• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Pengertin Judul. Perancangan:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Pengertin Judul. Perancangan:"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Pengertin Judul

Perancangan:

• Proses, cara, atau perbuatan merancang.

(Kamus Umum Bahasa Indonesia. W.J.S. Poerwadarminta. Jakarta. 1976)

• Aktivitas pemecahan problem yang optimal dari kebutuhan-kebutuhan yang sebenarnya dari suatu keadaan tertentu. (Proses Perancangan yang Sistematis. Jakarta: Djambatan. 1982)

• Proses pemecahan masalah yang disertai dengan pemikiran kreatif guna mencapai hasil yang optimal. (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press. 1991. hal 856)

Interior:

• Elemen-elemen ruang yang terdiri dari lantai, dinding, serta plafon yang membentuk ruang sendiri. Karena kata ini berasal dari bahasa Inggris, yang dalam bahasa Indonesia berarti “bagian dalam” (Kamus Inggris – Indonesia, John M. Echols dan Hasan Shadily), maka orang menganggap Interior merupakan ruang dalam suatu bangunan.

• Karya arsitek/desainer yang khusus menyangkut bagian dalam dari suatu bangunan, bentuknya sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, yang dalam proses perancangan selalu dipengaruhi unsur geografi setempat dan kebiasaan-kebiasaan sosial setempat yang diwujudkan dalam gaya kontemporer. (Pengantar Merencana Desain Interior untuk Mahasiswa Desain Interior dan Arsitektur. Jakarta: Djambatan.1999. hal 11)

(2)

• Tatanan perabot (hiasan dan sebagainya) di dalam ruang dalam gedung (ruang dan sebagainya).

(W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia. edisi III. Jakarta: Balai Pustaka. 2001. hal 438)

Panti Jompo:

• Tempat untuk para kaum manula sehingga bisa menampung dan memfasilitasi sesuai kebutuhan dan sosial psikologis para manula tersebut.

(Wikipedia, Ensiklopedia bebas)

Katolik:

● Universal (bahasa:Yunani)

● Salah satu agama yang diakui di dunia. (Wikipedia, Ensiklopedia bebas)

Trawas:

• Merupakan salah satu nama tempat dataran tinggi di Jawa Timur yang digunakan untuk perancangan interior kali ini, mengingat tempat ini merupakan salah satu tempat berhawa sejuk dan jauh dari polusi kota sehingga diharapkan dapat memberi efek tenang secara psikologis bagi para manula.

1.2 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan semakin sibuknya dunia pekerjaan di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya ini, hal ini membuat orang semakin sibuk bekerja demi mencapai kepuasan materi.Bahkan tak sedikit waktu bagi keluarga untuk bersantai dan berkumpul bersama sangatlah minim. Apalagi untuk mengurus dan merawat orang tua (para manula) di rumah mereka,sehingga para manula yang biasanya sudah berusia di atas 60 tahun ke atas merasa sudah tidak dipedulikan lagi. Hal ini menyebabakan kejenuhan dan perasaan diasingkan dari anak-anak serta menyebabkan sifat individualisme yang tinggi dan berkurangnya perhatian kepada

(3)

orang lanjut usia. Perbedaan pola kehidupan semakin mempertajam kesenjangan antara kedua generasi tersebut. Hal-hal seperti ini menyebabkan perasaan yang terisolir bagi orang tua, karena merasakan perbedaan yang jauh atas perlakuan anaknya terhadapnya dibandingkan perlakuannya terhadap orang tua.

Para manula akhirnya para manula ingin mencari kepuasan dan kesenangannya sendiri melalui berbagai macam bentuk aktivitas, dengan adanya panti jompo yang sesuai diharapkan para manula bisa tertampung dengan layak pula.

Latar belakang kedua yang menjadi salah satu pokok permasalahan adalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang menjalani era globalisasi pada tahun 2008 ini. Pada periode ini, segala aspek akan mengalami perubahan dan perbaikan. Misalnya perbaikan taraf hidup, kondisi kesehatan, peningkatan taraf pendidikan dan kemajuan ilmu kedokteran sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi perpanjangan usia pada masyarakat. Akibatnya orang tua semakin bertambah banyak di Indonesia ini, dikarenakan oleh peningkatan umur harapan hidup yang semakin bertambah lama dari tahun ke tahun. Adanya jumlah penduduk Indonesia (begitu pula dengan kota Surabaya yang merupakan bagian dari negara Indonesia) yang terus meningkat dari tahun ke tahun, diikuti juga dengan bertambahnya manusia usia lanjut dari tahun ke tahun pula. Maka perhatian kita terhadap manusia usia lanjut usia ini tidak dapat kita abaikan begitu saja.

