TUGAS PARASITOLOGI
LIVER FLUKES
oleh :
I Wayan A.G Sujaya Nurul Nurwandiyah
Novitaria Rompas Venscha Bawole Rivcha Nikijuluw
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON
YAYASAN GMIM A. Z. R. WENAS 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan tugas makalah ini tentang ―Trematoda Hati‖ dengan baik dan lancar.
Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah parasitologi yang telah memberikan tanggung jawab kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini sebagai bentuk pemenuhan tugas mata kuliah Parasitologi yang diberikan.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritik serta saran dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Manado, 18 Mei 2014
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan Penulis ... 1 BAB II PEMBAHASAN ... 3
2.1 Clonorchis sinensis (Opisthorchis sinensis) ... 3
2.1.1 Siklus Hidup & Morfologi ... 3
2.1.1.1 Hopses Perantara Pertama ... 4
2.1.1.2 Hopses perantara Kedua ... 5
2.1.1.3 Hospes Definitif ... 5
2.1.2 Patologi dan Gejala Klinis ... 6
2.1.3 Diagnosa ... 7
2.1.4 Pengobatan ... 7
2.2 Fasciola hepatica (cacing Hati) ... 8
2.2.1 Siklus Hidup ... 8
2.2.2 Patologi dan Gejala Klinis ... 9
2.2.3 Pengobatan dan Pencegahan ... 10
2.3 Opistorchis felineus ... 11
2.3.1 Penyebaran ... 11
2.3.2 Morfologi ... 12
2.4.1 Penyebaran ... 12
2.4.2 Morfologi ... 13
2.4.3 Gejala Klinik ... 13
BAB III PENUTUP ... 14
3.1 Kesimpulan ... 14
3.2 Saran ... 14
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Trematoda atau disebut juga Cacing Isap adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Platyhelminthes. Jenis cacing Trematoda hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Tubuhnya dilapisi dengan kutikula untuk menjaga agar tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya dan mempunyai alat pengisap dan alat kait untuk melekatkan diri pada inangnya. Pada saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa jaringan atau cairan tubuh inangnya. Dengan demikian maka Trematoda merupakan hewan parasit karena merugikan dengan hidup di tubuh organisme hidup dan mendapatkan makanan tersedia di tubuh inangnya. Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati,usus,paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata, ternak, ikan, manusia Trematoda.
Trematoda adalah cacing yang secara morfologi berbentuk pipih seperti daun. Pada umumnya cacing ini bersifat hermaprodit, kecuali genus Schistosoma. Pada dasarnya daur hidup trematoda ini melampui beberapa beberapa fase kehidupan dimana dalam fase tersebut memerlukan hospes intermedier untuk perkembangannya. Fase daur hidup tersebut adalah sebagai berikut:
Telur — meracidium — sporocyst — redia — cercaria — metacercaria — cacing dewasa.
Dimana fase daur hidup tersebut sedikit berbeda untuk setiap spesies cacing trematoda.
Menurut lokasi berparasitnya cacing trematoda dikelompokkan sbagai berikut: 1) Trematoda pembuluh darah
2) Trematoda paru 3) Trematoda usus 4) Trematoda hati
Lebih lanjut, dalam makalah ini akan dibahas mengenai jenis Trematoda Hati. 1.2. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Parasitologi. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan pembaca mengenai Trematoda, khususnya Trematoda Hati
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Clonorchis sinensis (Opisthorchis sinensis) Kingdom : Animalia Phylum : Platyhelminthes Kelas : Trematoda Ordo : Opisthorchiida Family : Opisthorchiidae Genus : Clonorchis
Spesies : Clonorchis sinensis
Cacing ini pertama ditemukan di Kalkuta India pada seorang tukang kayu suku cina pada tahun 1875. Infeksi lain ditemukan di Hong-Kong dan Jepang. Saat ini diketahui bahwa ―chinese liver fluke‖ tersebar secara luas di Jepang, Korea, Cina, Taiwan dan Vietnam. Diperkirakan sekitar 19 juta orang terinfeksi cacing di Asia Timur tahun 1947, yang mungkin akan menjadi lebih banyak lagi. Cacing berukuran panjang 8-25 mm dan lebar 1,5-5 mm2.1.1.
