• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III POLA ASUH ORANG TUA DAN ETIKA PERGAULAN ANAK DI DESA RANDUMUKTIWAREN KECAMATAN BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III POLA ASUH ORANG TUA DAN ETIKA PERGAULAN ANAK DI DESA RANDUMUKTIWAREN KECAMATAN BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN PEKALONGAN

A. Profil Desa Radumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan 1. Letak Geografis

Desa Randumuktiwaren merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan. Luas desa Randumuktiwaren sekitar 380,360 ha. Dari keseluruhan wilayah tersebut, desa Randumuktiwaren dibagi menjadi 4 (empat) dusun, yaitu Sirandu, Mukti, Kepyar dan Waren. Batas wilayah desa Randumuktiwaren adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Desa Purworejo

b. Sebelah Selatan : Desa Sumurjomblangbogo c. Sebelah Barat : Desa Pantianom

d. Sebelah Timur : Desa Legokclile 2. Monografis

a. Mata Pencaharian Penduduk

Penduduk desa Randumuktiwaren dalam status sosial terbagi menjadi dua yaitu penduduk asli yang bermukim di desa Randumuktiwaren yang kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani sedangkan penduduk pendatang yang

(2)

kebanyakan mempunyai mata pencaharian sebagai pegawai negeri sipil, swasta, dan wiraswasta.

Untuk mengetahui lebih jelas tentang mata pencaharian penduduk desa Randumuktiwaren bisa dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1

Mata Pencaharian Penduduk Desa Randumuktiwaren.1

No. Jenis Pekerjaan Jumlah

1. Petani sendiri 521 orang

2. Buruh tani 866 orang

3. Pengusaha 14 orang

4. Swasta 273 orang

5. Buruh bangunan 56 orang

6. Wiraswasta 137 orang

7. Pengangkutan 8 orang

8. PNS 361 orang

9. Pensiunan 9 orang

Dengan memperhatikan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk desa Randumuktiwaren mempunyai jenis pekerjaan/sumber mata pencaharian sebagai buruh tani yaitu sebanyak 866 orang.

(3)

b. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk desa Randumuktiwaren sebanyak 3.828 jiwa terdiri dari 1.125 KK. Terdiri dari 1.886 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 1.942 jiwa berjenis kelamin perempuan. Untuk mengetahui lebih jelas tentang jumlah penduduk desa Randumuktiwaren bisa dilihat pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2

Jumlah Penduduk Desa Randumuktiwaren.2

No. Usia Jumlah

1. 0 – 4 tahun 589 orang 2. 5 – 9 tahun 317 orang 3. 10 – 14 tahun 234 orang 4. 15 – 24 tahun 551 orang 5. 25 - 34 tahun 500 orang 6. 35 – 44 tahun 492 orang 7. 45 – 54 tahun 642 orang 8. 55 – 64 tahun 241 orang

9. 65 tahun ke atas 262 orang

Dengan memperhatikan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk desa Randumuktiwaren terbesar adalah berusia antara 45 – 54 tahun yakni sebanyak 642 orang.

(4)

c. Sarana-Sarana Umum

Desa Randumuktiwaren memiliki sarana-sarana umum yang sangat penting untuk menunjang kelancaran kegiatan kemasyarakatan warganya, antara lain bisa dilihat pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 3

Sarana Umum di Desa Randumuktiwaren.3

No. Nama Sarana Umum Jumlah

1. Puskesmas 2 buah

2. Gedung PAUD 1 buah

3. Gedung TK 1 buah 4. Gedung SD 3 buah 5. Gedung SLTP 1 buah 6. Gedung TPQ 2 buah 7. Mushola 4 buah 8. Masjid 2 buah

9. Tempat olahraga 2 buah

10. Balai pertemuan 1 buah

Bila diperhatikan dari jenis sarana umum di desa Randumuktiwaren dapat dikatakan bahwa desa Randumuktiwaren sudah memiliki sarana umum yang lengkap.

