• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dan Rotation Trio Exchange Terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada Materi Balok Dan Kubus Di Kelas VIII SMP TPI Amir Hamzah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dan Rotation Trio Exchange Terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada Materi Balok Dan Kubus Di Kelas VIII SMP TPI Amir Hamzah"

Copied!
220
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

DAN ROTATION TRIO EXCHANGE TERHADAP

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI BALOK DAN KUBUS DI KELAS VIII SMP TPI AMIR HAMZAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh :

ROIMA DALIMUNTHE NIM. 35.15.4.179

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN 20

(2)
(3)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Roima Dalimunthe NIM : 35.15.4.179

Jurusan : Pendidikan Matematika

Alamat : Hasahatan Jae, Kecamatan Barumun, Kab. Padang Lawas

Menyatakan sebenarnya bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dan Rotation Trio Exchange

terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Siswa pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen, kecuali kutipan-kutipan dari ringkasan-ringkasan yang semuanya telah saya jelaskan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat, apabila dikemuadian hari saya terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, maka gelar dan ijazah yang diberikan oleh Universitas batal saya terima.

Medan, 2 Agustus 2019

Yang menyatakan

Roima Dalimunthe NIM: 35.15.4.179

(4)

Nomor : Istimewa Medan, 12 Juli 2019

Lampiran : - Kepada Yth:

Perihal : Skripsi Bapak Dekan

a.n Roima Dalimunthe Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Sumatera Utara Medan

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan Hormat.

Setelah membaca, meneliti, mengoreksi, dan mengadakan perbaikan seperlunya terhadap skripsi a.n Roima Dalimunthe yang berjudul:

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dan

Rotation Trio Exchange terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Siswa pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah. Dengan ini kami menilai skripsi tersebut dapat diterima untuk di Munaqosahkan pada Sidang Munaqosah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara Medan.

Demikian kami samapaikan atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dosen Pembimbing Skripsi

Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

Drs. Asrul, M.Si Siti Maysarah, M.Pd NIP: 19670628 199403 1 007 NIP:BLU1100000076

(5)

ABSTRAK

Nama : Roima Dalimunthe

NIM : 35 15 4 179

Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan /Pendidikan Matematika

Pembimbing I : Drs. Asrul, M.Si Pembimbing II : Siti Maysarah, M.Pd

Judul : Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif tipe Think Pair Share dan Rotation Trio Exchange terhadap

Kemampuan Koneksi Matematis Siswa pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share, Kooperatif tipe Rotation Trio Exchange, Kemampuan Koneksi Matematis

Penelitian ini bertujuan : 1) Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap kemampuan koneksi matematis siswa. 2) Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Rotation Trio Exchange terhadap kemampuan koneksi matematis siswa, 3) Untuk mengetahui perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan Rotation Trio Exchange terhadap kemampuan koneksi matematis siswa.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian quasi eksperimen. Populasi dalam Penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah. Analisis data dilakukan dengan uji ANAVA dan analisis deskriptif.

Hasil temuan menunjukkan: 1) Dari hasil uji regresi linier sederhana model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share memberi pengaruh terhadap kemampuan koneksi matematis siswa dengan nilai Fhitung > Ftabel yakni 19,488 > 4,260. 2) Dan model pebelajaran kooperatif tipe Rotation Trio Exchange memberi pengaruh terhadap kemampuan koneksi matematis siswa dengan nilai Fhitung > Ftabel yakni 15,663 > 4,260. Pada pengujian hipotesis dengan menggunakan uji ANAVA dengan taraf α = 0,05 diperoleh harga thitung=17,98 dan ttabel= 4,085, dengan demikian diperoleh Fhitung > Ftabel atau 17,98 > 4,085, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.

Dari data diatas dapat disimpulkan penelitian ini menjelaskan terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan kooperatif tipe Rotation Trio Exchange terhadap kemampuan koneksi matematis siswa kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah.

Mengetahui

Pembimbing Skripsi I

Drs. Asrul, M.Si

(6)

KATA PENGANTAR

ِمْي ِحهرلا ِنَمْحهرلا هاللَّ ِمْسِب

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT atas segala limpahan anugrah dan rahmat yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagaimana yang diharapkan. Tidak lupa shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah Islam berupa ajaran yang haq lagi sempurna bagi manusia. Penulisan skripsi ini penulis beri judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dan Rotation Trio Exchange terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Siswa pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah”. Disusun dalam rangka memenuhi tugas-tugas dan melengkapi syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SU Medan. .

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi baik dalam bentuk moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu dengan sepenuh hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: Kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada nama-nama yang dicantumkan dibawah ini:

1. Bapak Prof. Dr. H. Saidurrahman, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. H. Amiruddin Siahaan,M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

(7)

3. Bapak Dr. Indra Jaya,S.Ag. M.Pd selaku Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

4. Ibu Siti Maysarah, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi

Pendidikan Matematika Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Dosen Pembimbing Akademik, Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun penyusunan skripsi ini walaupun keadaan beliau sibuk namun masih meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan. .

5. Bapak Drs. Asrul, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi I memberikan kritik dan saran yang membangun penyusunan skripsi ini walaupun keadaan beliau sibuk namun masih meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 6. Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai yang telah mendidik penulis

selama menjalani pendidikan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara.

7. Teristimewa dan tak terbalaskan saya sampaikan terima kasih dengan setulus hati kepada keluarga yakni orang tua tercinta, ayahanda Abu Bokar Dalimunthe dan Ibunda Nur Saulina Harahap yang telah memberi semangat dan do’a yang tiada henti-hentinya kepada saya dalam mencapai kesuksesan. Tak lupa juga untuk kakak, abang dan adik saya Murni Dalimunthe, Ariman Dalimunthe, Suvina Dalimunthe, Mustaman Dalimunthe, Nirwana Dalimunthe yang

(8)

selalu mendoakan saya dan memberikan motivasi,dukungan berupa moril maupun materil serta kasih sayang tiada ternilai, sehingga saya dapat menyelesaikan studi sampai ke tahap S1.Semoga Allah Swt memberikan balasan yang tak terhingga dengan syurga-Nya. 8. Seluruh pihak SMP YPI Amir Hamzah Medan terutama kepada

kepala sekolah SMP YPI Amir Hamzah bapak Muhammad Ilyas S.Si dan ibu Atika Ayutias Ningsi selaku guru matematika SMP YPI Amir Hamzah sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

9. Teman-teman seperjuangan kelas Mutaqoddimin asrama Adilatul Farabi stambuk 2015 terkhusus Novita Sari siregar, Sonia Purba, Aisyah Putri, Lelis Dayanti, Lilis Damayanti, dan Maya Siti Sakdah dan adik asrama Nur Intan Sari, Ade Khairani yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam menyelsaikan skripsi ini. 10. Teman teman grup Bidadari Surga yaitu, Widyani Siregar, Pebry,

Nela P, Nur Jannah, Desinta, Zafira yang selalu membantu dan memberi dukungan dalam menyelesaikan skrpsi ini.

