• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Organisasi Proteksi Radiasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Organisasi Proteksi Radiasi"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Proteksi Radiasi

Makalah Proteksi Radiasi

“Organisasi Proteksi Radiasi”

“Organisasi Proteksi Radiasi”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Proteksi Radiasi Radiasi Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Proteksi Radiasi Radiasi

Yang Diampu Oleh Bapak Ardi Soesil

Yang Diampu Oleh Bapak Ardi Soesilo Wibowo, ST, MSio Wibowo, ST, MSi

Disusun oleh : Disusun oleh : KELAS 1 D KELAS 1 D KELOMPOK 2 KELOMPOK 2 1)

1) Saras Saras Mukti Mukti Shoumi Shoumi (P1337430(P1337430217002)217002) 2)

2) Wahyu Wahyu Herna Herna Kurniawati Kurniawati (P1337430(P1337430217011)217011) 3)

3) Hasari Hasari Kusuma Kusuma Diyany Diyany (P1337430(P1337430217033)217033) 4)

4) Meidianto Meidianto Wicaksono Wicaksono (P1337430(P1337430217039)217039) 5)

5) Septiana Septiana Cut Cut Dian Dian (P1337430(P1337430217045)217045) 6)

6) Reyhan Reyhan Annafis Annafis (P1337430(P1337430217052)217052) 7)

7) Dea Dea Rizky Rizky Yana Yana (P1337430(P1337430217053)217053) 8)

8) Yosia Yosia Pratama Pratama Sari Sari (P1337430(P1337430217056)217056) 9)

9) Hasan Mas’udHasan Mas’ud   (P1337430217071)(P1337430217071) 10)

10) Nurul Nurul Latifatil Latifatil Hidayati Hidayati (P1337430(P1337430217072)217072)

PROGRAM

PROGRAM STUDI S1

STUDI S1 TERAPAN

TERAPAN TEKNIK RAD

TEKNIK RADIOLOGI

IOLOGI

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

SEMARANG 2017/2018

SEMARANG 2017/2018

(2)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syu

Puji syukur kami kur kami panjatkan kepada panjatkan kepada Tuhan Tuhan Yang Maha Yang Maha Esa, berkat Esa, berkat limpahan limpahan rahmat- rahmat- Nya

 Nya sehingga sehingga kami kami dapat dapat menyelesaikan menyelesaikan pembuatan pembuatan makalah makalah dengan dengan juduljudul ““OrganisasiOrganisasi Proteksi Radiasi

Proteksi Radiasi”” dengan tepat waktu. Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih kepadadengan tepat waktu. Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Proteksi Radiasi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam Dosen Mata Kuliah Proteksi Radiasi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam  pembuatan makalah ini.

 pembuatan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memberikan pengetahuan dan menambah wawasan bagi Makalah ini disusun untuk memberikan pengetahuan dan menambah wawasan bagi  pembaca agar lebih mengetahui dan memahami hal-hal mengenai organisasi proteksi radiasi.  pembaca agar lebih mengetahui dan memahami hal-hal mengenai organisasi proteksi radiasi.

Semoga

Semoga makalah makalah ini ini bermanfaat bermanfaat untuk untuk memberikan memberikan kontribusi kontribusi kepada kepada MahasiswaMahasiswa Politeknik

Politeknik Kesehatan Kesehatan Kementerian Kementerian Kesehatan Kesehatan Semarang. Semarang. Dan Dan tentunya tentunya makalahmakalah ini masih

ini masih sangat sangat jauh jauh dari dari sempurna. sempurna. Untuk Untuk itu itu kepada kepada dosendosen  pembimbing

 pembimbing kami kami meminta meminta masukannya masukannya demi demi perbaikan perbaikan pembuatan pembuatan makalah makalah kamikami di masa yang akan datang.

di masa yang akan datang.

Semarang, 1 April 2018 Semarang, 1 April 2018

Kelompok 4 Kelompok 4

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i KATA PENGANTAR ………... ii DAFTAR ISI ………...………... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……….. 1 B. Rumusan Masalah………. 2 C. Tujuan ………... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Organisasi Proteksi Radiasi Nasional….…………...………... 5 B. Organisasi Proteksi Radiasi Internasional………... 9 C. Rekomendasi Proteksi Radiasi ... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………... 17 B. Saran ... 17

(4)

