• Tidak ada hasil yang ditemukan

d RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN BENGKALIS TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "d RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN BENGKALIS TAHUN"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

JANGKA MENENGAH (RPIJM)

BIDANG CIPTA KARYA

KABUPATEN BENGKALIS

(2)

BAB IV

ANALISIS SOSIAL EKONOMI

DAN LINGKUNGAN

4.1.

Analisis Sosial

4.1.1.

KSM Lingkungan

1.

Pengertian KSM

Panitia Kelompok Swadaya Masyarakat disingkat KSM adalah kumpulan

orang/masyarakat yang menyatukan diri secara sukarela dalam kelompok

dikarenakan adanya ikatan pemersatu, yaitu adanya kepentingan dan

kebutuhan yang sama, sehingga dalam kelompok tersebut memiliki kesamaan

tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan PANITIA adalah sebutan bagi KSM yang

mengelola kegiatan Lingkungan (pembangunan sarana dan prasarana) dalam

program PNPM Mandiri Perkotaan.

Panitia merupakan suatu kelompok kemasyarakatan yang ada di kel/desa

setempat, bukan di kel/desa lain. Kelompok ini tumbuh dan berkembang serta

diakui keberadaannya dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat.

KSM/PANITIA ini dapat merupakan kelompok swadaya yang sudah tumbuh

sejak lama atau baru dibentuk karena adanya kesamaan kepentingan dan

kebutuhan dalam kelompok tersebut. Jadi bukan organisasi yang dibentuk

karena mengejar keuntungan (finansial) dari melaksanakan kegiatan proyek

PNPM Mandiri Perkotaan. KSM yang dikembangkan dalam PNPM Mandiri

Perko

taan

mempunyai

filosofi,

yaitu

”KSM

adalah

Yang

Mengusulkan/Merencanakan, Melaksanakan dan Memanfaatkan & Memelihara

Sarana dan prasarananya sendiri”. Artinya bahwa KSM sendirilah yang

merencanakan kegiatannya, melaksanakan proses pembangunan apa yang

sudah direncanakannya dan memanfaatkan & memelihara hasil kegiatan

pembangunan (sarana & prasarana) yang telah dibangunnya.

KSM/PANITIA dibentuk oleh masyarakat dan beranggotakan masyarakat itu

sendiri. Organisasi ini biasanya dibentuk berdasarkan kepentingan tertentu

atau sebagai wadah bagi suatu kelompok yang ada dalam masyarakat.

Organisasi kemasyarakatan ini misalnya, Lembaga Adat, Karang Taruna, PKK,

(3)

Kelompok Tani, Kelompok Nelayan, Kelompok Pedagang dan sejenisnya yang

sungguh

sungguh mengemban dan mengupayakan perwujudan kepentingan

masyarakat desa/kelurahan. KSM bisa merupakan pengembangan dari

organisasi kemasyarakatan yang sudah ada atau pembentukan organisasi baru.

Tatacara pembentukan/pengembangan KSM dapat dilihat dalam buku Pedoman

Teknis Pembentukan/Pengembangan KSM PNPM Mandiri Perkotaan.

2.

Mengapa KSM/Panitia perlu dilibatkan dalam PNPM Mandiri

Perkotaan?

a.

Memberikan kesempatan kepada masyarakat ikut berpartisipasi dalam

perencanaan pembangunan sarana & prasarana di wilayahnya.

b.

Meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat baik dalam hal

pengelolaan pembangunan yang bersifat teknis maupun dalam hal

berorganisasi.

c.

Menumbuhkan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap prasarana yang

akan dibangun.

d.

Memberikan peluang dan kesempatan berfungsinya gerakan keswadayaan

modal masyarakat untuk turut serta di dalam proses pembangunan,

seperti menyumbangkan tanah atau tanaman yang terkena proyek,

sumbangan bahan/alat yang dibutuhkan, ikut bekerja langsung, dll.

e.

Dalam rangka lebih mendaya gunakan dan melibatkan organisasi/lembaga

kemasyarakatan yang ada terkait dengan pembangunan daerahnya

(kel/desa).

2.

Peran KSM/PANITIA pada tahap Persiapan & Perencanaan

Pembangunan Infrasrtuktur

Peran KSM/Panitia dalam tahap kegiatan Persiapan & Perencanaan Teknis

kegiatan pembangunan sarana & prasarana, antara lain adalah :

a.

Membangun/Mengembangkan Organisasi KSM/PANITIA;

b.

Melakukan Perencanaan Teknis Pembangunan sarana & prasarana;

c.

Mensosialisasikan program PNPM;

d.

Mendorong masyarakat untuk berswadaya dalam pelaksanaan dan

pemeliharaan sarana & prasarana yang dibangun diwilayahnya;

(4)

Kriteria kelayakan Panitia untuk menjadi pelaksana kegiatan pembangunan

sarana & prasarana, dapat dilihat dari dua aspek yang harus dipenuhi dari

Aspek Organisasi KSM dan Manajemen & Teknis Kegiatannya, yaitu :

a.

Memiliki struktur organisasi pengurus, anggota dan aturan main

organisasinya;

b.

Anggota KSM minimal 30% adalah perempuan;

c.

Mendaftarkan diri pada BKM/LKM setempat dan Dinyatakan Layak oleh

BKM/LKM;

d.

Merupakan Pemanfaat & Pemelihara Infrastruktur yang dibangun;

Secara umum mekanisme pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh

KSM/PANITIA dalam Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan sarana & prasarana,

mencakup 3 tahapan yaitu a). Tahap Persiapan & Perencanaan Teknis, b).

tahap pelaksanaan pembangunan dan c). tahap pasca konstruksi (pemanfaatan

& pemeliharaan). Masing-masing tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut :

a.

Tahap Persiapan dan Perencanaan Teknis, mencakup :

Mengikuti Pelatihan-pelatihan/Coaching yang diselenggarakan oleh Tim

KMW & UPL

Pengorganisasian KSM/Panitia : Pada tahap ini, KSM/Panitia pada

dasarnya melaksanakan kegiatan

kegiatan persiapan organisasi

KSM/Panitia agar dapat mengikuti atau melaksanakan kegiatan

pembangunan infrastruktur di Kelurahan/desanya. Beberapa kegiatan

yang harus dilakukan disini adalah mencakup:

-

Pembentukan/Pengembangan Organisasi KSM/Panitia;

-

Pendaftaran KSM/Panitia ke BKM/LKM;

-

Registrasi KSM/Panitia oleh BKM/LKM : KSM/Panitia mendapatkan

nomor registrasi/pendaftaran sebagai calon pelaksana kegiatan

pembangunan infrastruktur.

Perencanaan Teknis/Penyusunan Usulan Kegiatan : pada tahap ini

KSM/Panitia melaksanakan/membuat rencana teknis kegiatan yang lebih

rinci dan detail yang menjadi muatan/substansi usulan kegiatan KSM.

Beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh KSM/Panitia pada tahap

ini mencakup :

(5)

-

Survey dan Identifikasi : dilakukan untuk Swadaya Masyarakat,

Teknik Infrastruktur, Harga Satuan Upah/Bahan/Alat, serta Calon

Tenaga Kerja;

-

Dokumentasi (Photo-photo) Infrastruktur kondisi awal/nol prosen

(0%);

-

Pembuatan Desain/gambar-gambar perencanaan sederhana;

-

Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial

-

Pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB) PelaksanaanPekerjaan;

-

Pembuatan Rencana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;

-

Pembuatan Rencana Pe

ngadaan Bahan/Alat’

-

Penyusunan Struktur Organisasi & Tim Pelaksana Pekerjaan;

-

Penyusunan Dokumen Proposal Pelaksanaan Kegiatan.

Keseluruhan kegiatan tahap ini pada dasarnya adalah merupakan

serangkaian kegiatan penyusunan usulan kegiatan (Proposal).

b.

Tahap Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur (Tahap Konstruksi)

Persiapan Pelaksanaan Konstruksi, meliputi kegiatan :

-

Membentuk Struktur Organisasi & Pengurus Pemanfaatan &

Pemeliharaan (Pengelola) prasarana (termasuk rencana kerja dan

aturan mainnya);

-

Mengikuti Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K);

-

Melaksanakan penandatanganan Surat Perjanjian Pemanfaatan

Dana kegiatan Lingkungan (SPPD-L);

-

Mengikuti Kegiatan Coaching/Pelatihan Teknis dan Administrasi atau

On The Job Trainning yang diselenggarakan oleh Tim Fasilitator

dan UPL;

-

Pembuatan & Pemasangan Papan Nama Kegiatan dilokasi proyek;

-

Sosialisasi Kegiatan KSM/Panitia kepada warga.

