• Tidak ada hasil yang ditemukan

EDUKASI PROGRAM GENERASI BERENCANA DENGAN MODEL VCT (VALUE CLARIFICATION TEHNIC) DI SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EDUKASI PROGRAM GENERASI BERENCANA DENGAN MODEL VCT (VALUE CLARIFICATION TEHNIC) DI SMP"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

EDUKASI PROGRAM GENERASI BERENCANA DENGAN MODEL

VCT (VALUE CLARIFICATION TEHNIC) DI SMP

ABSTRACT

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia kini sedang mempersiapkan diri untuk menerima bonus demografi. Hal ini merupakan salah satu dari segudang alasan mengapa bangsa Indonesia berbenah diri dengan melakukan revolusi mental sehingga terbentuk generasi muda yang berkarakter dan berdaya saing tinggi. Data pada laman web site

www.kominfo.go.id menunjukan Bangsa ini tahun 2030 diperkirakan akan memiliki jumlah penduduk usia produktif (usia 15 s.d 64 tahun) lebih besar daripada usia tidak produktif (usia dibawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Peluang emas ini harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga Indonesia bisa Ni Putu Sri Ratna Dewi1, Putu Budi Adnyana2, Desak Made Citrawathi3

1,2,3 Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Biologi dan Perikanan Kelautan, Universitas Pendidikan Ganesha

Email: [email protected]

The purpose of this activity is to: (1) increase the teachers' knowledge of SMP N 4 Singaraja about the planning generation program (GenRe) that can be inserted into subjects, (2) increase the teachers' insight of SMP N 4 Singaraja about the VCT model in educating the GenRe program, and 3) discover the teachers' responses of SMP N 4 Singaraja towards the VCT model in educating the GenRe program. This activity was training with the number of participants involved were 20 teachers of SMP N 4 Singaraja from various types of subjects. The data taken in this activity was data on teachers' knowledge of the GEnRe program and the knowledge of the VCT model in the education of the planning generation program. The data were analyzed descriptively. The results were that: 1) there was an increase in the knowledge of the teachers of SMP N 4 Singaraja on the planning generation program. The average insight of teachers about the GenRe program before training was 60.2, while after the training the mean value of teachers' knowledge was 80.07. 2) There was an increase in the knowledge of the teachers of SMP N 4 Singaraja on the planning generation program based on the results of the pretest. The average value of teachers' knowledge on the VCT model was 57.5, while after training, the mean value became 78.8, and 3) the teachers' responses towards the activities carried out very well and strongly agree with the use of the VCT model in educating the GenRe program to students.

Keywords: VCT Model, GenRe Program, Planning Generation

Tujuan kegiatan ini adalah untuk: (1) meningkatkan pengetahuan guru-guru SMP N 4 Singaraja terhadap program generasi berencana (GenRe) yang dapat diselipkan ke dalam mata pelajaran, (2) meningkatkan pengetahuan guru-guru SMP N 4 Singaraja terhadap model VCT dalam edukasi program GenRe, dan 3) mengetahui respon guru-guru SMP N 4 Singaraja terhadap model VCT dalam edukasi program GenRe. Kegiatan ini merupakan pelatihan dengan jumlah peserta yang terlibat sebanyak 20 orang guru SMP N 4 Singaraja dari berbagai jenis mata pelajaran. Data yang diambil dalam kegiatan ini adalah data pengetahuan guru terhadap program GEnRe dan pengetahuan terhadap model VCT dalam edukasi program GenRe. Data dianalisis secara deskriptif dan diperoleh hasil bahwa: 1) terjadi peningkatan pengetahuan guru-guru SMP N 4 Singaraja terhadap program GenRe, dengan nilai rata-rata pengetahuan guru sebelum dilaksanakan pelatihan sebesar 60,2 sedangkan setelah dilaksanakan pelatihan nilai rata-rata pengetahuan guru menjadi 80,07, 2) terjadi peningkatan pengetahuan guru terhadap model VCT dengan nilai rata-rata pengetahuan guru sebelum dilaksanakan pelatihan sebesar 57,5 sedangkan setelah dilakukan pelatihan menjadi 78,8, dan 3) respon guru-guru terhadap terhadap kegiatan yang dilaksanakan sangat baik dan sangat setuju dengan penggunaan model VCT dalam mengedukasi program GenRe kepada siswa.