BAB 1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada suatu instalasi radiasi seperti instalasi radiologi, aspek keselamatan pekerja radiasi harus diperhatikan. Aspek keselamatan radiasi pada suatu instalasi radias i berhubungan erat dengan sistem proteksinya. Sistem proteksi meliputi sistem proteksi dari ruangan,  peralatan dan personel atau perseorangan. Di dalam asas proteksi radiasi mengenal 3 asas yaitu

asas justifikasi, asas optimisasi dan asas pembatasan dosis perseorangan. Paparan radiasi yang  berasal dari suatu sumber radiasi seperti pesawat sinar-X harus ditekan serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan faktor sosial. Inilah yang dikehendaki oleh asas optimisasi. Tujuan dari asas optimisasi yaitu untuk mendapatkan hasil yang optimum dari kegiatan yang meliputi kombinasi penerimaan dosis oleh pekerja radiasi maupun anggota masyarakat, minimnya resiko dari pemaparan yang tidak dikehendaki maupun biaya yang murah. Dari tujuan tersebut asas optimisasi sangat menekankan pada pertimbangan faktor ekonomi dan sosial, tidak semata-mata menekankan pada rendahnya penerimaan dosis oleh  pekerja radiasi maupun masyarakat dengan menempuh jalan apapun. Sedangkan yang dikenal dengan sebutan ALARA ( As Low As Reasonably Achievable) merupakan suatu tanggung  jawab moral yang dilakukan oleh badan atau orang yang bertanggung jawab terhadap suatu instalasi radiasi untuk menurunkan dosis radiasi yang diterima pekerja radia si. Meskipun dosis yang diterima pekerja sudah berada di bawah ambang batas aman menurut asas pembatasan dosis, namun apabila besarnya dosis yang diterima sekiranya dapat diturunkan lagi, maka bisa dilakukan penurunan dosis serendah mungkin yang diterima pekerja radiasi.

Kegiatan optimisasi proteksi radiasi mencakup beberapa kegiatan seperti perencanaan kegiatan yang berhubungan dengan radiasi agar dosis radiasi yang diterima nantinya akan serendah mungkin. Kegiatan lainnya seperti pemetaan persebaran dosis radiasi di suatu instalasi radiasi sangat penting dilakukan. Kegiatan optimisasi proteksi radiasi juga menekankan penerimaan paparan radiasi ini tidak bisa dilakukan hanya dengan mengandalkan  pada aspek teknis, misalnya menggunakan peralatan atau teknologi terbaik yang belum tentu

layak secara ekonomi.

Untuk memenuhi azas optimisasi tersebut, di dalam proteksi radiasi telah dikenalkan 3 prinsip penting dalam proteksi radiasi yaitu pengaturan waktu saat berada di ruangan radiasi,

(5)

 pengaturan jarak yang aman terhadap sumber radiasidan pengaturan penggunaan perisai radiasi. Secara sederhana untuk pengaturan waktu dan periasi radiasi yang digunakan dapat dilakukan dengan mudah oleh pekerja radiasi. Pekerja radiasi dapat menekan penerimaan  paparan radiasi selama menjalankan tugasnya dan kedua prinsip tersebut dapat dilakukan oleh

setiap pekerja radiasi meski hanya dengan fasilitas proteksi radiasi yang sederhana.

Satu hal yang sangat penting agar setiap pekerja mampu mengenali medan tempatnya melakukan pekerjaan adalah dengan adanya informasi yang jelas mengenai tingkat radiasi pada daerah tertentu yang harus menjadi perhatiannya. Dengan informasi tingkat radiasi ini, setiap  pekerja mampu mengatur waktu keberadaanya di tempat radiasi, menghindari tempat radiasi apabila sudah tidak diperlukan dan mencari posisi yang aman dari radiasi dalam menjalankan tugasnya. Setiap wilayah kerja radiasi dibutukan suatu informasi mengenai tingkat radiasi yang  bisa membantu pekerja radiasi maupun masyarakat sesuai tujuannya di atas. Bentuk informasi tingkat radiasi ini juga bisa digambarkan dengan kurva isodosis persebaran dosis radiasi di sekitar pesawat sinar-X. Oleh karena itu, adanya pengukuran tingkat paparan radiasi dan diwujudkan dalam bentuk kurva isodosis persebaran dosis radiasi di tempat kerja akan sangat membantu setiap pekerja radiasi dalam upaya membatasi penerimaan radiasi selama menjalankan tugas di ruang radiasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja yang termasuk organisasi proteksi radiasi nasional dan bagaimana tugas dan fungsinya?

2. Apa saja yang termasuk organisasi proteksi radiasi internasional dan bagaimana tugas dan fungsinya ?

3. Bagaimana rekomendasi organisasi proteksi radiasiyang disarankan?

C. Tujuan

1. Mengetahui organisasi proteksi radiasi nasional seta tugas dan fungsinya

2. Mengetahui organisasi proteksi radiasi internasional s erta tugas dan fungsinya 3. Mengetahui rekomendasi apa saja yang disarankan dari organisasi proteksi r adiasi

(6)

BAB II PEMBAHASAN

Proteksi Radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan teknik kesehatan lingkungan yaitu tentang proteksi yang perlu diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang terhadap kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari radiasi pengion.