Pelaksanaan Konstruksi;

Pada tahap ini, KSM/panitia melaksanakan kegiatan-kegiatan

pembangunan infrastruktur dan melakukan pengendalian terhadap

pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut. Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan pada tahap ini meliputi :

(6)

-

Melaksanakan kegiatan pembangunan Prasarana/fisik;

-

Supervisi kegiatan Konstruksi

-

Musyawarah Pengadaan Bahan dan Alat (bila ada);

-

Membuat Administrasi/Laporan Harian, Mingguan;

-

Membuat Dokumentasi (Photo-photo) kondisi 50%, 100%;

-

Pemantauan Dampak Lingkungan kondisi 50%, 100%;

-

Melakukan Rapat Evaluasi Kemajuan Mingguan Lapangan;

-

Melakukan Pemeriksaan & Membuat Berita Acara Penyelesaian

Pekerjaan (BAP2);

-

Menyusun & menyampaikan laporan Akhir/Pertanggungjawaban

Pelaksanaan Kegiatan kepada BKM/UPL.

c.

Tahap Pasca Konstruksi, yaitu pelaksanaan Pemanfaatan & Pemeliharaan

sarana & prasarana yang telah dibangun.

4.1.2.

PNPM Mandiri

Sebagai program Nasional, PNPM Mandiri menjadi acuan pelaksanaan

program-pro-gram penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat

yang berupaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat se-cara mandiri dan

berkelanjutan menuju kesejahteraan. Tujuan tersebut diterjemahkan PNPM Mandiri

Perkotaan ke dalam empat sasaran :

1.

Terbangunnya Lembaga Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang dipercaya,

aspiratif, representatif dan akuntabel untuk mendorong tumbuh dan

berkembangnya partisipasi dan kemandirian masyarakat

2.

Tersedianya Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan

Kemiskinan (PJM Pronangkis) sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi

berbagai program penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan sesuai

dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat dalam rangka pengembangan

lingkungan pemukiman yang sehat, serasi, berjati diri dan berkelanjutan.

3.

Terbangunnya Forum BKM tingkat Kecamatan dan Kota untuk mengawal

terwujudnya berbagai program daerah.

4.

Terwujudnya kontribusi pendanaan dari Pemerintah Kota dalam PNPM Mandiri

Perkotaan sesuai kapasitas fiskal daerah.

(7)

1.

Pemetaan Sosial dan Sosialisasi Awal Dalam konteks perencanaan

pembangunan di masyarakat, pemetaan sosial merupakan bagian paling

penting untuk menentukan kerangka strategi operasional di masyarakat.

Pemetaan sosial adalah sebuah upaya untuk membantu pelaku pembangunan

menghimpun informasi secara cepat dan akurat. Dalam kaitan dengan

pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, pemetaan sosial sangat penting untuk

merancang kerangka starategi operasional disemua tahapan proses (siklus)

PNPM Mandiri Perkotaan serta melakukan strategi dalam sosialisasi, sehingga

berdasarkan hasil pemetaan swadaya tersebut diharapkan seluruh proses

tahapan pelaksanaan siklus PNPM MP dapat difasilitasi dengan baik

(Departemen Pekerjaan Umum, Pedoman Teknis Pelaksanaan Pemetaan Sosial

dan Sosialisasi Awal,edisi Maret 2008. P. 1-2).

2.

Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) Rembug Kesiapan Masyarakat adalah

serangkaian rembug/pertemuan warga yang di-selenggarakan oleh

masyarakat dan pe-rangkat kelurahan bekerjasama dengan fasi-litator atau

pendamping. Siklus ini merupakan tahap belajar awal di masyarakat dimana

masyarakat belajar untuk menggali kebersa-maan diantara mereka dengan

mengambil keputusan bersama untuk menerima atau menolak PNPM Mandiri

Perkotaan (Departemen Pekerjaan Umum, Pedoman Teknis Pe-laksanaan

Rembug Kesiapan Masyarakat, edisi Maret 2008. P. 3).

3.

Refleksi Kemiskinan (RK) Refleksi Kemiskinan adalah suatu proses dimana

masyarakat bertemu dan berdiskusi dalam suatu kelompok untuk

mengartikan kemiskinan berdasarkan pemahaman yang mereka temukan

dimasyarakat. Masyarakat melakukan pembelajaran kembali untuk melihat

bagaimana kemiskinan di RT nya pada khususnya serta Kelurahan Simpang

Tetap darul Ihsan dan Kelurahan Bukit Datuk pada umumnya.

4.

Pemetaan Swadaya (PS)

Kegiatan Pemetaan Swadaya pada PNPM Mandiri Perkotaan pada dasarnya

bertujuan untuk memberikan kesempatan belajar bagi masyarakat (khususnya

masyarakat miskin) untuk mengenali persoalan yang mereka hadapi serta

mampu merumuskan gagasan kebutuhannya sebagai upaya penanggulangan

kemiskinanya serta memahami potensi yang dimilikinya (Departemen

Pekerjaan Umum, Pedoman Teknis Pelaksanaan Pemetaan Swadaya, edisi

(8)

bersama-sama memiliki kesadaran untuk memecahkan persoalan-persoalan

tersebut dengan memahami potensi bersama.

4.

Pembentukan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

Badan Keswadayaan Masyarakat adalah lembaga pimpinan kolektif yang

representatif, mengakar, dan dapat dipercaya oleh masyarakat dalam

mengemban amanah warga untuk penaggulangan kemiskinan diwilayahnya.

Sebagai sebuah lembaga yang mengakar, BKM yang akan dibangun dalam

rangka pelaksanaan PNPM MP tersebut adalah lembaga yang memiliki ciri-ciri

sukarela, kesetaraan, kemitraan, transparan, akuntabel, demokrasi,

kemandirian, otonomi, semangat saling membantu yang dibentuk, dimiliki,

dikelola, dan diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan bersama masyarakat

(Departemen Pekerjaan Umum, Pedoman Teknis Pembentukan Badan

Keswadayaan Masyarakat , edisi Maret 2008. P. 3).

5.

Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM

Pronangkis)

Pada dasarnya pemberdayaan dilakukan untuk mengubah masyarakat agar

menjadi lebih mampu untuk menganalisis keadaannya sendiri serta

mengembangkan

potensi-potensi

dan

keterampilan

mereka

untuk

meningkatkan kehidupan.

Perencanaan partisipatif PJM Pronangkis dilakukan sebagai alat pembelajaran

masyarakat agar lebih mampu dalam menganalisis dari hasil kajian-kajian

pemetaan swadaya dan masyarakat mampu belajar menuangkan ke-dalam

bentuk program jangka menengah dan rencana tahunan (Departemen

Pekerjaan Umum, Pedoman Teknis Perencanaan Partisipatif PJM Pronangkis,

edisi Maret 2008. P.4)

6.

Pembentukan/Pengembangan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

Pembentukan KSM pada dasarnya menjadi bagian dari proses belajar

masyarakat dalam pengorganisasian kelompok yaitu menggambarkan

serangkaian kegiatan untuk membangun kelompok-kelompok swadaya

masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat sendiri, sehingga tumbuh ikatan

kebersamaan yang cukup kuat, sebagai sarana menumbuhkan solidaritas dan

kepedulian diantara masyarakat, serta media belajar bersama dalam

memecahkan persoalannya secara mandiri (Departemen Pekerjaan Umum,

(9)

Pedoman Teknis Pembentukan/Pengembangan Kelompok Swadaya Masyarakat,

edisi Maret 2008. P. 1-2)

7.

Pencairan BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) dan Pelaksanaan Kegiatan.

