IRAN PADA MASA PEMERINTAHAN AKBAR HASHEMI
RAFSANJANI (1989-1997)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora
Oleh:
Imam Mahmudin 12120043
JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
PERNY A T AAN KEASLIAN
Yang be11anda tangan dibawah ini :
Nama : Imam Mahmudin
NIM : 12120043
J enjangl J urusan : S I /Sejarah dan Kebudayaan Islam
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri,
kecuali pad a baigian-bagian yang dirujuk sumbemya.
Yogyakarta, 14 Agustus 2018
NIM: 12120043
iv
motto
“Un soirire un espoir pour la vie”
Sebuah senyuman, sebuah harapan bagi kehidupan.
“Non Si discute si ama”
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk almamater tercinta jurusan
Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Setiap kata yang tertulis dalam skripsi ini kupersembahkan
sebagai tanggung jawab terhadap kedua orang tuaku,
terimakasih untuk segala doa dan dukungan yang telah
diberikan.
Temantemanku terimakasih atas perhatian dan jalinan
-persahabatan kita.
vi Abstrak
Iran pada Masa Pemerintahan Akbar Hashemi Rafsanjani (1898-1997)
Iran pasca revolusi 1979 menandakan sebuah babak baru dari sistem pemerintahan yang semula monarki menjadi demokrasi dengan nama Republik Islam Iran. Imam Khomeini adalah satu-satunya tokoh kunci dalam peristiwa revolusi tersebut, namun akibat terlalu frontal dalam menjalankan semangat revolusi, Imam Khomeini terjebak pada otoritarianisme gaya baru. Di tengah-tengah transisi revolusi yang tidak menentu itu, adalah Akbar Hashemi Rafsanjani yang mampu menjembatani carut-marut pemerintahan Iran menjadi suatu negara Islam yang demokratis dan maju. Saat Rafsanjani menjadi presiden pada tahun 1989, Iran berada pada krisis ekonomi dan pembangunan. Namun demikian, Rafsanjani mampu melahirkan kebijakan-kebijakan instrumental seperti percepatan pembangunan, ekonomi berkemajuan dan melakukan kerjasama dengan negara-negara luar. Akibatnya, Iran menjadi suatu negara Islam yang maju secara ekonomi, demokratis secara politik, tanpa pada saat yang sama meninggalkan nilai-nilai Islam.
Penelitian ini menganalisis tentang bagaimana sistem kepemimpinan Akbar Hashemi Rafsanjani ketika menjabat sebagai presiden Iran pada tahun 1989-1997, dengan secara khusus mengkaji tentang konsep kepemimpinan Rafsanjani beserta kebijakan-kebijakannya selama menjabat sebagai presiden. Atas dasar tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan deksiptif-interpretatif dalam persepektif kesejarahan. Peneliti mencoba membedah secara analitis bagaimana sepak terjang kepemimpinan Rafsanjani selama menjabat sebagai Presiden. Dengan harapan, dapat menemukan kontribusi positif dalam sistem kepemimpinan Rafsanjani, khususnya selama menjadi Presiden.
Penelitian ini secara khusus membahas tiga rumusan masalah, yaitu bagaimana sosok Akbar Hashemi Rafsanjani? Bagaimana sistem kepemimpinan dan kebijakan yang dikembangkan pada masa Akbar Hashemi Rafsanjani? Dan apa dampak kebijakan Rafsanjani terhadap perkembangan sosial-politik di Iran? Dengan berpijak pada rumusan masalah tersebut, penelitian ini menyimpulkan tiga hal sebagai berikut. Pertama, Rafsanjani merupakan sosok pemimpin yang moderat dan demokratis, tercatat Rafsanjani sebagai pelopor sikap politik yang moderat. Kedua, hampir secara keseluruhan, sistem kepemimpinan dan kebijakan Rafsanjani diproyeksikan pada ekonomi pembangunan, di mana kebijakannya memiliki dua poros utama, yakni kebijakan dalam negeri dan luar negeri. Ketiga, dampak dari kebijakan Rafsanjani cukup memberikan kemajuan bagi negara Iran. Terbukti, kebijakan ekonomi pembangunannya mampu membuat kota-kota di Iran menjadi makin megah dan maju, akibat kebijakan itu, ruang-ruang sosial menjadi lebih terbuka dan demokratis, selain itu Rafsanjani juga mampu menyatukan antara nilai-nilai Islam dengan semangat modern, seperti menselaraskan antara Islam dan demokrasi, Islam dan Ham, serta membuka peluang besar bagi gagasan-gagasan yang mengarah pada ide-ide pluralisme.
vii
KATA PENGANTAR
هل كيرش لا هدحو الله ّلاإ هلإ لا نأ دهشا هيملاعلا ّبر لله دمحلا
دّمحم اودّيس ىلع مّلسو ِّلص ّمهّللا هلىسرو هدبع ادّمحم ّنأ دهشأو
.هيعمجأ هبحصو هلا ىلعو
Alhamdulillah, penyusun panjatkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Beliaulah figur manusia sempurna yang harus penyusun jadikan sebagai teladan dalam mengarungi kehidupan ini.
Atas kerja keras dan do’a beberapa pihak akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Iran Pada Masa Pemerintahan Akbar Hashemi Rafsanjai (1989-1997) sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi strata satu (S-1) pada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta .
Penyusun telah berusaha sebaik mungkin dalam menyusun skripsi ini, namun penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun teknik penyusunannya karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penyusun miliki. Mudah-mudahan hal ini menjadi motivasi penyusun untuk
viii
lebih berkembang dan mencapai kesuksesan yang lebih besar. Dalam penyelesaian skripsi ini telah banyak pihak yang membantu penyusun baik secara langsung maupun tidak langsung, baik moril maupun maeteril. Dalam kesempatan ini izinkanlah penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Bapak Prof. Dr. H. Alwan, M.A. selaku Dekan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Sujadi, M.A. selaku Ketua Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
4. Bapak Dr. Imam Muhsin, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik,
terimakasih atas bimbingan dan dukungannya.
5. Ibu Dr.Hj. Siti Maryam, M.Ag. selaku pembimbing skripsi, terima kasih atas Ilmu yang telah diberikan dan dengan sabar membimbing skripsi peneliti.