Filosofi proteksi radiasi yang dipakai sekarang ditetapkan oleh Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi (International Commission on Radiological Protection, ICRP) dalam suatu pernyataan yang mengatur pembatasan dosis radiasi, yang intinya sebagai berikut:

1) Suatu kegiatan tidak akan dilakukan kecuali mempunyai keuntungan yang positif dibandingkan dengan risiko, yang dikenal sebagai azas justifikasi,

2) Paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang bisa dicapai (as low as reasonably achievable, ALARA) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial, yang dikenal sebagai azas optimasi,

3) Dosis perorangan tidak boleh melampaui batas yang direkomendasikan oleh ICRP untuk suatu lingkungan tertentu, yang dikenal sebagai azas limitasi.

Konsep untuk mencapai suatu tingkat serendah mungkin merupakan hal mendasar yang perlu dikendalikan, tidak hanya untuk radiasi tetapi juga untuk semua hal yang membahayakan lingkungan. Mengingat bahwa tidak mungkin menghilangkan paparan radiasi secara keseluruhan, maka paparan radiasi diusahakan pada tingkat yang optimal sesuai dengan kebutuhan dan manfaat dari sisi kemanusiaan.

Proteksi radiasi yang baik bergantung pada organisasi proteksi radiasi yang efisien dan efektif.

 Sesuai dengan PP No.63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion.

 Secara Operasional diatur dalam SK Bapeten No.01/Ka-BAPETEN/V-99  tentang Ketentuan Keselamatan Kerja terhadap Radiasi.

Unsur-unsur yang terlibat dalam organisasi proteksi radiasi: 1. Penguasa instalasi

Penguasa Instalasi adalah pimpinan instalasi atau orang lain yang ditunjuk untuk memakilinya dan bertanggung jawab pada instalasinya.

 Tanggung Jawab Penguasa instalasi :

a. Membentuk organisasi proteksi & atau menunjuk PPR & bila perlu PPR  pengganti

(7)

 b. Hanya mengijinkan seseorang bekerja dengan sumber radiasi setelah memperhatikan segi kesehatan, pendidikan, dan pengalaman kerja dengan menggunakan sumber radiasi.

c. Menjelaskan kepada semua pekerja radiasi tentang adanya potensi bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya dalam tugasnya serta memberi latihan proteksi radiasi

d. Menyediakan aturan keselamatan radiasi yang berlaku dalam lingkungan sendiri, termasuk aturan tentang penanggulangan keadaan darurat

e. Menyediakan fasilitas & peralatan serta sarana kerja yang diperlukan untuk  bekerja dengan sumber radiasi (peralatan proteksi radiasi, tempat  penyimpanan sumber, dll)

f. Menyediakan prosedur kerja yang diperlukan

g. Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan bagi pekerja radiasi & pelayanan kesehatan bagi pekerja radiasi

h. Memberitahu instansi yang berwenang instansi lain yang terkait (misalnya Kepolisian, Dinas Pemadam Kebakaran) apabila terjadi bahaya radiasi atau keadaan darurat lainnya,

2. PPR

PPR   berkewajiban membantu Pengusaha Instalasi dalam melaksanakan tanggung jawabannya dibidang proteksi radiasi

 Tanggung Jawab PPR:

a) Memberikan instruksi teknis dan administrasi baik secara lisan maupun tertulis kepada pekerja radiasi tentang keselamatan kerja yang baik, instruksi harus mudah dimengerti dan dapat dilaksanakan.

 b) Mengambil tindakan untuk menjamin agar tingkat penyinaran serendah mungkin dan tidak pernah mencapai batas tertinggi yang berlaku serta menjamin agar pengelolaan limbah radioaktif sesuai dengan ketentuan yang  berlaku

c) Mencegah dilakukannya perubahan terhadap segala sesuatu sehingga dapat menimbulkan kecelakaan radiasi

d) Mencegah zat radioaktif jatuh ke tangan orang yang tidak berhak

e) Mencegah kehadiran orang yang tidak berkepentingan ke dalam daerah  pengendalian

(8)

g) Menyarankan pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja radiasi apabila diperlukan melaksnakan pemonitoran radiasi serta tindakan proteksi radiasi h) Memberikan penjelasan dan menyediakan perlengkapan proteksi yang

memadai kepada para pengunjung atau tamu apabila diperlukan. 3. Pekerja radiasi

Semua pekerja radiasi ikut bertanggung jawab terhadap keselamatan radiasi di daerah kerjanya.