Proses pembelajaran masyarakat untuk menanggulangi masalah kemiskinan

dilakukan melalui praktek langsung di lapangan oleh masyarakat dengan

melaksanakan apa yang sudah direncanakan di dalam PJM Pronangkis. Dalam

praktek ini masyarakat diberikan stimulan dana yang dinamai Bantuan

Langsung Masyarakat (BLM). Dan dengan dana BLM ini, diharapkan kegiatan

yang ada di masyarakat dapat dilaksanakan dengan baik. Lembaga

kepemimpinan masyarakat yang mengakar, representatif dan dipercaya

tersebut (secara generik disebut Badan Keswadayaan Masyarakat atau

disingkat BKM) dibentuk melalui kesadaran kritis masyarakat untuk menggali

kembali nilai-nilai luhur kemanusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan sebagai

pondasi modal sosial (capital social) kehidupan masyarakat. BKM ini diharapkan

mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi

dan kebutuhan mereka, sekaligus menjadi motor bagi upaya penanggulangan

kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan,

mulai dari proses penentuan kebutuhan pengambilan keputusan, proses

penyusunan program, pelaksanaan program hingga pemanfaatan dan

pemeliharaan. Tiap BKM bersama masyarakat telah menyusun Perencanaan

Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (yang kemudian lebih

dikenal sebagai PJM Pro nangkis) secara partisipatif, sebagai prakarsa

masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan diwilayahnya secara mandiri.

Atas fasilitas pemerintah dan prakarsa masyarakat, BKM-BKM ini mulai

menjalin kemitraan dengan berbagai instansi pemerintah dan kelompok peduli

setempat.

Karakteristik kemiskinan seperti tersebut di atas dan krisis ekonomi yang terjadi

telah men yadarkan semua pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam

penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah pengokohan

kelembagaan masyarakat Keberdayaan kelembagaan masyarakat ini dibutuhkan

dalam rangka membangun organisasi masyarakat warga yang benar-benar mampu

menjadi wadah perjuangan kaum miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam

menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses

(10)

baik aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan, termasuk perumahan dan

permukiman.

Melalui pendekatan kelembagaan masyarakat dan penyediaan dana bantuan

langsung ke masyarakat kelurahan sasaran, PNPM Mandiri cukup mampu mendorong

dan memperkuat partisipasi serta kepedulian masyarakat setempat secara

terorganisasi dalam penanggulangan kemiskinan. Artinya, Program penanggulangan

kemiskinan berpotensial sebagai “gerakan masyarakat”, yakni dari, oleh dan untuk

masyarakat.

4.1.3.

Evaluasi Program Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan terbagi menjadi dua bagian yaitu kegiatan

yang sifatnya fisik seperti pembangunan sarana dan prasarana, serta kegiatan

non fisik seperti pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan dan

pendidikan. Untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat sendiri terdapat beberapa

kegiatan diantaranya: keterampilan jahit menjahit dan pelatihan pertanian.

Sementara untuk kegiatan pembangunan sarana dan prasarana meliputi

pembangunan Paud serta pembuatan parit dan satu jembatan ulin. Dari kegiatan

di periode tersebut peneliti ingin mengevaluasi bagaimana pencapaian

keberhasilan kegiatan tersebut.

Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

Ditinjau Dari Indikator Sukses Tingkat Partisipasi Masyarakat Masyarakat sangat

mendukung kegiatan PNPM mandiri Perdesaan , karena kegiatan ini dianggap

dapat menyatu dengan masyarakat, masyarakat yang merencanakan, masyarakat

yang melaksanakan, dan masyarakat yang menikmatinya, misalnya

gedung-gedung yang telah dibangun dapat digunakan masyarakat sesuai dengan

keperluannya, selain itu kegiatan PNPM mandiri perdesaan ini mengutamakan

dibidang pendidikan dan kesehatan seperti memberikan pelatihan keterampilan-

keterampilan masyarakat dan pembangunan sarana kesehatan seperti posyandu.

Secara keseluruhan masyarakat desa Teluk Belitung mendukung dan proaktif

dalam kegiatan karena mereka selalu dilibatkan dalam perencanaan kegiatan,

pelaksanaan kegiatan, dan penyampaian hasil kegiatan yang nantinya dapat

dirasakan sendiri hasilnya oleh masyarakat.

Tingkat Perkembangan Kelembagaan Dalam pelaksanaan PNPM perdesaan

di setiap desa terdapat kader pemberdayaan masyarakat desa (KPMD),. Kader

(11)

pemberdayaan masyarakat desa yang telah terpilih dalam musyawarah desa

sosialisasi, akan memandu serangkaian tahapan kegiatan PNPM mandiri

perdesaan yang diawali dengan proses penggalian gagasan ditingkat dusun dan

kelompok masyarakat. Sebelum melakukan tugasnya mereka akan diberikan

pelatihan-pelatihan agar memiliki pemahaman dalam menjalakan tugasnya. Dalam

pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan terdapat kader pemberdayaan masyarakat,

mereka adalah warga terpilih yang memfasilitasi dan memandu masyarakat dalam

pelaksanaan PNPM mandiri perdesaan Untuk memberikan bekal bagi kader-kader

pemberdayaan masyarakat dilakukan pelatihan hal ini juga mempermudah dalam

mendampingi masyarakat dan fasilitator kecamatan dalam tahapan kegiatan, Secara

keseluruhan dalam peningkatan kelembagaan dilakukan sesuai dengan prosedur

yang terdapat dalam pedoman teknik operasional, baik itu pelatihan-pelatihan

bagi kader pemberdayaan masyarakat desa dan pemilihan tim pengelola kegiatan.

Secara keseluruhan dalam membangun sarana dan prasarana Tim

Pengelola Kegiatan selalu melibatkan masyarakat, Tim pengelola kegiatan juga

selalu kooperatif dengan masyarakat baik dalam menerima usulan warga maupun

dalam hal transparansi keuangan.

4.1.4.

Pemantauan dan Evaluasi ( Tahap E)

Pemantauan dan Evaluasi perbaikan sanitasi dan proses perbaikannya

memungkinkan suatu kota bisa mempertahankan kemajuan tetap pada jalurnya.

Termasuk pembelajaran terhadap pekerjaan yang dinilai tidak berhasil. Banyak

indikator yang dapat dimonitor, sebagai bagian dari pelaksanaan strategi sanitasi dan

hubungannya dengan rencana tindak. Kombinasi empat indikator sederhana

berikut ini memperlihatkan bagaimana keberhasilan upaya pemberdayaan masyarakat

dengan pelibatan jender dan kemiskinan. Melalui peta sosial dan sanitasi, masyarakat

dapat memantau sendiri indikator akses terhadap sanitasi bagi semua.

Sementara untuk 3 indikator lainnya, masyarakat dan kader menggunakan

skala nilai MPA dengan skala dari 0 (tidak diinginkan) sampai 4 (situasi ideal). Skala ini

menunjukkan sejauh mana masyarakat telah mencapai kemajuan dalam hal

pemberdayaan, kesetaraan jender, dan keterlibatan masyarakat miskin dalam

layanan sanitasi. Pantauan terhadap kinerja teknis layanan sanitasi dilakukan melalui

sistem pemantauan dan evaluasi sanitasi kota yang lebih luas.

(12)

4.2.

Analisis Ekonomi

Sumbangan terbesar pada tahun 2015 dihasilkan oleh kategori Pertambangan

dan Penggalian kemudian kategori Industri Pengolahan, kategori Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan, kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil

dan Motor, dan kategori Konstruksi. Sementara peranan kategori lainnya di bawah 1

persen.

Perekonomian Bengkalis pada tahun 2015 masih mengalami perlambatan

seperti yang terjadi pada tahun 2012, 2013 dan 2014. Namun laju pertumbuhan PDRB

Bengkalis tahun 2015 mengalami peningkatan mencapai -2,74 persen, sedangkan

tahun 2014 sebesar -3,85 persen. Melambatnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Bengkalis pada tiga tahun terakhir ini dipengaruhi oleh adanya penurunan laju

pertumbuhan produksi minyak bumi di Kabupaten Bengkalis, dimana kategori

Pertambangan Minyak dan Gas Bumi merupakan kategori yang memberikan kontribusi

terbesar pada perekonomian di wilayah ini.

Pada tahun 2015 tercatat, pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh

kategori Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 10,01 persen. Sedangkan seluruh

kategori ekonomi PDRB yang lain pada tahun 2015 mencatat pertumbuhan yang

positif kecuali pada kategori Pertambangan dan Penggalian yang mengalami

perlambatan -5,07 persen dan kategori Jasa Keuangan dan Asuransi yang juga

mengalami perlambatan -5,51 persen. Adapun kategori-kategori lainnya berturut-turut

mencatat pertumbuhan yang positif, di antaranya kategori Konstruksi sebesar 8,84

persen, kategori Jasa Lainnya 8,79 persen, kategori Jasa Perusahaan 8,57 persen,

kategori Informasi dan Komunikasi 8,01 persen, kategori Jasa Pendidikan 7,98 persen,

kategori Real Estat 6,57 persen, kategori Transportasi dan Pergudangan 7,39 persen,

kategori Industri Pengolahan 6,51 persen, kategori Pengadaan Listrik dan Gas 5,44

persen, kategori Transportasi dan Pergudangan sebesar 4,83 persen, kategori

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosia Wajib sebesar 3,40 persen,

kategori Industri Pengolahan 2,99 persen, kategori Pengadaan Air, Pengolahan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang 2,86 persen, kategori Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 2,55 persen, kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor sebesar 1,88 persen dan yang terakhir kategori Pertanian,

Kehutanan dan Perikanan 0,03.

