• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Konseling bagi Peserta Didik Pendidikan Keaksaraan Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Teknik Konseling bagi Peserta Didik Pendidikan Keaksaraan Dasar"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

Teknik Konseling bagi

Peserta Didik Pendidikan

Keaksaraan Dasar

Agus Ramdani, S.Sos, M.M.Pd

(Pamong Belajar PP PAUD Dikmas Jawa Barat)

ABSTRAK

Peran pendidik dalam pendidikan keaksaraan sangatlah vital, karena pendidik merupakan ujung tombak keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan keaksaraan dasar, yaitu menciptakan warga masyarakat yang mampu beraksara dan mampu memanfaatnya kemampuannya tersebut untuk perbaikan kualitas dan mutu kehidupannya. Namun, hal tersebut menjadi sangat rumit untuk diwujudkan karena mayoritas pendidik pendidikan keaksaraan Indonesia, kualifi kasi pendidikan dan kompetensi mendidiknya masih lemah. Padahal sasaran layanan pendidikan keaksaraan adalah orang-orang dewasa yang telah mempunyai pengalaman, konsep diri dan kebutuhan belajar yang sangat variatif. Karenanya dibutuhkan suatu pendekatan belajar yang sesuai dengan karakter dan potensi sasaran layanan pendidikan keaksaraan. Satu pendekatan, diantara pendekatan belajar lainnya yang bisa diterapkan pada pengelolaan pembelajaran pendidikan keaksaraan adalah pendekatan konseling. Namun tidak seperti halnya pada proses konseling yang biasa dilakukan oleh para konselor yang berlatangbelakang pendidikan ilmu psikologi, bimbingan konselingnya lebih diarahkan untuk membantu mengatasi kesulitan belajar dan meningkatkan motivasi, serta partisipasi peserta didik pendidikan keaksaraan.

A. Latar Belakang

Kenyataan, memperlihatkan bahwa mayoritas penyelenggaraan pendidikan keaksaraan dasar, terhenti apabila peserta didik dinyatakan selesai mengikuti belajar pada program pendidikan keaksaraan dasar selama 114 jam pelajaran,

sehingga, banyak alumni pendidikan keaksaraan menjadi buta aksara kembali. Selain permasalahan tersebut, terdapat juga permasalahan yang bersifat kualitas pendidikan dalam mengelola pembelajaran pendidikan keaksaraan dasar, yaitu: 1. pendekatan pembelajaran yang dipergunakan, kurang mengakomodasi

perbedaan karakteristik dan potensi peserta didik, seperti perbedaankompetensi keaksaraan, motivasi belajar, kebutuhan belajar, dan usia;

2. kemampuan melaksanakan pembelajarandengan mempergunakan pendekatan andragogi partisipasi masih lemah. Mayoritas masih mempergunakan pendekatan konvensional yang cenderung menguasai komunikasi dan interaksi dalam aktivitas belajar. Sehingga peserta didik, cenderung merasabosan dan jenuh ketika terlibat dalam pembelajaran. Jika data sudah berbicara seperti itu, bagaimana mungkin tujuan pendidikan keaksaraan dasar bisa tercapai secara optimal, padahal bisa dikatakan sangatlah susah memberikan layanan pendidikan kepada peserta didik yang usianya sudah dewasa, karena mereka mempunyai karakter:

1. mau belajar, jika materi belajar yang dipelajari dapat memecahkan permasalahan yang sedang dihadapinya;

2. bergairah belajar bila suasana lingkungan belajarnya menarik, saling menghormati, menghargai dan saling percaya;

3. akan tekun belajar bila ada motivasi lain dalam belajar;

4. lebih mudah memahami apa yang diajarkan, bila yang diajarkan bersifat penghayatan dari kehidupannya sehari-hari;

5. akan senang belajar bila pengetahuan dan pengalamannya dihargai, tidak dianggap sebagai gelas kosong;

6. daya serap otak orang dewasa akan materi yang bersifat akademis, semakin menurun;

7. daya penglihatan dan daya pendengaran orang dewasa makin berkurang, sejalan dengan bertambahnya usia.