6. Bapak Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin M.A selaku pengasuh pondok pesantren Baitul Hikmah, Krapyak, Yogyakarta. Terimakasih atas ilmu dan keteladanan yang diberikan pada kami, semoga kami semua mendapat ilmu yang berkah dan bermanfaat.
ix
7. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen beserta seluruh civitas akademika Fakultas Adab
dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, terutama jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam atas ilmu, wawasan dan waktu yang telah diberikan selama ini. 8. Kedua orang tuaku tercinta bapak Sahroni dan Ibu Miatin, serta Adikku terima kasih atas semua perhatian dan semua kasih sayang serta keridhoaan yang tiada hentinya kalian berikan.
9. Kepada teman-teman di jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam angkatan 2012, karena proses dan jalan kita berbeda maka jalankanlah proses kita masing-masing. 10.Kepada sedulur KSC Yogyakarta, Uwa, Toha, Fahmi Sr, Fahmi Jr, Jambrong, Agung, Alwi, Najib, Rifki, Dayat, Wawan, Kang Andry, Kang Jamal, dll. Terimaksih semuanya, kita keluarga selamanya.
11.Teman-teman Baitul Hikmah, Kang Dulloh, Kang Izad, Kang Ja’far, Kang Huda,
Teguh, Kang Ubay, Ade, Faiq, Kholis, Arul, Memed. Terimakasih telah banyak memberikan suport dan masukan yang sangat berarti.
12.Teman-teman Alumni Pondok pesantren Al hikmah 02, Benda, Sirampog,
Brebes, Masrury, Ikhwansyah, Alwan, Azwar, Nanang, Syarif dll. Terimakasih telah menjadi pemantik semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
13.Terimkasih juga buat keluarga di Jogja, Mas Yoyon, Mbak Tuty, Mas Faleh, Kucrut, Mbak Mutiara, Rashif, Naira, Uki dll. Banyak sekali ilmu dan pengalaman hidup yang sangat berarti dari mereka.
x
14.Teman-teman Al-Kandiyas, Kang Yasir, Kang Musta’in, Kang Habibi, Tiar, Emil, Kang Bahar, Arif Wawewo, Wahid, Amri, Hasan, Ahmad Mudhofar, Sidiq, dll. Terimakasih kalian adalah teman-teman pertama saat awal masuk Jogja. 15.Semua pihak yang telah berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin
penulis sebutkan satu persatu.
Harapan penyusun semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Tak lupa sumbangan saran dan kritik demi perbaikan sangat penyusun harapkan. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik bagi penyusun sendiri ataupun para pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 13 Agustus 2018 M Penyusun
Imam Mahmudin 12120043
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PEERNYATAAN KEASLIAN ... ii
HALAMAN NOTA DINAS ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI... xi
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6
D. Tinjauan Pustaka ... 7
E. Landasan Teori ... 10
F. Metode Penelitian ... 15
G. Sistematika Pembahasan ... 18
BAB II : GAMBARAN UMUM NEGARA IRAN ... 20
A. Profil Negara Iran ... 20
B. Iran sebelum Revolusi... 26
C. Sejarah Singkat Revolusi Iran ... 30
D. Iran Pasca Revolusi ... 39
BAB III : BIOGRAFI RAFSANJANI... 46
A. Riwayat Hidup Singkat Rafsanjani ... 46
B. Karir Poltik Rafsanjani ... 49
BAB IV : SISTEM KEPEMIMPINAN DAN KEBIJAKAN RAFSANJANI SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PERKEMBANGAN IRAN ... 54
A. Pola Kempemimpinan Rafsanjani... 54
B. Kebijakan Pemerintahan Rafsanjani ... 61
C. Dampak dari Kebijakan Rafsanjani terhaadap Kehidupan Sosial Politik di Iran...69
xii BAB V : PENUTUP ... 74 A. Kesimpulan ... 74 B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 82
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Revolusi Iran merupakan peristiwa paling dramatis di dunia Islam pada abad-20 yaitu tumbangnya hegemoni Shah pada tahun 1978-1979.1 Rezim Shah Reza Pahlevi tumbang oleh kekuatan oposisi yang didominasi kaum fundamentalis muslim Syiah yang dipimpin oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini.2
Setelah dua tahun pasca revolusi, pergantian presiden dan perdana menteri di Republik Islam Iran diwarnai pergolakan politik. Hal ini disebabkan karena pada periode 1979-1980, Iran masih berada dalam fase kristalisasi kekuasaan yaitu dengan terjadinya konflik internal antar sesama pendukung revolusi, terutama antara kubu mullah “garis keras” di satu pihak, melawan kelompok kiri dan “nasionalis-liberal” di pihak lain.3 Keduanya sama-sama menginginkan sikap politiknya dapat diterapkan di Iran, yakni gaya pemerintahan yang Islamis, sebagaimana diwakili oleh kubu mullah yang radikal, dan kelompok kiri liberal yang lebih menginginkan perpaduan antara Islam dan demokrasi modern.
1
William Montogomery Watt, Fundamentalis dan Modernitas dalam Islam, terj. Kurnia Sastrapraja, Badri Khaeruman ( Bandung: Pustaka Setia, 2003 ), hlm. 157.
2 Jhon L. Esposito, Dunia Islam Modern: Ensiklopedi Oxford Jilid 2, terj. Eva Y.N, Femmy
S, Jarot W, Purwanto, Rofik S ( Bandung: Mizan, 2001 ), hlm. 337.
3
2
Kondisi politik Iran Pasca revolusi merupakan eksperimen Khomeini yang mengandung kelebihan sekaligus kekurangan. Kelebihannya terletak pada akhir dari masa otoritarinisme sekuler gaya Pahlevi dan mulai membangun otoritas Islam yang lebih sesuai dengan kondisi masyarakat Iran.
Sementara kekurangannya, Khomeini justru terjebak pada gaya
otoritarianisme baru dan tidak mampu membangun stabilitas politik, baik dalam negeri maupun luar negeri. Oleh karena itu tidak mengherankan bila ditingkat domestik telah lama muncul kebutuhan untuk melakukan koreksi. Meningkatnya kebutuhan untuk melakukan koreksi inilah yang memicu proses transisi Republik Islam Iran menuju demokrasi.
Perubahan-perubahan politik ke arah transisi menuju demokrasi bermula dari ketidak-puasan sejumlah Ayatollah terhadap fondasi ideologis Republik Islam Iran. Konsep Wilayat al-Faqih atau “pemerintahan oleh para fuqaha (ahli hukum)” adalah inovasi Khomeini yang sesungguhnya tidak pernah mendapatkan kesepakatan penuh dari kalangan Ayatollah di Iran. Salah seorang tokoh yang mengawali jalannya proses demokrasi adalah Ayatollah Kazem Shariatmadari4 yang meninggal pada tahun 1986.5
4
Shariatmadari adalah seorang Ayatullah agung di Iran. Ia lebih menyukai praktis Islam tradisional untuk membuat para ulama jauh dari posisi pemerintahan dan merupakan seorang pengkritik Ayatullah Khomeini. Lihat, Niki Keddie, Modern Iran; Roots and Results of Revolution, (London: Yale University, 2003), hlm. 31.