(5)

d. Kondisi Beragama

Penduduk desa Randumuktiwaren sebagian besar beragama Islam. Namun demikian ada sebagian warga yang beragama non Islam. Adapun agama yang dianut oleh penduduk desa Randumuktiwaren tertera pada tabel 4 berikut ini:

Tabel 4

Jumlah Pemeluk Agama Penduduk Desa Randumuktiwaren.4

No. Agama Jumlah

1. Islam 3.823 jiwa

2. Kristen Protestan 5 jiwa 3. Kristen Katholik -

4. Budha -

5. Hindu -

6. Konghucu -

Sedangkan mengenai tempat ibadah ataupun sarana keagamaan di desa Randumuktiwaren terdapat 2 masjid dan 4 mushola. Kegiatan keagamaan sering diadakan di masjid maupun mushola seperti pengajian rutinan ibu-ibu yang diadakan setiap hari selasa dan juga kegiatan yasinan yang diadakan setiap malam jum’at oleh bapak-bapak. Untuk remaja desa Randumuktiwaren biasanya melakukan kegiatan berzanji setiap malam minggu.

(6)

3. Tata Pemerintahan Desa Randumuktiwaren

Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong ini dipimpin oleh seorang kepala desa. Adapun struktur organisasi pemerintahan desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong adalah sebagai berikut:

Bagan 1

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Randumuktiwaren5

5Dokumentasi Desa Randumuktiwaren diambil pada tanggal 10 Agustus 2015. BPD Kepala Desa Rusadi, S.Pd. LPM Sekertaris Desa Zaenal Abidin Pelaksana Tenis Kadus V Mukhanan Kadus IV Taruni Koord. Ulu-Ulu Kuat Kadus VI K. Nurdin Kadus II Winarso Kadus III Mundriyah Kadus I S.Cahyo Kaur Pemerintahan Suwaryo Kaur Keuangan Sasmito Kaur Umum Ruslani Kaur Kesra Hasanudin Koord. Ulu-Ulu Wiyarso Ulu-Ulu Bdw.8 Diswanto Ulu-Ulu Bdw.7 Riyatno Ulu-Ulu Bdw.6 Hening P.

(7)

B. Etika Pergaulan Anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan

Etika pergaulan anak di lingkungan keluarga merupakan awal mula terbentuknya sifat dasar anak. Apabila anak telah mendapatkan bimbingan yang baik maka etika pergaulan di masyarakat akan baik serta tidak akan mudah terpengaruh oleh pergaulan di masyarakat, dan juga sebaliknya apabila orang tua membiarkan saja tingkah pola kelakuan anak, maka anak dengan mudah terpengaruh oleh pergaulan di lingkungan masyarakat.

Setelah peneliti melakukan wawancara dan observasi dengan masyarakat Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan, diketahui bahwa etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan dapat dilihat apabila berjumpa dengan seseorang baik di luar maupun di dalam rumah, anak Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan selalu menyapa dan bersikap ramah. Hal ini menunjukkan bahwa mereka bersikap sopan dan santun kepada siapa saja. Mereka tidak takut untuk berkenalan dengan orang asing, berbicara dan berinteraksi dengan sopan dan santun. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh M. Yazid selaku anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan:

Saya diajarkan orang tua saya untuk selalu bersikap sopan dan satun kepada siapa saja, kepada tamu, teman, kerabat, maupun tetangga. Dengan sopan dan santun maka kita akan dihargai oleh orang lain. Insya Allah saya akan terus bersikap sopan dan santun.6

(8)

Dari hasil observasi, diketahui bahwa anak Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan selain mengikuti keinginan dan saran dari orang tua, mereka juga berkata sopan kepada bapak dan ibu mereka. Hal ini dapat dilihat ketika ada orang tua sedang berbicara dengan anak Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan, mereka berkata halus dan sopan kepada bapak dan ibu. Hal ini menunjukkan bahwa etika anak Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan khususnya terhadap orang tua mereka adalah baik.

