)(Sugiyono, 2008 :39).

(39)

2. Variabel Terikat / Dependen

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008 :39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “tingkat kecemasan Wasit saat memimpin

pertandingan” (Y).

D. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Desain Penelitian

Keterangan :

X = Kemampuan Kognitif Y = Kecemasan Wasit

E. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari terjadinya pengertian yang keliru tentang konsep variabel yang terlibat dalam penelitian ini, maka variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional sebagai berikut :

1. Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif berarti pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia,

(40)

yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

2. Kecemasan

Kecemasan adalah reaksi biasa atau suatu yang normal terjadi, misalnya dalam menghadapi suatu pertandingan (Singgih D. Gunarsa, 2004: 74).

F. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada :

Tempat : Stadion Tejo Sari Kota Metro.

Event : Kejuaran Piala Suratin U-18 Tingkat Provinsi.

Waktu : 20 - 28 September 2014.

G. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2002:136).

(41)

responden. Sesuai dengan penelitian ini, instrumen menggunakan dua angket yaitu :

1. Angket Kemampuan Kognitif

Angket atau kuisioner yang di gunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup dengan menggunakan pilihan jawaban yang telah di sediakan. Dibawah ini adalah tabel kisi-kisi untuk pembuatan angket atau kuisioner tentang kemampuan kognitif. Lebih lengkap tertera pada lampiran 3.

Tabel 1. Kisi – kisi Angket Kognitif.

Konstrak Faktor Butir Soal

Kemampuan Kognitif tentang Peraturan Pertandingan

Peraturan Permainan 1- 10 Paeralatan & Perlengkapan 11 – 20

Pelanggaran 21 – 30

Sumber : Laws Of The Game Peraturan Permainan FIFA(2012/2013)

2. Angket Kecemasan a. Menyidik Konstrak

Adalah langkah pertama yang membatasi variabel yang diukur. Dalam hal ini variabel yang akan diukur adalah tingkat kecemasan wasit sepakbola saat memipin pertandingan.

b. Menyidik Faktor

(42)

c. Menyusun Butir –butir Pertanyaan atau Pernyataan

Penyusunan butir – butir pertanyaan mengacu pada faktor – faktor yang berpengaruh pada penelitian ini. Adapun langkah – langkah dalam mengembangkan instrument adalah sebagai berikut : 1) Menjabarkan variabel menjadi faktor – faktor kedalam sub

variabel dan indikator – indikator.

2) Menyusun Tabel Persiapan, yaitu dengan menyusun kisi – kisi angket.

3) Menyusun butir – butir pertanyaan. 4) Menyusun kisi – kisi variabel penelitian.

Kisi – kisi instrumen penelitian tingkat kecemasan wasit saat memimpin pertandingan dapat dilihat pada tabel berikut. Lebih lengkapnya pada lampiran 4.

Tabel 2. Kisi – kisi Instrumen Kecemasan.

Konstrak Faktor Butir Soal Positif Butir Soal Negatif

Tingkat Kecemasan Wasit saat Memimpin Pertandingan

1.Emosional 1,2,3,4 5,6,7,8 2. Somatik 9,10,11,12 13,14,15,16 3.Kognitif 17,18,19,20 21,22,23,24 4.Psikomotor 25,26,27,28 29,30,31,32

(43)

H. Uji Coba Instrumen

Langkah langkah dalam uji coba instrumen yang dipandang sangat penting dan disesuaikan dengan tersedianya program – program komputer akan di jelaskan sebagai berikut:

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah ukuran tingkat kesahihan suatu instrumen. Menurut Arikunto (1993: 145) suatu instrumen dikatakan valid apabila ia mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumendikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas isntrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidakmenyimpang dari gambaran tentang validitas yang

dimaksud. Untuk menguji kesahihan butir maka skor – skor yang ada pada butir dikorelasikan dengan skor total pada faktor.

Dalam penelitian ini untuk menguji kesahihan butir dengan menggunakan bantuan komputer SPSS 20.0. Kriteria pengujian suatu butir dikatakan sahih apabila koefesiensi (rxy) bernilai positif dan lebih dari nilai tabel pada taraf signifikan 5%.

Dari Hasil Uji coba instrument dari kedua angket, telah diketahui bahwa 30 soal valid untuk angket kognitif dan untuk angket kecemasan

(44)

2. Uji Reliabelitas Instrumen

Syarat instrumen yang baik yaitu menuntut keajegan atau stabilitas hasil pengamatan dengan instrument (pengukuran). Tujuan dilakukan uji reliabelitas adalah untuk mengetahui bahwa instrumen yang digunakan benar–benar dapat dipercaya atau dapat diandalkan, sehingga dapat diguakan dalam penelitian selanjutnya.

Uji reliabelitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan metode belah dua atau Split-half Method dengan rumus Spearman-Brown. Karena sesuai dengan data yang akan diolah dan rumus ini lebih sederhana dibandingkan dengan rumus – rumus yang lainya (Suharsimi Arikunto, 2012: 107 ) yaitu:

r : reliabelitas yang dicari

rb : korelasi Product Moment antar belahan

Dari hasil uji reliabelitas didapatkan hasil berikut : a. Reliabelitas Angket Kognitif

Pada hasil perhitungan reliabelitas angket kognitif diperoleh koefisien sebesar 0,967.

b. Reliabelitas Angket Kecemasan

(45)