Di hari tuanya, orang tersebut mempunyai keinginan untuk dapat menikmati hari tuanya yang sejahtera baik secara jasmani dan rohani maupun batiniah. Anak-anaknya yang telah dibinanya wajib mewujudkan hal ini. Kenyataan yang terjadi lain dari yang diharapkan, banyak para manusia usia lanjut tersebut tidak dapat menikmati hari tuanya dengan semestinya. Ini dikarenakan beberapa hal:

• Sosial ekonomi: Para manula hanya bergantung pada uang pensiun atau bantuan anak-anaknya karena sudah tidak mampu bekerja lagi.

• Perasaan/Psikologi: Adanya ketidakcocokan pendapat dengan keluarga, lingkungan yang ribut dapat mengganggu, dan kurangnya perhatian dari anak-

(4)

anaknya. Tidak adanya tempat yang cukup layak di rumah sang anak mempengaruhi mental para manula tersebut.

• Kondisi tubuh: Adanya penyakit berat maupun ringan dari para manula tersebut.

• Kehilangan pasangan hidup dari manula tersebut sehingga merasa tidak ada teman ngobrol sepaham lagi dalam rumah.

• Anak-anaknya yang sibuk bekerja tidak dapat memberikan perhatian pada orang tuanya yang lanjut usia, timbul perasaan bersalah.

• Mereka butuh banyak perhatian, di mana anak-anaknya juga ada kesibukan tersendiri yang tidak memungkinkan memberikan banyak perhatian pada mereka (kesepian dan kebosanan).

• Orang tua biasanya akan merepotkan anak dan cucu bila berada satu rumah dengan mereka, sehingga mereka memilih tinggal di tempat yang khusus yang menurut mereka lebih cocok dan dapat memberikan perhatian kepada mereka secara maksimal.

Masyarakat di Indonesia ini masih ingin menyediakan tempat khusus bagi para manula sesuai dengan adapt timur. Tetapi sejalan dengan berkembangnya berbagai aspek teknologi, keadaan masyarakat yang heterogen, pengaruh kebudayaan barat, dan pergeseran nilai budaya akan menyebabkan perubahan yang drastis pada masyarakat. Perubahan ini terutama akan dialami oleh masyarakat kota yang kondisinya heterogen sehingga cepat atau lambat masyarakat akan terpengaruh nilai budaya barat. Pengaruh kebudayaan barat yang sangat kuat adalah sifat individualis pada diri mereka. Mereka tidak perhatikan hal-hal yang tidak penting dan menghambat pergerakan atau perkembangan diri mereka. Ini juga dipicu oleh sikap mandiri yang ditanamkan sejak kecil, akibatnya anak sejak kecil selalu harus dan bisa mandiri dalam segala hal. Maka hubungan orang tua dan anak menjadi renggang (ada jurang pemisah) karena hanya memikirkan diri mereka sendiri, terkadang sang anak juga menyuruh orang tua harus mandiri juga ketika memasuki usia lanjutnya. Hal ini menjadikan suatu kejutan besar dari persaaan para manula tersebut. Mereka merasa kesepian, merasa merepotkan, tersingkir dan tidak dibutuhkan lagi atau hanya melakukan kegiatan yang monoton.

(5)

Dengan demikian sudah sepantasnya sang desainer interior juga mulai berpikir sosial, bahwa bagaimana memfasilitasi para manula tersebut . Selain fasilitas hunian, juga disediakan fasilitas pendukung yang lainnya seperti fasilitas kesehatan yang memantau kesehatan mental dan fisik para lanjut usia mengingat mereka mengalami kemunduran dalam kesehatan. Fasilitas yang bersifat spiritual pun wajib ada dalam perancangan ini, mengingat mereka dalam usia lanjut ini makin mendekatkan diri pada Tuhan sebagai pencipta mereka.

1.3 Perumusan Masalah

Adapun beberapa perumusan masalah yang bisa dipetik dari Perancangan Panti Jompo ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana merancang sebuah interior panti jompo yang sesuai dengan standard kenyamanan aktivitas para manula dengan segala kegiatannya sehari-hari?

2. Bagaimana memunculkan kesan psikologi yang baik dan nyaman bagi para manula dari dampak tatanan interiornya (dari segala aspek segi interior)? 3. Bagaimana memunculkan nuansa Katolik dalam perancangan panti jompo ini

sehingga para manula bisa lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa?

1.4 Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan ini lebih kearah sosial bagi para manula, selain

itu tujuan– tujuan yang lain adalah sebagai berikut:

1. Menampilkan interior yang bisa representatif untuk semua kalangan di mana tatanan interiornya diharapkan menjadi sebuah alternatif pilihan tinggal sebuah panti jompo.