Apa yang disampaikan oleh M. Yazid sesuai dengan observasi peneliti: “bahwa anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan memilki etika pergaulan yang baik, selalu menyapa dan bersikap ramah”.7

Hal senada juga diungkapkan oleh Diono selaku anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan :

Saya diajarkan orang tua untuk pandai-pandai memilih teman. Jika ada teman saya yang tidak baik maka saya disuruh untuk menjauhi, karena takut saya akan meniru perbuatannya. Saya diajarkan untuk selalu menyapa dan bersikap ramah kepada orang lain, supaya saya memiliki banyak teman.8

Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat dikatakan bahwa etika anak Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan khususnya dalam etika pergaulan sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari keramahan anak Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten

7 Observasi di lingkungan Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten

Pekalongan tentang etika pergaulan pada tanggal 28 Juli 2015 pukul 16.00 WIB.

(9)

Pekalongan terhadap orang lain, dan sopan santun anak Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan saat bergaul dengan orang tua mereka ataupun teman sebaya.

Apa yang disampaikan oleh Diono sesuai dengan observasi peneliti: “bahwa anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan senantiasa menjaga perilaku dan ramah terhadap orang lain”.9

Temuan peneliti tentang etika anak Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan dari etika pergaulan berupa: (a) anak Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan sudah mampu membedakan mana etika pergaulan yang buruk dan mana etika pergaulan yang baik. (b) anak Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan senantiasa diajarkan untuk bersikap ramah dan baik kepada orang lain. (c) anak Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan cenderung menghindari perbuatan yang buruk.

C. Pola Asuh Orang Tua Dalam Menanamkan Etika Pergaulan Anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan

Untuk mengetahui pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan peneliti melakukan wawancara. Wawancara menunjukkan ada tiga macam pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan pada anak, yakni:

9Observasi di lingkungan Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten

(10)

1. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis dicontohkan oleh ibu Partinah dan ibu Animah selaku warga Desa Randumuktiwaren. Pernyataan ibu Partinah ketika diwawancara:

Ngajar anak niku perlu ngangge kasih sayang ampun dipekso, ampun diwarahi sing keras. Anak niku perlu dielus sing apik dicontoni sing apik, lan dikandani sing apik. Kulo ngajaraken etika pergaulan kangge anak ngaggem prinsip demokratis. Kulo wenehi kebebasan kangge anak kulo deneng kekonconan.

Artinya:

Mengajar anak itu perlu menggunakan kasih sayang jangan dipaksa, jangan diajarkan hal-hal yang keras. Anak perlu disayang yang baik diberi contoh yang baik dan dinasehati yang baik-baik pula. Saya mengajarkan etika pergaulan untuk anak menggunakan prinsip demokratis. Saya memberikan kebebasan untuk anak saya dalam bergaul.10

Hal senada juga dikatakan oleh ibu Animah:

Cara ngasuhe kulo kangge lare mesti tak wenehi sing paling apik, ora nganggo kekerasan. Sing diutamaake kasih sayang karo ketegasan. Nek ngulinaake etika pergaulan sering tak nasihati, nek ngomong sing sopan. Kulo yo seringe nyontoni ngomong nganggo boso kromo.

Artinya:

Cara mengasuh saya untuk anak pasti saya memberikan yang terbaik pada anak, tidak boleh dengan kekerasan. Yang lebih diutamakan yaitu kasih sayang dan ketegasan. Untuk membiasakan etika pergaulan sering saya nasehati, kalau berbicara yang sopan. Saya juga sering mencontohkan berbicara menggunakan bahasa krama.11

Dari hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa ibu Partinah dan ibu Animah termasuk orang yang sabar dalam mengasuh

10Partinah, wawancara pribadi, Bojong, 8 Agustus 2015. 11Animah, wawancara pribadi, Bojong, 8 Agustus 2015.