(2)

terdaftar menjadi salah satu negara maju di Asia maupun di dunia.

Bonus demografi ini merupakan kesempatan emas bagi bangsa Indonesia untuk menjadi negara maju, untuk dapat menikmati kesempatan emas itu, generasi muda saat ini harus benar-benar diperhatikan dan diberikan motivasi untuk mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kompetensi yang diperlukan pada era digitalisasi. Berbagai cara telah dan akan dilakukan oleh pemerintah demi mengoptimalkan perkembangan generasi muda saat ini dengan harapan terwujudnya sumber daya manusia yang berkarakter dan berdaya saing tinggi. Salah satu program pemerintah yang telah dilakukan adalah pengintegrasian pendidikan karakter yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah. Implementasi dari program pendidikan karakter di sekolah dalam bentuk kurikulum yang dikenal dengan kurikulum 2013. Salah satu inti dari kurikulum tersebut adalah pengembangan softskill dan pembudayaan 18 karakter bangsa dalam seluruh kegiatan pembelajaran baik dalam intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Beragai macam kegiatan yang dirancang oleh guru di sekolah diharapkan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa tidak hanya pada aspek kognitif saja melainkan juga pada aspek afektif dan psikomotor. Kegiatan ekstrakurikuler tidak kalah penting dalam membentuk softskill dan karakter siswa terutama siswa yang berada pada fase remaja, yang kita ketahui fase ini merupakan masa yang sangat labil. Terjadinya Perkembangan dan perubahan fisik dan psikis yang dialami siswa pada fase ini membuatnya lebih banyak dihadapkan pada permasalahan-permasalahan terutama yang berkaitan dengan emosi dan sistem reproduksinya. Selain itu perubahan fase pada perkembangan kognitif siswa juga membuatnya memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar dari sebelumnya. Permasalahan remaja pada generasi milenial saat ini sangat kompleks terutama maslaha kesehatan reproduksi, hal ini sejalan dengan begitu cepatnya aliran berbagai macam informasi

melalui gawai atau gadget. Keingintahuan terhadap perubahan organ reproduksinya, ketersediaan sarana untuk mengakses informasi dan tidak adanya pengawasan yang baik terhadap hal tersebut berkontribusi terhadap peningkatan terjadinya kenakalan remaja dan masalah kesehatan reproduksi remaja. Adapun faktor penyebab masalah kesehatan reproduksi pada remaja antara lain: (1) pertumbuhan dan perkembangan fisiologis remaja, (2) lingkungan, seperti kemajuan teknologi informasi yang memberikan kemudahan mengakses situs dengan konten pornografi dan pornoaksi, pergaulan (teman sebaya), (4) peran orang tua (keluarga) dan lembaga pendidikan dalam memberikan informasi atau pendidikan terkait kesehatan reproduksi, (5) berkembangnya situasi permisif di masyarakat mendorong pasangan remaja mudah melakukan hubungan seksual pranikah (Dianawati, 2003, Muzzayanah, 2008, Noviasari, dkk., 2008, dan Irawati, 2010). Berdasarkan hasil penelitian Lestary dan Sugiharti (2011) diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku berisiko remaja dengan pengetahuan, sikap, akses terhadap media informasi, dan rendahnya kualitas komunikasi dengan orang tua.