5
Bambang Cipto, Dinamkia Politik Iran : Puritanisme Ulama, Proses Demokratisasi dan
3
Sejak sebelum revolusi pecah, perbedaan dasar yang membedakan Shariatmadari dan Khomeini adalah isu penerapan hukum-hukum Islam dalam kehidupan nyata. Menurut Shariatmadari revolusi adalah sekedar alat untuk menghancurkan rezim diktator dan menggantinya dengan pemerintahan demokrasi yang berasaskan prinsip-prinsip Islam.6
Sementara itu, pada tahun 1989, Ayatollah Montazeri, salah seorang pejuang revolusi yang juga orang kepercayaan Khomeini, mulai menunjukkan perubahan sikap dan makin kritis terhadap pemerintah yang berkuasa yang dinilainya terlalu banyak ikut campur tangan dalam urusan masyarakat dan bahkan bertindak brutal terhadap orang atau kelompok yang mereka pandang sebagai musuh Islam. Montazeri juga menyebut pemerintah sangat tidak profesional, ekstrim dan mementingkan dirinya sendiri di tengah penderitaan rakyat akibat perang Iran-Irak yang mengakibatkan hancurnya sendi-sendi perekonomian Iran. Tidak seorang pun menduga bahwa kelak justru dari orang kepercayaan Khomeini inilah akan muncul inspirasi yang mendorong Iran memasuki transisi menuju demokrasi.7
Di tengah transisi kekuasaan menuju demokrasi. Rafsanjani menjadi sosok awal dari babak baru pemerintahan Republik Islam Iran. Rafsanjani memiliki nama lengkap Ali Akbar Hashemi Rafsanjani yang dilahirkan di
6 Bambang Cipto, Dinamika Politik Iran, hlm.3. 7
4
sebuah desa terpencil yang bernama Rafsanjan pada tahun 1943. Ayahnya, Ali Hashemi Rafsanjani merupakan seorang ulama dan petani yang mempunyai sebidang tanah dari sini ia memperoleh penghasilan yang cukup untuk menghidupi keluarganya, rumah keluarga Hashemi menjadi pusat kajian keagamaan di daerahnya.8
Semangat revolusi yg dibawa ayatollah Khomeini telah mengakar kuat di setiap jiwa rakyat Iran salah satunya Rafsanjani. Rafsanjani adalah pendukung Khomeini yang merupakan tokoh lama dan berjuang jauh sebelum revolusi Islam Iran pecah pada tahun 1979. Ia berkali-kali dijebloskan kedalam penjara oleh rezim Reza Pahlevi sepanjang dekade 60-an dan 70-an. Sejak terpilih menjadi presiden, Rafsanjani membangun apa yang disebut sebagai Iran baru baik ditngkat nasional maupun tingkat internasional.9
Rafsanjani adalah salah satu bapak pendiri Republik Islam Iran dan orang kepercayaan pemimpin tertinggi Iran yaitu Ayatollah Khomeini ia juga merupakan kekuatan utama reformasi Iran, sekaligus seorang tokoh pragmatis. Rafsanjani akan dicatat para sejarawan sebagai penentu Iran pada dekade 1990-an , sebagaimana yang telah dilakukan Khomeini pada dekade 1980-an. Masa kepemimpinan Rafsanjani (1989-1997) berusaha membentuk teokrasi yang lebih toleran dan efektif yang dicirikan sebagai usaha untuk mengatasi
8
Hashemi Rafsanjani, Kemerdekaan Wanita Dalam Keadilan Sosial Islam, terj. Satrio Pinandito (Jakarta: Firdaus, 1992), hlm. VII.
5
dogma-dogma revolusioner dan memperkenalkan pragmatisme dalam pengambilan keputusan negara.
Hal penting yang menarik untuk dikaji dalam penelitian ini adalah sepak terjang Rafsanjani selama menjabat sebagai presiden Iran. Masa kepemimpinan Rafsanjani dapat disebut sebagai babak baru Iran yang modern, demokratis, dan mampu menjembatani aspirasi Islam dan kekuatan konstitusional yang mengakar dalam negara. Hal ini penting untuk dikaji karena Iran mencapai titik stabilitas politik yang kokoh pasca revolusi adalah pada masa kepemimpinan Rafsanjani. Berbagai macam kebijakan dilakukan untuk mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan bagi bangsa dan negara Iran.
Melihat kiprah dan kontribusi Rafsanjani terhadap perkembangan Iran tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji secara menyeluruh mengenai Iran pada masa Akbar Hashemi Rafsanjani 1989-1997 berikut dengan kebijakan-kebijakan dan dampak yang ditimbulkan. Penelitian ini diberi judul “Iran Pada Masa Pemerintahan Akbar Hashemi Rafsanjani 1989-1997”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Penelitian ini dibatasi dan difokuskan pada Iran pada masa pemerintahan Rafsanjani 1989-1997, meliputi sistem kepemimpinan Rafsanjani, kebijakan-kebijakan yang diterapkan dan dampak dari kebijakannya terhadap perkembangan Iran. Tahun 1989 merupakan awal kepemimpinan Rafsanjani menjadi presiden Iran, sedangkan tahun 1997
6
merupakan akhir masa jabatannya sebagai presiden. Pada masa Rafsanjani ini dapat dikatakan bahwa Iran berada pada fase sulit pasca kehilangan tokoh sentral Ayatollah Khomeini dan berkembangnya dampak konflik Iran-Irak.
Agar penelitian ini lebih terarah dan sistematis, maka perlu ada rumusan masalah yang menjadi landasan kajian. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini difokuskan pada:
1. Bagaimana sosok Rafsanjani?
2. Bagaimana sistem kepemimpinan dan kebijakan yang dikembangkan Rafsanjani?
3. Apa dampak kebijakan Rafsanjani terhadap perkembangan
sosial-politik Iran?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini dapat dipaparkan dalam beberapa poin sebagai berikut:
1. Mengkaji perkembangan politik Islam pasca revolusi Iran, khususnya pada masa kepemimpinan Rafsanjani, sebagai satu babak sejarah Iran.
2. Memberikan gambaran mengenai perkembangan Islam Iran secara
proporsional.
3. Memberikan gambaran tentang dampak kebijakan Rafsanjani selama menjabat sebagai presiden, khususnya dalam konteks sosial dan politik di Iran.
