• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN RI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KINERJA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN RI

Ani Hidayati

UNIVERSITAS GUNADARMA Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 16424 e-mail: ani_h@staff.gunadarma.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh Keterlibatan Pemakai dalam Proses Pengembangan Sistem, Kemampuan Teknik Personal Sistem Informasi, Ukuran Organisasi, Dukungan Manajemen Puncak, Formalisasi Pengembangan Sistem Informasi, Program Pelatihan dan Pendidikan Pemakai, Keberadaan Dewan Pengarah Sistem Informasi, Lokasi dari Departemen Sistem Informasi, Konflik Kognitif dan Konflik Afektif terhadap Kinerja Sistem Informasi Akuntansi pada Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Survei telah dilakukan terhadap pemakai sistem informasi akuntansi pada satuan kerja eselon II Kementerian Kelautan dan Perikanan RI di propinsi DKI Jakarta. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner lalu dianalisa dengan teknik regresi linear berganda menggunakan software SPSS versi 13.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dukungan Manajemen Puncak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Sistem Informasi Akuntansi pada Kementerian Kelautan dan Perikanan RI

Kata Kunci : Kinerja Sistem Informasi Akuntansi

PENDAHULUAN

Sistem informasi dan teknologi komputer tidak hanya berfungsi sebagai sarana pendukung untuk meningkatkan kinerja perusahaan dari waktu ke waktu, tetapi telah menjadi senjata utama dalam bersaing. Menurut Burch (dalam Setianingsih & Indriantoro, 1998 : 194), fungsi sistem informasi dalam suatu organisasi adalah sebagai alat bantu pencapaian tujuan melalui penyediaan informasi.

Pengembangan sistem akuntansi yang terkomputerisasi memerlukan suatu perencanaan dan pengimplementasian yang hati-hati, untuk menghindari adanya penolakan terhadap sistem yang dikembangkan. Karena perubahan sistem dari sistem

(2)

manual ke sistem terkomputerisasi, tidak hanya menyangkut perubahan teknologi tetapi juga perilaku dan organisasional.

Soegiharto (2001) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa faktor Keterlibatan Pemakai dalam Pengembangan Sistem, Ukuran Organisasi, Formalisasi Pengembangan Sistem, Keberadaan Dewan Pengarah secara signifikan berpengaruh terhadap Kinerja Sistem Informasi Akuntansi. Hasil penelitian Tjhai Fung Jen (2002) menunjukkan bahwa tingkat Formalisasi yang diterapkan perusahaan dalam proses Pengembangan Sistem informasinya dan Lokasi Departemen Sistem Informasi adalah faktor yang signifikan berpengaruh terhadap Kinerja Sistem Informasi Akuntansi. Almilia & Briliantien (2007) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa hanya Dukungan Manajemen Puncak yang berpengaruh terhadap Kinerja Sistem Informasi Akuntansi. Penelitian yang dilakukan oleh Latifah & Sabeni (2007) menunjukkan adanya Konflik Kognitif dan Afektif yang juga berpengaruh dalam implementasi sistem yang berkaitan dengan masalah individu personal.

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Informasi Akuntansi

Secara klasik akuntansi merupakan proses pencatatan (recording), pengelompokkan (classifying), perangkuman (summarizing) dan pelaporan (reporting) dari kegiatan transaksi perusahaan. Tujuan akhir dari kegiatan akuntansi adalah penerbitan laporan-laporan keuangan. Sistem informasi yang berbasis pada komputer (computer-based information system─CBIS) dikenal dengan istilah sistem informasi akuntansi atau SIA. Kinerja Sistem Informasi

Penilaian kinerja berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas tertentu, apakah berhasil atau gagal dicapai. Ukuran keberhasilan sistem informasi yang sering digunakan terbagi dalam dua ketegori umum, yaitu: ekonomi dan personal (Galletta &

(3)

Lederer) (dalam Mulyadi, 1999 : 122). Hasil ekonomi yang dimaksud berupa meningkatnya keuntungan/profit, sedangkan hasil personal tidak berhubungan langsung dengan perubahan profit, yaitu kepuasan para penggunanya dan penggunaan sistem informasi.