2. Menciptakan Perancangan Interior Panti Jompo yang bisa memenuhi standar aktivitas/ sarana apresiasi kegiatan para manula sehari-hari.

3. Bisa memberikan kenyamanan dan merasa terlindungi bagi para penghuni di panti jompo tersebut melalui desain-desain dan tatanan interior yang sesuai dengan karakter orang-orang lansia.

4. Mewujudkan interior sebuah panti jompo yang menghadirkan nuansa Katholik didalamnya.

(6)

5. Menyediakan sarana terapi kesehatan bagi para manula di panti ini.

6. Memfasilitasi dan menampung orang-orang lansia dalam sebuah bentuk panti jompo sehingga ada wadah bagi mereka yang merasa diasingkan dari keluarga.

7. Mendekatkan diri para orang lansia kepada Tuhan Yang Maha Esa tersebut melalui bimbingan-bimbingan doa dalam acara harian di panti tersebut secara Katolik.

1.5 Manfaat Perancangan

Manfaat yang diharapkan bisa muncul setelah adanya Perancangan Panti

Jompo Katolik ini adalah sebagai berikut:

1. Menghilangkan kesan bahwa anggapan orang yang tua tersebut tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan kemampuan mereka sendiri itu tidaklah benar. Hal ini bisa dibuktikan dengan suatu ketrampilan ringan/aktivitas rutin di tempat perawatan (panti jompo) yang bersangkutan. 2. Mempertinggi derajat hidup dan penghidupan yang layak bagi orang-orang

lansia sesuai dengan harapan mereka di hari tuanya.

3. Dari segi anak-anaknya, proyek ini dapat bermanfaat meringankan beban perasaan bersalah dan khawatir akan keadaan orang tua yang ditinggal dalam kesibukan kerja sehari- hari.

4. Dari segi hubungan antara orang tua dan anak, proyek ini diharapkan bisa menghindari kesalahpahaman yang mungkin timbul antara kedua belah pihak. 5. Adanya perawatan yang lebih extra dan save dari pihak panti jompo terhadap

orang-orang lansia yang benar-benar sudah tua dan membutuhkan perhatian ekstra.

1.6 Ruang Lingkup Perancangan

Sistem ruang yang tepat dalam perancangan interior panti salah satunya harus benar-benar safety secara material bahan sehingga tidak menggunakan bahan yang licin, pengamanan untuk pegangan di setiap sirkulasi, pembagian ruang diharapkan terbuka dan terpusat sehingga mudah untuk pengontrolan oleh pihak staff. Luas lahan minimal 1000 m2 akan dirancang sebagai Panti Jompo. Bangunan yang akan dirancang terdiri dari satu lantai yang difungsikan sebagai

(7)

area aktivitas dengan fasilitas pendukungnya. Batasan perancangan interior panti jompo ini meliputi:

Ruang Lobby (area duduk):

1.6 Ruang dimana berfungsi sebagai area duduk para manula tersebut dan ruang lobby untuk menerima tamu (kerabat, saudara, anak,dll).

Cafetaria:

-Area ini sebagai sarana pendukung dan hiburan perancangan panti jompo. Suasana yang dihadirkan santai, nyaman, dan fresh. Cafetaria direncanakan memiliki fasilitas antara lain area makan minum ringan, area baca, dan area musik olddies.

Ruang Makan Bersama:

- Ruang makan yang cukup besar sehingga para manula bisa berkumpul bersama dan menikmati makanan sambil memperakrab suasana kekeluargaan yang ada sesama para manula.

Ruang Kebaktian / Kapel:

- Ruang doa sehingga para manula bisa lebih mendekatkan diri pada Tuhan melalui agama katolik yang mereka anut. Sehingga kedamaian hati bisa terpenuhi di hari tuanya ini. Ruang Jenazah:

- Ruang jenazah ini difungsikan sebagai area simpan jenazah atau abu para manula yang meninggal di panti jompo ini. Biasanya bersifat sementara, sampai pihak keluarga/ kerabat mengambil jenazah atau abu orang (manula) yang meniggal tersebut.

Area Kesehatan/Klinik:

-Area ini terdapat dokter jaga yang bisa mengetahui secara umum apabila ada manula yang terserang sakit mendadak. Di area ini pula

(8)

akan diadakan perawatan dan pemeriksaan rutin gratis bagi para manula.

Ruang Tidur Para Manula:

-Ruang tidur merupakan salah satu tempat yang penting dan utama bagi para manula ini. Ruang ini berfungsi sebagai tempat istirahat secara fisik bagi para manula.

Area Terapi:

-Area ini merupakan area ketrampilan dan melakukan kegiatan yang simpel untuk terapi ringan.