(11)

anak-anaknya, berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, ibu Partinah dan ibu Animah memang tidak pernah membentak apalagi dengan kekerasan, hanya saja beliau acuh kepada anaknya ketika melakukan kesalahan, tapi ketika anaknya patuh ibu Partinah dan ibu Animah terlalu memanjakan anak sampai-sampai menyuapi ketika anaknya makan.12

2. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter dicontohkan oleh ibu Narti dan ibu Tuti. Ibu Narti mengungkapkan pendapatnya:

Anak awet cilik kudu dibiasake nganggo etika pergaulan, koyo ngormati wong sing luwih tuwo, ngomong sing alus lan nulung koncone. Kadang yo tetep tak pekso ben iso nglakoni kui kabeh.

Artinya:

Anak dari kecil harus dibiasakan untuk menggunakan etika pergaulan, seperti menghormati orang yang lebih tua, berbicara yang halus dan menolong teman. Kadang tetap saya paksa supaya bisa melaksanakan itu semua.13

Berikut cara pengasuhan ibu Tuti sebagaimana dikatakan dalam wawancara:

Soal etika pergaulan kulo mboten wonten toleransi mbak. Yen kaleh tiyang kedah sopan, mature ngangge boso kromo nopo boso Indonesia. Lare kulo mboten tak ijenke dolan kaleh lare sing nakal. Ndidik anak niku kudu keras mbak, supoyo anak ben dadi wong sing bener.

Artinya:

Soal etika pergaulan tidak ada toleransi mbak. Jika sama orang harus sopan, berbicaranya menggunakan bahasa krama atau bahasa Indonesia. Anak saya tidak saya ijinkan bermain bersama anak

12Observasi di lingkungan Desa Randukmuktiwaren tentang etika pergaulan anak pada

tanggal 8 Agustus 2015, pukul 16.00 WIB.

(12)

yang nakal. Mendidik anak itu harus keras mbak, supaya anak bisa menjadi orang yang benar.14

Dari hasil wawancara di atas, maka dapat dipahami bahwa orang tua di Desa Randumuktiwaren juga menganut pola asuh yang otoriter khususnya seperti yang dicontohkan oleh ibu Narti dan ibu Tuti.

3. Pola Asuh Permisif

Untuk pola asuh permisif dicontohkan oleh ibu Tuminah yakni dengan mengkombinasikan antara pola asuh permisif (memanjakan) dan demokratis untuk membiasakan etika pergaulan anaknya. Berikut pernyataan ibu Tuminah ketika diwawancarai peneliti:

Ngasuh anak kui yo ngawei kebebasan nggo anak ben milih opo seng menurute apik. Juga ora nganggo kekerasan karo ngawehi opo wae seng dipinginake, ben anaku kroso koyo duwe wong tuo lengkap kayo umume.

Artinya:

Mengasuh anak itu ya memberikan kebebasan untuk anak agar memilih apa yang menurutnya baik. Juga tidak memakai kekerasan ketika mengajarkan sesuatu dan selalu memberikan apa yang dia inginkan agar anak saya merasa seperti punya orang tua lengkap pada umumnya.15

Pola asuh permisif juga ditunjukkan oleh pak Ridwan sebagaimana dalam pernyataannya:

Kulo mboten saged ngawasi kegiatan putro kulo amargi kulo sibuk kerjo mbak. Dados menawi kegiatan saben dintene kulo mboten patio ngematake. Kulo nitipaken lare kulo kalian pak leke seng dados ustadz ten Desa Randumuktiwaren mriki ngge mendidik lan ngrawat.

14Tuti, wawancara pribadi, Bojong, 9 Agustus 2015. 15Tuminah, wawancara pribadi, Bojong, 10 Agustus 2015.

(13)

Artinya:

Saya tidak bisa mengawasi kegiatan anak saya karena saya sibuk kerja mbak. Jadi untuk kegiatan sehari-harinya saya tidak begitu memperhatikan, saya titipkan anak saya pada pamannya yang menjadi ustadz di Desa Randumuktiwaren sini untuk mendidik dan merawatnya.16

Dari hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa ibu Tuminah dan pak Ridwan menerapkan pola asuh permisif yakni mengabaikan, namun sebenarnya beliau tidak menginginkan hal itu, hanya saja terbentur oleh waktu untuk mendidik sendiri anaknya sangatlah minim.