2.1.1. Siklus Hidup & Morfologi
Clonorchis sinensis dewasa memiliki bagian-bagian tubuh utama: pengisap oral, faring, usus buntu, pengisap ventral, vitellaria, rahim, ovarium, ‗kelenjar Mehlis , testis, kandung kemih exretory.
Telur dari Clonorchis sinensis (umumnya: manusia), yang berisi mirasidium yang berkembang ke dalam bentuk dewasa, mengapung di air tawar sampai dimakan oleh siput
2.1.1.1. Hospes Perantara Pertama
Siput air tawar Parafossarulus manchouricus – sinonim: striatulus Parafossarulus, sering berfungsi sebagai hospes perantara pertama untuk sinensis Clonorchis di Cina, Jepang, Korea dan Rusia.
Host bekicot lain termasuk:
Bitinia longicornis – sinonim: Alocinma longicornis – di China Bitinia fuchsiana – di China
Bitinia misella – di China
Parafossarulus anomalosiralis – di China Melanoides tuberculata – di China
Semisulcospira libertina – di China Assiminea lutea – di China
Tarebia granifera – di Taiwan, Cina
Begitu berada di dalam tubuh siput, mirasidium yang menetas dari telur, dan tumbuh secara parasit dalam siput. mirasidium ini berkembang menjadi sebuah sporosit, yang pada gilirannya memondokkan reproduksi aseksual dari redia, tahap berikutnya. Para redia sendiri memondokkan reproduksi aseksual cercaria berenang bebas. Sistem reproduksi aseksual memungkinkan untuk persilangan eksponensial individu cercaria dari satu mirasidium. Ini membantu para Clonorchis dalam reproduksi, karena memungkinkan mirasidium untuk memanfaatkan satu kesempatan pasif dimakan oleh siput sebelum telur mati.
Setelah redia dewasa, yang tumbuh di dalam tubuh bekicot sampai saat ini, mereka secara aktif menanggung keluar dari tubuh siput ke lingkungan air tawar. 2.1.1.2. Hospes perantara Kedua
Di sana, sebagai ganti menunggu untuk dikonsumsi oleh hospes (seperti yang terjadi dalam tahap telur mereka), mereka mencari ikan. Bosan dengan cara mereka masuk ke dalam tubuh ikan, mereka kembali menjadi parasit hospes baru mereka.
Setelah masuk dari otot ikan, cercaria yang membuat kista metacercarial pelindung yang dapat digunakan untuk mengenkapsulasi tubuh mereka. Kista pelindung ini terbukti bermanfaat ketika otot ikan dikonsumsi oleh manusia. 2.1.1.3. Hospes Definitif
Kista tahan asam memungkinkan metaserkaria untuk menghindari dicerna oleh asam lambung manusia, dan memungkinkan metaserkaria untuk mencapai usus kecil terluka. Mencapai usus kecil, metaserkaria yang menavigasi ke hati manusia, yang menjadi habitat akhir. Pakan Clonorchis pada empedu manusia diciptakan oleh hati . Dalam hati manusia, Clonorchis mencapai tahap yang matang dari reproduksi seksual Orang-orang dewasa hermafroditik menghasilkan telur setiap 1-30 detik, sehingga perbanyakan cepat penduduk di hati.
Penjelasan singkat :
Telur – Larva Mirasidium – Sporokista – Larva (II) : Redia – Larva (III) : Serkaria -Larva(IV) : Metaserkaria, masuk ke dalam tubuh Ikan kemudian termakan oleh Orang Cacing dewasa, menyebabkan Clonorchiasis.