Keterlibatan Pemakai dalam Proses Pengembangan Sistem

Wawancara, survey, identifikasi kebutuhan pengguna akan dilakukan secara intens untuk memperbaiki kualitas keputusan desain sistem informasi. Upaya ini diharapkan mampu meningkatkan kepuasan pengguna yang pada gilirannya akan menyebabkan keberhasilan pengembangan sistem.

Kemampuan Teknik Personal Sistem Informasi

Kemampuan spesialis meliputi teknik desain sistem yang berhubungan dengan sistem, komputer, dan model sistem. Kemampuan umum meliputi teknik analisis yang berhubungan dengan organisasi, manusia, dan lingkungan sekitarnya.

Ukuran Organisasi

Akses terhadap sumber daya, skala ekonomi dan aliansi rangkaian nilai secara umum berasosiasi dengan perusahaan besar dan akan membatasi perusahaan kecil untuk berkompetisi dengan inovator teknologi informasi yang berskala besar (Kettinger et al, 1994 dalam Bandi, 2006).

Dukungan Manajemen Puncak

Pengetahuan mengenai komputer (computer literacy) mencakup pengertian mengenai istilah-istilah komputer, pemahaman mengenai keunggulan dan kelemahan komputer, kemampuan menggunakan komputer (walaupun tidak perlu menjadi seorang programer), dan sebagainya. Mengerti informasi (information literacy) meliputi

(4)

pengertian bagaimana menggunakan informasi pada tiap tahap dari proses pemecahan masalah, di mana informasi dapat diperoleh, dan bagaimana berbagi informasi dengan orang lain. Seorang manajer dapat mengerti informasi tapi tidak mengerti komputer. Namun idealnya, seorang manajer harus mengerti komputer dan informasi.

Formalisasi Pengembangan Sistem Informasi

Formalisasi pengembangan sistem informasi berarti penugasan dalam proses pengembangan sistem yang didokumentasikan secara sistematik dan dikonfirmasi dengan dokumen yang ada, dan akan mempengaruhi keberhasilan penerapan sistem informasi.

Program Pelatihan dan Pendidikan Pemakai

Perubahan adalah suatu proses pembelajaran. Ada empat tingkatan proses pembelajaran, yang meliputi: 1) mengetahui, 2) memahami, 3) menerima dan 4) kemampuan untuk menerapkan dan mengaplikasikan. Sebelum menerima perubahan atas sistem yang baru, seseorang terlebih dahulu akan mengetahui adanya perubahan tersebut dan kemudian akan berusaha untuk memahaminya, hal tersebut dapat dicapai melalui pelatihan yang tepat. Pelatihan juga akan meningkatkan rasa percaya diri karyawan dalam menghadapi sistem yang baru. Melalui pelatihan ini, karyawan merasa akan lebih nyaman dengan sistem yang baru, dan dia juga merasa tidak diabaikan serta dia merasa lebih yakin dalam melakukan pekerjaan dan tugas-tugasnya dengan peralatan yang baru.

Dewan Pengarah Sistem Informasi

Komite pengarah atau kelompok penasehat lainnya adalah tempat dimana para manajer mempengaruhi kebijakan, anggaran dan perencanaan, dan pelayanan informasi. Komite pengarah terdiri dari anggota-anggota yang tinggi tingkatannya dalam fungsi-fungsi seperti produksi dan pemasaran. Komite pengarah mengadakan pertemuan secara periodik untuk menetapkan dan meninjau kebijakan, anggaran dan keputusan proyek

(5)

yang berkaitan dengan sistem informasi. Karena anggotanya adalah pemakai produk sistem informasi, komite pengarah menyediakan umpan balik pemakai dalam mengendalikan fungsi sistem informasi.

