PENGUJIAN
RADIOV AKSIN
KOKSIDIOSIS
DI
KOTAMADY A
SURABAYA
Dannawan*, Iman Suryanto*, S. Partodihardjo**, Mumihati 1.**, dan
M. Arifin**
ABSTRAK - ABSTRACT
PENGUJIAN RADIOV AKSIN KOKSIDIOSIS Dl KOTAMADY A SURABAVA. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keamanan, daya kekebalan, dan lamanya masa kekebalan radio' vaksin koksidiosis yang dibuat di Pusa~ Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR), BATAN. Radio-vaksin diJiapkan dengan menggunakan media alhidrogel dan diinaktifkan dengan dosis iradiasi 12,5 Gy. Uji lapang dilakukan di tiga lokasi peternakan di Surabaya, menggunakan anak ayam yang terdiri dari Bab-cock brown dan Black beauty. Uji tantang dilakukan mulai 2 minggu, 1 bulan, kemudian tiap bulan sampai 6 bulan sesudah vaksinasi dengan 1 x 105 ookista ganas. Serum yang diambil sebelum uji tantang dianalisis secara elektroforesis. Hasil penelitian menun' jukkan bahwa di ketiga lokasi peternakan, semua ayam kontrol memperlihatkan tanda sakit, kematian, berak darah serta adanya ookista pada fesesnya. Pada pemeriksaan patologi anatomi, caecum mengalami pendarahan dan ditemukan ookista pada mukosanya, sedang semua ayam yang divaksinasi tidak memperlihatkan gejala sakit;
TEST OF COCCIDIOSIS RADlOVACClNE IN SURABAYA. The study was designed to examine the safety, potency, and duration of immunity of the vaccine, made by the Centre for the Application and Isotopes and Radiation (CAIR), BATAN. Radiovaccine was prepared using alhydrogel media and inactivated by irradiation at a dose of 12.5 Gy. Field test was done in three poultry farms located at Surabaya, using Bab-cock brown and Black beauty chickens as starters. The challen~e test was started from two weeks and then regularly one month interval up to six months post vaccination by inoculating 1 x 105 virulent oocyste. Before challenging the chickens "were bled, then the serum were analyzed by electrophoresis. The result of the study revealed that all control chickens showed a sign of sickness, haemorrhagic diarrhea and a few oocyste were observed in the faeces. Severe haemorrhagic was apparent in the caecum and large amount of oocyste were found in the mucous as macroscopic changes. AU vaccinated chickens showed neither sign of sickness nor macroscopic changes.
PENDAHULUAN
Vaksin masih sangat diperlukan dalam petemakan, sebab dari sekian penyakit temak di Indonesia barn bebetapa yang telah dapat dibuat vaksinnya. Bilamana dapat dihasilkan vaksin dengan cara iradiasi, maka akan dapat membantu program pemerintah dalam rangka menanggulangi dan memberantas penyakit ternak. Akibat semakin banyaknya temak impor, maka timbul efek samping, yaitu penyakit bawaan dari negeri asal sehingga perlu kewaspadaan agar penyakit terse but tidak menyebar.
*
PUSVETMA, Surabaya**
Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATANUsaha untuk membuat vaksin dengan iradiasi dapat dibenarkan dan merupakan
suatu kenyataan yan~ da\>at membetikan hara~an \1).
femaka\a\\'{~k~\\\\\~kti(
telah banyak dikembangkan di negara Eropa, Amerika, dan negara berkembang (2), tetapi belum ada vaksin koksidia khususnya Eimeria tene/la yang dibuat dengan cara iradiasi, meskipun penelitian penggunaan iradiasi telah banyak dilakukan antara lain oleh SIBALIC !!~. (3), dan ABU ALI!!~. (4). SUKARDJI dkk. (5) menggunakan radiasi sinar gamma untuk membuat vaksin E. ten ella, serta mempe-roleh hasil yang memuaskan pad a aplikasi lapang di daerah sekitar Surabaya.