D. Faktor Yang Mendukung dan Menghambat Pola Asuh Orang Tua Dalam Menanamkan Etika Pergaulan Anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan

Berbagai macam faktor yang mendukung dan menghambat pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan, antara lain:

1. Faktor yang mendukung

Faktor yang mendukung pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan, antara lain:

a. Adanya perhatian dari orang tua untuk mengajarkan etika pergaulan pada anak yang baik

(14)

Orang tua memiliki peran yang besar untuk mengajarkan etika pergaulan pada anak yang baik. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Miftahul Falakh selaku tokoh masyarakat di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan:

Saya selalu mengajarkan kepada anak saya untuk menjaga etika pergaulannya. Saya juga selalu mengawasi anak saya dengan siapa dia bergaul dan dengan siapa dia berteman. Karena saya khawatir apabila kita sebagai orang tua lalai untuk mengawasi anak kita maka yang terjadi adalah anak kita akan terjerumus ke dalam pergaulan yang negatif.17

b. Adanya kegiatan pengajian di masjid Desa Randukmuktiwaren

Faktor pendukung pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan yang kedua adalah adanya kegiatan pengajian di masjid Desa Randumuktiwaren. Dengan adanya kegiatan pengajian ini diharapkan masyarakat di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan dapat memiliki pengetahuan agama yang baik, sehingga dapat mengawasi etika pergaulan pada anak mereka. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Desi Fitriyani selaku warga Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan:

Saya selalu mengikuti pengajian di masjid, dengan mengikuti pengajian tersebut maka dapat menambah ilmu agama saya, sehingga saya dapat mengajarkan etika pergaulan yang sesuai dengan ajaran agama Islam kepada anak saya.18

17Miftahul Falakh, wawancara pribadi, Bojong, 28 Juli 2015. 18Desi Fitriyani, wawancara pribadi, Bojong, 28 Juli 2015.

(15)

c. Adanya TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an) di lingkungan Desa Randumuktiwaren

Faktor pendukung pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan yang ketiga adalah adanya TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an) di lingkungan Desa Randumuktiwaren. Tidak dapat dipungkiri bahwa peran TPQ sebagai lembaga informal adalah memberikan pendidikan dan pengajaran tentang membaca dan menulis Al-Qur’an serta memberikan pendidikan akhlak kepada peserta didiknya. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh M. Yazid selaku anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan:

Setiap sore saya selalu mengikuti TPQ, disana saya diajarkan tentang baca tulis Al-Qur’an juga tentang pendidikan akhlak. Teman-teman saya juga banyak yang mengikuti TPQ setiap sore hari.19

Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa ada tiga faktor yang mendukung pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan. Selanjutnya akan peneliti analisis pada bab IV.

(16)

2. Faktor yang menghambat

Faktor yang menghambat pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan, antara lain:

a. Faktor ekonomi masyarakat desa Randumuktiwaren yang mayoritas menengah ke bawah

Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor penghambat pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh ibu Animah:

Kerjoku kan ora neng umah dadine ora nyanding terus mbek anak. Kui sing ndadekake angel ngajari etika pergaulan anak.

Artinya:

Kerja saya itu kan tidak di rumah, jadi tidak bisa selalu mendampingi anak. Itu yang menjadikan susah dalam mengajari etika pergaulan anak.20

b. Lingkungan Desa Randumuktiwaren yang kurang agamis

Faktor lingkungan yang kurang agamis juga mempengaruhi pola asuh orang tua. Sebagaimana yang diutarakan oleh Waryono seorang ketua RT di Desa Randumuktiwaren sebagai berikut:

Saiki ojo ngomong masalah etika pergaulan pemuda remaja nang lingkungan masyarakat RT kene mbak. Tak kiro yo podo mbak nang ngendi bae, sampeyan yo ngerti dewe si mestine koyo opo kelakuane masyarakat kene, yen ngomong yo koyo opo. Saiki ngene mbak, yen dasare bocah dididik keluargane sing mbener yo meh mayeng karo cah mbeler yo ora bakal katot, wis keluargane ora tau ngandani, nang kampung ngomonge sak penake dewe ora ono sopan santune, sampeyan