7
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan, khususnya ilmu
sejarah.
2. Memberikan gambaran bagi peneliti selanjutnya dan para pecinta studi sejarah Islam secara umum serta sebagai referensi bagi peneliti yang tertarik terhadap sejarah Iran yang secara khusus mengacu pada kondisi ekonomi dan sosial politik pasca revolusi Iran.
D. Tinjauan Pustaka
Beberapa pustaka yang telah membahas tentang Rafsanjani baik berupa biografi, pemikiran politik maupun beberapa karya tulis mengenai Rafsanjani secara umum yang dapat dijadikan rujukan dalam penulisan karya ilmiah ini, di antaranya; pertama buku berjudul Kemerdekaan Wanita dalam Keadilan Sosial Islam karya Rafsanjani yang diterjemahkan oleh Satrio Pinandito dan diterbitkan di Jakarta oleh Firdaus pada tahun 1992. Buku ini berisi tentang rangkaian Khotbah Jum’at yang disampaikan oleh Rafsanjani. Di dalamnya memuat pemikiran Rafsanjani tentang kebebasan atau kemerdekaan wanita dalam sudut pandang keadilan Islam.
Kedua, Bara Timur Tengah karya M. Riza Sihbudi, Mizan, 2004. Buku ini banyak mengulas tentang konflik yang terjadi di Timur Tengah mulai dari Libanon, Libya, Suriah, Irak dan Iran. Buku tersebut terbagi dalam IV bab. Pada bab IV dibahas tentang “Iran sang Adikuasa baru”. Pembahasan
8
pada bab tersebut menjadi acuan peneliti dalam kajian ini. Buku ini memiliki keterkitan dengan penelitian skripsi ini, khususnya dalam hal pembahasan negara Iran dan posisinya dengan negara-negara lain di Timur Tengah, serta dapat dijadikan tolak ukur dalam melihat bagaimana hubungan diplomasi negra Iran dengan negara-negara luar.
Ketiga, Khomeini dan Revolusi Iran karya Diyah Rahma Fauziana dan Izzudin Irsam Mujib yang diterbitkan di Yogyakarta oleh Narasi pada tahun 2009. Buku ini menjelaskan bagaimana seorang Imam Khomeini menggerakkan sebuah revolusi Iran yang saat itu berada di bawah kepemimpinan Shah, kemudian tumbang oleh revolusi yang dimotori oleh Khomeini. Tetapi dalam buku ini belum ada pembahasan tentang Hashemi Rafsanjani. Titik terang yang menjadikan buku ini penting dalam penelitian ini adalah kajian yang bernas tentang Khomeini selama menjabat sebagai pemimpin tertinggi Iran sebelum Rafsanjani menjabat presiden. Buku ini sangat memudahkan peneliti dalam membandingkan bagaimana sepak terjang kepemimpinan antara Khomeini dan Rafsanjani.
Keempat, skripsi berjudul Iran pada Masa Pemerintahan Mohammad
Khatami (1997-2001) karya Rahmawati, mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam skripsi tersebut Rahmawati memaparkan Iran pada masa kepemimpinan Khatami, mengenai perkembangan ekonomi, politik, dan dampak dari kebijakan Khatami. Pada 1997 merupakan masa
9
akhir jabatan Rafsanjani sebagai presiden Iran. Peneliti menganggap pembahasan tersebut masih ada keterkaitan dengan penelitian ini mengingat tahun 1997 adalah masa transisi dari pemerintahan Rafsanjani ke pemerintahan Khatami. Kedua tokoh tersebut juga merupakan tokoh politik Iran yang terbilang Moderat. Penelitian ini memiliki kemiripan dengan penelitian skripsi yang peneliti tulis, yakni dalam hal konsep kepemimpinan. Namun demikian, berbeda dengan Khatami yang memimpin Iran ketika negara Iran sudah mulai mapan. Pada masa Rafsanjani, Iran dihadapkan masalah-masalah yang sulit terkait ekonomi dan politik luar negeri, sehingga posisi skripsi ini dapat menjadi acuan dalam melihat konsep kepemimpinan keduanya.
Kelima, skripsi berjudul Kebijakan Mohammad Khatami tentang
Wanita di Iran (1997-2001) karya Ni’mah Nur Aini Faizah, mahasiswa
jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Skripsi ini secara khusus membahas tentang kebijakan Khatami tentang wanita Iran di mana kepemimpinannnya adalah periode lanjutan setelah Rafsanjani. Skripsi ini membahas tentang kebijakan Khatami yang moderat tentang wanita, yakni terkait dengan kesetaraan dan hak-hak wanita. Skripsi ini memiliki arti penting dalam melihat kebijakan-kebijakan politik pasca kepemimpinan Rafsanjani, khususnya tentang kebijakan tentang posisi wanita di ruang publik Iran.
10
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, peneliti belum menemukan satu penelitian pun yang mengkaji tentang Akbar Hashemi Rafsanjani, baik dalam hal pemikiran politiknya, kepemimpiannya dan kebijakan-kebijakan selama Rafsanjani menjadi presiden. Oleh sebab itu, peneliti merasa perlu melakukan penelitian terhadapnya, khususnya terkait dengan corak kepemimpinan Rafsanjani berserta kebijakan-kebijakan yang diterapkan.
E. Landasan Teori
Tidak ada teori tanpa praktik, maka landasan teori dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menguji secara empiris tentang satu bentuk kebijakan praktis, khususnya terkait dengan sistem kepemimpinan dan kebijakan politik yang menyertainya. Dari situ dapat dilihat adanya kesinambungan antara teori dan praktik, sekaligus penerapannya dalam sistem kepemimpinan.