Kasus penyakit ini pada petemakan rakyat banyak dijumpai secara kronis maupun akut, terutama pada petemakan yang tidak menjaga higiene usahanya secara baik. Penggunaan radiovaksin koksidiosis pad a skala aplikasi lapang adalah suatu hal yang sangat menarik, karena penggunaan obat-obatan koksidiostat dapat menimbulkan galur koksidia yang tahan obat atau drug resistant strain. Menurut KLIMES ~ al. (1972) yang kemudian dikutip oleh SOKOLIC
tl
!!l:. (6), jenis koksidia yang patogen antara lain ialah Eimeria fenella, yang ban yak mengakibat. kan kematian pada ternak ayam dan telah dicoba melemahkannya dengan cara ira diasi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keamanan, daya kekebalan, dan lamanya masa kekebalan radiovaksin koksidiosis yang disiapkan dengan
mengguna-kan media alhidrogel dan diinaktitmengguna-kan dengan iradiasi 12,5 Gy.
BAHAN DAN METODE
Untuk pengujian digunakan strain anak ayam Bab cock brown dan Black beauty, sebanyak 140 ekor untuk tiap lokasi penelitian, yaitu 105 ekor untuk yang divaksinasi (P) dan 35 ekor untuk kontrol (K). Pengujian dilakukan di Karah rnilik Pusvetma, di Rungkut Mananggal milik Kasbulah dan di Rungkut Woriorejo rnilik Ngadiono.
Radiovaksin yang digunakan adalah yang dibuatdi PAIR, BATAN , disiapkan dalam media a1hidrogel dan diiradiasi gamma 60Co dengan dosis 12,5 Gy pada laju dosis sebesar 962,3 Gy/jam.
"Cora Valainasi. Anak ayam umur 12 hari sebanyak 105 ekor dipuasakan kira-kira 3 jam, ayam dibagi 7 kelompok masing-masing terdiri dari 15 ekor. Di peter-nakan ayam PUSVETMA, tiap kelompok anak ayam diberi rninum terdiri dari 50 m1 aquadest ditambah 5 m1 vaksin sehingga tiap ekor menerima 100000 ookista. Di pctemakan ayam milik Kasbullah, tiap 15 ekor anak ayam diberi rninum terdiri dari 50 m1 aquadest ditambah 7,5 ml vaksin sehingga tiap ekor menerima 150000 ookista. Di peternakan ayam rnilik Ngadiono, tiap ke1ompok anak ayam diberi rninuman terdiri dari 50 m1 aquadest ditambah 10 m1 vaksin sehingga tiap ekor menerima 200 000 ookista. Minuman yang mengandung vaksin terse but ditunggu sampai habis dirninum, baru kemudian ditambah air seperti biasanya.
Com Ufi Tantrzng. Diberikan ookista strain ganas berspora dengan dosis inoku-1asi 100 000 ookista tiap ekor anak ayam. Pengamatan dilakukan pada 2 rninggu, sampai dengan 6 bulan pasca vaksinasi. Tiap uji tantang digunakan 15 ekor anak ayam yang telah divaksinasi dan 5 ekor anak ayam yang tidak divaksinasi sebR88i 554
kontrol. Sebelum dilakukan uji tantang, ayam diambil darahnya untuk uji serologi dan ayam dipuasakan kira-kira 3 jam. Dosis inokulasi tantangan 100000 ookista berspora diberikan di dalam air minum yang terdiri atas 100 ml aquadest dan 5 ml ookista berspora strain ganas. Jadwal vaksinasi dan tantangan seperti pada Tabel1, 2, dan 3.
Pengamatan K]fnis. Observasi dilakukan selama 14 hari, apakah ada anak ayam yang mati, ada tidaknya darah dalam feses, pemeriksaan natif feses untuk melihat adanya ookista dan schizont. Ayam yang mati dibedah bangkainya, diadakan pemeriksaan patologi anatomi (PA) terutama pada usus buntunya. Serum darah anak ayam diambil setiap akan diberikan tantangan, kemudian ditentukan kadar protein total dan nisbah globulin/albuminnya, untuk mengetahui berapa lama zat kebal tersebut terdapat dalam anak ayam. Untuk pengujian digunakan metode elektroforesis serta pembaeaan seeara spektrofotometrik pada 525 nm, seperti yang dilakukan oleh MUHAMMAD FARUQ (7), HAWK et
&.