Kegiatan belajar di sekolah baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler menjadi sangat strategis untuk digunakan sebagai sarana dalam membentuk karakter dan mengembangkan softskill sehingga permasalahan remaja seperti yang telah diuraikan di atas dapat dikurangi. Siswa yang telah menginjak masa remaja perlu diberikan perhatian intensif oleh semua pihak, baik pihak pemerintah, sekolah maupun keluarga. Sejalan dengan permasalahan yang dihadapi remaja tersebut pemerintah melalui BKKBN telah membuat program Generasi Berencana (GenRe). Program ini membantu memfasilitasi remaja untuk memahami dan mengimplementasikan pengetahuannya berupa perilaku hidup sehat, berakhlak untuk mencapai tegar remaja. Generasi berencana merupakan remaja yang mempunyai pengetahuan, sikap, dan perilaku sebagai individu yang siap dengan

(3)

perencanaan yang mantap dalam kehidupan berkeluarga. Generasi berencana, dapat diartikan sebagai remaja yang mampu merencanakan dengan baik jenjang pendidikannya, karirnya, serta pernikahannya sesuai dengan siklus kesehatan reproduksi. Strategi pendekatan program GenRe di sekolah dilakukan melalui pembentukan Pusat Informasi Konseling Remaja/ Mahasiswa (PIK R/M) yang diharapkan menjadi wadah konseling remaja dan memberikan sumbangsih terhadap pemecahan masalah remaja. Program GenRe dapat diintegrasikan di sekolah khususnya di sekolah menengah baik SMP maupun SMA dalam mata pelajaran biologi yaitu kesehatan reproduksi maupun dalam ekstrakurikuler kelompok siswa peduli AIDS dan Narkoba (KSPAN). Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan program GenRe masih banyak menemui kendala, salah satu kendala yang dialami adalah kurangnya sosialisasi kepada remaja dan rendahnya partisipasi remaja (Pyas dan Satlita, 2017), selain itu model yang digunakan dalam mensosialisakkan program GenRe kurang bervariasi. Berdasarkan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya mengenai strategi edukasi GenRe pada guru Pembina KSPAN, respon yang diberikan oleh guru sangat positif dan menyatakan bahwa sangat setuju diadakan pelatihan serupa pada guru sehingga Program GenRe dapat tersosialisasikan dengan baik. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kepada beberapa guru pembina KSPAN menunjukan bahwa program yang disusun dalam ekstra KSPAN sudah cukup bagus namun dalam pelaksanaannya masih menemui beberapa kendala seperti misalnya metode edukasi yang kurang menarik, keterbatasan waktu, serta tidak semua siswa remaja tertarik untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler KSPAN padahal ini sangat penting bagi mereka. Pelaksanaan ekstrakurikuler KSPAN di sekolah belum menunjukan hasil yang optimal, hal ini terbukti dari masih banyak ditemukan kasus siswa yang harus putus sekolah karena

mengalami KTD, baru-baru ini juga terjadi kasus oknum guru yang memaksa siswanya untuk berhubungan badan dengan pacarnya sendiri, ini membuktikan bahwa seks bebas masih marak terjadi, kejadian ini sekaligus mencoreng nama guru di mata masyarakat. Hal ini juga menunjukan bahwa pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam proses pembelajaran atau kegiatan pembelajaran masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan data BNN Kabupaten Buleleng tahun 2019 diketahui bahwa dari 48 kasus penyalahgunaan narkoba terdapat korban yang masih berstatus sebagai siswa. Ini menunjuan bahwa kita sedang berada pada kondisi darurat narkoba. Masalah-masalah yang dipaparkan di atas secara tidak langsung menunjukan bahwa generasi muda di Kabupaten Buleleng belum menunjukan kualitas yang baik, terutama dari segi karakter peduli dan tanggung jawab, untuk itu diperlukan usaha yang dapat membantu meningkatkan karakter siswa, diperlukan kolaborasi berbagai pihak untuk pemecahannya. Salah satu bentuk kolaborasi yang dapat dilakukan adalah melalui pengabdian masyarakat Pelatihan Model VCT dalam Edukasi Program Generasi Berencana untuk mewujudkan Generasi berkarakter. METODE

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pelatihan dengan Model pelatihan mengikuti Siklus Pelatihan dari Pont (1991), yang terdiri dari lima fase, yaitu: (1) penganalisaan kebutuhan, (2) perencanaan dan perancangan strategi pelatihan, (3) pengembangan materi pelatihan, (4) pelaksanaan pelatihan, dan (5) evaluasi pelatihan. Adapun alur dari siklus pelatihan yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.