11. Keluarga besar PMM 4 Stambuk 2015 yang senantiasa membantu dan memberikan saran, arahan dan masukan pada penulis.

12. Teman seperjuangan saya Liya Nurhayati dan Rafida yang telah banyak memberi motivasi dan do’a sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan baik segi isi maupun tata bahasa dalam penulisan skripsi ini. Hal ini dikarenakan

(9)

keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan. Medan, 14 Agustus 2019 Penulis Roima Dalimunthe NIM: 35154179

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Rumusan Masalah ... 12

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II: LANDASAN TEORITIS ... 16

A. Kajian Pustaka ... 16

1. Kemampuan Koneksi ... 16

2. Pengertian Model pembelajaran ... 19

3. Model Pembelajaran Kooperatif ... 20

4. Tinjauan tentang Model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ... 28

5. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Kooperatif tipeRotating Trio Exchange (RTE) ... 31

6. Materi Trigonometri ... 34

B. Penelitian Relevan ... 38

C. Kerangka Berfikir ... 40

D. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Lokasi ... 46

B. Populasi dan Sampel ... 46

C. Jenis dan Desain Penelitian ... 47

D. Definisi Operasional Penelitian ... 49

E. Pengembangan Instrument ... 48

F. Teknik Pengumpulan Data ... 56

G. Teknik Analisis Data ... 57

H. Uji Hipotesis ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Hasil Penelitian ... 64

(11)

C. Uji Hipotesis ... 83 D. Pembahasan ... 84 E. Keterbatasan Penelitian ... 87 BAB V PENUTUP ... 88 A. Kesimpulan ... 88 B. Saran ... 89 DAFTAR PUSTAKA ... 90 LAMPIRAN-LAMPIRAN DOKUMENTASI

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Persentase ketuntasan kemampuan koneksi matematika siswa

kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah ... 8

Tabel 2.1 Langakah – Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 24

Table 3.1 Populasi Jumlah Siswa Kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah ... 43

Table 3.2 Desain Penelitian control group prestest-posttesdesign ... 45

Tabel. 3.2 Kisi-Kisi Kemampuan Koneksi ... 49

Tabel. 3.3. Cara Pemberian Skor Tes Kemampuan Koneksi Matematis ... 50

Tabel 3.4 Tingkat Reliabilitas Tes ... 54

Tabel 3.5 Kriteria Indeks Kesukaran ... 55

Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda ... 55

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Validitas ... 66

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Reliabilitas ... 66

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Daya Beda Soal... 66

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal ... 67

Tabel 4.5 Hasil pretest kelas eksperimen I ... 68

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi hasil pretest kelas eksperimen I ... 68

Tabel 4.7 Hasil Pretest Kelas Eksperimen II ... 71

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Eksperimen II ... 72

Tabel 4.9 Hasil posttest kelas eksperimen I ... 74

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Hasil Post test Kelas Eksperimen II ... 75

Tabel 4.11 Hasil posttest eksperimen II ... 77

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi hasil posttest kelas eksperimen II... 78

Tabel 4.13 Hasil perhitungan uji normalitas berdasarkan nilai posttest ... 81

Tabel 4.14 Hasil perhitungan uji homogenitas berdasarkan nilai posttest ... 82

(13)
(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Histogram Daftar Frekuensi Pretest Eksperimen I ... 70 Gambar 4.2 Histogram Daftar Frekuensi Pretest Eksperimen II ... 73 Gambar 4.3 Histogram Daftar Frekuensi Posttest Eksperimen I ... 76 Gambar 4.4 Histogram Posttest indikator Kemampuan Koneksi

Matematis Eksperimen I ... 78 Gambar 4.5 Histogram Daftar Frekuensi Posttest Eksperimen II ... 81 Gambar 4.6 Histogram Posttest indiator Kemampn Koneksi Matematis

Eksperimen II ... 82 Gambar 4.7 Histogram Pretest dan Posttes Selisih Indikator Kemampuan

Koneksi Matematis Eksperimen I ... 90 Gambar 4.8 Histogram Pretest dan Posttes Selisih Indikator Kemampuan

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran model Pembelajaran

Think Pair Share ... 235 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran model Pembelajaran

Rotation Trio Exchange 190

Lampiran 3 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Koneksi Matematis Siswa 208 Lampiran 4 Tes Kemampuan Koneksi Matematis Siswa 209 Lampiran 5 Pensekoran Kemampuan Koneksi Matematis Siswa 215 Lampiran 6 Data Pre Test Dan Postes Model Pembelajaran Think

Pair Share 105

Lampiran 7 Data Pre Test Dan Postes Model Pembelajaran Rotation Trio

Exchange 105

Lampiran 8 Prosedur Data Distribusi, Rentang, Panjang Kelas,

Dan Banyak Kelas 106

Lampiran 9 Uji Reliabilitas Soal Uji Coba 118

Lampiran 10 Table Hasil Perhitungan Uji Validitas Soal 111 Lampiran 11 Pengujian Reliabilitas Butir Soal Kemampuan Koneksi

Matematis 122

Lampiran 12 Daya Pembeda Soal 122

Lampiran 13 Ideks Tingkat Kesukaran 124

Lampiran 14 Prosedur Perhitungan Rata-Rata,Variansi Dan Simpangan

Baku Eksperimen I Dan Eksperimen II 126

Lampiran 15 Prosedur Perhitungan Uji Normalitas 129 Lampiran 16 Uji Homogenitas Post Test Kelas Eksperimen I Dan Kelas

Eksperimen I 141

Lampiran 17 Hasil Uji ANAVA terhadap Posttest Kelas Eksperimen I dan

Kelas Eksperimen II 143

Lampiran 18 Skor Kemampuan Koneksi Matematis Sebelum Diajarkan dengan Model Pembelajaran Think Pair Share 144 Lampiran 19 Skor Kemampuan Koneksi Matematis yang Diajarkan dengan

(16)

Model Pembelajaran Think Pair Share 146 Lampiran 20 Skor Kemampuan Koneksi Matematis Sebelum Diajarkan

dengan Model Pembelajaran Rotation Trio Exchange 148 Lampiran 21 Skor Kemampuan Koneksi Matematis yang Diajarkan

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Masalah utama dalam pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). “Proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya”1.

Guru dituntut untuk kreatif dalam memilih serta mengembangkan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Guru dapat memilih model pembelajaran yang bervariasi disesuaikan dengan karakteristik siswa serta materi yang akan disampaikan. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorentasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal.