Penelitian ini mengkaji kepemimpinan dan kebijakan politik Rafsanjani sebagai presiden Iran. Oleh karena itu pendekatan ilmu politik cukup relevan. Dengan pendekatan ini selanjutnya penelitian akan mengacu pada teori-teori berdasarkan konsep sebagai berikut:
1. Teori Kepemimpinan
Kepemimpinan menurut bahasa berarti perihal memimpin atau cara memimpin. Kepemimpinan muncul dalam wujud kemampuan untuk memimpin, mengajak dan menggerakkan orang lain guna melakukan sesuatu demi pencapaian tujuan tertentu. Pengertian ini sejalan dengan pemikiran Koentjaraningrat, sebagaimana dikutip
11
oleh Sahid, yakni kepemimpinan sebagai proses sosial yang diartikan sebagai segala tindakan yang dilakukan seseorang atau
badan untuk menggerakkan warga masyarakat.10
Kepemimpinan menurut para ahli dapat dipaparkan sebagai berikut: a. Ordway Tead mendefinisikan kepemimpinan sebagai kegiatan
mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
b. Prajudi Atmosudirjo memberi pengertian kepemimpinan sebagai
seni, kesanggupan atau teknik untuk membuat sekelompok orang mengikuti atau menaati apa yang dikehendaki, membuat mereka antusias atau bersemangat mengikutinya, bahkan sanggup berkorban.
c. Soerjono Soekanto memberi pengertian bahwa kepemimpinan
(leadership) adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, yaitu yang dipimipinnya (pengikut), sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.11
d. Max Weber membagi kepemimpinan dan wewenangnya menjadi
tiga: tradisional, rasional dan karismatik. Pertama, pemimpim
tradisional mendapatkan wewenangnya di masyarakat
10 Komarudin Sahid, Memahami Sosiologi Politik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 60. 11
12
berdasarkan ketentuan-ketentuan di masyarakat secara
tradisional. Kedua, pemimpin rasional adalah pemimpin yang wewenangnya didasarkan pada hukum dan kaidah-kaidah yang berlaku dan ditaati oleh masyarakat. Ketiga, pemimpin karismatik yaitu didasarkan pada seseorang yang mempunyai
kemampuan khusus yang didapatkan karena anugrah.
Wewenang ini tidak diatur oleh kaidah-kaidah tradisional dan rasional, bahkan sifatnya cenderung irasional.12
Dahulu banyak orang berpendapat bahwa kepemimpinan tidak dapat dipelajari karena merupakan suatu bakat yang diperoleh sebagai kemampuan istimewa yang dibawa sejak lahir. Suksesnya kepemimpinan karena keberuntungan seorang pemimpin yang memiliki kharisma dan wibawa untuk memimpin masyarakat yang ada di sekitarnya. Namun kemudian, muncul pandangan bahwa kepemimpinan dapat dipelajari, dilatih, dan dikembangkan.13
Teori kepemimpinan di atas dimaksudkan untuk menganalisis kepemimpinan Rafsanjani khususnya pada saat ia menjabat sebagai presiden Iran tahun 1989-1997. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sepak terjang kepemimpinan Rafsanjani beserta kebijakan-kebijakan yang diterapkan
12
Soerjono Soekarto, Sosiologi; Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grapindo Pustaka, 2006), hlm. 288.
13
13
dalam memimpin negara dan tanggungjawabnya dalam mencapai tujuan dan cita-cita negara Iran pada saat kepemimpinannya.
Adapun dari seluruh pengertian kepemimpinan yang telah diuraikan, peneliti lebih cocok menggunakan definisi kepemimpinan yang dipaparkan oleh Max Weber, yang membagi kepemimpinan dan wewenangnya menjadi tiga, yakni tradisional, rasional dan karismatik. Konsep kepemimpinan Weber ini sangat relevan untuk penelitian ini, khususnya dalam melihat konteks sosial-politik negara Iran yang merupakan negara Republik Islam modern. Selain itu, kecocokan teori tersebut juga dilatari oleh keberadaan negara Iran yang menggunakan sistem teodemokrasi, yakni suatu pemerintahan yang menerapkan hukum Islam sekaligus menerapkan sistem demokrasi modern. Rafsanjani selama menjabat sebagai presiden Iran bisa dikategorikan dalam pemimpin yang Karismatik.
2. Teori Kebijakan
Definisi kebijakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip,
14
atau maksud sebagai garis pedoman untuk managemen dalam usaha mencapai sasaran.14
Kebijakan harus mampu memberikan hasil yang terbaik dari setiap pengambilan keputusan. Anderson mendefinisikan makna kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.15
Kebijakan menurut Carl Friedrich, sebagaimana dikutip oleh Nur Amaliyah, adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.16
Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa kebijakan merupakan suatu keputusan yang dipikirkan secara hati-hati oleh seorang pemimpin negara yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan yang berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat.
Teori kebijakan di atas dimaksudkan untuk meninjau secara cermat bagaimana sistem kepemimpinan dan kebijakan yang telah diterapkan oleh
14
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas, 2005), hlm. 149.
15
James E. Anderson, Public Policy Making (New York: Holt, 1993), hlm. 3. 16
Nur Amaliyah, Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Pemerintahan Presiden
15
Rafsanjani selama menjabat sebagai presiden Iran dan bagaimana dampak kebijakan tersebut bagi perkembangan dan kemajuan negara Iran.
Iran pada masa kepemimpinan Rafsanjani sedang mengalami masa transisi besar dalam sistem kenegaraannya. Rafsanjani berada pada satu fase di mana Iran mulai mencapai stabilitas politik yang baik. Hal ini terjadi karena adanya revolusi Iran yang telah banyak mengubah sistem politik di Iran. Setiap kebijakan yang dilakukannya memiliki arti penting bagi Iran, baik pada saat kebijakan itu diterapkan maupun pada masa berikutnya. Di sinilah arti penting teori kebijakan untuk melihat secara lebih komprehensif apakah kebijakan politik Rafsanjani telah sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, khususnya dalam memajukan, memodernkan, dan mensejahterakan rakyat atau belum.
F. Metode Penelitian
Dalam penelitian skripsi ini digunakan metode penelitian sejarah, yakni proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peniggalan masa lampau.17 Poin-poin penting yang dikaji dan dipaparkan sesuai dengan bentuk, kejadian, suasana dan masanya. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan penulisan sejarah secara proporsional. Oleh karena itu, upaya merekontruksi masa lampau dari obyek yang diteliti itu ditempuh melalui metode sejarah dan menggunakan metode deskriptif-analitis, yaitu
17 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta: UI Press, 1983),
16
memaparkan sistem kepemimpinan yang diterapkan oleh pemerintahan Rafsanjani pada tahun 1989-1997. Tahapan penelitian sejarah mencakup:
1. Heuristik atau teknik mencari, mengumpulkan data atau sumber
(dokumen).18 Dalam hal ini, peneliti mengumpulkan sumber
melalui karya penelitian kepustakaan (Library Research) dengan merujuk pada sumber-sumber primer dan sekunder yang berkaitan dengan tema dalam skripsi ini, baik berupa buku, majalah, koran, jurnal ilmiah, buletin, video dan sebagainya. Adapun sumber primer, peneliti merujuk kepada karya Rafsanjani yang berjudul
“Kemerdekaan Wanita dalam Keadilan Sosial Islam”
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Satrio Pinandito yang peneliti peroleh di Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga.