 Kewajiban pekerja radiasi:

1) Mengetahui, memahami & melaksanakan semua ketentuan keselamatan kerja radiasi

2) Memanfaatkan sebaik-baiknya peralatan keselamatan radiasi yang tersedia,  bertindak hati-hati, serta bekerja secara aman untuk melindungi baik dirinya

sendiri maupun pekerja lain

3) Melaporkan setiap kejadian kecelakaan bagaimanapun kecilnya kepada PPR 4) Melaporkan setiap gangguan kesehatan yang dirasakan, yang diduga akibat

 penyinaran lebih atau masuknya zat radioaktif ke dlm tubuh

A. Organisasi Proteksi Radiasi Nasional a) BATAN

Sesuai dengan UU No. 10/1997 tentang Ketenaganukliran dan Keppres RI  No. 64/2005, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang membidangi urusan pemerintahan di bidang riset dan teknologi. BATAN dipimpin oleh Kepala.

BATAN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang  penelitian, pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi

(9)

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud sebelumnya, BATAN menyelenggarakan fungsi:

a) Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian,  pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir;  b) Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BATAN;

c) Pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan pendayagunaan ilmu  pengetahuan dan teknologi nuklir;

d) Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan lembaga lain di bidang penelitian, pengembangan dan pendayagunaan ilmu  pengetahuan dan teknologi nuklir;

e) Pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BATAN;

f) Pelaksanaan pengelolaan standardisasi dan jaminan mutu nuklir; g) Pembinaan pendidikan dan pelatihan;

h) Pengawasan atas pelaksanaan tugas BATAN; dan

i) Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang penelitian,  pengembangan, dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BATAN dikoordinasikan oleh menteri yang membidangi urusan pemerintahan di bidang riset dan teknologi. BATAN terdiri atas:

a) Kepala;

 b) Sekretariat Utama;

c) Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir; d) Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir;

e) Deputi Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir; f) Inspektorat;

g) Pusat Pendidikan dan Pelatihan; dan h) Pusat Standardisasi dan Mutu Nuklir .

(10)

b) BAPETAN

Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)  adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berada di bawah dan bertanggung  jawab kepada Presiden. BAPETEN bertugas melaksanakan pengawasan terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia melalui peraturan  perundangan, perizinan, dan inspeksi sesuai dengan peraturan perundangan yang  berlaku. BAPETEN didirikan pada tanggal 8 Mei 1998 dan mulai aktif berfungsi  pada tanggal 4 Januari 1999.

 Berdasarkan UU No. 10 tahun 1997:

o BAPETEN betugas melaksanakan pengawasan terhadap segala

kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir.

o Tiga pilar pengawasan:

 Penyusunan regulasi

 Penerbitan izin (lisensi)

 Pelaksanaan inspeksi

o Didukung oleh fungsi:

 Pengkajian keselamatan nuklir

o Fungsi Tambahan:

 Kesiapsiagaan nuklir

 Pendidikan dan Pelatihan

 Pengembangan TIK

 Fungsi:

1) Perumusan kebijaksanaan nasional di bidang pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir; penyusunan rencana dan program nasional di bidang  pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir.

(11)

2) Pembinaan dan penyusunan peraturan serta pelaksanaan pengkajian keselamatan nuklir, keselamatan radiasi, dan pengamanan bahan nuklir. 3) Pelaksanaan perizinan dan inspeksi terhadap pembangunan dan

 pengoperasian reaktor nuklir, instalasi nuklir, fasilitas bahan nuklir, dan sumber radiasi serta pengembangan kesiapsiagaan nuklir.

4) Pelaksanaan kerja sama di bidang pengawasan pemanfaatan te naga nuklir dengan instansi Pemerintah atau organisasi lainnya baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia.

5) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian bahan nuklir.

6) Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan terhadap upaya yang menyangkut keselamatan dan kesehatan pekerja, anggota masyarakat dan  perlindungan terhadap lingkungan hidup.

7) Pelaksanaan pembinaan sumber daya manusia di lingkungan BAPETEN. 8) Pelaksanaan pembinaan administrasi, pengendalian dan pengawasan di

lingkungan BAPETEN.

9) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Presiden.

 Tujuan:

1) Terjaminnya kesejahteraan, keamanan dan ketentraman masyarakat. 2) Menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja dan anggota masyarakat

serta perlindungan terhadap lingkungan hidup.

3) Memelihara tertib hukum dalam pelaksanaan pemanfaatan tenaga nuklir. 4) Meningkatkan kesadaran hukum pengguna tenaga nuklir untuk

menimbulkan budaya keselamatan di bidang nuklir.

5) Mencegah terjadinya perubahan tujuan pemanfaatan bahan nuklir.

6) Menjamin terpeliharanya dan ditingkatkannya disiplin petugas dalam  pelaksanaan pemanfaatan nuklir.

 Pemanfaatan nuklir di Indonesia dimaksudkan semata-mata untuk tujuan damai dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Oleh karena itu, pengawasan terhadap pemanfaatan tersebut harus dilakukan seoptimal mungkin demi keselamatan pekerja, masyarakat dan perlindungan terhadap lingkungan hidup. Di samping itu, budaya keselamatan (safety culture) dan budaya keamanan (security culture) juga harus dipromosikan, dipelihara dan terus ditingkatkan.