Lokasi Departemen Sistem Informasi

Departemen dikelola dalam lima fungsi utama. Fungsi analisis terfokus pada pengidentifikasian masalah dan proyek-proyek untuk pemrosesan komputer dan perancangan sistem untuk mengatasi masalah-masalah ini. Fungsi pemrograman bertanggungjawab untuk merancang, menetapkan kode, menguji dan memasang program-program komputer yang diperlukan untuk mengimplementasikan sistem yang dirancang oleh fungsi analis. Fungsi operasi dibebani tugas penyiapan data, pengoperasian peralatan, dan pemeliharaan sistem. Fungsi dukungan teknis berfokus pada bidang seperti sistem operasi dan perangkat lunak, manajemen data dan perancangan basis data, dan teknologi komunikasi. Fungsi dukungan pemakai melayani pemakai akhir seperti fungsi dukungan teknis melayani personal dari departemen sistem informasi.

Konflik Kognitif

Konflik kognitif dapat bermanfaat untuk memecahkan masalah dan mendorong ke arah perbaikan pengambilan keputusan. Manfaat yang dapat diperoleh dari konflik kognitif berasal dari potensinya untuk menyediakan kesempatan untuk interaksi dengan dialectically style, berdebat, mempertahankan argumen yang dimiliki melawan argumen lain dalam organisasi (Mitroff dan Emshoff, 1979; Janis, 1982; Schweiger dan Sandberg, 1989; Chenhall, 2004 dalam Latifah dan Sabeni, 2007).

Konflik Afektif

Konflik afektif cenderung melibatkan persepsi yang mengancam posisi seseorang di dalam suatu kelompok, pertikaian, frustasi dan friksi antara pribadi seseorang dengan

(6)

nilai dan norma yang ada (Petersen, 1983; Ross, 1989 dan Amason, 1996 dalam Latifah dan Sabeni, 2007). Konsekuensi yang tidak diinginkan dari konflik afektif di antaranya memperlambat komunikasi dan proses kognitif, mengurangi kekohesifan kelompok dalam menerima ide baru, dan usaha saling menjatuhkan di antara para manajer (Robbins, 1989 dan Pelled, 1996 dalam Latifah dan Sabeni, 2007).

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dapat dikemukakan pada penelitian ini adalah:

H1 : Keterlibatan pemakai dalam proses pengembangan sistem

mempengaruhi kinerja Sistem Informasi Akuntansi

H2 : Kemampuan teknik personal Sistem Informasi mempengaruhi kinerja

Sistem Informasi Akuntansi

H3 : Ukuran organisasi mempengaruhi kinerja Sistem Informasi Akuntansi

H4 : Dukungan manajemen puncak akan mempengaruhi kinerja Sistem

Informasi Akuntansi

H5 : Formalisasi pengembangan sistem informasi mempengaruhi kinerja Sistem

Informasi Akuntansi

H6 : Konflik kognitif mempengaruhi kinerja Sistem Informasi Akuntansi

H7 : Konflik afektif mempengaruhi kinerja Sistem Informasi Akuntansi

H8 : Program pelatihan dan pendidikan pemakai mempengaruhi kinerja

Sistem Informasi Akuntansi

H9 : Keberadaan dewan pengarah sistem informasi mempengaruhi kinerja

Sistem Informasi Akuntansi

H10 : Lokasi dari departemen sistem informasi mempengaruhi kinerja

Sistem Informasi Akuntansi

(7)

Tabel 1. Variabel Penelitian Variabel :

Independen (X) Dependen (Y)

Indikator Skala

X1 = Keterlibatan Pemakai dalam

Proses Pengembangan Sistem

§ Partisipasi dan pemakai § Pengaruh pemakai Ordinal X2 = Kemampuan Teknik Personal Sistem Informasi § Pengalaman menggunakan sistem § Kemampuan spesialis § Kemampuan umum Ordinal X3 = Ukuran Organisasi