2. Tahap selanjutnya yaitu verifikasi atau kritik sumber. Setelah semua sumber terkumpul, selanjutnya peneliti melakukan kritik dan uji terhadapnya guna mengidentifikasi otentisitas sumber dan kredibilitas sumber. Untuk memperoleh otentisitas sumber dilakukan dengan kritik ekstern, yaitu adanya pembedaan dari sebuah dokumen yang asli. Kritik ekstern bertujuan untuk memperoleh keabsahan sumber. Adapun kredibilitas sumber dapat ditelusuri melalui kritik intern. Kritik ini menggunakan hipotesa
18 Dudung Abdurrahman, Metedologi Penelitian Sejarah (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 1999),
17
interogatif, kritik intern juga digunakan untuk melakukan pencarian terhadap detail khusus daripada kesaksian karena fakta sejarah harus mengandung empat aspek sumber sejarah, yaitu: aspek biografis, aspek geografis, aspek kronologis dan aspek fungsional.19
3. Interpretasi atau penafsiran sejarah yang juga disebut analisis sejarah. Menurut Ricoeur, fakta atau produk itu dibaca sebagai suatu naskah. Dalam metode interpretasi ini termuat huhungan-hubungan yang beraneka ragam, yang merupakan suatu unsur metodis. Unsur-unsur ini menunjukkan dan menjamin bahwa interpretasi bukan semata-mata merupakan kegiatan manasuka, menurut selera orang mengadakan interpretasi, melainkan bertumpu pada evidensi objektif dan mencapai kebenaran otentik.20
Dengan teknik intrepretasi diharapkan penulis mampu
menguraikan sistem kepemimpinan Rafsanjani berikut dengan kebijakan-kebijakan yang diterapkannya.
4. Tahap terakhir dalam metode sejarah adalah historiografi. Tahap ini merupakan cara penulisan, pemaparan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan.21 Tahap ini adalah rangkaian keseluruhan
19 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, hlm. 60. 20
Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair, Metode Penelitian Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 42-43.
21
18
dari teknik metode pembahasan. Dalam memaparkan hasil penelitian ini peneliti berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab, UIN Sunan Kalijaga dengan harapan bahwa penulisan ini tidak hanya baik dari segi isi, tetapi juga benar dari segi teknik penulisan.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk memaparkan hasil penelitian yang sistematis, maka perlu adanya pengelompokan pembahasan menjadi beberapa bab secara sistematis agar mudah dipahami. Secara keseluruhan peneliti akan membagi pembahasan skripsi ini menjadi lima bab.
Bab I, berisi pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab ini berfungsi untuk mengarahkan dan membatasi lingkup penelitian, dan memberikan gambaran umum tentang pembahasan dari permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini. Dengan begitu diharapkan pembaca lebih mudah memahami isinya.
Bab II, berisi gambaran umum mengenai Negara Iran, khususnya kondisi Iran menjelang revolusi dan pada masa awal sistem pemerintahan republik. Pemaparan bab ini meliputi kondisi dan letak geografis negara Iran, kondisi ekonomi dan sosial politik Iran pasca revolusi. Bab ini bermaksud
19
untuk menguraikan sekilas tentang kondisi Negara Iran sebelum dan sesudah revolusi baik dari segi ekonomi maupun sosial politik.
Bab III, mendeskripsikan sosok Rafsanjani dan kiprahnya selama revolusi, menyangkut perjalanan hidup, peran serta karir politiknya setelah revolusi sampai menjadi presiden Iran selama dua periode. Bab ini bertujuan untuk menggambarkan lebih jelas biografi Rafsanjani, perjalanan karir politiknya sampai menjadi presiden Iran serta kebijakan-kebijakannya tentang pembangunan.
Bab IV, merupakan bab inti yang membahas tentang sistem kepemimpinan Rafsanjani selama menjabat sebagai Presiden Iran dan
kebijakan-kebijakan politik Rafsanjani serta dampaknya terhadap
perkembangan kehidupan sosial politik Iran. Pada bagian ini, peneliti juga memaparkan bagaimana kebijakan politik luar negeri Rafsanjani, dan bagaimana hubungan diplomasi dengan Barat, khususnya Amerika Serikat.
Bab V, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah serta berisi saran-saran yang terkait dengan penelitian seanjutnya agar menghasilkan penelitian yang lebih baik.
74 BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam skripsi ini, peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Akbar Hashemi Rafsanjani merupakan sosok pemimpin yang moderat dan demokratis. Selama pasca revolusi Iran 1979, Rafsanjani tercatat sebagai tokoh pelopor sikap politik yang moderat. Sikap politik ini mampu membawa Iran pada arah baru dan mulai memproyeksikan kebijakan-kebijakan instrumental pemerintah, khususnya dalam bidang pembangunan ekonomi dan mengintegrasikan berbagai ideologi yang dapat menyatukan masyarakat di bawah pemerintahan Republik Islam Iran.
2. Sistem kepemimpinan Rafsanjani lebih banyak diproyeksikan untuk
memperbaiki keadaan ekonomi. Ketika Rafsanjani naik tahta sebagai presiden ekonomi Iran sedang hancur akibat perang Iran-Irak, Rafsanjani lebih mengutamakan pembangunan ekonomi sebagai kebijakan instrumental. Kebijakan Rafsanjani ini dapat dilihat dalam dua poros, yakni kebijakan dalam negeri dan kebijakan luar negeri. Kebijakan dalam negeri terkait ekonomi, tampak ketika Rafsanjani membuat kebijakan tentang pasar bebas. Dalam hal ini Rafsanjani berharap banyak investor asing dapat masuk dan
75
mampu menjadi jembatan pertumbuhan ekonomi, baik dalam hal percepatan pembangunan, mengentaskan pengangguran dan kemiskinan, maupun adanya pengelolaan minyak dan gas alam secara lebih produktif. Sementara untuk kebijakan luar negeri, Rafsanjani lebih banyak melakukan perbaikan hubungan diplomatik dengan negara-negara luar, seperti negara-negara Arab, Eropa dan Amerika Serikat. Di era sebelumnya, hubungan Iran dan negara-negara luar memang kurang baik, khususnya negara-negara-negara-negara Eropa dan Amerika. Salah satu masalah krusial yang sulit diatasi oleh Rafsanjani adalah ketika menyikapi fatwa mati Imam Khomeini terhadap Salman Rusdi seorang penulis Inggris. Hubungan Iran dan Eropa menjadi sangat renggang akibat fatwa ini dan hasilnya Rafsanjani tidak mampu menyelesaikannya. Selain itu, Rafsanjani juga sering terlibat dalam penyelesaian konflik Timur Tengah, seperti Perang Teluk dan adanya upaya untuk memperjuangkan Palestina agar merdeka dan menolak keras keberadaan Israel.