(17)

yo ngerti yen cah kene iku gaweane mayeng, yen ono sing balik yo mesti podo mendem. Jane koyo kuwi nomer siji yo keluarga ngandani, nang masyarakat iku yo istilahe koyo aliran banyu kali sing miline sak karepe, koyo ngono biso nyebabke banjir. Ningopo kok di umpamakno banjir mbak? Soale banjir kuwi biso ngerugekno wong. Semono ugo onone bocah sing kelakuane ora apik uga biso kresahake masyarakat kene.

Artinya:

Sekarang jangan membicarakan masalah etika pergaulan pemuda remaja di lingkungan masyarakat RT sini. Saya kira ya sama saja dimana-mana, anda ya tahu sendiri pastinya seperti apa kelakuan masyarakat sini, kalau berbicara sesuka hati tidak ada sopan santunnya. Sekarang begini, pada dasarnya kalau anak dididik secara benar di dalam keluarganya dan di luar bergaul sama anak yang kelakuanya kurang baik pastinya akan ikut ke dalam kelakuan yang tidak baik apabila ia kurang imanya. Anda tahu sendiri, kalau anak sini sukanya main sampai larut malam dan pulang sudah berbau alkohol. Seharusnya keluargalah yang menjadi orang pertama yang menegur. Kalau dimasyarakat istilahnya seperti air sungai yang mengalir bebas dan akan menyebabkan banjir. Kenapa diistilahkan banjir mbak? Karena banjir dapat merugikan orang lain. Demikian juga dengan perilaku seperti anak yang tidak baik, masyarakat akan merasa resah dengan keberadaan mereka.21

Peneliti juga melakukan wawancara dengan H. Dalari selaku tokoh masyarakat Desa Randumuktiwaren:

Anak kuwi wis tak didik bener. Dong wis gede kok dadine koyo ngene gaweane mendem, yen ngomong kasar, yen mayeng ora ndelok wayah. Koyo kuwi ora mergo konco-koncone seng gaweane koyo kuwi. Tak kandani ki nganti ngumplok mbak, kesel tok ngandanane. Alah pak ora mbak ah ben sak karepe dewe nyatane kae, karang wis gede ben tanggung jawab dewe, mengko mboh kapan wayahe mengko sadar dewe, ben kroso dewe yen koyo kae ki salah, ora apik. Yen aku ki sak karep-karepe bocahe. Ngandani teros mengko diomongi cerewet, malah ora balik tok mengko.

Artinya:

Anak itu sudah saya didik dengan baik. Waktu sudah besar jadinya kayak gini kerjaanya mabuk, kalau bicara kasar, kalau

(18)

main tidak lihat waktu. Itu karena teman-temannya yang kerjaannya kayak begitu. Saya bilanginnya itu sampai berbusa mbak, capek saja bilanginnya. Saya biarkan terserah apa maunya kenyataannya begitu, sudah besar biar tanggung jawab sendiri, entah kapan waktunya nanti sadar sendiri, biar sadar sendiri kalau kayak begini itu salah, tidak baik. Kalau saya itu terserah anaknya. Dinasehatin terus nanti dikira cerewet, malahan tidak pulang nantinya.22

c. Faktor pendidikan pada anak yang mayoritas hanya lulusan SD dan SMP saja serta lebih memilih untuk bekerja

Faktor pendidikan juga mempengaruhi tingkah laku seseorang. Disekolah anak selain dididik dengan berbagai ilmu pengetahuan juga dididik mengenai bagaimana cara bersikap dan bertutur kata yang sopan dan agar bisa menghargai dan menghormati orang lain. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh ibu Sulistiyaningsih:

Lare kulo niku mbelinge pol. Tur maneh mboten gelem sekolah, mung tamat SD tok mbak. Aku wes bongko ngurusi anakku. Berhubung lulusane cuman SD tok dadine etika pergaulane mboh sing ora-ora, kembule karo bocah nakal-nakal mbak. Wes bola-bali tak kandani tapi tetep ora berubah, akhire tak jarke wae wes sak polahe bocahe dewe.