§ Jumlah pegawai Rasio

X4 = Dukungan manajemen

puncak

§ Kepemimpinan direktif

§ Kepemimpinan supportive Ordinal

X5 = Formalisasi Pengembangan

Sistem Informasi

§ Laporan proyek § Dokumentasi

pengembangan

§ Teknik dan waktu pencatatan

§ Biaya pengembangan § Pengendalian SI

Ordinal

X6 = Konflik Kognitif § Perbedaan ide

§ Perbedaan pandangan § Perbedaan pendapat

§ Pebedaan cara

menyelesaikan tugas

Ordinal

X7 = Konflik Afektif § Perseteruan antar tim kerja

§ Ketegangan tim kerja § Marah saat bekerja § Konflik emosional § Tidak nyaman

§ Gangguan oleh rekan kerja

(8)

X8 = Program Pelatihan dan

Pendidikan Pemakai

§ Mengikuti pelatihan dan pendidikan

§ Keuntungan mengikuti pelatihan dan pendidikan § Pendidikan terakhir Ordinal X9 = Keberadaan Dewan Pengarah Sistem Informasi § Dewan pengarah Nominal

X10 = Lokasi dari Departemen

Sistem

Informasi

§ Lokasi

Nominal Y = Kinerja Sistem Informasi

Akuntansi § Kepuasan pemakai Sistem § Pemakaian Sistem

Ordinal

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebanyak 150 kuesioner disebar, tetapi 112 kuesioner yang kembali dan 98 kuesioner yang layak untuk dianalisis lebih lanjut.

Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Hasil uji realiabilitas menggunakan alpha Cronbach’s untuk instrumen Keterlibatan Pemakai dalam Proses Pengembangan Sistem sebesar 0.850, Kemampuan Teknik Personal Sistem Informasi sebesar 0.704, Dukungan manajemen puncak sebesar 0.790, Formalisasi Pengembangan Sistem Informasi sebesar 0.727, Konflik Kognitif sebesar 0.815, Konflik Afektif sebesar 0.749, Program Pelatihan dan Pendidikan Pemakai sebesar 0.728 dan Kinerja Sistem Informasi Akuntansi sebesar 0.765. Selanjutnya, setelah dilakukan uji validitas item pertanyaan dinyatakan valid.

Regresi Linear Berganda

Hasil perhitungan menunjukan R Square sebesar 0.341 yang berarti bahwa 34.1% Kinerja Sistem Informasi Akuntansi secara bersama-sama (simultan) dipengaruhi oleh

(9)

variabel Keterlibatan Pemakai dalam Proses Pengembangan Sistem, Kemampuan Teknik Personal Sistem Informasi, Ukuran Organisasi, Dukungan Manajemen Puncak, Formalisasi Pengembangan Sistem Informasi, Program Pelatihan dan Pendidikan Pemakai, Keberadaan Dewan Pengarah Sistem Informasi, Lokasi dari Departemen Sistem Informasi, Konflik Kognitif dan Konflik Afektif. Sedangkan sisanya (100% - 34.1% = 65.9%) dipengaruhi oleh variabel lain. Diketahui pula bahwa F hitung 4.504 dengan tingkat signifikansi 0.000. Oleh karena probabilitasnya lebih kecil dari 0.05 berarti model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi.

Selain itu diketahui pula bahwa koefisien regresi untuk variabel Keterlibatan Pemakai dalam Proses Pengembangan Sistem sebesar -0.180 dengan tingkat sig. 0.594, oleh karena probabilitasnya lebih besar dari 0.05 maka hipotesis pada penelitian ini untuk variabel Keterlibatan Pemakai dalam Proses Pengembangan Sistem ditolak yang berarti secara parsial terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara variabel Keterlibatan Pemakai dalam Proses Pengembangan Sistem terhadap Kinerja Sistem Informasi Akuntansi.