PDRB per kapita Bengkalis mencapai 249,09 juta Rupiah dengan pertumbuhan

sebesar 43,52 persen pada tahun 2011 dan mengalami perlambatan terkait penurunan

(13)

lifting minyak di Kabupaten Bengkalis pada tahun 2012-2015 ditunjukkan dengan

pertumbuhan PDRB Per kapita berturut-turut 11,52; 8,80; 4,30 dan -19,50 persen.

4.3.

Aspek Lingkungan

4.3.1.

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

A.

Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan tahap pertama dalam proses KLHS. Dalam tahapan ini

minimal ada 2 kegiatan, yaitu (1) Membentuk Pokja Pengendalian Lingkungan, dan (2)

Mengidentifikasi pemangku kepentingan yang akan dilibatkan dalam proses KLHS.

Berdasarkan Penjelasan Pasal 15 UU PPLH, secara teknis proses penapisan

KLHS RTRW Kabupaten Bengkalis, dilakukan dengan mempertimbangkan isu-isu

pokok sebagai berikut:

1. Perubahan iklim;

2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati;

3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,

kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan;

4. Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam;

5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan;

6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan

penghidupan sekelompok masyarakat;

7. Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.

Proses penyusunan KLHS RTRW dalam penjabaran isu-isu pokok di Kabupaten

Bengkalis disesuaikan dengan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Kabupaten

Bengkalis Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Bengkalis tahun 2011

2031. Proses ini dilakukan secara internal oleh Tim Ahli dan

beberapa undangan dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD).

Inti kegiatan ini ialah melakukan diskusi yang dilakukan bersama Tim Ahli,

masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya. Tujuan identifikasi masyarakat dan

pemangku kepentingan adalah:

1.

Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan

KLHS;

(14)

3.

Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau

program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik agar masyarakat

dan pemangku kepentingan

Pemangku Kepentingan pada Penyusunan KLHS RTRW Kabupaten Bengkalis

telah melibatkan beberapa pihak yang memiliki kepentingan terkait dengan kebijakan,

rencana, dan/atau program yang tertuang dalam Raperda RTRW Kabupaten

Bengkalis. Pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan KLHS memiliki latar belakang

profesi dan disiplin ilmu yang beragam dan dapat mewakili unsur pemerintah,

akademisi, LSM dan/atau tokoh masyarakat. Peran dan tugas dari pihak yang terlibat

tersebut adalah mengidentifikasi isu yang berhubungan dengan pembangunan

berkelanjutan dan mengidentifikasi serta memberikan telaah terhadap kebijakan,

rencana, program yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan. Pihak-pihak

yang berkepentingan dalam proses Kajian Lingkungan Hidup Strategis RTRW

Kabupaten Bengkalis adalah sebagai berikut :

Pemangku Kepentingan Terkait Pengambil Keputusan : Bupati Kabupaten Bengkalis

Instansi yang terlibat dalam penyusunan

:

1.

Badan Perencanaan Pembangunan (BAPPEDA) Kab. Bengkalis

2.

Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kab. Bengkalis

3.

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kab. Bengkalis

4.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran Kab.

Bengkalis

5.

Badan Pengelolaan Perbatasan Kab. Bengkalis

6.

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kab. Bengkalis

7.

Dinas PU Kab. Bengkalis

8.

Dinas Tata Kota, Tata Ruang dan pemukiman Kab. Bengkalis

9.

Dinas Perkebunan dan kehutanan Kab. Bengkalis

10.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Bengkalis

11.

Dinas Pertanian dan peternakan Kab. Bengkalis

12.

Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Bengkalis

13.

Wakil dari perguruan tinggi (Universitas Riau)

14.

LSM, Tokoh masyarakat dan stakeholder lainnya

Hasil dari persiapan selanjutnya akan dibahas pada proses Identifikasi dan

Analisis Isu Strategis yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Tahap ini

sangat penting untuk memastikan isu-isu yang diidentifikasi memiliki dasar yang kuat.

(15)

B.

Tahap Identifikasi dan Analisis Data Isu Strategis

Melakukan identifikasi lebih lanjut dan menganalisis secara mendalam isu

strategis KLHS RTRW Kabupaten Bengkalis yang dikelompokkan menjadi beberapa

Tahapan antara lain:

1.

Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan

Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:

Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial,

ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;

pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan

membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Hasil identifikasi Kajian/Rencana/Progran dalam RTRW Kabupaten Bengkalis,

maka teridentifikasi beberapa isu sebagai berikut :

Perubahan iklim;

Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati;

Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,

kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan;

Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam;

Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan;

Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan

penghidupan sekelompok masyarakat;

Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.

Deskripsi dari tema isu pembangunan berkelanjutan disajikan pada Tabel 7.1.

Tabel 7.1

Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan

No Pengelompokan Isu-isu Pembangunan

Berkelanjutan Penjelasan Singkat/Logis

1 Perubahan iklim Perubahan iklim global telah menjadi masalah lama yang tak kunjung teratasi di dunia ini. Sehingga menjadi perhatian berbagai pihak baik di tingkat global, regional, maupun lokal. Semakin tingginya aktifitas manusia dan kemajuan teknologi industri saat ini akan semakin mempercepat terjadinya perubahan iklim. IPCC menyatakan pada tahun 2005 terjadi peningkatan suhu di dunia 0,6-0,7 sedangkan di Asia lebih tinggi, yaitu 1,0. Selanjutnya terjadi penurunan jumlah ketersediaan air di negera-negera tropis sebesar 10-30 persen. Secara umum yang dirasakan saat ini adalah semakin panjangnya musim panas dan semakin pendeknya musim

(16)

No Pengelompokan Isu-isu Pembangunan

Berkelanjutan Penjelasan Singkat/Logis

hujan, selain itu maraknya badai dan banjir di kota-kota besar (el Nino) di seluruh dunia. Peningkatan cuaca secara ekstrem, tentunya sangat dirasakan di negara-negara tropis. Hal ini juga dirasakan di wilayah Indonesia, kota-kota yang dulunya dikenal sejuk dan dingin saat ini mulai terasa semakin panas. Bahkan untuk pertama kalinya sejak 30 tahun terakhir suhu di Provinsi Riau pada tahun 2013 pernah mencapai 370C.

2 Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati;

Keanekaragaman hayati mencakup daerah yang luas mulai dari daratan dan lautan. Mulai dari yang dapat dilihat oleh mata (makroorganisme) sampai yang tidak terlihat (mikroorganisme). Mencakup berbagai ekosistem mulai dari berhutan dan tidak berhutan. Ekosistem berhutan sendiri terdiri dari hutan dataran rendah, hutan rawa, hutan pegunungan dan hutan mangrove. Namun keanekaragaman hayati mulai terancam dengan adanya pemanfaatan yang berlebihan terhadap sumberdaya hayati, fragmentasi habitat oleh kegiatan perkebunan dan pertanian, desertifikasi (penggurunan), simplifikasi ekosistem dan gene pool serta ancaman invasi spesies luar. Ancaman ini menyebabkan terjadinya perubahan kelimpahan dan keanekaragaman hayati. Disamping itu deforestasi yang terjadi menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati yang terkonsentrasi di kawasan-kawasan hutan.

Frekuensi kebakaran hutan yang akan meningkat akibat tingginya suhu bumi juga akan menjadi salah satu faktor punahnya berbagai flora dan fauna. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Namun saat ini bencana kebakaran hutan yang terjadi setiap tahunnya dapat mengancam musnahnya keanekaragaman hayati indonesia.

Setiap makhluk hidup memiliki tingkat toleransi terhadap perubahan lingkungan hidupnya. Dampak dari kegiatan pembangunan yang terlihat, yaitu pemanasan global dengan meningkatnya suhu di permukaan bumi, dan secara perlahan mengubah pola cuaca yang pada akhirnya dapat mengubah model iklim. Tingginya suhu di permukaan bumi akibat perubahan iklim dan pemanasan global menyebabkan banyaknya spesies-spesies yang mati akibat tidak mampu untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi secara ekstrim. Punahnya sebagian spesies flora dan fauna akan menganggu keseimbangan ekosistem.