(12)

 Kejadian Nuklir ==> Risiko: o Kecelakaan o Sabotase/Pencurian o Penyalahgunaan  Risiko:

R

= probabilitas ( 

 p

 ) × dampak ( 

 )  Peran Pengawasan

o Menurunkan probabilitas kejadian evaluasi, inspeksi o Mengurangi dampak kejadian mitgasi kecelakaan

 Wewenang:

Perundang-undangan nasional melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran telah memberikan kewenangan bagi Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) untuk melaksanakan fungsi  pengawasan terhadap penggunaan tenaga nuklir, yang meliputi penegakan  peraturan, perizinan, dan inspeksi. UU Ketenaganukliran juga mensyaratkan  pemisahan antara badan pengawas (BAPETEN) dan badan peneliti (BATAN).

B. Organisasi Proteksi Radiasi Internasional

a. Badan Tenaga Atom Internasional ( International Atomic Energy Agency, disingkat IAEA)

(13)

 Didirikan tahun 1956 di bawah PBB

 Semua peraturan pemerintah suatu negara yang memperoleh bantuan dari

Badan tenaga Atom Internasional harus tunduk pada ketentuan kesehatan dan keselamatan badan tersebut.

 Semua ketentuan kesehatan dan keselamatan yang dikeluarkan oleh Badan

Tenaga Atom Internasional dituangkan dalam bentuk publikasi Safety Series

 Tujuan dan peran IAEA:

Sebagai badan energi atom dunia yang mempunyai dua misi (dual mission),

yaitu ‘committed to containing the spread of nuclear weapons’ dan ‘support the

elimination of the nuclear arsenals’, maka pembentukan IAEA adalah  bertujuan:

1) Untuk meningkatkan dan memperbesar kontribusi energi atom bagi  perdamaian,

kesehatan, kemakmuran di seluruh dunia

2) Untuk memastikan, sepanjang badan ini mampu melakukannya, bahwa setiap reactor nuklir, kegiatan, atau informasi yang berkaitan dengannya akan dipergunakan hanya untuk tujuan-tujuan damai.

3) Untuk memastikan bahwa segala bantuan baik yang diberikan maupun yang diminta atau di bawah pengawasannya tidak disalah-gunakan sedemikian rupa untuk tujuan militer.

b. International Commission on Radiological Protection (ICRP)

 Bersifat independen dan beranggotakan perorangan yang ahli dalam masalah

kesehatan dan keselamatan radiasi.

 Komisi ini didirikan pada kongres internasional radiologi ke 2 tahun 1928

sebagai Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi Terhadap Radium dan Sinar X.

(14)

 Tugas Komisi Internasional untuk Perlindungan Radiologi (ICRP) yaitu

membantu mencegah kanker, penyakit dan efek lain yang terkait dengan  paparan terhadap radiasi pengion, dan untuk melindungi lingkungan. Sejak tahun 1928, ICRP telah mengembangkan, memelihara, dan menguraikan Sistem Internasional Perlindungan Radiologi yang digunakan di s eluruh dunia sebagai dasar umum untuk standar perlindungan, peraturan, pedoman,  program, dan praktik radiologis. ICRP telah menerbitkan lebih dari seratus

laporan tentang semua aspek perlindungan radiologis. Sebagian besar menangani area tertentu dalam perlindungan radiologis, namun beberapa  publikasi, yang disebut rekomendasi mendasar, masing-masing menggambarkan keseluruhan sistem perlindungan radiologis. Sistem Internasional Perlindungan Radiologi telah dikembangkan oleh ICRP  berdasarkan (i) pemahaman saat ini mengenai ilmu eksposur dan efek radiasi dan (ii) penilaian nilai. Penilaian nilai ini mempertimbangkan harapan, etika, dan pengalaman sosial yang diperoleh dalam penerapan sistem. ICRP adalah organisasi internasional independen dengan lebih dari dua ratus anggota sukarelawan dari sekitar tiga puluh negara di enam benua. Anggota ini mewakili ilmuwan dan pembuat kebijakan terkemuka di bidang perlindungan radiologis. ICRP didanai melalui sejumlah kontribusi berkelanjutan dari organisasi yang berkepentingan dengan perlindungan radiologi.

 Berbagai perkembangan dalam penelitian radoibiologi dan dosimetri radiasi

telah mengantarkan ke arah perubahan dalam teknik penentuan nilai batas dosis, sehingga pertemuan ICRP tahun 1950 memutuskan untuk:

1) Menurunkan dosis tenggang menjadi 0,05 R (50 mR) per hari atau 0,3 R (300 mR) per minggu atau 15 R / tahun

2) Menetapkan kulit sebagai organ kritis dengan dosis tenggangnya sebesar 0,6 R (600 mR) per minggu.