Morfologi ; Telur :
Bentuk seperti botol ukuran 25–30µm warna kuning kecoklatan
Kulit halus tetapi sangat tebal
Pd bagian ujung yg meluas terdapat tonjolan Berisi embrio yg bersilia (miracidium) Operculum mudah terlihat
infektif untuk siput air Cacing Dewasa :
Ukuran 12 – 20 mm x 3 – 5 mm Ventral sucker < oral sucker
Usus (sekum) panjang dan mencapai bag. Posterior tubuh Testis terletak diposterior tubuh & keduanya mempunyai lobus Ovarium kecil terletak ditengah (anterior dari testis)
2.1.2. Patologi dan Gejala Klinis
Perubahan patologi terutama terjadi pada sel epitel saluran empedu. Pengaruhnya terutama bergantung pada jumlah cacing dan lamanya menginfeksi, untungnya jumlah cacing yang menginfeksi biasanya sedikit. Pada daerah endemik jumlah cacing yang pernah ditemukan sekitar 20-200 ekor cacing. Infeksi kronis pada saluran empedu menyebabkan terjadinya penebalan epithel empedu sehingga dapat menyumbat saluran empedu. Pembentukan kantong-kantong pada saluran empedu dalam hati dan jaringan parenchym hati dapat
merusak sel sekitarnya. Adanya infiltrasi telur cacing yang kemudian dikelilingi jaringan ikat menyebabkan penurunan fungsi hati.
Gejala asites sering ditemukan pada kasus yang berat, tetapi apakah ada hubungannya antara infeksi C. sinensis dengan asites ini masih belum dapat dipastikan. Gejala joundice (penyakit kuning) dapat terjadi, tetapi persentasinya masih rendah, hal ini mungkin disebabkan oleh obstruksi saluran empedu oleh telur cacing. Kejadian kanker hati sering dilaporkan di Jepang, hal ini perlu penelitioan lebih jauh apakah ada hubungannya dengan penyakit Clonorchiasis.
Cacing ini menyebabkan iritasi pd saluran empedu dan penebalan dinding saluran dan Perubahan jaringan hati yang berupa radang sel hati
Gejala dibagi 3 stadium:
1. Stadium ringan tidak ada gejala
2. Stadium progresif ditandai dengan menurunnya nafsu makan, diare, edema, dan pembesaran hati
3. Stadium lanjut didapatkan sindrom hipertensi portal terdiri cdari pembesaran hati, edema, dan kadang-kadang menimbulkan keganasan dlm hati, dapat menyebabkan kematian
2.1.3. Diagnosa
Diagnosa didasarkan pada isolasi feses telur C. sinensis bersama dengan adanya tanda-tanda pankreatitis atau primary. Beberapa kucing mungkin menunjukkan penyakit kuning dalam kasus-kasus lanjutan dengan parasit beban berat. Sejumlah cacing hati lain yang mempengaruhi kucing, seperti viverrini
Opisthorchis , dan felineus Opisthorchis , dapat dibedakan dengan pemeriksaan miscoscopic atau yang lebih baru tes PCR.
Konfirmasi biasanya dibuat pada laparotomi eksplorasi dan visualisasi cacing dalam pohon bilier atau kandung empedu dari kucing yang terkena dampak. 2.1.4. Pengobatan
Pengobatan untuk parasit ini adalah sama dengan trematoda lainnya, terutama melalui penggunaan praziquantel sebagai obat pilihan pertama. Obat diberikan pada 5 mg / kg stat, atau mingguan. Obat yang digunakan untuk mengobati infestasi mencakup triclabendazole , praziquantel , bithionol , Albendazole dan mebendazol.