1 Desi Mulatsari dkk,” Penerapan Model Pembelajaran RTE Menggunakan Macromedia Flash Untuk Meningkatkan Kemampuan Memoro dan Prestasi Belajar Kimia Pada Materi Sistem Periodik Unsur X SMK Muhammadiyah 2 Sragen Tahun 2013/2014”, Jurnal pendidikan Kimia, (2016), http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia

(18)

Pembelajaran matematika sangatlah penting, karena dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari penggunaan matematika mulai dari masalah sederhana sampai masalah yang rumit. Pembelajaran matematika di sekolah diharapkan tidak hanya sebatas membuat catatan dan meragukan kebenarannya, tetapi siswa mampu menangkap arti dan makna dari pembelajaran yang diberikan oleh guru. Keabstrakan dari objek matematika sulit dihafalkan. Untuk memahami objek atau konsep matematika yang bersifat abstrak dibutuhkan keaktifan siswa dalam pembelajarannya.

Ilmu matematika tidaklah terpartisi dalam berbagai topik yang saling terpisah, namun matematika merupakan satu kesatuan. Selain itu matematika juga tidak bisa terpisah dari ilmu selain matematika dan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan. Materi dalam matematika memiliki keterkaitan antara satu unit dengan unit yang lain, oleh karena itu kemampuan seseorang dalam mengkoneksikan antar unit sangat diperlukan dalam pemecahan masalah matematika. Dengan mempelajari matematika sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berhubung dengan kehidupan sehari-hari. Maka akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi kehidupan.

Al-Qur’an marupakan bukti betapa pentingnya penggunaan fungsi ranah cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu pengetahuan, serta dalam Al-Qu’an pun memberikan motivasi untuk mempelajari matematika sebagaimana dalam Q.S. Yunus ayat 5 yang berbunyi:

َه

َو

هلا

اي ِض َشْمهشلا َلَعَج ْىِذ

ء

لا هو

هق

َرَم

ا ر ْوُن

َو

هدَق

ُه َر

َم

ا ْوُمَلْعَتِل َل ِزاَن

َدَدَع

َبَاس ِحْلا َو َنْيِنِ سلا

,

َقَلَخ اَم

ُهاللَّ

ْلاِبهلاِا َكِلاَذ

،ِ قَح

ُي

َلاْا ُل ِ صَف

ِتٰي

ْوُمَلْعَي ٍم ْوَقِل

َن

(19)

(

,سنوي ةروس نآرقلا

: ةيلآا

5

)

2

Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah – manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), kepada orang-orang yang mengetahui.Q.S. Yunus ayat 5.

Dari ayat di atas bahwa Allah SWT memberikan dorongan bagi manusia untuk mempelajari matematika. Maka dari itu sangat merugilah orang yang tidak mengasah kecerdasan yang diberikan Allah untuk mempelajari matematika. Dan keberuntungan bagi orang yang suka terhadap pelajaran matematika.

Tujuan pembelajaran matematika yang ditetapkan dalam Kurikulum 2006 yang dikeluarkan Permendiknas pada hakekatnya meliputi (1) koneksi antar konsep dalam matematika dan penggunaannya dalam memecahkan masalah, (2)penalaran, (3)pemecahan masalah, (4) komunikasi dan representasi, dan (5) faktor afektif .3

Mengingat terlalu banyak konsep dan prosedur matematika yang saling terpisah, koneksi matematis berperan penting dalam proses penyelesaian masalah matematika. Jadi, koneksi matematis merupakan salah satu komponen penting dari kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa dalam belajar matematika.

Menurut Rusiani dalam Sumarmo adalah:

Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan mengaitkan konsep-konsep matematika baik antar konsep-konsep dalam matematika itu sendiri maupun mengaitkan konsep matematika dengan konsep dalam bidang lainnya. Kuatnya koneksi antar konsep matematika berimplikasi bahwa aspek koneksi matematis juga memuat aspek matematis lainnya atau sebaliknya.4

2 Departemen Agama RI, Al-qur‟an dan Terjemah. (Jakarta, 2009)

3Depdiknas, Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, (Depdiknas. Jakarta,2006)

4 Sumarmo, U, dan Permana Y, Mengembanngkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi

Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Educationist, Vol. I. No 2,( 2007) hlm, 117

(20)

Kemampuan koneksi matematika adalah kemampuan mengaitkan Apabila siswa dapat menghubungkan konsep-konsep matematika secara matematis, maka siswa akan memiliki pemahaman yang lebih mendalam dan dapat bertahan lebih lama. Pemahaman siswa terhadap pelajaran matematika dapat lebih baik, jika siswa dapat mengaitkan ide, gagasan, prosedur dan konsep dari pelajaran yang sudah diketahui dengan pelajaran yang baru didapatkan. Kemampuan koneksi matematik merupakan salah satu aspek kemampuan matematik penting yang harus dicapai melalui kegiatan belajar matematika. Mengapa penting? Sebab dengan mengetahui hubungan-hubungan matematik, siswa akan lebih memahami matematika dan juga memberikan mereka daya matematik lebih besar.

“Menurut Bruner dalam Kurniawan tak ada konsep atau operasi yang tak terkoneksikan dengan konsep atau operasi lain dalam suatu sistem, karena merupakan suatu kenyataan bahwa esensi matematika adalah sesuatu yang terkait dengan sesuatu yang lainnya.”5 Dengan demikian, agar siswa berhasil dalam belajar matematika, siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan itu.

Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa kemampuan siswa untuk menggunakan berbagai representasi matematika, keahliannya dalam bidang teknologi, serta membuat keterkaitannya dengan disiplin ilmu lain, memberikan mereka daya matematik yang lebih besar. Juga mengemukakan bahwa agar siswa dalam belajar matematika lebih berhasil, siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan, baik kaitan antara dalil dan dalil, antara

5 Kurniawan, R, “Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan

(21)

teori dan teori, antara topik dan topik, maupun antara cabang matematika (aljabar dan geometri misalnya).

Koneksi matematik diilhami oleh karena ilmu matematika tidaklah terpartisi dalam berbagai topik yang saling terpisah, namun matematika merupakan satu kesatuan. “Selain itu matematika juga tidak bisa terpisah dari ilmu selain matematika dan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan. Tanpa koneksi matematika maka siswa harus belajar dan mengingat terlalu banyak konsep dan prosedur matematika yang saling terpisah”.6 “Kemampuan koneksi matematik merupakan hal yang penting namun siswa yang menguasai konsep matematika tidak dengan sendirinya pintar dalam mengoneksikan matematika. karena banyak sekali siswa yang tidak suka dengan pelajaran matematika7. Sering kali dijumpai bahkan ditemukan ketakutan siswa dalam mengerjakan soal matematika. Indikasinya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Dan Selama ini umumnya siswa hanya bermodal menghafal rumus untuk menyelesaikan soal-soal matematika.

“Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa siswa sering mampu mendaftar konsep-konsep matematika yang terkait dengan masalah riil, tetapi hanya sedikit siswa yang mampu menjelaskan mengapa konsep tersebut digunakan dalam aplikasi itu.”8

Namun kenyataan dilapangan setelah di observasi dari hasil pengamatan peneliti, proses belajar mengajar di kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah masih

6 NCTM, Principle and Standards for School Mathematics,(Reston,VA:NCTM, 2000),hal.275

7Qobtiyah,Siti,“Analisis Kemampuan Koneksi Matematis Dan Motivasi Belajar”,

8 Ikha Rukmahayunita,“Efektivitas Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Kelas Vii Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel Smp Negeri 6 Jepara Tahun Ajaran 2014/2015”, Skripsi (Semarang: Program Sarjana UIN Walisongo Semarang, 2015), hlm. 3.

(22)

menggunakan pembelajaran konvensional yaitu dengan metode ceramah, siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan soal yang menghubungkan antar obyek dan konsep dalam matematika, menuliskan masalah kehidupan sehari-hari ke dalam bentuk model matematika. Serta siswa juga masih kesulitan dalam menentukan rumus apa yang akan dipakai jika dihadapkan pada soal-soal yang berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari. Dan guru yang mengajar hanya berfokus pada buku paket saja tanpa mengaitkan dengan berbagai pengetahuan yang lain. Sehingga, siswa cenderung pasif dan hanya melihat dari hasil guru mengajar didepan kelas. Selain itu juga siswa kurang mampu mengembangkan kemampuan matematika khususnya kemampuan koneksi matematika siswa kelas kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah yang belum optimal.

Selain melihat kegiatan pembelajaran, peneliti juga memberikan soal untuk melihat kemampuan koneksi siswa yaitu sebagai berikut:

Dapatkah anda melukiskan sebuah jaring-jaring kubus bila diketahui luas bidang diagonalnya adalah 16√2𝑐𝑚2 . Berilah penjelasan untuk jawaban anda!

Berdasarkan jawaban yang diperoleh siswa kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah sebanyak 20 siswa, dapat dilihat bahwa masih banyak siswa yang belum mampu dalam menyelesaikan persoalan tersebut. Hal ini terlihat dari gambar dibawah yang merupakan hasil dari salah satu siswa yang kurang dalam kemampuan koneksi .

(23)

Gambar 1.1

Hasil kerja siswa kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah

Berdasarkan gambar 1.1 jawaban dari salah satu siswa kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah menunjukkan bahwa siswa tersebut kurang dalam kemampuan koneksi, hal itu ditunjukkan oleh tidak tercapainya Indikator kemampuan koneksi matematis menurut Sumarmo, yaitu:

1. Mencari hubungan antara representasi konsep dan prosedur 2. Memahami hubungan antar topik matematika

3. Menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari Mengecek kembali masalah

4. Mencari koneksi atau prosedur lain dalam represntasi yang ekuivalen Menggunakan koneksi antar topik matematika dan antar topik dengan yang lain Dari semua indikator tersebut peneliti menjabarkan persentase ketuntasan kemampuan koneksi matematika siswa kelas VIII, sebagai berikut:

(24)

Tabel 1.1

Persentase Ketuntasan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah

No Indikator Kemampuan Koneksi Jumlah Siswa Yang Tuntas Persentase Ketuntasan 1

Mencari hubungan antara representasi konsep dan prosedur

7 35%

2

Memahami hubungan

antar topik matematika 10 50%

3

Menggunakan

matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari

3 15%

4

Mencari koneksi atau prosedur lain dalam represntasi yang ekuivalen

5 25%

5

Menggunakan koneksi antar topik matematika dan antar topik dengan yang lain

9 45%

Sumber data: Hasil yang diperoleh siswa pada soal yang diberi peneliti

Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa mengalami kemampuan koneksi yang sangat rendah dalam pembelajaran matematika. Seorang guru tidak hanya dituntut sekedar menyampaikan ilmu, tetapi juga harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga proses pembelajaran dapat belangsung secara aktif. Untuk mengoptimalkan kemampuan koneksi matematika peserta didik khususnya pada peserta didik kelas kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah, maka perlu adanya solusi.

Maka salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh guru kelas kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah untuk mengoptimalkan kemampuan koneksi matematis siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang membuat siswa lebih

(25)

aktif dalam berinteraksi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Salah satu alternatif untuk mendukung hal tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi satu sama lain, baik interaksi dengan sesama siswa maupun dengan guru. Model pembelajaran tersebut juga didesain untuk proses pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dalam menyelesaikan suatu materi pelajaran.

Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat mendorong partisipasi aktif siswa di dalam kelas adalah model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan model pembelajaran kooperatife tipe Rotating Trio Exchange. Model Think Pair Share (TPS) salah satu model pembelajaran yang dianggap mampu mempengaruhi kemampuan koneksi matematika siswa adalah model pembelajaran Think Pair Share. “TPS merupakan model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa secara berpasangan untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik melalui tiga tahap yaitu: Think (berfikir), Pair (berpasangan) dan Share

(berbagi)”9. Salah satu keutamaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS yaitu dapat menumbuhkan keterlibatan dan keikutsertaan siswa dengan memberikan kesempatan terbuka pada siswa untuk berbicara dan mengutarakan gagasannya sendiri dan memotivasi siswa untuk terlibat percakapan dalam kelas. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran kooperatif TPS dapat membantu siswa dalam berkomunikasi matematis untuk menyampaikan informasi, seperti menyatakan ide, mengajukan pertanyaan dan menanggapi pertanyaan orang lain.

9 Marlina, Hajidin, Iksan, 2014, “ Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think-Pair-Share (TPS) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa di SMA Negeri 1 Bireuen

(26)

Sedangkan Rotating Trio Exchange ini merupakan cara terperinci bagi siswa untuk mendiskusikan permasalahan dengan sebagian (dan biasanya memang tidak semua) teman kelas mereka. Pertukaran pendapat ini biasanya dengan mudah diarahkan kepada materi yang akan diajarkan dikelas. Metode pembelajaran tersebut dapat membuat siswa lebih aktif dan memudahkan mereka dalam memahami materi yang diajarkan. “Kelebihan dari Rotating Trio Exchange

(RTE) adalah Peserta didik bersemangat dalam melakukan pembelajaran sehingga materi mudah diterima. Selain itu, peserta didik tidak akan mengalami kejenuhan karena peserta didik memiliki banyak kesempatan untuk bertukar pendapat dengan anggota baru disetiap sesi pertanyaan.”10

Berdasarkan pendapat di atas, maka kedua tipe model pembelajaran kooperatif diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah. Maka, perlu adanya pembuktian secara langsung di lapangan untuk mengetahui pengaruh kemampuan koneksi matematis antara kelas yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Think pair share (TPS) dan kelas yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Rotation Trio Exchange (RTE) terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Siswa pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah”.