(15)

 Didirikan tahun 1925, yang bertujuan mengembangkan rekomendasi

mengenai satuan dan pengukuran radiologi yg secara internasional dapat di terima.

 Tujuan dan peran ICRU yang bertujuan mengembangkan rekomendasi

mengaenai satuan dan pengukuran radiologi yang secara internasional dapat diterima, terutama dalam masalah-masalah sebagai berikut:

1) Besaran dan satuan radiologi dan radioaktivitas.

2) Prosedur yang tepat untuk pengukuran dan penetapan besaran-besaran tersebut dalam radiologi klinis dan radiobiologi.

3) Data fisika yang diperlukan dalam penetapan prosedur tersebut yang  bila di gunakan akan menjamin keseragaman dalam pelaporan.

C. Rekomendasi proteksi radiasi 1. Rekomendasi IAEA

IAEA adalah salah satu badan yang berada dibawah persatuan bangsa-bangsa (PBB), dibentuk tahun 1957 dan memiliki kewenangan khusus mengenai  pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir oleh negara-negara anggota.Tujuan

dibentuk IAEA secara legal adalah mempercepat dan memperluas penggunaan atom untuk perdamaian, kesehatan dan kesejahteraan disuluh dunia.

IAEA menerbitkan dokumen dalam berbagai jenis sebagai standar keselamatan nuklir (nuclear safety standards) yang terdiri dari 3 kategori, yaitu :

1) Safety fundamentas dengan warna sampul putih 2) Safety reguirement dengan warna sampul merah 3) Safety guides dengan warna sampul hijau

Publikasi IAEA sebagai dokumen dasar yang menjelaskan secara rinci mengenai program p dan KR, antara lain :

1) Safety guine, No. RS-G-I.I, 1999 2) Tecdoc No. 1113, 1999

3) Tecdoc No. XXX, radiation safety in radiotherapy, may 2000

Selain dokumen tersebut, dokumen lain juga masih ada berupa dokumen teknis (technical documen-TECDOC). Salah satu dokumen IAEA yang paling tersohor saat ini adalah BBS No. 115 yang diadopsi dari rekomendasi ICRP No. 60.IAEA merekomendasikan agar tiap negara anggota IAEA mengikuti BBs No.

(16)

115 supaya ketentuan keselamatan tiap negara anggota menjadi standar dan harmonis secara internasional.

IAEA tidak menggunakan terminologi prinsip atau asas proteksi radiasi (radition protection principle) dalam BSS No. 115 tetapi dengan terminologi  persyaratan. Pemahaman ini diurai dalam BBS pada ke-2, persyaratan untuk  pemanfaatan, (reguirement for practices), salah satu unsurnya adalah persyaratan  proteksi radiasi (radition protection reguirements) yang harus berurutan, sebagai  berikut :

1) Justifikasi pemanfaatan 2) Limitasi dosis

3) Optimisasi proteksi dan keselamatan radaiasi

Beberapa tindakan-tindakan pengaman IAEA terdiri dari:

1) Global Safety Regime untuk melindungi penduduk dan lingkungan dari efek radiasi

2) (Ionizing radiation), meminimalisir kemungkinan kecelakaan atau tindakan-tindakan jahat (malicious acts) yang dapat menimbulkan kerugian terhadap nyawa dan kekayaan dengan melakukan tindakan pengamanan yang efektif guna mengurangi efek buruk energi nuklir 

.

3) Membentuk standard-standard keamanan IAEA (Safety Standards)

 Negara-negara anggota IAEA harus memiliki dan mematuhi standard-standard keamananteknologi nuklir yang terdiri dari:

a) Pengamanan instalasi nuklir (Safety of nuclear installations)

 b) Pengamanan sumber-sumber radioaktif (Safety of radioactive sources) c) Pemindahan yang aman bahan-bahan radioaktif (Safe transport of

radioactive material)

d) Pengelolaan limbah radioaktif (Management of radioactive waste) e) Pengamanan instalasi nuklir, bahan nuklir dan radioaktif (The security

of nuclear installations, nuclear material and radioactive material)

f) Pengelolaan pengetahuan dan jejaring (Knowledge management and networking)

(17)

2. Rekomendasi ICRP

Komisi internasional untuk proteksi radiasi (international commission on radiological protectin-ICRP) adalah organisasi ilmiah yang non-pemerintah, dibentuk tahun 1928, dan berkompeten dalam memberikan rekomendasi dan  pedoman mengenai proteksi radiasi. ICRP pertama kali hanya memberikan  perhatiannya mengenai penggunaan radiasi dalam bidang medik yang selanjutnya

dikembangkan mencakup kegiatan nuklir lain nya.