Koefisien regresi untuk variabel Kemampuan Teknik Personal Sistem Informasi sebesar 0.165 dengan tingkat sig. 0.649, oleh karena probabilitasnya lebih besar dari 0.05 maka hipotesis pada penelitian ini untuk variabel Kemampuan Teknik Personal Sistem Informasi ditolak yang berarti secara parsial terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara variabel Kemampuan Teknik Personal Sistem Informasi terhadap Kinerja Sistem Informasi Akuntansi.

Koefisien regresi untuk variabel Ukuran Organisasi sebesar -0.023 dengan tingkat sig. 0.368, oleh karena probabilitasnya lebih besar dari 0.05 maka hipotesis pada penelitian ini untuk variabel Ukuran Organisasi ditolak yang berarti secara parsial terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara variabel Ukuran Organisasi terhadap Kinerja Sistem Informasi Akuntansi.

Koefisien regresi untuk variabel Dukungan Manajemen Puncak sebesar 0.870 dengan tingkat sig. 0.000, oleh karena probabilitasnya lebih kecil dari 0.05 maka hipotesis pada penelitian ini untuk variabel Dukungan Manajemen Puncak diterima

(10)

yang berarti secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Dukungan Manajemen Puncak terhadap Kinerja Sistem Informasi Akuntansi.

Koefisien regresi untuk variabel Formalisasi Pengembangan Sistem Informasi sebesar 0.222 dengan tingkat sig. 0.353, oleh karena probabilitasnya lebih besar dari 0.05 maka hipotesis pada penelitian ini untuk variabel Formalisasi Pengembangan Sistem Informasi ditolak yang berarti secara parsial terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara variabel Formalisasi Pengembangan Sistem Informasi terhadap Kinerja Sistem Informasi Akuntansi.

Koefisien regresi untuk variabel Konflik Kognitif sebesar 0.028 dengan tingkat sig. 0.903, oleh karena probabilitasnya lebih besar dari 0.05 maka hipotesis pada penelitian ini untuk variabel Konflik Kognitif ditolak yang berarti secara parsial terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara variabel Konflik Kognitif terhadap Kinerja Sistem Informasi Akuntansi.

Koefisien regresi untuk variabel Konflik Afektif sebesar -0.279 dengan tingkat sig. 0.379, oleh karena probabilitasnya lebih besar dari 0.05 maka hipotesis pada penelitian ini untuk variabel Konflik Afektif ditolak yang berarti secara parsial terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara variabel Konflik Afektif terhadap Kinerja Sistem Informasi Akuntansi.

Koefisien regresi untuk variabel Program Pelatihan dan Pendidikan Pemakai sebesar 0.646 dengan tingkat sig. 0.109, oleh karena probabilitasnya lebih besar dari 0.05 maka hipotesis pada penelitian ini untuk variabel Program Pelatihan dan Pendidikan Pemakai ditolak yang berarti secara parsial terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara variabel Program Pelatihan dan Pendidikan Pemakai terhadap Kinerja Sistem Informasi Akuntansi.

Koefisien regresi untuk variabel Keberadaan Dewan Pengarah Sistem Informasi sebesar -0.294 dengan tingkat sig. 0.770, oleh karena probabilitasnya lebih besar dari 0.05 maka hipotesis pada penelitian ini untuk variabel Keberadaan Dewan Pengarah Sistem Informasi ditolak yang berarti secara parsial terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara variabel Keberadaan Dewan Pengarah Sistem Informasi terhadap Kinerja Sistem Informasi Akuntansi.

(11)

-0.137 dengan tingkat sig. 0.877, oleh karena probabilitasnya lebih besar dari 0.05 maka hipotesis pada penelitian ini untuk variabel Lokasi Departemen Sistem Informasi ditolak yang berarti secara parsial terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara variabel Lokasi Departemen Sistem Informasi terhadap Kinerja Sistem Informasi Akuntansi.

KESIMPULAN

§ Dukungan Manajemen Puncak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Sistem Informasi Akuntansi pada Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.