10 Rai Agustina,dkk.2017 “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange (RTE) terhadap Hasil Belajar Fisika Kelas XI SMA Negeri 1 Palu” Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT).

(27)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi bahwa terdapat beberapa permasalahan di kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah, yaitu sebagai berikut:

1. Kemampuan koneksi matematis siswa yang masih rendah.

2. Siswa masih menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan.

3. Pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika yang masih kurang.

4. Siswa hanya berfokus pada guru, dan kurangnya interaksi antara siswa dan guru, atau antara siswa dan siswa lainnya saat proses pembelajaran berlangsung.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dan pembatasan masalah dalam penelitian ini, maka permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap kemampuan koneksi matematis siswa kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah pada materi kubus dan balok ?

2. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Rotation Trio Exchange terhadap kemampuan koneksi matematis siswa kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah pada materi kubus dan balok?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan kooperatif tipe Rotation Trio

(28)

Exchange terhadap kemampuan koneksi matematis siswa kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah pada materi kubus dan balok ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap kemampuan koneksi matematis siswa kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah pada materi kubus dan balok ?

2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Rotation Trio Exchange terhadap kemampuan koneksi matematis siswa kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah pada materi kubus dan balok.

3. Untuk mengetahui perbedaan antara model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair Share dan Rotation Trio Exchange terhadap kemampuan koneksi matematis siswa kelas VIII SMP YPI Amir Hamzah pada materi kubus dan balok.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dibagi menjadi dua yaitu : 1. Secara teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan nilai positif untuk memperkaya ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan model pembelajaran yang baik sesuai materi pelajaran dan menarik bagi siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(29)

2. Secara Praktis a. Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh selama duduk di bangku kuliah terhadap masalah yang dihadapi di dunia pendidikan secara nyata.

b. Sekolah

Diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pihak sekolah sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan mutu semua mata pelajaran ada umumnya dan khususnya pada mata pelajaran matematika.

c. Guru

Memberikan masukan kepada para guru untuk menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) Dan kooperatif tipe Rotation Trio Exchange (RTE) dalam melaksanakan pembelajaran di kelas khususnya pada mata pelajaran matematika. d. Siswa

Memberikan semangat kepada peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di kelas, serta meningkatkan hasil belajar siswa karena dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) Dan kooperatif tipe Rotation Trio Exchange (RTE), masalah siswa dalam belajar baik dalam pelajaran matematika maupun mata pelajaran yang lain bisa mudah dipecahkan.

(30)

BAB II

LANDASAN TEORITIS A. Kajian Pustaka

1. Kemampuan Koneksi

a. Pengertian Kemampuan Koneksi

Kemampuan koneksi matematika merupakan kemampuan esensial yang harus dikuasai siswa sekolah menengah.

Pentingnya pemilikan kemampuan koneksi matematika terkandung dalam tujuan pembelajaran matematika sekolah menengah (KTSP, NCTM), yaitu: memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan megaplikasikan konsep atau secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah.11

Pentingnya koneksi matematis tersebut, telah disinggung dalam Al-Qur’an Surat Ali-Imron ayat 190-191.

هسلأ ِقْلخ ِىف هنِإ

َم

ْخا َو ِض ْرَ ْلْا َو ِتا َو

ٍتَيَ َلْ ِرَاههنلاو ِلْيهلا ِفَلأِت

ِبَابْلَ ْلْا ِىل ْوُ ِ لْ

ةيلآا , لحنلا ةروس نآرقلا(

:

190

)

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orangorang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring danmereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (QS.Ali Imron/3.190)12

Ayat di atas menyatakan bahwa oleh karena “orang-orang yang beriman adalah mereka yang berpikir, maka mereka mampu melihat

11 Uteri,Penilaian Pembelajaran Matematika,(Refika ADITAMA :Bandung, 2017), hlm. 27

(31)

hal yang menakjubkan dari ciptaan Allah dan mengagungkan kebesaran, ilmu serta kebijaksanaan Allah.”13 Untuk dapat melihat hal yang menakjubkan tersebut, maka seseorang hendaknya bisa mengaitkan sesuatu dengan sesuatu.

Kemampuan siswa dalam mengkoneksikan antar topik dalam matematika dan mengkoneksikan matematika dengan kehidupan sehari-hari, sangat penting bagi siswa karena keterkaitan itu dapat membantu siswa memahami topik-topik yang ada dalam matematika dan siswa dapat membuat model matematika dari permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat memberikan pengetahuan pada siswa tentang kegunaan matematika.

Menurut National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) koneksi matematika merupakan bagian penting yang harus mendapatkan penekanan di setiap jenjang pendidikan. NCTM juga menyatakan tujuan koneksi matematika diberikan pada siswa di sekolah menengah adalah agar siswa dapat: (1) Mengenali representasi yang ekuivalen dari suatu konsep yang sama, (2) Mengenali hubungan prosedur satu representasi ke prosedur representasi yang ekuivalen, (3) Menggunakan dan menilai koneksi beberapa topik matematika, (4) Menggunakan dan menilai koneksi antara matematika dan disiplin ilmu lain.14

Menurut NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) indikator untuk kemampuan koneksi matematika yaitu: (1) Mengenali dan memanfaatkan hubungan-hubungan antara gagasan dalam matematika; (2) Memahami bagaimana gagasan-gagasan dalam matematika saling berhubungan dan mendasari satu sama lain untuk menghasilkan suatu keutuhan koheren; (3) Mengenali dan menerapakan matematika dalam kontek-konteks di luar matematika15

13Dr. Hamka, Tafsir Al Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985), h. 199.

14 Herdian,Model Pembelajaran Mind Mapping,http://herdy07.wordpress. com/2010/05/27/ kemampuan-koneksimatematik-siswa/ (diakses tanggal 22 Februari 2019).