Selain selaras dengan ke-7 (tujuh) karakteristik orang dewasa tersebut, mayoritas peserta didik pendidikan keaksaraan dasar, memiliki karakter:

1. motivasi untuk belajar membaca, menulis, menghitung dan berkomunikasi sangat lemah, mayoritas menginginkan belajar yang bersifat keterampilan vokasional; 2. memiliki waktu luang terbatas, cenderung disibukkan oleh kegiatan

domestik, sehingga waktu untuk belajar dan memanfaatkan hasil belajar sangatlah kurang;

(2)

3. sangat tergantung pada motivasi kelompok belajar. Jika kelompok belajar bubar, maka terhenti juga aktivitas belajarnya. Dengan kata lain, kurang mempunyai kebiasaan untuk melaksanakan dan mengembangkan hasil belajarnya secara mandiri;

4. inisiatif dalam proses belajarmengajar sangat kurang,cenderung didominasi pendidik.

Setelah kita mengetahui peran, karakter orang dewasa, dan permasalahan pendidikan keaksaraan dasar, tentunya sekarang kita semakin sadar bahwa tidaklah mudah untuk menjadi seorang pendidik pendidikan keaksaraan dasar. mereka dituntut untuk mempunyai kompetensi yang mumpuni, baik kompetensi profesional, pedagogis, sosial, maupun kompetensi personal. Karenanya melalui tulisan ini, akan diperkenalkan pada satu pendekatan yang dapat membantu pendidik untuk menjalankan peran sebagai tutor dalam pendidikan keaksaraan dasar. Pendekatan tersebut bernama Konseling. Namun tentunya, tidak seperti halnya pada proses konseling yang biasa dilakukan oleh para psikolog. Konseling lebih difokuskan pada layanan bantuan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar dan meningkatkan motivasi serta partisipasi peserta didik dalam pembelajaran pendidikan keaksaraan dasar.

B. Pengertian Konseling

Mengapa diperlukan konseling pada penyelenggaraan pendidikan keaksaran dasar, dan bagaimana cara melaksanakannya? Mungkin itulah pertanyaan yang timbul pada benak anda. Karenanya, pada tulisan ini kita akan berkenalan dengan apa yang dimaksud dengan konseling. Ada pepatah yang mengatakan

“Tak kenal maka tak sayang, jika tidak sayang maka kita tidak akan pernah melakukan apa-apa”.

Konseling diartikan sebagai pemberian bantuan yang diberikan oleh seseorang yang mempunyai kemampuan, kepada seorang atau sekelompok orang, supaya mereka mampu mengembangkan kemampuan dirinya sendiri secara mandiri dan optimal. Baik dalam bidang kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, maupun dalam bidang perencanaan karir. Singkatnya, konseling adalah proses membantu individu atau kelompok untuk mencapai kemampuan yang optimal. Dari pengertian tersebut dapat kita tafsirkan bahwasannya dalam konseling terdapat makna:

1. Proses; bimbingan konseling merupakan kegiatan yang berkelanjutan,

berlangsung terus menerus, sistematis, terencana, dan bukan kegiatan yang tiba-tiba, sewaktu-waktu atau insidential;

2. Bantuan; bimbingan konseling harus membantu sasaran layanan dengan

cara memberikan dorongan, semangat, menumbuhkan keberanian, mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah perilakunya sendiri. Adapun bantuan yang diberikan harus mempertimbangkan keragaman/keunikan, sesuai dengan pengalaman, kebutuhan, dan masalah yang sedang dihadapi sasaran layanan;

3. Perkembangan optimal; maksudnya perkembangan yang sesuai dengan

potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar. Perkembangan optimal bukanlah semata-mata pencapaian tingkat kemampuan intelektual yang tinggi yang ditandai dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan, melainkan suatu kondisi dinamis dimana individu/ kelompok mampu mengenal dan memahami diri, berani menerima kenyataan diri, mengarahkan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan sistem nilai, melakukan pilihan dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam sebuah konseling, kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Konseling merupakan alat untuk mendukung proses bimbingan; 2. Sasaran layanan konseling tidak memandang usia dan jenis kelamin;

3. Komunikasi dalam proses konseling harus berjalan dua arah, atau terjadi proses dialektika;

4. Konseling dilaksanakan agar individu/kelompok memahami dirinya dengan lebih baik sehingga potensi yang dimilikinya mampu berkembang secara optimal;