Kantor Pengelolah (Administrasi):

-Kantor untuk melakukan berbagai macam administrasi, khusus bagi para staff pengelolah.

Salon:

-Salon berfungsi untuk melakukan perawatan hair dan semacamnya sehingga para manula tidak perlu keluar area panti untuk mencari perawatan kecantikan bagi manula wanita.

Ruang Konsultasi (Sharing):

-Tempat ini tidaklah terlalu besar karena bersifat pribadi. Sharing dan konsultasi individu jika ada problem antar manula dengan suster/ pembimbing konseling.

Fasilitas Pendukung:

(9)

1.7 Metode Perancangan 1.7.1. Data Yang Diperlukan

a. Melalui studi lapangan

Data yang diperoleh melalui studi lapangan dapat dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan bagian yang bersangkutan, observasi terhadap interiornya, dan pengambilan gambar ruang. Data-data yang dibutuhkan antara lain:

• Struktur organisasi • Pola aktivitas pemakai • Fasilitas yang disediakan • Sistem penataan interior • Sistem perawatan

• Dan data-data lain yang mendukung b. Melalui studi literatur

Data-data yang diperlukan melalui studi literatur dapat dilakukan dengan mencari buku-buku di perpustakaan, toko buku, browsing internet, dan sumber-sumber lain yang bermanfaat untuk perancangan. (Surakhmad, 1980)

1.7.2. Metode Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data yang dapat dilakukan antara lain: a. Studi kepustakaan

Teori dibutuhkan sebagai pegangan pokok secara umum dan sejumlah data dapat digunakan sebagai pertimbangan suatu kesimpulan. Pengumpulan data melalui studi kepustakaan akan bermanfaat bagi penelitian sebagai tolak ukur dan bahan perbandingan terhadap fakta yang terdapat pada objek penelitian.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik komunikasi langsung dengan subjek yang bersangkutan dan komunikasi tersebut terjalin untuk memperoleh

(10)

data-data yang dapat menunjang penelitian. Survey dan wawancara masih dilakukan di salah satu tempat, yaitu Hening Griya di Jemursari Surabaya. c. Observasi langsung

Observasi langsung adalah pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti, baik pengamatan itu dilakukan di dalam situasi buatan yang khusus diadakan. Pada penelitian, teknis observasi berguna untuk mengetahui keadaan yang ada pada objek penelitian, dimana peneliti mengamati objek yang diteliti dan melakukan pengambilan gambar.

1.7.3. Metode Pengolahan Data

Semua data yang telah diperoleh diolah sedemikian rupadengan cara disortir terlebih dahulu, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal dalam perancangan. Sesudah melalui proses penyortiran, data-data yang diperlukan dianalisis kembali dan dikumpulkan jadi satu, sedangkan data-data yang tidak terpakai dipisahkan saja agar memudahkan dalam proses perancangan.

1.7.4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah: a. Metode deskriptif

Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan dalam meneliti status, sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, dan sistem pemikiran.

b. Metode komparatif

Metode komparatif adalah suatu metode yang dilakukan dengan membandingkan data-data yang telah diperoleh untuk dicari kelebihan dan kekurangannya kemudian dianalisis lebih lanjut sebagai dasar desain yang akan diterapkan dalam Perancangan Interior Panti Jompo Katolik di Surabaya.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam uji coba produk bahan ajar Akidah Akhlak (bahan ajar komik) ini, yang menjadi subjek uji coba adalah siswa-siswa kelas V MIN Model Palangka Raya yang

Ini berarti bahwa hubungan antara partisipasi anggaran dengan slack menunjukkan bahwa dengan partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran akan berpengaruh

Alur penelitian yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 4. Secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahapan segmentasi, tahapan pengukuran fitur dan

Berdasarkan data di atas, penulis menarik simpulan bahwa ada dua (2) tindakan antisosial yang dilakukan Yuno, yaitu tidak peduli dengan keselamatan orang lain

Sementara itu, evaluasi kegiatan pembelajaran dilaksanakan oleh lembaga penyelenggara dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan hasil pembelajaran. Evaluasi dilakukan secara

Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai Perilaku Profesional Dokter Spesialis di ruang rawat inap penyakit dalam RSUP H Adam Malik Medan dalam memberikan pelayanan, untuk itu

Strategi penilaian yang umum digunakan adalah tes formatif yang disajikan di tengah program pengajaran ujuan tengah semester, diharapkan untuk dapat memonitor

Paling tidak terdapat tiga macam bentuk pengendalian konflik, yakni : 1) Konsiliasi, iaitu pengendalian konflik yang dilakukan dengan melalui lembaga-lembaga tertentu