Menurut Sugiono (2007 : 54) koefisien korelasi berada pada rentang interval 0,80 – 1,00 adalah sangat tinggi. Jadi kedua angket tersebut dapat dinyatakan memiliki reliabelitas yang tinggi dan dapat digunakan untuk penelitian.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket atau kuisioner. Angket yang di gunakan merupakan angket tertutup dengan menggunakan pilihan jawaban dan jawaban langsung. Peneliti menggunakan dua angket untuk mengukur dua variabel sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data Kemampuan Kognitif

Untuk mendapatkan data dari pengetahuan Wasit tentang peraturan pertandingan, penelitian ini menggunakan penilaian benar dengan skor 1 dan skor 0 untuk jawaban salah, berikut ini adalah tabel pemberian skor :

Tabel 3. Tabel Pemberian Skor Angket Kognitif. Alternatife Jawaban Skor Jawaban

Jawaban Benar 1

Jawaban Salah 0

2. Pengumpulan Data Kecemasan

(46)

pemberian skor terhadap tiap – tiap jawaban dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Skor Angket Kecemasan

Alternatif Jawaban Skor Positif Skor Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

J. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini digunakan teknik analisis korelasi Product Moment dengan rumus :

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi product moment

X = Variabel bebas

Y = Variabel terikat

N = Jumlah Sampel

Hipotesis yang diajukan :

H0 : Tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat H1 : Ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

(47)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab IV tentang hasil dan pembahasan, maka hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

kemampuan kognitif dengan tingkat kecemasan pada para wasit yang memimpin pertandingan di kejuaraan Piala Suratin Usia 18 tahun secara signifikan sebesar 0,827 .

B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka beberapa saran yang berkaitan dengan hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagi Wasit sepakbola di Provinsi Lampung agar perlu ditingkatkan

pengetahuan perwasitanya agar kecemasan dapat diminimalisir.

2. Bagi Asprov PSSI Lampung agar terus meningkatkan kualitas wasit dan terus menyelenggarakan penyegaran, selain penyegaran fisik juga harus dilakukan penyegaran dalam kemampuan kognitif.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Alberto Cei. (2011).Psychological training for top referees. (http://www. ceiconsulting.it/en/publications/articles/doc008.pdf). Diakses tanggal 6 April 2014 Pukul 14:30 WIB

Arikunto, Suharsimi.1997.Prosedur Penelitian.Jakarta:Rineka Citra.

L.Agus Tri Santoso. (2006). Tingkat Kecemasan atlet Sepakbola Peserta Invitasi Sepakbola Rektor USD CUP II dalam Rangka Selekda Tim Sepakbola Mahasiswa DIY 2005. Skripsi

Luxbacher. (2004). Teknik dan Taktik Bermain Sepakbola. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

M. Alim. (2010). Definisi Kecemasan, apa itu kecemasaan.

(http://www.psokologizone.com/definisi-kecemasan-apa-itu-kecemasan/065111040). Diakses Pada Tanggal 6 April Pukul 15:00 WIB Muhajir. (2004). Pendidikan Jasmani Untuk Sekolah Menengah Atas. Jakarta:

yudhistira.

Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta.Rineka Cipta.

PSSI. (2012/2013). Laws Of The Game Peraturan Permainan FIFA.

PSSI. (2010). Peraturan Organisasi PSSI Tahun 2010. (http://www.pssi-football.com/id/download/regulasi/PO%20Wasit%202010.pdf). Diakses pada tanggal 6 April 2014 Pukul 10:00 WIB

S. Arisandi Arga.(2013). Pengaruh Latihan Relaksasi Progressive Muscle Relaxation terhadap Meredanya Kecemasan Saat Melakukan Loncat Indah Gaya Paku pada Siswi Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Way Lima Tahun Pelajaran 2013/2014. Bandar Lampung : Skripsi FKIP Unila Savitri. (2003). Kecemasan, Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta:

(49)

Singgih D. Gunarsa. (2004). Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Solihin, P. 2005. Ilmu Gizi Pada Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

S.P. Bara Yusuf. (2013). Tingkat Kecemasan Wasit Sebelum, Selama, Setelah

Memimpin Pertandingan. Bandung : Skripsi FPOK UPI

Sugiyono. (2003). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Sukanto, 2000. Organisasi Perusahaan, Teori Struktur dan Perilaku Edisi 2. Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Sutrisno Hadi. (1991). Analisis Butir Untuk Instrumen. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Unila.2010.Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung.Bandar Lampung : Universitas Lampung

Weinberg. (2010). The Phsycological Qualities of A Good Referee.

Gambar

Gambar
Tabel 1. Kisi – kisi Angket Kognitif.
Tabel 2. Kisi – kisi Instrumen Kecemasan.
Tabel 3. Tabel Pemberian Skor Angket Kognitif.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sikap Profesional yang harus ada dalam diri praktisi perbankan syariah diantaranya membuat produk yang sesuai dengan syariah, bersikap jujur, menentukan rate secara

[r]

Sebagaimana dikemukakan oleh Carmeli dan Spreitzer (2006 : 75-90) bahwa perilaku inovatif karyawan di tempat kerja merupakan landasan yang pokok untuk mewujudkan

Perindustrian dan Perdagangan Tahun Anggaran 2A12, berdasarkan berita acara hasil pengadaan langsung No.530t?6 IPPBJ-APBD/PERINDAG/2012 tanggal 13 Juli 2012 dan penetapan

Upaya internasional lainnya yang cukup monumental dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang terjadi pada tahun 1989 yaitu pada saat Negara-negara yang

[r]

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian sebelumnya mengenai peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa yang mendapat

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.07/MEN/2011 tentang Sistem Standar Mutu Pendidikan dan Pelatihan, Ujian, serta Sertifikasi Pelaut Kapal