5. Pemberi layanan harus memiliki pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kualitas pribadi yang baik.

C. Konseling Bagi Peserta Didik Pendidikan Keaksaraan Dasar

Konseling peroranganbertujuan membantu sasaran untuk mengentaskan masalah pribadi. Dalam pendidikan keaksaraan, masalah pribadi yang dimaksud dibatasi pada masalah yang sifatnya akademis, bukan pada masalah-masalah yang menyangkut dalam rumah tangga, masalah dengan orang lain, ataupun masalah dengan pekerjaan. Dalam pelaksanaan pendidikan keaksaraan masalah-masalah pribadi tersebut mayoritas berbentuk masalah lupa dan kesulitan mengikuti materi belajar. Karenanya dalam sub-bab ini akan dijelaskan secara singkat mengenai kegiatan-kegiatan konseling perorangan yang berhubungan dengan kedua masalah tersebut.

(3)

1. Mengatasi lupa

Dalam pengalaman sehari-hari, kita memiliki kesan seakan-seakan apa yang kita alami dan kita pelajari tidak seluruhnya tersimpan dalam akal kita, padahal lupa ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut dan memproduksi kembali apa yang sebelumnya telah dipelajari. Lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari.

Sebagai seorang pendidik dapatkah anda mencegah peristiwa lupa yang sering dialami peserta didik? Lupa itu manusiawi dan mungkin anda tidak akan mampu mencegahnya secara keseluruhan. Namun sekedar berusaha mengurangi proses terjadinya lupa yang sering dialami peserta didik dapat anda adalah dengan cara meningkatkan daya ingatnya.

Banyak ragam kiat yang dapat dicoba untuk meningkatkan daya ingat peserta didik pendidikan keaksaraan dasar, antara lain:

a. belajar lebih; nupaya belajar melebihi batas pengusaan dasar atas materi

pelajaran tertentu. Contohnya pembacaan suatu cerita secara berulang-ulang, misalkan seminggu dua kali memungkinkan ingatan peserta didik akan lebih kuat;

b. tambahan waku belajar; nupaya penambahan alokasi waktu belajar atau

penambahan frekwensi aktivitatas belajar. Penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti peserta didik menambah jam belajar. Misalnya dari satu jam mejadi satu setengah jam. Penambahan frekewunsi belajar berati peserta didik meningkatkan kekerapan belajar meteri tertentu. Misalnya dari sekali sehari menjadi dua kali sehari, kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan;

c. singkatan; terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus

diingat peserta didik. Contoh jika seorang peserta didik hendak mempermudah mengingat nama Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, dan Nabi Musa, dapat menyingkatnya dengan ANIM. Pembuatan singkatan sejogjanya dilakukan sedemikain rupa sehingga menarik dan memiliki kesan tersendiri;

d. Sistem kata pasak yaitu sejenis teknik memori yang menggunakan

komponen-komponen yang sebelumnya lebih dikuasi sebagai pasak (paku) pengait memori baru. Kata komponen pasak ini dibentuk berpasangan, seperti merah-saga, panas-api, kata-kata berguna untuk mengingat kata istilah yang memiliki watak sama seperi, darah-lipstik, langit dan bumi, neraka-surga, dan kata-kata lain yang memilki kesamaan watak (warna, rasa, dst).

Selanjutnya apa yang dapat anda lakukan (sebagai pendidik) dalam mengurangi kelupaan peserta didik? Ada beberapa cara yang dapat ditempuh dalam menanggulangi kemungkinan terlupakannya materi pelajaran yang disajikan kepada mereka, antara lain:

a. timbulkan atau tingkatkan motivasi belajar pada peserta didik dengan menyadarkan mereka akan tujuan yang harus mereka capai. Hal ini dapat anda lakukan misalnya dengan menjelaskan manfaat materi pelajaran bagi kehidupan masa depan mereka seraya memberi contoh kongkrit orang-orang yang tidak beruntung lantaran tidak memiliki pengetahuan yang anda ajarkan;

b. jika anda menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan materi yang telah anda sajikan kepada seorang peserta didik, sebaiknya anda memperhatikan hal-hal berikut ini:

1) pertanyaan seyogyanya disampaikan dengan cara akrab dan tidak menegangkan, tetapi wibawa anda perlu tetap terjaga;

2) pertanyaan seyogyanya jelas, singkat, dan tidak mengandung bermacam-macam tafsiran;

3) pertanyaan hendaknya hanya mengandungsatu masalah agar peserta didik dapat memusatkan proses sistem akalnya untuk mencapai respon;

4) pertanyaan hendaknya tidak hanya mendorong peserta didikuntuk menjawab “ya” atau “tidak” sebab dapat menghambat kreativitas akalpeserta didik.