(8), JATKAR ~~. (9), dan SUKARDJI dkk. (5)HASIL DAN PEMBAHASAN
HasH pereobaan di Karah milik PUSVETMA, uji tantang 2 minggu pasca vaksinasi, anak ayam kontrol berak darah pada hari ke 6. Pemeriksaan seeara natif pada feses, ditemukan sedikit ookista. Ayam mati sebanyak 3 ekor pada hari ke 7. Pemeriksaan PA terlihat laesi dan perdarahan berat pada usus buntu. Pada pemerik-saan natif kerokan usus buntu, ban yak ditemukan ookista
(+ ).
Sedang pada anak ayam kontrol dari peternakan Kasbullah, berak darah pada hari ke 6, pemeriksaan natif feses ookista ( + ), kematian 3 ekor (3/5), pemeriksaan PA ada laesi dan perdarahan be rat pada usus buntu, ookista ( +++ ). Peternakan ayam milik Ngadiono berak darah pada hari ke 7, pemeriksaan natif ookista (+ ),kematian anak ayam 2 ekor (2/5), pemeriksaan PA adanya laesi dan perdarahan berat pada usus buntu, ookista eukup ban yak (+++ ). Hasil observasi dari ketiga lokasi terse but diatas dapat dilihat pada Tabel4. Pengamatan 1 bulan pasea tantangan pada kelom-pok kontrol (K) : pereobaan di Rungkut menunjukkan bahwa berak darah terjadi pada hari ke 9, pemeriksaan natif feses ookista (+ ), kematian anak ayam 1 ekor (1/5), pemeriksaan PA terdapat adanya laesi dan perdarahan ringan pada usus buntu ookista (++ ). Lokasi berikutnya, di Peternakan Kasbullah, anak ayam yang berak darah terjadi pada hari ke 9, pemeriksaan natif pada feses ookista ( +), kematian anak ayam 1 ekor (1/5), dan pemeriksaan PA terjadinya laesi dan per-darahan ringan pada usus buntu ookista ( ++ ). Sedang di Petemakan Ngadiono . anak ayam yang berak darah terjadi pada hari ke 10, pemeriksaan natif ookista (+ ),kematian anak ayam 1 ekor (1/5), dan pemeriksaan PA ada laesi dan perdarahan ringan pada usus buntu ookista (++ ). Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil pemeriksaan setelah uji tantang 2 bulan sampai 6 bulan pasea vaksinasi adalah tidak terjadi gejala atau perubahan apapun, seperti terlihat pada Tabel 6, 7,8,9, dan 10. Dari hasil observasi anak ayam pasca vaksinasi radiovaksin koksidiosis di ketiga lokasi, pada pengamatan hari ke 14, tidak ditemukan gejala atau perubahan apapun, hasil ini dapat dilihat pada Tabe1 11. Bilarnana anak ayam setelah mendapatkan
vaksinasi keri1Udian ditantang, produksi ooldsta yang dibasilkan kembali sangat berkurang, maka keadaan terse but dapat dianggap sebagai telah menunjukkan 6ldanya reak& kekebalan (I 0). Pada anak ayam yang divak3ina~i tidak diternui ada-nya produksi ooldsta ( - ), jadi telah menunjukkan adaada-nya kekebalan. Sedang pada kontrol terutal1)a pada pemeriksaan natif ( + ) dan PA masih terdapat ooldsta (+++), tidak kebal.
Variasi dosis vaksinasi yang pemah digunakan oleh SUKARDJI dkk. (~) mulai dari 60.000, 100.000, sedang SOKOLIC (11) menggunakan dosis inokulasi 20.000 dan ABU ALl menggunakan dosis inokulasi 100.000 ooldsta yang dianggap cukup untuk memberikan proteksi. Mengenai dosis inokulasi ini hendaknya dipikirkan bahwa jumlah produksi dari vaksin itu sendiri harus efisien penggunaannya dan yang penting mampu memberikan proteksi terhadap tantangan yang diberikan. Juga hams difikirkan agar ada keseimbangan antara dosis vaksinasi dan dosis tantangan yang diberikan. Ev31uasi nisbah albumin/globulin dari ketiga lokasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 12 yang menunjukkan bahwa un,tuk daerah Karah, Rungkut Mananggal, dan Rungkut Wonorejo lama kekebalan dalam tubuh anak ayam berturut-turut mencapai 6, 5, dan 6 bulan. Sedang basil analisis fraksi protein total serum belum dapat dilaporkan dalam penelitian ini. Jelas bahwa menurut pus taka (5,8,9), di kedua tempat tersebut, yaitu Karah dan Rungkut Wonorejo mempunyai nisbah albumin dan globulin yang lebih rendah daripada kontrol, berarti bahwa pada jangka waktu 6 bulan titer zat kebal (globulin) masih lebih tinggi. Sedang daerah terakhir yaitu Mananggal pada jangka waktu lebih dari 5 bulan globulin masih tinggi, tetapi nisbah albumin/globulin rendah.