3 Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan;

Akibat kebakaran hutan dan lahan menyebabkan kerusakan ekosistem dan sistem hidrologi, serta gangguan asap terhadap kesehatan dan keamanan manusia dan makhluk hidup lainnya yang berada di areal pembakaran. Sedangkan pada tingkat nasional dan regional, kebakaran hutan dan lahan dapat mempengaruhi kelancaran transportasi, terganggunya kegiatan perekonomian masyarakat, terganggunya biodiversitas, hilangnya karbon yang berada pada lahan

(17)

No Pengelompokan Isu-isu Pembangunan

Berkelanjutan Penjelasan Singkat/Logis

gambut serta dapat menimbulkan pencemaran asap lintas batas ke negara tetangga.

Kegiatan Alih fungsi lahan oleh manusia juga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem yang berdampak pada bencana Banjir/Longsor.

4 Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam

Pemanfaatan sumberdaya alam masih menjadi modal dasar pembangunan Indonesia saat ini dan masih diandalkan di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, penggunaan sumberdaya alam tersebut harus dilakukan secara bijak, karena kegiatan pembangunan secara terus-menerus yang memanfaatkan sumber daya alam sekitar berdampak pada penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam tersebut. Pemanfaatan sumberdaya alam dilandasi oleh azas pembangunan berkelanjutan yang meliputi tiga pilar, yaitu menguntungkan secara ekonomi (economically viable), diterima secara sosial (socially acceptable), dan ramah lingkungan (environmentally sound). Penerapan prinsip berkelanjutan dan berwawasan lingkungan pada berbagai aktivitas pembangunan dari awal perencanaan dapat mencegah kerusakan lingkungan dan mengendalikan dampak negatif sebaliknya mengembangkan dampak positif.

5 Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan

Hampir semua aktivitas manusia melibatkan penggunaan lahan. Karena jumlah dan aktivitas manusia bertambah dengan cepat maka lahan menjadi sumber daya yang langka dimana kelangkaan lahan ini akan berimplikasi terhadapKondisi lingkungan sekitar. Pertambahan jumlah penduduk serta berkembangnya kegiatan perekonomian menyebabkan penggunaan terhadap lahan semakin tinggi untuk berbagai keperluan seperti pertanian, perkebunan, pemukiman, industri, dan sebagainya. Dalam kondisi ini, lahan merupakan hambatan dalam penggunaannya dibeberapa tempat, tingginya frekuensi terhadap penggunaan lahan ini telah menimbulkan persoalan yang kompleks dan dapat berakibat pada terjadinya bencana.

6 Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat;

Ditengah krisis ekonomi global yang melanda dunia pada saat ini, Indonesia diharapkan tetap mampu mempertahankan pertumbuhan ekonominya yang positif dalam rangka mensejahterakan masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Namun demikian, bukan hanya pertumbuhan ekonomi semata yang menjadi tujuan pembangunan Indonesia, selain pertumbuhan yang berkualitas, masyarakat juga memerlukan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan sejatinya dicapai dengan meminimalkan degradasi lingkungan dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas ekonomi. Dampak dari pembangunan ekonomi terhadap lingkungan selama ini sudah terlihat dari beberapa indikator degradasi lingkungan baik pada air, udara, lahan dan hutan, pesisir dan lautan serta keanekaragaman hayati.

7 Peningkatan risiko terhadap

(18)

No Pengelompokan Isu-isu Pembangunan

Berkelanjutan Penjelasan Singkat/Logis

manusia pembangunan yang dilakukan oleh manusia. Perubahan iklim juga dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan manusia. Diantaranya menyebabkan polusi udara yang akhirnya menurunkan fungsi dari paru-paru. Seperti semakin meningkatnya kasus asma. Selain itu juga dapat menyebabkan meningkatnya penyebaran penyakit yang menular.

Tabel 7.2

Rumusan Kebijakan, Rencana dan/atau Program RTRW Kabupaten Bengkalis

No Kebijakan/Rencana Strategi

1 Pengembangan ekonomi wilayah berbasis potensi sumber daya alam, penciptaan nilai tambah dan keunggulan lokasi

mengembangkan kawasan produksi tanaman pangan, holtikultura, dan perkebunan

menetapkan dan mengembangkan lahan untuk pertanian pangan berkelanjutan

mengembangkan pusat agrobisnis untuk mendukung dan mendorong laju pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten

mengembangkan kawasan produksi perikanan melalui konsep minapolitan

mengembangkan pengelolaan hasil hutan mengembangkan kawasan pariwisata

mengembangkan industri berbasis perkebunan dan perikanan

meningkatkan rehabilitasi dan konservasi lahan kawasan migas yang habis produksi menjadi kawasan permukiman yang produktif

2 Pengembangan sistem perkotaan untuk mewujudkan keterpaduan wilayah daratan dengan wilayah lautan dalam konstelasi regional, nasional, dan internasional (lintas batas negara)

menetapkan fungsi dan peran perkotaan secara berjenjang

menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya

mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan

mengembangkan kawasan pertumbuhan ekonomi di wilayah perbatasan negara

mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya

3 Pengembangan prasarana dan sarana dasar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan interaksi antar wilayah

mengembangan sistem transportasi antar moda untuk merangkai dan meningkatkan aksesibilitas wilayah daratan dengan wilayah kepulauan mengembangkan keterkaitan dan keterpaduan sistem transportasi regional, nasional, dan internasional (lintas batas negara)

(19)

No Kebijakan/Rencana Strategi

jaringan sumber daya energi, air minum, telekomunikasi dan sistem prasarana pengairan untuk mendukung simpul ekonomi dan perdesaan

meningkatkan dan mengembangkan layanan jaringan air limbah, drainase, dan persampahan pada pusat-pusat pertumbuhan wilayah

4 Pengembangan wilayah berwawasan

lingkungan, budaya dan mitigasi bencana meningkatkan dan melestarikan fungsi lindung seluruh kawasan konservasi dan biosfer meningkatkan kelestarian dan upaya penanggulangan kerusakan kawasan pantai, dan hutan mangrove

meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam memelihara kawasan lindung mengembangan kawasan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung ruangnya

meningkatakan layanan prasarana permukiman secara berjenjang

mencegah dan mengendalikan kawasan rawan bencana melalui system peringatan dini; dan mengembangkan sarana evakuasi bencana 5 Pengembangan kawasan strategis

kabupaten untuk mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah dan pelestarian lingkungan hidup

mempertahankan dan mengembangkan kawasan strategis kabupaten

melestarikan situs-situs budaya dan mengembangan pusat pelestarian budaya melayu

mengendalikan alih fungsi lahan pada kawasan lindung

mengembangakan sistem prasarana energi terbarukan dan tak terbarukan

mengembangkan dan mendukung pertumbuhan kawasan andalan nasional

meningkatkan dan mengembangkan pusat jasa serta perdagangan berskala wilayah, nasional dan internasional

6 Peningkatan fungsi kawasan pertanahan

dan keamanan Negara mendukung penetapan kawasan peruntukan pertanahan dan keamanan mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan untuk menjaga fungsi pertanahan dan keamanan

Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya secara selectif didalam dan di sekitar kawasan pertanahan dan keamanan Negara sebagai zona penyangga

Memelihara dan menjaga aset-aset pertanahan dan keamanan

2.

Identifikasi Kebijakan, Rencana dan/atau Program RTRW

Tahap identifikasi kebijakan, rencana, dan/atau program disusun maupun

dievaluasi dengan tujuan untuk mengetahui dan menentukan muatan dan

(20)

substansi rancangan kebijakan, rencana, dan/atau program yang perlu ditelaah

pengaruhnya terhadap lingkungan hidup dan diberi muatan pertimbangan

aspek pembangunan berkelanjutan. Sedangkan tujuan identifikasi kebijakan,

rencana, dan/atau program pada saat evaluasi adalah mengevaluasi muatan

dan substansi kebijakan, rencana, dan/atau program yang telah

diimplementasikan yang memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup.

Setiap kebijakan, rencana, dan/atau program memiliki unsur korelasi satu sama

lain yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu dipahami unsur korelasi

tersebut, serta pada tingkatan apa (apakah pada tingkatan kebijakan, rencana,

atau program) pengaruh terhadap isu pembangunan berkelanjutan dapat

terjadi.