2. Mengatasi kesulitan belajar

Semua peserta didik pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kompetensi keaksaraan yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa peserta didik memiliki perbedaan dalam hal kemampuan beraksaranya.Sementara itu, pembelajaran pendidikan keaksaraan di Indonesia pada umumnya menyamaratakan kemampuan beraksara peserta didiknya, sehingga peserta didik yang kemampuan beraksaranya lebih atau kurang jadi terabaikan. Dengan demikian peserta didik yang mempunyai kemampuan lebih atau kurang itu tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Dari sinilah kemudian timbu apa yang disebut kesulitan belajar yang tidak hanya menimpa peserta didik berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh peserta didik yang kemampuan beraksaranya sudah mulai tumbuh.

(4)

Seperti halnya pada teknik layanan bimbingan konseling lainnya, pada konseling perorangan/pribadi untuk mengatasi masalah kesulitan belajar, pendidikan sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifi kasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda peserta didik tersebut. Upaya ini kita ketahui sebagai kegiatan diagnosis untuk menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan yang terdapat pada peserta didik pendidikan keaksaraan.

Adapun langkah-langkah diagnosis yang dapat dilakukan dalam rangka pemberian layanan perorangan bagi peserta didik pendidikan keaksaraan, dapat dilakukan dengan cara:

a. melakukan observasi untuk melihat perilaku peserta didik ketika mengikuti pelajaran;

b. bertanya tentang penglihatan dan pendengaran peserta didik, khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar;

c. memberikan tes kemampuan kepada peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar.

Banyak alternatif bimbingan konseling yang dapat diambil pendidikan dalam mengatasi kesulitan belajarpeserta didik. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, pendidikan sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan: a. analisis hasil diagnosis; menelaah bagian-baigan masalah dan hubungan

antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik;

b. mengidentifi kasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan;

c. menyusun program perbaikan.

Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah pendidik melaksanakan program perbaikan, dengan cara:

a. analisis hasil kegiatan; data dan informasi yang diperoleh pendidikan melalui diagnostik kesulitan belajar tadi perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan khusus yang dialami peserta didik yang berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti.

b. menentukan kecakapan bidang bermasalah; berdasarkan hasil analisis tadi, pendidikan diharapkan dapat menentukan bidang kecakapan tertentu yang dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-bidang kecakapan bermasalah ini dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu:

1) dapat ditangani oleh pendidik sendiri;

2) dapat ditangani oleh pendidik dengan bantuan pengelola; 3) tidak dapat ditangani baik oleh pendidik maupun pengelola.

c. menyusun program perbaikan; dalam hal menyusun program perbaikan (remedial), sebelumnya pendidikan perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut:

1) tujuan perbaikan; 2) materi perbaikan; 3) metode perbaikan;

4) alokasi waktu perbaikan, dan;

5) evaluasi kemajuan peserta didik setelah mengikuti program perbaikan. d. Melaksanakan program perbaikan. Kapan dan dimana program perbaikan

yang telah dirancang itu dapat anda laksanakan? Pada prinsipnya, program perbaikan itu lebih cepat dilaksanakan tentu saja akan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa dimana saja asal tempat itu memungkinkan peserta didik yang memerlukan bantuan dapat memusatkan perhatiannya terhadap proses perbaikan tersebut.