KESIMPULAN
1. Radiovaksin koksidiosis dengan dosis 100 000 ookista per ekor sudah cukup untuk menanggulangi tantangan 100 000 ooldsta berspora.
2. Radiovaksin koksidiosis aman dipakai untuk vaksinasi anak ayam umur 12 hari atau lebih, tidak menimbulkan gejala apapun.
3.
Vaksinasi terhadap penyakit koksidiosis dengan menggunakan radiovaksin koksidiosis sangat dianjurkan terutama pada petemakan yang mempunyai kandang dengan kelembaban udara tinggi, kurang sinar matahari, dan keadaan-nya kotor.4. Untuk kelompok anak ayam yang divaksinasi kemudian ditantang dari ketiga lokasi tidak teIjadi gejala atau perubahan apapun, meskipun dibedakan tingkat dosis vaksinasi.
5. Pada kelompok kontrol gejala koksidiosis sangat nampak, yaitu terutama pada pemeriksaan PA ooldsta (+++).
6. Uji serologi menunjukkan bahwa lama kekebalan dalam tubuh anak ayam dari 2 lokasi yaitu Karah milik PUSVETMA dan Kasbullah adalah sampai 6 bulan, sedang di petemakan milik Ngadiono selama 5 bulan.
UCAP AN TERIMA KASIH
Rasa terima kasih disampaikan kepada Bapak Ahmad Mahjuddin, Kepala Pusat
Veterinaria Farma, Surabaya, serta kepada Bapak Kasbullah dan Bapak Ngadiono atas bantuan, petunjuk, dan fasilitas yang diberikan sehingga uji lapang inidapat dilaksanakan dengan baik. Ucapan yang sarna juga disamp~n kepada Kepala Dinas Peternakan Kotamadya Dati I Surabaya, atas bantuannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. URQUHART, GM., ''Immune response of young animals to infection with X-irradiated and normal nematode larvae", Isotopes and Radiation in Parasitology (Proc. Panel Vienna, 1967), IAEA, Vienna (1968) 35.
2. SADIK, A., dan SOELISTY ANTO, Bulletin Pusat Veterinaria Farma Surabaya (1979) 7.
3. SIBAUC, S., TOMANOVIC, B., and MLADENOVIC, A., Immunizing potency and serological testing of immunity after vaccination by gamma irradiated oocyst of Eimeria tenella, Animal Institute, Beirut, Lebanon (1972). 4. ABU ALl, N., BINNERS, W.L, and KLIMES, B., Immunization by irradiated
E. teneOa, J. of Parasitology 19 (1972) 177.
5. SUKARDJI,P.,SUTEDJO, R., SRI ASMINAH, MURNIHATI, I., dan DANIUS, J., "Pengaruh radiasi sinar gamma dengan dosis optimal terhadap produksi dan daya kekebalan yang ditimbulkan oleh E. tenella '; Risalah Seminar Penyakit Reproduksi dan Unggas, LPPH Bogor (1980) 237 ..
6. SOKOLlC, A., TANIELlAN, Z., and ABU-ALl, N., Studies in Cell Culture of Development and Antigenicity of ~Oco) Irradiated Eimeria tenella
Publication No. 49, Magon Institut de Recherches Agronomogques, Tel-Aman (1973).
7. FARUQ, M., "Pengamatan hippuran 1311 dalam darah dan ekresi ginjal pada hewan percobaan", Aplikasi Teknik Nuklir Di Bidang Peternakan dan Biologi, PAIR -BAT AN, Jakarta (1983) 329.
8. HAWK, P .B., OSER,
BL.,
and SOMERSON, W.W., Practical Physiological Chemistry, The BlacktonCompany Inc., London (1954).9. JATKAR, P.R., CHOSAL, A.K., and MOHAN SING, Pathogenesis ofanaemia in Trypanosoma evansi, Indian Vet. J. SO (1973)634.