15 NCTM, Principle and Standards for School Mathematics,( Reston, VA:NCTM,2000) h.64

(32)

Ulep dalam Rohendi menguraikan indikator koneksi matematis, sebagai berikut: (1)Menyelesaikan masalah dengan menggunakan grafik, hitungan numerik, aljabar, dan representasi verbal; (2) Menerapkan konsep dan prosedur yang telah diperoleh pada situasi baru; (3)Menyadari hubungan antar topik dalam matematika; (4) Memperluas ide-ide matematik.16

Berdasarkan kajian teori di atas, secara umum terdapat tiga indikator kemampuan koneksi matematika adalah menuliskan konsep matematika yang mendasari jawaban, menuliskan hubungan antar objek dan konsep matematika, memahami masalah kehidupan sehari-hari dalam bentuk model matematika. “Koneksi matematika digunakan untuk membantu siswa memperluas perspektif mereka, untuk melihat matematika sebagai suatu keseluruhan yang utuh bukan sebagai serangkaian topik yang terpisah.”17

Apabila siswa dapat menghubungkan konsep-konsep matematika, maka pemahaman mereka akan lebih mendalam dan lebih bertahan lama. Pemahaman siswa akan lebih mendalam terhadap matematika jika siswa dapat mengaitkan antara konsep yang telah diketahui siswa dengan konsep baru yang akan dipelajari oleh siswa.

Sumarmo dalam Uteri menyatakan bahwa koneksi matematis merupakan kegiatan yang meliputi: 18

1. Mencari hubungan antara berbagai representasi konsep dan prosedur

2. Memahami hubungan antar topik matematika

3. Menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari

16 Rohendi, D.&Jojon, D, “Connected Mathematics Project (CMP) Model Based on Presentation Media to the Mathematical Connection Ability of Junior High School Student” Journal of Education and Practice: 4

17 Rima Nur, “Kemampuan Koneksi Matematis Pada Bangun Ruang Sisi Lengkung”, (Seminar Matematika Dan Pendidikan Matematika Uny, 2017)

18 Uteri,Penilaian Pembelajaran Matematika,(Refika ADITAMA :Bandung, 2017), hlm. 27-28

(33)

4. Mencari koneksi atau prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen

5. Menggunakan koneksi antar topik matematika dan antar topik dengan topik lain.

2. Pengertian Model pembelajaran

Guru berperan dalam pembelajaran untuk membantu siswa mendapatkan informasi dan mengemukakan ide dapat melalui model pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan atifitas belajar mengajar. Joyce dan Weil dalam Rusman berpendapat bahwa:

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan- bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita kedalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik, sehingga tujuan pendidikan tercapai.19

“Menurut Soekamto dalam Trianto model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu”.20 “Dan model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengahar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”21. Dengan demikian, aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Hal ini sejalan dengan dikemukakan oleh Eggen dalam Trianto bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.

19 Rusman, Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru”,(PT Raja Grafindo Persada: Jakarta,2014). hlm 133

20 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovarif, Progresif, dan Kontekstual Konsep,

dan Implementasinya Pada Kurikulum 2013 (. Kencana: Jakarta, 2014)

(34)

3. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan secara asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok system pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru. Akan tetapi, siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya.

Isjoni menyimpulkan bahwa model pembelajaran:

Kooperatif merupakan terjemahan dari istilah cooperative learning.

cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama–sama dengan membatu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim22.

Menurut sholihatin dan Raharjo dalam Muhamad, pada dasarnya

cooperative learning mengandung pengertian:

Sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sama sangat dipengaruhi keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai struktur tugas bersama dalam sussana kebersamaan diantara sesame anggota kelompok.23

“Slavin dalam Tritanto, model pembelajaran kooperatif adalah Suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-

22Isjoni, Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung:

Alfabeta, 2014) hlm. 15

23 Afandi,Muhamad.dkk, Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah.(UNISSULA Press 2013). hlm 52

(35)

kelompok yang kecil terdiri dari 4-6 orang yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, ras/suku, dan satu sama lain saling membantu.”24 Tujuan dibentuknya kelompok ini yakni untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar.

Dalam ajaran islam banyak anjuran pentingnya diskusi, sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl ayat 43 sebagai berikut:25

ْيَلِإ ى ِح ْوٌن لاا ج ِر َ لاِإ َكِلْبَق ْنِم اَنْل س ْرَأ آَم و

ْمِه

ْسَف

ْهَأ ا ْوٌلَئ

ِرْكِذلا َل

( َن ْوٌمَلْعَت لا ْمٌتْنٌك ْنِإ

: ةيلآا , لحنلا ةروس نآرقلا

43

.)

Artinya: “ dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (Q.S An-Nahl ayat 43).

Dari potongan ayat diatas menjelaskan bahwa sebagai muslim harus bertanya dan saling diskusi. Begitu halnya dengan model pembelajaran kooperatif, siawa akan terlibat saling kerjasama dan diskusi dalam menyelesaikan permasalahn yang ada.

Dari beberapa Defenisi menurut para ahli diatas dapat diperoleh bahwa pembelajaran model kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan membetuk kelompok-kelompok kecil umtuk saling bekerja sama dan

24Trianto,Mendesain Model Pembelajaran,hlm. 108

25 Departemen Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Madinatul Ilmi, 2012) hal. 272

(36)

saling membantu satu sama lain dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Arends dalam Wahyudin berpendapat bahwa ada tiga tujuan pembelajaran kooperatif penting dalam pengembangan pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut:26

a. Prestasi akademik. Salah satu tujuan untuk meningkatkan perestasi dalam bidang akademis.

b. Penerimaan keberagaman. Tujuan pembelajaran kooperatif ini adalah penerimaan yang lebih luas terhadap masyarakat baik segi ras, budaya, kelas social.

c. Pengembangan keterampilan social. Anak-anak dapat mempelajari keterampilan social dari orang tua, pendidik dan masyarakat. Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila:

(1) guru menekankan akan pentingnya kerja sama disamping usaha individual, (2) guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar,(3) guru ingin menanamkan tutor sebaya, (4) guru mengendaki pemerataan partisipasi aktif siswa, (5) guru menghendaki kemampuan siawa dalam memecahkan berbagai masalah.27

Pembelajaran kooperatif learning berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajran yang lebih menekannkan pada proses kerjasama dalam kelompok. Menurut Johnson dan Roger dalam Rusman, terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:28

a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa, yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.

b. Tanggung jawab perorangan, yaitu keberhasil kelompok sangat tergantung dari masing – masing anggota kelompok. Oleh karena itu, setiap anggota memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok.

26 Nur , Wahyudin,Strategi Pembelajaran, (Perdana Publishing:Medan, 2014)hlm. 104-106 27 Trianto. 2014.Mendesain Model Pembelajaran. hal 108

(37)

c. Interaksi tatap muka, yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberikan dan menerima informasi dari kelompok lain.

d. Partisipasi dan komunikasi, yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

e. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Selain lima unsur penting yang terdapat model pembelajaran kooperatif, model pembelajran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajran yang lain. Konsep utama dari belajar koopertif menurut Slavin yaitu:

a. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai criteria yang ditentukan.

b. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok.

c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.29

Adapun prosedur atau langkah- langkah pembelajran kooperatif terdapat enem langkah atau tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif, yaitu:30

Table 2.1

Langakah – Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan dan membantu setiap kelompok agar

29 Trianto,Mendesain Model Pembelajaran,hlm.113 30 Ibid. hlm. 117

(38)

Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke adalam pembelajaran kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompokbelajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar baik individu maupun kelompok

b. Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran diantaranya:31

1) Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dan berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

2) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

3) Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4) Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

5) Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan memanage waktu, dan sikap terhadap sekolah.

6) Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan

(39)

masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

7) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajarabstrak menjadi nyata (rill).

8) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

Di samping keunggulan, pembelajaran kooperatif memiliki keterbatasan, diantaranya :32

1) Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan.

2) Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarakan.

3) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok.

4) Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlkan priode eaktu yang cukup panjang.

5) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan individual. 4. Tinjauan tentang Model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair

Share (TPS)

a. Pengertian Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)

“Think pair share merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan pertama kali oleh professor Frank Lyman di universitas Maryland pada tahun 1981 dan diadopsi oleh banyak penulis di bidang pembelajaran kooperatif pada tahun-tahun selanjutnya.”33 Mampu mengubah asusmsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruha.

Menurut Cholis Shoimin, “Think Pair Share adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang member siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Model ini memperkenalkan

32Ibid ,hal 250-251

33 Huda Miftahul, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2017), hlm. 206

(40)

ide “ waktu berfikir atau waktu tunggu “ yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan. Pembeljaran kooperatif model Think Pair Share ini relative lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur tempat duduk ataupun mengelompokan siswa.34

Menurut Isjoni Think Pare Share memberi kesempatan untuk sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.”35 Think Pare Share memiliki prosedur yang secara eksplisit member siswa waktu untuk berfifkir, menjawab, saling membantu satu sama lain. Dengan demikian, diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling bergantung pada kelompok kecil secra kooperatif. “Pembelajaran kooperati tipe Think Pair Share mempunyai beberapa komponen, yaitu:36

a. Think (berfikir).

TPS diawali dari berfikir sendiri mengenai pemecahan masalah. Berpikir menuntut siswa untuk lebih tekun belajar dan aktif mencari referensi agar lebih muda dalam memecahkan masalah.

b. Pair (berpasangan)

Setelah diawali berpikir, siswa kemudian diminta untuk mendiskusikan hasil pemikirannya secra berpasangan. Tahap diskusi merupakan tahap menyatukan pendapat masing-masing siswa guna memperdalam pengetahuan mereka

34 Shoimin, 68 Model Pembelajran Inovatif dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta:AR-RUZZ MEDIA, 2014),hal. 208

35 Isjoni, hal78

(41)

c. Share (berbagi)

Setelah mendiskusikan hasil pemikirannya, psangan-pasangan yang ada diminta untuk berbagi hasil pemikiran yang telah dibicarakan bersama pasangannya masing-masing kepada seluruh kelas.

Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al-maidah : 2 yang berbunyi:

َرْههشلا َلا َو ِ هاللَّ َرِئاَعَش اوُّل ِحُت َلا اوُنَمآ َنيِذهلا اَهُّيَأ اَي

َما َر َحْلا َتْيَبْلا َني ِ مآ َلا َو َدِئ َلََقْلا َلا َو َيْدَهْلا َلا َو َما َر َحْلا

ْمُتْلَل َح اَذِإ َو ۚ ا نا َو ْض ِر َو ْمِهِ ب َر ْن ِم لَْضَف َنوُغَتْبَي

ِنَع ْمُكوُّدَص ْنَأ ٍم ْوَق ُنآَنَش ْمُكهنَم ِر ْجَي َلا َو ۚ اوُداَط ْصاَف

ِ رِبْلا ىَلَع اوُن َواَعَت َو ۘ اوُدَتْعَت ْنَأ ِما َر َحْلا ِد ِجْسَمْلا

اوُقهتا َو ۚ ِنا َوْدُعْلا َو ِمْث ِ ْلْا ىَلَع اوُن َواَعَت َلا َو ۖ ٰى َوْقهتلا َو

ِباَق ِعْلا ُديِدَش َ هاللَّ هنِإ ۖ َ هاللَّ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. 37

Dari tafsir ayat tersebut dijelaskan bahwa dalam pembelajaran secara berkelompok hendaklah peserta didik harus saling tolong menolong. Maksudnya, apabila salah satu siswa mengalami kesulitan, maka siswa yang lain harus tolong menolong temannya agar terciptanya tujuan bersama.

37 Departemen Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahannya,(Jakarta: CV. Madinatul Ilmi,

(42)

b. Langkah-Langkah Kooperatif Tipe Think Pair Share

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan kooperatif tipe Think Pair Share adalah sebagai berikut:38

1) Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok, setiap kelompok terdidri dari 4 anggota/siswa.

2) Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.

3) Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.

4) Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individual.

5) Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk menshare hasil diskusi.

Manfaat Think Pair Share adalah : “1) memungkinkan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain; 2) mengoptimalkan partisipasi siswa; dan 3) memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka pada orang lain. Skill-skill yang umumnya dibutuhkan dalam strategi ini adalah sharing informasi, bertanya, meringkas gagasan orang lain, dan paraphrasing.”39

d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperati tipe Think Pair Share (TPS)

1) Kelebihan Model Pembelajaran Kooperati tipe Think Pair Share

(TPS)

a) Mudah diterapkan di berbagai jenjang pendidikan dan dalam setiap kesempatan.

b) Menyediakan waktu berfikir untuk meningkatkan kualitas respons siswa.

c) Siswa menjadi lebih aktif dalam berfikir mengenai konsep dalam mata pelajaran.

d) Siswa lebih memahami tentang konsep topic pelajaran selama diskusi.

e) Siswa dapat belajar dari siswa lain.

f) Setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk berbagi atau menyampaikan ide.