3. Dampak dari kebijakan Rafsanjani dalam hal sosial dan politik sangatlah beragam dan cukup menjanjikan bagi kemajuan Iran. Misalnya, adanya pembangunan yang masif di kota Teheran membuat kota itu makin indah dan hampir menyamai kemajuan kota di negara-negara Eropa, tidak terkecuali juga kota-kota lain di daratan Iran. Ruang publik juga menjadi lebih terbuka, dialogis dan sangat ramah pada masyarakat Iran. Adanya kebijakan yang terintegrasi, seperti penyatuan antara agama dan HAM, pluralisme, dan demokrasi membuat Iran menjadi negara yang sangat terbuka dan modern.
76
Rafsanjani juga mampu menyatukan antara ide-ide Islam dengan semangat politik modern, seperti mempertemukan antara Islam dan demokrasi dalam konteks politik modern. Bentuk realnya terwujud dalam sistem pemerintahan di negara Republik Islam Iran, di mana otoritas agama diwakili oleh waliyatul faqih, sementara jabatan kepresidenan dipilih secara demokratis. Sistem ini juga menandakan bahwa Iran mampu menjalankan konsitusi tanpa terjebak pada bangunan besar negara Islam atau sistem sekuler Barat. Dengan itu Rafsanjani mampu mengantarkan Iran menjadi negara Islam yang maju dan demokratis sekaligus mampu membawa nilai-nilai modern sebagai gaya hidup.
B.Saran-saran
Sebagai penelitian ilmiah, kajian ini sangat terbatas, meski peneliti mencoba mengkaji secara spesifik dan komprehensif. Peneliti hanya membatasi diri pada kajian ketokohan yang secara khusus diproyeksikan untuk melihat gaya kepemimpinan Akbar Hashemi Rafsanjani selama menjabat sebagai presiden Iran dari tahun 1989 sampai 1997. Tujuannya ingin melihat bagaimana perubahan-perubahan sosial politik di Iran pada masa kepemimpinan Rafsanjani dan melihat kemajuan apa saja selama ia menjabat sebagai presiden Iran.
Namun demikian, sebagai kajian akademis, penelitian ini sangat terbatas, baik dalam konteks lemahnya kajian dan sumber-sumber yang dirujuk, juga sangat terbatas dalam hal ruang dan batas kajiannya. Oleh sebab itu, peneliti berharap kajian
77
terkait tema ini masih dapat dilanjutkan. Misalnya, mencari sisi kelemahan dari gaya kepemimpinan Rafsanjani, kegagalan apa saja yang sudah ia lakukan selama menjabat sebagai presiden, atau terkait dengan konteks pemerintahan Iran secara umum, khususnya pasca Revolusi Iran 1979.
78
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Karen, Berperang Demi Tuhan; Fundamentalisme Islam, Kristen dan Yahudi. Terj. T. Hermaya, Bandung: Mizan, 2013.
Abdurahman, Dudung, Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2007.
Alhadar, Smit, Iran Tanah Peradaban: Iran The Cradleof Civilization, Jakarta: Kedutaan Besar Republik Islam Iran, 2009.
Anderson, James E., Public Policy Making, New York: Holt, 1993.
Amaliyah, Nur, Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Pemerintahan Presiden Jokowi, Makasah: Fakultas Sosial dan Humaniora Universitas Hasanudin, 2015.
Ardison, Muhammad, Iran, Surabaya: Liris Press, 2010.
Ansari, Ali M., Supremasi Iran; Poros Setan atau Super Power Baru?, Jakarta: Zahrah, 2008.
Anoraga, Psikologi Kepemimpinan, Jakarta: Renika Cipta, 1991.
Amiri, The Foreign Policy of Islamic Republic of Iran, Tehran: Oloome Novin, 2006. Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair, Metode Penelitian Filsafat, Yogyakarta:
Kanisius, 1990.
Bayat, Asep, Pos-Islamisme, Terj. Faiz Tajul Millah, Yogyakarta: LKiS, 2011.
Brown, L. C., Religion and State: the Muslim Approach to Politics, New York: Columbia University Press, 2000.
Burgat, Francois, Face to Face with Political Islam, London: Tauris, 2003.
Cipto, Bambang, Dinamika Politik Iran: Puritanisme Ulama, Proses Demokritasisasi hingga Fenomena Khatami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Daud, M. al-Husaini dan Nurdan, “Kebangkitan Revolusi Iran”, Dalam Seminar
Nasional Yusuf Benseh Politeknik Negeri Lhokseumawe, Prosiding MNYuBe,
2013.
Esposito, L. John, Dunia Islam Modern; Ensiklopedi Oxford Jilid 2, Terj, Eva, Y.N, dkk., Bandung: Mizan, 2001.
79
Egineer, Asghar Ali, Devolusi Negara Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000. Ehsani, Kahev, “Minicipal Matters; The Urbanization of Consciousness and Political
Change in Teheran”, Middle East Report, pdf, 1999.
Fuller, Graham E., The Future of Political Islam, Milan: Palgrave, 2003. Fauziana, dkk., Khomeini dan Revolusi Iran, Yogyakarta: Narasi, 2009.
Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah, Terjemahan: Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1983.
Garaudy, Roger, Demi Kaum Tertindas; Akar Revolusi Islam Iran, Jakarta: Citra, 1997. Gilang, M. Andi, Kebijakan Politik Republik Islam Iran dan Masa Pemerintahan Mahmoud
Ahmadinejad Periode Pertama 2005-2009, Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah, 2011. Kartodirdjo , Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metedolofi Sejarah, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1992.
Kartini, Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: CV. Rajawali, 1983.
Kadir, Abd., “Syiah dan Politik: Studi Republik Islam Iran”, Dalam Jurnal Politik Profetik, Vol. 2, No. 1, Tahun 2015.
Lakza’i, Akbar Najaf, Dinamika Pemikiran Politik Imam Khomeini, Jakarta: Shadra Press, 2010.
Lapidus, M. Ira, Sejarah Sosial Umat Islam: bagian ketiga, terj. Ghufron A. Mas’adi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999.
Labib, dkk., Ahmadinejad; Lion From Aladan, Bandung: Mizan, 2007.
Miriam, Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998.
Maulana, Noor Afif, Revolusi Islam Iran dan Realisasi Wilayah al-Faqih, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002.