(4)

Gambar 1. Model Siklus Pelatihan Evaluasi kegiatan ini dilakukan saat berlangsungnya pelatihan dan pendampingan. Aspek yang dievaluasi adalah kompetensi peserta pelatihan yang meliputi: a) pengetahuan tentang materi program GenRe, b) pengetahuan tentang model VCT, c) mengembangkan LKS edukasi program GenRe, dan d) sikap pada saat pelaksanaan pelatihan dan implementasi. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan teknik dan instrumen asesmen yang sesuai. Adapun tehnik dan istrumen yang digunakan dalam kegiatan ini disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Teknik dan Instrumen Asessmen

Kompetensi Peserta Pelatihan No Aspek yang

dinilai

Teknik Instrumen asesmen

1 Pengetahuan Tes Tes

Kognitif 2 Keterampilan Membuat LKS dengan model VCT Produk Tugas dan Rubrik Penilaian 3 Respon Kuesioner Kuesioner HASIL DAN PEMBAHASAN

Bertolak dari rumusan masalah yang diajukan dalam kegiatan ini diperoleh beberapa hasil diantaranya: 1) pengetahuan guru mengenai program GenRe mengalami peningkatan dari sebelumnya, nilai rata-rata pengetahuan guru

mengenai program GenRe sebelum

dilaksanakan pelatihan sebesar 60,2 sedangkan setelah dilaksanakan pelatihan nilai rata-rata pengetahuan guru menjadi 80,07, 2) pengetahuan guru terhadap model VCT mengalami peningkatan dari sebelumnya, nilai

rata-rata pengetahuan guru terhadap model VCT sebelum dilaksanakan pelatihan sebesar 57,5 sedangkan setelah dilakukan pelatihan, nilai rata-rata pengetahuan guru menjadi 78,8 , 3) respon guru terhadap model VCT dalam edukasi program GenRe sangat setuju menggunakan model VCT dalam edukasi program GenRe pada semua mata pelajaran. Adapun data pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan disajikan pada diagram batang di bawah ini.

Gambar 2. Data Pengetahuan Guru Sebelum dan Sesudah Pelatihan

Pelatihan Model VCT dalam edukasi Program GenRe diberikan kepada Guru-Guru di SMP N 4 Singaraja. Kegiatan ini dilaksanakan di ruang guru SMPN 4 Singaraja dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19. Pada acara pembukaan dihadiri oleh Kepala Sekolah SMP N 4 Singaraja, Kepala Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha, tim pelaksana pengabdian pada masyarakat, 20 orang guru SMP N 4 Singaraja dari berbagai mata pelajaran dan dua orang mahasiswa Jurusan Biologi dan Perikanan Kelautan. Kegiatan dilaksanakan hari Rabu tanggal 9 September 2020, acara dibuka oleh Kepala Pusat pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha, yaitu Bapak Dr. Drs. I Wayan Mudana, M.Si.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Pengetahuan program GenRe Pengetahuan Model VCT 1 2

Pengetahuan Guru

sebelum sesudah perencanaan pelatihan pengembangan materi pelatihan pelaksanaan pelatihan evaluasi pelatihan

(5)