38 Huda Miftahul, Model-Model , hal. 206-207 39 Ibid, hlm. 206

(43)

2) Kekurangan Model Pembelajaran Kooperati tipe Think Pair Share

(TPS)

a) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor b) Lebih sedikit ide muncul.

c) Jika adanya perselisihan, tidak ada penengah.40

2. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE)

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe Rotating Trio Exchange

(RTE)

Menurut Isjoni di dalam model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe atau teknik yang dapat dipilih, yaitu diantaranya: Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI),

Rotating Trio Exchange (RTE), Group Resume.41

Rotating Trio Exchange (RTE) yang dikembangkan silberman adalah kegiatan belajar dengan kelompok yang terdiri dari tiga orang, peserta didik bekerja sama dan saling mendukung untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh pendidik. Diharapkan masalah akan lebih mudah diselesaikan dengan cara berdiskusi dengan teman sekelas. Model pembelajaran Rotating “Trio Exchange (RTE) merupakan model dimana peserta didik dapat bekerja sama dengan kelompok yang berbeda, memebantu jika teman dalam kelompok yang mengalamin kesulitan dalam materi.”42

40 Shoimin, 68 Model, hlm. 212 41 Isjoni, hlm. 51

42 Desi Mulatsari,“Penerapan Model Pembelajaran Rotating Trio Exchange (Rte) Menggunakan Macromedia Flash Untuk Meningkatkan Kemampuan Memori Dan Prestasi

(44)

Menurut Silberman Model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) merupakan “Cara terperinci bagi siswa mendiskusikan permasalahan dengan sebagian (dan biasanya memang tidak semua) teman sekelas mereka. Pertukaran pendapat ini dengan mudah diarahkan kepada materi yang diajarkan di kelas.”43

Ciri utama pada model pembelajaran Rotating Trio Exchange

adalah:

Langkah Rotating (berputar dalam kelompok), Trio (kelompok terdiri tiga anggota), Exchange (pergantian anggota). Sesuai uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa rotating trioexchange adalah cara yang efektif untuk mengubah pola belajar dalam kelas. Model ini berpusat pada siswa sehingga menuntut siswa untuk berinteraksi, berekspresi, mengeluarkan pendapat, menemukan ilmu dan mengungkapkannya kepada teman.44

b. Langkah–Langkah Model Pembelajaran Rotating Trio Exchange (RTE) Pada tipe Rotating Trio Exchange (RTE), adapun langkah-langkahnya yaitu:45

1) Susunlah beragam pertanyaan yang dapat membantu siswa memulai didkusi tentang isi materi pelajaran.

2) Bagilah siswa menjadi kelompok tiga orang ( trio).

3) Berikan tiap trio sebuah pertanyaan pembuka untuk dibahas. 4) Setelah diskusi berjalab dalam waktu yang cukup, perintahkan

masing-masing kelompok untuk memberikan angka 0, 1, atau 2 kepada tiap – tiap anggotanya.

5) Setelah selesai , arahkan siswa yang bernomor 1 untuk berpindah kekelompok trio satu arah jarum jam. Kemuadian, siswa nomor 2 untuk berpindak kekelompok trio dua arah jarum jam. Dan nomor 0 (nol) untuk tetap ditempat duduknya karena ia adalah anggota tetap dari kelompok trio mereka. 6) Mulailah pertukaran pendapat baru dengan pertanyaan baru

Belajar” Siswa Pada Materi Sistem Periodik Unsur X SMK Muhammadiyah 2 Sragen Tahun Pelajaran 2013/2014.” (Other, Universitas Sebelas Maret, 2016), Https://Eprints.Uns.Ac.Id/28360

43 Silberman Melvin, Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif,(Nusa Media, 2014) hlm. 103

44 Erna Isfayani, “ Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan Self-Efficacy Siswa Melalui Model Pembelajaran Rotating Trio Exchange (Rte)”,(Jurnal Elemen, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 2018)

(45)

7) Anda bisa merotasi trio-trio itu sebanyak pertanyaan yang diberikan dan waktu diskusi yang tersedia.

c. Kelebihan Model Pembelajaran Rotating Trio Exchange (RTE)

Model pembelajaran Rotating Trio Exchange (RTE) memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah sebagai berikut:46

1) Peserta didik dapat menyampaikan ide kepada teman satu kelompok

2) Peserta didik dapat melatih keterampilan berfikir dan mengemukakan pendapat

3) Peserta didik lebih semangat sebab mendapatkan motivasi dari teman sekelompok

4) Keterampilan berfikir akan lebih baik karena selalu ada pergantian kelompok

5) Pada waktu diskusi tidak cepat bosan karena kelompok selalu berbeda

d. Kelemahan Model Pembelajaran Rotating Trio Exchange (RTE)

Model pembelajaran Rotating Trio Exchange (RTE) memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah sebagai berikut

1) Menggunakan Model Pembelajaran Rotating Trio Exchange (RTE) pendidik harus sunguh-sunguh mempersiapkan proses pembelajaran yang berlangsung.

2) Saat diskusi berlangsung, terkadang didominasi oleh seseorang dalam setiap kelompok

3) Memerlukan waktu yang banyak dalam pelaksanaannya karena setiap kelompok harus dirotasikan sehingga selalu membentik kelompok baru. F. Materi Balok dan Kubus

1. Kubus

Kubus sering disebut juga bidang enam beraturan karena dibatasi oleh enam bidang datar yang masing-masing berbentuk persegi yang sama dan sebangun (kongruen).

a. Unsur-unsur Kubus

46 Made Dyatma Dipayana Dkk, 2014 “Pengaruh Strategi Pembelajaran Rotating Trio

Gambar

Tabel 3.4 Tingkat Reliabilitas Tes
Gambar  4.1  Histogram  Distribusi  Frekuensi  Data  Pretest  Kemampuan  Koneksi  Matematis  sebelum  diajarkan    Model  Pembelajaran  Kooperatif  tipe  Think  Pair  Share  (TPS)  pada  Kelas Eksperimen I
Gambar  4.2  Histogram  Distribusi  Frekuensi  Data  Nilai  Pretest  Kemampuan  Koneksi  Matematis  sebelum  diajarkan    Model  Pembelajaran  Kooperatif  tipe  Rotation  Trio  Exchange  pada  Kelas  Eksperimen II
Gambar  4.3  Histogram  Distribusi  Frekuensi  Data  Nilai  Posttest  Kemapuan  Koneksi  Matematis  yang  diajarkan  dengan  Model  Pembelajaran  Kooperatif  Tipe  Think  Pair  Share  pada  Kelas  Eksperimen I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Polychaeta pada kawasan mangrove muara sungai kali Lamong-pulau Galang memiliki komposisi spesies yang berbeda di setiap stasiun dan kedalaman substrat..

Maka jumlah plastik paling banyak yang bisa digunakan adalah sebanyak .... Sinta membeli kue bolu dan kue donat untuk sajian

Tipe Think Pair and Share. Model pembelajaran Tipe Think-Pair-Share ini diharapkan peserta didik tidak terlalu menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah

a) Melalui cooperative learning peserta didik tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan

Rare resources memiliki koefisien korelasi 0.547 dan inimitable memiliki nilai koefisien korelasi 0.261 terhadap Keunggulan Bersaing, artinya jika UKM menggunakan sumber

a) Melalui model pembelajaran jigsaw siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan

Salah satu algoritma yang digunakan untuk mempercepat pencarian solusi masalah rute terpendek adalah dengan algoritma heuristik. Salah satu algoritma dalam heuristik yang cukup

Duduk di matras, dengan mainan di depannya dan badan condong kedepan, tegak kembali tanpa lengan menopang. Duduk di matras dan menyentuh mainan yang berada