Mikail, Kiki, Iran di Bawah Hegemoni Barat; Studi Politik Luar Negeri Iran Pasca Revolusi 1979, pdf.
Nugroho, Anjar, “Pengaruh Pemikiran Islam Revolusioner Ali Syari’ati terhadap
Revolusi Iran”, Dalam Jurnal Profetika Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2004.
Nasr, Vali, Kebangkitan Syiah; Islam, Konflik dan Masa Depan, Jakarta: Diwan, 2007.
80
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahas Indonesia, Jakarta: Pustaka Depdiknas, 2005.
Rafsanjani, Hashemi, Kemerdekaan Wanita Dalam Keadilan Sosial Islam,
terjemahan: Satrio Pinandito, Jakarta: Firdaus, 1992.
________, Keadilan Sosial; Pandangan Islam tentang HAM, Hegemoni Barat dan Solusi Dunia Modern, Terj. Anna Farida, Bandung: Penerbit Nuansa, 2001. Ramazani, Revolutionary Iran, The Johns University Press, 1987.
Sahid, Komarudin, Memahami Sosiologi Politik, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011. Saeed, Abdullah, Pemikiran Islam; Sebuah Pengantar, terj Abdur Rofiq dkk.,
Yogyakarta: Baitul Hikmah Press, 2014.
Sihbudi, Riza, Bara Timur Tengah, Bandung: Mizan, 1991.
______, Menyandera Timur Tengah, Bandung: Mizan, 2007.
______, Eksistensi Palestina di Mata Teheran dan Washington, Bandung: Mizan, 1992.
______, “Bahasa Politik dalam Mazhab Syiah: Kasus Waliyat al-Faqih”, Dalam
Jurnal Islamika, No. 5, Tahun 1994.
______, Biografi Politik Imam Khomeini, Jakarta: Gramedia, 1996.
Soekarto, Soerjono, Sosiologi; Sebuah Pengantar, Jakarta: Raja Grapindo Pustaka, 2006.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2012.
Safaria, Kepemimpinan, Jakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2004.
Soltani, Fakhreddin dan Reza Amiri, “Foreign Policy of Iran after Islamic
Revolution” Journal of Politics and Law, Vol. 3, No. 2. 2010. Tamara, Nasir, Revolusi Iran, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1980. Thohir, Ajid, Studi Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2009.
Velayati, Ali Akbar, Ensiklopedia Islam dan Iran: Dinamika Budaya dan Peradaban
Islam yang Hidup, Jakarta: Mizan Publika, 2010.
Vandani dan Ansari, United Europe and its Relations with Iran, Tehran: Ministry of Economy and Finance, 1995.
81
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Watt, Wiliam Montogomery, Fundamentalis dan Modernis dalam Islam, terj. Kurnia
Sastrapraja dan Badri Khaeruman, Bandung: Pustaka Setia, 2003.
Skripsi:
Ni’mah, Nur Aini Faizah, “Kebijakan Mohammad Khatami Tentang Wanita di Iran (1997-2001)” , skripsi S-1 Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tidak dipublikasikan, 2016.
Website:
http://www.kembangpete.com/2014/08/16/profil-lengkap-negara-iran/, diakses pada sabtu 16 Desember 2017.
http://mohamadsteven.blogspot.co.id/2012/10/profil-negara-iran_11.html, diakses
pada Sabtu 16 Desember 2017.
https://ijoenggrijs.wordpress.com/2011/11/21/kritik-ekstern-dan-intern-metodologi-penelitian/, diakses pada 11 Maret 2018.
http://www.iranchamber.com/history/arafsanjani/akbar_rafsanjani.php, diakses pada 28 Maret 2018.
https://www.britannica.com/biography/Hashemi-Rafsanjani, diakses pada 18 Maret 2018.
https://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2017/01/09/109362/mantan-presiden-iran-hashemi-rafsanjani-meninggal-dunia.html, diakses pada 27 Maret 2018.
https://www.yahoo.com/news/influential-former-iranian-president-hospitalized-162420955.html, diakses pada 27 Maret 2018.
https://en.wikipedia.org/wiki/Akbar_Hashemi_Rafsanjani, diakses pada 27 Maret 2018.
https://www.reuters.com/article/us-iran-rafsanjani-death-idUSKBN14S0V9, diakses pada 28 Maret 2018.
https://ipfs.io/ipfs/QmXoypizjW3WknFiJnKLwHCnL72vedxjQkDDP1mXWo6uco/ wiki/Akbar_Hashemi_Rafsanjani.html, diakses pada 28 Maret 2018.
http://www.rafsanjani.ir/, diakses pada tanggal 20 Juli 2018. http://www//thenewyorktimes.htm, diakses pada 21 Juli 2018.
http://darma-darmy.blogspot.com/2009/03/kaum-mustakbirin-dalam-al-quran.html?m=1, diakses pada 11 Agustus 2018.
82
LAMPIRAN-LAMPIRAN FOTO
83
Akbar Hashemi rafsanjani presiden Iran 1989-1997
84
85
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Identitas Diri
Nama : Imam Mahmudin
Tempat/tgl.Lahir : Arahan, 1 Juni 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
E-mail : [email protected]
No. HP : 085741111517
Nama Ayah : Sahroni
Nama Ibu : Miatin
Asal Sekolah : MA Al Hikmah 02, Benda, Sirampog, Brebes.
Alamat Asal : Ds. Cidempet blok Bandos Rt 06/02, Arahan, Indramayu.
Alamat Sekarang : Krapyak Kulon, Rt 05 No 177, Panggungharjo, Sewon, Bantul.
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SD/MI : SDN Panyingkiran Kidul 2 Indramayu (1999-2005)
b. SMP/MTs : MTs. Al Hikmah 2 Bumiayu, Brebes (2005-2008)
c. SMA/MA : MA. Al Hikmah 2 Bumiayu, Brebes (2008-2011)
d. Perguruan Tinggi : UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta (2012-2018)
2. Pendidikan Non-Formal
a. Ponpes Al Hikmah 2 , Benda, Sirampog, Brebes. : 2005-2011
b. Ponpes Al Kandiyas Krapyak, Yogyakarta. : 2011-2013
c. Asrama KSC (Keluarga Santri Se-Wilayah 3 Cirebon) Yogyakarta : 2014-2016
d. Ponpes Baitul Hikmah : 2016-Sekarang
C. Pengalaman Organisasi
1. KSC (Keluarga Santri Se-Wilayah 3 Cirebon)
2. KAPMI (Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Indramayu Yogyakarta)
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Yogyakarta, 13 Agustus 2018
Imam mahmudin NIM. 12120043