10. CULBERSTON, J.T., Immunity Against Parasites, Columbia University Press, New York (1941).
11. SOKOLlC, AM., MOVESESIJAN, M., TANIELlAN, Z., and ABU ALl, N., Irradiated E. ten ella, E. necatrix and E. brunetti in the simultanious immunization of chickens, British Vet. J. 132 (1976) 416.
VI Tabd 1. Jadwal vaksinasi, pengambilan darahfchalenge pengujian radiovaksin koksidiosis di lapangan. VI
Lokasi : Peternakan PUSVETMA, Karah - Surabaya.
00
Kelompok Jumlah Daur
Tanggal Waktu pengambilan dara!).!chalengeKetera~an ayam ayam vaksinasi vaksinasi (ekor) 2 minggu 1 bulan
2 bulan3 bulan4 bulan5 bulan6 bulan post
post post post vak-post vak-post vak-post v-ak-sinasi
sinasi sinasi sinasi sinasisinasisinasi
PIA 15 12 hari5-11-1983 20-11-1983 KIA 5
-
-20-11-1983 PIB 15 12 hari5-11-1983 -5-12-1983 KIB 5-
-
-5-12-1983 P2 15 12 hari-
5-11-1983 -5-1-1984 K2 5-
-
-5-1-1984 P3 15 12 hari--
5-11-1983 -5-2-1984 K3 5--
-
--5-2-1984 P4 15 12 hari---
5-11-1983 -5-3-1984 K4 5-
--
---5-3-1984 P5 15 12 hari----
5-11-1983 -5-4-1984 K5 5-
--
----5-4-1984 P6 15 12 hari---
5-11-1983 -5-5-1984 K6 5--
--
-5-5-1984 P = perlakuan K - kontrolU\ U\
~
Tabel 2. Jadwal vaksinaai, penpmbilan darah/chalenge pengujian radiovaksin koksidosis di lapangan. Lokasi : Petemakan milik Bapak Kasbullah Rungkut Mananggal - Kodya Surabaya.
KelompokTanggalDaurJumlah Waktu pengambilan darahl chalengeKeterangan ayam ayam yaksinasi yaksinasi (ekor) 2 minggu
I
bulan 2 bulan 3 bulan4 bulan5 bulan6 bulan postyak-post yak-post Yak· post yak-post yak·post yak·post yak· sinasi
sinasi sinasi sinasisinasisinasisinasi LPIA 15 12 harl30·11-198315-12-1983 KLPIA 5
- -
15-12-1983 LPIB 15 12 had 30-11-1983--30-12-1983 KLPI B 5-
-
-30-12-1983 LP2 15 12 had-
30-11-1983 -30-1·1984 KLP2 5--
-30-1-1984 LP3 15 12 had--
30-11-1983 -29-2-1984 KLP3 .5-
--29-2-1984 - LP4 12 had30-11-198315-
---30-3-1984 KLP4-
5-
--
--30-3-1984 LP5 12 had30-11-198315---
-
-304-1984 ,KLP5-
5-
----304-1984 LP6 12 had30·11-198315----
-
-30-5-1984 KLP6-
5--
30-5-1984 LP = perlakuan KLP • kontrolVt Tabcl 3. JadwAt vaksinasi, pengambiJan darah/chalenge pengujian radiovaksin koksidiosi5 di lapangan.
~
Lokasi : Petemakan milik Bapak Ngadiono Rungkut Wonorejo - Kodya Surabaya.Kelompok
Jumlah Daur
TanggaJ Waktu pengambilan darah/ chalengeKeterangan ayam ayam vaksinasi vaksinasi (ekor) 2 minggu 1 bulan 2 bulan 3 bulan4 bulan5 bulan6 bwart post
post yak-post vak-post yak-post yak-post yak-post yak· sinasi
sinasi sinasi sinasisinasisinasisinasi
NPIA 15 12 hari30-11-198315-12-1983 KNPIA 5
-
15-12-1983 -NPIB 15 12 hari30-11-1983 -30-12-1983 KNPIB 5-
--30-12-1983 NP2 15 12 hari-
30-11-1983 -30-1-1984 KNP2 5-
-
-30-1-1984 NP3 15 12 hari--
30-11-1983 -29-2-1984 KNP3 5 ---
--29-2-1984 NP4 15 12hari30-11-1983-
-
-30-3-1984 KNP4 5 ----
-30-3-1984 NP5 15 12hari----
30-11-1983 -304-1984 KNP5 5- -
----
-304-1984 NP6 15 12 hari--30-11-1983-
-
-
-30-5-1984 KNP6 5---
-30-5-1984 NP = perlakuan KNP= kontrolTabel 4. Hasil observasi ayam sesudah tantangan dengan 100 000 ookista benpora pada 2 minggu setelah vaksinasi.