Selanjutnya, berdasarkan kebutuhan terhadap penyusunan KLHS RTRWK

Bengkalis, maka dari sekian banyak Kebijakan, Rencana, maupun Program,

dilakukan perumusan ulang sehingga lahirlah KRP yang terkait dengan isu-isu

yang telah ditetapkan di atas. Namun demikian, perumusan KRP ini secara

substansi tidak berbeda dengan KRP yang tertuang dalam dokumen Raperda

maupun naskah akademis RTRWK Bengkalis. Adapun Kebijakan, Rencana,

Program yang dapat diidentifikasi menimbulkan dampak lingkungan yang dapat

ditelaah dapat dilihat pada Tabel berikut.

(21)

Tabel 7.3

Identifikasi Kebijakan, Rencana dan/atau Program beserta Dampaknya Terhadap Isu Pembangunan Berkelanjutan

NO Kebijakan Perubahan iklim

Kerusakan, kemerosota, atau kepunahan keanekaragaman hayati Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia Frekuesnsi Dampak (-) Kebijakan/Strategi 1 2 3 4 5 6 7 (-)

1.5 e. mengembangkan pengelolaan hasil

hutan - - - 0 5

1.7 g. mengembangkan industry berbasis perkebunan dan perikanan - - - 0 - 5 5.5 e. mengembangkan dan mendukung pertumbuhan kawasan andalan nasional - - - 0 - 5 5.6

f. meningkatkan dan mengembangkan pusat jasa serta perdagangan berskala

wilayah, nasional dan internasional - - - 0 - 5

1.1 a. mengembangkan kawasan produksi tanaman pangan, holtikultura, dan perkebunan

- - - 0 0 5

1.2 b. menetapkan dan mengembangkan lahan untuk pertanian pangan

berkelanjutan. - - - 0 0 5

2.5

e. mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

(22)

NO Kebijakan Perubahan iklim Kerusakan, kemerosota, atau kepunahan keanekaragaman hayati Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia Frekuesnsi Dampak (-) Kebijakan/Strategi 1 2 3 4 5 6 7 (-)

4.1 d. mengembangan kawasan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung ruangnya

- - - 0 0 5

5.1 a. mempertahankan dan mengembangkan kawasan strategis kabupaten - - - 0 0 5 2.3 c. mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani

oleh pusat pertumbuhan

- - - 0 - 0 0 4

5.2 d. mengembangakan sistem prasarana energi terbarukan dan tak terbarukan - - 0 - - 0 0 4 2.1 a. menetapkan fungsi dan peran perkotaan secara berjenjang. - - 0 0 - 0 0 3 1.4 d. mengembangkan kawasan produksi perikanan melalui konsep minapolitan 0 - 0 - 0 0 0 2

1.3

c. mengembangkan pusat agrobisnis untuk mendukung dan mendorong laju pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten

0 - 0 - - 0 0 3

4.5 e. meningkatkan layanan prasarana permukiman secara berjenjang. 0 0 - - - 0 0 3 3.1

a. mengembangan sistem transportasi antar moda untuk merangkai dan

(23)

NO Kebijakan Perubahan iklim Kerusakan, kemerosota, atau kepunahan keanekaragaman hayati Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia Frekuesnsi Dampak (-) Kebijakan/Strategi 1 2 3 4 5 6 7 (-)

daratan dengan wilayah kepulauan.

1.6 f. mengembangkan kawasan pariwisata. 0 - 0 0 - 0 0 2

2.4 d. mengembangkan kawasan pertumbuhan ekonomi di wilayah

perbatasan negara. 0 - 0 0 - 0 0 2

3.4

d. meningkatkan dan mengembangkan layanan jaringan air limbah, drainase, dan persampahan pada pusat-pusat pertumbuhan wilayah.

0 0 0 - 0 0 - 2

2.2

b. menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya.

0 0 0 0 - 0 0 1

3.2

b. mengembangkan keterkaitan dan keterpaduan sistem transportasi regional, nasional, dan internasional (lintas batas negara).

0 0 0 0 - 0 0 1

3.3

c. meningkatkan dan mengembangkan layanan jaringan sumber daya energi, air minum, telekomunikasi dan sistem prasarana pengairan untuk mendukung simpul ekonomi dan perdesaan.

(24)

Tabel 7.4

Identifikasi Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang Menimbulkan Dampak Terhadap Isu Pembangunan Berkelanjutan

NO Kebijakan/Rencana Strategi Program Lokasi

1

Pengembangan ekonomi wilayah berbasis potensi sumber daya alam, penciptaan nilai tambah dan keunggulan lokasi

mengembangkan kawasan produksi tanaman pangan, holtikultura, dan perkebunan

• Mengembangkan sistem tumpang sari pada lahan pertanian tadah hujan

• Mengembangkan lahan pertanian tanaman hultikultura

• Menata kembali kawasan perkebunan sawit

• Membuka kawasan perkebunan musiman

• Mengembangkan kanal pada kawasan perkebunan lahan gambut

• Mengembangkan perkebunan rakyat menetapkan dan

mengembangkan lahan untuk pertanian pangan berkelanjutan

• Mempertahankan lahan pertanian produktif

• Mengembangkan lahan pertanian berkelanjutan

• Membuka lahan pertanian baru mengembangkan pusat agrobisnis untuk mendukung dan mendorong laju pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten

Rehablitasi saluran irigasi pada sentra pertanian

mengembangkan kawasan produksi perikanan melalui konsep minapolitan

• Penetapan daerah sentra pengembangan budibaya perikanan air tawar

• Penetapan daerah sentra pengembangan budidaya perikanan tangkap

• Penetapan kawasan minapolitan meliputi:

Perencanaan study kelayakan; Penyusunan Master Plan Kawasan; Pengembangan sarana dan prasarana

mengembangkan

pengelolaan hasil hutan • Mempertahankan hutan produksi yang berfungsi sebagai pelindung bawahannya;

• Mempertahankan pola penebangan pilihan

• Merehabilitasi lahan kritis dengan pohon yang ekonomis

Kawasan hutan produksi tetap dengan luas kurang lebih 232.624 ha tersebar di seluruh wilayah kecamatan

(25)

NO Kebijakan/Rencana Strategi Program Lokasi

• Mempertahankan hutan rakyat yang berfungsi sebagai pelindung bawahannya

• Mempertahankan pola penebangan pilih

• Rehabilitasi lahan kritis dengan pohon yang eonomis

• Peningkatan partisispasi rakyat dalam mempertahankan hutan

mengembangkan kawasan

pariwisata • Penetapan kawasan unggulan ,andalan,potensi pengembangan pariwisata

• Perlindungan situs peningalan budaya

• Pengembangan infastruktur pendukung objek wisata

• Peningkatan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian obyek wisata

• Peningkatan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian objek wisata, dan daya jual/saing

mengembangkan industri berbasis perkebunan dan perikanan

• Pra studi kelayakan dan master plan kawasan industri

• Menyusun masterplan dan detail eninering desain kawasan perdagangan dan jasa

• Analisa dampak lingkungan

• Pembebasan dan pematangan lahan kawasan industri

• Promosi investasi industri pengolahanagro industri

• Mempercepat proses perizinan untuk investasi

• Mempersiapkan sumberdaya manuasia yang handal

• Menjadikan industri sebagai basis ekonomi dimasa mendatang

• Membuka kesempatan yang selauas-luasnya pada investor dalam berinvestasi pada sektor industri dengan kemudahan pengurusan perijinan, pendirian Indutri baru

• Pengembangan klaster-klaster menengah, industri kecil dan mikro

(26)

NO Kebijakan/Rencana Strategi Program Lokasi

• Pengembangan kawasan peruntukan industri yang di dukung oleh sarana dan prasarana industri

• Pengembangan sistem pengolahan limbah industri yang ramah lingkungan

2 Pengembangan sistem perkotaan untuk mewujudkan keterpaduan wilayah daratan dengan wilayah lautan dalam konstelasi regional, nasional, dan internasional (lintas batas negara)

menetapkan fungsi dan peran perkotaan secara berjenjang

Pemantapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Perkotaan Bengkalis Pemantapan Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) Perkotaan Duri Pemantapan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) sebagai