D. Penutup

Mengingat peserta didik pendidikan keaksaraan dasar mayoritas orang dewasa, maka format layanan konseling yang akan dipergunakan, harus sesuai dengan karakter dan potensi peserta didik. Dengan kata lain, pemilihan format konseling harus disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang sedang dihadapi, dan dikonsultasikan oleh peserta didik. Karenanya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika anda akan memberikan bimbingan konseling kepada peserta didik anda:

1. Materi layanan disusun atau diberikan berdasarkan kebutuhan peserta didik, terutama yang diungkapkan atau dikonsultasikan;

2. Jangan terlalu inisatif dan responsif, jika menemukan peserta didik yang terlihat sedang menghadapi masalah, terutama masalah yang bersifat pribadi; 3. Berhati-hati dalam menggali data mengenai permasalahan yang dihadapi

peserta didik. Misalnya dengan mempergunakan kata-kata yang halus, jangan sampai menyinggung perasaannya;

4. Berhati-hati mananggapi dan memberikan saran/rekomendasi pemecahan masalah yang dikonsultasikan.

(5)

REFERENSI:

Budiningsih, Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta. Gani, Abdul. (1984). Bimbingan Karir. Bandung: Angkasa.

Lunandi, A.G. (1987). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Gramedia. May, Rollo. (2003). Seni Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Muhibbin, Syah. (2009). Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Perss. Murad, Lesmana J. (2006). Dasar-Dasar Konseling.Jakarta: UI Press. Sumadi Suryabrata. (1989). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.

ARTIKEL

Model Pembelajaran KUM

Berbasis Lembaga Keuangan

Mikro Syariah

Andang Heryahya, M.Pd.I., M.Pd.

(Kandidat Doktor UNJ dan Dosen STEI Tazkia)

ABSTRAK

Gizi buruk, menjadi pekerja kasar, mudah sakit-sakitan, sulit mendapatkan akses modal usaha, tidak mampu mengenyam pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi merupakan dampak langsung dari pendapatan ekonomi dan tingkat pendidikan keaksaraan masyarakat yang rendah. Program pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) hadir sebagai salah satu ikhtiar untuk mengangkat martabat masyarakat dengan mensinergikan pendidikan keaksaraan dan usaha mandiri. Tujuan utama KUM untuk mengembangkan kompetensi keberaksaraan sekaligus keberdayaan masyarakat melalui sikap dan keterampilan berusaha, agar terhindar dari jeratan kemiskinan dan kebodohan. Penelitian ini dilakukan dalam rangka menemukan alternatif model pembelajaran program KUM. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Tujuan penelitian adalah untuk menemukan model dan strategi pembelajaran KUM berbasis Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran KUM berbasis LKMS mampu mengembangkan kompetensi sikap spiritual, sosial dan kompetensi keberaksaraan masyarakat sekaligus secara bersamaan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga. Program pendidikan KUM melalui LKMS menjadi satu model pembelajaran yang efektif.

Latar Belakang

Kemerdekaan Indonesia telah memasuki usia ke tujuh puluh satu tahun, tepat tanggal 17 Agustus 2016. Usia yang relatif tua, sejatinya sudah menjadi negara maju sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Menjadi negara dengan pendapatan perkapita dan tingkat pendidikan yang tinggi. Negara dengan tingkat kemiskinan dan laju pertumbuhan penduduk yang stabil. Negara aman adil dan damai, masyarakat hidup sejahtera lahir dan bathin. Sebagaimana cita-cita kemerdekaan Indonesia yang tercantum di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yaitu:

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan gigi dan mulut dari 14 puskesmas di 7 kabupaten/kota Provinsi Bangka Belitung berjumlah 41 orang , yaitu 13 dokter

Dilihat dari laporan keuangan pemerintahan kabupaten malang itu terdapat sesuatu yang menarik karna nilai dari asset tetapnya itu sangat tinggi, yaitu sebesar Rp..

Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung

Analisis data dari grafik diperoleh angka korelasi (R) yang menunjukkan bahwa kepipihan agregat CA (coarse agregat) lebih dipengaruhi lebar bukaan sekunder dan kondisi gigi jaw

“ Pengaruh Karakteristik Individu, Kewirausahaan, Gaya Kepemimpinan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Keberhasilan Usaha Industri Kecil Tenun dan Bordir di Sumatera

Tujuan penelitian adalah memperoleh gambaran dan menganalisis Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah dan Profesional Learning Community Terhadap Kinerja Mengajar

Teks Cerpen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Kasihan Bantul

Metode analisis penelitian ini menggunakan uji Chi Square yaitu jenis metode yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian, seperti: sikap konsumen terhadap sponsorship,