Artinya:

Anak saya itu nakal sekali. Dan lagi tidak mau sekolah, hanya tamat SD saja mbak. Saya sudah tidak sanggup mengurusi anak saya. Berhubung lulusannya hanya SD saja jadi etika pergaulannya yang tidak-tidak, bergaulnya dengan anak nakal-nakal mbak. Sudah berulang kali saya beritahu tapi tetap tidak berubah, makanya saya biarkan saja sesuka hati anaknya.23

22H. Dalari, wawancara pribadi, Bojong, 12 Agustus 2015. 23Sulistiyaningsih, wawancara pribadi, Bojong, 13 Agustus 2015.

(19)

Hal senada juga dikatakan ibu Yuliyanah selaku orang tua di Desa Randumuktiwaren mengatakan:

Anakku mung lulusan SD tok mbak. Ora duwe etika pergaulan sing apik, dadine sisan ora tak sekolahke. Opo maneh kembule karo bocah mbeling-mbeling, koyone kuwi sing ndadeake anakku dadi nakal mbak. Kerono kembule karo bocah-bocah sing ora tamat sekolahe.

Artinya:

Anak saya hanya lulusan SD saja mbak. Tidak punya etika pergaulan yang baik, jadi sekalian tidak saya sekolahkan. Apalagi bergaulnya dengan anak-anak nakal, mungkin itu yang menjadikan anak saya nakal mbak. Karena bergaulnya dengan anak-anak yang tidak tamat sekolahnya.24

Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa faktor pendidikan pada anak juga mempengaruhi pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan.

Dari pernyataan beberapa responden yang telah diwawancarai oleh peneliti menyatakan bahwa faktor lingkunganlah yang berpengaruh, karena kalau lingkunganya baik maka anak akan menjadi baik, sebaliknya jika anak berada di lingkungan yang buruk maka anak akan berubah menjadi sosok individu yang buruk pula. Itulah beberapa faktor yang menghambat pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan. Selanjutnya akan peneliti analisis pada bab IV.

Referensi

Dokumen terkait

Pola asuh yang diterapkan orang tua ini sangat bergantung pada bentuk-bentuk perilaku penyimpangan anak, dan salah satu faktor yang mempengaruhi agresivitas adalah pola asuh dan

Si: Pola Asuh Orang Tua Dalam Menanamkan Religiusitas Pada Anak (Studi Kasus di RT 03 RW 05 Desa Juwet Kecamatan Ngronggot Nganjuk), Pendidikan Agama Islam, Tarbiyah,

Pola asuh orang tua sangat berperan bagi anak usia dini, dimana orang tua mendidik anaknya dengan sangat baik, orang tua mendidik anaknya terutama dari lingkungan keluarga, dalam

Setelah dilakukan analisis terhadap data yang terkumpul diketahui bahwa deskripsi keteladanan orang tua dalam menanamkan nilai etika anak di Desa Bone Kancitala Kecamatan

single parent dalam perkembangan kepribadian anak di Desa Jetis Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung yaitu: 1) Pola asuh otoriter terjadi pada orang tua

Hasil penelitian ini adalah orang tua tunagrahita ringan terhadap anak autis memiliki pola asuh yang lebih mengarah kepada pola asuh demokratis yaitu pola asuh yang memberikan perhatian

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana cara mengembangkan pola asuh orang tua dalam perkembangan bahasa anak usia dini Di Desa Darubiah Kecamatan Bontobahari Kabupaten

Pola Asuh Otoriter “Pola asuh otoriter merupakan pola asuh dari orang tua Dalam berinteraksi atau berhubungan dengan anak, di mana orang tua tidak memberikan kebebasan kepada anak,