Kawasan Pusat Industri, Pelabuhan dan Agroindustri Perkotaan Sungai Pakning Pemantapan Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp)

sebagai Kawasan Pariwisata dan Agribisnis Desa Tanjung Medang Kecamatan Rupat Utara; Desa Selat Baru Kecamatan Bantan; Desa Pinggir Kecamatan Pinggir; Kelurahan Batu Panjang Kecamatan Rupat

Pemantapan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Desa Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil; Desa Pangkalan Nyirih Kecamatan Rupat

menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya

Penataan ruang dan pengembangan kawasan pemukiman pedesaan

Kawasan peruntukan permukiman perdesaan meliputi seluruh pusat desa dan tempat hunian penduduk perdesaan lainnya

Penataan ruang dan pengembangan kawasan pemukiman perkotaan

PKW perkotaan Bengkalis; b. Perkotaan Duri;

c. Perkotaan Sungai Pakning; d. Perkotaan Tanjung Medang; e. Perkotaan Selat Baru;

f. Perkotaan Pinggir Kecamatan Pinggir; g. Perkotaan Batu Panjang;

h. Perkotaan Lubuk Muda;dan i. Perkotaan Nyirih

mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan

(27)

NO Kebijakan/Rencana Strategi Program Lokasi

mengembangkan kawasan pertumbuhan ekonomi di wilayah perbatasan negara mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya

• Penataan pusat pemukiman

• Penyusunan peraturan Zonasi

• Pengembangan Prasarana dan Sarana produksi pertanian;

• Pengembangan dan Penataan kawasan perdagangan dan jasa;

• Pengembangan dan Penataan kawasan ruang terbuka hijau dan bukan hijau; dan

• Peningkatan sarana dan prasarana pemukiman

3

Pengembangan prasarana dan sarana dasar untuk

mendorong

pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan interaksi antar wilayah

mengembangkan sistem transportasi antar moda untuk merangkai dan meningkatkan aksesibilitas wilayah daratan dengan wilayah kepulauan

Pembangunan pelabuhan utama Buruk Bakul Pelabuhan Buruk Bakul Pengembangan Pelabuhan Pengumpul Sungai Pakning Sungai Pakning Pengembangan Pelabuhan Pengumpul Bengkalis Bengkalis Pengembangan Pelabuhan Pengumpan Rupat Rupat Pengembangan Pelabuhan Pariwisata Rupat Utara Rupat Utara Pengembangan alur pelayanan Bengkalis Bengkalis Peningkatan pelayanan Bengkalis-Dumai Bengkalis-Dumai Peningkatan Pelayanan alur Pelayaran

Bengkalis-Meranti-Batam Bengkalis-Meranti-Batam

mengembangkan

keterkaitan dan keterpaduan sistem transportasi regional, nasional, dan internasional (lintas batas negara)

Peningkatan dan pengembangan arteri primer (AP)

jaringan jalan dan jembatan Ruas jalan batas DuriDuri–Kandis; –Dumai; Ruas jalan batas Peningkatan dan pengembangan kolektor primer (KP)

jaringan jalan dan jembatan

Ruas jalan Dumai–Sungai Pakning-Siak Sri Indrapura;Ruas jalan air bersih (Desa Babusalam)-Desa Petani

Peningkatan lokal primer jaringan jalan dan jembatan Jalan ruas poros pinggir; Jalan lingkar Pulau Bengkalis

Peningkatan kolektor sekunder jaringan jalan dan

(28)

NO Kebijakan/Rencana Strategi Program Lokasi

Pengembangan arteri primer jaringan jalan dan jembatan

Jalan tol Pekanbaru-Pinggir-mandau-Duri; Ruas jalan lingkar duri; Ruas jalan batas Ketam Putih-Pambang-Selat Baru; Tanjung Kapal-Batu Panjang-Tanjung Medang

Pengembangan kolektor primer jaringan jalan dan jembatan

Ruas jalan Duri –Bukit Batu; Ruas jalan batas Kabupaten di Desa Beringin-Tasik Serai-Duri XIII; Ruas jalan Desa Buruk Bakul- Desa Langkat

Pembangunan dan pemantapan terminal penumpang

B Perkotaan Bengkalis; Perkotaan Buruk bakul

Pembangunan dan peningkatan terminal penumpang C

1. Perkotaan Sungai Pakning;

2. Kelurahan Batu Panjang Kecamatan Rupat; 3. Desa Pangkalan nyirih Kecamatan Rupat; 4. Desa Tanjung Medang Kecamatan Rupat Utara;

5. Desa Lubuk Muda Kecamatan siak Kecil; 6. Desa Pinggir Kecamatan Pinggir; 7. Desa Selat baru Kecamatan Bantan; 8. Desa Ketam Putih Kecamatan Bengkalis; 9. Desa Meskom Kecamatan Bengkalis; 10. Desa Sungai Selari Kecamatan Bukit Batu Pembangunan terminal barang a. Perkotaan Bengkalis; b. Perkotaan Buruk Bakul;

c. Pekotaan Duri Penataan trayek perkotaan

Pengembangan trayek angkutan perdesaan

a. Bengkalis-Sungai Pakning- Siak Sri Indrapura-Pekanbaru;

b. Bengkalis-Sungai Pakning-Dumai; c. Bengkalis-Sungai Pakning Duri; d. Duri-Dumai

Pengembangan trayek angkutan barang

Pengembangan jalur rel kreta api muaro Kabupaten Sawah lunto-Pekanbaru-Kecamatan

Pinggir-Kecamatan mandau-Dumai

Kabupaten Sawah lunto-Pekanbaru-Kecamatan Pinggir-Kecamatan mandau-Dumai

Pengembangan jalur kereta api Dusun/Desa Pungut

(29)

NO Kebijakan/Rencana Strategi Program Lokasi

Duri Tigabelas

Pengembangan Stasiun Kereta Api Duri Duri Program jalur penerbangan meliputi pengembangan

bandar udara khusus & pengumpan Sei Pakning (khusus); Pulau Bengkalis & Pulau Rupat (pengumpan) meningkatkan dan

mengembangkan layanan jaringan sumber daya energi, air minum, telekomunikasi dan sistem prasarana pengairan untuk mendukung simpul ekonomi dan perdesaan

Sistem jaringan tenaga listrik: Pengembangan gardu

hubung (GH) Perkotaan Duri

Sistem jaringan tenaga listrik: Pengembangan gardu induk (GI)

1. Kecamatan Rupat 2. Kecamatan Bukit Batu; 3. Kecamatan Siak Kecil Pegembangan pembangkit listrik tenaga disel (PLTD)

a. Desa Bukit Batu; b. Pangkalan Batang; c. Batu Panjang; d. Desa Teluk Lecah; e. Desa Tanjung Medang Pegembangan pembangkit listrik tenaga Gas (PLTG) Kecamatan Pinggir Pegembangan pembangkit listrik tenaga Gas Batu

Bara (PLTGB) Desa Pangkalan Batang Kecamatan Bengkalis Pegembangan pembangkit listrik tenaga Surya (PLTS) Seluruh Kecamatan

Pegembangan pembangkit listrik sitem Hibrid

Surya-angin (100 watt power) Desa Darul Aman Kecamatan Rupat Pengembangan kabel bawah laut dari jaringan;dan Pulau Rupat

Pengembangan saluran udara tegangan tinggi (SUTT)

1. Kecamatan Mandau 2. Kecamatan Pinggir 3. Kecamatan Bukit Batu Pengembangan jaringan pipa minyak mentah Duri ke

Dumai Duri-Dumai

Pengembangan sistem pengolahan minyak mentah

Duri-Sungai Pakning Duri-Sungai Pakning

Pengendalian jaringan pipa gas Banyuasin (Sumsel)-Duri; Sekernan (Jambi)- Duri Pengembangan sistem jaringan energy terbarukan dan

tak terbarukan: Pengembangan Biogas dengan kapasitas 1.200 (seribu dua ratus) kilo watt hour

Kelurahan Batu Panjang Kecamatan Rupat Pengembangan sentral telepon otomat Bengkalis Bengkalis, Duri, Sungai Pakning

(30)

NO Kebijakan/Rencana Strategi Program Lokasi

Transcever Station (BTS) bersama

Pengendalian waduk sebagai sumber air minum untuk perwujudan system jaringan sumber daya air

a. Kecamatan Rupat b. Kecamatan Rupat Utara c. Kecamatan Bantan Pengembangan waduk buatan untuk jaringan air baku

untuk air minum

Kecamatan Bengkalis; Kecamatan Bantan; Kecamatan Rupat Pengembangan pengolahan air minum dari Sungai

