MINI REFERAT MINI REFERAT
OOFOREKTOMI OOFOREKTOMI
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan ………..3
BAB II Tinjauan Pustaka ………4
2.1 Definisi……….4 2.2 Indikasi ………4 2.3 Demografi ………5 2.4 Anatomi ………6 2.5 Teknik Operasi ……….7 2.6 Persiapan Operasi ………9
2.7 Perawatan Post Operasi ………..10
BAB I
PENDAHULUAN
Oophorectomy adalah pengangkatan satu atau dua ovarium; jika dilakukan secara bilateral, individu tersebut tidak dapat bereproduksi. Disebut juga ovariectomy. Ketika ooforektomi melibatkan kedua ovarium, disebut ooforektomi bilateral, sedangkan apabila operasi melibatkan hanya salah satu ovarium, disebut
ooforektomi unilateral.
Ooforektomi dilakukan untuk mengeliminasi kanker ovarium, menghilangkan sumber esterogen yang dapat memicu berbagai kanker, menghilangkan kista ovarium yang besar, eksisi suatu abses, dan untuk menatalaksana endometriosis.
Pada kondisi tertentu, ooforektomi masih merupakan pilihan terapi untuk mencegah kanker ovarium dan kanker payudara pada wanita dengan risiko tinggi. Sebuah studi di Pennsylvania pada tahun 2000 menunjukkan bahwa wanita sehat dengan bawaan mutasi genetik BRCA1 atau BRCA2 yang dielmininasi ovariumnya sebelum usia 40 tahun, risiko terkena payudara menurun dari 80% menjadi 19%. Wanita berumur 40- 50 tahun hanya sedikit penurunan risiko nya, dan tidak ada perbedaan signifikan penurunan risiko pada wanita diatas 50 tahun. Studi tahun
2002 menunjukkan lima tahun setelah diidentifikasi membawa mutasi genetik BRCA1 dan BRCA2, 94% wanita yang menjalani salfingo-ooforektomi bilateral terbebas dari kanker, dibanding 79% wanita yang tidak menjalani operasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Oophorectomy adalah pengangkatan satu atau dua ovarium; jika dilakukan secara bilateral, individu tersebut tidak dapat bereproduksi. Disebut juga ovariectomy. Ketika ooforektomi melibatkan kedua ovarium, disebut ooforektomi bilateral, sedangkan apabila operasi melibatkan hanya salah satu ovarium, disebut ooforektomi unilateral.1
2.2 Indikasi
Ooforektomi dilakukan untuk mengeliminasi kanker ovarium, menghilangkan sumber esterogen yang dapat memicu berbagai kanker, menghilangkan kista ovarium yang besar, eksisi suatu abses, dan untuk menatalaksana endometriosis.2
Pada suatu tindakan ooforektomi, satu atau sebagian ovarium diangkat atau kedua ovarium diangkat. Apabila ooforektomi dilakukan utnuk menatalaksana kanker ovarium atau penyebaran kanker lainnya, kedua ovarium diangkat (ooforektormi bilateral). Pengangkatan ovarium beserta tuba falopi dilakukan pada satu per tiga tindakan histerektomi (operasi pengangkatan uterus), sering untuk menurunkan risiko kanker ovarium2,4.