Pelatihan ini dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya angka pernikahan dini setiap tahunnya, selain itu kasus siswa yang terlibat narkoba di daerah Singaraja juga semakin meningkat, SMP N 4 Singaraja berada di lingkungan Sambangan dimana terdapat banyak rumah kost mahasiswa yang tidak jarang kita temui ada yang tinggal sekamar dengan pasangan tanpa ikatan pernikahan. Hal ini tentu bukan contoh yang baik bagi siswa SMP N 4 Singaraja, disinilah peran kita sebagai pendidik untuk membantu siswa kita agar tidak terkena pengaruh buruk dari lingkungan sekitar. Salah satu cara mengurangi pengaruh buruk lingkungan yang kurang baik adalah dengan mengenalkan dan mengedukasi program GenRe pada siswa, guru memiliki peran penting dalam hal ini. Bertolak dari inilah kemudian Guru-Guru di SMP N 4 Singaraja diberikan pelatihan yakni diberikan informasi atau pengetahuan bagaimana cara mengedukasi program GenRe pada siswa harapannya guru-guru mampu mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam proses pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Narasumber pada kegiatan pelatihan tersebut adalah Dr. Desak Made Citrawathi, M.Kes dan Ni Putu Sri Ratna Dewi, S.Pd., M.Pd., yang merupakan dosen Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha. Kegiatan pelatihan dibagi menjadi 2 sesi yaitu sesi pertama pemaparan materi mengenai program GenRe dan sesi ke dua diisi dengan pelatihan model VCT dalam edukasi program GenRe. Sebelum sesi pemaparan materi peserta pelatihan diberikan tes yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal peserta mengenai program GenRe dan model pembelajaran VCT. Tes yang diberikan berkaitan dengan : (1) pengetahuan dan pendapat peserta terkait program GenRe dan model VCT dalam edukasi program GenRe bagi siswa SMP, (2), informasi tentang GenRe yang telah diketahui oleh guru, dan (3) pendapat guru model VCT dalam edukasi program GenRe. Berdasarkan hasil tes, dapat disimpulkan bahwa: (1) semua guru sangat

setuju edukasi program GenRe diberikan pada siswa SMP melalui model VCT di semua mata pelajaran, (2) belum semua guru memiliki pengetahuan yang memadai mengenai program GenRe, (3) informasi tentang GenRe hanya diberikan kepada siswa yang memilih ekstrakurikuler KSPAN saja, (4) informasi tentang kesehatan reproduksi hanya diperoleh dari mata pelajaran IPA saja, dan (5) guru-guru belum pernah mengetahui dan belum pernah menggunakan model VCT dalam proses pembelajaran.

Dengan pemaparan kondisi tersebut, dapat diartikan bahwa pelatihan ini sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengedukasi program GenRe. Pelatihan dan edukasi program GenRe sebagai program untuk memfasilitasi terwujudnya tegar remaja (Aritonang, 2017). Pada penyampaian materi sesi ke dua ditampilkan berbagai kasus yang dapat digunakan untuk membelajarkan nilai-nilai yang relevan dengan program GenRe, kasus yang ditampilkan berupa video. Video yang ditampilkan dipilih dari video yang sedang viral di daerah Bali dan berupa film pendek yang diproduksi oleh BNN. Kasus yang diangkat dalam video tersebut adalah kasus kehamian diluar nikah, aborsi, penyalahgunaan narkoba dan upacara adat Bali “ Ngeraja Singa” dan “Ngeraje Sewala” yang sangat erat kaitannya dengan kesehatan reproduksi remaja. Melalui nilai-nilai yang terkandung dalam kasus tersebut kemudian guru-guru peserta pelatihan dilatih untuk mengembangkan LKS yang mengarahkan siswa untuk mengenal lebih dalam program GenRe dan membantu siswa merencanakan masa depan mereka dengan lebih baik. Peserta pelatihan boleh memilih salah satu kasus yang ditampilkan sebagai bahan untuk mengembangkan LKS.