2.2. Fasciola hepatica (Cacing Hati) Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes Kelas : Trematoda Ordo : Echinostomida Genus : Fasciola
Spesies : Fasciola Hepatica 2.2.1. Siklus Hidup
Hospes Definitif : Manusia, kambing dansapi
Hospes Perantara : I. Keong air (Lymnea) II. Tanaman air Nama penyakit : fasioliasis
Cacing ini tidak mempunyai anus dan alat ekskresinya berupa sel api. Cacing ini bersifat hemaprodit, berkembang biak dengan cara pembuahan sendiri atau
silang, jumlah telur yang dihasilkan sekitar 500.000 butir. Hati seekor domba dapat mengandung 200 ekor cacing atau lebih. Karena jumlah telurnya sangat banyak, maka akan keluar dari tubuh ternak melalui saluran empedu atau usus bercampur kotoran. Jika ternak tersebut mengeluarkan kotoran, maka telurnya juga akan keluar, jika berada di tempat yang basah, maka akan menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium. Larva tersebut akan berenang, apabila bertemu dengan siput Lymnea auricularis akan menempel pada mantel siput. Di dalam tubuh siput, silia sudah tidak berguna lagi dan berubah menjadi sporokista. Sporokista dapat menghasilkan larva lain secara partenogenesis yang disebut redia yang juga mengalami partenogensis membentuk serkaria. Setelah terbentuk serkaria, maka akan meninggalkan tubuh siput dan akan berenang sehingga dapat menempel pada rumput sekitar kolam/sawah. Apabila keadaan lingkungan tidak baik, misalnya kering maka kulitnya akan menebal dan akan berubah menjadi metaserkaria. Pada saat ternak makan rumput yang mengandung metaserkaria, maka sista akan menetas di usus ternak dan akan menerobos ke dalam hati ternak dan berkembang menjadi cacing muda, demikian seterusnya.
Penjelasan Singkat
Telur –> Larva Mirasidium masuk ke dalam tubuh siput Lymnea –> Sporokista – > berkembang menjadi Larva (II) : Redia –> Larva (III) : Serkaria yang berekor, kemudian keluar dari tubuh keong –> Kista yang menempel pada tetumbuhan air (terutama selada air –> Nasturqium officinale) kemudian termakan hewan ternak (dapat tertular ke orang, apabila memakan selada air) –> masuk ke tubuh dan menjadi Cacing dewasa menyebabkan Fascioliasis.
Ciri-ciri morfologi Fasciola hepatica Bersifat hermaprodit.
Sistem reproduksinya ovivar. Bentuknya menyerupai daun berukuran 20 – 30 mm x 8 – 13 mm. Mempunyai tonjolan konus (cephalis cone) pada bagian anteriornya. Memiliki batil isap mulut dan batil isap perut Uterus pendek berkelok-kelok.Testis bercabang banyak, letaknya di pertengahan badan berjumlah 2 buah.
2.2.2. Patologi dan Gejala klinis
Terjadi sejak larva masuk kesaluran empedu sampai menjadi dewasa. Parasit ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran empedu dan penebalan dinding saluran. Selain itu, dapat terjadi perubahan jaringan hati berupa radang sel hati. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul sirosis hati disertai asites dan edema. Luasnya organ yang mengalami kerusakan bergantung pada jumlah cacing yang terdapat disaluran empedu dan lamanya infeksi gejala dari penyakit fasioliasis biasanya pada stadium ringan tidak ditemukan gejala. Stadium progresif ditandai dengan menurunnya nafsu makan, perut terasa penuh, diare dan pembesaran hati. Pada stadium lanjut didapatkan sindrom hipertensi portal yang terdiri dari perbesaran hati, ikterus, asites, dan serosis hepatis.
2.2.3. Pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan yang dapat diberikan antara lain: - Heksakloretan
- Heksaklorofan - Rafoxamide
- Niklofolan
- Bromsalan yang disuntikkan di bawah kulit Cara-cara pencegahan:
1. Tidak memakan sayuran mentah.
2. Pemberantasan penyakit fasioliasis pada hewan ternak.
3. Kandang harus dijaga tetap bersih, dan kandang sebaiknya tidak dekat kolam atau selokan.
4. Siput-siput disekitar kandang dimusnakan untuk memutus siklus hidup Fasciola hepatica. 2.3. Opistorchis felineus Klasifikasi Kelas : Trematoda Ordo : Prosostomata Famili : Opistorchoidae Genus : Opistorchis 2.3.1. Penyebaran
Ditemukan di Eropa Tengah, Siberia dan Jepang. Parasit ini ditemukan pada manusia di Prusia, Polandia dan Siberia ditemukan di Jepang yang bukan daerah endemik Clonorchiasis. Cacing dewasa panjangnya kira-kira 1 cm hidup dalam saluran empedu dan hati manusia serta kucing. Telur besarnya kira-kira 30 mikron. Siklus hidup patologi dan klinik diagnosa dan pengobatannya hampir sama dengan C. sinensis.
Hospes definitifnya manusia dan hospes reservoirnya adalah kucing, anjing, babi dan serigala.
Daur hidup
Telur bermirasidium dalam proses hospes perantara I (menetas keluar mirasidiumnya) –> redia (serkaria) –>hospes perantara II (metaserkaria) –> Manusia (terjadi eksistasio di dalam usus) –> terus kesaluran empedu –>hati –> dewasa.
Hospes perantara pertama : siput air tawar, bithynea iechi. Hospes perantara kedua : ikan jenis idus dan tinca. 2.3.2. Morfologi
Ciri-ciri khusus :
Ukuran : panjang 7-8 mm Lebar 2-3 mm
Bentuk lebih panjang atau langsing. Kutikula tertutup duri.
Oral sucker lebih terminal. asetabulum pada 1setengah bagian tubuh depan (1/4 dari seluruh panjang tubuh)
Besar oral sucker = besar ventral sucker. Sekum panjang tak bercabang
Testis berlobi miring satu sama lain Kelenjar vitelin S pada tengah badan. 2.4. Opisthorchis viverrini
Ditemukan endemik di Thailand. Morfologi dan lingkaran hidupnya sama dengan O. felineus. cara infeksi makan ikan mentah mengandung mirasidium. 2.4.2. Morfologi
Perbedaan morfologi dari parasit ini dengan O. felineus adalah vitellarianya berkelompok-kelompok dan testis serta ovariumnya lebih besar ukurannya.
2.4.3. Gejala Klinik
Pada infeksi berat terjadi diare, rasa nyeri di ulu hati, dan icterus enteng, fibrosis periportal dari hati, terjadi peradangan pada saluran empedu dengan hyperplasi epitel.
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ada 4 jenis Trematoda Hati, yaitu:
Clonorchis sinensis (Opisthorchis sinensis) Fasciola hepatica
Opistorchis felineus Opisthorchus viverrini
Trematoda hati memiliki daur hidup, morfologi, patologi, gejala klinis, diagnosis, pengobatan dan pencegahan yang sedikit berbeda untuk setiap spesies cacing trematoda hati, tetapi ada pula yang sama.
3.2. Saran
Disarankan agar para pembaca boleh mengenal cacing-cacing hati ini agar bisa waspada sehingga terhindar dari parasit yang membahayakan ini.
DAFTAR PUSTAKA http://en.wikipedia.org/wiki/Clonorchis_sinensis http://www.felipedia.org/~felipedi/wiki/index.php/Clonorchis_sinensis http://crocodilusdaratensis.wordpress.com/2014/05/11/clonorchis-sinensis-opisthorchis-sinensis/ http://crocodilusdaratensis.wordpress.com/2014/05/12/fasciola-hepatica/ http://id.wikipedia.org/wiki/Fasciola_hepatica http://impact23.wordpress.com/2014/05/09/daur-hidup-fasciola-hepatica/ This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.
Irianto Koes. 2009. Panduan Praktikum Parasitologi Dasar. Bandung YramaWidya
Safar, Rosdiana. 2009. Parasitologi Kedokteran: Protozoologi Helmintologi Entomologi. Bandung : Yrama Widya
Staf pengajar departemen parasitologi FKUI.2011.parasitologi kedokteran. Penerbit FKUI. Jakarta