Kelornpok
Berak darahPerneriksaanKernatian Perneriksaan ayarn natif feses patologi ana tomi PIA KIA Hari ke 6Ookista (3/5 + )
Laesi dan perda-rahan bera t pada
usus buntu.ookis-ta (+++ )
LPIA KLPIA
Hari ke 6Ookista3/5 (+ )
Laesi dan perda-rahan berat pada
usus buntu. ookis-ta (+++ )
NPIA KNPIA
Hari ke 7Ookista2/5 (+ )
Laesi dan perda-rahan bera t pada
usus buntu. ookis·ta (+++ )
Tabd 5. Halil observasi ayam lesudah tantangan dengan 100 000 ookista benpora pada 1 bulan letdah vaksinasi.
Kelompok
Berat darahPemeriksaanKematian Pemeriksaan ayam natif feses patologi ana tomi P1B K1B Hari ke 9Ookista ( + )1/5 Laesi dan perda-rahan ringan pada
usus buntu, ookis-ta(++)
LP1B KLP1B
Hari ke 9Ookista ( + )1/5 Laesi dan perda-rahan ringan pada
usus buntu, ookis-taCH)
NP1B KNP 1B
Hari ke 10Ookista ( + )1/5 Laesi dan perda-(sakit )
rahan ringan pada usus buntu, ookis-ta (H)
Tabel 6. Hasil observasi ayam lesudah tantangan dengan 100 000 ookista benpora pada 2 bulan letclah vaksinasi.
Kelompok ayam P2 K2 LP2 KLP2 NP2 KNP2 562
Berak darah Pemeriksaan natif feses
Kematian Pemeriksaan patologi anatomi
Tabd 7. HasH observasi ayam sesudah tantangan dengan 100 000 ookista benpora pada 3 bulan setelah vaksinasi.
Kelornpok ayarn P3 K3 LP3 KLP3 NP3 KNP3
Berak darah Perneriksaan natif feses
Kernatian Perneriksaan patologi anatomi
Tabel 8. HasH observasi ayam sesudah tantangan dengan 100 000 ookista benpora pada 4 bulan setelah vaksinasi.
Kelompok ayarn P4 K4 LP4 KLP4 NP4 KNP4
Berak darah Pemeriksaan natif feses
Kerna tian Perneriksaan patologi an at orni
Tabel 9. Huil observasi ayam sesudah tantangan dengan 100 000 ookista benpora pada 5 bulan setelah vaksinasi
Kelornpok ayarn P5 K5 LP5 KLP5 NP5 KNP5
Berak darah Perneriksaan natif feses
Kernatian Perneriksaan patologi anatomi
Tabd 10. Huil obeervui ayam lesUdah tantangandengan 100 000 ookista benpora pada 6 bulan letdah vaksinali.
Kelompok ayam P6 K6 LP6 KLP6 NP6 KNP6 564
Berak darah Pemeriksaan oatif feses
Kematian Pemeriksaan patologi anatomi
Tabeili. Hasil observaai ayam lesUdah vaksinasi dengan radiovakain koksidiosis (lama penga-matan 14 hari). Kelornpok ayam PIA PIB P2 P3 P4 P5 P6 LPIA LPIB LP2 LP3 LP4 LP5 LP6 NPIA NPIB NP2 NP3 NP4 NP5 NP6
Berak darah Perneriksaan na tif feses
Kernatian Perneriksaan patologi anatomi
Kelompok PIA, PIB, P2, P3, P4, P5, P6 dosis 100000 ookista
Kelompok LPIA, LPIB, LP2, LP3, LP4, LP5, LP6 dosis 150000 ookista Kelompok NPIA, NPIB, NP2, NP3, NP4, NP5, NP6 dosis 200000 ookilta
Tabcll2. Hasil uji nisbah albumin/globulin dari serum yang diambil dari Katah, Rungkut Wonorejo, dan Mananggal.