Peserta didampingi oleh tim pengabdian pada masyarakat selama berlatih mengembangkan LKS sehingga jika ada hal yang belum dipahami atau mengalami kesulitan dapat segera mendapatkan bantuan. Selanjutnya, peserta (perwakilan kelompok) diminta untuk

(6)

menyampaikan draft LKS yang dikembangkan. Setelah selesai mempresentasikannya, masing-masing peserta akan mendapatkan pertanyaan atau saran dari peserta lainnya. Selain masukan dari peserta, narasumber sebagai penguji juga memberikan penilaian berupa komentar dan saran terkait pembuatan LKS yang dikembangkan. Peserta pelatihan sangat antusias dalam mengikuti kegiatan, mereka bersemangat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir. Hal ini terlihat dari jumlah peserta yang mengikuti kegiatan di awal samadengan jumlah peserta di akhir kegiatan, dan tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan selama kegiatan berlangsung. Pengetahuan guru terhadap model VCT mengalami peningkatan dari sebelumnya, berdasarkan hasil pretest diketahui nilai rata-rata pengetahuan guru terhadap model VCT sebesar 57,5 sedangkan setelah dilakukan pelatihan, nilai rerata pengetahuan guru menjadi 78,8, 3) pengetahuan guru mengenai program GenRe mengalami peningkatan dari sebelumnya, rata-rata pengetahuan guru mengenai program GenRe sebelum dilaksanakan pelatihan sebesar 60,2 sedangkan setelah dilaksanakan pelatihan nilai rerata pengetahuan guru menjadi 80,07. Hal Ini berarti kegiatan pelatihan yang dilakukan melalui proses diskusi dan latihan dapat meningkatkan pemahaman peserta tentang progran GenRe dan model VCT. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Citrawathi, dkk. (2019) bahwa Pelatihan Model Edukasi bagi guru dapat meningkatkan pemahaman guru terhadap program GenRe. Hasil pelatihan ini juga bersinergi dengan yang dikemukakan oleh Sihotang, dkk. (2018) bahwa promosi dan sosialisasi program PKRR dapat meningkatkan kesadaran setiap elemen masyarakat akan pentingnya PKRR sehingga dapat mencegah remaja dalam perilaku yang berisiko. Dengan demikian, pelatihan tentang GenRe akan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru-guru untuk mengedukasi siswa tentang GenRe dalam proses pembelajaran. Fitriana dan Siswantara (2018) mengemukakan bahwa pemahaman guru yang semakin baik tentang

kesehatan reproduksi remaja, dapat meningkatkan kualitas penyampaian materi kesehatan reproduksi remaja kepada siswa. Dari hasil observasi yang dilakukan selama kegiatan berlangsung, dan jawaban peserta pada kuesioner yang diberikan menunjukkan bahwa respon guru-guru terhadap kegiatan yang dilakukan dalam kategori sangat baik.

SIMPULAN

Keberhasilan kegiatan ini diukur melalui metode tes, kuesioner, dan rubrik penilaian. hasil analisis penilaian yang sudah dilakukan kepada peserta setelah melakukan kegiatan pelatihan, diperoleh bahwa pengetahuan guru mengenai program genre mengalami peningkatan dari sebelumnya, nilai rata-rata pengetahuan guru sebelum dilaksanakan pelatihan sebesar 60,2 sedangkan setelah dilaksanakan pelatihan nilai rata-rata menjadi 80,07. pengetahuan guru terhadap model vct mengalami peningkatan dari sebelumnya, nilai rata-rata pengetahuan guru terhadap model vct sebelum dilaksanakan pelatihan sebesar 57,5 sedangkan setelah dilakukan pelatihan, nilai rata-rata menjadi 78,8. respon guru-guru terhadap terhadap kegiatan yang dilaksanakan sangat baik dan sangat setuju dengan penggunaan model vct dalam mengedukasi program genre kepada siswa

DAFTAR PUSTAKA

Citrawathi, D.M. 2016. Improvement of adolescent reproductive health understanding by implementation of Educative, Collaborative, Participative, and Problem Based (ECPPB) learning strategy in Buleleng district, Bali-Indonesia. Bali Medical Journal (Bali Med J) 2016. Volume 5, Number 3: 119-127 P-ISSN.2089-1180, E-ISSN.2302-2914

Citrawathi, D.M., Adnyana, P. B, Dewi, N.P.S.R. 2019. Pelatihan Edukasi Generasi Berencana Bagi Pembina Kelompok Siswa Peduli AIDS Dan Narkoba Di SMP se Kecamatan

(7)

Buleleng. Proseding SENADIMAS 2019. Disajikan pada Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat 4. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha.