Ooforektomi terkadang dikerjakan pada wanita pre-menopause yang memiliki esterogen- sensitive breast cancer (kanker payudara) sebagai upaya menghilangkan sumber utama esterogen di dalam tubuh mereka. Prosedur ini mulai jarang dilakukan. Saat ini sudah digunakan obat-obatan kemoterapi.2,4,6 Sampai tahun 1980-an, wanita berusia diatas 40 tahun yang menjalani histerektomi, pada umumnya ovarium dan tuba falopi sehatnya juga diangkat. Tindakan operatif ini disebut salfingo-ooforektomi bilateral. Banyak pendapat mengatakan bahwa wanita usia diatas 40 tahun sudah mendekati menopause dan dalam waktu dekan ovariumnya akan berhenti mensekresi esterogen dan menghasilkan telur. Pengangkatan ovarium dalam kondisi seperti ini akan
mengeliminasi risiko terjadinya kanker ovarium dan hanya akan sedikit mempercepat menopause.6
Pada tahun 1990-an pemikiran mengenai ooforektomi rutin mulai berubah. Risiko kanker ovarium pada wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini adalah kurang dari 1%. Sedangkan, mengangkat ovarium meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan mempercepat osteoporosis kecuali seorang wanita menjalani terapi hormone pengganti.6
Pada kondisi tertentu, ooforektomi masih merupakan pilihan terapi untuk mencegah kanker ovarium dan kanker payudara pada wanita dengan risiko tinggi. Sebuah studi di Pennsylvania pada tahun 2000 menunjukkan bahwa wanita sehat dengan bawaan mutasi genetik BRCA1 atau BRCA2 yang
dielmininasi ovariumnya sebelum usia 40 tahun, risiko terkena payudara menurun dari 80% menjadi 19%. Wanita berumur 40- 50 tahun hanya sedikit penurunan risiko nya, dan tidak ada perbedaan signifikan penurunan risiko pada wanita diatas 50 tahun. Studi tahun 2002 menunjukkan lima tahun setelah diidentifikasi membawa mutasi genetik BRCA1 dan BRCA2, 94% wanita yang menjalani salfingo-ooforektomi bilateral terbebas dari kanker, disbanding 79% wanita yang tidak menjalani operasi.2,4,6
Pentingnya pengangkatan ovarium untuk mencegah baik kanker payudara maupun kanker ovarium telah tercatat. Namun, masih ada
ketidaksepakatan di didalam komunitas medis mengenai kapan dan pada usia berapa tatalaksana ini sebaiknya diberikan. Ooforektomi profilaksis atau
ooforektomi preventif tidak selalu ditanggung asuransi. Salah satu penelitian di Univeristy of California di San Fransisco pada tahun 2000 menunjukkan bahwa hanya 20% perusahaan asuransi yang menanggung tindakan ooforektomi preventif bilateral, 25% lainnya menentang hal tersebut, dan 50% lainnya menyesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien.6
2.3 Demografi
Secara keseluruhan, angka terjadinya kanker ovarium hanyalah 4% dari seluruh kanker pada wanita. Namun, risiko berkembangnya kanker ovarium
pada wanita yang membawa gen BRCA1 secara signifikan meningkat dan dapat menyebabkan risiko kanker ovarium sebesar 30% pada usia 60 tahun. Pada wanita risiko tinggi, ooforektomi disarankan setelah usia 35 tahun apabila tidak lagi ingin memiliki anak.4
Faktor lain yang meningkatkan risiko seorang wanita terkena kanker ovarium adalah umur (sebagian besar kanker ovarium terjadi setelah menopause), periode menstruasi (dipengaruhi oleh usia menarche, kehamilan, menyusui, dan penggunaan kontrasepsi oral), riwayat kanker payudara, diet, dan riwayat keluarga.2 Insiden kanker ovarium paling tinggi pada Native American (17,5 kasus per 100.000 populasi), kulit putih (15,8 per 100.000),
Vietnamese (13,8 per 100.000), white Hispanic (12,1 per 100.000), dan Hawaiian (11,8 per 100.000) wanita. Insiden paling rendah adalah korea (7,0 per 100.000), dan China (9,3 per 100.000). Wanita African American memiliki
insiden kanker 10,2 per 100.000 populasi.
2.4 Anatomi3
Dimensi ovarium orang dewasa bervariasi antar individu satu dan lainnya, namun rata-rata panjangnya 3-5 cm, lebar 2-3 cm, dan 1-2 cm untuk diameter, dengan berat 3-8 gram. Kapsul ovarium mulus pada masa kanak-kanak, namun permukannya menjadi berlubang-lubang akibat dari maturasi folikular dan atresia. Ovarium dihubungkan dengan uterus oleh ligament utero-ovarium, ke aspek posterior broad ligament oleh ligamen mesovarium dan ke dinding samping pelvis oleh ligament infundibulopelvikum.