Selanjutnya ICRP memberikan lagi secara berkala rekomendasinya. Ada 2 rekomendasi yang paling akhir dan masih relevan digunakan IAEA, yaitu ICRP  No. 26 Tahun 1977 dan ICRP No. 60 tahun 1990. Meskipun ICRP telah menerbitkan publikasi terbari No. 103 Tahun 2007 namun IAEA juga belum merekomendasi konsep tersebut.

Rekomendasi ICRP membentuk dasar standar proteksi radiasi ke seluruh dunia, meskipun ICRP adalan bukan badan pengawas (BP) maupun bukan standar nasional dan internasional, ICRP sadah sejak awal memberikan pemahaman mengenai prinsip atau azaz proteksi radiasi, meliputi:

1) Justifikasi 2) Limitasi dosis 3) Optimisasi

Dari uraian di atas maka secara sederhana dapat diartikan bahwa proteksi radiasi adalah upaya atau upaya atau tindakan yang dilakukan untuk memproteksi makluk hidup melalui penerapan prinsipnya yang konsisten.Tujuan proteksi radiasi adalah mencegah efek deterministik orang perorangan dengan tetap mempertahankan dosis dibawah ambang batas dan menjamin terlaksana nya seluruh tindakan yang diperlukan untuk membatasi peluang terjadinya efek stokastik pada masyarakat.

1) Jika dalam rekomendasi sebelumnya masalah proteksi radiasi ini ICRP menggunakan pengertian dosis maksimum yang diizinkan yang didefinikan sebagai : ” dosis radiasi yang memiliki kemumngkinan untuk menibulkan efek stomatik maupun efek genetik yang dapat diabaikan”. Maka dalam rekomendasi tahun 1977 pengertian tersebut ditinggalkan dan diganti dengan tiga asas proteksi radiasi sebagaimana telah dikemukakan dalam asas  jastifikasi, asas ptimilasi dan asas pembatasan dosis perorangan.

(18)

2) Dalam rekomendasi tahun 1977 digunakan besaran dan sat uan internasional, seperti : aktivitas dalam Bq, dosis serap dalam Gy, dosis ekuivalen dan dosis ekuivalen efektif dalam Sv dan lain  –  lain. Nilai batas dosis untuk pekerja radiasi dan masyarakat umum bukan pekerja radiasi misalnya, masing-masing adalah 50 mSv dan 5 mSv. Diperkenalkan pula istilah-istilah baru seperti efek stokastik, efek non-stokastik, faktor bobot, dosis terikat, indeks dosis dalam, indeks dosis permukaan dan lain-lain.

3) Dalam rekomendasi tahun 1977 juga diterapkan batas masuk ta hunan (BMT) atau annual limit intake (ALI) dan batas turunannya yang menggantikan istilah kadar tertinggi yang diizinkan (KTD) atau maximum permissible concentration (MPC).

4) rekomendasi tahun 1977 menerapkannilai batas dosis (NBD), dalam rekomendasikan ini tidak lagi mengenal NBTT, NBRTT serta batas  –  batas dosis turunan seperti NBTK, NBRTK, NMTM dan NBRTM.

5) Rekomendasi tahun 1977 hanya memperbolehkan seseorang menerima dosi s radiasi 2 kali NBD untuk jangka waktu setahun dan 5 kali NBD untuk seumur hidup, dengan catatan bahwa sebelum melakukan pekerjaan terlebih dahulu harus dijelaskan risiko yang terkandung dalam tugas dan tindakan yang perlu diambil selama berlangsungnya pekerjaan. Sedangkan dalam rekomendasi sebelumnya, untukpenyinaran khusus direncanakan seseorang boleh menerima dosis sebesar 10 rem sekaligus asal rumus D = 5 (N  –  18) rem tidak terlampai.

3. Rekomendasi ICRU

Pada tahun 1925, Mutscheller memperkirakan secara kuantitatif bahwa nilai dosis total yang diterima selama sebulan dengan nilai dosis haruslah kurang dari 1/100 dari nilai dosis yang dapat menyebabkan terjadinya erythema pada kulit sehingga tidak mungkin menyebabkan kelainan jangka panjang. Nilai penyinaran yang memungkinkan timbulnya erythema pada kulit diperkirakan 600 R, sehingga nilai dosis tenggang untuk pekerja radiasi diusulkan sebesar 6 R dalam jangka  penerimaan 1 bulan.

Pada tahun 1928 diadakan kongres radiologi ke-2 yang menyetujui  pembentukan Komisi Internasional untuk Perlindungan Sinar-X dan Radium dan secara resmi mengadopsi satuan roentgen (R) sebagai satuan untuk menyatakan

(19)

 paparan sinar-X dan gamma. Pada tahun 1934, komisi tersebut mengeluarkan rekomendasi untuk menurunkan dosis tenggang menjadi 0,2 R / hari atau 1 R / minggu. Pada tahun 1936, nilai dosis tenggang diturunkan lagi hingga 100 mR / hari dengan asumsi bahwa diperhitungkan adanya hamburan balik (energi sinar-x yang umumnya digunakan pada saat itu) dimana dosis 100 mR di udara dapat memberikan dosis 200 mR pada permukaan tubuh.