Dimenson, Sara, Ed. 2009. Character is Key: How to Unlock the Best in Our Children and in Our Self. Ontario: John Wiley and Sons Canada

Fitriana, H. Dan Siswantara, P. 2018. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMAN 52 Surabaya. The Indonesian Journal of Public Health. 13(1): 107-118

Kemdikbud. 2010. Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025. Jakarta: Kemdikbud. Lestary, H. dan Sugiharti. 2011. Perilaku

Berisiko Remaja di Indonesia Menurut Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) Tahun 2007. Jurnal Kesehatan Reproduksi. 1(3): 136 – 144 Maryati, I., Juniarti, N., dan Hidayat, N. 2012.

Pemberdayaan Remajas dalam

Optimalisasi Kesehatan Reproduksi Remaja di Desa Sukamandi dan Cicadas Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang. Dharmakarya. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat. 1(1): 14-19 Munadi, Sudji. 2010. Analisis Kualitas Soal

Untuk Penilaian Aspek Afektif. Makalah. Yogyakarta: UNY.

Putra, Nusa. 2012. Research & Development. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Pyas, Dwi Wiliantining dan Satlita, Lena. 2017. Efektivitas Pelaksanaan Program

Generasi Berencana dalam

meningkatkan kesehatan reproduksi remaja di Kota yogyakarta. NATAPRAJA: Jurnal Kajian Ilmu Administrasi Negara. 5(1): 97-106 Said, Moh. 2011. Pendidikan Karakter di

Sekolah. Surabaya: Jaringpena.

Sihotang, H.M.I., Efendi, J.S., dan Arya, I.F.D. 2018. Implementasi Program Kesehatan Reproduksi Remaja di Kota Pekanbaru. Ejournal.Kopertis.

Utami, D.D.Y., 2015. Penyuluhan Program BKKBN Mengenai Generasi Berencana (GenRe) dan Sikap Remaja. Jurnal Simbolika. 1(2): 199 – 2017

Yulianti, D. 2017. Program Generasi Berencana (GenRe) dalam Rangka Pembangunan Nasional Berkualitas. Jurnal Analisis Sosial Politik. 1(2): 93 – 108.

Gambar

Tabel 1.  Teknik dan Instrumen Asessmen  Kompetensi Peserta Pelatihan  No  Aspek  yang

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Value Clarification Technique (VCT) Model Role Playing Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk Menekan Perilaku Bullying Siswa Di SMP

Dari hasil penelitian ini dapat terlihat sumber informasi dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap pelajar terhadap Program Generasi Berencana yang masih tergolong

Dari hasil penelitian ini dapat terlihat sumber informasi dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap pelajar terhadap Program Generasi Berencana yang masih tergolong

Dari hasil penelitian ini dapat terlihat sumber informasi dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap pelajar terhadap Program Generasi Berencana yang masih tergolong

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR TERHADAP PROGRAM GENERASI BERENCANA DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2015” ini

Sedangkan dengan program program GenRe (Generasi Berencana ) adalah suatu program yang dikembangkan dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja/

Implemenatasi program generasi berencana pada remaja sekolah melalui wadah PIK-R masih kurang berhasil dikarenakan kurangnya komunikasi, pengetahuan sumber daya manusia

1) Guru mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan kurangnya hasil belajar siswa. 2) Guru mendapatkan tambahan pengetahuan tentang metode pembelajaran Value