Rangau Kecamatan Pinggir

Pengembangan pengolahan air minum dari Sungai

Siak Kecil Kecamatan Siak Kecil

Pengembangan pengolahan air minum dari Sungai

Bukit Batu Kecamatan Bukit Batu

Pengembangan pengolahan air minum dari Sungai

Sekapas Kecamatan Mandau

Pengembangan system penyediaan air minum ibukota kecamatan ibu kota kecamatan;

1. Kecamatan Bengkalis; 2. Kecamatan Bantan; 3. Kecamatan Siak Kecil; 4. Kecamatan Bukit Batu; 5. Kecamatan Mandau; 6. Kecamatan Pinggir; 7. Kecamatan Rupat; 8. Kecamatan Rupat Utara

Pengembangan prasarana jaringan perpipaan air bersih dan sambungan rumah (SR)

1. Kecamatan Bengkalis; 2. Kecamatan Bantan; 3. Kecamatan Siak Kecil; 4. Kecamatan Bukit Batu; 5. Kecamatan Mandau; 6. Kecamatan Pinggir; 7. Kecamatan Rupat; 8. Kecamatan Rupat Utara Penambahan kapasitas dan revitalisasi SR

1. Kecamatan Bengkalis; 2. Kecamatan Bantan; 3. Kecamatan Siak Kecil; 4. Kecamatan Bukit Batu; 5. Kecamatan Mandau;

(31)

NO Kebijakan/Rencana Strategi Program Lokasi

6. Kecamatan Pinggir; 7. Kecamatan Rupat; 8. Kecamatan Rupat Utara

Pengembangan system penyediaan air minum perdesaan

1. Kecamatan Bengkalis; 2. Kecamatan Bantan; 3. Kecamatan Siak Kecil; 4. Kecamatan Bukit Batu; 5. Kecamatan Mandau; 6. Kecamatan Pinggir; 7. Kecamatan Rupat; 8. Kecamatan Rupat Utara Penggalian atau pengeboran air tanah dangkal

masyarakat

Pengeboran air tanah dalam secara amat terbatas dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan meningkatkan dan

mengembangkan layanan jaringan air limbah, drainase, dan persampahan pada pusat-pusat pertumbuhan wilayah

Pengendalian pemukiman di sepanjang danau untuk perwujudan sistem jaringan sumber daya air

Siak Kecil

Pengembangan jaringan irigasi

a. Kecamatan Bukit Batu; b. Kecamatan Siak Kecil; c. Kecamatan Bengkalis; d. Kecamatan Bantan

4

mengembangan kawasan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung ruangnya

Pemantauan dan pengendalian kegiatan budidaya sekitar kawasan cagar biosfer

(32)

NO Kebijakan/Rencana Strategi Program Lokasi

Pelestarian seni budaya dan barang peninggalan

meningkatakan layanan prasarana permukiman

secara berjenjang Peningkatan kali bersih sebagai saluran primer;

1. Perkotaan Bengkalis; 2. Perkotaan Sungai Pakning; 3. Perkotaan Duri

Pengembangan saluran sekunder pada jalan utama perkotaan

1. Perkotaan Bengkalis; 2. Perkotaan Sungai Pakning; 3. Perkotaan Duri

Pengembangan saluran tersier permukiman;dan 1. Perkotaan Bengkalis; 2. Perkotaan Sungai Pakning; 3. Perkotaan Duri

Pengendalian kawasan resapan air

Pengelolaan Sistem pembuangan air limbah setempat

1. Kecamatan Bengkalis; 2. Kecamatan Bantan; 3. Kecamatan Siak Kecil; 4. Kecamatan Bukit Batu; 5. Kecamatan Mandau; 6. Kecamatan Pinggir; 7. Kecamatan Rupat; 8. Kecamatan Rupat Utara Pengelolaan system pembuangan air limbah terpusat 1. Perkotaan Bengkalis; 2. Perkotaan Sei pakning; dan

3. Perkotaan Duri Pengembangan instalasi pengolah air limbah (IPAL)

pada puskesmas,rumah sakit,pusat-pusat pelayanan

public, dan perusahaan-perusahaan Seluruh Kecamatan Pengembangan instalasi pengolah limbah tinja (IPLT)

1. Perkotaan Bengkalis; 2. Perkotaan Sei pakning; dan 3. Perkotaan Duri

Tempat penampungan sementara (TPS) 1. Kecamatan Bengkalis; 2. Kecamatan Bantan; 3. Kecamatan Siak Kecil;

(33)

NO Kebijakan/Rencana Strategi Program Lokasi

4. Kecamatan Bukit Batu; 5. Kecamatan Mandau; 6. Kecamatan Pinggir; 7. Kecamatan Rupat; 8. Kecamatan Rupat Utara

Pengolahan sampah di tempat pemprosesan Akhir (TPA) dengan sistem sanitary landfil dan

Pengembangan TPA

1. Kecamatan Bengkalis; 2. Kecamatan Bantan; 3. Kecamatan Siak Kecil; 4. Kecamatan Bukit Batu; 5. Kecamatan Mandau; 6. Kecamatan Pinggir; 7. Kecamatan Rupat; 8. Kecamatan Rupat Utara Inventarisasi dan penguatan status hukum kawasan

pemukiman; 5 Pengembangan kawasan strategis kabupaten untuk mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah dan pelestarian lingkungan hidup mempertahankan dan mengembangkan kawasan strategis kabupaten

Menetapkan delinasi kawasan strategis dari sudut pandang ekonomi

Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi terdiri atas:

1. Kawasan strategis provinsi berupa kawasan strategis Duri - Dumai - Rupat.

2. Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bengkalis

1. Duri - Dumai - Rupat.

2a. Bengkalis - Buruk Bakul - Sei Pakning 2b. Perkotaan Duri dan sekitarnya 2c. Pulau Rupat

mengembangakan sistem prasarana energi

terbarukan dan tak terbarukan

mengembangkan dan mendukung pertumbuhan kawasan andalan nasional

Mengembangkan sentra ekonomi baru

(34)

NO Kebijakan/Rencana Strategi Program Lokasi

1. Perdagangan dan jasa;

2. Industri pengolahan hasil pertanian dan perikanan;

3. Industri pembuatan mesin dan elektronika; 4. Pariwisata budaya serta bahari.

Bengkalis - Buruk Bakul - Sei Pakning Mendorong investasi sector ekonomi unggulan (b) Kawasan Perkotaan Duri dan sekitarnya

dengan sektor unggulan meliputi: 1. perdagangan dan jasa; 2. industri migas;

3. industri pengolahan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

Perkotaan Duri dan sekitarnya

Mendorong investasi sector ekonomi unggulan (c) Kawasan Pulau Rupat dengan sektor unggulan meliputi:

1. pariwisata;

2. perdagangan dan jasa; 3. pertanian; 4. perikanan; dan 5. agroindustri Pulau Rupat meningkatkan dan mengembangkan pusat jasa serta perdagangan berskala wilayah, nasional dan internasional

Menyusun rencana rinci kawasan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari uji regresi yang telah dilakukan dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa variabel PAD memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Muttaqin desa Bedanten Kee. Argumentasi atau alasan panitia Masjid Baitul Muttaqin desa Bedanten Kee. Gresik melakukan jual beli kulit hewan Qurban. digilib.uinsby.ac.id

Prediksi bahaya kebakaran di Kabupaten Samosir berada pada bulan Maret-Juli dimana nilai curah hujan sangat rendah sehingga nilai KBDI tinggi dengan nilai

Selain itu pemberian masalah diawali dengan masalah yang sederhana untuk siswa kemudian menuju ke masalah yang lebih sulit Pemberian masalah yang tidak tepat

Untuk mendukung pencapaian visi Kabupaten Malang yaitu Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Malang yang Mandiri, Agamis, Demokratis, Produktif, Maju, Aman, Tertib dan

Untuk megetahui pengaruh simultan Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM), Cash Ratio (CR), dan Quick Ratio (QR) variabel terhadap harga saham perusahaan makanan dan

Persamaan di atas menunjukkan bahwa perubahan positif untuk variabel independen dalam hal ini metode pemberian tugas terstruktur akan memberikan perubahan yang positif

dengan benar. Siswa dapat menentukan nilai trigonometri menggunakan aturan sinus dan kosinus dengan benar, jika dberikan panjang sisi pada segitiga. Siswa mampu menentukan jarak