4. Rekomendasi BAPETAN

Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.1 02/2000 tentang Standardisasi Nasional, maka standar yang berlaku di Indonesia dewasa ini adalah SNI (Standar Nasional Indonesia) yang ditetapkan oleh BSN (Badan Standardisasi Nasional). Dalam hal ini BAPETEN berwenang memberlakukan SNI dalam pemanfaatan tenaga nuklir untuk menjamin keselamatan pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup, dan melakukan  pengawasan terhadap penerapan SNI tersebut. Sampai saat ini baru ada sekitar 30 SNI dalam bidang keselamatan nuklir dan beberapa diantaranya (misalnya SNI tentang kualifikasi operator dan supervisor reaktor, baku mutu tingkat radioaktivitas di lingkungan, dll) telah kadaluwarsa sehingga perlu direvisi. Menurut perkiraan pcnlllis, dipcrlukan !cbih dari 100 SNI keselamatan nuklir (misalnya SNI tentang bungkusan zat radioaktif untuk keperluan pengangkutan, kamera radiografi, pesawat sinar-x, dll) agar pemanfaatan tenaga nuklir dapat dilakukan dengan aman di Indonesia.

Menurut Bapeten, nilai batas dosis dalam satu tahun untuk pekerja radiasi adalah 50 mSv (5rem), sedang untuk masyarakat umum adalah 5 mSv (500 mrem).

(20)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

 Proteksi radiasi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari betapa pentingnya melindungi diri dari pengaruh buruk radiasi, yang memungkinkan memberikan efek buruk  pada manusia dan lingkungan sekitar, baik jangka pendek maupun jangka panjang

 Adapun asas-asas yang terkandung di dalamnya merupakan pedoman-pedoman yang wajib adanya untuk diaplikasikan ke dalam penerapan penggunaan radiasi dan sebagai tolak ukur untuk mempertahankan pentingnya berperilaku yang teratur dan telaten dalam  penggunaan radiasi.

 Organisasi Proteksi Radiasi Nasional: - BATAN

- BAPETAN

 Organisasi Proteksi Radiasi Internasional: - IAEA

- ICRP - ICRU

 Filosofi proteksi radiasi yang dipakai sekarang ditetapkan oleh Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi (International Commission on Radiological Protection, ICRP) dalam suatu pernyataan yang mengatur pembatasan dosis radiasi, yang intinya sebagai berikut:

-

Suatu kegiatan tidak akan dilakukan kecuali mempunyai keuntungan yang positif

dibandingkan dengan risiko, yang dikenal sebagai azas justifikasi,

-

Paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang bisa dicapai (as low

as reasonably achievable, ALARA) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial, yang dikenal sebagai azas optimasi,

-

Dosis perorangan tidak boleh melampaui batas yang direkomendasikan oleh ICRP

untuk suatu lingkungan tertentu, yang dikenal sebagai azas limitasi.

B. Saran

 Bagi radiografer sebaiknya dalam bekerja harus selalu berpedoman pada peraturan  perundang-undangan yang berlaku dan terkait dengan jaminan mutu dan legal aspek

(21)

 bekerja sehingga tercipta keselamatan dan kesehatan kerja yang optimal serta meningkatnya mutu pelayanan radiodiagnostik 

(22)

DAFTAR PUSTAKA

www.batan.go.id/pusdiklat/...php/...proteksi-radiasi/klasifikasi-petugas-proteksi-radiasi https://ansn.bapeten.go.id/files/ins_Proteksi_Radiasi.pdf 

www.iaea.org/inis/collection/NCLCollectionStore/_Public/45/058/45058456.pdf  ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1937-2014.pdf

Referensi

Dokumen terkait

peningkatan Jumlah lanjut usia yang dibantu Terwuju dnya Pelayan an dan Rehabilit asi Kesejaht eraan Sosial 100% Terlaksana nya Pelayanan Kesejahter aan Sosial Bagi Usia

Apersepsi dengan menggali pengetahuan mahasiswa terkait dengan materi bangun ruang yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, yaitu tentang kubus  dan   balok.. Tanya jawab

Pengalokasian infrastruktur pelayanan sidang secara khusus dimaksudkan untuk mengatasi jumlah perkara yang cukup signifikan besar, khususnya pada pengadilan-pengadilan negeri di

Sesuai dengan ketentuan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menekan dampak negatif yang ditimbulkan kepada lingkungan hidup dengan melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

• Suatu bentuk pelayanan kesehatan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, yang mencakup

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka yang menjadi permasalahan utama dalam penelitian ini adalah ingin mengidentifikasikan bagaimana

Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung funsi operasi organisasi yang