Gambar 2.0 Anatomi normal ovarium. A: Hubungan anatomis uterus, tuba dan ovarium. B: Infundibulum oviduk melebar ke ovarium dan menempel pada fimbrie ovarium. Mesovarium menahan ovarium dan masing-masing
ovarium menempel pada hilum.
2.5 Teknik Operasi5
Teknik salfingo-ooforektomi ovarium adalah sebagai berikut. Peritoneum diinsisi secara lateral ke pembuluh darah ovarium, dan ruang retroperitoneal teridentifikasi (Gambar 2.1). Diseksi tumpul digunakan untuk
Gambar 2.1 Peritoneum lateral terhadap pembuluh darah ovarium dan sefalad terhadap round ligament dicengkrap dan diinsisi.
mengidentifikasi ureter yang menempel pada medial leaf of broad ligament (Gambar 2.2). Sebuah jendela dibuat di broad ligament di atas ureter. Pembuluh darah ovarium dikoagulasi dan dipotong (Gambar 2.3). Ureter selalu diidentifikasi sebelum koagulasi dilakukan (Gambar 2.4). Ligamentum utero-ovarium kemudian dikoagulasi dan dipotong (Gambar 2.5). Spesimen diletakkan di dalam kantong. Anatomi ruang retroperitoneum secara jelas terlihat di ujung diseksi (Gambar 2.6).
Gambar 2.2. Ruang retroperitoneal didiseksi, dan uterus teridentifikasi.
Gambar 2.3. Pembuluh darah ovarium (sesuai tanda panah) dikauterisasi dengan kauter bipolar.
Gambar 2.5. Ligamen utero-ovarian dikoagulasi
Gambar 2.6 Ureter tampak jelas (Lihat tanda panah). Arteri iliaka interna memberi arteri umbilical dan arteri uterine. Arteri uterine berjalan parallel terhadap uterus sebelum menyeberanginya.
2.6 Persiapan Operasi
Sebelum operasi dimulai dokter akan meminta tes darah dan urin, dan tes tambahan seperti ultrasonografi atau rontgen untuk membantu pembedah memvisualisasikan keadaan pasien. Wanita yang bersangkutang juga dipertemukan dengan anestesiologis untuk mengevaluasi kondisi-kondisi tertentu yang mungkin memperngaruhi anestesi. Persiapan usus dapat dilakukan untuk mengantisipasi operasi lama. Pasien juga dijelaskan mengenai puasa sebelum tindakan operasi.2
2.7 Perawatan Post- Operasi
Setelah operasi, pasien akan merasa tidak nyaman. Derajat nyeri bervariasi dan umumnya sebanding dengan luas insisi abdomen karena otot-otot abdomen teregang agar pembedah dapat menggapai ovarium. Untuk meminimalisir risiko infeksi post operasi, antibiotik diberikan.
Apabila kedua ovarium diangkat, wanita yang tidak mengalami kanker akan memulai terapi pengganti hormone untuk mengurangi gejala-gejala menopause yang timbul akibat tidak ada lagi produksi esterogen dari ovarium. Beberapa wanita mengalami trauma setelah operasi ooforektomi sehingga diperlukan kelompok pendukung dan konseling.2
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland’s illustrated medical dictionary. Edisi ke-29. Philadelphia: W.B Saunders, 2000
2. Berek JS. Novak’s Gynecology. Edisi ke -15. Philadephia: Lippincot Williams dan Wilkins, 2012
3. Jones H.W., Rock J. A. Te’ Linde Operative Gynecology. Edisi ke -11. Philadelphia: J.B. Lippincott Company; 2014
4. Berek JS. Hacker NF. Berek & Hacker’s Gynecology Oncology. Edisi ke- 6. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2015
5. Baggish MS. Karram MM. Atlas of Pelvic Anatomy and Gynecology Surgery. Edisi ke-4. Philadelphia: Elsevier, Inc, 2016
6. Davidson T. Sherk SD. Oophorectomy.
http://www.surgeryencyclopedia.com/La-Pa/Oophorectomy.html, diakses pada 23 April 2018