Milik/ Uji serum pertamaUji serum kedua
lokasi Observasi
Nisbah albumin/Observasi Nisbah albumin/ bulan ke globulin (mg/ml)bulan ke globulin (mgfml) Kasbuliah/ 2 KLP2= 0,85455 KLP5= 0,832 R. Mananggal LP2 = 0,830LP5 = 0,829 Lama kekebalan sampai 5 bulan Ngadiono/ 3 KNP3 = 0,9226 KNP6:: 0,872 R. Wonorejo NP3 :: 0,768NP6 :: 0,722 Lama kekebalan sampai 6 bulan PUSVETMA/ 4
~
:: 1,108~
6 :: 0,998 Surabaya P4 = 0,893 P6 :: 0,871 Lama kekebalan sampai 6 bulan K = kontrol P = perlakuan ·566DISKUSI
Im11ANTO UTOMO :
Kalau tidak salah dosis vaksin yang diberikan pada tiga lokasi berbeda-beda, sedang dosis untuk uji tantang sarna, yaitu 100000 ookista per ekor. Tetapi hasil percoba-an rnenunjukkpercoba-an respon yang sarna, yaitu kernatian 60% pada minggu pertarna dan 20% pada minggu kedua. Bahkan pada dosis vaksin 100 000 ookista per ekor dengan yang dua kalinya (200 000 ookista per ekor), juga menunjukkan respon yang sarna. Menurut Anda apakah yang menyebabkan teIjadinya respon yang sarna pada dosis yang berbeda-beda tersebut ?
DARMAWAN:
Pada penelitian ini sernua ayam yang divaksinasi memberikan respon yang sarna setelah uji tantang, yaitu tidak ada kernatian. Tujuan penggunaan radiovaksin kok-sidiosis dengan dosis yang berbeda adalah untuk :
1. Mengetahui dosis berapa yang paling aman.
2. Mengetahui dosis berapa yang sanggup rnenanggulangi tantangan 100 000 ookista berspora, maksudnya untuk menentukan dosis yang optimal.
DESMAYATIZ. :
Dalam makanan (ransurn) ayam biasanya sudah mengandung koksidiostat. Apakah masih diperlukan vaksinasi terhadap Cocci, dan sebaiknya dilakukan pada urnur berapa?
DARMAWAN:
Apabila rnakanan ayam tersebut telah mengandung koksidiostat, maka vaksinasi tidak perlu lagi dilakukan. Namun ada bahayanya apabila koksidia telah resisten terhadap koksidiostat, penyakit akan beIjangkit. Dalarn keadaan ini harns diadakan vaksinasi. Vaksinasi sebaiknya dilakukan pada urnur 7 - 10 hari.
HARSONO :
Pertimbangan apa yang diarnbil sehingga tantangan yang diberikan pada aYam di Pusvetma 100 000 ookista, Kasbullah 150 000 ookista, dan Ngadiono 200 000 ookista. Apakah tidak lebih baik kalau di setiap petemakan dibagi rnenjadi bagian-bagian yang diberi ookista yang berbeda (100 000, 150000, dan 200 000) ?
DARMAWAN:
Pertimbangan teknis saja, yaitu mernudahkan pelaksanaan penelitian dan juga terbatasnya ayarn percobaan.
ENDRAWANTO:
Ba.~ana
cats. vemberian 100
mlait
sulin'6den~n 5 ml
sttain~anas a~r ayarn
perlakuan memperoleh dosis tantang seperti yang dikehendaki.
DARMAWAN:
Dalam 1 ml suspensi strain ganas telah diketahui kandungan ookistanya, dengan demikian bisa dihitung jumlah suspensi strain ganas yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah ayam dan jumlah ookista yang dikehendaki.
C.J.
SOEGIARTO :
Kalau ada dua species yang sangat ganas (E. necatrix dan E. tenet/a) apakah ada
cross immunity terhadap kedua species tersebut.
DARMAWAN:
Tidak ada cross immunity antara kedua species.