§ Beberapa alasan ditolaknya hipotesis adalah diduga terdapat variabel lain yang mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi pada Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, diantaranya karakteristik individu berupa kebiasaan dalam menggunakan teknologi informasi baru.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana Spica dan Irmaya Briliantien, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi Pada Bank Umum

Pemerintah di Wilayah Surabaya dan Sidoarjo”,

http://www.info.stieperbanas.ac.id, 2007

Gitosudarmo, Indriyo dan I Nyoman Sudita, Perilaku Keorganisasian, Yogyakarta; BPFE, 2000

Hall, James A., Sistem Informasi Akuntansi, Buku Satu, Jakarta : Salemba Empat, 2001 Jen, Tjhai Fung, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi

Akuntansi,” Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 2002, Vol. IV, No. 2

Latifah, Lyna dan Arifin Sabeni, “Faktor Keprilakkuan Organisasi dalam Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah”, http://feundup.com, 2007

McLeod, Raymond dan George Schell, Sistem Informasi Manajemen, Jakarta: PT Indeks, 2004

Mulyadi, Rusma, “Kualitas Jasa Sistem Informasi dan Kepuasan Para Penggunanya,” Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 1999, Vol. I, No. 2

Santoso, Singgih, SPSS versi 10, Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 1999

Setianingsih, Sunarti, “Keberhasilan Pengembangan Sistem Informasi dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya,” Kajian Bisnis, 1998, No. 13

Setianingsih, Sunarti dan Nur Indriantoro, “Pengaruh Dukungan Manajemen Puncak dan Komunikasi Pemakai-Pengembang terhadap Hubungan Partisipasi dan Kepuasan Pemakai dalam Pengembangan SI,” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 1998, Vol. I, No. 2

Siregar, Baldric dan Bonni Siregar, Akuntansi Pemerintahan dengan Sistem Dana, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2001

Soegiharto, “Influence Factors Affecting The Performance of Accounting Information System,” Gajah Mada International Journal of Business, 2001, Vol. III, No. 1 Soesilo, Indroyono, Profil Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta: Departemen

(13)

Sudarmanto, R. Gunawan, Analisis Regresi Linear Ganda dengan SPSS, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005

Suwarto, FX., Perilaku Keorganisasian, Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 1999 Uyanto, Stanislaus S., Pedoman Analisis Data Dengan SPSS, Yogyakarta: Graha Ilmu,

2006

Wilkinson, Joseph W., Sistem Akunting dan Informasi, Jakarta: Binarupa Aksara, 1993 Yusuf, Amir Abadi dan Rudi M. Tambunan, Sistem Informasi Akuntansi, Jakarta:

Salemba Empat, 1995 www.biografi-indonesia.com www.kompas.com

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang dilakukan pada 84 responden didapatkan hasil yang memiliki kategori tinggi dalam melakukan penyalahgunaan minuman keras yaitu 42 orang (50%) data

Tim Pengelola Kegiatan (TPK) terdiri dari anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa yang mempunyai fungsi dan peran untuk mengkoordinasikan pelaksanaan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran yaitu dalam sintesis hydrotalcite-like dari brine water setelah reaksi pemanasan perlu

8 Perusahaan memiliki Account Manager yang mengerti kebutuhan pelanggan dan senantiasa menjalin hubungan baik dengan pelanggan. Loyalitas Pelanggan 9 Layanan jasa yang

Adapun secara khusus tujuan pengabdian masyarakat ini adalah melakukan pendampingan implementasi Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 untuk memberikan sosialisasi, pelatihan

Tak jarang untuk mendapatkanya mereka rela menghalalkan segala cara, termasuk melupakan nilai – nilai yang ada pada agama dan lingkungan semua hanya untuk memenuhi tuntutan gaya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Usaha Ekonomi Desa Simpan pinjam (UED-SP) dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Mayang Pongkai Kecamatan Kampar Kiri